SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Varietas kacang hijau sejak tahun 1945-2008 terdapat 20 varietas unggul.
Penggunaan varietas unggul untuk pertanaman kacang hijau masih sedikit dilakukan
dan belum semua varietas unggul digunakan oleh petani, hal ini pula yang menjadi
salah faktor rendahnya produksi kacang hijau (Latuamury, 2015). Pada tahun 2012 dari
beberapa kabupaten di Jawa Timur, sekitar 80 % luas areal pertanaman kacang hijau
penggunaan varietas unggul berkisar 0-8 %, sebagian besar masih menggunaan varietas
lokal 67,6 %, sedangkan 37,3 % menggunakan varietas unggul yang dilepas sebelum
tahun 2000 (Trustinah, Radjit, Prasetiaswati dan Harnowo, 2014). Pada hal
penggunaan varietas lokal pada umumnya memiliki umur yang agak panjang sekitar
70 hari (Radjit dan Prasetiaswati, 2012), sedangkan penggunaan varietas unggul pada
budidayanya memiliki umur yang lebih pendek dan menghasilkan produksi yang lebih
tinggi (Balitkabi, 2005).
Peningkatan produksi dan produktivitas pada kacang hijau dapat dilakukan
dengan cara intensifikasi pertanian. Penggunaan varietas yang unggul dan penggunaan
input berupa pupuk merupakan langkah yang digunakan dalam intensifikasi. Hal
tersebut dilakukan karena, pupuk merupakan penambahan unsur hara ke dalam tanah
dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sementara itu,
varietas unggul merupakan komponen teknologi produksi yang murah, mudah
diadopsi, dan aman terhadap lingkungan, sehingga menghasilkan benih dengan kualitas
baik yang menjadi salah satu faktor penting dalam budidaya (Trustinah et al., 2014).
Penggunaan pupuk untuk mendukung budidaya dapat dilakukan dengan pupuk
organik yang terdiri dari kompos sampah organik dan kompos kotoran kambing. Hal
ini dilakukan karena penggunaan pupuk kimia yang tidak seimbang dapat memberikan
dampak buruk terhadap kesuburan tanah (Ullah, Barber, Hyder, Sultan, Mahmood and
Ullah, 2016). Penggunaan pupuk organik dari kompos kotoran kambing memiliki
kandungan kalium yang relatif lebih tinggi dibandingkan kotoran lainnya, serta dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Simanungkalit, Suriadikarta,
Saraswati, Setyorini dan Hartatik, 2006), sedangkan penggunaan kompos dari sampah
organik dapat memberikan serapan N, P, dan K tanaman yang tinggi (Prasetya,
Tyaswati dan Syekhfani 2005), sehingga dengan demikian perlunya penggunan pupuk
organik dalam budaya kacang hijau untuk mendukung pertumbuhan dan hasil.
Pemilihan varietas unggul yang memiliki potensi produksi dan produktivitas yang
tinggi, berumur genjah (55-65 hari), masak serempak, serta tahan terhadap hama dan
penyakit merupakan hal penting untuk dilakukan dalam intensifikasi pertanian.
Varietas Sriti dan Perkutut varietas unggul yang berasal dari seleksi galur dan
introduksi (Suhartina, 2005), sedangkan Vima-2 adalah varietas kacang hijau unggul
yang memiliki karakteristik umur genjah dan masak serempak (Balitkabi, 2014), sifat
umur genjah sangat penting untuk menghindari kekeringan dan serangan hama dan
penyakit serta meningkatkan indeks pertanaman (Hapsari, Trustinah dan Iswanto,
2015). Jadi dengan demikian perlu adanya penelitian mengenai respon pertumbuhan
dan hasil beberapa varietas kacang hijau akibat aplikasi jenis pupuk kompos.
1.2 Tujuan
1. Mempelajari interaksi antara jenis pupuk kompos dan varietas Sriti, Perkutut,
Vima-2 pada pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.).
2. Mempelajari kombinasi dari pemberian jenis pupuk kompos tehadap pertumbuhan
dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.).
1.3 Hipotesis
1. Terdapat interaksi antara jenis pupuk kompos dan varietas Sriti, Perkutut, Vima-2
terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.)
2. Pemberian jenis pupuk kompos dan varietas yang berbeda dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.).
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kacang Hijau
Kacang Hijau (Vigna radiata L.) ialah tanaman legume yang berumur pendek
lebih kurang 60 hari (Soeprapto, 2000). Berdasarkan taksonominya tanaman kacang
hijau diklasifikasikan kingdom Plantae, divisi Spermatophyta dengan Subdivisi
Angiospermae, digolongkan dalam kelas Dicotyledonae yang termasuk ordo Rosales
dengan famili Leguminosae, serta genus Vigna dan spesies Vigna radiata L. (Purwono
dan hartono, 2005).
Kacang hijau (Vigna radiata L.) termasuk salah satu komoditas tanaman
kacang-kacangan. Tanaman ini dapat di tanam di tanah berpasir, toleran terhadap
kekeringan dan salinitas tanah (Kandil, Arafah, Sharief dan Ramadan, 2012). Kacang
hijau memiliki akar tunggang, sistem perakarannya terdiri dari mesophytes dan
xerophytes (Marzuki dan Soeprapto, 2001). Batang pada kacang hijau tumbuh tegak
dengan ketinggian 30 cm - 60 cm, berbentuk bulat dan berbulu, warna batang dan
cabangnya hijau tetapi ada juga yang berwarna ungu, cabang pada batang tanaman ini
menyamping ke batang utama (Iswandari, 2006). Daun pada tanaman kacang hijau
termasuk trifoliate (dalam satu tangkai terdapat 3 helai daun), letaknya berselingan dan
bentuknya oval yang berwarna hijau muda hingga hijau tua (Fachruddin, 2000). Bunga
kacang hijau termasuk bunga sempurna (hermaprodite) dapat menyerbuk sendiri,
sedangkan secara umum polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang
antara 6-15 cm, setiap polong berisi 10 –15 biji, biji tanaman kacang hijau berbentuk
bulat kecil dengan bobot (berat) tiap butir 0,5 mg – 0,8 mg atau berat per 1000 butir
antara 36 g –78 g dan berwarna hijau (Suprapto, 2007).
Tanaman kacang hijau dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500
mdpl (Marzuki dan Soeprapto, 2004). Tanaman akan tumbuh dengan baik didaerah
yang reletif kering dengan suhu optimal 25-27ºC (Purwono dan Hartono, 2005) serta
curah hujannya 50 mm - 200 mm/bulan (Rukmana, 1997). Tanah yang tidak terlalu
banyak mengandung liat dapat ditanami kacang hijau. Tanah dengan kandungan bahan
organik tinggi sangat disukai oleh tanaman kacang hijau, sedangkan untuk
partumbuhan yang optimal diperlukan pH 5,5-6,5 (Purwono dan Hartono, 2008).
Tanaman kacang hijau memiliki kandungan zat-zat gizi, seperti amilum,
protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin
(B1, A, dan E) (Atman, 2007). Nilai gizi yang cukup tinggi tersebut menjadikan kacang
hijau dibudidayakan hampir diseluruh wilayah Indonesia, selain itu tanaman ini
memiliki 20-27% protein dan memiliki asam amino (Minh, 2014). Manfaat kacang
hijau yaitu sebagai peluruh air seni, melawan disentri, melenyapkan biang keringat,
menghilangkan bisul, menyuburkan rambut, menguatkan imunitas tubuh, menyehatkan
tulang, menurunkan kolesterol, melancarkan pencernaan, mengurangi resiko kanker,
sumber protein nabati, mengendalikan berat badan, mengurangi resiko anemia,
mencegah tekanan darah tinggi dan menyehatkan otak, serta mencegah penyakit
jantung (Mustakim, 2014). Selain itu, taoge dari kecambah kacang hijau terkandung
vitamin E yang dipengaruhi oleh varietas (Purwono dan Hartono, 2005).
2.2 Varietas Sriti, Perkutut dan Vima-2 Tanaman Kacang Hijau
Varietas unggul adalah salah satu komponen teknologi yang murah, mudah
diadopsi, dan aman terhadap lingkungan. Semua varietas kacang hijau yang telah
dilepas cocok ditanam di lahan sawah maupun lahan kering, penggunaan varietas
unggul kacang hijau terbukti mampu meningkatkan produktivitas kacang hijau di
beberapa daerah. Menurut Gomes, Wijana dan Suada (2014) penggunaan varietas
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen. Tersedianya varietas unggul yang
beragam memungkinkan petani memilih varietas yang sesuai untuk dikembangkan di
wilayahnya, namun belum semua varietas kacang hijau yang telah dilepas digunakan
oleh petani. Pemilihan varietas pada umumnya selalu mempertimbangkan
produktivitas, pembentukan varietas kacang hijau selain untuk tujuan produktivitas
juga diarahkan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan seperti umur genjah,
masak serempak, ketahanan terhadap hama penyakit, dan toleransi terhadap cekaman
kekeringan atau salinitas (Trustinah et al., 2014). Sifat umur genjah sangat penting
untuk menghindari kekeringan dan serangan hama dan penyakit serta meningkatkan
indeks pertanaman (Hapsari et al., 2015).
Varietas Sriti, Perkutut dan Vima-2 adalah varietas unggul tanaman kacang
hijau. Varietas ini termasuk varietas yang berumur genjah, deskripsi varietas disajikan
pada Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3. Pemilihan varietas yang tepat dan sesuai
dengan agroekosistem untuk dikembangkan merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan.
Varietas Sriti merupakan varietas yang berasal dari seleksi galur dari varietas
introduksi asal AVRDC Taiwan, keunggulan varietas ini memiliki rata-rata hasil 1,59
ton ha-1, memiliki tinggi tanaman dan jumlah cabang yang lebih banyak dibandingkan
varietas Vima-1, Murai dan Kutilang (Pratiwi, Rahmianna dan Taufik, 2012). Varietas
Perkutut merupakan varietas yang berasal dari introduksi AVRDC Taiwan, keunggulan
varietas ini memiliki potensi produksi 1,7 ton ha-1, tahan terhadap penyakit embun
tepung dan jumlah polong per tanaman dan biji per tanaman lebih banyak dibandingkan
varietas kenari dan merak (Dotulong, 2011). Varietas Vima-2 adalah varietas yang
diperoleh dari persilangan tunggal antara induk varietas Merpati dengan tetua jantan
VC 6307A. Keunggulan varietas Vima-2 yaitu produktivitas diatas varietas
pembanding seperti kutilang, potensi hasil 2,44 ton ha-1 dan rata-rata hasil 1,80 ton ha-
1, berumur genjah (56 HST), masak serempak, terindikasi toleran terhadap serangan
thrips pada fase generatif (Balitkabi, 2014).
2.3 Pengaruh Pupuk Kompos Sampah Organik Terhadap Tanaman Legume
Bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama dan
memiliki peranan cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta
lingkungan (Simanungkalit et al., 2006). Kompos adalah bahan organik dari sisa
tumbuhan dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh
mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat
tanah (Setyorini, Saraswati dan Anwar, 2006). Sampah yang merupakan semua bahan
yang telah dibuang ternyata memiliki banyak manfaat, salah satunya yaitu sampah
organik yang dijadikan sebagai bahan untuk pembuat komos (Nurjazuli, Awiyatul,
Juliana, Pertiwi, Samosir, Prasetyawati dan Pertiwi, 2016). Ditinjau dari ketersediaan
dan jenis bahan bakunya, sampah organik dari sisa tanaman ini berpotensi besar untuk
didaur ulang melalui proses pengomposan menjadi pupuk organik, hal ini dikarenakan,
kandungan hara beberapa tanaman pertanian ternyata cukup tinggi dan bermanfaat
sebagai sumber energi utama mikroorganisme di dalam tanah serta memiliki C/N yang
bervariasi tergantung jenis tanamannya.
Penggunaan pupuk kompos dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil pada
tanaman legume. Pemberian pupuk kompos pada tanaman kedelai mengahslkan
pertumbuhan tertinggi dengan parameter tinggi tanaman, panjang akar dan biomasa
tanaman dengan dosis 45 g per polibag (Charisma, Rahayu dan Isnawati, 2012).
Pemberian pupuk kompos pada budidaya kacang tunggak selain mampu menekan
tinggi rendahnya erodibilitas, sehingga mampu memperbaiki tektur, struktur dan
meningkatkan bahan organik tanah (Sembiring, Setiyo dan Sumiyati, 2012). Pemberian
kompos sampah kota yang sebagian besar berumber dari sampah organik memberikan
pertumbuhan(tinggi tanaman dan jumlah daun) dan hasil yang tinggi dengan dosis 8
ton ha-1 (Evita, 2006). Jadi dengan demikian perlu adanya pengaplikasian pupuk
kompos yang berasal dari sampah organik terhadap tanaman kacang hijau (Vigna
radiata L.).
2.4 Pengaruh Pupuk Kompos Kotoran Kambing Terhadap Tanaman Legume
Pupuk organik merupakan hasil akhir dari perubahan atau peruraian bagian dan
sisa-sisa tanaman maupun hewan (Murbandono, 2000). Pupuk organik memiliki fungsi
kimia yang penting seperti penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium,
magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, mangan, dan besi,
meskipun jumlahnya relatif (Simanungkalit et al., 2006). Bahan organik juga dapat
mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman serta dapat digunakan untuk
mereklamasi lahan bekas tambang dan lahan yang tercemar (Diah, 2005), pemberian
pupuk organik ke dalam tanah juga dapat meningkatkan pH tanah (Purnawaningrahayu
dan Radjit, 2005). Bahan organik yang diberikan kedalam tanah dapat memberikan
keuntungan pada kesuburan dan sifat fisik tanah (Hoitink dan Grebus, 1994). Sifat fisik
tanah memainkan peran penting dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman, sehingga
berkontribusi untuk produksi tanaman yang efisien (Zheljazkov & Warman, 2004).
Pengunaan pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik
kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan
kualitas lahan secara berkelanjutan (Sutanto, 2002).
Pupuk kandang merupakan semua produk buangan dari binatang peliharaan
yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.
Pupuk kompos kotoran kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari
pupuk kandang lainnya, sementara kadar hara N dan P hampir sama dengan pukan
lainnya. Pupuk kompos kotoran kambing mengandung 1,85 % N, 1,14 % P dan 2,49
% K (Hartatik dan Widowati, 2010) . Unsur N yang terkandung pada pupuk kompos
kotoran kambing mendorong pertumbuhan organ-organ yang berkaitan dengan
fotosintesis, untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman serta merangsang
pertumbuhan vegetatif. Unsur P merupakan unsur penting penyusun adenosin
triphosphate (ATP) yang secara langsung berperan dalam proses penyimpanan dan
transfer energi yang terkait dalam proses metabolisme tanaman, merangsang
pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang
pembentukan biji dan merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan
sel serta berperan dalam peningkatan komponen hasil. Sedangkan unsur K berperan
sebagai aktivator berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan
respirasi, untuk enzim yang terlibat dalam sistesis protein dan pati serta meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap serangan hama penyakit. Sedangkan (Subhan, Nurtika dan
Setiawati, 2005 dan Rizwan, 2008).
Penggunaan pupuk kompos kotorana kambing pada tanaman legume dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Pada tanaman buncis pemberian pupuk
kandang kambing dengan dosis 10 ton ha-1 sampai dengan dosis 30 ton ha-1
meningkatkan bobot polong per hektar (Styaningrum, Koesriharti dan Maghfoer,
2013). Pada tanaman kedelai penggunaan pupuk kandang kambing dengan dosis 6 kg
per plot atau 30 ton ha-1 memberikan pengaruh nyata pada rerata produksi kedelai per
plot (Aini, Sugiyanto dan Herlinawati, 2017), selain itu pemberian pupuk kadang
kambing dosis 10 ton ha-1 memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan
tanaman kedelai (Zulkifli, Wahyudi dan Hidayat, 2013). Pada tanaman kacang tanah
penggunaan pupuk kandang 10 ton ha-1 diaplikasikan sebagai hara tambahan tanaman
kacang tanah karena penggunaan pupuk kandang dapat mempertahankan kelestarian
lahan dan lingkungan dalam jangka panjang (Wijaya, 2011).
Budiaya kacang hijau memerlukan 20 ton ha-1 pupuk organik (Balitkabi, 2014).
Pemberian bahan organik dalam bentuk pupuk kandang dan kompos terbukti
meningkatkan jumlah cabang, berat kering tajuk, berat kering akar, jumlah polong per
tanaman kacang hijau. Penggunaan pupuk kompos kotoran kambing dapat
meningkatkan pertumbuhan vegetatif kacang hijau (Afif, Kastono dan Yudono, 2014),
penggunan pupuk kompos kotoran kambing memiliki respon yang lebih baik terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun dan hasil kacang hijau jika dibandingkan dengan pupuk
kandang kotoran sapi (Latuamury, 2015). Penggunaan pupuk kompos kotoran kambing
dapat mempengaruhi umur berbunga tanaman kacang hijau, hal tersebut dikarenakan
yang pupuk kandang kambing mengandung hormon gibberellin yang merupakan salah
satu hormon tumbuh pada tanaman yang mempunyai peranan dalam pembungaan.
Selain itu penggunaan pupuk kompos kotoran kambing memberikan rata-rata hasil
yang lebih tinggi bila diukur dari tinggi tanaman, jumlah polong, bobot kering, bobot
biji pertanaman jika dibandingkan dengan pupuk kandang sapi dan pupuk kandang
ayam (Nyimas, Ichawan dan Salim, 2013).
3. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu Dan Tempat
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2017 - September 2017 di
Kelurahan Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Batu.
3.2 Alat Dan Bahan
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul, cetok, koret,
gembor, ember, penggaris, meteran, alat tulis, kamera digital, tugal, sendok ukur, leaf
area meter (LAM), oven, timbangan digital. Bahan yang akan digunakan adalah benih
kacang hijau varietas Sriti, Perkutut dan Vima-2 yang berasal dari Balitkabi, pupuk
kompos kotoran kambing, pupuk urea, SP-36, KCl, papan label, insektisida dengan
bahan aktif friponil dan karbofuran 3% serta fungisida dengan bahan aktif klorotalonil
75%.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian adalah faktorial dengan rancangan acak kelompok (RAK) dan
ulangan 3 kali, faktor pertama adalah dosis pupuk kompos dengan 4 taraf, yaitu :
1. D1 : Pupuk kompos kotoran kambing dosis 15 ton ha-1
2. D2 : Pupuk kompos kotoran kambing dosis 20 ton ha-1
3. D3 : Pupuk kompos sampah organik dosis 15 ton ha-1
4. D4 : Pupuk kompos sampah organik dosis 20 ton ha-1
Faktor kedua adalah varietas kacang hijau, yaitu:
1. V1 : Varietas Sriti - tahun 1992
2. V2 : Varietas Perkutut - tahun 2001
3. V3 : Varietas Vima-2 - tahun 2014
Sehingga di dapatkan kombinasi perlakuan yang diisajikan pada Tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1. Kombinasi perlakuan jenis pupuk kompos dan varietas
Jenis pupuk
kompos
Varietas Kacang Hijau
V1 V2 V3
D1 D1V1 D1V2 D1V3
D2 D2V1 D2V2 D2V3
D3 D3V1 D3V2 D3V3
D4 D4V1 D4V2 D4V3
Keterangan = D1: Pupuk kompos kotoran kambing dosis 15 ton ha-1, D2 : Pupuk
kompos kotoran kambing dosis 20 ton ha-1, D3 : Pupuk kompos sampah organik dosis
15 ton ha-1, D4 : Pupuk kompos sampah organik dosis 15 ton ha-1, V1: Varietas Sriti,
V2 : Varietas Perkutut dan V3 : Varietas Vima-2.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Lahan
Tahap awal yaitu persiapan lahan yang dilakukan dengan pengolahan lahan
dengan cara mencangkul lahan, hasil analisa tanah pada lahan tersebut disajikan pada
Lampiran 4. Setelah itu, dilakukan pembuatan denah petak percobaan yang disajikan
pada Lampiran 5. Ukuran lahan 8,4 m x 19,6 m yang terdiri dari 36 petak, setiap petak
percobaan berukuran 2,2 m x 1,2 m, got keliling selebar 40 cm dengan kedalaman got
50 cm dan jarak antar bedeng 40 cm. Persiapan lahan dilakukan seminggu sebelum
penananam.
3.4.2 Penanaman
Kacang hijau yang ditanam menggunakan varietas Sriti, Perkutut dan Vima 2.
Pembuatan lubang tanam dilakukan menggunakan tugal dengan kedalaman 2-3 cm.
Setiap lubang diisi 3 butih benih lalu ditutup dengan tanah. Jarak tanam kacang hijau
yang digunakan yaitu 40 cm x 15 cm.
3.4.3 Pengaplikasian Pupuk
Pengaplikasian pupuk dasar dilakukan pada lahan kacang hijau dengan
pemberian pupuk urea dosis 45 kg ha-1, SP-36 dosis 90 kg ha-1 dan KCL dosis 50 kg
ha-1 disajikan pada lampiran 6. Pemberian kompos kotoran kambing dan sampah
organik dilakukan saat tanam kacang hijau dan diaplikasi dengan cara dilarik di setiap
petaknya sesuai dengan dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1, untuk dosis yang diberikan
setiap petaknya disajikan pada Lampiran 7.
3.4.4 Pemeliharaan Yang Akan Dilakukan
Pemeliharan pada penelitian ini antara lain :
1. Penyulaman dilakukan dengan menanam kembali benih kacang hijau pada
tanaman yang tidak tumbuh yang dilakukan pada umur 5-10 HST.
2. Penyiraman dilakukan saat awal pertumbuhan, fase berbunga dan fase
pengisian polong.
3. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul
apabila terdapat gulma.
4. Pembumbunan dilakukan pada umur 28 HST dengan cara mengemburkan
kembali tanah di sekitar tanaman.
5. Pengendalian hama dilakukan pada umur 35 HST dan 45 HST dengan
menyemprotkan insektisida. Pengendalian penyakit dilakukan pada umur 28
HST, 35 HST dan 42 HST dengan menyemprotkan fungisida. Selain itu,
pengendalian hama penyakit dilakukan tergantung dengan adanya gejala yang
nampak saat di lapang.
3.4.5 Panen
Panen kacang hijau dilakukan apabila telah masak fisiologis dengan ciri-ciri
warna polong yang semula hijau muda berubah menjadi warna kecoklatan atau hitam
dan daun mulai menguning. Panen dilakukan dengan cara dipetik polongnya, panen
kedua varietas tersebut dilakukan sekali panen. Varietas Sriti dipanen saat tanaman
berumur 60-65 hari, varietas Perkutut dipanen saat tanaman berumur 60 hari, varietas
Vima-2 dipanen saat tanaman berumur 56 hari.
3.5 Parameter Pengamatan
3.5.1 Pengamatan Destruktif
Denah pengamatan disajikan pada Lampiran 8. Pengamatan parameter
pertumbuhan antara lain :
1 Luas daun (cm2), diukur dengan menggunakan leaf area meter (LAM), dengan
merusak tanaman sampel, kemudian daun kacang hijau dimasukan kedalam
leaf area meter (LAM) pada 14 HST, 28 HST, dan 42 HST.
2 Bobot basah per tanaman (g per tanaman), dilakukan dengan menimbang
tanaman sampel pada 14 HST, 28 HST dan 42 HST.
3 Bobot kering (g per tanaman), dilakukan dengan di oven pada suhu 80ºC selama
48 jam 14 HST, 28 HST dan 42 HST.
3.5.2 Pengamatan Non Destruktif
Pengamatan parameter hasil panen meliputi :
1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh,
diamati pada 14 HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST.
2. Jumlah daun (helai), dihitung jumlah daun trifoliate yang telah membuka
sempurna, diamati pada 14 HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST.
3. Jumlah cabang pertanaman, jumlah cabang yang dihitung yaitu jumlah cabang
produktif, diamati pada 28 HST, 42 HST dan 56 HST.
4. Jumlah bunga per tanaman, dihitung saat 33 HST karena pada umur tersebut
tanaman berada diantara fase awal pembungaan dan fase akhir pembungaan.
5. Jumlah polong per tanaman, dilakukan dengan menghitung polong tanaman
sampel pada 42 HST dan 50 HST.
6. Jumlah polong berisi, dilakukan dengan menghitung polong yang berisi pada
tanaman sampel pada 42 HST dan 50 HST.
3.5.3 Pengamatan Panen
1. Bobot 100 biji (g), dilakukan dengan cara menimbang 100 biji yang telah
dikeringkan 2-3 hari dengan sinar matahari, Varietas Vima-2 56 HST, Varietas
Perkutut 60 HST dan Varietas Sriti 65 HST.
2. Hasil kacang hijau per hektar, dilakukan dengan menimbang biji kacang hijau,
kemudian dikonversi luasan 1 hektar.
3.6 Analisis Data
Data pengamatan yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis ragam
(Uji F) pada taraf kepercayaan 5%. Apabila hasil analisis tersebut beda nyata (F hitung
> F tabel 5%), maka akan dianjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan
taraf kepercayaan 5%.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, D. N., B. Sugiyanto dan Herlinawati. 2017. Aplikasi Mikroorganisme Lokal
Bonggol Pisang dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap Produksi Kedelai
(Glycine max L. Merrill) Varietas Baluran. J. of Applied Agricultural Sciences.
1 (1) :35-43.
Afif, T., D. Kastono dan P. Yudono. 2014. Pengaruh Macam Pupuk Kandang
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kacang Hijau (Vigna radiata
L. Wilczek) di Lahan Pasir Pantai Bugel, Kulon Progo. Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 3 (3) : 78-88.
Atman, 2007. Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna radiata L.) di Lahan Sawah.
Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat.
Sumatera Barat. 6 (1) : 89 – 95.
Balitkabi. 2005. Teknologi Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. p : 36.
Balitkabi. 2005. Laporan Tahunan Balitkabi 2004. Balai Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian. Malang. p :117.
Balitkabi. 2014. Vima-2 dan Vima-3: Varietas Kacang Hijau Terbaru.
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/?p=3319. Diakses pada 13 Maret 2017.
Charisma, A. M., Y. S. Rahayu dan Isnawati. 2012. Pengaruh Kombinasi Kompos
Trichoderma dan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada Media Tanam
Tanah Kapur. LenteraBio. 1 (3) : 111-116.
Diah, S. 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 27 (6).
Dontulong, F. 2011. The Variety Of Quantitive And Qualitive Character Of Five
Varieties Of Mungbean (Vigna radiata L.). Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Samratulangi. Manado.
Evita. 2006. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Sampah Kota Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Kacang Hijau. J. Agronomi. 13 (2) : 5-8 ISSN 1410-1939.
Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta. 118 pp.
Gomes, E., G Wijana dan I. K. Suada. 2014. Pengaruh Varietas dan Waktu
Penyiangan Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau
(Phaseolus Radiatus L.). AGROTROP, 4 (1): 19-26 (2014) ISSN: 2088-155X.
Hapsari, R.T., Trustinah dan R. Iswanto. 2015. Keragamanplasma nutfahkacang hijau
dan potensinya untuk program pemuliaan kacang hijau. Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi). Malang. 1 (4) : 918-922 ISSN
: 2407-8050.
Hartatik dan Widowati. 2010. Pupuk Kandang. http://balittanah.litbang.
pertanian.go.id/document.php?folder=ind/dokumentasi/lainnya&filename=04
pupuk%20kandang&ext=pdf. Diakses pada tanggal 13 Maret 2017.
Hoitink, H. A. J and M. E. Grebus. 1994. StatusOf Biological Control of Plant Disease
With Composts. Compost Sci. Utilization. 2: 5-12.
Iswandari, R. 2006. Studi Kandungan Isoflavon pada Kacang Hijau, Tempe Kacang
Hijau dan Bubur Kacang Hijau. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Kandil, A.A., A. A. Arafah, A. E, Sharief and A. N. Ramadan. 2012. Genotypic
Differences Between Two Mungbean Varieties In Response To Salt Stress At
Seedling Stage. International J. of Agriculture Sciences. 4 (7) : 278-283.
Latuamury, N. 2015. Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.). J. Agroforestri. 10
(2) : 209-216 ISSN : 1907-7556.
Lingga, P dan Marsono, 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta. 160 pp.
Murbandono, L. H. S. 2000. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 60 pp.
Marzuki, A dan H .S. Soeprapto. 2001. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya.
Depok. 44 pp.
Marzuki A .dan H. S. Soeprapto. 2004. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya.
Jakarta. 44 pp.
Minh, N. P. 2014. Different Factors Affecting To Mung Bean Tofu Production.
International J. of Multidisciplinary Research and Development. 1 (4) : 105-
110.
Nurjazuli, A. Awiyatul, C. Juliana, K. D. Pertiwi, K. Samosir, P, Prasetyawati dan S.
Pertiwi. Teknologi Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos Cair
(Organic Waste Treatment Technology Toward Liquid Compost). Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II. Padang. 1-4.
Nyimas, M. E. F., B. Ichawan dan H. Salim. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Dua
Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril) Pada Perbedaan Pupuk Organik.
Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi. 2 (1) : 40-46 ISSN : 2302-6472.
Purnawaningrahayu, R. D dan S. Radjit. 2005. Hubungan Tingkat Kadar Air Tanah
dengan Pemberian Bagas dan KCl Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang
Hijau. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.
Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 56 pp.
Purwono dan R. Hartono. 2008. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 56 pp.
Prasetya, B, G, Tyaswati dan Syekhfani. 2005. Pengelolaan Sampah organik Menjadi
Kompos di Kampus Brawijaya. Workshop Nasional Biokonversi Limbah. p :
87-88.
Pratiwi, H., A. A. Rahmianna dan A. Taufik. Perbandingan Fenologi Beberapa
Varietas Unggul Kacang Hijau pada Pertanaman Awal Musim Hujan. Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 487-492.
Radjit, B. S. dan N. Prasetiaswati. 2012. Prospek kacang hijau pada musim kemarau
di Jawa Tengah. Buletin Palawija 24 : 57-68.
Rizwan, M. 2008. Evaluasi Pupuk NPK dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Kacang. J. Ilmiah Abdi Ilmu 3 (2) : 150-158.
Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
68 pp.
Sembiring, R. A., Y. Setiyo dan Sumiyati. 2012. Pengaruh Pemberian Kompos pada
Budidaya Tanaman Kacang Tunggak Terhadap Erodibilitas Tanah. Jurusan
Teknik Pertanian Fakultas Teknik Pertanian Udayana. Bali.
Setyorini, D., R. Saraswati dan E. K. Anwar. 2006. Kompos.Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. p : 11-40.
Simanungkalit, R. D. M., D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini dan W.
Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. p : 59-82.
Soeprapto. 2000. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 44 pp.
Styaningrum, L., Koesriharti dan M. D. Maghfoer. 2013. Respon Tanaman Buncis
(Phaseolus vulgaris L.) Terhadap Dosis Pupuk Kandang Kambing dan Pupuk
Daun Yang Berbeda. Jurnal Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya. Malang. 1 (1) : 54-60.
Subhan, N., Nurtika dan W. Setiawati. 2005. Peningkatan Efisiensi Pemupukan NPK
dengan Memanfaatkan Bahan Organik Terhadap Hasil Tomat. J. Hort 15 (2) :
91-96.
Sunantara, I.M.M. 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Pusat Penelitian Dan
Pengambangan Tanaman Pangan (Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau ).
Denpasar Bali.
Suprapto, H. S., 2007. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 44 pp.
Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Balai Penelitian dan Kacang. Malang. p : 114.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. p : 232.
Trustinah., B. S. Radjit, N. Prasetiaswati dan D. Harnowo. 2014. Adopsi Varietas
Unggul Kacang Hijau di Sentra Produksi. Balai Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Ubi. Jawa Timur. 9 (1) : 24 - 38.
Ullah, M. A., R. Barber, S. I. Hyder, T. Sultan, I. A. Mahmood and K. Ullah. 2016.
Effect of Rhizobium on Growth of Different Mungbean Varieties Under Salt
Stress Conditions. International Invention J. of Agricultural and Soil Science. 4
(4) : 44 - 46.
Wijaya, A. 2011. Pengaruh Pemupukan Dan Pemberian Kapur Terhadap
Pertumbuhan Dan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.).
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Zheljazkov, V.D dan P. R. Warman. 2004. Source Separated Municipal Solid Waste
Compost Application To Swiss Chard and Basil. J. Environ. Quality. 33 : 542-
552.
Zulkifli, T. B. H., E. Wahyudi dan N. Hidayat. 2013. Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Akibat Pemberian Kalsium (Ca0)
Dan Beberapa Jenis Pupuk Kandang di Lahan Ultisol. J. Polifrofersi. 8 (1).
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS
KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) AKIBAT APLIKASI JENIS
PUPUK KOMPOS
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
Triwati Damanik
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Fix selesai

More Related Content

What's hot

Halaman seluruhnya
Halaman seluruhnyaHalaman seluruhnya
Halaman seluruhnya
Indri Chayou
 
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ipPaper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
Febrina Tentaka
 
penanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada berpenanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada ber
marhenharjono
 

What's hot (20)

Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)
Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)
Makalah tbt rempah dan khasiat obat (beluntas)
 
Proposal mentimun
Proposal mentimunProposal mentimun
Proposal mentimun
 
Makalah_70 pengolahan benih terung dan mentimun
Makalah_70 pengolahan benih terung dan mentimunMakalah_70 pengolahan benih terung dan mentimun
Makalah_70 pengolahan benih terung dan mentimun
 
Praktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen TanamanPraktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen Tanaman
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
 
Kacang tanah
Kacang tanahKacang tanah
Kacang tanah
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tpt semangka
Tpt semangkaTpt semangka
Tpt semangka
 
Papaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiPapaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan ii
 
Halaman seluruhnya
Halaman seluruhnyaHalaman seluruhnya
Halaman seluruhnya
 
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ipPaper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benih
 
Makalah opt
Makalah optMakalah opt
Makalah opt
 
Rumpai di Bawah Kelapa Sawit
Rumpai di Bawah Kelapa SawitRumpai di Bawah Kelapa Sawit
Rumpai di Bawah Kelapa Sawit
 
penanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada berpenanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada ber
 
Laporan Sayuran Organik LNK49
Laporan Sayuran Organik LNK49Laporan Sayuran Organik LNK49
Laporan Sayuran Organik LNK49
 
Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung
 
Makalah sorgum
Makalah sorgumMakalah sorgum
Makalah sorgum
 
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTeknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
 

Similar to Fix selesai

3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
MuhammadSarif8
 
Laporan Biogul
Laporan Biogul Laporan Biogul
Laporan Biogul
Ardianti
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
kaekae27
 
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUKPENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
Puan Habibah
 

Similar to Fix selesai (20)

Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpaduLaporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
 
331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht
 
Proposal penelitian husni
Proposal penelitian husniProposal penelitian husni
Proposal penelitian husni
 
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
 
Jarak Tanam bayam merah.pdf
Jarak Tanam bayam merah.pdfJarak Tanam bayam merah.pdf
Jarak Tanam bayam merah.pdf
 
Aktivitas tanaman sebagai antibakteri
Aktivitas tanaman sebagai antibakteriAktivitas tanaman sebagai antibakteri
Aktivitas tanaman sebagai antibakteri
 
Proposal penelitian husni
Proposal penelitian husniProposal penelitian husni
Proposal penelitian husni
 
Tanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayuTanaman ubi kayu
Tanaman ubi kayu
 
Laporan Biogul
Laporan Biogul Laporan Biogul
Laporan Biogul
 
Kacang panjang
Kacang panjangKacang panjang
Kacang panjang
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (
 
Buku jarak 16okt (1)
Buku jarak 16okt (1)Buku jarak 16okt (1)
Buku jarak 16okt (1)
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
 
SAPROTAN KSPP.docx
SAPROTAN KSPP.docxSAPROTAN KSPP.docx
SAPROTAN KSPP.docx
 
Kacang panjang
Kacang panjangKacang panjang
Kacang panjang
 
Kacang panjang
Kacang panjangKacang panjang
Kacang panjang
 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
 
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUKPENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JERUK
 

Fix selesai

  • 1. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Varietas kacang hijau sejak tahun 1945-2008 terdapat 20 varietas unggul. Penggunaan varietas unggul untuk pertanaman kacang hijau masih sedikit dilakukan dan belum semua varietas unggul digunakan oleh petani, hal ini pula yang menjadi salah faktor rendahnya produksi kacang hijau (Latuamury, 2015). Pada tahun 2012 dari beberapa kabupaten di Jawa Timur, sekitar 80 % luas areal pertanaman kacang hijau penggunaan varietas unggul berkisar 0-8 %, sebagian besar masih menggunaan varietas lokal 67,6 %, sedangkan 37,3 % menggunakan varietas unggul yang dilepas sebelum tahun 2000 (Trustinah, Radjit, Prasetiaswati dan Harnowo, 2014). Pada hal penggunaan varietas lokal pada umumnya memiliki umur yang agak panjang sekitar 70 hari (Radjit dan Prasetiaswati, 2012), sedangkan penggunaan varietas unggul pada budidayanya memiliki umur yang lebih pendek dan menghasilkan produksi yang lebih tinggi (Balitkabi, 2005). Peningkatan produksi dan produktivitas pada kacang hijau dapat dilakukan dengan cara intensifikasi pertanian. Penggunaan varietas yang unggul dan penggunaan input berupa pupuk merupakan langkah yang digunakan dalam intensifikasi. Hal tersebut dilakukan karena, pupuk merupakan penambahan unsur hara ke dalam tanah dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sementara itu, varietas unggul merupakan komponen teknologi produksi yang murah, mudah diadopsi, dan aman terhadap lingkungan, sehingga menghasilkan benih dengan kualitas baik yang menjadi salah satu faktor penting dalam budidaya (Trustinah et al., 2014). Penggunaan pupuk untuk mendukung budidaya dapat dilakukan dengan pupuk organik yang terdiri dari kompos sampah organik dan kompos kotoran kambing. Hal ini dilakukan karena penggunaan pupuk kimia yang tidak seimbang dapat memberikan dampak buruk terhadap kesuburan tanah (Ullah, Barber, Hyder, Sultan, Mahmood and Ullah, 2016). Penggunaan pupuk organik dari kompos kotoran kambing memiliki kandungan kalium yang relatif lebih tinggi dibandingkan kotoran lainnya, serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Simanungkalit, Suriadikarta,
  • 2. Saraswati, Setyorini dan Hartatik, 2006), sedangkan penggunaan kompos dari sampah organik dapat memberikan serapan N, P, dan K tanaman yang tinggi (Prasetya, Tyaswati dan Syekhfani 2005), sehingga dengan demikian perlunya penggunan pupuk organik dalam budaya kacang hijau untuk mendukung pertumbuhan dan hasil. Pemilihan varietas unggul yang memiliki potensi produksi dan produktivitas yang tinggi, berumur genjah (55-65 hari), masak serempak, serta tahan terhadap hama dan penyakit merupakan hal penting untuk dilakukan dalam intensifikasi pertanian. Varietas Sriti dan Perkutut varietas unggul yang berasal dari seleksi galur dan introduksi (Suhartina, 2005), sedangkan Vima-2 adalah varietas kacang hijau unggul yang memiliki karakteristik umur genjah dan masak serempak (Balitkabi, 2014), sifat umur genjah sangat penting untuk menghindari kekeringan dan serangan hama dan penyakit serta meningkatkan indeks pertanaman (Hapsari, Trustinah dan Iswanto, 2015). Jadi dengan demikian perlu adanya penelitian mengenai respon pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kacang hijau akibat aplikasi jenis pupuk kompos. 1.2 Tujuan 1. Mempelajari interaksi antara jenis pupuk kompos dan varietas Sriti, Perkutut, Vima-2 pada pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.). 2. Mempelajari kombinasi dari pemberian jenis pupuk kompos tehadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.). 1.3 Hipotesis 1. Terdapat interaksi antara jenis pupuk kompos dan varietas Sriti, Perkutut, Vima-2 terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.) 2. Pemberian jenis pupuk kompos dan varietas yang berbeda dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.).
  • 3. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Hijau Kacang Hijau (Vigna radiata L.) ialah tanaman legume yang berumur pendek lebih kurang 60 hari (Soeprapto, 2000). Berdasarkan taksonominya tanaman kacang hijau diklasifikasikan kingdom Plantae, divisi Spermatophyta dengan Subdivisi Angiospermae, digolongkan dalam kelas Dicotyledonae yang termasuk ordo Rosales dengan famili Leguminosae, serta genus Vigna dan spesies Vigna radiata L. (Purwono dan hartono, 2005). Kacang hijau (Vigna radiata L.) termasuk salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan. Tanaman ini dapat di tanam di tanah berpasir, toleran terhadap kekeringan dan salinitas tanah (Kandil, Arafah, Sharief dan Ramadan, 2012). Kacang hijau memiliki akar tunggang, sistem perakarannya terdiri dari mesophytes dan xerophytes (Marzuki dan Soeprapto, 2001). Batang pada kacang hijau tumbuh tegak dengan ketinggian 30 cm - 60 cm, berbentuk bulat dan berbulu, warna batang dan cabangnya hijau tetapi ada juga yang berwarna ungu, cabang pada batang tanaman ini menyamping ke batang utama (Iswandari, 2006). Daun pada tanaman kacang hijau termasuk trifoliate (dalam satu tangkai terdapat 3 helai daun), letaknya berselingan dan bentuknya oval yang berwarna hijau muda hingga hijau tua (Fachruddin, 2000). Bunga kacang hijau termasuk bunga sempurna (hermaprodite) dapat menyerbuk sendiri, sedangkan secara umum polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm, setiap polong berisi 10 –15 biji, biji tanaman kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan bobot (berat) tiap butir 0,5 mg – 0,8 mg atau berat per 1000 butir antara 36 g –78 g dan berwarna hijau (Suprapto, 2007). Tanaman kacang hijau dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 mdpl (Marzuki dan Soeprapto, 2004). Tanaman akan tumbuh dengan baik didaerah yang reletif kering dengan suhu optimal 25-27ºC (Purwono dan Hartono, 2005) serta curah hujannya 50 mm - 200 mm/bulan (Rukmana, 1997). Tanah yang tidak terlalu
  • 4. banyak mengandung liat dapat ditanami kacang hijau. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sangat disukai oleh tanaman kacang hijau, sedangkan untuk partumbuhan yang optimal diperlukan pH 5,5-6,5 (Purwono dan Hartono, 2008). Tanaman kacang hijau memiliki kandungan zat-zat gizi, seperti amilum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E) (Atman, 2007). Nilai gizi yang cukup tinggi tersebut menjadikan kacang hijau dibudidayakan hampir diseluruh wilayah Indonesia, selain itu tanaman ini memiliki 20-27% protein dan memiliki asam amino (Minh, 2014). Manfaat kacang hijau yaitu sebagai peluruh air seni, melawan disentri, melenyapkan biang keringat, menghilangkan bisul, menyuburkan rambut, menguatkan imunitas tubuh, menyehatkan tulang, menurunkan kolesterol, melancarkan pencernaan, mengurangi resiko kanker, sumber protein nabati, mengendalikan berat badan, mengurangi resiko anemia, mencegah tekanan darah tinggi dan menyehatkan otak, serta mencegah penyakit jantung (Mustakim, 2014). Selain itu, taoge dari kecambah kacang hijau terkandung vitamin E yang dipengaruhi oleh varietas (Purwono dan Hartono, 2005). 2.2 Varietas Sriti, Perkutut dan Vima-2 Tanaman Kacang Hijau Varietas unggul adalah salah satu komponen teknologi yang murah, mudah diadopsi, dan aman terhadap lingkungan. Semua varietas kacang hijau yang telah dilepas cocok ditanam di lahan sawah maupun lahan kering, penggunaan varietas unggul kacang hijau terbukti mampu meningkatkan produktivitas kacang hijau di beberapa daerah. Menurut Gomes, Wijana dan Suada (2014) penggunaan varietas dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen. Tersedianya varietas unggul yang beragam memungkinkan petani memilih varietas yang sesuai untuk dikembangkan di wilayahnya, namun belum semua varietas kacang hijau yang telah dilepas digunakan oleh petani. Pemilihan varietas pada umumnya selalu mempertimbangkan produktivitas, pembentukan varietas kacang hijau selain untuk tujuan produktivitas juga diarahkan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan seperti umur genjah, masak serempak, ketahanan terhadap hama penyakit, dan toleransi terhadap cekaman kekeringan atau salinitas (Trustinah et al., 2014). Sifat umur genjah sangat penting
  • 5. untuk menghindari kekeringan dan serangan hama dan penyakit serta meningkatkan indeks pertanaman (Hapsari et al., 2015). Varietas Sriti, Perkutut dan Vima-2 adalah varietas unggul tanaman kacang hijau. Varietas ini termasuk varietas yang berumur genjah, deskripsi varietas disajikan pada Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3. Pemilihan varietas yang tepat dan sesuai dengan agroekosistem untuk dikembangkan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Varietas Sriti merupakan varietas yang berasal dari seleksi galur dari varietas introduksi asal AVRDC Taiwan, keunggulan varietas ini memiliki rata-rata hasil 1,59 ton ha-1, memiliki tinggi tanaman dan jumlah cabang yang lebih banyak dibandingkan varietas Vima-1, Murai dan Kutilang (Pratiwi, Rahmianna dan Taufik, 2012). Varietas Perkutut merupakan varietas yang berasal dari introduksi AVRDC Taiwan, keunggulan varietas ini memiliki potensi produksi 1,7 ton ha-1, tahan terhadap penyakit embun tepung dan jumlah polong per tanaman dan biji per tanaman lebih banyak dibandingkan varietas kenari dan merak (Dotulong, 2011). Varietas Vima-2 adalah varietas yang diperoleh dari persilangan tunggal antara induk varietas Merpati dengan tetua jantan VC 6307A. Keunggulan varietas Vima-2 yaitu produktivitas diatas varietas pembanding seperti kutilang, potensi hasil 2,44 ton ha-1 dan rata-rata hasil 1,80 ton ha- 1, berumur genjah (56 HST), masak serempak, terindikasi toleran terhadap serangan thrips pada fase generatif (Balitkabi, 2014). 2.3 Pengaruh Pupuk Kompos Sampah Organik Terhadap Tanaman Legume Bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama dan memiliki peranan cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan (Simanungkalit et al., 2006). Kompos adalah bahan organik dari sisa tumbuhan dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah (Setyorini, Saraswati dan Anwar, 2006). Sampah yang merupakan semua bahan yang telah dibuang ternyata memiliki banyak manfaat, salah satunya yaitu sampah organik yang dijadikan sebagai bahan untuk pembuat komos (Nurjazuli, Awiyatul,
  • 6. Juliana, Pertiwi, Samosir, Prasetyawati dan Pertiwi, 2016). Ditinjau dari ketersediaan dan jenis bahan bakunya, sampah organik dari sisa tanaman ini berpotensi besar untuk didaur ulang melalui proses pengomposan menjadi pupuk organik, hal ini dikarenakan, kandungan hara beberapa tanaman pertanian ternyata cukup tinggi dan bermanfaat sebagai sumber energi utama mikroorganisme di dalam tanah serta memiliki C/N yang bervariasi tergantung jenis tanamannya. Penggunaan pupuk kompos dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil pada tanaman legume. Pemberian pupuk kompos pada tanaman kedelai mengahslkan pertumbuhan tertinggi dengan parameter tinggi tanaman, panjang akar dan biomasa tanaman dengan dosis 45 g per polibag (Charisma, Rahayu dan Isnawati, 2012). Pemberian pupuk kompos pada budidaya kacang tunggak selain mampu menekan tinggi rendahnya erodibilitas, sehingga mampu memperbaiki tektur, struktur dan meningkatkan bahan organik tanah (Sembiring, Setiyo dan Sumiyati, 2012). Pemberian kompos sampah kota yang sebagian besar berumber dari sampah organik memberikan pertumbuhan(tinggi tanaman dan jumlah daun) dan hasil yang tinggi dengan dosis 8 ton ha-1 (Evita, 2006). Jadi dengan demikian perlu adanya pengaplikasian pupuk kompos yang berasal dari sampah organik terhadap tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.). 2.4 Pengaruh Pupuk Kompos Kotoran Kambing Terhadap Tanaman Legume Pupuk organik merupakan hasil akhir dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman maupun hewan (Murbandono, 2000). Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya relatif (Simanungkalit et al., 2006). Bahan organik juga dapat mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman serta dapat digunakan untuk mereklamasi lahan bekas tambang dan lahan yang tercemar (Diah, 2005), pemberian pupuk organik ke dalam tanah juga dapat meningkatkan pH tanah (Purnawaningrahayu dan Radjit, 2005). Bahan organik yang diberikan kedalam tanah dapat memberikan keuntungan pada kesuburan dan sifat fisik tanah (Hoitink dan Grebus, 1994). Sifat fisik
  • 7. tanah memainkan peran penting dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman, sehingga berkontribusi untuk produksi tanaman yang efisien (Zheljazkov & Warman, 2004). Pengunaan pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan (Sutanto, 2002). Pupuk kandang merupakan semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Pupuk kompos kotoran kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya, sementara kadar hara N dan P hampir sama dengan pukan lainnya. Pupuk kompos kotoran kambing mengandung 1,85 % N, 1,14 % P dan 2,49 % K (Hartatik dan Widowati, 2010) . Unsur N yang terkandung pada pupuk kompos kotoran kambing mendorong pertumbuhan organ-organ yang berkaitan dengan fotosintesis, untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman serta merangsang pertumbuhan vegetatif. Unsur P merupakan unsur penting penyusun adenosin triphosphate (ATP) yang secara langsung berperan dalam proses penyimpanan dan transfer energi yang terkait dalam proses metabolisme tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji dan merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel serta berperan dalam peningkatan komponen hasil. Sedangkan unsur K berperan sebagai aktivator berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, untuk enzim yang terlibat dalam sistesis protein dan pati serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama penyakit. Sedangkan (Subhan, Nurtika dan Setiawati, 2005 dan Rizwan, 2008). Penggunaan pupuk kompos kotorana kambing pada tanaman legume dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Pada tanaman buncis pemberian pupuk kandang kambing dengan dosis 10 ton ha-1 sampai dengan dosis 30 ton ha-1 meningkatkan bobot polong per hektar (Styaningrum, Koesriharti dan Maghfoer, 2013). Pada tanaman kedelai penggunaan pupuk kandang kambing dengan dosis 6 kg per plot atau 30 ton ha-1 memberikan pengaruh nyata pada rerata produksi kedelai per plot (Aini, Sugiyanto dan Herlinawati, 2017), selain itu pemberian pupuk kadang
  • 8. kambing dosis 10 ton ha-1 memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan tanaman kedelai (Zulkifli, Wahyudi dan Hidayat, 2013). Pada tanaman kacang tanah penggunaan pupuk kandang 10 ton ha-1 diaplikasikan sebagai hara tambahan tanaman kacang tanah karena penggunaan pupuk kandang dapat mempertahankan kelestarian lahan dan lingkungan dalam jangka panjang (Wijaya, 2011). Budiaya kacang hijau memerlukan 20 ton ha-1 pupuk organik (Balitkabi, 2014). Pemberian bahan organik dalam bentuk pupuk kandang dan kompos terbukti meningkatkan jumlah cabang, berat kering tajuk, berat kering akar, jumlah polong per tanaman kacang hijau. Penggunaan pupuk kompos kotoran kambing dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif kacang hijau (Afif, Kastono dan Yudono, 2014), penggunan pupuk kompos kotoran kambing memiliki respon yang lebih baik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan hasil kacang hijau jika dibandingkan dengan pupuk kandang kotoran sapi (Latuamury, 2015). Penggunaan pupuk kompos kotoran kambing dapat mempengaruhi umur berbunga tanaman kacang hijau, hal tersebut dikarenakan yang pupuk kandang kambing mengandung hormon gibberellin yang merupakan salah satu hormon tumbuh pada tanaman yang mempunyai peranan dalam pembungaan. Selain itu penggunaan pupuk kompos kotoran kambing memberikan rata-rata hasil yang lebih tinggi bila diukur dari tinggi tanaman, jumlah polong, bobot kering, bobot biji pertanaman jika dibandingkan dengan pupuk kandang sapi dan pupuk kandang ayam (Nyimas, Ichawan dan Salim, 2013).
  • 9. 3. METODE PELAKSANAAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2017 - September 2017 di Kelurahan Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Batu. 3.2 Alat Dan Bahan Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul, cetok, koret, gembor, ember, penggaris, meteran, alat tulis, kamera digital, tugal, sendok ukur, leaf area meter (LAM), oven, timbangan digital. Bahan yang akan digunakan adalah benih kacang hijau varietas Sriti, Perkutut dan Vima-2 yang berasal dari Balitkabi, pupuk kompos kotoran kambing, pupuk urea, SP-36, KCl, papan label, insektisida dengan bahan aktif friponil dan karbofuran 3% serta fungisida dengan bahan aktif klorotalonil 75%. 3.3 Metode Penelitian Penelitian adalah faktorial dengan rancangan acak kelompok (RAK) dan ulangan 3 kali, faktor pertama adalah dosis pupuk kompos dengan 4 taraf, yaitu : 1. D1 : Pupuk kompos kotoran kambing dosis 15 ton ha-1 2. D2 : Pupuk kompos kotoran kambing dosis 20 ton ha-1 3. D3 : Pupuk kompos sampah organik dosis 15 ton ha-1 4. D4 : Pupuk kompos sampah organik dosis 20 ton ha-1 Faktor kedua adalah varietas kacang hijau, yaitu: 1. V1 : Varietas Sriti - tahun 1992 2. V2 : Varietas Perkutut - tahun 2001 3. V3 : Varietas Vima-2 - tahun 2014
  • 10. Sehingga di dapatkan kombinasi perlakuan yang diisajikan pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Kombinasi perlakuan jenis pupuk kompos dan varietas Jenis pupuk kompos Varietas Kacang Hijau V1 V2 V3 D1 D1V1 D1V2 D1V3 D2 D2V1 D2V2 D2V3 D3 D3V1 D3V2 D3V3 D4 D4V1 D4V2 D4V3 Keterangan = D1: Pupuk kompos kotoran kambing dosis 15 ton ha-1, D2 : Pupuk kompos kotoran kambing dosis 20 ton ha-1, D3 : Pupuk kompos sampah organik dosis 15 ton ha-1, D4 : Pupuk kompos sampah organik dosis 15 ton ha-1, V1: Varietas Sriti, V2 : Varietas Perkutut dan V3 : Varietas Vima-2. 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan Lahan Tahap awal yaitu persiapan lahan yang dilakukan dengan pengolahan lahan dengan cara mencangkul lahan, hasil analisa tanah pada lahan tersebut disajikan pada Lampiran 4. Setelah itu, dilakukan pembuatan denah petak percobaan yang disajikan pada Lampiran 5. Ukuran lahan 8,4 m x 19,6 m yang terdiri dari 36 petak, setiap petak percobaan berukuran 2,2 m x 1,2 m, got keliling selebar 40 cm dengan kedalaman got 50 cm dan jarak antar bedeng 40 cm. Persiapan lahan dilakukan seminggu sebelum penananam. 3.4.2 Penanaman Kacang hijau yang ditanam menggunakan varietas Sriti, Perkutut dan Vima 2. Pembuatan lubang tanam dilakukan menggunakan tugal dengan kedalaman 2-3 cm. Setiap lubang diisi 3 butih benih lalu ditutup dengan tanah. Jarak tanam kacang hijau yang digunakan yaitu 40 cm x 15 cm.
  • 11. 3.4.3 Pengaplikasian Pupuk Pengaplikasian pupuk dasar dilakukan pada lahan kacang hijau dengan pemberian pupuk urea dosis 45 kg ha-1, SP-36 dosis 90 kg ha-1 dan KCL dosis 50 kg ha-1 disajikan pada lampiran 6. Pemberian kompos kotoran kambing dan sampah organik dilakukan saat tanam kacang hijau dan diaplikasi dengan cara dilarik di setiap petaknya sesuai dengan dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1, untuk dosis yang diberikan setiap petaknya disajikan pada Lampiran 7. 3.4.4 Pemeliharaan Yang Akan Dilakukan Pemeliharan pada penelitian ini antara lain : 1. Penyulaman dilakukan dengan menanam kembali benih kacang hijau pada tanaman yang tidak tumbuh yang dilakukan pada umur 5-10 HST. 2. Penyiraman dilakukan saat awal pertumbuhan, fase berbunga dan fase pengisian polong. 3. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul apabila terdapat gulma. 4. Pembumbunan dilakukan pada umur 28 HST dengan cara mengemburkan kembali tanah di sekitar tanaman. 5. Pengendalian hama dilakukan pada umur 35 HST dan 45 HST dengan menyemprotkan insektisida. Pengendalian penyakit dilakukan pada umur 28 HST, 35 HST dan 42 HST dengan menyemprotkan fungisida. Selain itu, pengendalian hama penyakit dilakukan tergantung dengan adanya gejala yang nampak saat di lapang. 3.4.5 Panen Panen kacang hijau dilakukan apabila telah masak fisiologis dengan ciri-ciri warna polong yang semula hijau muda berubah menjadi warna kecoklatan atau hitam dan daun mulai menguning. Panen dilakukan dengan cara dipetik polongnya, panen kedua varietas tersebut dilakukan sekali panen. Varietas Sriti dipanen saat tanaman berumur 60-65 hari, varietas Perkutut dipanen saat tanaman berumur 60 hari, varietas Vima-2 dipanen saat tanaman berumur 56 hari.
  • 12. 3.5 Parameter Pengamatan 3.5.1 Pengamatan Destruktif Denah pengamatan disajikan pada Lampiran 8. Pengamatan parameter pertumbuhan antara lain : 1 Luas daun (cm2), diukur dengan menggunakan leaf area meter (LAM), dengan merusak tanaman sampel, kemudian daun kacang hijau dimasukan kedalam leaf area meter (LAM) pada 14 HST, 28 HST, dan 42 HST. 2 Bobot basah per tanaman (g per tanaman), dilakukan dengan menimbang tanaman sampel pada 14 HST, 28 HST dan 42 HST. 3 Bobot kering (g per tanaman), dilakukan dengan di oven pada suhu 80ºC selama 48 jam 14 HST, 28 HST dan 42 HST. 3.5.2 Pengamatan Non Destruktif Pengamatan parameter hasil panen meliputi : 1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh, diamati pada 14 HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST. 2. Jumlah daun (helai), dihitung jumlah daun trifoliate yang telah membuka sempurna, diamati pada 14 HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST. 3. Jumlah cabang pertanaman, jumlah cabang yang dihitung yaitu jumlah cabang produktif, diamati pada 28 HST, 42 HST dan 56 HST. 4. Jumlah bunga per tanaman, dihitung saat 33 HST karena pada umur tersebut tanaman berada diantara fase awal pembungaan dan fase akhir pembungaan. 5. Jumlah polong per tanaman, dilakukan dengan menghitung polong tanaman sampel pada 42 HST dan 50 HST. 6. Jumlah polong berisi, dilakukan dengan menghitung polong yang berisi pada tanaman sampel pada 42 HST dan 50 HST. 3.5.3 Pengamatan Panen
  • 13. 1. Bobot 100 biji (g), dilakukan dengan cara menimbang 100 biji yang telah dikeringkan 2-3 hari dengan sinar matahari, Varietas Vima-2 56 HST, Varietas Perkutut 60 HST dan Varietas Sriti 65 HST. 2. Hasil kacang hijau per hektar, dilakukan dengan menimbang biji kacang hijau, kemudian dikonversi luasan 1 hektar. 3.6 Analisis Data Data pengamatan yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F) pada taraf kepercayaan 5%. Apabila hasil analisis tersebut beda nyata (F hitung > F tabel 5%), maka akan dianjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf kepercayaan 5%.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Aini, D. N., B. Sugiyanto dan Herlinawati. 2017. Aplikasi Mikroorganisme Lokal Bonggol Pisang dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap Produksi Kedelai (Glycine max L. Merrill) Varietas Baluran. J. of Applied Agricultural Sciences. 1 (1) :35-43. Afif, T., D. Kastono dan P. Yudono. 2014. Pengaruh Macam Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kacang Hijau (Vigna radiata L. Wilczek) di Lahan Pasir Pantai Bugel, Kulon Progo. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 3 (3) : 78-88. Atman, 2007. Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna radiata L.) di Lahan Sawah. Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. Sumatera Barat. 6 (1) : 89 – 95. Balitkabi. 2005. Teknologi Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. p : 36. Balitkabi. 2005. Laporan Tahunan Balitkabi 2004. Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbi-umbian. Malang. p :117. Balitkabi. 2014. Vima-2 dan Vima-3: Varietas Kacang Hijau Terbaru. http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/?p=3319. Diakses pada 13 Maret 2017. Charisma, A. M., Y. S. Rahayu dan Isnawati. 2012. Pengaruh Kombinasi Kompos Trichoderma dan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada Media Tanam Tanah Kapur. LenteraBio. 1 (3) : 111-116. Diah, S. 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27 (6). Dontulong, F. 2011. The Variety Of Quantitive And Qualitive Character Of Five Varieties Of Mungbean (Vigna radiata L.). Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Samratulangi. Manado.
  • 15. Evita. 2006. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Sampah Kota Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau. J. Agronomi. 13 (2) : 5-8 ISSN 1410-1939. Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta. 118 pp. Gomes, E., G Wijana dan I. K. Suada. 2014. Pengaruh Varietas dan Waktu Penyiangan Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.). AGROTROP, 4 (1): 19-26 (2014) ISSN: 2088-155X. Hapsari, R.T., Trustinah dan R. Iswanto. 2015. Keragamanplasma nutfahkacang hijau dan potensinya untuk program pemuliaan kacang hijau. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi). Malang. 1 (4) : 918-922 ISSN : 2407-8050. Hartatik dan Widowati. 2010. Pupuk Kandang. http://balittanah.litbang. pertanian.go.id/document.php?folder=ind/dokumentasi/lainnya&filename=04 pupuk%20kandang&ext=pdf. Diakses pada tanggal 13 Maret 2017. Hoitink, H. A. J and M. E. Grebus. 1994. StatusOf Biological Control of Plant Disease With Composts. Compost Sci. Utilization. 2: 5-12. Iswandari, R. 2006. Studi Kandungan Isoflavon pada Kacang Hijau, Tempe Kacang Hijau dan Bubur Kacang Hijau. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kandil, A.A., A. A. Arafah, A. E, Sharief and A. N. Ramadan. 2012. Genotypic Differences Between Two Mungbean Varieties In Response To Salt Stress At Seedling Stage. International J. of Agriculture Sciences. 4 (7) : 278-283. Latuamury, N. 2015. Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.). J. Agroforestri. 10 (2) : 209-216 ISSN : 1907-7556. Lingga, P dan Marsono, 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 160 pp. Murbandono, L. H. S. 2000. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 60 pp.
  • 16. Marzuki, A dan H .S. Soeprapto. 2001. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Depok. 44 pp. Marzuki A .dan H. S. Soeprapto. 2004. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 44 pp. Minh, N. P. 2014. Different Factors Affecting To Mung Bean Tofu Production. International J. of Multidisciplinary Research and Development. 1 (4) : 105- 110. Nurjazuli, A. Awiyatul, C. Juliana, K. D. Pertiwi, K. Samosir, P, Prasetyawati dan S. Pertiwi. Teknologi Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos Cair (Organic Waste Treatment Technology Toward Liquid Compost). Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II. Padang. 1-4. Nyimas, M. E. F., B. Ichawan dan H. Salim. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril) Pada Perbedaan Pupuk Organik. Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi. 2 (1) : 40-46 ISSN : 2302-6472. Purnawaningrahayu, R. D dan S. Radjit. 2005. Hubungan Tingkat Kadar Air Tanah dengan Pemberian Bagas dan KCl Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 56 pp. Purwono dan R. Hartono. 2008. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 56 pp. Prasetya, B, G, Tyaswati dan Syekhfani. 2005. Pengelolaan Sampah organik Menjadi Kompos di Kampus Brawijaya. Workshop Nasional Biokonversi Limbah. p : 87-88. Pratiwi, H., A. A. Rahmianna dan A. Taufik. Perbandingan Fenologi Beberapa Varietas Unggul Kacang Hijau pada Pertanaman Awal Musim Hujan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 487-492. Radjit, B. S. dan N. Prasetiaswati. 2012. Prospek kacang hijau pada musim kemarau di Jawa Tengah. Buletin Palawija 24 : 57-68.
  • 17. Rizwan, M. 2008. Evaluasi Pupuk NPK dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang. J. Ilmiah Abdi Ilmu 3 (2) : 150-158. Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 68 pp. Sembiring, R. A., Y. Setiyo dan Sumiyati. 2012. Pengaruh Pemberian Kompos pada Budidaya Tanaman Kacang Tunggak Terhadap Erodibilitas Tanah. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknik Pertanian Udayana. Bali. Setyorini, D., R. Saraswati dan E. K. Anwar. 2006. Kompos.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. p : 11-40. Simanungkalit, R. D. M., D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini dan W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. p : 59-82. Soeprapto. 2000. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 44 pp. Styaningrum, L., Koesriharti dan M. D. Maghfoer. 2013. Respon Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Terhadap Dosis Pupuk Kandang Kambing dan Pupuk Daun Yang Berbeda. Jurnal Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. 1 (1) : 54-60. Subhan, N., Nurtika dan W. Setiawati. 2005. Peningkatan Efisiensi Pemupukan NPK dengan Memanfaatkan Bahan Organik Terhadap Hasil Tomat. J. Hort 15 (2) : 91-96. Sunantara, I.M.M. 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Pusat Penelitian Dan Pengambangan Tanaman Pangan (Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau ). Denpasar Bali. Suprapto, H. S., 2007. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 44 pp. Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian dan Kacang. Malang. p : 114. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. p : 232.
  • 18. Trustinah., B. S. Radjit, N. Prasetiaswati dan D. Harnowo. 2014. Adopsi Varietas Unggul Kacang Hijau di Sentra Produksi. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Ubi. Jawa Timur. 9 (1) : 24 - 38. Ullah, M. A., R. Barber, S. I. Hyder, T. Sultan, I. A. Mahmood and K. Ullah. 2016. Effect of Rhizobium on Growth of Different Mungbean Varieties Under Salt Stress Conditions. International Invention J. of Agricultural and Soil Science. 4 (4) : 44 - 46. Wijaya, A. 2011. Pengaruh Pemupukan Dan Pemberian Kapur Terhadap Pertumbuhan Dan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.). Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Zheljazkov, V.D dan P. R. Warman. 2004. Source Separated Municipal Solid Waste Compost Application To Swiss Chard and Basil. J. Environ. Quality. 33 : 542- 552. Zulkifli, T. B. H., E. Wahyudi dan N. Hidayat. 2013. Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Akibat Pemberian Kalsium (Ca0) Dan Beberapa Jenis Pupuk Kandang di Lahan Ultisol. J. Polifrofersi. 8 (1).
  • 19. RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) AKIBAT APLIKASI JENIS PUPUK KOMPOS PROPOSAL PENELITIAN Oleh : Triwati Damanik FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017