1. Filsafat penting bagi guru karena memberikan landasan untuk menjadi guru profesional dan membimbing tindakan mereka sesuai prinsip pendidikan.
2. Guru perlu memahami filsafat pendidikan untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang tujuan, proses, dan isi pendidikan.
3. Filsafat bermanfaat untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan guru dalam menyelesaikan masalah pendidikan.
2. Mengapa Guru Perlu Memiliki Wawasan Filsafat?
Guru yang memiliki wawasan filsafat dapat
dikategorikan guru professional. Di dalam substansi
filsafat (baca: fisafat pendidikan) terdiri atas apa yang
diyakini guru mengenai pendidikan, merupakan
kumpulan prinsip yang membimbing tindakan
profesional seseorang, berkaitan dengan penetapan
hakekat dari tujuan, alat pendidikan dan memandu
menerjemahkan prinsip-prinsip ini kedalam kebijakan-
kebijakan untuk mengimplementasikannya. Sehingga
setiap guru yang memahami filsafat pendidikan ia
memiliki seperangkat keyakinan mengenai bagaimana
manusia belajar dan tumbuh serta apa yang manusia
pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang
baik.
3. Jadi, pemahaman filsafat oleh guru sangatlah
perlu, karena wawasan filosofis dalam dunia
pendidikan berintikan interaksi antara
manusia, terutama antara pendidik dan
terdidik untuk mencapai tujuan
pendidikan.didalam interaksi tersebut terlibat
isi yang diinteraksikan serta proses
bagaimana interaksi tersebut berlangsung.
4. Apakah yang menjadi tujuan pendidikan,siapa
pendidik dan yang terdidik,apa isi pendidikan
dan bagaimana proses pendidikan tersebut,
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
membutuhkan jawaban yang mendasar, yang
esensial yaitu jawaban filosofis. Karena secara
harafiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan
kebijakan” sehingga orang belajar berfilsafat
agar ia menjadi orang yang mengerti dan
berbuat secara bijak. Untuk dapat mengerti
kebijakan dan berbuat secara bijak ia harus
tahu atau berpengetahuan.
5. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses
berpikir, yaitu berpikir secara sistimatis, logis dan
mendalam, pemikiran dalam filsafat sering disebut
sebagai pemikiran Radikal (berpikir sampai
keakar-akarnya) sehingga seorang guru harus
paham mengenai hal tersebut, karena secara
akademik filsafat berati upaya untuk
menggambarkan dan menyatakan suatu
pandangan yang sistimatis dan komprehensif
tentang alam semesta dan kedudukan manusia
didalamnya. Dan juga berfilsafat berarti
menangkap sinopsis peritiwa-peristiwa yang
simpang siur dalam pengalaman manusia.
6. Segi Filsafat yang Perlu Menjadi Wawasan Guru
Aliran filsafat yang mempengaruhi filsafat pendidikan, yaitu
idealisme, realisme, neo thomisme, pragmatisme dan
eksistensialisme. Secara garis besar substansi yang
berpengaruh sebagai berikut: (a) Idealisme: sumber moral
dan spiritual/jiwa. Kebenaran nilai bersifat universal dan
mutlak. Pengetahuan ada dalam jiwa, kita, tinggal
membawanya ke tingkat kesadaran, sehingga mengetahui
mengungkap kembali pikiran, (b) Realisme: realitas dunia
bersifat alami. Realitas dunia bersifat apa adanya. (c) Neo
Thomisme: dunia/manusia merupakan ciptaan tuhan,
sehingga memahaminya diperlukan keimanan. Tuhan
sumber kebenaran mutlak. (d) Pragmatisme: realitas bersifat
tidak tetap (berubah), sehingga dalam memahaminya
dibutuhkan pengalaman. Yang dapat diamati dan yang
dialami adalah yang benar-benar nyata/ kenyataan hakiki. (e)
Eksistensialisme: masalah pokok manusia ialah kemampuan
menanggulangi eksistensinya. Manusia harus mampu
bertanggung jawab atas apa yang dipilihnya.
7. Menurut Arbi, S.Z, (1988), filsafat pendidikan
dapat dianggap sebagai sejenis sepupu dari
ilmu pendidikan. Selanjutnya bahwa
pentingnya filsafat pendidikan bagi guru
adalah memperluas: (a) wawasan guru dalam
rangka meningkatkan profesionalismenya, (b)
bahan berpikir dan bertindak dalam rangka
pelaksanaan tugas guru sehari-hari, (c)
analisis filosofis berkenaan dengan isi dan
praktek (praksis) pendidikan.
8. Fungsi wawasan filosofis bagi guru
Disadari atau tidak setiap orang memiliki filsafat hidup sendiri
yaitu suatu keyakinannya mengenai jalan hidup dan yang
dicita-citakannya. Demikian pula bila menjadi seorang
pendidik atau guru pasti akan memiliki filsafat hidup dan
filsafat pendidikan. Filsafat hidup yang dipercayai guru
memiliki dampak yang positip terhadap penetapan filsafat
pendidikan yang dianutnya.
Menurut Ellis (1981): "Guru setiap hari dihadapkan pada
persoalan pendidikan yang memerlukan analisis secara
filasafat". Pengalaman seseorang dalam sepanjang hidupnya
dapat membentuk sikap hidup dan hal itu erat kaitannya
dengan filsafat pendidikan yang dipilihnya.
Filsafat hidup dan filsafat pendidikan mendasari segala hal
yang berhubungan dengan: (a) produk sikap dan
pemikirannya, bahkan substansi pengarahannya kepada
orang lain (siswa), (b) perilaku kehidupan sehari-hari, (c)
segala hal yang dilakukan guru di kelas.
9. Kedua filsafat yaitu filsafat hidup dan filsafat
pendidikan banyak, berhubungan dengan
media lain. Pengalaman seseorang pada
lingkungan keluarga, dan sekolah, guru
memperolehnya dari lingkungan sosio-kultural
yang memberikan penghargaan kepadanya.
Pengalaman tersebut diorganisasikan menjadi
suatu keyakinan diri dan wawasan. Profesi
sebagai guru terlihat dari wawasan
pengalamannya yang dijadikan dasar
pengembangan pengajaran di sekolah.
10. Menurut Arbi, S.Z. (1988): “Baik filsafat pendidikan
maupun pedagogik dapat secara langsung
menyumbang kepada unsur kewibawaan”.
Unsur-unsur kewibawaan guru meliputi wawasan,
komitmen dan tanggung jawab profesionalnya.
Guru yang wawasannya luas, komitmennya tinggi dan
sangat bertanggung jawab, biasanya wibawanya
sangat besar.
Yang paling dominan menopang profesi guru ialah
seperti kode etik, organisasi, disiplin ilmu, dan lain-
lain.
Penopang pertama yaitu kewibawaan dan yang kedua
ialah kompetensi.
Filsafat secara tidak langsung menyumbang kepada
peningkatan kompetensi guru, yaitu dengan
kompetensi guru memiliki kepercayaan diri (Arbi, S.Z.
11. Sumbangan/Kontribusi filsafat ilmu terhadap profesi guru
Filsafat pendidikan berhubungan dengan
pengembangan aspek pengajaran.
Dengan menempatkan filsafat pendidikan
pada tataran praktis, para guru dapat
menemukan pemecahan permasalahan
pendidikan.
12. Filsafat pendidikan dapat memberi kontribusi pada
pemecahan aspek:
(a) Filsafat pendidikan terikat dengan peletakan suatu
perencanaan, apa yang dianggap sebagai pendidikan terbaik
secara mutlak.
(b) Filsafat pendidikan berusaha memberikan arah dengan merujuk
pada macam pendidikan yang terbaik dalam suatu konteks
politik, sosial, dan ekonomi.
c) Filsafat pendidikan dipenuhi dengan koreksi pelanggaran-
pelanggaran prinsip dan kebijakan pendidikan.
(d) Fisafat pendidikan memusatkan perhatian pada isu-isu dalam
kebijakan dan praktik pendidikan yang mensyaratkan solusi, baik
dengan peneltiian empiris ataupun pemeriksaan ulang rasional.
(e) Filsafat pendidikan melaksanakan suatu inquiri dalam
keseluruhan urusan pendidikan dengan suatu pandangan
terhadap penilaian, pembenaran dan pembaharuan sekumpulan
pengalaman yang penting untuk pembelajaran yang tinggi
(Power, 1982, 15 – 16).
13. Nilai tambah yang diperoleh setelah belajar
filsafat adalah: mengetahui luas dan kedalaman
dari ilmu yang pelajari, punya arah dan tujuan
filosofis yang jelas dalam proses PBM, dasar
filosofis untuk bersikap dan berpendirian serta
senantiasa dipandu oleh norma dan aturan,
menghargai dan toleran terhadap perbedaan
pendapat, terdorong untuk mempelajari suatu ilmu
secara tuntas sampai ke akar-akarnya, bijak
dalam menggunakan ilmu dan teknologi, peduli
terhadap alam, memiliki dasar filosofis dalam
membuat berbagai macam keputusan.
14. Dengan kata lain, bahwa filsafat ilmu memiliki
kontribusi terhadap profesi guru terutama dalam
hal:
wawasan guru menjadi professional,
guru benar-benar menjalankan tugasnya serta
tindakan dan pikirannya,
praktek pendidikan benar –benar dijalankan sesuai
dengan aturan dan kaidah yang ada,
inpirasi dan ekspresi model pendidikan benar-benar
dijalankan,
preskripsi atau petunjuk praktek pendidikan
dijalankan dengan baik.
15. Manfaat lain yang diperoleh dari belajar filsafat ilmu
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Tatkala filsafat lahir dan mulai tumbuh, ilmu pengetahuan masih
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari filsafat.
Filsuf masa itu banyak sebagai ahli matematika, astronomi, ilmu
bumi, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya.
Cara berpikir filsafati telah mendongkrak pintu serta tembok-tembok
tradisi dan kebiasaan, bahkan telah menguak mitos dan mite serta
meninggalkan cara berpikir mistis.
Saat itu berkembang pula cara berpikir rasional (luas dan
mendalam, teratur dan terang, integral dan koheren, metodis dan
sistematis, logis, kritis, dan analitis) sehingga ilmu pengetahuan pun
semakin bertumbuh subur, terus berkembang, dan menjadi dewasa.
Ilmu yang telah mencapai tingkat kedewasaan satu demi satu
meninggalkan filsafat.
Karena itu, filsafat disebut sebagai mater scientiarum atau induk
pengetahuan. Filsafat menampakkan kegunaannya melalui
melahirkan, merawat, dan mendewasakan berbagai ilmu
pengetahuan yang begitu bejasa bagi kehidupan manusia.
16. Kemajuan ilmu pengetahuan yang amat mempesonakan itu
telah membuat sinis terhadap filsafat dan mulai meragukan
kegunaan filsafat.
Menganggap filsafat sudah mampu "melahirkan" suatu ilmu
pengetahuan baru. Filsafat tidak bisa menghasilkan sesuatu
apa pun juga. Benarkah ilmu pengetahuan telah sanggup
merengkuh langit dan menguasai alam semesta? Ternyata itu
hanya merupakan suatu impian yang harus segera
dilepaskan tatkala menghadapi kenyataan sesungguhnya.
Fakta menunjukkan bahwa hasil-hasil yang dapat diraih oleh
ilmu pengetahuan bersifat sementara, maka senantiasa
membutuhkan perbaikan dan penyempurnaan. Senantiasa
ada batas yang membatasi ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan senantiasa dibatasi oleh bidang penelitian yang
sesuai dengan kekhususannya. Membuat ilmu pengetahuan
hanya sanggup meneliti bagian-bagian kecil (sesuai dengan
bidangnya) dari seluruh realitas.
17. Ilmu pengetahuan tidak mempersoalkan asas dan
hakikat realitas. Pada umumnya ilmu
pengetahuan, teristimewa yang diketengahkan
oleh positivisme, cenderung lebih bersifat
kuantitatif Karena itu, tentu saja pengetahuan itu
tak sanggup menguji kebenaran prinsip-prinsip
yang menjadi landasan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Ilmu pengetahuan membutuhkan bantuan
dari sesuatu yang bersifat tak terbatas yang
sanggup menguji kebenaran prinsip-prinsip yang
melandasi ilmu pengetahuan. Hal itu hanya dapat
dilakukan oleh filsafat, sang induk segala ilmu
pengetahuan.
18. Filsafat adalah ilmu senantiasa mengajukan
pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang
ada. Filsafat ilmu selalu mempersoalkan
hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh
realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat
dipertanyakan. Filsafat bukan hanya berguna
selaku penghubung antardisiplin ilmu
pengetahuan. Akan tetapi, sanggup
memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi, dan
lebih menyempurnakan prinsip-prisip dan
asas-asas yang melandasi ilmu pengetahuan.
19. 2. Dalam Kehidupan Praktis
Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti
filsafat sama sekali tidak bersangkut paut dengan
kehidupan sehari-hari yang konkret. Keabstrakan
filsafat bukan tak memiliki hubungan apa pun juga
dengan kehidupan nyata setiap hari. Meskipun
tidak memberi petunjuk praktis tentang
bagaimana bangunan yang artistik dan elok,
filsafat sanggup membantu manusia dengan
memberi kriteria tentang apa itu artistik dan elok
dalam kearsitekturan sehingga nilai keindahan
yang diperoleh dari kriteria akan menjadi patokan
utarna bagi pekerjaan pembangunan.