SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Download to read offline
Pencemaran lingkungan di berbagai negara, termasuk Indonesia, sudah sangat
kompleks dan mengkhawatirkan seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan
diberbagai bidang. Salah satu teknik dalam memperbaiki kualitas lingkungan yang tercemar
adalah dengan teknik fitoremediasi. Menurut Priyanto & Prayitno (2006), fitoremediasi
berasal dari kata phyto (asal kata Yunani phyton) yang berarti tumbuhan/tanaman (plant) dan
kata remediation (asal kata Latin remediare = to remedy) yaitu memperbaiki/ menyembuhkan
atau membersihkan sesuatu. Dengan demikian fitoremediasi dapat didefinisikan sebagai:
penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menstabilkan, atau
menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik.
          Menurut Mangkoedihardjo (2005), bahwa proses fitoremediasi secara umum
dibedakan berdasarkan mekanisme fungsi dan struktur tumbuhan. USEPA (1999, 2005) dan
ITRC (2001) secara umum membuat klasifikasi proses sebagai berikut:
1.    Fitostabilisasi (phytostabilization); Akar tumbuhan melakukan imobilisasi polutan
      dengan cara mengakumulasi, mengadsorpsi pada permukaan akar dan mengendapkan
      presipitat polutan dalam zona akar. Proses ini secara tipikal digunakan untuk
      dekontaminasi zat-zat anorganik yang terkandung minyak yaitu sulfur, nitrogen, dan
      beberapa logam berat (sekitar 2-50% kandungan minyak).
2.    Fitoekstraksi/fitoakumulasi (phytoextraction/phytoaccumulation); Akar tumbuhan
      menyerap polutan dan selanjutnya ditranslokasi ke dalam organ tumbuhan. Proses ini
      cocok digunakan untuk dekontaminasi zat-zat anorganik seperti pada proses
      fitostabilisasi.
3.    Rizofiltrasi (rhizofiltration); Akar tumbuhan mengadsorpsi atau presipitasi pada zona
      akar atau mengabsorpsi larutan polutan sekitar akar ke dalam akar. Proses ini digunakan
      untuk bahan larutan yang mengandung bahan organik maupun anorganik.
4.    Fitodegradasi/fitotransformasi (phytodegradation/phytotransformation); gambar 5.
      Organ tumbuhan menguraikan polutan yang diserap melalui proses metabolisme
      tumbuhan atau secara enzimatik.
5.    Rizodegradasi         (rhizodegradation/enhanced      rhizosphere       biodegradation/
      phytostimulation/plant-assisted-bioremediation/degradation); Polutan yang diuraikan
      oleh mikroba dalam tanah, yang diperkuat/sinergis oleh ragi, fungi, dan zat-zat keluaran
      akar tumbuhan (eksudat) yaitu gula, alkohol, asam. Eksudat itu merupakan makanan
      mikroba yang menguraikan polutan maupun biota tanah lainnya. Proses ini tepat untuk
      dekontaminasi zat organik.
6.    Fitovolatilisasi (Phytovolatilization); Penyerapan polutan oleh tumbuhan dan
      dikeluarkan dalam bentuk uap cair ke atmosfer. Kontaminan bisa mengalami
      transformasi sebelum lepas ke atmosfer. Proses ini tepat digunakan untuk kontaminan
      zat-zat organik.
          Tumbuhan hiperakumulator adalah tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk
mengkonsentrasikan logam di dalam biomassanya dalam kadar yang luar biasa tinggi. Batas
hiperakumulator berbeda-beda bergantung pada jenis logamnya, misalnya kadmium 0,01%
(100 mg/kg BK) sedangkan kobalt, tembaga dan timbal adalah 0,1% (1.000 mg/kg BK) serta
seng dan mangan adalah 1% (10.000 mg/kg BK). Laporan pertama mengenai adanya
tumbuhan hiperakumulator muncul pada tahun 1948 oleh Minguzzi dan Vergnano, yang
menemukan kadar nikel setinggi 1,2% dalam daun Alyssum bertolonii. Sejak itu, terutama
dengan mengandalkan analisis mikro terhadap spesimen herbarium, diketahui ada 435 taxa
tumbuhan hiperakumulator logam yang tumbuh tersebar di lima benua dan semua wilayah
iklim (Baker, 1999 dalam Priyanto & Prayitno, 2006).
          Menurut Fitter (1982) dalam Arisandi (2001), mekanisme yang mungkin dilakukan
oleh tumbuhan untuk menghadapi konsentrasi toksik adalah:
1. Penanggulangan (ameliorasi); untuk meminimumkan pengaruh toksin terdapat empat
   pendekatan, yaitu :
   a. Lokalisasi (intraseluler atau ekstraseluler); biasanya pada organ akar.
   b. Ekskresi; secara aktif melalui kelenjar pada tajuk atau secara pasif melalui akumulasi
      pada daun-daun tua yang diikuti dengan pengguguran daun.
   c. Dilusi (melemahkan); melalui pengenceran.
   d. inaktivasi secara kimia; mekanisme pembentukan kompleks logam sering dijumpai
      pada tumbuhan, seperti pada tembaga (Cu) yang biasanya mengalami translokasi
      pembentukan kelat dengan asam-asam poliamino-polikarboksilik.
2. Toleransi; tumbuhan mengembangkan sistem metabolik yang dapat berfungsi pada
   konsentrasi toksik.

Fitoremediasi Lingkungan Tercemar Pb

          Berbagai penelitian fitoremediasi telah banyak dilaksanakan dalam usaha
memperbaiki kualitas lingkungan yang tercemar logam Pb. Beberapa diantaranya dilakukan
pada lingkungan perairan. Seperti dilaporkan Moenandir & Hidayat (1993) dalam Sitorus
(2007) bahwa, kangkung air (Ipomea aquatic) ternyata dapat meningkatkan mutu air yang
tercemar oleh air limbah dan mampu menyerap logam berat yang terlarut dalam media
tumbuh. Hasil penelitian mereka terhadap air limbah tekstil, obat-obatan, pabrik roti dan
aquadest mampu menurunkan kadar logam Pb 0,92 ppm. Hasil penelitian Osmolovskaya &
Kurilenko (2005) menemukan bahwa beberapa jenis makrofita mampu berperan dalam
fitoremediasi terhadap Pb. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Elodea Canadensis,
Ceratophyllum demersum L., dan Potamogeton natans L. mampu menyerap Pb dalam air
masing-masing sebesar 27,4 , 10, 7 dan 9,3 mg kg -1 DW.
          Sedangkan yang dilaporkan oleh Liao & Chang (2004), bahwa eceng gondok
(Eichhornia crassipes) memiliki kemampuan dalam menyerap Pb. Selama penelitan mereka
yang dilakukan di perairan Erh-Chung wetland menunjukkan bahwa eceng gondok mampu
menyerap Pb sebesar 542 mg/m2 dengan kapasitas penyerapan sebesar 5,4kg/ha. Pengukuran
kandungan Pb ini dilakukan terhadap jaringan tanaman, media air dan sedimen. Hal ini
dilakukan karena adanya korelasi antara kandungan Pb di dalam jaringan tanaman dan media
tumbuh. Menurut Wilson (1988) dalam Arisandi (2001), bahwa logam berat yang terlarut
dalam air akan berpindah ke dalam sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau
materi organik yang melapisi permukaan sedimen, dan penyerapan langsung oleh permukaan
partikel sedimen. Materi organik dalam sedimen dan kapasitas penyerapan logam sangat
berhubungan dengan ukuran partikel dan luas permukaan penyerapan, sehingga konsentrasi
logam dalam sedimen biasanya dipengaruhi ukuran partikel dalam sedimen.
          Menurut Reddy (1990) dalam Sitorus (2007), kehadiran tanaman air di dalam kolam
pengolahan sangat potensial untuk menyaring dan menyerap bahan yang terlarut di dalam
limbah seperti logam–logam berat (Hg, Pb, Cn, Mn, Mg dan lain-lain), melangsungkan
pertukaran dan penyerapan ion, serta memelihara kondisi perairan dari pengaruh angin, sinar
matahari dan suhu. Selain itu tanaman air juga aman, relatif sederhana dan murah.
          Tanaman air seperti eceng gondok dan kangkung air, yang tampak tidak memiliki
nilai ekonomis tinggi, ternyata memiliki kemampuan sebagai tumbuhan yang berperan dalam
mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Pengendalian pencemaran lingkungan perairan
akibat Pb secara biologis (misalnya fitoremediasi) merupakan metode yang sangat efektif,
disamping mudah, murah, memberikan manfaat yang besar, juga relatif tidak menimbulkan
dampak sampingan.
          Menurut Priyanto & Prayitno (2006), usaha untuk meningkatkan akumulasi logam
berat, khususnya Pb, telah dilakukan di beberapa laboratorium. Ilya Raskin dan kolega di
AgBiotech Center berusaha menaikkan tingkat akumulasi Pb oleh Brassica juncea dengan
memberikan zat pengkhelat ke dalam tanah. Hasilnya menunjukkan, bahwa dengan
memberikan khelator EDTA ke dalam tanah yang mengandung 600 mg Pb/kg, tumbuhan
Brassica juncea mampu mengakumulasi Pb hingga 1,5% biomassanya. Dengan demikian bila
dianggap hasil biomassa adalah 12 t/ha, maka sebanyak 180 kg Pb/ha dapat diambil dari
dalam tanah. Untuk mencapai hasil yang tinggi ini tambahan biaya untuk pemberian EDTA
diperhitungkan sekitar US$7,50/t tanah yang digarap.
          Menurut Homaee (2006) bahwa, tanaman lobak (Rhaphanus sativa L.) mampu
berperan dalam fitoremediasi logam Pb. Konsentrasi maksimum Pb di dalam akar yaitu
sebesar 440 µg/gr, sedangkan di dalam daun sebesar 42 µg/gr. Dalam penelitian ini terlihat
bahwa lobak berperan dalam proses fitoekstraksi. Sedangkan yang dilaporkan oleh Huang,
dkk. (1997), bahwa, tanaman jagung (Zea mays L.) dan kacang kapri (Pisum sativum L.)
dapat menyerap Pb. Melalui penambahan EDTA di dalam tanah meningkatkan konsentrasi
Pb di dalam pucuk kedua tumbuhan tersebut dari sekitar 500 mg/kg menjadi 10.000 mg/kg
dimana kandungan Pb di dalam tanah lebih kurang 2.500 mg/kg.
          Dari hasil yang diperoleh di atas menunjukkan bahwa tanaman-tanaman pangan
ternyata mampu berperan dalam fitoremediasi terhadap tanah yang tercemar Pb. Hal ini
menuntut kita untuk lebih waspada dalam mengkonsumsi hasil dari tanaman-tanaman
tersebut. Untuk menghindari terjadinya akumulasi logam-logam berat berbahaya (seperti Pb)
di dalam tanaman pangan perlu dikaji lebih mendalam mengenai komposisi media tanam
(tanah), pestisida maupun pupuk. Dalam proses perbaikan lingkungan dengan teknik
fitoremediasi tidak dianjurkan menggunakan tumbuhan yang dikonsumsi, sebab dapat
membahayakan kesehatan manusia jika tumbuhan tersebut dikonsumsi.

          Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Pb masuk ke dalam tubuh manusia melalui air
minum, makanan atau udara, yang dapat menyebabkan gangguan pada organ seperti
gangguan neurologi (syaraf), ginjal, sistem reproduksi, sistem hemopoitik serta sistem syaraf
pusat (otak) terutama pada anak yang dapat menurunkan tingkat kecerdasan. Pb dihasilkan
dari berbagai kegiatan, seperti kegiatan industri (industri pengecoran maupun pemurnian,
industri battery, industri bahan bakar, industri kabel serta industri bahan pewarna), sisa
pembakaran kendaraan bermotor dan penambangan.
          Fitoremediasi merupakan suatu teknik dimana tanaman tertentu, secara sendiri atau
bekerjasama dengan mikroorganisme dalam media (tanah, koral dan air), dapat mengubah zat
kontaminan (pencemar/polutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan
yang berguna secara ekonomi. Fitoremediasi menggunakan tumbuhan yang bersifat
hiperakumulator. Tumbuhan hiperakumulator terhadap Pb adalah tumbuhan yang mempunyai
kemampuan untuk mengkonsentrasikan Pb di dalam biomassanya dalam kadar yang luar
biasa tinggi.
          Berbagai jenis tanaman dapat berperan dalam fitoremediasi, baik itu tanaman
pangan ataupun nonpangan. Untuk menghindari terjadinya akumulasi logam berat Pb di
dalam tanaman pangan perlu dikaji lebih mendalam mengenai komposisi media tanam
(tanah), pestisida maupun pupuk. Sedangkan untuk pemanfaatan teknik fitoremediasi
terhadap lingkungan tercemar Pb sebaiknya menggunakan tanaman nonpangan. Beberapa
jenis tanaman nonpangan yang tumbuh di air dan di tanah memiliki kemampuan sebagai
tanaman hiperakumulator terhadap Pb. Untuk itu teknik fitoremediasi dapat digunakan dalam
rangka memperbaiki lingkungan yang terindikasi adanya perncemaran Pb.

More Related Content

What's hot

Skl 4-daur biogeokimia
Skl 4-daur biogeokimiaSkl 4-daur biogeokimia
Skl 4-daur biogeokimiaHerfen Suryati
 
7. potensi tanaman henggar h
7. potensi tanaman   henggar h7. potensi tanaman   henggar h
7. potensi tanaman henggar hwahyu_083
 
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. NikinmaaSummary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. NikinmaaNyak Nisa Ul Khairani
 
Tugas unit proses nitrifiaksi
Tugas unit proses nitrifiaksiTugas unit proses nitrifiaksi
Tugas unit proses nitrifiaksiUtami Hasibuan
 
Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)annisaroshi
 
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinyaBahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinyaSMPN 4 Kerinci
 
Peranan Bakteri Thobacillus ferroxidans dalam Pertambangan Batubara
Peranan Bakteri Thobacillus ferroxidans dalam Pertambangan BatubaraPeranan Bakteri Thobacillus ferroxidans dalam Pertambangan Batubara
Peranan Bakteri Thobacillus ferroxidans dalam Pertambangan BatubaraMuhamad Agus
 
Daur biogeokimia
Daur biogeokimiaDaur biogeokimia
Daur biogeokimiaaprillia20
 
Ekologi tumbuhan
Ekologi tumbuhanEkologi tumbuhan
Ekologi tumbuhanBerlian Nur
 
Tugas kesling
Tugas keslingTugas kesling
Tugas keslingindosasmi
 
Peran bakteri dalam pengolahan limbah
Peran bakteri dalam pengolahan limbahPeran bakteri dalam pengolahan limbah
Peran bakteri dalam pengolahan limbahDzikri Imaduddin
 
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
 logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondokNaufal Sang Pencerah
 
Daur biogeokimia
Daur biogeokimiaDaur biogeokimia
Daur biogeokimiaaprillia20
 
Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2
Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2
Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2Ir. Zakaria, M.M
 
Diah retno arumsari 3425161357 zinc
Diah retno arumsari 3425161357 zincDiah retno arumsari 3425161357 zinc
Diah retno arumsari 3425161357 zincdiahretno4
 

What's hot (19)

Skl 4-daur biogeokimia
Skl 4-daur biogeokimiaSkl 4-daur biogeokimia
Skl 4-daur biogeokimia
 
7. potensi tanaman henggar h
7. potensi tanaman   henggar h7. potensi tanaman   henggar h
7. potensi tanaman henggar h
 
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. NikinmaaSummary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
 
Tugas unit proses nitrifiaksi
Tugas unit proses nitrifiaksiTugas unit proses nitrifiaksi
Tugas unit proses nitrifiaksi
 
Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)
 
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinyaBahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
 
Peranan Bakteri Thobacillus ferroxidans dalam Pertambangan Batubara
Peranan Bakteri Thobacillus ferroxidans dalam Pertambangan BatubaraPeranan Bakteri Thobacillus ferroxidans dalam Pertambangan Batubara
Peranan Bakteri Thobacillus ferroxidans dalam Pertambangan Batubara
 
Daur biogeokimia
Daur biogeokimiaDaur biogeokimia
Daur biogeokimia
 
Ekologi tumbuhan
Ekologi tumbuhanEkologi tumbuhan
Ekologi tumbuhan
 
Tugas kesling
Tugas keslingTugas kesling
Tugas kesling
 
202 290-1-sm
202 290-1-sm202 290-1-sm
202 290-1-sm
 
Makalah kimbal
Makalah kimbalMakalah kimbal
Makalah kimbal
 
2
22
2
 
Peran bakteri dalam pengolahan limbah
Peran bakteri dalam pengolahan limbahPeran bakteri dalam pengolahan limbah
Peran bakteri dalam pengolahan limbah
 
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
 logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
 
Polusi tanah
Polusi tanahPolusi tanah
Polusi tanah
 
Daur biogeokimia
Daur biogeokimiaDaur biogeokimia
Daur biogeokimia
 
Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2
Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2
Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2
 
Diah retno arumsari 3425161357 zinc
Diah retno arumsari 3425161357 zincDiah retno arumsari 3425161357 zinc
Diah retno arumsari 3425161357 zinc
 

Viewers also liked (13)

Minyak kedelai
Minyak kedelaiMinyak kedelai
Minyak kedelai
 
Siklus biogeokimia
Siklus biogeokimiaSiklus biogeokimia
Siklus biogeokimia
 
Pertambangan di nusa tenggara timur
Pertambangan di nusa tenggara timurPertambangan di nusa tenggara timur
Pertambangan di nusa tenggara timur
 
Riki 3 memformulasi hipotesis
Riki 3 memformulasi hipotesisRiki 3 memformulasi hipotesis
Riki 3 memformulasi hipotesis
 
Tahapan pelaksanaan rencana usaha pertambangan mangan
Tahapan pelaksanaan rencana usaha pertambangan manganTahapan pelaksanaan rencana usaha pertambangan mangan
Tahapan pelaksanaan rencana usaha pertambangan mangan
 
Minyak bumi
Minyak bumiMinyak bumi
Minyak bumi
 
Winterisasi
WinterisasiWinterisasi
Winterisasi
 
Bubuk kedelai
Bubuk kedelaiBubuk kedelai
Bubuk kedelai
 
Minyak zaitun donna
Minyak zaitun donnaMinyak zaitun donna
Minyak zaitun donna
 
Mangan
ManganMangan
Mangan
 
Minyak zaitun ppt
Minyak zaitun pptMinyak zaitun ppt
Minyak zaitun ppt
 
RPIDA Kabupaten Bangka Barat versi FGD Kemenperin
RPIDA Kabupaten Bangka Barat versi FGD KemenperinRPIDA Kabupaten Bangka Barat versi FGD Kemenperin
RPIDA Kabupaten Bangka Barat versi FGD Kemenperin
 
Profil kelapa sawit final
Profil kelapa sawit finalProfil kelapa sawit final
Profil kelapa sawit final
 

Similar to Fitoremediasi Pb Lingkungan

Pencemaranlingkungan
PencemaranlingkunganPencemaranlingkungan
PencemaranlingkunganNina Safitri
 
Daur biogeokimia
Daur biogeokimiaDaur biogeokimia
Daur biogeokimiahaznah07
 
Laporan kesuburan tanah
Laporan kesuburan tanahLaporan kesuburan tanah
Laporan kesuburan tanahPetrus Hery
 
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianMakalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianEfri Yadi
 
PENCEMARAN TANAH
PENCEMARAN TANAH PENCEMARAN TANAH
PENCEMARAN TANAH Anisa Budi
 
Tugas Menara Hara Hidroponik
Tugas Menara Hara HidroponikTugas Menara Hara Hidroponik
Tugas Menara Hara Hidroponikivan ara
 
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk HidupEkosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidupseaaln
 
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanLaporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanfahmiganteng
 
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganadraufaa
 
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Jidun Cool
 
Makalah pencemaran tanah
Makalah pencemaran tanahMakalah pencemaran tanah
Makalah pencemaran tanahWarnet Raha
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Ariefman Fajar
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahArif nor fauzi
 

Similar to Fitoremediasi Pb Lingkungan (20)

Pencemaranlingkungan
PencemaranlingkunganPencemaranlingkungan
Pencemaranlingkungan
 
Daur biogeokimia
Daur biogeokimiaDaur biogeokimia
Daur biogeokimia
 
Laporan kesuburan tanah
Laporan kesuburan tanahLaporan kesuburan tanah
Laporan kesuburan tanah
 
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianMakalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
 
PENCEMARAN TANAH
PENCEMARAN TANAH PENCEMARAN TANAH
PENCEMARAN TANAH
 
Tugas Menara Hara Hidroponik
Tugas Menara Hara HidroponikTugas Menara Hara Hidroponik
Tugas Menara Hara Hidroponik
 
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk HidupEkosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
 
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanLaporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
 
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan
 
ppt kimia
ppt kimiappt kimia
ppt kimia
 
Pencemaran_Tanah_ppt.ppt
Pencemaran_Tanah_ppt.pptPencemaran_Tanah_ppt.ppt
Pencemaran_Tanah_ppt.ppt
 
Makalah pencemaran tanah
Makalah pencemaran tanahMakalah pencemaran tanah
Makalah pencemaran tanah
 
Makalah pencemaran tanah STIP KABUPATEN MUNA
Makalah pencemaran tanah STIP KABUPATEN MUNA Makalah pencemaran tanah STIP KABUPATEN MUNA
Makalah pencemaran tanah STIP KABUPATEN MUNA
 
13. lap kompos
13. lap kompos13. lap kompos
13. lap kompos
 
2.ppt
2.ppt2.ppt
2.ppt
 
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
 
Makalah pencemaran tanah
Makalah pencemaran tanahMakalah pencemaran tanah
Makalah pencemaran tanah
 
Pengaruh eceng gondok
Pengaruh eceng gondokPengaruh eceng gondok
Pengaruh eceng gondok
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
 

Fitoremediasi Pb Lingkungan

  • 1. Pencemaran lingkungan di berbagai negara, termasuk Indonesia, sudah sangat kompleks dan mengkhawatirkan seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan diberbagai bidang. Salah satu teknik dalam memperbaiki kualitas lingkungan yang tercemar adalah dengan teknik fitoremediasi. Menurut Priyanto & Prayitno (2006), fitoremediasi berasal dari kata phyto (asal kata Yunani phyton) yang berarti tumbuhan/tanaman (plant) dan kata remediation (asal kata Latin remediare = to remedy) yaitu memperbaiki/ menyembuhkan atau membersihkan sesuatu. Dengan demikian fitoremediasi dapat didefinisikan sebagai: penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik. Menurut Mangkoedihardjo (2005), bahwa proses fitoremediasi secara umum dibedakan berdasarkan mekanisme fungsi dan struktur tumbuhan. USEPA (1999, 2005) dan ITRC (2001) secara umum membuat klasifikasi proses sebagai berikut: 1. Fitostabilisasi (phytostabilization); Akar tumbuhan melakukan imobilisasi polutan dengan cara mengakumulasi, mengadsorpsi pada permukaan akar dan mengendapkan presipitat polutan dalam zona akar. Proses ini secara tipikal digunakan untuk dekontaminasi zat-zat anorganik yang terkandung minyak yaitu sulfur, nitrogen, dan beberapa logam berat (sekitar 2-50% kandungan minyak). 2. Fitoekstraksi/fitoakumulasi (phytoextraction/phytoaccumulation); Akar tumbuhan menyerap polutan dan selanjutnya ditranslokasi ke dalam organ tumbuhan. Proses ini cocok digunakan untuk dekontaminasi zat-zat anorganik seperti pada proses fitostabilisasi. 3. Rizofiltrasi (rhizofiltration); Akar tumbuhan mengadsorpsi atau presipitasi pada zona akar atau mengabsorpsi larutan polutan sekitar akar ke dalam akar. Proses ini digunakan untuk bahan larutan yang mengandung bahan organik maupun anorganik. 4. Fitodegradasi/fitotransformasi (phytodegradation/phytotransformation); gambar 5. Organ tumbuhan menguraikan polutan yang diserap melalui proses metabolisme tumbuhan atau secara enzimatik. 5. Rizodegradasi (rhizodegradation/enhanced rhizosphere biodegradation/ phytostimulation/plant-assisted-bioremediation/degradation); Polutan yang diuraikan oleh mikroba dalam tanah, yang diperkuat/sinergis oleh ragi, fungi, dan zat-zat keluaran akar tumbuhan (eksudat) yaitu gula, alkohol, asam. Eksudat itu merupakan makanan mikroba yang menguraikan polutan maupun biota tanah lainnya. Proses ini tepat untuk dekontaminasi zat organik. 6. Fitovolatilisasi (Phytovolatilization); Penyerapan polutan oleh tumbuhan dan dikeluarkan dalam bentuk uap cair ke atmosfer. Kontaminan bisa mengalami transformasi sebelum lepas ke atmosfer. Proses ini tepat digunakan untuk kontaminan zat-zat organik. Tumbuhan hiperakumulator adalah tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasikan logam di dalam biomassanya dalam kadar yang luar biasa tinggi. Batas hiperakumulator berbeda-beda bergantung pada jenis logamnya, misalnya kadmium 0,01% (100 mg/kg BK) sedangkan kobalt, tembaga dan timbal adalah 0,1% (1.000 mg/kg BK) serta seng dan mangan adalah 1% (10.000 mg/kg BK). Laporan pertama mengenai adanya tumbuhan hiperakumulator muncul pada tahun 1948 oleh Minguzzi dan Vergnano, yang menemukan kadar nikel setinggi 1,2% dalam daun Alyssum bertolonii. Sejak itu, terutama dengan mengandalkan analisis mikro terhadap spesimen herbarium, diketahui ada 435 taxa tumbuhan hiperakumulator logam yang tumbuh tersebar di lima benua dan semua wilayah iklim (Baker, 1999 dalam Priyanto & Prayitno, 2006). Menurut Fitter (1982) dalam Arisandi (2001), mekanisme yang mungkin dilakukan oleh tumbuhan untuk menghadapi konsentrasi toksik adalah:
  • 2. 1. Penanggulangan (ameliorasi); untuk meminimumkan pengaruh toksin terdapat empat pendekatan, yaitu : a. Lokalisasi (intraseluler atau ekstraseluler); biasanya pada organ akar. b. Ekskresi; secara aktif melalui kelenjar pada tajuk atau secara pasif melalui akumulasi pada daun-daun tua yang diikuti dengan pengguguran daun. c. Dilusi (melemahkan); melalui pengenceran. d. inaktivasi secara kimia; mekanisme pembentukan kompleks logam sering dijumpai pada tumbuhan, seperti pada tembaga (Cu) yang biasanya mengalami translokasi pembentukan kelat dengan asam-asam poliamino-polikarboksilik. 2. Toleransi; tumbuhan mengembangkan sistem metabolik yang dapat berfungsi pada konsentrasi toksik. Fitoremediasi Lingkungan Tercemar Pb Berbagai penelitian fitoremediasi telah banyak dilaksanakan dalam usaha memperbaiki kualitas lingkungan yang tercemar logam Pb. Beberapa diantaranya dilakukan pada lingkungan perairan. Seperti dilaporkan Moenandir & Hidayat (1993) dalam Sitorus (2007) bahwa, kangkung air (Ipomea aquatic) ternyata dapat meningkatkan mutu air yang tercemar oleh air limbah dan mampu menyerap logam berat yang terlarut dalam media tumbuh. Hasil penelitian mereka terhadap air limbah tekstil, obat-obatan, pabrik roti dan aquadest mampu menurunkan kadar logam Pb 0,92 ppm. Hasil penelitian Osmolovskaya & Kurilenko (2005) menemukan bahwa beberapa jenis makrofita mampu berperan dalam fitoremediasi terhadap Pb. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Elodea Canadensis, Ceratophyllum demersum L., dan Potamogeton natans L. mampu menyerap Pb dalam air masing-masing sebesar 27,4 , 10, 7 dan 9,3 mg kg -1 DW. Sedangkan yang dilaporkan oleh Liao & Chang (2004), bahwa eceng gondok (Eichhornia crassipes) memiliki kemampuan dalam menyerap Pb. Selama penelitan mereka yang dilakukan di perairan Erh-Chung wetland menunjukkan bahwa eceng gondok mampu menyerap Pb sebesar 542 mg/m2 dengan kapasitas penyerapan sebesar 5,4kg/ha. Pengukuran kandungan Pb ini dilakukan terhadap jaringan tanaman, media air dan sedimen. Hal ini dilakukan karena adanya korelasi antara kandungan Pb di dalam jaringan tanaman dan media tumbuh. Menurut Wilson (1988) dalam Arisandi (2001), bahwa logam berat yang terlarut dalam air akan berpindah ke dalam sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau materi organik yang melapisi permukaan sedimen, dan penyerapan langsung oleh permukaan partikel sedimen. Materi organik dalam sedimen dan kapasitas penyerapan logam sangat berhubungan dengan ukuran partikel dan luas permukaan penyerapan, sehingga konsentrasi logam dalam sedimen biasanya dipengaruhi ukuran partikel dalam sedimen. Menurut Reddy (1990) dalam Sitorus (2007), kehadiran tanaman air di dalam kolam pengolahan sangat potensial untuk menyaring dan menyerap bahan yang terlarut di dalam limbah seperti logam–logam berat (Hg, Pb, Cn, Mn, Mg dan lain-lain), melangsungkan pertukaran dan penyerapan ion, serta memelihara kondisi perairan dari pengaruh angin, sinar matahari dan suhu. Selain itu tanaman air juga aman, relatif sederhana dan murah. Tanaman air seperti eceng gondok dan kangkung air, yang tampak tidak memiliki nilai ekonomis tinggi, ternyata memiliki kemampuan sebagai tumbuhan yang berperan dalam mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Pengendalian pencemaran lingkungan perairan akibat Pb secara biologis (misalnya fitoremediasi) merupakan metode yang sangat efektif, disamping mudah, murah, memberikan manfaat yang besar, juga relatif tidak menimbulkan dampak sampingan. Menurut Priyanto & Prayitno (2006), usaha untuk meningkatkan akumulasi logam berat, khususnya Pb, telah dilakukan di beberapa laboratorium. Ilya Raskin dan kolega di
  • 3. AgBiotech Center berusaha menaikkan tingkat akumulasi Pb oleh Brassica juncea dengan memberikan zat pengkhelat ke dalam tanah. Hasilnya menunjukkan, bahwa dengan memberikan khelator EDTA ke dalam tanah yang mengandung 600 mg Pb/kg, tumbuhan Brassica juncea mampu mengakumulasi Pb hingga 1,5% biomassanya. Dengan demikian bila dianggap hasil biomassa adalah 12 t/ha, maka sebanyak 180 kg Pb/ha dapat diambil dari dalam tanah. Untuk mencapai hasil yang tinggi ini tambahan biaya untuk pemberian EDTA diperhitungkan sekitar US$7,50/t tanah yang digarap. Menurut Homaee (2006) bahwa, tanaman lobak (Rhaphanus sativa L.) mampu berperan dalam fitoremediasi logam Pb. Konsentrasi maksimum Pb di dalam akar yaitu sebesar 440 µg/gr, sedangkan di dalam daun sebesar 42 µg/gr. Dalam penelitian ini terlihat bahwa lobak berperan dalam proses fitoekstraksi. Sedangkan yang dilaporkan oleh Huang, dkk. (1997), bahwa, tanaman jagung (Zea mays L.) dan kacang kapri (Pisum sativum L.) dapat menyerap Pb. Melalui penambahan EDTA di dalam tanah meningkatkan konsentrasi Pb di dalam pucuk kedua tumbuhan tersebut dari sekitar 500 mg/kg menjadi 10.000 mg/kg dimana kandungan Pb di dalam tanah lebih kurang 2.500 mg/kg. Dari hasil yang diperoleh di atas menunjukkan bahwa tanaman-tanaman pangan ternyata mampu berperan dalam fitoremediasi terhadap tanah yang tercemar Pb. Hal ini menuntut kita untuk lebih waspada dalam mengkonsumsi hasil dari tanaman-tanaman tersebut. Untuk menghindari terjadinya akumulasi logam-logam berat berbahaya (seperti Pb) di dalam tanaman pangan perlu dikaji lebih mendalam mengenai komposisi media tanam (tanah), pestisida maupun pupuk. Dalam proses perbaikan lingkungan dengan teknik fitoremediasi tidak dianjurkan menggunakan tumbuhan yang dikonsumsi, sebab dapat membahayakan kesehatan manusia jika tumbuhan tersebut dikonsumsi. Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Pb masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum, makanan atau udara, yang dapat menyebabkan gangguan pada organ seperti gangguan neurologi (syaraf), ginjal, sistem reproduksi, sistem hemopoitik serta sistem syaraf pusat (otak) terutama pada anak yang dapat menurunkan tingkat kecerdasan. Pb dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti kegiatan industri (industri pengecoran maupun pemurnian, industri battery, industri bahan bakar, industri kabel serta industri bahan pewarna), sisa pembakaran kendaraan bermotor dan penambangan. Fitoremediasi merupakan suatu teknik dimana tanaman tertentu, secara sendiri atau bekerjasama dengan mikroorganisme dalam media (tanah, koral dan air), dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/polutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi. Fitoremediasi menggunakan tumbuhan yang bersifat hiperakumulator. Tumbuhan hiperakumulator terhadap Pb adalah tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasikan Pb di dalam biomassanya dalam kadar yang luar biasa tinggi. Berbagai jenis tanaman dapat berperan dalam fitoremediasi, baik itu tanaman pangan ataupun nonpangan. Untuk menghindari terjadinya akumulasi logam berat Pb di dalam tanaman pangan perlu dikaji lebih mendalam mengenai komposisi media tanam (tanah), pestisida maupun pupuk. Sedangkan untuk pemanfaatan teknik fitoremediasi terhadap lingkungan tercemar Pb sebaiknya menggunakan tanaman nonpangan. Beberapa jenis tanaman nonpangan yang tumbuh di air dan di tanah memiliki kemampuan sebagai tanaman hiperakumulator terhadap Pb. Untuk itu teknik fitoremediasi dapat digunakan dalam rangka memperbaiki lingkungan yang terindikasi adanya perncemaran Pb.