SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
KONTROVERSI UNDANG –UNDANG CIPTA KERJA
NOMOR 11 TAHUN 2020: KAJIAN LINGUISTIK
FORENSIK DARI PENDEKATAN ANALISIS WACANA
KRITIS
TOBIAS GUNAS, S.S.M.PD
PENDAHULUAN
• Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2020 adalah produk hukum yang menerapkan
konsep omnibus law.
• Brien mengatakan bahwa konsep omnibus law merupakan rancangan undang – undang yang
mengintegrasikan beberapa aspek menjadi satu undang-undang(Sodikin,2020)
• Di Indonesia, adopsi dan penerapan konsep omnibus law dalam Undang-Undang Cipta Kerja
Nomor 11 tahun 2020 merupakan implementasi dari program pembenahan sistem undang-
undang dan regulasi di bidang ketenegakerjaan dan dunia usaha.
• Kehadiran Undang-Undang Cipta Kerja menuai kontroversi dan resistensi dari berbagai
kalangan.
• Bahasa adalah faktor penyebab munculnya kontroversi pasal-pasal tertentu dalam Undang-
Undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2020.
• Pasal-pasal yang dinilai kontroversi adalah pasal 88c (ayat 2), Pasal 79 (ayat 2, 3 dan 5), pasal
57 (ayat 1), Pasal 92 (ayat 1), Pasal 151 (ayat 3)
RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat ambiguitas makna pada unsur leksikon dan
struktur kalimat yang menyebabkan kontroversi pada pasal-
pasal tertentu?
Bagaimanakah konstruksi wacana dalam pasal-pasal tersebut
dapat mengungkap adanya potensi pengabaian hak-hak
buruh?
LANDASAN TEORI
Olsson (2008) mengatakan bahwa kajian linguistik forensik
dapat dikategorikan sebagai bidang linguistik terapan (aplikatif)
yang menerapkan teori linguistik pada kasus atau masalah
hukum.
Dumas dalam Mcmenamin (2002) mengemukakan bahwa
linguistik forensik itu berfokus pada bahasa hukum.
Bahasa sebagai komponen analisis dalam linguistik forensik
dikaji dalam dua kategori, yaitu bahasa sebagai wacana hukum
(language of the legal process) dan bahasa sebagai bukti
hukum (language as evidence) (Coulthard & Johnson, 2010:7)
TEORI LINGUISTIK DAN AWK
Makna denotasi dan makna dalam penggunaan (Allan, 1986)
Ambiguitas makna (Ulmman, 1972 dalam Pateda, 2001:202)
Fairclough (1995:28-32), Wodak dan Meyer (2001:5) mengatakan
bahwa wacana adalah pemakaian bahasa yang tampak sebagai
praktik sosial; sedangkan analisis wacana adalah mengenai
bagaimana teks bekerja/berfungsi dalam praktik sosial-budaya
Aspek mikro, meso struktur dan makro struktur
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif
Objek kajiannya adalah bahasa yang digunakan dalam teks tulis
Undang-Undang Cipta Kerja nomor 11 tahun 2020
Sumber data diambil dari dokumen Undang-Undang Cipta
Kerja Nomor 11 tahun 2020
Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan catat
Data dianalisis menggunakan teori semantik dan
Analisis Wacana Kritis (AWK)
HASIL DAN PEMBAHASAAN
Ambiguitas leksikal terjadi pada tataran kata yang memiliki makna ganda. Kegandaan makna kata
menyebabkan multitafsir dari satu
Data 1: Pasal 88 C (ayat 2) menyatakan:
Gubernur dapat menetapkan upah minimum kabupaten/ kota dengan syarat tertentu.
Kata dapat dalam pasal 88 (ayat 2) memiliki kegandaan makna. Menurut KBBI (daring), kata dapat berarti
‘mampu, sanggup, bisa, boleh’. Maka secara literal, pasal tersebut dapat ditafsir dengan beragam makna
yang melekat pada kata modalitas dapat, sebagai berikut :
Kata dapat pada pasal ini menyebabkan perbedaan penafsiran makna. Pertama, Gubernur memiliki
kapasitas untuk menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu. Kedua, Gubernur bisa
menetapkan atau sebaliknya tidak menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu.
Artinya, seorang gubernur tidak wajib menetapkan upah minimum kabupaten/kota, Dari segi konteks,
penafsiran makna ganda semacam ini menyebabkan ketidakjelasan makna yang terkandung dalam bunyi
pasal tersebut. Di samping itu, penafsiran makna ganda ini akan berdampak pada kontroversi penerapan
pasal tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAAN
Data 2 : Pasal 79 (ayat 2 dan 3) menyatakan:
(2.a) istirahat antara jam kerja, paling sedikit setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus
menerus, dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
(3) cuti tahunan, paling sedikit 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja
selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.
Pasal 79 (ayat 2 dan 3) menggunakan kata paling sedikit yang bermakna secara literal sekurang-
kurangnya, sedikit-dikitnya atau minimal. Maka, makna pasal tersebut dapat diinterpretasikan beragam.
Pertama bisa ditafsirkan bahwa istirahat antara jam kerja dan cuti bisa dialokasikan sesuai durasi waktu
yang ditentukan (setengah jam dan 12 hari) atau kurang dari waktu tersebut. Akibat penafsiran ini, potensi
pelanggaran terhadap implementasi kedua pasal tersebut sangat mungkin terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAAN
Selain waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), perusahaan
tertentu dapat memberikan istirahat panjang yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama.
Pasal 79 (ayat 5) juga mengandung ketaksaan makna pada kata majemuk istirahat panjang. Kata ini
berbeda maknanya dengan istilah cuti kerja. Istilah cuti kerja biasa digunakan di dunia kerja dengan makna
yang jelas. Cuti kerja berarti istirahat kerja dalam rentang waktu yang ditentukan. Sementara, kata istirahat
panjang dapat dimaknai pemutusan hubungan kerja (bentuk dan makna eufemisme).
Kegandaan makna pada kata tersebut menyebabkan pemahaman berbeda di kalangan buruh/pekerja yang
mengarah pada kontroversi penerapan pasal dimaksud. Bagi buruh/pekerja, kata istirahat panjang dapat
disalah-artikan oleh perusahan atau pengusaha sehingga berpotensi merugikan hak para pekerja.
Ambiguitas Struktural
Selain ambiguitas makna yang terjadi pada tataran lesikal, ketaksaan makna pada level struktural juga
ditemukan dalam bunyi pasal-pasal berikut ini.
Data 5 : pasal 57 (ayat 1) berbunyi :
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa
Indonesia dan huruf latin.
Pada pasal 57 (ayat 1) ditemukan penempatan konjungsi serta berdekatan dengan modalitas harus
dalam kalimat. Pemosisian dua unsur kalimat tersebut menimbulkan ketaksaan makna kalimat. Secara
gramatikal, konjungsi tersebut digunakan dalam kalimat untuk menghubungkan nomina atau kata kerja lain
sebagai tambahan atau penyerta. Dengan demikian, kalimat ini dapat ditafsir secara beragam. Kalimat ini
bermakna bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu bisa dibuat secara tertulis dengan bahasa lain selain
bahasa Indonesia, atau makna lainnya adalah bahwa bahasa Indonesia tidak wajib digunakan dalam
penulisan perjanjian kerja untuk waktu tertentu. Kontroversinya sangat jelas bertentangan dengan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dalam pasal 34 UUD 1945.
Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2020 merupakan produk hukum
yang menerapkan pendekatan hukum omnibus law. Dalam paradigma hukum
omnibus law, undang-undang Cipta kerja menggabungkan banyak pasal yang
terkait dengan dunia usaha
Proses penyusunan Undang-Undang Ketenagakerjaan omnibus law melibatkan
pihak eksekutif, legislatif, serikat buruh, dan pengusaha
Jika dicermati pasal-pasal di atas, tampak jelas bahwa pihak pemerintah dan
legislatif yang memiliki kekuasaan politik sehingga berperan lebih aktif dan
dominan dalam melahirkan Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2020
KESIMPULAN
Pertama, sejumlah pasal mengandung ketaksaan makna yang dapat
ditafsir secara beragam.
Kedua, ambiguitas makna dalam sejumlah pasal dimaksud terjadi pada
tataran leksikal dan gramatikal.
Ketiga, aspek mikro seperti leksikon, makna dan struktur merupakan
unsur pembentuk wacana yang memengaruhi pemaknaan terhadap isinya
secara keseluruhan.
Keempat, secara meso struktur, Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11
tahun 2020 merupakan produk hukum tertulis yang syarat kepentingan
politik antar pemerintah dan legislatif.
Kelima, sejumlah pasal yang menjadi kontroversi mengandung ketaksaan
makna yang berpotensi mengabaikan hak-hak konstitusi para buruh
REFERENSI
Allan, Keith. (1986). Linguistic Meaning. Routledge.
Casim, P, D. M. S., Pratomo, & Sundawati, L. (2019). Kajian Linguistik Forensik Ujaran Bau Ikan Asin Oleh Galih Ginanjar Terhadap
Fairuz A.Rafiq. Metabahasa, 1(2), 22–28.
Coulthard, Malcolm & Johnson, A. (2007). An Introduction to Forensic Linguistics (First). Routledge.
Coulthard, Malcolm & Johnson, A. (2010). Forensic Linguistics (First edit). Routledge.
Hugo Warami. (2011). Linguistik Forensik dalam UU Otsus Papua. Kibas Cenderawasih, 21.
Rahman, N. I. Z. (2019). PENGGUNAAN KATA TABU DI MEDIA SOSIAL : THE USE OF TABOO ON SOCIAL MEDIA : FORENSIC
LINGUISTICS ANALYSIS 20(11), 120–128. url: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/SEMIOTIKA/index
Wodak, Ruth & Meyer, Michael. (2001). Methods of Critical Discourse Analysis. London : SAGE Publication.
Sodikin. (2020). Paradigma undang-undang dengan konsep. RECHTS VINDING: Media Pembinaan Hukum Nasional, 9(April), 143–
160.
Subyantoro. (2019). l volume 1 nomor 1, januari 2019. Adil indonesia jurnal, 1(3), 51–60. http://jurnal.unw.ac.id/index.php/AIJ
Sudjana, E. T. S., & Fitri, N. (2013). Kurt Cobain ’ s Suicide Note Case : Forensic Linguistic Profiling Analysis. 6(4), 217–227.
Surbakti, E. (2019). Kajian Linguistik Forensik Terhadap Gugatan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik [Universitas
Sumatera Utara Medan]. http://repositori.usu.ac.id

More Related Content

Recently uploaded

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 

Recently uploaded (20)

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 

Featured

Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Kurio // The Social Media Age(ncy)
 

Featured (20)

PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 
ChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slidesChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slides
 
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike RoutesMore than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
 
Barbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationBarbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy Presentation
 

PPT Kimli 2021_TOBIAS GUNAS.pptx

  • 1. KONTROVERSI UNDANG –UNDANG CIPTA KERJA NOMOR 11 TAHUN 2020: KAJIAN LINGUISTIK FORENSIK DARI PENDEKATAN ANALISIS WACANA KRITIS TOBIAS GUNAS, S.S.M.PD
  • 2. PENDAHULUAN • Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2020 adalah produk hukum yang menerapkan konsep omnibus law. • Brien mengatakan bahwa konsep omnibus law merupakan rancangan undang – undang yang mengintegrasikan beberapa aspek menjadi satu undang-undang(Sodikin,2020) • Di Indonesia, adopsi dan penerapan konsep omnibus law dalam Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2020 merupakan implementasi dari program pembenahan sistem undang- undang dan regulasi di bidang ketenegakerjaan dan dunia usaha. • Kehadiran Undang-Undang Cipta Kerja menuai kontroversi dan resistensi dari berbagai kalangan. • Bahasa adalah faktor penyebab munculnya kontroversi pasal-pasal tertentu dalam Undang- Undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2020. • Pasal-pasal yang dinilai kontroversi adalah pasal 88c (ayat 2), Pasal 79 (ayat 2, 3 dan 5), pasal 57 (ayat 1), Pasal 92 (ayat 1), Pasal 151 (ayat 3)
  • 3. RUMUSAN MASALAH Apakah terdapat ambiguitas makna pada unsur leksikon dan struktur kalimat yang menyebabkan kontroversi pada pasal- pasal tertentu? Bagaimanakah konstruksi wacana dalam pasal-pasal tersebut dapat mengungkap adanya potensi pengabaian hak-hak buruh?
  • 4. LANDASAN TEORI Olsson (2008) mengatakan bahwa kajian linguistik forensik dapat dikategorikan sebagai bidang linguistik terapan (aplikatif) yang menerapkan teori linguistik pada kasus atau masalah hukum. Dumas dalam Mcmenamin (2002) mengemukakan bahwa linguistik forensik itu berfokus pada bahasa hukum. Bahasa sebagai komponen analisis dalam linguistik forensik dikaji dalam dua kategori, yaitu bahasa sebagai wacana hukum (language of the legal process) dan bahasa sebagai bukti hukum (language as evidence) (Coulthard & Johnson, 2010:7)
  • 5. TEORI LINGUISTIK DAN AWK Makna denotasi dan makna dalam penggunaan (Allan, 1986) Ambiguitas makna (Ulmman, 1972 dalam Pateda, 2001:202) Fairclough (1995:28-32), Wodak dan Meyer (2001:5) mengatakan bahwa wacana adalah pemakaian bahasa yang tampak sebagai praktik sosial; sedangkan analisis wacana adalah mengenai bagaimana teks bekerja/berfungsi dalam praktik sosial-budaya Aspek mikro, meso struktur dan makro struktur
  • 6. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif Objek kajiannya adalah bahasa yang digunakan dalam teks tulis Undang-Undang Cipta Kerja nomor 11 tahun 2020 Sumber data diambil dari dokumen Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2020 Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan catat Data dianalisis menggunakan teori semantik dan Analisis Wacana Kritis (AWK)
  • 7. HASIL DAN PEMBAHASAAN Ambiguitas leksikal terjadi pada tataran kata yang memiliki makna ganda. Kegandaan makna kata menyebabkan multitafsir dari satu Data 1: Pasal 88 C (ayat 2) menyatakan: Gubernur dapat menetapkan upah minimum kabupaten/ kota dengan syarat tertentu. Kata dapat dalam pasal 88 (ayat 2) memiliki kegandaan makna. Menurut KBBI (daring), kata dapat berarti ‘mampu, sanggup, bisa, boleh’. Maka secara literal, pasal tersebut dapat ditafsir dengan beragam makna yang melekat pada kata modalitas dapat, sebagai berikut : Kata dapat pada pasal ini menyebabkan perbedaan penafsiran makna. Pertama, Gubernur memiliki kapasitas untuk menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu. Kedua, Gubernur bisa menetapkan atau sebaliknya tidak menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu. Artinya, seorang gubernur tidak wajib menetapkan upah minimum kabupaten/kota, Dari segi konteks, penafsiran makna ganda semacam ini menyebabkan ketidakjelasan makna yang terkandung dalam bunyi pasal tersebut. Di samping itu, penafsiran makna ganda ini akan berdampak pada kontroversi penerapan pasal tersebut.
  • 8. HASIL DAN PEMBAHASAAN Data 2 : Pasal 79 (ayat 2 dan 3) menyatakan: (2.a) istirahat antara jam kerja, paling sedikit setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus, dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja; (3) cuti tahunan, paling sedikit 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus. Pasal 79 (ayat 2 dan 3) menggunakan kata paling sedikit yang bermakna secara literal sekurang- kurangnya, sedikit-dikitnya atau minimal. Maka, makna pasal tersebut dapat diinterpretasikan beragam. Pertama bisa ditafsirkan bahwa istirahat antara jam kerja dan cuti bisa dialokasikan sesuai durasi waktu yang ditentukan (setengah jam dan 12 hari) atau kurang dari waktu tersebut. Akibat penafsiran ini, potensi pelanggaran terhadap implementasi kedua pasal tersebut sangat mungkin terjadi.
  • 9. HASIL DAN PEMBAHASAAN Selain waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), perusahaan tertentu dapat memberikan istirahat panjang yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Pasal 79 (ayat 5) juga mengandung ketaksaan makna pada kata majemuk istirahat panjang. Kata ini berbeda maknanya dengan istilah cuti kerja. Istilah cuti kerja biasa digunakan di dunia kerja dengan makna yang jelas. Cuti kerja berarti istirahat kerja dalam rentang waktu yang ditentukan. Sementara, kata istirahat panjang dapat dimaknai pemutusan hubungan kerja (bentuk dan makna eufemisme). Kegandaan makna pada kata tersebut menyebabkan pemahaman berbeda di kalangan buruh/pekerja yang mengarah pada kontroversi penerapan pasal dimaksud. Bagi buruh/pekerja, kata istirahat panjang dapat disalah-artikan oleh perusahan atau pengusaha sehingga berpotensi merugikan hak para pekerja.
  • 10. Ambiguitas Struktural Selain ambiguitas makna yang terjadi pada tataran lesikal, ketaksaan makna pada level struktural juga ditemukan dalam bunyi pasal-pasal berikut ini. Data 5 : pasal 57 (ayat 1) berbunyi : Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin. Pada pasal 57 (ayat 1) ditemukan penempatan konjungsi serta berdekatan dengan modalitas harus dalam kalimat. Pemosisian dua unsur kalimat tersebut menimbulkan ketaksaan makna kalimat. Secara gramatikal, konjungsi tersebut digunakan dalam kalimat untuk menghubungkan nomina atau kata kerja lain sebagai tambahan atau penyerta. Dengan demikian, kalimat ini dapat ditafsir secara beragam. Kalimat ini bermakna bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu bisa dibuat secara tertulis dengan bahasa lain selain bahasa Indonesia, atau makna lainnya adalah bahwa bahasa Indonesia tidak wajib digunakan dalam penulisan perjanjian kerja untuk waktu tertentu. Kontroversinya sangat jelas bertentangan dengan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dalam pasal 34 UUD 1945.
  • 11. Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2020 merupakan produk hukum yang menerapkan pendekatan hukum omnibus law. Dalam paradigma hukum omnibus law, undang-undang Cipta kerja menggabungkan banyak pasal yang terkait dengan dunia usaha Proses penyusunan Undang-Undang Ketenagakerjaan omnibus law melibatkan pihak eksekutif, legislatif, serikat buruh, dan pengusaha Jika dicermati pasal-pasal di atas, tampak jelas bahwa pihak pemerintah dan legislatif yang memiliki kekuasaan politik sehingga berperan lebih aktif dan dominan dalam melahirkan Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2020
  • 12. KESIMPULAN Pertama, sejumlah pasal mengandung ketaksaan makna yang dapat ditafsir secara beragam. Kedua, ambiguitas makna dalam sejumlah pasal dimaksud terjadi pada tataran leksikal dan gramatikal. Ketiga, aspek mikro seperti leksikon, makna dan struktur merupakan unsur pembentuk wacana yang memengaruhi pemaknaan terhadap isinya secara keseluruhan. Keempat, secara meso struktur, Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 tahun 2020 merupakan produk hukum tertulis yang syarat kepentingan politik antar pemerintah dan legislatif. Kelima, sejumlah pasal yang menjadi kontroversi mengandung ketaksaan makna yang berpotensi mengabaikan hak-hak konstitusi para buruh
  • 13. REFERENSI Allan, Keith. (1986). Linguistic Meaning. Routledge. Casim, P, D. M. S., Pratomo, & Sundawati, L. (2019). Kajian Linguistik Forensik Ujaran Bau Ikan Asin Oleh Galih Ginanjar Terhadap Fairuz A.Rafiq. Metabahasa, 1(2), 22–28. Coulthard, Malcolm & Johnson, A. (2007). An Introduction to Forensic Linguistics (First). Routledge. Coulthard, Malcolm & Johnson, A. (2010). Forensic Linguistics (First edit). Routledge. Hugo Warami. (2011). Linguistik Forensik dalam UU Otsus Papua. Kibas Cenderawasih, 21. Rahman, N. I. Z. (2019). PENGGUNAAN KATA TABU DI MEDIA SOSIAL : THE USE OF TABOO ON SOCIAL MEDIA : FORENSIC LINGUISTICS ANALYSIS 20(11), 120–128. url: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/SEMIOTIKA/index Wodak, Ruth & Meyer, Michael. (2001). Methods of Critical Discourse Analysis. London : SAGE Publication. Sodikin. (2020). Paradigma undang-undang dengan konsep. RECHTS VINDING: Media Pembinaan Hukum Nasional, 9(April), 143– 160. Subyantoro. (2019). l volume 1 nomor 1, januari 2019. Adil indonesia jurnal, 1(3), 51–60. http://jurnal.unw.ac.id/index.php/AIJ Sudjana, E. T. S., & Fitri, N. (2013). Kurt Cobain ’ s Suicide Note Case : Forensic Linguistic Profiling Analysis. 6(4), 217–227. Surbakti, E. (2019). Kajian Linguistik Forensik Terhadap Gugatan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik [Universitas Sumatera Utara Medan]. http://repositori.usu.ac.id