2. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Mulai Dari Diri
• Materi apa yang Bapak dan ibu dapat kemaren
?
• Apa saja ketetapan pemerintah pusat dalam
penerapan Kurikulum Merdeka ?
• Apa saja yang harus dikembangkan sekolah
dalam mengimplementasikan Kurikulum
Merdeka ?
5. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab
Tujuan Pendidikan Indonesia
Pemerintah menetapkan Kerangka Dasar Kurikulum
yang terdiri dari Struktur Kurikulum, Capaian
Pembelajaran, dan Prinsip Pembelajaran dan
Asesmen
7. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
“Capaian Pembelajaran (CP) merupakan
kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada
setiap fase, dimulai dari Fase Fondasi pada PAUD. Untuk
Pendidikan dasar dan menengah, CP disusun untuk setiap mata
pelajaran.
Bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan
intelektual dapat menggunakan CP pendidikan khusus. Peserta
didik berkebutuhan khusus tanpa hambatan intelektual
menggunakan CP reguler dengan menerapkan prinsip modifikasi
kurikulum.”
https://drive.google.com/drive/folders/1CjUE3Txn1URYDgjLwsG
mq2UEGgKabgYr?usp=sharing (CP Permapel)
PENGERTIAN CP
8. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Tujuan CP Rujukan
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan tujuan
akhir di setiap fase pembelajaran siswa.
Capaian pembelajaran (CP) adalah kompetensi
minimum yang harus dicapai peserta didik
untuk setiap mata pelajaran. CP dirancang
dengan mengacu pada Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dan Standar Isi.
https://drive.google.com/
file/d/13cfTNJeM98DhB
5i8uhv5u4e-
Rdm1gCzK/view?usp=s
haring
9. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
3 Tahapan Backward Design
Identifikasi
hasil yang
diinginkan
Menentukan
bukti dan
asesmen
Merencanakan
tahapan
kegiatan
pembelajaran
Merumuskan TP
dan ATP dengan
menggunakan CP
sebagai ajuan
ANALISIS CAPAIAN PEMBELAJARAN
Merancang kurikulum “Terbalik” (backward),
dengan mulai dari tujuan akhirnya terlebih dulu
Kompetensi dan
konten pada CP
10. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
CP dirumuskan dalam bentuk Fase, bukan per tahun
CP selalu berpusat pada siswa, bukan pada ketuntasan materi
Jenjang PAUD Jenjang SD Jenjang SMP Jenjang SMA/SMK
Fase Fondasi
(TK B)
• Fase A (Kelas 1-2
SD)
• Fase B (Kelas 3-4
SD)
• Fase C (Kelas 5-6
SD)
Fase D (Kelas 7-
9 SMP)
• Fase E (Kelas 10
SMA)
• Fase F (Kelas 11-12
SMA)
11. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Memberi warna pada tiap Kompetensi dan
konten pada Capaian Pembelajaran untuk tiap
fase pada paragraf
https://drive.google.com/drive/folders/1CjUE3Txn1URYDgjLws
Gmq2UEGgKabgYr?usp=sharing (CP Permapel)
ANALISIS CAPAIAN PEMBELAJARAN
12. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Setiap CP suatu mata pelajaran memiliki
beberapa elemen atau kelompok kompetensi
esensial yang berlaku sama untuk semua fase
pada mata pelajaran tersebut.
Masing-masing elemen tersebut memiliki capaian
per fasenya sendiri yang saling menunjang untuk
mencapai pemahaman yang dituju.
Elemen sebuah mata pelajaran mungkin saja
sama atau berbeda dengan mata pelajaran
lainnya.
ELEMEN DALAM CP
Contoh:
• Dalam CP PAUD terdapat elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti, Jati Diri, dan
Dasar-dasar Literasi dan STEAM
• Dalam CP Matematika terdapat elemen Bilangan, Aljabar, Pengukuran,
Geometri, dan Analisis Data dan Peluang.
13. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Elemen Fase A Fase B Fase C
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Siswa mampu mengenali dan membiasakan diri
dengan berbagai prosedur dasar sederhana
untuk berkarya dengan aneka pilihan media
yang tersedia di sekitar. Siswa mengetahui dan
memahami keutamaan faktor keselamatan
dalam bekerja
Siswa mulai terbiasa secara mandiri menggunakan
berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya
dengan aneka pilihan media yang tersedia di sekitar.
Siswa mengetahui, memahami dan mulai konsisten
mengutamakan faktor keselamatan dalam bekerja
Siswa secara mandiri menggunakan berbagai
prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan
aneka pilihan media yang tersedia di sekitar. Siswa
mengetahui, memahami dan konsisten
mengutamakan faktor keselamatan dalam bekerja.
Mengalami Siswa mampu mengamati, mengenal, merekam
dan menuangkan pengalaman kesehariannya
secara visual dengan menggunakan bentuk-
bentuk dasar geometris. Siswa mengeksplorasi
alat dan bahan dasar dalam berkarya. Siswa juga
mengenali prosedur dasar dalam berkarya
Siswa mampu mengamati, mengenal, merekam dan
menuangkan pengalaman kesehariannya secara
visual dengan menggunakan garis pijak dan proporsi
walaupun masih berdasarkan penglihatan sendiri.
Siswa dapat menggunakan alat, bahan dan prosedur
dasar dalam berkarya.
Siswa mampu mengamati, mengenal, merekam dan
menuangkan pengalaman kesehariannya secara visual
dengan menggunakan konsep ruang, garis horison,
pemahaman warna, keseimbangan (balance) dan
irama/ritme (rhythm). Siswa dapat menggunakan dan
menggabungkan alat, bahan dan prosedur dasar dalam
berkarya
Menciptakan Siswa mampu menciptakan karya dengan
mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni
rupa berupa garis, bentuk dan warna
Siswa mampu menciptakan karya dengan
mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni rupa
berupa garis, bentuk, tekstur, ruang dan warna.
Siswa mampu menciptakan karya dengan
mengeksplorasi, menggunakan dan menggabungkan
elemen seni rupa yang telah dipelajari. Siswa mulai
menggunakan garis horizon. Selain itu, siswa mulai
menunjukkan pemahaman warna, keseimbangan dan
irama/ritme dalam karya
Contoh: Elemen CP mapel Seni Rupa
14. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Elemen Fase A Fase B Fase C
Merefleksikan Siswa mampu mengenali
dan menceritakan fokus
dari karya yang diciptakan
atau dilihatnya (dari teman
sekelas karya seni dari
orang lain) serta
pengalaman dan
perasaannya mengenai
karya tersebut.
Siswa mampu mengenali
dan menceritakan fokus
dari karya yang diciptakan
atau dilihatnya (dari teman
sekelas karya seni dari
orang lain atau era atau
budaya tertentu) serta
pengalaman dan
perasaannya mengenai
karya tersebut
Siswa mampu mengenali
dan menceritakan fokus
dari karya yang diciptakan
atau dilihatnya (dari teman
sekelas karya seni dari
orang lain atau era atau
budaya tertentu) serta
pengalaman dan
perasaannya mengenai
karya tersebut
Berdampak Siswa mampu
menciptakan karya sendiri
yang sesuai dengan
perasaan atau minatnya
Siswa mampu
menciptakan karya sendiri
yang sesuai dengan
perasaan,minat atau
konteks lingkungannya
Siswa mampu
menciptakan karya sendiri
yang sesuai dengan
perasaan,minat atau
konteks lingkungannya
16. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Beberapa catatan khusus terkait dengan perumusan tujuan
pembelajaran di jenis dan jenjang pendidikan tertentu:
● Pada Capaian Pembelajaran PAUD, penyusunan tujuan
pembelajaran mempertimbangkan laju perkembangan anak,
bukan kompetensi dan konten seperti pada jenjang lainnya.
● Pada Pendidikan Khusus, selain kompetensi dan konten,
tujuan pembelajaran juga mencakup variasi dan akomodasi
layanan sesuai karakteristik peserta didik. Selain itu, tujuan
pembelajaran diarahkan pada terbentuknya kemandirian dalam
aktivitas
PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN
17. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
ALTERNATIF PERUMUSAN TP
Pendidik memiliki alternatif untuk merumuskan tujuan
pembelajaran dengan beberapa alternatif di bawah ini:
● Alternatif 1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara
langsung berdasarkan CP
● Alternatif 2. Merumuskan tujuan pembelajaran
dengan menganalisis ‘kompetensi’ dan ‘lingkup Materi’
pada CP.
● Alternatif 3. Merumuskan tujuan pembelajaran Lintas
Elemen CP
18. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
MERUMUSKAN TP SECARA LANGSUNG
BERDASARKAN CP (ALTERNATIF 1)
Elemen Menganalisis CP Merumuskan TP
Pemahaman IPAS
(sains dan sosial)
Peserta didik menganalisis hubungan
antara bentuk serta fungsi bagian
tubuh pada manusia (pancaindra).
Peserta didik dapat membuat simulasi
menggunakan bagan/alat bantu
sederhana tentang siklus hidup
makhluk hidup. Peserta didik dapat
mengidentifikasi masalah yang
berkaitan dengan pelestarian sumber
daya alam di lingkungan sekitarnya
dan kaitannya dengan upaya
pelestarian makhluk hidup.
1. Menganalisis hubungan antara
bentuk serta fungsi bagian tubuh
pada manusia (pancaindra).
2. Simulasi menggunakan bagan/alat
bantu sederhana tentang siklus
hidup makhluk hidup
3. Mengidentifikasi masalah yang
berkaitan dengan pelestarian
sumber daya alam di lingkungan
sekitarnya dan kaitannya dengan
upaya pelestarian makhluk hidup
Mata Pelajaran : IPAS
Fase : B
19. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
MERUMUSKAN TP SECARA MENGANALISIS
KOMPETENSI DAN LINGKUP MATERI (ALTERNATIF 2)
ELEMEN + CP KOMPETENSI LINGKUP MATERI
Pemahaman IPAS (sains dan sosial)
Peserta didik menganalisis hubungan antara bentuk
serta fungsi bagian tubuh pada manusia (pancaindra).
Peserta didik dapat membuat simulasi menggunakan
bagan/alat bantu sederhana tentang siklus hidup
makhluk hidup. Peserta didik dapat mengidentifikasi
masalah yang berkaitan dengan pelestarian sumber
daya alam di lingkungan sekitarnya dan kaitannya
dengan upaya pelestarian makhluk hidup.
1. Menganalisis
2. Simulasi
3. Mengidentifikasi masalah
1. Fungsi bagian tubuh pada
manusia (pancaindra).
2. Siklus hidup makhluk hidup
3. Pelestarian sumber daya
alam di lingkungan
sekitarnya
4. Upaya pelestarian makhluk
hidup
Tujuan Pembelajaran :
1. Menganalisis hubungan antara bentuk serta fungsi bagian tubuh pada manusia (pancaindra).
2. Simulasi menggunakan bagan/alat bantu sederhana tentang siklus hidup makhluk hidup
3. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pelestarian sumber daya alam di lingkungan
sekitarnya dan kaitannya dengan upaya pelestarian makhluk hidup
20. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
MERUMUSKAN TP LINTAS ELEMEN (ALTERNATIF 3)
ELEMEN + CP TUJUAN PEMBELAJARAN
Pemahaman IPAS (sains dan sosial)
Peserta didik menganalisis hubungan antara bentuk serta fungsi
bagian tubuh pada manusia (pancaindra). Peserta didik dapat
membuat simulasi menggunakan bagan/alat bantu sederhana
tentang siklus hidup makhluk hidup. Peserta didik dapat
mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pelestarian sumber
daya alam di lingkungan sekitarnya dan kaitannya dengan upaya
pelestarian makhluk hidup.
Keterampilan proses
Memproses, menganalisis data dan informasi. Mengorganisasikan
data dalam bentuk tabel dan grafik sederhana untuk menyajikan
data dan mengidentifikasi pola. Peserta didik membandingkan antara
hasil pengamatan dengan prediksi dan memberikan alasan yang
bersifat ilmiah.
1. Menganalisis hubungan antara bentuk
serta fungsi bagian tubuh pada manusia
(pancaindra).
2. Simulasi menggunakan bagan/alat bantu
sederhana tentang siklus hidup makhluk
hidup
3. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan
dengan pelestarian sumber daya alam di
lingkungan sekitarnya dan kaitannya
dengan upaya pelestarian makhluk hidup
4. Mengorganisasikan data dalam bentuk
tabel terkait sumber daya alam di sekitar
lingkungan sekolah dan upaya
pelestarian sumber daya tersebut
23. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
10 P R I N S I P
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP)
1. Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang lebih umum bukan tujuan
pembelajaran harian (goals, bukan objectives);
2. Alur tujuan pembelajaran harus tuntas satu fase, tidak terpotong di tengah
jalan;
3. Alur tujuan pembelajaran perlu dikembangkan secara kolaboratif, (apabila guru
mengembangkan, maka perlu kolaborasi guru lintas kelas/tingkatan dalam satu
fase. Contoh: kolaborasi antara guru kelas I dan II untuk Fase A;
4. Alur tujuan pembelajaran dikembangkan sesuai karakteristik dan kompetensi
yang dikembangkan setiap mata pelajaran. Oleh karena itu sebaiknya
dikembangkan oleh pakar mata pelajaran, termasuk guru yang mahir dalam
mata pelajaran tersebut;
5. Penyusunan alur tujuan pembelajaran tidak perlu lintas fase (kecuali
pendidikan khusus);
24. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
10 P R I N S I P
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP)
6. Metode penyusunan alur tujuan pembelajaran harus logis, dari kemampuan yang
sederhana ke yang lebih rumit, dapat dipengaruhi oleh karakteristik mata pelajaran,
pendekatan pembelajaran yang digunakan (misal: matematik realistik);
7. Tampilan tujuan pembelajaran diawali dengan alur tujuan pembelajarannya terlebih dahulu,
baru proses berpikirnya (misalnya, menguraikan dari elemen menjadi tujuan
pembelajaran) sebagai lampiran agar lebih sederhana dan langsung ke intinya untuk guru;
8. Karena alur tujuan pembelajaran yang disediakan Kemendikbudristek merupakan contoh,
maka alur tujuan pembelajaran dapat bernomor/huruf (untuk menunjukkan urutan dan
tuntas penyelesaiannya dalam satu fase);
9. Alur tujuan pembelajaran menjelaskan SATU alur tujuan pembelajaran, tidak bercabang
(tidak meminta guru untuk memilih). Apabila sebenarnya urutannya dapat berbeda, lebih baik
membuat alur tujuan pembelajaran lain sebagai variasinya, urutan/alur perlu jelas sesuai
pilihan/keputusan penyusun, dan untuk itu dapat diberikan nomor atau kode; dan
10. Alur tujuan pembelajaran fokus pada pencapaian CP, bukan profil pelajar Pancasila dan
tidak perlu dilengkapi dengan pendekatan/strategi pembelajaran (pedagogi).
25. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
CARA MENYUSUN
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP)
Pengurutan dari
yang Konkret ke
yang Abstrak
Metode pengurutan dari konten yang konkret dan berwujud ke konten yang lebih
abstrak dan simbolis. Contoh: memulai pengajaran dengan menjelaskan tentang benda
geometris (konkret) terlebih dahulu sebelum mengajarkan aturan teori objek geometris
tersebut (abstrak).
Pengurutan
Deduktif
Metode pengurutan dari konten bersifat umum ke konten yang spesifik. Contoh:
mengajarkan konsep database terlebih dahulu sebelum mengajarkan tentang tipe
database, seperti hierarki atau relasional.
Pengurutan dari
Mudah ke yang
lebih Sulit
Metode pengurutan dari konten paling mudah ke konten paling sulit. Contoh:
mengajarkan cara mengeja kata-kata pendek dalam kelas bahasa sebelum
mengajarkan kata yang lebih panjang.
Pengurutan
Hierarki
Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan keterampilan komponen konten yang
lebih mudah terlebih dahulu sebelum mengajarkan keterampilan yang lebih kompleks.
Contoh: siswa perlu belajar tentang penjumlahan sebelum mereka dapat memahami
konsep perkalian.
26. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
CARA MENYUSUN
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP)
Pengurutan
Prosedural
Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan tahap pertama dari
sebuah prosedur, kemudian membantu siswa untuk menyelesaikan
tahapan selanjutnya. Contoh: dalam mengajarkan cara
menggunakan t-test dalam sebuah pertanyaan penelitian, ada
beberapa tahap prosedur yang harus dilalui, seperti menulis
hipotesis, menentukan tipe tes yang akan digunakan, memeriksa
asumsi, dan menjalankan tes dalam sebuah perangkat lunak
statistik.
Scaffolding Metode pengurutan yang meningkatkan standar performa sekaligus
mengurangi bantuan secara bertahap. Contoh: dalam mengajarkan
berenang, guru perlu menunjukkan cara mengapung, dan ketika siswa
mencobanya, guru hanya butuh membantu. Setelah ini, bantuan yang
diberikan akan berkurang secara bertahap. Pada akhirnya, siswa dapat
berenang sendiri.
27. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
CONTOH MEMBUAT
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP)
Alur Tujuan Pembelajaran :
3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk serta fungsi bagian
tubuh pada manusia (pancaindra). (Kelas III)
3.2 Simulasi menggunakan bagan/alat bantu sederhana tentang
siklus hidup makhluk hidup. (Kelas III)
4.1 Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pelestarian
sumber daya alam di lingkungan sekitarnya dan kaitannya
dengan upaya pelestarian makhluk hidup (Kelas IV)
29. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
MERENCANAKAN PEMBELAJARAN
MODUL AJAR DAN ASESMEN
Rencana pembelajaran dirancang
untuk memandu guru melaksanakan
pembelajaran sehari-hari untuk
mencapai suatu tujuan
pembelajaran.
30. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
KOMPONEN MINIMUM
PADA MODUL AJAR
● Tujuan pembelajaran (salah satu dari tujuan dalam alur tujuan
pembelajaran).
● Langkah-langkah atau kegiatan pembelajaran. Biasanya untuk satu
tujuan pembelajaran yang dicapai dalam satu atau lebih pertemuan.
● Rencana asesmen untuk di awal pembelajaran beserta instrumen dan
cara penilaiannya.
● Rencana asesmen di akhir pembelajaran untuk mengecek
ketercapaian tujuan pembelajaran beserta instrumen dan cara
penilaiannya.
● Media pembelajaran yang digunakan, termasuk, misalnya bahan
bacaan yang digunakan, lembar kegiatan, video, atau tautan situs web
yang perlu dipelajari peserta didik.
31. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Informasi Umum Komponen Inti Lampiran
● Identitas penulis modul
● Kompetensi awal
● Capaian Pembelajaran
● Fase
● Profil pelajar Pancasila
● Sarana dan prasarana
● Target peserta didik
● Model pembelajaran yang
digunakan
● Tujuan pembelajaran
● Asesmen
● Pemahaman
bermakna
● Pertanyaan pemantik
● Kegiatan
pembelajaran
● Refleksi peserta didik
dan pendidik
● Lembar kerja
peserta didik
● Pengayaan dan
remedial
● Bahan bacaan
pendidik dan
peserta didik
● Glosarium
● Daftar pustaka
KOMPONEN LENGKAP
PADA MODUL AJAR
32. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
CONTOH
PEMBUATAN MODUL AJAR
https://docs.google.com/document/d/1TAlpYjv
qs0o2qtE5WvyR3oReFMnTQ8EmYdR3Qqx9
1BY/edit?usp=sharing
34. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
ASESMEN
PADA MODUL AJAR
Asesmen adalah aktivitas yang menjadi kesatuan
dalam proses pembelajaran. Asesmen dilakukan
untuk mencari bukti ataupun dasar pertimbangan
tentang ketercapaian tujuan pembelajaran.
Asesmen-asesmen yang harus dilakukan adalah:
Asesmen formatif dan asesmen sumatif
35. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
ASESMEN FORMATIF
PADA MODUL AJAR
Asesmen formatif yaitu asesmen yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik
untuk memperbaiki proses belajar.
● Asesmen di awal pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui
kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai
tujuan pembelajaran yang direncanakan.
● Asesmen di dalam proses pembelajaran yang dilakukan selama
proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan peserta didik
dan sekaligus pemberian umpan balik yang cepat.
36. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
ASESMEN SUMATIF
PADA MODUL AJAR
Asesmen sumatif yaitu asesmen yang dilakukan
untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan
pembelajaran.
.
Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat
juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran,
sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan
pendidikan.
Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi bagian
dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran,
dan/atau akhir jenjang.
37. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
FUNGSI ASESMEN SUMATIF
PADA MODUL AJAR
Adapun asesmen sumatif dapat berfungsi untuk:
● Alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar
peserta didik dalam satu atau lebih tujuan pembelajaran di
periode tertentu;
● Mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan
dengan kriteria capaian yang telah ditetapkan; dan
● Menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau
jenjang berikutnya.
38. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
CONTOH INSTRUMEN ASESMEN
PADA MODUL AJAR
Rubrik Pedoman yang dibuat untuk menilai dan mengevaluasi kualitas capaian
kinerja peserta didik sehingga pendidik dapat menyediakan bantuan yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja. Rubrik juga dapat digunakan oleh
pendidik untuk memusatkan perhatian pada kompetensi yang harus
dikuasai. Capaian kinerja dituangkan dalam bentuk kriteria atau dimensi
yang akan dinilai yang dibuat secara bertingkat dari kurang sampai terbaik.
Ceklis Daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik, atau elemen yang dituju.
Catatan
Anekdotal
Catatan singkat hasil observasi yang difokuskan pada performa dan
perilaku yang menonjol, disertai latar belakang kejadian dan hasil analisis
atas observasi yang dilakukan.
Grafik
Perkembangan
(Kontinum)
Grafik atau infografik yang menggambarkan tahap perkembangan belajar.
39. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Menentukan Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran
Pendidik tidak disarankan untuk
menggunakan angka mutlak (misalnya,75, 80,
dan sebagainya) sebagai kriteria.
Pendidik diperkenankan untuk menggunakan
interval nilai (misalnya 70 - 85, 85 - 100, dan
sebagainya).
40. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Kriteria Menentukan Ketercapaian
Tujuan Pembelajaran
Kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah
peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran dapat
dikembangkan pendidik dengan menggunakan beberapa
pendekatan :
Pendekatan 1: Menggunakan deskripsi kriteria
Pendekatan 2: Menggunakan rubrik
Pendekatan 3: Menggunakan interval nilai
41. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Contoh Kriteria Menentukan
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
Contoh :
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Fase : C
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu menulis laporan hasil pengamatan
dan wawancara”
https://docs.google.com/document/d/1n6GQ6U6L17Z282k18
PHx4qAAfGeNiEm_6jV6VKkErWM/edit?usp=sharing
43. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Pengolahan Hasil Asesmen
Pengolahan hasil asesmen dilakukan dengan menganalisis
secara kuantitatif dan/atau kualitatif terhadap hasil asesmen.
Hasil asesmen untuk setiap Tujuan Pembelajaran diperoleh
melalui data kualitatif (hasil amatan atau rubrik) maupun data
kuantitatif (berupa angka). Data-data ini diperoleh dengan
membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik
dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran, baik pada
capaian pembelajaran di akhir fase, maupun tujuan-tujuan
pembelajaran turunannya.
44. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Contoh Pengolahan Hasil Asesmen
https://docs.google.com/document/d/1nKZd4lxy-
3oRiYTMtWAvyoe3W70M0cs3wRYImibKTDA/edit?usp=sharing
46. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
● Pilih angka antara 1-8
● Tulis pilihan anda di kolom
chat
● Lihat pertanyaan pada kotak
dengan angka pilihan anda
● Anda memiliki waktu
maksimal 1 menit untuk
menjawab pertanyaan
tersebut
47. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
1.
Apa hal baru yang saya
dapatkan dan
mengubah paradigma
saya dari modul
Pemahaman CP ini?
2.
Bagaimana pandangan
saya mengenai
penggunaan fase dalam
CP?
3.
Bagaimana pandangan
saya mengenai
hubungan
pengurangan konten
materi dengan
pencapaian CP?
4.
Bagaimana menurut
saya seandainya saya
mengajar tanpa
mengetahui
kompetensi yang dituju
siswa?
5.
Apa hal baru yang saya
dapatkan mengenai
kaitan CP dengan
pembelajaran yang
berpusat pada siswa?
6.
Apa saja cara yang
dapat saya gunakan
untuk mengetahui
apakah siswa sudah
memahami apa yang ia
pelajari?
7.
Apa hal baru yang saya
dapatkan dari
penggunaan metode
Backward Design?
8.
Apa hal yang ingin saya
ketahui lebih lanjut
mengenai CP?
49. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
1.
Bagaimana elemen-
elemen suatu mapel
membentuk kompetensi
yang dituju CP mapel
tersebut?
2.
Apa saja yang dapat
dilakukan seseorang
untuk menunjukkan
bahwa ia sudah
memahami suatu konsep/
menguasai suatu
keterampilan?
3.
Apa yang dimaksud
dengan kompetensi?
4.
Mengapa CP hanya
memuat tujuan akhir
pembelajaran dan
rentang waktu untuk
mencapainya?
5.
Apa kaitan Capaian
Pembelajaran dengan
pembelajaran yang
berpusat pada siswa?
6.
Mengapa dalam teori
konstruktivisme,
kemampuan
“Memahami” dianggap
sebagai level tertinggi?
7.
Mengapa penting
menentukan hasil yang
diinginkan terlebih dulu
dalam penyusunan CP?
8.
Apa yang sebaiknya
dilakukan saat ada siswa
yang “tertinggal” Fase ?
50. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
● Apakah sekolah dapat membuat CP sendiri?
Tidak. CP sifatnya terberi (given) dari pemerintah
dan tidak dapat diubah. Satuan pendidikan
diberikan keleluasaan untuk
menentukan/memodifikasi Kurikulum Operasional
Sekolah (KOS), Tujuan Pembelajaran (TP) dan Alur
Tujuan Pembelajaran (ATP), dan Modul Ajar
berdasarkan CP.
● Mengapa CP disusun menggunakan metode
Backward Design?
Dengan mengetahui tujuan akhir pembelajaran,
guru dapat merancang Tujuan Pembelajaran dan
Alur Tujuan Pembelajaran, asesmen, kegiatan
pembelajaran, dan instruksi yang tepat, bermakna,
relevan dengan kondisi siswa, dan efektif untuk
mencapai tujuan tersebut.
51. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
• Mengapa CP disusun berdasarkan fase dan pengurangan konten
materi akan mendorong tercapainya kompetensi dan bukan
berarti penurunan standar?
Pembelajaran berdasarkan fase merupakan penerapan dari prinsip
pembelajaran sesuai tahap capaian belajar atau yang dikenal juga
dengan istilah Teaching at The Right Level (mengajar pada tahap
capaian yang sesuai). Rentang waktu belajar yang lebih lama
dalam Fase memberikan kesempatan siswa untuk benar-benar
memahami sebuah konsep dan mendalami sebuah keterampilan,
bukan sekadar mengejar ketuntasan materi/ berpusat pada guru
dan konten.
Pengurangan materi merupakan konsekuensi untuk merancang
kurikulum yang lebih fleksibel dan berfokus pada kompetensi dan
karakter. Materi yang disampaikan harus esensial, relevan dengan
kehidupan, dan bermakna untuk siswa.
Pritchett dan Beatty (2015) menemukan bahwa peserta didik yang
mengalami kesulitan memahami konsep di kelas-kelas awal di
sekolah dasar juga mengalami kesulitan di jenjang-jenjang
berikutnya. Artinya, padatnya materi pelajaran membawa
dampak yang panjang dan siswa kehilangan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi.
• Apa yang dimaksud dengan kompetensi?
Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang
sesuai dengan standardisasi yang diharapkan (Badan Nasional
Sertifikasi Profesi , 2014).
Kompetensi adalah karakter individu yang dapat diukur dan
ditentukan untuk menunjukkan perilaku dan performa kerja
tertentu pada diri seseorang (Spencer, McClelland & Spencer, 1994).
Kompetensi terbangun atas aspek kognitif yang berangkaian
dengan aspek afektif atau disposisi tentang ilmu pengetahuan yang
dipelajarinya. Untuk membangun dan mengembangkan kompetensi,
peserta didik perlu mendapatkan kesempatan untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya dalam situasi
yang spesifik dan nyata (Glaesser, 2018)
• Bagaimana 6 aspek pemahaman dapat membantu saya merancang
asesmen dan kegiatan yang efektif membantu pemahaman siswa
mencapai CP?
6 Aspek/Facet Pemahaman merupakan cara untuk mengkonfirmasi
pemahaman siswa atas apa yang telah mereka pelajari. Jika siswa
melakukan salah satu dari keenam aspek/facet (mampu menjelaskan
, menginterpretasi, menerapkan, berempati, memiliki sebuah sudut
pandang, atau memiliki pengenalan diri), berarti mereka telah
mendemonstrasikan sebuah tingkat pemahaman. Guru dapat
menggunakan 6 Aspek Pemahaman ini untuk menentukan bentuk
pemahaman yang perlu didemonstrasikan siswa/dapat di-ases.
52. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
• Apakah semua mata pelajaran memiliki elemen yang sama
dengan pelajaran lainnya?
Tidak selalu. Setiap mata pelajaran memiliki elemen yang
berbeda-beda atau sama dengan mata pelajaran lain,
tergantung dari karakteristik mata pelajaran itu sendiri
• Apakah elemen CP sebuah mata pelajaran sama untuk semua
fase?
Ya, benar. Elemen dalam CP sebuah mata pelajaran sama dari
fase A-F. Yang membedakan adalah kompleksitas dan
kedalaman materinya, yang artinya kompetensi peserta didik
pun berkembang dari fase ke fase.
Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
terdapat 4 elemen utama, yaitu: 1) menyimak, 2) membaca dan
memirsa, 3) berbicara dan merepresentasikan, dan 4) menulis.
Sejak Fase A (kelas I-II SD/sederajat) hingga Fase F (kelas XI-XII
SMA/sederajat), keempat elemen tersebut dipelajari dengan
tingkat kompleksitas kognitif yang terus berkembang
• Apakah sebuah kegiatan pembelajaran harus dapat meliputi
seluruh elemen CP mata pelajaran tersebut?
Tidak. Anda dapat menggunakan hanya 1-2 elemen saja dalam
sebuah kegiatan. Yang terpenting, siswa dapat
mengembangkan kompetensi yang dituju elemen CP tersebut
dengan optimal.
• Bagaimana hubungan dan peran Elemen dengan
kompetensi yang dituju CP?
Setiap elemen memiliki peran dan capaiannya masing-
masing untuk membangun pengetahuan, keterampilan,
atau sikap yang pada saling terhubung dan saling
menunjang membangun kompetensi seseorang agar
dapat mencapai CP mata pelajaran tersebut. Elemen-
elemen tersebut umumnya tidak bersifat hirarkis.
• Apakah CP memuat Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar?
Tidak. CP dinyatakan dalam bentuk paragraf/narasi
berisi kompetensi (kesatuan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kunci) yang perlu dicapai oleh
siswa di akhir sebuah fase.
• Apakah CP menggantikan Standar Kompetensi Lulusan?
Tidak. Dalam kerangka kurikulum, CP kedudukannya di
bawah SNP (Standar Nasional Pendidikan), setara
dengan KI-KD dalam Kurikulum 2013. CP disusun
berdasarakan SKL dan Standar Isi.
53. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
• Bagaimana apabila terdapat perbedaan kemampuan/ level
Capaian Pembelajaran dalam suatu kelas? (Contoh: dalam
kelas 5 ternyata masih ada siswa yang masih berada di fase B,
sementara yang lain sudah sesuai berada di fase C)
Sangat penting untuk melakukan asesmen diagnostik baik
kognitif maupun non kognitif di awal pembelajaran (akan
dibahas pada modul Asesmen). Hasil asesmen diagnostik ini
akan menentukan CP yang akan digunakan dalam kelas
tersebut.
Untuk mengatasinya dapat digunakan Pembelajaran
Berdiferensiasi. Sangat memungkinkan , dalam suatu kelas
digunakan 2 CP. Contoh:
1. Siswa dengan kemampuan umum digunakan CP fase
tersebut (contoh kelas 5 menggunakan CP fase C).
2. Siswa dengan kemampuan melampaui fase C tetap
menggunakan fase C dengan pengayaan/ pendalaman.
Siswa dengan kemampuan ini juga dapat diajak untuk
berbagi kiat belajar dengan temannya (peer teaching)
3. Siswa yang masih berada di fase B menggunakan CP fase
B dengan dampingan guru (remedial)
Bagi peserta didik berkebutuhan khusus, apabila
mengalami hambatan intelegensi dapat menggunakan
CP pendidikan khusus, namun jika tidak mengalami
hambatan intelegensi dapat menggunakan CP reguler
dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum
• Apakah dengan sistem Fase, apakah siswa yang tertinggal Fase akan
mengalami tinggal kelas/tidak naik kelas?
Tidak. Siswa tetap akan naik kelas dengan catatan perkembangan
masing-masing yang dapat dijadikan landasan untuk merancang
pembelajaran yang berdiferensiasi sesuai levelnya (Teaching at The
Right Level). Penelitian menunjukkan bahwa tinggal kelas tidak
memberikan banyak manfaat untuk anak (capaian akademik mereka
tidak , malah menurunkan rasa percaya diri anak (self efficacy) tentang
kemampuannya untuk sukses secara akademik.
• Apakah satuan pendidikan dapat membuat CP sendiri?
Tidak. CP sifatnya terberi (given) dari pemerintah dan tidak dapat
diubah.
• Mengapa CP hanya memuat tujuan akhir pembelajaran dan rentang
waktu untuk mencapainya?
Setiap satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk menentukan
Kurikulum Operasional Sekolah, Tujuan Pembelajaran dan Alur Tujuan
Pembelajaran, dan Modul Ajar berdasarkan CP. dengan
mempertimbangkan kekhasan, potensi, dan konteks sekolah, serta
kemampuan siswa dan gurunya.
55. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Rencana Tindak Lanjut
• Apa Rencana Tindak Lanjut saya untuk
membagikan pengetahuan yang saya
dapat mengenai cara memahami CP
dari pendekatan konstruktivisme
kepada rekan-rekan saya di sekolah?
• Bagaimana langkah yang efektif untuk
mewujudkan Rencana Tindak Lanjut
saya?