SlideShare a Scribd company logo
1 of 85
Download to read offline
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 0
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................................
Transliterasi....................................................................................................................
Lampiran
DAFTAR ISI ..............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar belakang....................................................................................... 1
B. Indentifikasi Seni Budaya Islam........................................................... 7
C. Rumusan.............................................................................................. 13
D. Definisi Operasional ...............................................................................
E. Metode Penelitian...................................................................................
1. Observasi ............................................................................................
2. Instrumen Penelitian ..........................................................................
3. Penentuan Narasumber Ahli dan Narasumber Kunci ........................
4. Wawancara .....................................................................................70
5. Dokumentasi...................................................................................71
6. Analisis Data......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 16
A. Seni Budaya Isam ............................................................................... 16
B. Pertumbuhan Seni Qasidah................................................................. 21
C. Perkembangan Seni Qasidah .............................................................. 25
D. Masa Keemasan Seni Qasidah................................................................
E. Keruntuhan Seni Qasidah .......................................................................
BAB III DINAMIKA SENI QASIDAH DI KOTA AMBON ................................ 62
A. Dinamika Dakwah Dalam Seni Qasidah ..............................................
B. Seni Qasidah Mengandung Pesan Dakwah.............................................
C. Rebbana dan SDM Praktisi Qasidah.......................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................................74
A. Profil Lokasi Penelitian ......................................................................74
B. Dinamika Dakwah dalam Pagelaran Seni Qasidah ............................74
C. Peran Seni Qasidah Dalam menggerakkan dakwah................................
1. Spirit Maulid Nabi Muhammad.....................................................74
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 2
2. Acara Suguhan Seni ......................................................................89
3. Konsep Pagelaran ...........................................................................91
4. Nilai Dakwah yang akan disampaikan.........................................103
BAB V PENUTUP ...................................................................................................105
A. Kesimpulan .......................................................................................105
B. Saran..................................................................................................105
C. Rekomendasi.....................................................................................106
D. Daftar Pustaka................................................................................... 107
E. Lampiran ........................................................................................... 109
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamika dakwah dalam seni qasidah jika dicermati secara serius ada persoalan
akademik yang perlu ditelah secara metodologis untuk menjelaskan apa peran seni
qasidah dalam menggerakkan dakwah. Ketika memperhatikan secara sistematis seni
qasidah ini memiliki muatan Islami yang cukup signifikan dalam menggerakkan dan
mengajak masyarakat ketika pentas seni digelar. Kekuatan ini perlu dicermati apa
motivasi sebagian masyarakat sehingga, pentas seni qasidah menjadi media yang menarik
perhatian mereka. Inilah yang akan dieskplorasi dalam kajian ini untuk mendapatkan
petunjuk bahwa peran seni budaya Islam khususnya seni qasidah memiliki potensi
signifikan dalam menyampaikan dan menyebarkan pesan-pesan dakwah yang efektif
mencerahkan masyarakat di Maluku.
Gambaran kondisi seni qasidah Islam di Provinsi Maluku sangat bervariasi. Jenis
seni budaya Islam di Maluku yang sering dipentaskan dalam seni budaya Islam adalah
seni budaya sendratari, barzanji, abdau, qasidah, syawat, samra, hadrat, pukul sapu dan
gambus.1
Semua jenis seni budaya Islam termasuk qasidah menjadi pilihan masyarakat
ketika perayaan hari besar Islam, agenda politik partai tertentu, dan pagelaran seni
budaya Islam dipentaskan.
Keadaan komunitas praktisi seni qasidah ini dalam struktur masyarakat sebagai
jasa untuk mengumpulkan massa dalam acara tertentu, sehingga perannya sebagai
pencerah lewat lirik lagunya kadang kurang menjadi perhatian, tetapi mereka lebih
mementinkan keindahan cara bernyanyi, main muzik, dan penikmatnya kurang
memahami tujuan syair dari setiap lagu yang dinyanyikan. Tujuan masyarakat Maluku
dalam memahami seni juga sangat bervariasi sehingga sampai saat ini menjadi
pertanyaan apakah seni qasidah itu sebagai media dakwah atau ia sekedar pentas musik
biasa di tengah masyarakat.
1
Hamja Silawane Praktisi Seni Lagu, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 20 Januari
2013.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 4
Realitas ini akibat perubahn sosial dan dominasi imprealisme seni budaya global.
Dalam perspektif sosiologi Talcoot Parson bahwa struktur setiap masyarakat memiliki
prilaku yang berbeda-beda, dan memiliki keyakinan tersendiri dalam mencapai
tujuannya.2
Komunitas seniman adalah bagian dari sistem dalam interaksi sosial, praktisi
seni memiliki pencitraan tersendiri di tengah masyarakat kerena keahliannya
menyuguhkan nyanyian qasidahsebagai bentuk kesenangan tersendiri bagi masyarakat.3
Fokus kajian ini pada seni qasidah di sanggar sari el-Muluk yang sering dipentaskan
di Maluku. Kajian ini akan menelaah secara sistematis apakah dinamika seni qasidah
memiliki peran strategis dalam menggerakkan dakwah di Maluku, atau sekedar
nyanyaian biasa yang tidak memiliki peran pencerahan di tengah masyarakat. Disebut
seni budaya Islam bagi masyarakat Maluku karena seni qasidah memiliki syair bernuansa
Islami, busana muslim, dan aransemen musiknya semua bernuansa Islami. Peran seni
qasidah inilah yang akan ditelaah secara metodologis dan sistematis di tengah
masyarakat Maluku bagaimana seni qasidah memiliki peran dalam sistem sosial dalam
menggerakkan dakwah di Maluku?
Ketika memperhatikan secara serius pertumbuhan dan perkembangan seni qasidah
di Maluku ternyata seni qasidah mengalami tantangan yang cukup berat dan cenderung
bisa punah karena didominasi oleh imprealisme budaya global yang menyuguhkan prilaku
hedonisme, materialisme, dan kapitalisme. Realitas ini mulai berubah sejak listrik masuk
desa sehingga peran-peran seni qasidah mulai kurang berkembang dan masyarakat mulai
banyak pilihan lewat suguhan seni di televisi, radio, handphone, dan internet.
Ketika teknologi komunikasi masuk Desa maka pintu-pintu panca indra masyarakat
mulai terbuka dan bebas mengakses berbagai macam produk seni budaya dari peradaban
budaya global. Keadaan ini membuat prilaku masyarakat bergaya westernisasi akibat
lemahnya ketahanan seni budaya masyarakat di Maluku, sehingga cenderung lebih
banyak mengadopsi seni budaya barat dan melupakan seni budaya qasidah sebagai seni
yang Islami mulai terpinggirkan secara sistematis oleh dominasi budaya global.
2
Talcott Parson, Interactional System Community (London, Sage Press, 2008), h. 77.
3
Suf Kasman, Pencitaraan Media Harian Kompas dan Harian Republika dalam konflik Kerusuhan di
Maluku (Cet. I; Jakarta: Balai Litbang Kementrian Agama RI, 2012), h. 32.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 5
Sampai saat ini kondisi sosial masyarakat Maluku masih di dominasi oleh
imprealisme budaya global, kenyataan ini membuktikan bahwa seni qasidah
terpinggirkan secara sistematis. Komunitas praktisi seni qasidah sebagai bagian dari
struktur masyarakat di Maluku digunakan jasanya ketika ada agenda politik oleh partai
tertentu untuk menarik simpati masyarakat. Keadaan ini menunjukkan bahwa jasa
praktisi seni qasidah mulai disalahgunakan oleh komunitas sosial tertentu karena
komunitas seni qasidah sudah bergeser dari fungsinya spiritualnya sebagai pencerah
tetapi ia sekedar pengisi acara bagi struktur sosial yang lain.
Sebagian para ahli sosial menggambarkan bahwa inilah cara pandang yang dapat
merusak struktur sosial masyarakat ketika spirit sosial saling bertolakbelakang ia tidak
sinergis. Keadaan ini bertambah parah ketika hadirnya idiologi hedonisme, materialisme,
dan kapitalisme. Cara pandang masyarakat dalam memahami qasidah-pun mulai berubah.
Sebagai perbandingan pada masa lalu qasidah sebagai media dakwah sekarang ini
berubah menjadi pemuas hedonisme. Ketika cara pandang masyarakat dalam menikmati
seni qasidah berubah menjadi hiburan belaka maka seni qasidah mulai bergeser menjadi
budaya hedonisme ia bukan lagi media dakwah tetapi berpindah menjadi media politik
semata.
Untuk membuktikan pernyataan tersebut apakah seni qasidah digerakkan oleh
kepentingan politik atau kepentingan agama? Realitas ini sangat menarik untuk dikaji
dengan menggunakan teori Ervin Gopman yang dikenal dengan teori dramaturgis.
Menurut Ervin Gopman bahwa prilaku manusia di panggung belakang dan di panggun
depan sangat berbeda, menurut perspektif teori ini manusia itu seperti orang munafik
sangat berbeda tampilan depan dan tampilan dilubuk hati yang sebenarnya.4
Teori
dramaturgis inilah yang akan dijadikan alat analisis untuk memandu penelitian ini dalam
mengungkap fakta-fakta yang tampak di tengah masyarakat sebagai penikmati seni dan
praktisi seni qasidah di Maluku.
4
Ervin Gopman, Dramatugis Communication diterjemahkan oleh Dedy Mulyana dengan Judul
Dramaturgi Komunikasi (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 554.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 6
Selain itu seni qasidah mulai bergeser fungsinya sekedar mengumbar syahwat
kesenangan, keteraturan syair, mengumbar prilaku materialisme yang berlebihan lewat
busana mahal, dan penggunaan alat muzik yang canggih tetapi kering dengan nilai-nilai
pencerahan. Dinamika dakwah dalam pagelaran seni qasidah yang dilakukan Lembaga
Seni Qasidah (LASQI) Provinsi Maluku menggelar berbagai festival dan rapat kerja
untuk meperbaiki cara pandang sebuah seni qasidah sebagai media pencerahan spiritual
karena pergeseran cara pandang tentang seni mulai bergeser.
Pergeseran ini dalam perspektif Marxian sebagai ahli sosiologi perubahan
mengungkapkan bahwa perubahan tak terelakkan ketika ada kekuatan besar yang akan
merubah paradigma lama menjadi paradigma baru. Menurut Marxian setiap perubahan
ada idiologi dan spirit laten yang menggerakkan sebuah perubahan boleh jadi idiologi
hedonisme, materialisme, dan kapitalisme.5
Dalam paradigma dakwah Syekh Ali Mahfuz
konsepnya adalah al-maslaha konsep ini berpandangan bahwa setiap idiologi yang
dianggap baik ketika idiologi itu memiliki spirit rahmatalil’alamin yakni paradigma yang
memiliki idiologi keselamatan secara universal bagi seluruh umat manusia.6
Ini juga
idiologi perubahan sosial.
Ekspresi jejak perubahan seni qaidah inilah yang perlu di telaah secara metodologis
apakah sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Quran dan Sunnah atau peradaban seni budaya
Islam di Maluku telah terkontaminasi dengan peradaban moderen yang lebih
menonjolkan estetika tanpa menghiraukan pesan-pesan spirit pencerahan. Kajian ini
dieksplorasi dalam pembahasan selanjutnya ketika ingin mendapat petunjuk kondisi seni
qasidah di Maluku.
5
Marxian, Sosiologi perubahan Sosial Masyarakat (Cet. I; Yogyakata: Pustaka Pelajar, 2010), h.
213. Bandingkan dengan Pitor Stomka, Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. I; Jakarta: Prenada, 2001), h. 351.
6
Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h.
216.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 7
B. Masalah Penelitian
Dari perjalanan sejarah kemanusiaan dalam dunia seni budaya Islam tidak semua
dibahas dalam kajian ini, karena pertimbangan waktu dan keterbatasan pembiayaan
sehingga akan merumuskan beberapa tema yang menjadi konsentrasi penelitian antara
lain adalah:
1. Bagaimana dinamika dakwah dalam seni qasidah Islam di kota Ambon.
2. Bagaimana peran seni qasidah Islam dalam menggerakkan dakwah di kota Ambon.
C. Definis Operasional dan ruang lingkup kajian.
Terminologi Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi
kehalusannya, keindahannya, karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa,
seperti tari,7
lukisan, ukiran; bangunan seni tentang keindahan dalam membuat
bangunan; belanja seni cara berbelanja; budaya perihal kesenian dan kebudayaan; lukis
seni mengenai gambar-menggambar dan lukis-melukis; pahat seni mengenai pahat-
memahat (membuat patung dsb); seni ukir; rupa seni pahat dan seni lukis; sastra seni
mengenai karang-mengarang (prosa dan puisi); suara seni olah suara atau bunyi
(nyanyian, musik, dsb); tari seni mengenai tari-menari (gerak-gerik yang berirama);
berseni mempunyai rasa seni; mengandung nilai pengabdian pada Tuhan.8
Seni yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah; keindahan ekspresi nilai kearifan
dalam menggunakan peralatan musik dan melantunkan lagu yang berisi pujian pada
Rasulullah saw dalam perayaan maulid Nabi Besar Muhammad saw. Unsusr-unsurnya
yang terdiri dari peralatan musik, penyanyi, dan materi puji-pujian Rasulullah saw.
Ekspresi jejak Seni budaya Islam di Maluku yang dimaksudkan dalam judul ini adalah;
Ekspresi kejiawaan manusia yang diaktualisasikan dalam nyanyian (qasidah) dalam
memainkan, melagukan, dan mengekspresikan kecintaanya pada Rasulullah saw
khususnya saat melakukan perayaan hari besar Islam. Hal inilah yang akan dieksplorasi di
7
Ibid.
8
Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta:
Balai Bahasa, 2009), h. 1414.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 8
kalangan praktisi seni budaya Islam di Maluku yang dianggap memahami seni budaya
Islam di Maluku khususnya seni qasidah.9
D. Tujuan dan Kegunaan
a. Tujuan
1. Untuk mengungkap kapan seni budaya Islam khususnya dinamika dakwah
dalam seni qasidah di Maluku, dan bagaimana perkembangan seni budaya
Islam di Maluku.
2. Untuk mengetahui siapa motor penggerak dinamika dakwah dalam seni
qasidah yang sering mengajarkan seni budaya Islam di pelataran Jeziratul
Muluk sehingga gelombang realitasnya tertanam dalam mencetak ekspresi
seni qasida di tengah masyarakat.
b. Kegunaan
1. Secara metodologis berguna bagi ilmuan dan praktisi seni budaya Islam bagi
pengembangan dan pertumbuhan seni budaya Islam melalui kajian seni budaya
Islam dan pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku.
Berguna bagi generasi muda agar warisan seni budaya Islam melalui tokoh-
tokoh sebagai motor penggerak yang sering mengajarkan seni budaya Islam di
pelataran Jeziratul Muluk.
2. Memberikan pemahaman kepada ilmuan dan praktisi seni budaya Islam dan
praktisi untuk mengetahui asimilasi seni budaya dinamika dakwah dalam seni
qasidah Islam sebagai model pengembangan dakwah dalam perspektif seni
budaya Islam di Maluku.
E. Signifikansi Penelitian
1. Jika penelitian ini dapat dilakukan maka akan memberikan gambaran seni budaya
Islam di Maluku yang selama ini tersebar tetapi belum didokumentasikan dalam
bentuk buku. Jika kekayaan khazanah intelektual seni budaya Islam di Maluku
9
Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta:
Balai Bahasa, 2009), h. 624.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 9
dapat di buat database-nya maka LASQI mendapatkan banyak informasi tentang
tentang seni budaya Islam di Provinsi Maluku.
2. Penelitian ini akan memberikan dan mendapatkan khazanah keilmuan dalam bidang
dakwah dalam tinjauan seni budaya Islam yang selama ini belum di bukukan dalam
satu paradigma keilmuan sehingga tim LASQI berusaha menata, mengolah, dan
mendokumentasikan dokumen-dokumen seni budaya Islam yang tercecer di
Provinsi Maluku yang dikenal dengan seribu pulau.
3. Masyarakat Maluku khususnya kalangan akademik, praktisi, budayawan, seniman,
mengetahui gelombang perkembangan seni budaya Islam di maluku. Selain itu
mengetahui seni budaya yang telah berakulturasi dengan peradaban budaya global
baik yang ada di Timur Tengah dan Eropa yang telah lama bercocok tanah di
Provinsi Maluku. Selain LASQI Mendapat referensi yang akurat tentang mata air
seni budaya Islam di Maluku dan perkembangannya di tengah masyarakat.
F. Kajian Riset Sebelumnya
Menurut Direktur PT. Dian Pertiwi yang berlokasi di jalan Diponegoro bahwa
referensi lima tahun terakhir tentang Buku dan tema seni budaya Islam di Maluku secara
faktual belum pernah dibukukan.10
Kenyataan ini terbukti tidak ada buku yang dijual
bertemakan seni buaya Islam di Maluku.
Referensi dalam riset penelitian yang pernah dilakukan dikemukakan dalam
penelitian para ahli seni budaya Islam di Indonesia dapat digambarkan untuk
menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan penelitian tentang seni budaya Islam
dalam perspektif dakwah. Kajian seni budaya Islam khususnya qasidah dalam perspektif
dakwah agar tidak tumpang tindih dalam riset ini perlu dijelaskan kajian sebelumnya
sehingga paradigma penelitian ini dapat dicermati secara sistematis berdasarkan tahun
penelitian yang penulis dapatkan naskah akademiknya.
1. Pada tahun 2001,Yakob Sumarjo, Filsafat Seni ia menemukan bahwa seni itu
adalah realitas kelembutan manusia yang tergambar dalam ekspresi prilakunya.
10
The Liang Gie, Filsafat Seni: Sebuah Pengantar (Cet. II; Bandung, Teraju, 2005), h. 88.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 10
2. Pada tahun 2002, Zainal Arifin Toha menelaah Eksetisme Seni Budaya Islam, yang
diteliti pada Pesantren. Ia menemukan bahwa khazanah peradaban seni budaya
Islam di serambi pesantren memiliki paradigma tersendiri dalam menapsirkan seni
qasidah.
3. Pada tahun 2004, Oliver Leman meneliti Estetika Islam: Menapsir Seni dan
keindahan, diterbitkan oleh Mizan. Temuan Oliver Leman yang didapatkan bahwa
seni itu adalah ekspresi seni Qasidah itu adalh cerminan jiwa yang di visualisasikan
lewat nyanyian, tulisan, dan panca indra manusia yang dibantu oleh intrumen alam.
4. Pada tahun 2005; Agus Setiawan Konsep Seni Islam Syekh Hossein Nasr. Pokok
masalahnya menelaah signifikangsi antara seni dan Spiritualitas di Dunia Moderen.
5. Pada tahun 2006; The Liang Gie, Filsafat Seni: Sebuah Pengantar Menelaah
eksistensi seni sebagai sebuah keindahan.
6. Pada Tahun 2007 W.M. Abdul Hadi, Seni Islam dan Akar-akar estetikanya.ia
menapsir seni keindahan karya Oliver Leman terjemahan Irfan Abu Bakar, ia
menemukan bahwa seni itu adalah ketakjuban pada Pencipta alam semesta.
7. Pada Tahun 2007, Agus Setiawan menelaah pemikiran seni Islam Syekh Hossein
Nasr meneliti peran seni dan spiritualitas Islam. Temuan Syekh Hossein Nasr
mengungkapkan bahwa seni itu adalah ekspresi seni budaya untuk melahirkan
ketakjuban pada Allah swt dan Rasulnya.
Dari penelitian sebelumnya yang ditemukan oleh para ahli seni budaya Islam kajian
yang diangkat belum pernah dikaji secara ilmiah khususnya judul yang diangkat dengan
judul Dinamika Dakwah Dalam Seni Qasidah (Studi Kasus pada Sanggar Sari el-Muluk
Provinsi Maluku). Karena kajian tentangnya dianggap baru dan belum pernah dikaji maka
penulis tertarik untuk menelaah secara ilmiah untuk memberikan kontribusi dalam
memperkayah khazanah keilmuan dakwah dan komunikasi. Selain itu memberikan
informasi bagi praktisi dan akademisi bahwa peran Seni Qasidah memiliki peran
signifikan dalam menggerakkan dakwah di tengah masyarakat Maluku.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 11
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan jenis penelitian
deskriptif kualitatif.11
Deskriptif kualitatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
menggambarkan data-data yang didapatkan dilapangan dengan merujuk pada kualitas
data yang memiliki validitas yang tinggi dengan dengan memilih narasumber yang
dianggap memiliki kompetensi. Ciri dari penelitian kualitatif lebih menekankan pada
kulitas data dibanding banyaknya data. Penelitian ini akan menelaah fenomena seni
qasidah sebagai ekspresi budaya Islam di kota Ambon untuk mendapatkan suatu model
cara pandang untuk meningkatkan mutu pemahaman seni qasidah dan perkembangan seni
budaya Islam di kota Ambon.
2. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini berlokasi di kota Ambon, salah satu argumentasi kota Ambon
menjadi lokasi penelitian karena kota Ambon memiliki banyka sanggar seni qasidah yang
memiliki peran besar dalam menggerakkan seni budaya Islam di kota Ambon. Dengan
menentukan serta menetapkan lokasi penelitian Menurut S. Nasution bahwa tiga unsur
dalam penelitian antara lain penetuan lokasi.12
Syarat yang perlu diperhatikan dalam
penelitian antara lain adalah: menetapkan lokasi, tempat, pelaku, dan aktifitas kegiatan.
3. Metode Pendekatan.
Seperti telah diuraikan pada tujuan penelitian, pendekatan dakwah dan komunikasi
melalui paradigma dakwah dalam paradigmanya tentang dinamika dakwah dalam seni
qasidah oleh Syekh Hossein Nasr. Pendekatan ini sangat menaruh perhatian pada
dinamika dakwah dalam seni qasidah.13
Secara ontologis paradigma Densin
berpandangan bahwa realitas yang diamati adalah realitas semu yakni realitas yang telah
11
Kenyataan yang ada tentang berita politik yang ada pada Koran. Depatermen pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Bahasa, 2008), h. 1724.
12
S. Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Cet. I; Bandung: Tarsito, 1996), h. 43.
13
Lihat Guba dan Licon dikutif dalam Ibnu Ahmad, Konstruksi Realitas Pembelajaran
Entrepreneurship: (Cet. I; Jakarta Granit, 2004,), h. 42.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 12
dibentuk dan dipengaruhi oleh berbagai budaya, dan memiliki metadata yang tersimpan
dalam alam bawa sadar manusia.14
Hal ini disebut Ervin Govman sebagai komunikasi
dramaturgi yang akan menelaah apakah tampilan depan dan tampilan belakang sesuai
atau bertentangan dalam ekspresi seni qasidah atau sebaliknya.
4. Sumber Data.
Sumber data dalam kajian ini menggunakan paradigma Densin bahwa setiap data
terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari
pelakon utama dan data sekunder adalah data yang didapatkan pada pelakon kedua yang
memberikan informasi.15
Sumber data akan di dapatkan pada praktisi seni budaya Islam
dan naskah-naskah. Menelaah secara sistematis metode pembelajaran pada praktisi seni
budaya Islam khususnya seni qasidah di kota Ambon.
5. Teknik Pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan meode
Densin dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, dokumentasi.16
Menurut
Densin bahwa teknik mengumpulkan data penelitian harus reliable dan valid dapat
dilakukan dengan cara triangulasi(metode konfirmasi). Triangulasi yang dimakasudkan
adalah melakukan konfirnasi setiap data yang didapatkan pada narasumber ahli, dan
narasumber kunci. Instrumen pengumpulan data digambarkan dalam table berikut ini;
14
Norman K. Densin dan Yvonnaa S. Licoln, The Handbook of Qalitative Reseacrh diterjemahkan
oleh Dariyanto (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 194.
15
Norman K. Densin dan Yvonnaa S. Licoln, The Handbook of Qalitative Reseacrh diterjemahkan
oleh Dariyanto (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. h. 45
16
Barr Scates, The Methodology of Educational Research Media Massa (New York: Apleton
Century-Grofts, Inc,. 1936), 404-406 lihat juga dalam Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Cet. XXVII;
Yogyakarta: Andi Offcet, 2022), h.137.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 13
Instrumen Penelitian
Seni Budaya Islam
Narasumber
Notes, Pulpen, LASQI (Lembaga Seni Qasidah Islam) dan Sanggar Sari
El-Muluk:
1. M. Aji Muhammad
2. Hasan Karim
3. Gatot
4. Aba
Camcorder Praktisi Seni Budaya Islam:
1. Saliem hondua
2. Jefri Banama
3. Hamza Silawane
4. Ibnu Jarir
Handphone Cross Iped,
Timer, Notebook
Tokoh Seni Budaya Islam Di Maluku:
1. Nur Tawainellah
2. Soleman Rachman
3. H.R. H. Sanusi
4. Abdullah Pattilow
5. Ajid Bin Taher
6. Abidin Wakano
Tokoh Seniman Kristen:
1. Max Tamaela
Seniman Akademisi
1. Penikmat Seni (Masyarakat)
- Taufik Kamarullah
- Ismail Kaliky, M.H
2. Tokoh Agama,
- Hadi Basalamah
- Soleman Rachman
- H.R. H. Sanusi
3. Pemudah:
- Gabir,
- Husen
- Fahrul Sanusi
4. Tokoh Masyarakat:
- Ketua RT/RW/Camat
5. Partai Politik
- Syahril Rumluan
6. Industri Musik:
- Jefri
- Salim
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 14
6. Teknik Pengolahan dan Analisis data
Teknik analisis dan interpretasi yang digunakan adalah teori Haberman dan Miles
dikutip oleh Bungin.17
Setelah itu dianalisis menggunakan teori Vredenberg yang
berhubungan dengan pesan syair yang dilantunkan baik secara verbal maupun non
verbal.18
Komponen yang akan dianalisis dalam kajian ini adalah pesan-pesan dakwah
dalam lirik lagu qasidah. Setelah itu data diolah disajikan, koleksi data, verifikasi data,
dan mengambil kesimpulan.
17
Burhan Bungin, Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filisofis dan Metodologis ke Arah
Penguasaan Model Aplikasi (Cet. III; Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 205.
18
Nyoman Kutha Ratna, SU, Teori Metode dan Teknik penelitian Sastra: Dari Strukturalisme Menuju
Postrukturalisme (Cet. X; Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012), h. 48.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab dua ini akan menyajikan kajian pustaka tentang seni qasidah sebagai bentuk
seni budaya Islam. Bab ini sebagai landasan akademis untuk memotret dinamika dakwah
dalam seni qasidah di Sanggar Sari el-Muluk di kota Ambon. Pada bab ini akan
mengekplorasi teori dakwah dan komunikasi sebagai rujukan untuk memahami realitas
pertumbuhan seni qasidah di kota Ambon. Tujuan dan fungsi eksplorasi teori pada bab
dua ini untuk memberikan gambaran temuan para ahli dalam memahami, menjelaskan
secara metodologis, sistematis dinamika dakwah dalam seni qasidah di kota Ambon.
A. Pengertian Seni Qasidah
Pengertian seni terbagi menjadi dua kategoti. Kategori pengertian seni secara
bahasa dan istilah. Definisi Seni menurut Al-Quran dalam kajian Quraish Shihab adalah
Ekspresi Ruh dan Budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan.19
Menurut Ensiklopedia Indonesia yaitu penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam
jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang
dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau
dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama).20
Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya,
keindahannya, karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari,
lukisan, dan ukiran.21
Estetika adalah seni halus (fine art) yang meliputi seni lukis, pahat,
bina tari, musik, pentas, film, dan kesusasteraan. Pengertian halus di sini karena ia
mewujūdkan melalui perasaan) yaitu seni musik, seni suara, dan seni tari (Seri buku
19
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet. III;
Bandung: Mizan, 2008), h.508
20
Depatermen Pendidikan dan kebudayaan Ensiklopedi Indonesia (PT. Ikhtiar Baru-Van Hoeve,
Jakarta: Jilid V), h. 3080 dan 3081
21
Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. IV;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h.1414
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 16
berikutnya Insya’ Allāh akan dibahas masalah seni panggung yang berupa sandiwara,
tonil, opera, pantom, teather, selain juga akan dibahas pada seri-seri berikutnya berupa
seni pahat, seni halus, dan seterusnya.22
Seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia,
dilahirkan dengan perantara alat komunikasi ke dalam bentuk aransemen musik dan
tangga nada tertentu yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran, dan pengelihatan
untuk mencerahkan jiwa manusia. Kesenian Islam adalah kesinambungan daripada
kesenian pada zaman silam yang telah berkembang dan dicorakkan oleh konsep tauhid
yang tinggi kepada Allah swt. Kesenian Islam memiliki khazanah sejarah tersendiri dan
unik sebagai pencerah bagi manusia jika sesuai standnar seni budaya Islam.
Seni dijadikan sebagai alat menyebarkan agama dan memperkukuhkan amal
kebajikan dan kebaikan dikalangan umat.23
Hal ini sesuai dengan padangan Syekh
Hossein Nasr Bahwa seni itu adalah instrumen dakwah yang dapat mengajar seseorang
untuk takjub pada Tuhan dari kemampuan seseorang mengolah vokal sehingga
melahirkan bunyi yang merdu.
Selain itu, keindahan adalah sesuatu yang wujud di luar diri manusia yang
menikmati keindahan itu. Ia dapat dirasa, ditanggapi dan dihayati. Allah adalah sumber
daya dan sumber pemikiran manusia manakala imaginasi dalam mencipta lirik, dan bunyi
dari lagu yang dinyanyikan oleh manusia dibantu oleh fasilitas alat musik dalam
mengiringi lirik yang telah ditulis. Kecerdasan mendesain sebuah lirik lagi dan bunyi
dapat dilihat bagaimana qasidah Arab itu mampu memengaruhi jiwa manusia. Nah
bagaimana budaya Islam dan Budaya Arab memberikan kontribusi dan menggerakkan
seni budaya Islam di Maluku. Hal ini perlu ada kajian historis asal usul dari seni qasidah
sebagai bentuk peradaban umat Islam yang akan dijelaskan berikut ini.
B. Perspektif Al-Quran tentang seni Qasidah.
22
Syarifudin, Seni Berdakwah Buku Ajar Pada Fakultas Dakwah dan Ushuluddin IAIN Ambon yang
diajarkan pada mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Jurnalistik.
23
A. David, The Arts of Arts: Arms and Armour of the 7th
to 19th
Centuris AD (The Nasser D.
Khalili Collection of Islamic Art vol. I (Cet. I; London: The Nour Fondation), h. 62.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 17
Terminologi Seni secara etimologi bermakna; halus, kecil, tipis, lembut dan tinggi
suara suara seorang biduan. Secara istilah seni adalah: keahlian membuat karya yang
bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya. Seni adalah karya yang
diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, narsi lagu puisi, tari, lukisan, ukiran
bangunan seni tentang keindahan dalam membuat bangunan, belanja seni cara berbelanja,
budaya perihal kesenian dan kebudayaan; lukis seni mengenai gambar-menggambar dan
lukis-melukis, pahat seni mengenai pahat-memahat membuat patung, seni ukir, rupa seni
pahat dan seni lukis.24
Sastra seni mengenai karang-mengarang (prosa dan puisi); suara seni olah suara
atau bunyi nyanyian, musik. Tari seni mengenai tari-menari (gerak-gerik yang berirama)
berseni mempunyai rasa seni, mengandung nilai seni, kesenian perihal seni, keindahan
seni kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi.25
Budaya adalah
pikiran; akal budi: hasil kebudayaan yang sudah berkembang beradab, maju.26
Pengertian
Islami secara bahasa keselamatan.27
Dari pengertian ini dapat dijelaskan bahwa seni yang
dimaksudkan Seni Budaya Islami dalam kajian ini adalah: kemampuan manusia mengolah
budi dan daya melalui instrument musik yang dapat mencerahkan kondisi budaya dan
obat bagi kebersihan batin manusia yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.
Seni adalah keindahan, ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang
mengandung dan mengungkapkan keindahan. Dorongan keindahan adalah naluri dan
fitrah manusia. Keindahan dalam konsep Al-Qur’an memberikan paradigma keindahan
Allah swt mencipatkan makhlunya dengan nilai-nilai keindahan yang sangat tinggi
dengan mengajarkan manusia melalui bahasa, budaya, dan cara komunikasi. Hal ini
dijelaskan dalam Surah Ar-Rahman /55: 1-4.
24
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h. 1414.
25
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h. 1413.
26
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h. 225
27
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h.601
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 18

Terjemahnya:
1. (Tuhan) yang Maha pemurah,
2. yang telah mengajarkan Al-Quran.
3. Dia menciptakan manusia.
4. Mengajarnya pandai berbicara.
Ayat ini memberikan inspirasi dan inovasi akan kebesaan Allah swt yang
mengajarkan manusia pandai berbicara. Pandai berbicara dapat dipahami bahwa seorang
seniman qasidah perlu memiliki kecerdasan spiritual, intelektual, sosial, dan penataan
suara serta aransemen musik. Dengan seni keindahan mengenal ciptaan melalui bunyi
yang dihasilkan melalui ciptaannya. Bebrbagai macam bunyi dan tangga nada inilah yang
perlu disusun oleh manusia untuk mewujudkan ekspresi seni yang tinggi.
Melalui tangga nada, dan jutaan bunyi yang dihasilkan oleh alam semesta
mamupun karya bunyi yang dihasilkan menalui jenis musik baik elektrik maupun manual
adalah cara Allah dekat dengan manusia sebagai ciptaan-Nya. Penjelasan ayat 1-4
memiliki unsur-unsur sebagai berikut;
1. Allah maha pemurah menciptakan jenis-jenis suara dan jenis-jenis perlatan music
yang bersumber dari ciptaanya kemudian manusia melalui daya yang diberikan oleh
Allah atas kemurahan-Nya sehingga manusia mampu berdaya menemukan alat music
sesuai kebutuhannya.
2. Setelah kemurahan Allah swt diberikan kepada manusia maka maka Allah juga
mengajarkan manusia lewat ayat qauniah (alam semesta) dan ayat Al-Quran sebagai
sumber inspirasi seni budaya manusia untuk merasakan, menyaksikan kebesaran
Allah melalui keindahan alamnya yang setiap saat dapat dirasakan, disaksikan dan
dipergunakan untuk kebutuhan hidup manusia.
3. Setelah itu Allah swt mengajar manusia pandai berbicara baik secara verbal maupun
non verbal sehigga mampu melakukan interaksi antar sesama umat manusia sebagai
makhluk sosial melalui keindahan berkomunikasi yang dipopulerkan oleh Aristoteles
yang dikenal dengan ilmu retorika keindahan menyampaikan pesan yang akan
berkembang menjadi seni bernyanyi dan seni musik. Hal ini juga dijelaskan dalam
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 19
hadis Rasulullah saw Sesunggunya Allah Maha Indah dan Allah suka akan
keindahan.
Al-Quran sendiri memberikan penjelasan tentang tata cara membaca Al-Quran
dengan tartil, tilawah, dan Azan. Sumber ini memberikan inspirasi bahwa seni Islam itu
adalah seni yang dapat mencerahkan manusia dari dunia gelap-gulita. Nada dan musik
yang tersurat dan tersirat dalam ayat Al-Quran itu memberikan batasan bahwa seni
budaya Islam itu adalah media untuk mengkomunikasikan pesan-pesan Allah swt yang
ditata dengan rapi yang dapat melahirkan aransemen nada untuk melahirkan jenis musik
yang dapat mencerdaskan jiwa manusia kearah yang lebih baik dihadapan Tuhannya.
Penjelasan seni budaya Islam di atas menurut sayyid Qutub bahwa Islam itu
menceruhakn perasaan seni dalam jiwanya melalui fitrahnya mencipatkan sesuatu yang
indah. Pada masa jahilia karena kemamuan manusia menciptakan patung yang indah
sehingga sesama manusia takjub terhadap karya temannya sesame manusia sehingga
sebagian ada yang menggunakannya sebagai media penyebahan. Hal ini dilarang oleh
Islam karena akan berpotensi mencipatkan kondisi jahilia.
Dalam pandangan Al-Quran ada seni yang dibolehkan dan ada seni yang tidak
diperbolehkan. Secara umum seni yang tidak diperbolehkan adalah seni yang berpotensi
membuat manusia lalai pada Tuhannya dan mengumbar hawa napsunya sehingga dapat
merusak nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Seni yang dibolehkan adalah seni yang dapat
mencerahkan jiwa dan budaya manusia menuju pengabdian apda Allah swbagai pencipta
alaam semesta dengan seala keindahannya. Dalam Al-Quran Surah Luqman seni yang
dilarang adalah perkataan atau narasi lagu yang tidak berguna;


Terjemahnya:
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan Perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang
menghinakan.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 20
Kata ‚lahwa‛ dalam ayat tersebut adalah nyanyian yang tiada berguna bagi
pencerahan batin. Ayat ini memberikan isyarat bahwa sebagai seorang seniman hindari
narasi lagu yang kurang mendatangkan pencerahan ruhani karena akan merusak nilai-nilai
kemanusiaan itu sendiri yang dapat memberikan dampak malapetaka bagi manusia itu
sendiri.
Penjelajahan para ulama diantaranya Quraish Shihab dalam Al-Quran mendapatkan
beberapa ayat sebagai dasar pentingnya seni qasida sebagai instrumen dakwah dalam
mencerahkan umat menjadi umat yang memiliki wawasan yang tentang seni suara
khususnya qasidah adalah;


Terjemahnya:
QS Al-Isra/17:64. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan
Suaramu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang
berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri
janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan
tipuan belaka.
Kata ‚suaramu‛ dalam ayat ini menurut sebagian ulama adaah nyanyia(qasidah)
yang lebih banyak mengedepankan syahwat emosi dalam bernyanyi sehingga pesan-pesan
pencerahan dari qasidah itu hilang.28
Informasi dalam Al-Quran ini menunjukkan bahwa
ada seni suara yang mengajak pada prilaku syetan sehingga peran dinamika dakwah
dalam seni qasidah memberikan pencerahan kepada masyarakat perlu dikembangkan
untuk memberikan satu paradigma yang berasas seni qasidah keislaman. Selain QS Al-
Isra dalam ayat lain surah al-Mu’minun Allah juga memberikan informasi tentang seni
suara yang diejalskan dalam ayat tiga sebagai berikut;

Terjemahnya:
28
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet. III;
Bandung: Mizan, 2008), h.520
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 21
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna.
Secara tersirat ayat ini memberikan isyarat bahwa seni qasidah itu perlu memiliki
lirik yang dapat mencerahkan manusia untuk mendapatkan ridha dari Allah lewat
kualitas suara, musik, dan ekspresi jiwa. Selain itu Allah berjuga berfirman bahwa
Zaiyyinal Qur’ana biaswatikum (hiasilah Al-Quran dengan suara yang merdu). Persepktif
para ulama ini diantaranya Ibnu Kastir dan Quraish Shihab sebagai cerminan bahwa seni
Islam memiliki standar yang tinggi. Standar seni suara yang tinggi yang dimaksudkan
dalam ayat ini adalah suara merdu, aransemen musiknya menggunakan tangga nada
sesuai dengan nafas jiwa dan Al-Quran, kerografi menggambarkan ketakjuban pada Allah
dan Rasulunya serta bersifat universal bagi semua umat manusia yang berprientasi pada
ramahtallalil’alamin.
Keindahan seni qasidah akan terwujud ketika unsur-unsur suara, fasilitas audio
visual, rebana, gitar, keyboar, dan semua fasilitas penunjang lainnya yang digunakan
serta semua intrumen musik seiring seirama dengan lirik yang dinyanyikan oleh
penyanyi. Ketika semua fasilitas musik dan penyanyi qasidah itu dapat memenuhi
standar seni itu dengan kemasan nada dan dakwah sesuai dengan kebutuhan jiwa dan
batin manusia maka seni qasidah telah menjadi kebutuhan manusia sebagai kebutuhan
jiwa dalam menikmati seni Islam.
C. Seni Budaya Islam
Tidak bisa dipungkiri seni qasidah identik dengan budaya Arab tetapi tidak semua
Seni budaya Arab itu seni Islam. Kaitannya dengan dinamika dakwah dalam Seni qasidah
pada dasarnya bersumber pada Manusia, Al-Quran, dan Sunnah yang dapat memberikan
kenyamanan di dunia dan akhirat. Landasan normatif dari seni adalah setiap muslim perlu
memiliki jiwa seni. Dalam konteks ini Nabi bersabda bahwa ‫الجمال‬ ‫يحب‬ ‫جميل‬ ‫هللا‬ ‫ان‬
(Sesungguhnya Allah Maha Indah dan Menyenangi keindahan).29
29
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet. III;
Bandung: Mizan, 2008), h.512
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 22
Keadaan ini menjadi tradisi dalam dunia yang berbeda, masing-masing
mempunyai independensi dalam mengekspresikan sesuai kemampuan dan kecerdasan
merespon setiap fenomena Alam disekitar dimana ia dibesarkan.
Kondisi ini dibentuk oleh budaya, tradisi, dan agama. Ketika hal tidak dicermati
secara sistematis maka kerap kali tumpang tindih dalam mendefiniskannya. Satu sisi,
wilayah agama berasal dari ‚ normatifitas wahyu ‚ dan tradisi dan budaya berasal dari
‚kreativitas manusia yang diberikan secara fitrah‛, oleh sebab itu tradisi cenderung
berubah sesuai dengan perkembangan waktu dan perubahan zaman. Nah, hal ini yang
memungkinkan untuk ada asimilasi perilaku beragama dalam kehidupan sehari-hari yang
disesuaikan dengan tradisi yang berlaku. Hal inilah pentingnya kekayaan cara pandang
bagaimana kemasan Dakwah lewat ekpresi seni qasidah dapat memberikan dinamika
peningkatan kesadaran umat manusia.
Mengekpresikan seni qasidah menurut Kuntowijoyo mengemukakan bahwa
kesenian merupakan ekpresi diri manusia dari keislaman. Pemikiran kuntowijoyo ini
setidaknya punya tiga karakteristik: (1) dapat berfungsi sebagai ibadah, tazkiyah, dan
tasbih, (2) dapat menjadi identitas kelompok, dan (3) dapat berfungsi sebagai syiar.
Misalnya nyanyian Shalawat secara khusus merujuk pada berkah yang dimohonkan kaum
Muslimin atas Nabi Muhammad Saw. Hal ini juga dijelaskan dalam Al-Quran dalam QS.
Al-Ahzab, 33:56.


Terjemahnya:
56.Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.
Spirit seni dalam ayat ini memberikan pesan bahwa bershalawat adalah
mengeluarkan suara dengan indah melalui rongga mulut manusia pada Nabinya. Dengan
mengucapkan Perkataan seperti: Assalamu'alaika ayyuhannabi artinya: semoga
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 23
keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi.30
Para ahli dan praktisi seni di Indonesia yang
sering menyanyikan ladu qasidah ini adalah; Maher Zein, Haddad Alwi, Jefri Al-Bukhari,
Opik, Group BIMBO, Roma Irama, Ebit Geade, dan masih banyak lagi yang tidak sempat
disebutkan. Realitas ini menunjukkan bahwa semua praktisi ini memiliki komunitas
tersendiri dalam menyanyikan lagu qasidah dalam meggerakkan dakwah di tengah
masyarakat.
Strategi adaptasi dalam suatu masyarakat tercermin pada peta kognitif mereka
yang dipelajarinya melalui proses sosialisasi. Berbagai pengalaman mereka
dikategorisasikan dalam sebuah peta kognitif kebudayaan sehingga memungkinkan
seseorang atau organisai tetap survival. Menurut Talcott Parsons yang dikutip oleh Piotr
Sztompka bahwa ada empat unsur penting yang memengaruhi ekspresi seni budaya
seseorang sistem yakni Adaptation, goal attainment, integration, dan latensi.31
Teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons, kiranya dapat dipakai sebagai
kerangka konseptual untuk menelaah struktur seni qasidah maka dapat dijelaskan
ekspresi seni qasidah di tengah masyarakat sesuai sturktur yang diyakini dan dinyanyikan
sesuai kelestarian Shalawat di suatu tempat. Misalnya Shalawat Gembrungan pada
dasarnya terintegrasi atas dasar komitmen anggotanya akan nilai-nilai ajaran Islam.
Melalui proses nyanyian penyesuaian dan institusionalisasi dengan seni-budaya lokal
Jawa dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan syiar Islam melalui seni vokal dan
musik untuk menghadapi situasi dan kondisi eksternal, agar mampu melangsungkan
kehidupan paguyuban atau organisasinya (survive) dan memungkinkan dapat
mengantisipasi peristiwa-peristiwa yang akan datang.
Banyak hal yang harus kita pertimbangkan dalam hal memposisikan nash dengan
kebudayaan atau tradisi yang berkembang. Bagaimanapun harus ada rekonsiliasi antara
wahyu Tuhan dengan mempertimbangkan faktor budaya, atau yang sifatnya kontekstual.
Ini yang nantinya diperlukan dinamika dakwah meminjam istilah Gus Dur ia berkaitan
30
31
Piotr Sztompka, The Sosiology of Social Change diterjemahkan oleh Alimandan dengan judul:
Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. IV; (Jakarta: Prenan Media Group, 2008), h. 346.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 24
dengan tata sosial masyarakat dengan keragaman seni budaya Islam yang diekspresikan
melalui gerakan dinamika seni budaya Islam.
Banyak penulis yang mengidentikkan kebudayaan dan peradaban Islam identik
dengan budaya Arab dan Timur Tengah. Gagasan ini tidak bisa dipungkiri karena ia
berhubungan dengan pengaruh peradaban Arab orientead. Pendapat itu mungkin dapat
dibenarkan meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam tetap bisa dibedakan. Pada masa
klasik pusat pemerintahan hanya satu dan peran Arab di dalamnya sangat dominan.
Semua wilayah kekuasaan Islam menggunakan bahasa bahasa Arab. Semua ungkapan-
ungkapan budaya yang diekspresikan melalui bahasa Arab. Meskipun ketika itu bangsa-
bangsa non Arab juga sudah mulai berpartisipasi dalam membina suatu kebudayaan dan
peradaban, apalagi orang- orang non muslim juga banyak menyumbangkan karya
budayanya.
Akhir-akhir ini ada semacam gerakan yang cukup masip dan radikal dengan,
Adanya kecenderungan sejumlah pihak yang mengedepankan konstruksi syari’at Islam
dalam wajah Arab sambil menafikan realitas tradisi yang lain. Padahal Islam bukanlah
identik dengan Arab sebagaimana Indonesia bukanlah Arab secara sosiokultural dan
politisinya. Walaupun diakui sebenarnya tidak ada yang salah bila menggunakan
kebudayaan Arab dalam mengekspresikan keberagamaan seseorang, dengan syarat tidak
melahirkan sebuah konflik di tengah masyarakat yang dibingkai dalam pemahaman
konseptual yang kokoh.
Hal ini juga dikhawatirkan oleh tokoh Sufi Ibnu Maskawaih yang dikemukakan
oleh Oliver Leman bahwa seni Islam itu menghindari kesenangan yang berlebihan karena
dapat memberikan penikmatinya tersesat pada prilaku negatif pada manusia.32
Maksud
dari Ibnu Maskawaih ini adalah adanya gerakan yang dapat memberikan syahwat
erotisme sehingga merusak fitrah seni budaya Islam. Ketika fitrah seni budaya Islam itu
rusak maka akan memberikan dampak negatif pada keuniversalan seni budaya Islam,
sehingga ia tidak sama dengan budaya Arab.
32
Oliver Leman
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 25
Tetapi yang menjadi masalah adalah manakala penggunaan asumsi bahwa ‛warna
arab‛tersebut merupakan bentuk keberagamaan tunggal yang dianggap paling absah dan
mutlak. Sehingga hukumnya wajib diterapakan pada semua kondisi dan situasi secara
paten. Hal tersebut tentunya berimbas pada keadaan dimana ekspresi Arab menjadi
dominan, bahkan menghegemoni budaya dan tradisi yang berkembang di masyarakat
lokal. Hal yang lebih menggelisakan lagi adalah munculnya justifikasi-justifikasi seperti
kurang sempurna, sesat, bid’ah atau musyrik kepada orang-orang yang tidak
menggunakan ekspresi ‛warna arab‛ tersebut. Perbedaan budaya Arab dan Agama Islam
tampak pada universalitas sebuah produk seni semakin universal sebuah karya seni
berarti itu sebagai gamabran Seni Budaya Islam.
Fenomena tersebut merupakan bagian dari berbagai macam fenomena yang
menggambarkan adanya konflik dan ketegangan antara seni budaya Islam dan budaya
karya manusia kerap kali bertentangan secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muncul
satu hal yang menjadi persoalan, yaitu apakah budaya yang berkembang dalam
masyarakat harus tunduk dalam ekspresi hukum Islam dalam corak Arab seperti di atas?
Persoalan ini membutuhkan jawaban normatif untuk menjawab seni budaya Islam
khsusunya seni qasidah.
G. Seni Qasidah dalam timbangan Islam Normatif dan Islam Historis
Untuk membedakan wilayah budaya seni qasidah arab dan seni qasidah budaya
Islam dapat ditinjau dengan mengambil sebuah konsep bahwa dalam islam terdapat
kumpulan dogma normatifitas dan Islam pada faktanya merupakan realitas Historis.
Disinilah sehingga Budi munawar rahman dalam (bukunya Islam dan peradaban)
mengatakan bahwa islam itu terdapat dua macam nilai yakni islam berdimensi normatif
dan islam berdimensi historis. Kedua aspek ini terdapat hubungan yang menyatu, tidak
dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Pertama; aspek normatif yakni wahyu harus
diterima sebagaimana adanya, mengikat semua pihak dan berlaku universal.Kedua; aspek
historis yakni, kekhalifahan senantiasa dapat berubah, menerinma diskusi karena produk
zaman tertentu, dan hal itu bukan hal yang saklar.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 26
Pengertiaan dari Islam Normatif yakni, Islam dalam dimensi saklar yang diakui
adanya realitas transendemental yang bersifat mutlak dan universal, melampaui ruang
dan waktu atau sering disebut sebagai realitas ke-Tuhan-an. Sedangkan pengertian dari
Islam Historis yakni, islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan
manusia yang berada dalam ruang dan waktu, Islam yang terangkat oleh konteks
kehidupan pemeluknya, berada di bawah realita ke-Tuhan-an.
Disamping konsepsi normatif dan hostoris untuk menentukan budaya arab dan
budaya Islam memungkinkan juga menggunakan konsepsi Ushul dan furu’. Hal Dogma
agama yang bersifat Ushul adalah normatif yang universal sehingga ini merupakan ruh
ajaran islam . Sementara aspek furu’ adalah nilai – nilai tradisi yang mengandung hal
hal yang bersifat furu’(Cabang) yang tidak bisa diterima secara mentah, akan tetapi harus
diambil nilai substansi yang meliputinya.
H. Sejarah Peradaban Seni Budaya Islam
Pertumbuhan dan perkembangan seni qasidah tidak terlepas dari gerak gerik
sejarah sehingga ia selalu hadir dan berdampingan dengan kebutuhan hidup manusia. Seni
qasidah dalam panggung sejarah terus memiliki dinamika dakwah ketika manusia berada
dalam kesunyian dan kesepian. Keadan inilah lahir seni sebagai penghibur jiwa manusia
yang lara.
Para sejarawan terdapat perbedaan pendapat tentang saat dimulainya sejarah
Islam. Secara umum perbedaan itu dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama,
sejarah umat Islam dimulai sejak Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali.
Menurut pendapat ini, selama tiga belas tahun Nabi di Makkah telah lahir masyarakat
Muslim, meskipun belum berdaulat. Kedua, sejarah umat Islam dimulai sejak Nabi
Muhammad SAW hjrah ke Madinah, karena umat Islam baru berdaulat di Madinah.
Ketiga, Peradaban Islam dimulai sejak Nabi Adam karena semua Nabi yang diutus oleh
Tuhan kepada manusia, semuanya adalah Islam (Muslim).
Di samping perbedaan pendapat itu, sejarawan juga berbeda pendapat dalam
menentukan fase-fase atau periodesasi sejarah Islam yang dibuat oleh ulama Indonesia.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 27
Menurut A. Hasjmy membagi periodesasi sejarah Islam adalah sebagai berikut :33
Permulaan Islam (610-661 M), Daulah Amawiyah (661-750 M), Daulah Abbasiyyah I
(740-857 M), Daulah Abbasiyyah II (847-946 M), Daulah Abbasiyyah III (946-1075 M),
Daulah Mughol (1261-1520 M), Daulah Utsmaniyyah (1520-1801 M), Kebangkitan
(1801–sekarang). Berbeda dengan A. Hasjmy, Harun Nasution membagi sejarah Islam
menjadi tiga periode Yaitu masa Klasik (650-1250 M), Pertengahan(1250-1800 M) dan
Modern(1800-sekarang)34
1. Periode Klasik (650-1250 M)
Periode klasik antara tahun 650 -1250 M. Ini diawali dengan persoalan dalam
negeri Arab sendiri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab
yang tidak mau tunduk lagi terhadap pemerintahan Madinah. Hal tersebut disebabkan
Karena orang Arab menganggap bahwa perjanjian yang telah dibuat dengan Nabi
Muhammad telah batal, setelah wafatnya Rasulullah SAW. Setelah persoalan
dalam negeri selesai, maka Abu Bakar mengirim kekuatan keluar Arabia. Pada masa
kepemimpinan Umat Bin Khattab wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah
Arabia, Palestina, Syiria dan Mesir.
Periode klasik yang berlangsung sejak 650-1250 M. Ini dapat dibagi lagi menjadi
dua: pertama, Masa kemajuan Islam I, Masa kemajuan Islam I dimulai sejak tahun 650-
1000 M. Masa kemajuan Islam I itu tercatat sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW
dari tahun 570–632 M. Khulafaur Rasyidin dari tahun 632-661 M, Bani Umayyah dari
tahun 661-750 M., Bani Abbas dari tahun 750-1250 M. Dan Kedua,Masa disintegrasi
yaitu tahun 1000-1250.
2. Periode Pertengahan (1250-1800 M)
Periode pertengahan ini berkisar antara tahun 1250-1800 M. pada masa periode
ini merupakan masa kemunduran, dengan diawali jatuhnya kota Baghdad ke tangan
33
A. Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) 55
34
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan ((Jakarta:Bulan
Bintang,1982) h. 12 - 14
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 28
bangsa Spanyol, setelah Khilafah Abasyiah runtuh akibat serangan tentara Mongol,
kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Pada tahun 1500-1800 M keadaan politik ummat Islam secara keseluruhan
mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar,
yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan Syafawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di
India. Pada tahun 1700-1800 M, terjadilah kemunduran dari tiga kerajaan tersebut.
Selanjutnya periode pertengahan yang berlangsung dari tahun 1250-1800 M, dapat dibagi
ke dalam dua masa, yaitu:
Masa kemunduran I berlangsung tahun 1250-1500 M. Di zaman ini desentralisasi
dan disintegrasi serta perbedaan antara Sunni dengan Syi’ah begitupun juga antara Arab
dan Persia sangat mencolok. Dunia Islam terbagi menjadi dua, pertama, Arab. Bagian
Arab terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Afrika Utara, dan Mesir sebagai pusatnya.
Kedua, Persia. Kebudayaan Persia mengambil bentuk internasional dan dengan demikian
mendesak lapangan kebudayaan Arab.
Pendapat bahwa pintu ijtihad sudah tertutup makin meluas di kalangan umat
Islam. Demikian juga tarekat dengan pengaruh negatifnya. Perhatian terhadap ilmu
pengetahuan kurang sekali. Umat Islam di Spanyol dipaksa masuk KRISTEN atau keluar
dari daerah itu. Dan Kedua, Masa tiga kerajaan besar Masa Tiga Kerajaan Besar
berlangsung tahun 1500-1800 M yang dimulai dengan zaman kemajuan tahun 1500-1700
M dan zaman kemunduran II tahun 1700-1800 M. Tiga kerajaan yang dimaksud adalah
Kerajaan Ustmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Pada
masa kemajuan tiga kerajaan besar tersebut, masingmasing kerajaan mempunyai
kejayaan, terutama dalam bentuk literatur-literatur dan arsitek.
Di zaman kemunduran, kerajaan Ustmani terpukul oleh kekuatan Eropa, kerajaan
Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan suku bangsa Afghan, sedangkan daerah
kekuasaan kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan raja-raja India. Umat Islam
dalam keadaan menurun drastis. Akhirnya, Napoleon di tahun 1798 M, dapat menduduki
Mesir, yang pada saat itu sebagai salah satu peradaban Islam yang terpenting.
3. Periode Modern (1800-sekarang)
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 29
Periode Modern dalam sejarah Islam bermula dari tahun 1800 M dan berlangsung
sampai sekarang. Diawal periode ini kondisi Dunia Islam secara politis berada di bawah
penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M Dunia Islam bangkit
memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat.
Periode ini memang merupakan kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami
kemunduran di periode pertengahan. Pada periode ini dimulai bermunculan pemikiran
pembaharuan dalam Islam. Gerakan pembaharuan itu muncul karena dua hal yaitu:
1. Timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang
masuk dan diterima sebagai ajaran Islam.
2. Barat mendominasi Dunia di bidang politik dan peradaban, karena itu mereka
berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah politik dan
peradaban untuk menciptakan balance of power.
Periode modern tahun 1800 M dan seterusnya merupakan zaman kebangkitan
umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsyafkan Dunia Islam akan kelemahan
dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah tumbuh peradaban baru yang lebih
tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka Islam mulai
memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Di
periode Modern inilah timbulnya ide-ide pembaharuan dalam Islam.Ulama umumnya
memakai periodenisasi yang digunakan oleh Harun Nasution dalam membagi
periodenisasi sejarah umat Islam (Atang, Hakim dan Mubarok, 2000:139). Harun
Nasution memulai periodenisasi tahun 650 atau pada zaman Ustman karena pada
pemerintahan Ustman timbul berbagai macam pertentangan baik teologi maupun
pertentangan politik.
Berkaitan dengan babakan sejarah diatas ada beberapa catatan yang perlu
dicermati Masalah keterputusan periode klasik dengan masa Rasulullah. Harun memulai
periode klasik dari tahun 650 M, yang terkenal dengan masa Khalifah Usman (644–656
M). Pertanyaannya adalah mengapa tidak mulai sejak zaman Rasulullah (611–634) dan
tidak juga pada masa Khalifah Abu Bakar (632–634) dan Umar ibn Khattab (634–644
M).
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 30
Padahal oleh banyak peneliti sejarah khususnya dari kalangan ummat Islam
sendiri dikatakan bahwa Rasulullah sampai masa Abu Bakar dan Umar merupakan masa
keemasan yang hakiki dari sudut komitmen ummatnya kepada Islam, bukankah
komitmen ke Islaman itulah yang melahirkan produk–produk kebudayaan Islam. Harun
memulai babakan itu dari masa Ustman, karena ia menitik beratkan pada saat dimana
pertentangan teologis dan politik mulai tumbuh dan mewarnai masa berikutnya. Karena
itu periodenisasi yang dirumuskan dimuka cocok bila titik berat diberikan sejarah
perkembangan pemikiran Islam.
B. Konsepsi Sejarah Islam
Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang
lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi35
. Definisi ini lebih menekankan
pada materi peristiwa tanpa mengaitkan dengan aspek yang lainnya. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas, sejarah adalah gambaran masa lalu tentang aktivitas
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan
interpretasi terhadap objek peristiwa masa lampau36
.
Dari sisi epistimologis sejarah yang dalam bahasa arabnya disebut tarikh,
mengandung arti ketentuan masa atau waktu. Ada pula sebagian orang yang mengajukan
pendapat bahwa sejarah sepadan dengan kata syajarah yang berarti pohon (kehidupan),
riwayat, atau kisah, tarikh, ataupun history dalam bahasa Inggris. Dengan demikian
sejarah berarti gambaran masa lalu tentang aktivitas kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan interpretasi terhadap obyek peristiwa
masa lampau , yang kemudian itu disebut sejarah kebudayaan.37
Sedangkan secara terminologi sejarah diartikan sebagai sejumlah keadaan dan
peristiwa yang terjadi dimasa lampau dan yang benar-benar terjadi pada individu dan
masyarakat. Adapun inti pokok dari persoalan sejarah pada dasarnya selalu berhubungan
dengan pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut perkembangan keseluruhan
35
Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1992)887
36
Sidi Gazalba,Azas Kebudayaan Islam,(Jakarta; Bulan Bintang 1978) 2
37
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,(Jakarta; LOGos, 1999),2-3
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 31
keadaan masyarakat. Untuk itu sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa itu sendiri
melainkan tafsiran-tafsiran dari peristiwa, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan
nyata dan tidak nyata yang menjadi seluruh bagian serta memberikan dinamisme dalam
waktu dan tempat tertentu. 38
Sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh
terjadi pada masa lampau yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Agama Islam
terlalu luas cakupannya, maka sejarah Islam pun menjadi luas cakupannya. Di antaranya
berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan, dan penyebaran Islam,
tokoh-tokoh yang melakukan perkembangan dan penyebaran agama Islam, sejarah
kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat Islam dalam berbagai bidang, seperti
dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik,
pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang
benarbenar terjadi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam dalam
berbagai aspek. Dalam kaitan ini, maka muncullah berbagai istilah yang biasanya
digunakan untuk sejarah itu, di antaranya: Sejarah Islam, Sejarah Kebudayaan Islam dan
Sejarah Peradaban Islam .
C. Identitas Kebudayaan Islam
Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat
yang mendalam dari suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi dari kemajuan
mekanis dari teknologi hal demikian lebih berkaitan dengan konsepsi peradaban. Kalau
kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, agama dan moral, maka
peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi. Kebudayaan mempunyai tiga
wujud: Pertama, Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek individu,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Kedua, Wujud kelakuan,
yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia
dalam masyarakat. Ketiga, Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda
38
Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,(Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet II,) 40-55,
Terjemahan Tarikhuna fi dzou’il al Islam, penerjemah Nabhan Husein
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 32
hasil karya.
Para pakar sepakat bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta
masyarakat. Karya masyarakat akan menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan yang
diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabadikan untuk keperluan masyarakat. Karsa merupakan daya penggerak (Drive) untuk
memotivasi manusia dalam memikirkan segala sesuatu yang ada dihadapan dan lingkungannya.
Disamping itu Karsa masyarakat dapat merlahirkan norma dan nilai-nilai yang sangat perlu untuk
tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan buruk, manusia
terpaksa melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakekatnya
merupakan petunjuk-petunjuk tentang cara bertindak dan berlaku dalam pergaulan hidup.
Kebudayaan pada setiap bangsa atau masyarakat terdiri atas unsur-unsur besar
dan unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari satu keutuhan yang tidak dapat
dipisahkan. Menurut Selo Soemarjan dan Soelaiman unsur-unsur kebudayaan meliputi:
alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuasaan politik. Sedang unsur-unsur
kebudayaan menurut C.Kluckhon ---sebagaimana dikutip oleh Koentjaraningrat adalah:
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, rumah, alat-alat transportasi)
b. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi, politik, hukum)
d. Bahasa (lisan dan tulisan)
e. Kesenian (seni rupa, seni suara, dan seni gerak)
f. Sistem pengetahuan
g. Religi (sistem kepercayaan).
Effat al-Sharqawi mengatakan bahwa seni budaya adalah bentuk ungkapan
semangat mendalam dari sebuah nilai yang terdapat dan mendarah daging pada suatu
masyarakat. Sedangkan manifestasi kemajuan mekanis dan tekhnologi lebih berkait
dengan peradaban. Selanjutnya Sharqowi berpendapat bahwa kebudayaan adalah apa
yang kita rindukan (ideal), sedangkan peradaban adalah apa yang kita pergunakan (real).
Dengan kata lain, kebudayaan terefleksi dalam seni, sastra, religi dan moral. Sedangkan
peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan tekhnologi.
Dalam kajian anthropologi, kita mengenal pengertian kebudayaan secara khusus
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 33
dan secara umum. Menurut pengertian khusus, kebudayaan adalah produk manusia di
bidang kesenian dan adat istiadat yang unik. Sedangkan kebudayaan dalam pengertian
umum adalah produk semua aspek kehidupan manusia yang meliputi: sosial, ekonomi,
politik, pengetahuan filosofi, seni dan agama.
Taylor seorang ilmuwan Inggris, merumuskan kebudayaan sebagai keseluruhan
yang kompleks yang meliputi pengetahuan, dogma seni, nilai-nilai moral, hukum, tradisi,
sosial, dan semua produk manusia dalam kedudukannya sebagai anggota-anggota
masyarakat, termasuk dalam realitas ini adalah agama.
Adapun yang dimaksud dengan Kebudayaan Islam adalah cara berpikir dan
merasa Islam yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan
manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu inilah
pemahaman integralistik, menempatkan Islam sebagai sumber nilai dan motivasi bagi
tumbuhnya kebudayaan Islam. Dengan demikian yang dimaksud Sejarah Kebudayaan
Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan ummat Islam pada masa lampau yang
bersumberkan pada nilai–nilai Islam. Hanya saja dalam berbagai risalah teks-teks
literatur yang ada seringkali penulisnya memberi narasinya dari segi politik. Ini
diasumsikan bahwa secara konseptual, dari sisi politik inilah sumber kebudayaan Islam
berputar.
D. Makna Peradaban Islam
Asumsi dasar yang bisa kita bangun, bahwa peradaban berasal dari kata adab yang
dalam pengertian ini mengandung pengertian tata krama, perilaku atau sopan santun.
Dengan demikian peradaban adalah segenap prilaku sopan santun dan tata krama yang
diwujudkan oleh umat Muslim dari waktu ke waktu baik dalam realitas politik, ekonomi
dan sosial lainnya.
Secara harfiah peradaban Islam itu terjemahan dari bahasa Arab al-khadlarah al-
Islamiyah, atau al-madaniyah al Islamiyah39
atau al-tsaqofah al Islamiyah, yang sering
juga diterjemahkan dengan kebudayaan Islam. Dalam bahasa Inggris ini disebut culture,
39
Ahmad Syalaby, Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,(Kairo; …. cetakan ke IV, 1978),
10
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 34
adapula yang menyebutnya civilization. Di Indonesia, Arab dan Barat masih banyak yang
mensinonimkan antara peradaban dengan kebudayaan.
Disisi yang lain, akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal
berarti peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city
base culture) atau kebudayaan kota (cultural of the city). Di kalangan penulis Arab,
sendiri.perkataan tamaddun digunakan-kalau tidak salah-untuk pertama kalinya oleh Jurji
Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah Peradaban
Islam), terbit tahun 1902-1906. Sejak itu perkataan tamaddun digunakan secara luas
dikalangan umat islam.40
Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang
dengan sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddon dan madaniyat. Namun di Turki
orang dengan menggunakan akar madinah atau madana atau madaniyyah menggunakan
istilah medeniyet dan medeniyeti. Orang-orang Arab sendiri pada masa sekarang ini
menggunakan kata hadharah untuk peradaban, namun kata tersebut tidak banyak
diterima umat Islam non-Arab yang kebanyaan lebih menyukai istilah tamaddun. Di
benua Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengetian kultur, sedangkan
peradaban menggunakan istilah tahdhib.
Kata peradaban sering kali dikaitkan dengan kebudayaan, bahkan banyak penulis
barat yang mengidentikan ‚kebudayaan‛ dan ‚peradaban‛ islam. Sering kali peradaban
islam dihubungkan dengan peradaban Arab, meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam
tetap bisa dibedakan. Adapun yang membedakan antara kebudayaan tersebut adalah
dengan adanya peningkatan peradaban pada masa jahiliyah yang berasal dari kebodohan.
Hal ini pada akhirnya berubah ketika Islam datang yang dibawa oleh nabi Muhammad
SAW di Arab. Sehingga pada masanya kemudian islam berkembang menjadi suatu
peradaban yang menyatu dengan bangsa Arab, bahkan berkembang pesat kebagian
belahan dunia yang lainnya, Islam tidak hanya sekedar agama yang sempurna melainkan
sumber peradaban islam.Peradaban merupakan kebudayaan yang berhubungan dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimana kebudayaan tersebut tidak hanya
40
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga modern,
(Yakarta;Rajagrafindo, 2004), VII - IX
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 35
berpengaruh di daerah asalnya, tapi juga mempengaruhi daerah-daerah lain yang
menjadikan kebudayaan tersebut berkembang
Dengan merujuk pada narasi diatas, maka dapat dikonsepsikan bahwa Sejarah
Peradaban Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan umat Islam pada masa
lampau yang benar-benar terjadi dalam aspek politik, ekonomi, dan tekhnologi yang
bersumberkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Peradaban Islam merupakan identitas ummat Islam sejak masa lampu.
E. Islam sebagai Sumber Budaya dan Peradaban
Sejumlah pihak mengatakan bahwa agama Islam setingkat dengan kebudayaan
Islam. Dalam frame tertentu ini dinilai para pakar Muslim hal yang dapat menyesatkan
dan mengacaukan citra dan kemurnian Islam. Dengan menyetingkatkan antara Agama
Islam dengan Kebudayaan Islam, maka ini berarti mereka telah menyetingkatkan antara
agama (yang berasal dari Allah) dengan kebudayaan (yang merupakan hasil cipta orang
Islam), yang berarti pula menyetingkatkan antara wahyu dengan akal. Berpendapat
bahwa kebudayaan Islam merupakan bagian dari din Islam ini berarti menunjukkan
bahwa ia telah memasukkan unsur-unsur yang aqli (hasil cipta orang Islam) ke dalam din
Islam, dan ini berarti pula bahwa mereka telah mencampur adukkan antara wahyu dengan
akal manusia.
Dalam pandangan kelompok fundamentalis, pola pemikiran dan ide demikian
dianggap sangat berbahaya dan menyesatkan, karena dalam akidah Islam telah dijelaskan
bahwa Islam seluruhnya adalah wahyu, tidak ada bagian-bagian kebudayaan Islam
didalamnya. Agama atau wahyu tidak setingkat dengan kebudayaan Islam, karena agama
atau wahyu berasal dari Allah sedangkan kebudayaan Islam merupakan hasil cipta, rasa
dan karsa manusia. Oleh karena itu, pemikiran dan ide itu harus ditolak dan tidak dapat
dibenarkan.
Sementara itu, para pemikir Barat juga memandang Islam sebagai produk
kebudayaan, misalnya disampaikan oleh H.A.R. Gibb yang mengatakan bahwa ‚Islam is
indeed much more than a sistem of theology it is a complete civilization‛ .(Islam
sesungguhnya lebih dari satu sistem teologi. Ia adalah satu peradaban yang lengkap).
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 36
Pendapat Gibb ini patut apabila dikemukakan oleh kelompok orientalis, tetapi apabila
begitu saja ditelan mentah–mentah oleh ilmuan Islam akan melahirkan pemahaman yang
cukup rancu,
Memang diakui bahwa antara agama dan budaya adalah dua bidang yang
berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, akan tetapi keduanya berbeda. Agama bernilai
mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya ,
sekalipun berdasarkan agama dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat. Sebagian besar budaya didasarkan pada agama, namun tidak pernah terjadi
sebaliknya, agama berdasarkan pada budaya. Oleh karena itu bisa dikatakan agama
adalah primer dan budaya adalah sekunder. Budaya bisa merupakan ekspresi hidup
keagamaan, karena itu kebudayaan sub ordinat terhadap agama, dan tidak pernah
sebaliknya. Agama pada hakekatnya mengandung dua kelompok ajaran yaitu:
 Ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para Rasulnya kepada manusia yang
ajarannya terdapat dalam kitab-kitab suci. Karena merupakan wahyu dari Tuhan,
maka ajaran tersebut bersifat absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah dan tidak
bisa diubah.
 Ajaran yang berupa penjelasan dari kitab suci (baik mengenai arti maupun cara
pelaksanaan) yang dilakukan oleh pemuka atau ahli agama. Karena merupakan
penjelasan dan hasil pemikiran pemuka atau ahli agama, maka ajarannya bersifat
relatif, nisbi, berubah dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam Islam, kelompok pertama terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist
Mutawatir. Al-Qur’an terdiri dari 6.300 ayat, tetapi yang mengatur tentang keimanan,
ibadah, muamalah dan hidup kemasyarakatan manusia, menurut penelitian ulama tidak
lebih dari 500 ayat. Ajaran dasar Islam (al-Qur’an dan al-Sunnah yang periwayatannya
shahih) bukan termasuk budaya, tetapi pemahaman ulama terhadap ajaran dasar agama
merupakan hasil karsa ulama. Oleh karena itu ia merupakan bagian dari kebudayaan.
Akan tetapi umat Islam meyakini bahwa kebudayaan yang merupakan hasil upaya ulama
dalam memahami ajaran dasar agama Islam, dituntun dan memperoleh petunjuk dari
Tuhan, yaitu al-Qur’an dan Sunnah. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 37
kebudayaan Islam.
Islam dikemukakan oleh Bassam Tibi 41
yaitu bahwa Islam merupakan sistem
budaya. Menurutnya Islam sebagai sistem budaya terdiri atas berbagai simbol yang
berkorespondensi dan bergabung untuk membentuk suatu model untuk realitas. Meski
demikian dalam posisi tersebut agama tidak dapat dipenetrasikan secara eksperimental,
tetapi hanya sebatas interpretatif. Dalam agama, konsepsi manusia mengenai realitas
tidak didasarkan pada pengetahuan tetapi pada keyakinan terhadap suatu otoritas
ketuhanan yang terkonsepsikan dalam kitab suci (Al-Qur’an).
Al-Qur’an inilah yang mendasari semua bentuk realitas. Selanjutnya konsep–
konsep realitas yang dihasilkan manusia ini mengalami perubahan yang paralel. Adaptasi
dari konsep–konsep religiokultural dengan realitas yang berubah kemudian membentuk
suatu komponen sentral dalam asimilasi budaya untuk perubahan. Dengan cara itulah
perubahan terarah, karena orang tidak begitu saja memberikan reaksi terhadap proses
perubahan dengan menggunakan inovasi budaya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa hakekat agama memiliki aspek ganda
yakni :
1. Memberikan arti terhadap berbagai aspek realitas sosial dan psikologis bagi para
penganut-penganutnya, sehingga mendapatkan suatu bentuk konseptual yang
obyektif.
2. Agama dapat berwujud oleh realitas dan pada saat yang sama membentuk realitas
yang sesuai dengan realitas. Artinya interpretasi simbol-simbol religiokultural
membentuk bagian realitas, karena simbol–simbol tersebut juga mempengaruhi
realitas. Pada saat yang sama perwujudan (pengamalan) dari simbol–simbol kepada
realitas empirik membentuk sebuah pola yang terstruktur dalam bentuknya yang
biasa dikenal dengan kebudayaan dan peradaban.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam adalah sumber dari kebudayaan
dan peradaban Islam yang ada. Landasan Peradaban Islam adalah Kebudayaan Islam,
terutama wujud idealnya. Jadi, Islam bukanlah kebudayaan akan tetapi dapat melahirkan
41
Basssam Tibu, Islam Budaya dan Perubahan Sosial, (Jakarta, Tiara Wacana,…..)….
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 38
kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka
Islam adalah realitas pewahyuan dari Tuhan.
Dengan mengambil tema Peradaban Islam bukan berarti masalah Kebudayaan
Islam menjadi tidak penting dalam studi Islam (Dirosah Islamiyyah). Masalah
Kebudayaan Islam penting sekali, karena ia merupakan landasannya. Oleh karenanya
mengkaji Peradaban Islam sama halnya juga mengakaji tentang Kebudayaan Islam.
Banyak penulis (Barat ataupun Timur) mengidentikkan antara Kebudayaan dan
Peradaban Islam dengan Kebudayaan dan Peradaban Arab. Pada masa klasik, pendapat
tersebut dapat dibenarkan, meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam berbeda. Pada
masa Klasik, pusat pemerintahan hanya satu (yaitu bangsa Arab) dan untuk beberapa
abad sangat kuat. Peran bangsa Arab sangat dominan, sehingga ungkapan budaya yang
ada semuanya diekspresikan melalui Bahasa Arab, pada akhirnya terwujud kesatuan
budaya Islam.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, muncullah periode pertengahan dan
periode modern, dimana bangsa non Arab mulai berpartisipasi dan membina suatu
kebudayaan dan peradaban. Walaupun pada masa tersebut ummat Islam masih
memandang wilayah kekuasaan Islam adalah sebagai tanah airnya. Agama Islam masih
dilihat sebagai tanah air dan kekuasaan.
Berpartisipasinya bangsa non Arab dalam membina kebudayaan dan peradaban,
bukan disebabkan karena terjadinya disintegrasi antara kekuatan politik Islam dengan
beberapa kerajaan di dalam wilayah yang sangat luas, akan tetapi karena ungkapan-
ungkapan kebudayaan dan peradaban tidak lagi diekspresikan melalui satu bangsa.
Bahasa administratif pemerintahan Islam mulai berbeda-beda, seperti Persia, Turki,
bahkan peran orang Arab sudah menurun. Tiga kerajaan besar Islam pada periode
pertengahan tidak satupun yang dikuasai oleh bangsa Arab. Apalagi Islam sangat toleran
memperlakukan kebudayaan masyarakat setempat. Sejauh tidak menyimpang dari
prinsipprinsip ajaran Islam yang telah ada.42
Orang Islam dalam proses menciptakan dan mengembangkan kebudayaan harus
42
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta;Rajagrafindo,1993):7
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 39
mampu mempelopori dan membimbing terwujudnya kebudayaan yang belandaskan
Islam. Memelihara dan mempertahankan kebudayaan yang sudah ada selama
menunjukkan nilai yang positif dan berguna bagi kehidupan manusia, membuang nilai-
nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam dan menggantikannya dengan yang baru
yang sesuai dengan ajaran Islam (al-muhafadzah ‘ala al-qadim as-shalih, wal akhdzu bil
jadid al–Ashlah).
Inilah nilai dasar yang cukup signifikan untuk dipedomani bagi seorang Muslim
dalam menyajikan seni qasidah yang menaruh simpatik terhadap kajian seni Islam.
Sejarah seni budaya Islam diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan kebudayaan
seni qasidah Islam dalam perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam mempunyai
berbagai macam pengertian lain diantaranya,
 Pertama: sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan
akal manusia menemukan tangga nada dan aransemen musik yang dapat
mencerahkan jiwa yang dihasilkan dalam satu periode Nabi Muhammad SAW
sampai perkembangan kekuasaan Islam sekarang.
 Kedua: sejarah peradaban seni qasidah Islam merupakan hasil-hasil yang dicapai
oleh umat Islam dalam seni suara, lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan
kesenian.
 Ketiga: sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan
Islam yang berperan melindungi pandangan hidup islam terutama dalam
hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, nyanyian dan kebiasaan
hidup masyarakat menggunakan seni qasidah adalah cerminan bahwa seni qasidah
ada dinamika dakwah untuk mencerahkan manusia lewat seni qasidah.
Mencermati seni qasidah perlu menggunakan paradigma sebagai insrumen untuk
memotret sebuah realitas. Studi analisis yang akan digunakan adalah teori Ervin Gopman
yang dikenal dengan teori dramaturgis. Menurut Ervin Gopman bahwa prilaku manusia
di panggung belakang dan di panggun depan sangat berbeda, menurut perspektif teori ini
manusia itu seperti orang munafik sangat berbeda tampilan depan dan tampilan dilubuk
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 40
hati yang sebenarnya.43
Teori dramaturgis inilah yang akan dijadikan alat analisis untuk
menganalisis fakta-fakta empiris yang tampak dalam prilaku semiman qasidah dan
penikmat seni. Melalui teori dramaturgis ini dapat diungkap keadaan sanggar sari el-
Muluk yang tampak di tengah masyarakat dalam menggerakkan seni qasidah di Maluku.
Selain itu seni qasidah sebagai dinamika dakwah dalam pagelaran seni qasidah
yang dilakukan Lembaga Seni Qasidah (LASQI) Provinsi Maluku menggelar berbagai
festival dan rapat kerja untuk meperbaiki cara pandang sebuah seni qasidah sebagai
media pencerahan spiritual dapat dijelaskan secara metodologis realitas aktivitas LAQSI
Provinsi Maluku sebagai praktisi seni dalam bentuk lembaga dan masyarakat Maluku
sebagai penikmat seni.
Menurut perspektif Marxian sebagai ahli sosiologi perubahan sosial
mengungkapkan bahwa perubahan tak terelakkan ketika ada kekuatan besar. Kekuatan
besar yang dimaksudkan di sini adalah kepentingan dalam sebuah organisasi. Menurut
Marxian setiap perubahan ada idiologi dan spirit laten yang menggerakkan sebuah
perubahan boleh jadi idiologi hedonisme, materialisme, dan kapitalisme.44
Dalam
paradigma dakwah Syekh Ali Mahfuz konsepnya adalah al-maslaha konsep ini
berpandangan bahwa setiap idiologi yang dianggap baik ketika idiologi itu memiliki
spirit rahmatalil’alamin yakni paradigma yang memiliki idiologi keselamatan secara
universal bagi seluruh umat manusia.45
Ini juga idiologi perubahan sosial.
43
Ervin Gopman, Dramatugis Communication diterjemahkan oleh Dedy Mulyana dengan Judul
Dramaturgi Komunikasi (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 554.
44
Marxian, Sosiologi perubahan Sosial Masyarakat (Cet. I; Yogyakata: Pustaka Pelajar, 2010), h.
213. Bandingkan dengan Pitor Stomka, Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. I; Jakarta: Prenada, 2001), h. 351.
45
Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h.
216.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 41
Ekspresi jejak perubahan seni qaidah inilah yang perlu di telaah secara metodologis
apakah sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Quran dan Sunnah atau peradaban seni budaya
Islam di Maluku telah terkontaminasi dengan peradaban moderen yang lebih
menonjolkan estetika tanpa menghiraukan pesan-pesan spirit pencerahan. Kajian ini
dieksplorasi dalam pembahasan selanjutnya ketika ingin mendapat petunjuk kondisi seni
qasidah di Maluku.
BAB III
DINAMIKA SENI QASIDAH DI KOTA AMBON
A. Dinamika Dakwah Dalam Seni Qasidah
Secara bahasa dinamika adalah semangat yang menggerakkan suatu benda.46
Sedangkan dakwah ajakan secara bijak kepada pencerahan manusia. Dari kedua kata ini
jika digabungkan menjadi dinamika dakwah yang bermakna pergerakan dakwah. Secara
pasti belum diketahui kapan dan tahun berapa pertama kali seni qasidah di Maluku serta
siapa tokoh utama dalam menggerakkan seni budaya qasidah di Maluku.
Dalam catatan sejarawan Maluku Saleh Putuhena mengungkapkan bahwa dinamika
dakwah dalam seni qasidah di Maluku berbaringan dengan datangnya para pencari
rempah-rempah yang datangan dari berbagai negara seperti dari Timur Tengah, Eropa
dan Asia Pasifik. Pelancong rempah-rempah ini datang di Maluku telah memiliki
peradaban seni budaya yang cukup tinggi sehingga mereka datang di Maluku bukan saja
mencari rempah-rempah tetapi menyebarkan seni budayanya sesuai tradisi dan ekspresi
seni yang dimiliki.47
Pesan-pesan agama ketika disampaikan dengan menggunakan lagu
qasidah akan lebih mudah diterima akrena banyak panca indra yang aktif saat menikmati
lagu qasidah.
Misalnya Islam dengan seni budaya Arab, Cina dengan Barongsainya, dan Eropa
dengan ekspresi kesesiannya yang kerap kali dinyanyikan saat mereka melakukan Ibadah.
46
Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. IV;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h.355
47
Saleh Putuhena, Makalah Ilmiah dipresentasikan di depan mahasiswa UIN Alauddin Makassar
2010.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 42
Imprealis dari berbagai negara inilah yang menanamkan pengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku.
Selain itu ekspresi seni qasidah Islam dan Kristen di Maluku menurut Ibnu Jarir
menduga juga bahwa seni budaya Islam di Maluku dipengaruhi oleh budaya-budaya lokal
yakni pengaruh seni budaya Jawa misalnya totobuang itu adalah bentuk kesenian di Jawa
kemudian dikembangan dan disesuaikan dengan kebudayaan di Maluku sehingga lahirlah
seni budaya totobuang. Dalam padangan Hamza Silawane sebagai praktisi seni bahwa
totobuang itu berasal dari nama bunyi dari jenis tipa masjid saat azan mau
dikumandangkan. Seni musik itu yakni tok-tok bum sehingga diberi nama totobuang.48
Dinamika dakwah dalam seni qasidah adalah salah satu pilihan cara berdakwah yang
memiliki komunitas sendiri dalam mencerahkan jiwa masyrakat di kota Ambon.
Pandangan ini relevan dengan paradigma Derida ahli linguistik bahasa yang dikutip
oleh Alex Sober mengungkapkan bahwa budaya yang kuat memiliki potensi besar
memengaruhi budaya yang lemah. Misalnya pengaruh bahasa jawa di Indonesia yang
ditayankan di media massa kerap kali turut membentuk satu budaya baru di Indonesia
karena lebih mendominasi konstruksi informasi di dunia publik.49
Realitas itu tampak dalam ekspresi seni budaya di Maluku terdiri dari pengaruh
Eropa, Cina, dan Timur Tengah. Misalnya toto buang, hadrat, syawat, dan dana-dana.
Perkembangan ini sejalan dengan dinamika ekpresi seni budaya Islam di Maluku
memengaruhi warna seni saat ini. Menurut Budayawan Maluku Nur Tawainella, Des
Alwi, dan Hamadi B. Husain mengungkapkan bahwa Corak seni budaya Islam di Maluku
dilatarbelakangi oleh dua budaya besar yakni budaya Timur Tengah dan budaya lokal
Provinsi Maluku. Kedua seni budaya ini berakulturasi dengan budaya lokal di Maluku
sehingga seni qasidah tumbuh dan berkembangan memembentuk genetic baru yang di
kenal Seni Budaya Islam al-Muluk (SBIM). Semesta seni budaya Islam di Maluku
bersumber dari seni qasidah kemudian berkembang sesuai kebutuhan masyarakat Maluku
48
Hamza Silawane, Praktisi Musik dan Ketua Sanggal Sari El-Muluk Provinsi Maluku, Wawancara
di Rumahnya di Keamatan Sirimau 3 Mei 2013.
49
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Cet. III; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. iii
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 43
ekspresi budaya dan kondisi spiritual masyarakat Maluku yang tumbuh dan berkembang
sesuai konteks budaya masing-masing.
Perkembangan seni budaya Islam di Maluku tahun 70-an menurut tokoh-tokoh dan
praktisi seni budaya Islam di Maluku seperti: K.H Ali Fauji, Soleman Drachman,
Abdurrahman Kho, Ajit Bin Taher, Abdullah Pattilow, Hadi Basalamah, dan H. R Sanusi,
Abdullah Hamid. Mochsen Bahawaeres, Sedangkan kalangan Ibu-Ibu menggerakkan
qasidah lewat majelis ta’lim ketka perayaan maulid Nabi Besar Muhammad saw.50
Dari tokoh dan ulama Maluku ini ada dua tokoh yang berbeda pendapat dalam
mendefinsikan dan menapsirkan seni qasidah. Terminologi qasidah menurut H.R.Sanusi
qasidah itu adalah lagu Arab,51
sedangkan Soleman Drachman seni qasidah adalah semua
jenis lagu yang mengandung pesan pencerahan dan perbaikan jiwa manusia itu adalah
qasidah.52
Perbedaan kedua tokoh dan ulama ini akibat dari adanya perbedaan rumusan
dan definisi tentang qasidah sehingga melahirkan pemahaman yang berbeda tentang seni
qasidah.
Realitas ini menunjukkan bahwa Dinamika dakwah dalam seni qasidah cukup
signifikan ketika ada perayaan Islam. Pertumbuhan dan Perkembangan seni budaya Islam
di Maluku sangat dipengaruhi oleh rawi-rawi dalam nada di Barzanji. Pemikiran ini
sejalan dengan pandangan Hamza Silawane dan Ibnu Jarir sebagai praktisi seni qasidah
mengungkapkan bahwa proses perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku diawali
dengan qasidah sebagai sumber mata air seni budaya seni budaya Islam. Qasidah itu
awalnya terdiri dari bacaan rawi barzanji kemudian menggunakan tifa, rebana, dan
gambus. Dari sinilah mulai seni qasidah itu tumbuh dan berkembang. Menurut Syarifudin
sebagai peneliti seni budaya Islam di Maluku bahwa pertumbuhan dan perkembangan
seni budaya Islam di Maluku khususnya Qasidah terdiri dari dua model antara lain;
50
Nur Tawainellah, Budayawan Maluku wawancara oleh penulis 23 Januari 2013 di Kementrian
Agama Balai Diklat Provinsi Maluku.
51
H.R. Sanusi, Imam Besar Masjid Al-Fatah Ambon Budayawan Maluku wawancara oleh penulis 23
Januari 2013 di Kementrian Agama Balai Diklat Provinsi Maluku.
52
Pensiunan Pegawai kementrian Agama Provinsi Maluku wawancara oleh penulis 23 Juli 2013 di
Rumahnya Jalan Permi Ambon Waihaong
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 44
1) Perkembangan secara parsial; yakni perkembangan Seni qasidah Islam yang
tumbuh jika ada momentum perayaan hari besar Islam. Ekspresi seni budaya Islam
tumbuh secara alami saat perayaan Islam tiba. Hal ini tampak saat usai Idul Fitri
lebaran tujuh hari di Desa Mamala Kabupaten Maluku, Abda’u di Desa Tulehu
pasca lebaran Idul Adha, Syawat, hadrat, Dana-dana, Bambu gila, Qasidah
moderen, qasidah klasik, dan Qasidah kolaborasi.
2) Perkembangan secara organisasi; Model perkembangan Seni Budaya Islam di
Maluku dalam bentuk sanggar-sanggar dari komunitas-komunitas musik pada tahuh
1980-an lahir dari komunitas Remaja masjid kemudian membuat sanggar sehingga
muncullah komunitas seni budaya dalam bentuk sanggar. Komunitas sanggar inilah
membentuk satu organisasi dengan nama-nama Sanggar seperti; Sanggar Mawar
Jingga, Sanggar Al-Amri, Mawar Jingga, Sanggar As-Syukur, dan Sanggar el-Sari
Muluk yang dibentuk oleh Ny. Retty Assegaf.
Realitas perkembangan Seni qasidah Islam di Maluku dalam perspektif Muhammad
Aji salah satu Kasubag bidang Kesra di pemerintah mengungkapkan bahwa
perkembangan seni budaya Islam di Maluku tumbuh dan berkembang sesuai momentum
secara alamiah seni budaya qasidah di Maluku belum maksimal dikelolah secara
profesional hal ini terjadi di komunitas Islam dan Kristen. Perkembangan dan
pertumbuhan ini juga menurut pandangan praktisi seni budaya Islam di Maluku yang
banyak menggerakkan dakwah Islam menggambarkan bahwa seni budaya Islam di
Maluku banyak tumbuh dan berkembang secara alamiah berdasarkan respon sosial. Seni
qasidah Islam di Maluku tumbuh berdasarkan kondisi kebatinan dan budaya masyarakat
Maluku saat momentum perayaan dan festival qasidah. Selain itu setiap bulan suci
ramadhan kerap kali dilakukan pertandingan lagu sahur oleh lembaga pemerintah dan
swasta.
Sampai saat ini pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku
belum maksimal dikembangkan sesuai konsep literasi tetapi lebih pada konsep non verbal
secara turun temurung dari warisan dari nenek moyang masyarakat Maluku. Seni budaya
Islam itu lahir secara spontan dari warisan orang tua yang memiliki genetik seni yang
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 45
tinggi sehingga perkembangan dan pertumbuhan seni budaya Islam lebih banyak
diwariskan dalam bentuk non verbal yang diwarsikan secara turun-temurung. Hal itu
tampak di Banda salah satu Kabupaten Maluku Tengah ada tarian nyiru gila, totobuang,
dana-dana, sawat, hadarat, cuci parigi, menggurebe belang(perahu), dan berkembang
menjadi seni qasidah klasik. Semua jenis qasidah ini turut mewarnai pergerakan dakwah
Islam di Maluku.
Seiring dengan perkembangan seni budaya Islam di Maluku Ibnu Jarir salah satu
vokalis qasidah terbaik di zamannya juga mengungkapkan bahwa seni qasidah di Maluku
lahir dari mata air barzanji kemudian didukung oleh instrumen tipa dan rebana sambil
bersalawat kepada Rasulullah saw. Memuji Rasulullah saw dengan menggunakan
instrumen rabana. Perkembangan ini sangat semarak pada saat perayaan hari kelahiran
Rasulullah saw di Maluku.
Istilah Rektor IAIN Ambon Habullah Toisuta ketika memberikan sambutan pada
acara perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw mengungkapkan bahwa saat perayaan
kelahiran Rasulullah saw ekspresi masyarakat Maluku khususnya majelis ta’lim seakan-
akan kota Ambon di bungkus dengan berbagai macam perayaan seni budaya Islam
melalui rawi barzanji dengan berbagai jenis lagu, instrumen nada, dan ekspresi seni
budaya Islam sesuai daerah masing-masing.53
Perbedaan nada dan instrumen dalam
mengekspresikan barzanji ini sebagai tanda bahwa Maluku sangat kaya dengan
paradigma seni budaya Islam. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika dakwah Islam di
Maluku cukup tinggi lewat qasidah.
Kekayaan seni budaya Islam di Maluku tampak saat raker dan pertandingan pada
even-even nasional baik kristen maupun muslim di Maluku selalu menjadi juara. Realitas
ini menunjukkan bahwa jika praktisi seni budaya Islam di Maluku menata sumber-sumber
seni budaya Islam dan kristen sesuai dengan standar profesionalisme maka tidak mustahil
Maluku menjadi standar seni qasidah terbaik di dunia. Sehingga dapat di gambarkan oleh
Syarifudin bahwa jika Sulawesi terkenal dengan aksara lontara, sastra terpanjang di
53
Sambutan Ketika Majelis Ta’lim Ibu Darmawanita IAIN Ambon memperingati hari kelahiran
Rasulullah saw. 2013 di rektorat IAIN Ambon.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 46
dunia, Jawa terkenal dengan naskah jawinya, wayang maka Maluku terkenal dengan seni
qasidahnya.
B. Lirik Seni Qasidah Mengandung Pesan Dakwah.
Salah satu jenis muzik qasidah dan sastera tertua dalam Islam di Maluku adalah
qasidah. Bahkan jika dikaji dari sejarahnya, nilai-nilai seni ini sudah ada sebelum
kedatangan Islam di Provinsi Maluku. Orang Arab yang terkenal memilik cita rasa tinggi
terhadap puisi dan syair memperkenalkan qasidah sebagai sarana dakwah salah satu
bentuk syair yang diagung-agungkan mereka. Sampai saat ini komunitas turunan Arab di
Maluku masih tampak saat perayaan maulid dengan gambus, marwas, dan jenis musik
laninnya. Dalam masyarakat Islam di Maluku, Qasidah adalah bait-bait syair (terdiri
daripada 6-10 bait) yang memuatkan puji-pujian dan penghormatan kepada Alllah dan
Rasul-Nya.
Ketika Islam datang Maluku, kandungan qasidah berisi puji-pujian kepada Nabi
Muhammad saw. Qasidah kemudiannya dilagukan dengan iringan muzik rebana. Qasidah
moden sering dipertandingkan oleh LASQI Provinsi Maluku yang memiliki lirik bahasa
Arab dan bahasa Indonesia. Qasidah sering dikaitkan dengan muzik Arab atau gambus
yang diiringi rebana atau alat muzik khas Arab lain.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan penerimaan orang Islam terhadap muzik,
qasidah turut mengalami modenisasi sehingga dikenal dengan qasidah moderen dan
qasidah klasik. Qasidah klasik adalah jenis qasidah yang memiliki personil 6-15 orang,
menggunakan rebana dan jenis muzik elektrik, sedangkan jjenis qasidah moderen
menggunakan fasilitas musik elektrik. Kedua jenis musik ini digunakan sebagai media
dakwah oleh komunitas muzik di Maluku.
Al- muhalhal bin rabiah al- tuglabi Para penulis sastera Arab berpendapat, orang
pertama yang mencipta qasidah ialah penyair Arab al- Muhalhal bin Rabiah al- Tuglabi
yang hidup beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad SAW lahir.54
Qasidah kemudian
mengalami perkembangan ketika para penyair pra- Islam terkenal seperti Umru al-Qais,
54
Oliver Leaman,an Introduction to classical Islamic philosophy ( Cambridge Universty Press,
2001), h. 201.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 47
Alqamah dan ubaid menulis syair-syair qasidah dan membacakannya di depan Kaabah.
Bahkan ada beberapa qasidah yang ditulis oleh Umru al- Qais yang menjadi sebahagian
daripada syair yang digantung di dinding Kaabah.
C. Rebana dan SDM Praktisi Seni Qasidah.
Pengertian rebana menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah gendang pipih
bundar yang dibuat dari tabung kayu pendek dan agak lebar ujungnya, pada salah satu
bagiannya diberi kulit.55
Fasilitas inilah yang digunakan untuk mengiringi shalawat dan
Barzanji. Biasanya lagu-lagu qasidah diiringi rebana dan tamborin. Rebana berfungsi
sebagai alat muzik yang mengiringi nyanyian lagu berlirik Islami berupa pujian terhadap
Allah swt dan Rasul-Nya. Sebagian besar kalangan praktisi qasidah di Maluku belum
memahami hakikat dan fungsi qasidah mereka sekedar bermain muzik tetapi pesan-pesan
ruhani belum diaktualisasikan seacra maksimal dalam prilaku kehidupan sehari-hari.
Dalam sejarah qasidah pelajaran yang didakwahkan oleh para ulama yang datang di
Maluku seperti Ibnu Batuta yang dikutip oleh Faisal bakti mengungkapkan bahwa
fungsinya adalah dakwah dan doa.56
Hal ini relevan dengan nama musik rebana. Rebana
berasal daripada kata rabbana, yang maksudnya wahai Tuhan kami (suatu doa atau pujian
terhadap Tuhan).
Qasidah mencapai kemuncaknya pada zaman Abbasiyah. Para penyair Islam
seperti al-Mutanabbi, tidak hanya mencipta syair qasidah, tetapi juga mengembangkan
ilmu yang menjadi kaedah penulisannya, yaitu 'ilm 'arud. Pada zaman Mamluk, qasidah
mendapat perhatian bersungguh-sungguh. Al-Busyiri, seorang penyair, mengarang
himpunan qasidah yang dikenali dengan qasidah Burdah. Qasidah ini memuatkan pujian
kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan syair lagu Qasidah berzanji yang kini popular
di kalangan masyarakat di Indonesia dan Malaysia, banyak dipengaruhi oleh buku
karangan al-Busyiri.
55
Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( Cet. IV;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h . 1275.
56
Andi Faisal Bhakti, Nation and Bilding Ulama Nusantara (Cet. II; Bandung: Teraju, 2010), h. 34.
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah
Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

More Related Content

Similar to Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

Tugas makalah (wawasan nusantara) harits
Tugas makalah (wawasan nusantara) haritsTugas makalah (wawasan nusantara) harits
Tugas makalah (wawasan nusantara) haritsRietz Wiguna
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin Amq
 
Ambon-1 Syarifudin, qasidah 2013
Ambon-1 Syarifudin, qasidah 2013Ambon-1 Syarifudin, qasidah 2013
Ambon-1 Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin Amq
 
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...Tri Adnyana
 
Budaya etnik madura penetrasi budaya global
Budaya etnik madura penetrasi budaya globalBudaya etnik madura penetrasi budaya global
Budaya etnik madura penetrasi budaya globalSyaf Anton
 
Sejarah Tradisi Islam Nusantara
Sejarah Tradisi Islam NusantaraSejarah Tradisi Islam Nusantara
Sejarah Tradisi Islam NusantaraBaitinnajmah
 
Muhammadiyah dan seni budaya tradidional
Muhammadiyah dan seni budaya tradidionalMuhammadiyah dan seni budaya tradidional
Muhammadiyah dan seni budaya tradidionalJohn Jelly
 
Kraf Ukiran
Kraf UkiranKraf Ukiran
Kraf Ukiranlouisia
 
Presentation Pengajian Islam Baru
Presentation Pengajian Islam BaruPresentation Pengajian Islam Baru
Presentation Pengajian Islam Barumus_bmi
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin Amq
 
Kebudayaan dan kepribadian
Kebudayaan dan kepribadianKebudayaan dan kepribadian
Kebudayaan dan kepribadiandaddhy04
 
Kebudayaan dan Kepribadian
Kebudayaan dan KepribadianKebudayaan dan Kepribadian
Kebudayaan dan Kepribadiandaddhy04
 
Paradigma kerakyatan Sinrilik I Manakkuk di Tanah Lakbakkang
Paradigma kerakyatan Sinrilik I Manakkuk di Tanah LakbakkangParadigma kerakyatan Sinrilik I Manakkuk di Tanah Lakbakkang
Paradigma kerakyatan Sinrilik I Manakkuk di Tanah LakbakkangNursabilah Sehun
 
Fungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragaman
Fungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragamanFungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragaman
Fungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragamanHarry Bagiada
 

Similar to Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah (20)

Tugas makalah (wawasan nusantara) harits
Tugas makalah (wawasan nusantara) haritsTugas makalah (wawasan nusantara) harits
Tugas makalah (wawasan nusantara) harits
 
Papaer k pop
Papaer k popPapaer k pop
Papaer k pop
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013
 
Ambon-1 Syarifudin, qasidah 2013
Ambon-1 Syarifudin, qasidah 2013Ambon-1 Syarifudin, qasidah 2013
Ambon-1 Syarifudin, qasidah 2013
 
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
 
Budaya etnik madura penetrasi budaya global
Budaya etnik madura penetrasi budaya globalBudaya etnik madura penetrasi budaya global
Budaya etnik madura penetrasi budaya global
 
Makalah kesenian
Makalah kesenianMakalah kesenian
Makalah kesenian
 
Sejarah Tradisi Islam Nusantara
Sejarah Tradisi Islam NusantaraSejarah Tradisi Islam Nusantara
Sejarah Tradisi Islam Nusantara
 
Muhammadiyah dan seni budaya tradidional
Muhammadiyah dan seni budaya tradidionalMuhammadiyah dan seni budaya tradidional
Muhammadiyah dan seni budaya tradidional
 
327226832.pdf
327226832.pdf327226832.pdf
327226832.pdf
 
Kraf Ukiran
Kraf UkiranKraf Ukiran
Kraf Ukiran
 
Kraf
KrafKraf
Kraf
 
Presentation Pengajian Islam Baru
Presentation Pengajian Islam BaruPresentation Pengajian Islam Baru
Presentation Pengajian Islam Baru
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013
 
Kebudayaan dan kepribadian
Kebudayaan dan kepribadianKebudayaan dan kepribadian
Kebudayaan dan kepribadian
 
Kebudayaan dan Kepribadian
Kebudayaan dan KepribadianKebudayaan dan Kepribadian
Kebudayaan dan Kepribadian
 
04 bab i
04 bab i04 bab i
04 bab i
 
Paradigma kerakyatan Sinrilik I Manakkuk di Tanah Lakbakkang
Paradigma kerakyatan Sinrilik I Manakkuk di Tanah LakbakkangParadigma kerakyatan Sinrilik I Manakkuk di Tanah Lakbakkang
Paradigma kerakyatan Sinrilik I Manakkuk di Tanah Lakbakkang
 
SBK%20KELOMPOK%202.pptx
SBK%20KELOMPOK%202.pptxSBK%20KELOMPOK%202.pptx
SBK%20KELOMPOK%202.pptx
 
Fungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragaman
Fungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragamanFungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragaman
Fungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragaman
 

More from Syarifudin Amq

Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin Amq
 
Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin Amq
 
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin Amq
 
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin Amq
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin Amq
 
Syarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin Amq
 
Syarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin Amq
 
Syarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin Amq
 
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin Amq
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin Amq
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin Amq
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin Amq
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)Syarifudin Amq
 

More from Syarifudin Amq (20)

Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasi
 
Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.
 
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
 
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
 
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
 
Syarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain cover
 
Syarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwah
 
Syarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan media
 
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
 
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
 
Syarifudin,zakat
Syarifudin,zakatSyarifudin,zakat
Syarifudin,zakat
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
 
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)
 

Syarifudin ambon, dinamika dakwah dalam seni qasidah

  • 1. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 0
  • 2. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................................................................... Transliterasi.................................................................................................................... Lampiran DAFTAR ISI ..............................................................................................................vii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1 A. Latar belakang....................................................................................... 1 B. Indentifikasi Seni Budaya Islam........................................................... 7 C. Rumusan.............................................................................................. 13 D. Definisi Operasional ............................................................................... E. Metode Penelitian................................................................................... 1. Observasi ............................................................................................ 2. Instrumen Penelitian .......................................................................... 3. Penentuan Narasumber Ahli dan Narasumber Kunci ........................ 4. Wawancara .....................................................................................70 5. Dokumentasi...................................................................................71 6. Analisis Data...................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 16 A. Seni Budaya Isam ............................................................................... 16 B. Pertumbuhan Seni Qasidah................................................................. 21 C. Perkembangan Seni Qasidah .............................................................. 25 D. Masa Keemasan Seni Qasidah................................................................ E. Keruntuhan Seni Qasidah ....................................................................... BAB III DINAMIKA SENI QASIDAH DI KOTA AMBON ................................ 62 A. Dinamika Dakwah Dalam Seni Qasidah .............................................. B. Seni Qasidah Mengandung Pesan Dakwah............................................. C. Rebbana dan SDM Praktisi Qasidah....................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................................74 A. Profil Lokasi Penelitian ......................................................................74 B. Dinamika Dakwah dalam Pagelaran Seni Qasidah ............................74 C. Peran Seni Qasidah Dalam menggerakkan dakwah................................ 1. Spirit Maulid Nabi Muhammad.....................................................74
  • 3. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 2 2. Acara Suguhan Seni ......................................................................89 3. Konsep Pagelaran ...........................................................................91 4. Nilai Dakwah yang akan disampaikan.........................................103 BAB V PENUTUP ...................................................................................................105 A. Kesimpulan .......................................................................................105 B. Saran..................................................................................................105 C. Rekomendasi.....................................................................................106 D. Daftar Pustaka................................................................................... 107 E. Lampiran ........................................................................................... 109
  • 4. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika dakwah dalam seni qasidah jika dicermati secara serius ada persoalan akademik yang perlu ditelah secara metodologis untuk menjelaskan apa peran seni qasidah dalam menggerakkan dakwah. Ketika memperhatikan secara sistematis seni qasidah ini memiliki muatan Islami yang cukup signifikan dalam menggerakkan dan mengajak masyarakat ketika pentas seni digelar. Kekuatan ini perlu dicermati apa motivasi sebagian masyarakat sehingga, pentas seni qasidah menjadi media yang menarik perhatian mereka. Inilah yang akan dieskplorasi dalam kajian ini untuk mendapatkan petunjuk bahwa peran seni budaya Islam khususnya seni qasidah memiliki potensi signifikan dalam menyampaikan dan menyebarkan pesan-pesan dakwah yang efektif mencerahkan masyarakat di Maluku. Gambaran kondisi seni qasidah Islam di Provinsi Maluku sangat bervariasi. Jenis seni budaya Islam di Maluku yang sering dipentaskan dalam seni budaya Islam adalah seni budaya sendratari, barzanji, abdau, qasidah, syawat, samra, hadrat, pukul sapu dan gambus.1 Semua jenis seni budaya Islam termasuk qasidah menjadi pilihan masyarakat ketika perayaan hari besar Islam, agenda politik partai tertentu, dan pagelaran seni budaya Islam dipentaskan. Keadaan komunitas praktisi seni qasidah ini dalam struktur masyarakat sebagai jasa untuk mengumpulkan massa dalam acara tertentu, sehingga perannya sebagai pencerah lewat lirik lagunya kadang kurang menjadi perhatian, tetapi mereka lebih mementinkan keindahan cara bernyanyi, main muzik, dan penikmatnya kurang memahami tujuan syair dari setiap lagu yang dinyanyikan. Tujuan masyarakat Maluku dalam memahami seni juga sangat bervariasi sehingga sampai saat ini menjadi pertanyaan apakah seni qasidah itu sebagai media dakwah atau ia sekedar pentas musik biasa di tengah masyarakat. 1 Hamja Silawane Praktisi Seni Lagu, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 20 Januari 2013.
  • 5. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 4 Realitas ini akibat perubahn sosial dan dominasi imprealisme seni budaya global. Dalam perspektif sosiologi Talcoot Parson bahwa struktur setiap masyarakat memiliki prilaku yang berbeda-beda, dan memiliki keyakinan tersendiri dalam mencapai tujuannya.2 Komunitas seniman adalah bagian dari sistem dalam interaksi sosial, praktisi seni memiliki pencitraan tersendiri di tengah masyarakat kerena keahliannya menyuguhkan nyanyian qasidahsebagai bentuk kesenangan tersendiri bagi masyarakat.3 Fokus kajian ini pada seni qasidah di sanggar sari el-Muluk yang sering dipentaskan di Maluku. Kajian ini akan menelaah secara sistematis apakah dinamika seni qasidah memiliki peran strategis dalam menggerakkan dakwah di Maluku, atau sekedar nyanyaian biasa yang tidak memiliki peran pencerahan di tengah masyarakat. Disebut seni budaya Islam bagi masyarakat Maluku karena seni qasidah memiliki syair bernuansa Islami, busana muslim, dan aransemen musiknya semua bernuansa Islami. Peran seni qasidah inilah yang akan ditelaah secara metodologis dan sistematis di tengah masyarakat Maluku bagaimana seni qasidah memiliki peran dalam sistem sosial dalam menggerakkan dakwah di Maluku? Ketika memperhatikan secara serius pertumbuhan dan perkembangan seni qasidah di Maluku ternyata seni qasidah mengalami tantangan yang cukup berat dan cenderung bisa punah karena didominasi oleh imprealisme budaya global yang menyuguhkan prilaku hedonisme, materialisme, dan kapitalisme. Realitas ini mulai berubah sejak listrik masuk desa sehingga peran-peran seni qasidah mulai kurang berkembang dan masyarakat mulai banyak pilihan lewat suguhan seni di televisi, radio, handphone, dan internet. Ketika teknologi komunikasi masuk Desa maka pintu-pintu panca indra masyarakat mulai terbuka dan bebas mengakses berbagai macam produk seni budaya dari peradaban budaya global. Keadaan ini membuat prilaku masyarakat bergaya westernisasi akibat lemahnya ketahanan seni budaya masyarakat di Maluku, sehingga cenderung lebih banyak mengadopsi seni budaya barat dan melupakan seni budaya qasidah sebagai seni yang Islami mulai terpinggirkan secara sistematis oleh dominasi budaya global. 2 Talcott Parson, Interactional System Community (London, Sage Press, 2008), h. 77. 3 Suf Kasman, Pencitaraan Media Harian Kompas dan Harian Republika dalam konflik Kerusuhan di Maluku (Cet. I; Jakarta: Balai Litbang Kementrian Agama RI, 2012), h. 32.
  • 6. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 5 Sampai saat ini kondisi sosial masyarakat Maluku masih di dominasi oleh imprealisme budaya global, kenyataan ini membuktikan bahwa seni qasidah terpinggirkan secara sistematis. Komunitas praktisi seni qasidah sebagai bagian dari struktur masyarakat di Maluku digunakan jasanya ketika ada agenda politik oleh partai tertentu untuk menarik simpati masyarakat. Keadaan ini menunjukkan bahwa jasa praktisi seni qasidah mulai disalahgunakan oleh komunitas sosial tertentu karena komunitas seni qasidah sudah bergeser dari fungsinya spiritualnya sebagai pencerah tetapi ia sekedar pengisi acara bagi struktur sosial yang lain. Sebagian para ahli sosial menggambarkan bahwa inilah cara pandang yang dapat merusak struktur sosial masyarakat ketika spirit sosial saling bertolakbelakang ia tidak sinergis. Keadaan ini bertambah parah ketika hadirnya idiologi hedonisme, materialisme, dan kapitalisme. Cara pandang masyarakat dalam memahami qasidah-pun mulai berubah. Sebagai perbandingan pada masa lalu qasidah sebagai media dakwah sekarang ini berubah menjadi pemuas hedonisme. Ketika cara pandang masyarakat dalam menikmati seni qasidah berubah menjadi hiburan belaka maka seni qasidah mulai bergeser menjadi budaya hedonisme ia bukan lagi media dakwah tetapi berpindah menjadi media politik semata. Untuk membuktikan pernyataan tersebut apakah seni qasidah digerakkan oleh kepentingan politik atau kepentingan agama? Realitas ini sangat menarik untuk dikaji dengan menggunakan teori Ervin Gopman yang dikenal dengan teori dramaturgis. Menurut Ervin Gopman bahwa prilaku manusia di panggung belakang dan di panggun depan sangat berbeda, menurut perspektif teori ini manusia itu seperti orang munafik sangat berbeda tampilan depan dan tampilan dilubuk hati yang sebenarnya.4 Teori dramaturgis inilah yang akan dijadikan alat analisis untuk memandu penelitian ini dalam mengungkap fakta-fakta yang tampak di tengah masyarakat sebagai penikmati seni dan praktisi seni qasidah di Maluku. 4 Ervin Gopman, Dramatugis Communication diterjemahkan oleh Dedy Mulyana dengan Judul Dramaturgi Komunikasi (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 554.
  • 7. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 6 Selain itu seni qasidah mulai bergeser fungsinya sekedar mengumbar syahwat kesenangan, keteraturan syair, mengumbar prilaku materialisme yang berlebihan lewat busana mahal, dan penggunaan alat muzik yang canggih tetapi kering dengan nilai-nilai pencerahan. Dinamika dakwah dalam pagelaran seni qasidah yang dilakukan Lembaga Seni Qasidah (LASQI) Provinsi Maluku menggelar berbagai festival dan rapat kerja untuk meperbaiki cara pandang sebuah seni qasidah sebagai media pencerahan spiritual karena pergeseran cara pandang tentang seni mulai bergeser. Pergeseran ini dalam perspektif Marxian sebagai ahli sosiologi perubahan mengungkapkan bahwa perubahan tak terelakkan ketika ada kekuatan besar yang akan merubah paradigma lama menjadi paradigma baru. Menurut Marxian setiap perubahan ada idiologi dan spirit laten yang menggerakkan sebuah perubahan boleh jadi idiologi hedonisme, materialisme, dan kapitalisme.5 Dalam paradigma dakwah Syekh Ali Mahfuz konsepnya adalah al-maslaha konsep ini berpandangan bahwa setiap idiologi yang dianggap baik ketika idiologi itu memiliki spirit rahmatalil’alamin yakni paradigma yang memiliki idiologi keselamatan secara universal bagi seluruh umat manusia.6 Ini juga idiologi perubahan sosial. Ekspresi jejak perubahan seni qaidah inilah yang perlu di telaah secara metodologis apakah sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Quran dan Sunnah atau peradaban seni budaya Islam di Maluku telah terkontaminasi dengan peradaban moderen yang lebih menonjolkan estetika tanpa menghiraukan pesan-pesan spirit pencerahan. Kajian ini dieksplorasi dalam pembahasan selanjutnya ketika ingin mendapat petunjuk kondisi seni qasidah di Maluku. 5 Marxian, Sosiologi perubahan Sosial Masyarakat (Cet. I; Yogyakata: Pustaka Pelajar, 2010), h. 213. Bandingkan dengan Pitor Stomka, Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. I; Jakarta: Prenada, 2001), h. 351. 6 Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h. 216.
  • 8. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 7 B. Masalah Penelitian Dari perjalanan sejarah kemanusiaan dalam dunia seni budaya Islam tidak semua dibahas dalam kajian ini, karena pertimbangan waktu dan keterbatasan pembiayaan sehingga akan merumuskan beberapa tema yang menjadi konsentrasi penelitian antara lain adalah: 1. Bagaimana dinamika dakwah dalam seni qasidah Islam di kota Ambon. 2. Bagaimana peran seni qasidah Islam dalam menggerakkan dakwah di kota Ambon. C. Definis Operasional dan ruang lingkup kajian. Terminologi Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari,7 lukisan, ukiran; bangunan seni tentang keindahan dalam membuat bangunan; belanja seni cara berbelanja; budaya perihal kesenian dan kebudayaan; lukis seni mengenai gambar-menggambar dan lukis-melukis; pahat seni mengenai pahat- memahat (membuat patung dsb); seni ukir; rupa seni pahat dan seni lukis; sastra seni mengenai karang-mengarang (prosa dan puisi); suara seni olah suara atau bunyi (nyanyian, musik, dsb); tari seni mengenai tari-menari (gerak-gerik yang berirama); berseni mempunyai rasa seni; mengandung nilai pengabdian pada Tuhan.8 Seni yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah; keindahan ekspresi nilai kearifan dalam menggunakan peralatan musik dan melantunkan lagu yang berisi pujian pada Rasulullah saw dalam perayaan maulid Nabi Besar Muhammad saw. Unsusr-unsurnya yang terdiri dari peralatan musik, penyanyi, dan materi puji-pujian Rasulullah saw. Ekspresi jejak Seni budaya Islam di Maluku yang dimaksudkan dalam judul ini adalah; Ekspresi kejiawaan manusia yang diaktualisasikan dalam nyanyian (qasidah) dalam memainkan, melagukan, dan mengekspresikan kecintaanya pada Rasulullah saw khususnya saat melakukan perayaan hari besar Islam. Hal inilah yang akan dieksplorasi di 7 Ibid. 8 Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Bahasa, 2009), h. 1414.
  • 9. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 8 kalangan praktisi seni budaya Islam di Maluku yang dianggap memahami seni budaya Islam di Maluku khususnya seni qasidah.9 D. Tujuan dan Kegunaan a. Tujuan 1. Untuk mengungkap kapan seni budaya Islam khususnya dinamika dakwah dalam seni qasidah di Maluku, dan bagaimana perkembangan seni budaya Islam di Maluku. 2. Untuk mengetahui siapa motor penggerak dinamika dakwah dalam seni qasidah yang sering mengajarkan seni budaya Islam di pelataran Jeziratul Muluk sehingga gelombang realitasnya tertanam dalam mencetak ekspresi seni qasida di tengah masyarakat. b. Kegunaan 1. Secara metodologis berguna bagi ilmuan dan praktisi seni budaya Islam bagi pengembangan dan pertumbuhan seni budaya Islam melalui kajian seni budaya Islam dan pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku. Berguna bagi generasi muda agar warisan seni budaya Islam melalui tokoh- tokoh sebagai motor penggerak yang sering mengajarkan seni budaya Islam di pelataran Jeziratul Muluk. 2. Memberikan pemahaman kepada ilmuan dan praktisi seni budaya Islam dan praktisi untuk mengetahui asimilasi seni budaya dinamika dakwah dalam seni qasidah Islam sebagai model pengembangan dakwah dalam perspektif seni budaya Islam di Maluku. E. Signifikansi Penelitian 1. Jika penelitian ini dapat dilakukan maka akan memberikan gambaran seni budaya Islam di Maluku yang selama ini tersebar tetapi belum didokumentasikan dalam bentuk buku. Jika kekayaan khazanah intelektual seni budaya Islam di Maluku 9 Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Bahasa, 2009), h. 624.
  • 10. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 9 dapat di buat database-nya maka LASQI mendapatkan banyak informasi tentang tentang seni budaya Islam di Provinsi Maluku. 2. Penelitian ini akan memberikan dan mendapatkan khazanah keilmuan dalam bidang dakwah dalam tinjauan seni budaya Islam yang selama ini belum di bukukan dalam satu paradigma keilmuan sehingga tim LASQI berusaha menata, mengolah, dan mendokumentasikan dokumen-dokumen seni budaya Islam yang tercecer di Provinsi Maluku yang dikenal dengan seribu pulau. 3. Masyarakat Maluku khususnya kalangan akademik, praktisi, budayawan, seniman, mengetahui gelombang perkembangan seni budaya Islam di maluku. Selain itu mengetahui seni budaya yang telah berakulturasi dengan peradaban budaya global baik yang ada di Timur Tengah dan Eropa yang telah lama bercocok tanah di Provinsi Maluku. Selain LASQI Mendapat referensi yang akurat tentang mata air seni budaya Islam di Maluku dan perkembangannya di tengah masyarakat. F. Kajian Riset Sebelumnya Menurut Direktur PT. Dian Pertiwi yang berlokasi di jalan Diponegoro bahwa referensi lima tahun terakhir tentang Buku dan tema seni budaya Islam di Maluku secara faktual belum pernah dibukukan.10 Kenyataan ini terbukti tidak ada buku yang dijual bertemakan seni buaya Islam di Maluku. Referensi dalam riset penelitian yang pernah dilakukan dikemukakan dalam penelitian para ahli seni budaya Islam di Indonesia dapat digambarkan untuk menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan penelitian tentang seni budaya Islam dalam perspektif dakwah. Kajian seni budaya Islam khususnya qasidah dalam perspektif dakwah agar tidak tumpang tindih dalam riset ini perlu dijelaskan kajian sebelumnya sehingga paradigma penelitian ini dapat dicermati secara sistematis berdasarkan tahun penelitian yang penulis dapatkan naskah akademiknya. 1. Pada tahun 2001,Yakob Sumarjo, Filsafat Seni ia menemukan bahwa seni itu adalah realitas kelembutan manusia yang tergambar dalam ekspresi prilakunya. 10 The Liang Gie, Filsafat Seni: Sebuah Pengantar (Cet. II; Bandung, Teraju, 2005), h. 88.
  • 11. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 10 2. Pada tahun 2002, Zainal Arifin Toha menelaah Eksetisme Seni Budaya Islam, yang diteliti pada Pesantren. Ia menemukan bahwa khazanah peradaban seni budaya Islam di serambi pesantren memiliki paradigma tersendiri dalam menapsirkan seni qasidah. 3. Pada tahun 2004, Oliver Leman meneliti Estetika Islam: Menapsir Seni dan keindahan, diterbitkan oleh Mizan. Temuan Oliver Leman yang didapatkan bahwa seni itu adalah ekspresi seni Qasidah itu adalh cerminan jiwa yang di visualisasikan lewat nyanyian, tulisan, dan panca indra manusia yang dibantu oleh intrumen alam. 4. Pada tahun 2005; Agus Setiawan Konsep Seni Islam Syekh Hossein Nasr. Pokok masalahnya menelaah signifikangsi antara seni dan Spiritualitas di Dunia Moderen. 5. Pada tahun 2006; The Liang Gie, Filsafat Seni: Sebuah Pengantar Menelaah eksistensi seni sebagai sebuah keindahan. 6. Pada Tahun 2007 W.M. Abdul Hadi, Seni Islam dan Akar-akar estetikanya.ia menapsir seni keindahan karya Oliver Leman terjemahan Irfan Abu Bakar, ia menemukan bahwa seni itu adalah ketakjuban pada Pencipta alam semesta. 7. Pada Tahun 2007, Agus Setiawan menelaah pemikiran seni Islam Syekh Hossein Nasr meneliti peran seni dan spiritualitas Islam. Temuan Syekh Hossein Nasr mengungkapkan bahwa seni itu adalah ekspresi seni budaya untuk melahirkan ketakjuban pada Allah swt dan Rasulnya. Dari penelitian sebelumnya yang ditemukan oleh para ahli seni budaya Islam kajian yang diangkat belum pernah dikaji secara ilmiah khususnya judul yang diangkat dengan judul Dinamika Dakwah Dalam Seni Qasidah (Studi Kasus pada Sanggar Sari el-Muluk Provinsi Maluku). Karena kajian tentangnya dianggap baru dan belum pernah dikaji maka penulis tertarik untuk menelaah secara ilmiah untuk memberikan kontribusi dalam memperkayah khazanah keilmuan dakwah dan komunikasi. Selain itu memberikan informasi bagi praktisi dan akademisi bahwa peran Seni Qasidah memiliki peran signifikan dalam menggerakkan dakwah di tengah masyarakat Maluku.
  • 12. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 11 F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif.11 Deskriptif kualitatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah menggambarkan data-data yang didapatkan dilapangan dengan merujuk pada kualitas data yang memiliki validitas yang tinggi dengan dengan memilih narasumber yang dianggap memiliki kompetensi. Ciri dari penelitian kualitatif lebih menekankan pada kulitas data dibanding banyaknya data. Penelitian ini akan menelaah fenomena seni qasidah sebagai ekspresi budaya Islam di kota Ambon untuk mendapatkan suatu model cara pandang untuk meningkatkan mutu pemahaman seni qasidah dan perkembangan seni budaya Islam di kota Ambon. 2. Lokasi Penelitian. Penelitian ini berlokasi di kota Ambon, salah satu argumentasi kota Ambon menjadi lokasi penelitian karena kota Ambon memiliki banyka sanggar seni qasidah yang memiliki peran besar dalam menggerakkan seni budaya Islam di kota Ambon. Dengan menentukan serta menetapkan lokasi penelitian Menurut S. Nasution bahwa tiga unsur dalam penelitian antara lain penetuan lokasi.12 Syarat yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara lain adalah: menetapkan lokasi, tempat, pelaku, dan aktifitas kegiatan. 3. Metode Pendekatan. Seperti telah diuraikan pada tujuan penelitian, pendekatan dakwah dan komunikasi melalui paradigma dakwah dalam paradigmanya tentang dinamika dakwah dalam seni qasidah oleh Syekh Hossein Nasr. Pendekatan ini sangat menaruh perhatian pada dinamika dakwah dalam seni qasidah.13 Secara ontologis paradigma Densin berpandangan bahwa realitas yang diamati adalah realitas semu yakni realitas yang telah 11 Kenyataan yang ada tentang berita politik yang ada pada Koran. Depatermen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Bahasa, 2008), h. 1724. 12 S. Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Cet. I; Bandung: Tarsito, 1996), h. 43. 13 Lihat Guba dan Licon dikutif dalam Ibnu Ahmad, Konstruksi Realitas Pembelajaran Entrepreneurship: (Cet. I; Jakarta Granit, 2004,), h. 42.
  • 13. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 12 dibentuk dan dipengaruhi oleh berbagai budaya, dan memiliki metadata yang tersimpan dalam alam bawa sadar manusia.14 Hal ini disebut Ervin Govman sebagai komunikasi dramaturgi yang akan menelaah apakah tampilan depan dan tampilan belakang sesuai atau bertentangan dalam ekspresi seni qasidah atau sebaliknya. 4. Sumber Data. Sumber data dalam kajian ini menggunakan paradigma Densin bahwa setiap data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari pelakon utama dan data sekunder adalah data yang didapatkan pada pelakon kedua yang memberikan informasi.15 Sumber data akan di dapatkan pada praktisi seni budaya Islam dan naskah-naskah. Menelaah secara sistematis metode pembelajaran pada praktisi seni budaya Islam khususnya seni qasidah di kota Ambon. 5. Teknik Pengumpulan data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan meode Densin dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, dokumentasi.16 Menurut Densin bahwa teknik mengumpulkan data penelitian harus reliable dan valid dapat dilakukan dengan cara triangulasi(metode konfirmasi). Triangulasi yang dimakasudkan adalah melakukan konfirnasi setiap data yang didapatkan pada narasumber ahli, dan narasumber kunci. Instrumen pengumpulan data digambarkan dalam table berikut ini; 14 Norman K. Densin dan Yvonnaa S. Licoln, The Handbook of Qalitative Reseacrh diterjemahkan oleh Dariyanto (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 194. 15 Norman K. Densin dan Yvonnaa S. Licoln, The Handbook of Qalitative Reseacrh diterjemahkan oleh Dariyanto (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. h. 45 16 Barr Scates, The Methodology of Educational Research Media Massa (New York: Apleton Century-Grofts, Inc,. 1936), 404-406 lihat juga dalam Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Cet. XXVII; Yogyakarta: Andi Offcet, 2022), h.137.
  • 14. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 13 Instrumen Penelitian Seni Budaya Islam Narasumber Notes, Pulpen, LASQI (Lembaga Seni Qasidah Islam) dan Sanggar Sari El-Muluk: 1. M. Aji Muhammad 2. Hasan Karim 3. Gatot 4. Aba Camcorder Praktisi Seni Budaya Islam: 1. Saliem hondua 2. Jefri Banama 3. Hamza Silawane 4. Ibnu Jarir Handphone Cross Iped, Timer, Notebook Tokoh Seni Budaya Islam Di Maluku: 1. Nur Tawainellah 2. Soleman Rachman 3. H.R. H. Sanusi 4. Abdullah Pattilow 5. Ajid Bin Taher 6. Abidin Wakano Tokoh Seniman Kristen: 1. Max Tamaela Seniman Akademisi 1. Penikmat Seni (Masyarakat) - Taufik Kamarullah - Ismail Kaliky, M.H 2. Tokoh Agama, - Hadi Basalamah - Soleman Rachman - H.R. H. Sanusi 3. Pemudah: - Gabir, - Husen - Fahrul Sanusi 4. Tokoh Masyarakat: - Ketua RT/RW/Camat 5. Partai Politik - Syahril Rumluan 6. Industri Musik: - Jefri - Salim
  • 15. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 14 6. Teknik Pengolahan dan Analisis data Teknik analisis dan interpretasi yang digunakan adalah teori Haberman dan Miles dikutip oleh Bungin.17 Setelah itu dianalisis menggunakan teori Vredenberg yang berhubungan dengan pesan syair yang dilantunkan baik secara verbal maupun non verbal.18 Komponen yang akan dianalisis dalam kajian ini adalah pesan-pesan dakwah dalam lirik lagu qasidah. Setelah itu data diolah disajikan, koleksi data, verifikasi data, dan mengambil kesimpulan. 17 Burhan Bungin, Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filisofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi (Cet. III; Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 205. 18 Nyoman Kutha Ratna, SU, Teori Metode dan Teknik penelitian Sastra: Dari Strukturalisme Menuju Postrukturalisme (Cet. X; Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012), h. 48.
  • 16. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab dua ini akan menyajikan kajian pustaka tentang seni qasidah sebagai bentuk seni budaya Islam. Bab ini sebagai landasan akademis untuk memotret dinamika dakwah dalam seni qasidah di Sanggar Sari el-Muluk di kota Ambon. Pada bab ini akan mengekplorasi teori dakwah dan komunikasi sebagai rujukan untuk memahami realitas pertumbuhan seni qasidah di kota Ambon. Tujuan dan fungsi eksplorasi teori pada bab dua ini untuk memberikan gambaran temuan para ahli dalam memahami, menjelaskan secara metodologis, sistematis dinamika dakwah dalam seni qasidah di kota Ambon. A. Pengertian Seni Qasidah Pengertian seni terbagi menjadi dua kategoti. Kategori pengertian seni secara bahasa dan istilah. Definisi Seni menurut Al-Quran dalam kajian Quraish Shihab adalah Ekspresi Ruh dan Budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan.19 Menurut Ensiklopedia Indonesia yaitu penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama).20 Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari, lukisan, dan ukiran.21 Estetika adalah seni halus (fine art) yang meliputi seni lukis, pahat, bina tari, musik, pentas, film, dan kesusasteraan. Pengertian halus di sini karena ia mewujūdkan melalui perasaan) yaitu seni musik, seni suara, dan seni tari (Seri buku 19 Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet. III; Bandung: Mizan, 2008), h.508 20 Depatermen Pendidikan dan kebudayaan Ensiklopedi Indonesia (PT. Ikhtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta: Jilid V), h. 3080 dan 3081 21 Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. IV; Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h.1414
  • 17. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 16 berikutnya Insya’ Allāh akan dibahas masalah seni panggung yang berupa sandiwara, tonil, opera, pantom, teather, selain juga akan dibahas pada seri-seri berikutnya berupa seni pahat, seni halus, dan seterusnya.22 Seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantara alat komunikasi ke dalam bentuk aransemen musik dan tangga nada tertentu yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran, dan pengelihatan untuk mencerahkan jiwa manusia. Kesenian Islam adalah kesinambungan daripada kesenian pada zaman silam yang telah berkembang dan dicorakkan oleh konsep tauhid yang tinggi kepada Allah swt. Kesenian Islam memiliki khazanah sejarah tersendiri dan unik sebagai pencerah bagi manusia jika sesuai standnar seni budaya Islam. Seni dijadikan sebagai alat menyebarkan agama dan memperkukuhkan amal kebajikan dan kebaikan dikalangan umat.23 Hal ini sesuai dengan padangan Syekh Hossein Nasr Bahwa seni itu adalah instrumen dakwah yang dapat mengajar seseorang untuk takjub pada Tuhan dari kemampuan seseorang mengolah vokal sehingga melahirkan bunyi yang merdu. Selain itu, keindahan adalah sesuatu yang wujud di luar diri manusia yang menikmati keindahan itu. Ia dapat dirasa, ditanggapi dan dihayati. Allah adalah sumber daya dan sumber pemikiran manusia manakala imaginasi dalam mencipta lirik, dan bunyi dari lagu yang dinyanyikan oleh manusia dibantu oleh fasilitas alat musik dalam mengiringi lirik yang telah ditulis. Kecerdasan mendesain sebuah lirik lagi dan bunyi dapat dilihat bagaimana qasidah Arab itu mampu memengaruhi jiwa manusia. Nah bagaimana budaya Islam dan Budaya Arab memberikan kontribusi dan menggerakkan seni budaya Islam di Maluku. Hal ini perlu ada kajian historis asal usul dari seni qasidah sebagai bentuk peradaban umat Islam yang akan dijelaskan berikut ini. B. Perspektif Al-Quran tentang seni Qasidah. 22 Syarifudin, Seni Berdakwah Buku Ajar Pada Fakultas Dakwah dan Ushuluddin IAIN Ambon yang diajarkan pada mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Jurnalistik. 23 A. David, The Arts of Arts: Arms and Armour of the 7th to 19th Centuris AD (The Nasser D. Khalili Collection of Islamic Art vol. I (Cet. I; London: The Nour Fondation), h. 62.
  • 18. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 17 Terminologi Seni secara etimologi bermakna; halus, kecil, tipis, lembut dan tinggi suara suara seorang biduan. Secara istilah seni adalah: keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya. Seni adalah karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, narsi lagu puisi, tari, lukisan, ukiran bangunan seni tentang keindahan dalam membuat bangunan, belanja seni cara berbelanja, budaya perihal kesenian dan kebudayaan; lukis seni mengenai gambar-menggambar dan lukis-melukis, pahat seni mengenai pahat-memahat membuat patung, seni ukir, rupa seni pahat dan seni lukis.24 Sastra seni mengenai karang-mengarang (prosa dan puisi); suara seni olah suara atau bunyi nyanyian, musik. Tari seni mengenai tari-menari (gerak-gerik yang berirama) berseni mempunyai rasa seni, mengandung nilai seni, kesenian perihal seni, keindahan seni kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi.25 Budaya adalah pikiran; akal budi: hasil kebudayaan yang sudah berkembang beradab, maju.26 Pengertian Islami secara bahasa keselamatan.27 Dari pengertian ini dapat dijelaskan bahwa seni yang dimaksudkan Seni Budaya Islami dalam kajian ini adalah: kemampuan manusia mengolah budi dan daya melalui instrument musik yang dapat mencerahkan kondisi budaya dan obat bagi kebersihan batin manusia yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. Seni adalah keindahan, ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Dorongan keindahan adalah naluri dan fitrah manusia. Keindahan dalam konsep Al-Qur’an memberikan paradigma keindahan Allah swt mencipatkan makhlunya dengan nilai-nilai keindahan yang sangat tinggi dengan mengajarkan manusia melalui bahasa, budaya, dan cara komunikasi. Hal ini dijelaskan dalam Surah Ar-Rahman /55: 1-4. 24 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III; Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h. 1414. 25 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III; Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h. 1413. 26 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III; Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h. 225 27 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III; Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h.601
  • 19. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 18  Terjemahnya: 1. (Tuhan) yang Maha pemurah, 2. yang telah mengajarkan Al-Quran. 3. Dia menciptakan manusia. 4. Mengajarnya pandai berbicara. Ayat ini memberikan inspirasi dan inovasi akan kebesaan Allah swt yang mengajarkan manusia pandai berbicara. Pandai berbicara dapat dipahami bahwa seorang seniman qasidah perlu memiliki kecerdasan spiritual, intelektual, sosial, dan penataan suara serta aransemen musik. Dengan seni keindahan mengenal ciptaan melalui bunyi yang dihasilkan melalui ciptaannya. Bebrbagai macam bunyi dan tangga nada inilah yang perlu disusun oleh manusia untuk mewujudkan ekspresi seni yang tinggi. Melalui tangga nada, dan jutaan bunyi yang dihasilkan oleh alam semesta mamupun karya bunyi yang dihasilkan menalui jenis musik baik elektrik maupun manual adalah cara Allah dekat dengan manusia sebagai ciptaan-Nya. Penjelasan ayat 1-4 memiliki unsur-unsur sebagai berikut; 1. Allah maha pemurah menciptakan jenis-jenis suara dan jenis-jenis perlatan music yang bersumber dari ciptaanya kemudian manusia melalui daya yang diberikan oleh Allah atas kemurahan-Nya sehingga manusia mampu berdaya menemukan alat music sesuai kebutuhannya. 2. Setelah kemurahan Allah swt diberikan kepada manusia maka maka Allah juga mengajarkan manusia lewat ayat qauniah (alam semesta) dan ayat Al-Quran sebagai sumber inspirasi seni budaya manusia untuk merasakan, menyaksikan kebesaran Allah melalui keindahan alamnya yang setiap saat dapat dirasakan, disaksikan dan dipergunakan untuk kebutuhan hidup manusia. 3. Setelah itu Allah swt mengajar manusia pandai berbicara baik secara verbal maupun non verbal sehigga mampu melakukan interaksi antar sesama umat manusia sebagai makhluk sosial melalui keindahan berkomunikasi yang dipopulerkan oleh Aristoteles yang dikenal dengan ilmu retorika keindahan menyampaikan pesan yang akan berkembang menjadi seni bernyanyi dan seni musik. Hal ini juga dijelaskan dalam
  • 20. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 19 hadis Rasulullah saw Sesunggunya Allah Maha Indah dan Allah suka akan keindahan. Al-Quran sendiri memberikan penjelasan tentang tata cara membaca Al-Quran dengan tartil, tilawah, dan Azan. Sumber ini memberikan inspirasi bahwa seni Islam itu adalah seni yang dapat mencerahkan manusia dari dunia gelap-gulita. Nada dan musik yang tersurat dan tersirat dalam ayat Al-Quran itu memberikan batasan bahwa seni budaya Islam itu adalah media untuk mengkomunikasikan pesan-pesan Allah swt yang ditata dengan rapi yang dapat melahirkan aransemen nada untuk melahirkan jenis musik yang dapat mencerdaskan jiwa manusia kearah yang lebih baik dihadapan Tuhannya. Penjelasan seni budaya Islam di atas menurut sayyid Qutub bahwa Islam itu menceruhakn perasaan seni dalam jiwanya melalui fitrahnya mencipatkan sesuatu yang indah. Pada masa jahilia karena kemamuan manusia menciptakan patung yang indah sehingga sesama manusia takjub terhadap karya temannya sesame manusia sehingga sebagian ada yang menggunakannya sebagai media penyebahan. Hal ini dilarang oleh Islam karena akan berpotensi mencipatkan kondisi jahilia. Dalam pandangan Al-Quran ada seni yang dibolehkan dan ada seni yang tidak diperbolehkan. Secara umum seni yang tidak diperbolehkan adalah seni yang berpotensi membuat manusia lalai pada Tuhannya dan mengumbar hawa napsunya sehingga dapat merusak nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Seni yang dibolehkan adalah seni yang dapat mencerahkan jiwa dan budaya manusia menuju pengabdian apda Allah swbagai pencipta alaam semesta dengan seala keindahannya. Dalam Al-Quran Surah Luqman seni yang dilarang adalah perkataan atau narasi lagu yang tidak berguna;   Terjemahnya: Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan Perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.
  • 21. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 20 Kata ‚lahwa‛ dalam ayat tersebut adalah nyanyian yang tiada berguna bagi pencerahan batin. Ayat ini memberikan isyarat bahwa sebagai seorang seniman hindari narasi lagu yang kurang mendatangkan pencerahan ruhani karena akan merusak nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri yang dapat memberikan dampak malapetaka bagi manusia itu sendiri. Penjelajahan para ulama diantaranya Quraish Shihab dalam Al-Quran mendapatkan beberapa ayat sebagai dasar pentingnya seni qasida sebagai instrumen dakwah dalam mencerahkan umat menjadi umat yang memiliki wawasan yang tentang seni suara khususnya qasidah adalah;   Terjemahnya: QS Al-Isra/17:64. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan Suaramu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka. Kata ‚suaramu‛ dalam ayat ini menurut sebagian ulama adaah nyanyia(qasidah) yang lebih banyak mengedepankan syahwat emosi dalam bernyanyi sehingga pesan-pesan pencerahan dari qasidah itu hilang.28 Informasi dalam Al-Quran ini menunjukkan bahwa ada seni suara yang mengajak pada prilaku syetan sehingga peran dinamika dakwah dalam seni qasidah memberikan pencerahan kepada masyarakat perlu dikembangkan untuk memberikan satu paradigma yang berasas seni qasidah keislaman. Selain QS Al- Isra dalam ayat lain surah al-Mu’minun Allah juga memberikan informasi tentang seni suara yang diejalskan dalam ayat tiga sebagai berikut;  Terjemahnya: 28 Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet. III; Bandung: Mizan, 2008), h.520
  • 22. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 21 dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Secara tersirat ayat ini memberikan isyarat bahwa seni qasidah itu perlu memiliki lirik yang dapat mencerahkan manusia untuk mendapatkan ridha dari Allah lewat kualitas suara, musik, dan ekspresi jiwa. Selain itu Allah berjuga berfirman bahwa Zaiyyinal Qur’ana biaswatikum (hiasilah Al-Quran dengan suara yang merdu). Persepktif para ulama ini diantaranya Ibnu Kastir dan Quraish Shihab sebagai cerminan bahwa seni Islam memiliki standar yang tinggi. Standar seni suara yang tinggi yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah suara merdu, aransemen musiknya menggunakan tangga nada sesuai dengan nafas jiwa dan Al-Quran, kerografi menggambarkan ketakjuban pada Allah dan Rasulunya serta bersifat universal bagi semua umat manusia yang berprientasi pada ramahtallalil’alamin. Keindahan seni qasidah akan terwujud ketika unsur-unsur suara, fasilitas audio visual, rebana, gitar, keyboar, dan semua fasilitas penunjang lainnya yang digunakan serta semua intrumen musik seiring seirama dengan lirik yang dinyanyikan oleh penyanyi. Ketika semua fasilitas musik dan penyanyi qasidah itu dapat memenuhi standar seni itu dengan kemasan nada dan dakwah sesuai dengan kebutuhan jiwa dan batin manusia maka seni qasidah telah menjadi kebutuhan manusia sebagai kebutuhan jiwa dalam menikmati seni Islam. C. Seni Budaya Islam Tidak bisa dipungkiri seni qasidah identik dengan budaya Arab tetapi tidak semua Seni budaya Arab itu seni Islam. Kaitannya dengan dinamika dakwah dalam Seni qasidah pada dasarnya bersumber pada Manusia, Al-Quran, dan Sunnah yang dapat memberikan kenyamanan di dunia dan akhirat. Landasan normatif dari seni adalah setiap muslim perlu memiliki jiwa seni. Dalam konteks ini Nabi bersabda bahwa ‫الجمال‬ ‫يحب‬ ‫جميل‬ ‫هللا‬ ‫ان‬ (Sesungguhnya Allah Maha Indah dan Menyenangi keindahan).29 29 Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet. III; Bandung: Mizan, 2008), h.512
  • 23. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 22 Keadaan ini menjadi tradisi dalam dunia yang berbeda, masing-masing mempunyai independensi dalam mengekspresikan sesuai kemampuan dan kecerdasan merespon setiap fenomena Alam disekitar dimana ia dibesarkan. Kondisi ini dibentuk oleh budaya, tradisi, dan agama. Ketika hal tidak dicermati secara sistematis maka kerap kali tumpang tindih dalam mendefiniskannya. Satu sisi, wilayah agama berasal dari ‚ normatifitas wahyu ‚ dan tradisi dan budaya berasal dari ‚kreativitas manusia yang diberikan secara fitrah‛, oleh sebab itu tradisi cenderung berubah sesuai dengan perkembangan waktu dan perubahan zaman. Nah, hal ini yang memungkinkan untuk ada asimilasi perilaku beragama dalam kehidupan sehari-hari yang disesuaikan dengan tradisi yang berlaku. Hal inilah pentingnya kekayaan cara pandang bagaimana kemasan Dakwah lewat ekpresi seni qasidah dapat memberikan dinamika peningkatan kesadaran umat manusia. Mengekpresikan seni qasidah menurut Kuntowijoyo mengemukakan bahwa kesenian merupakan ekpresi diri manusia dari keislaman. Pemikiran kuntowijoyo ini setidaknya punya tiga karakteristik: (1) dapat berfungsi sebagai ibadah, tazkiyah, dan tasbih, (2) dapat menjadi identitas kelompok, dan (3) dapat berfungsi sebagai syiar. Misalnya nyanyian Shalawat secara khusus merujuk pada berkah yang dimohonkan kaum Muslimin atas Nabi Muhammad Saw. Hal ini juga dijelaskan dalam Al-Quran dalam QS. Al-Ahzab, 33:56.   Terjemahnya: 56.Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. Spirit seni dalam ayat ini memberikan pesan bahwa bershalawat adalah mengeluarkan suara dengan indah melalui rongga mulut manusia pada Nabinya. Dengan mengucapkan Perkataan seperti: Assalamu'alaika ayyuhannabi artinya: semoga
  • 24. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 23 keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi.30 Para ahli dan praktisi seni di Indonesia yang sering menyanyikan ladu qasidah ini adalah; Maher Zein, Haddad Alwi, Jefri Al-Bukhari, Opik, Group BIMBO, Roma Irama, Ebit Geade, dan masih banyak lagi yang tidak sempat disebutkan. Realitas ini menunjukkan bahwa semua praktisi ini memiliki komunitas tersendiri dalam menyanyikan lagu qasidah dalam meggerakkan dakwah di tengah masyarakat. Strategi adaptasi dalam suatu masyarakat tercermin pada peta kognitif mereka yang dipelajarinya melalui proses sosialisasi. Berbagai pengalaman mereka dikategorisasikan dalam sebuah peta kognitif kebudayaan sehingga memungkinkan seseorang atau organisai tetap survival. Menurut Talcott Parsons yang dikutip oleh Piotr Sztompka bahwa ada empat unsur penting yang memengaruhi ekspresi seni budaya seseorang sistem yakni Adaptation, goal attainment, integration, dan latensi.31 Teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons, kiranya dapat dipakai sebagai kerangka konseptual untuk menelaah struktur seni qasidah maka dapat dijelaskan ekspresi seni qasidah di tengah masyarakat sesuai sturktur yang diyakini dan dinyanyikan sesuai kelestarian Shalawat di suatu tempat. Misalnya Shalawat Gembrungan pada dasarnya terintegrasi atas dasar komitmen anggotanya akan nilai-nilai ajaran Islam. Melalui proses nyanyian penyesuaian dan institusionalisasi dengan seni-budaya lokal Jawa dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan syiar Islam melalui seni vokal dan musik untuk menghadapi situasi dan kondisi eksternal, agar mampu melangsungkan kehidupan paguyuban atau organisasinya (survive) dan memungkinkan dapat mengantisipasi peristiwa-peristiwa yang akan datang. Banyak hal yang harus kita pertimbangkan dalam hal memposisikan nash dengan kebudayaan atau tradisi yang berkembang. Bagaimanapun harus ada rekonsiliasi antara wahyu Tuhan dengan mempertimbangkan faktor budaya, atau yang sifatnya kontekstual. Ini yang nantinya diperlukan dinamika dakwah meminjam istilah Gus Dur ia berkaitan 30 31 Piotr Sztompka, The Sosiology of Social Change diterjemahkan oleh Alimandan dengan judul: Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. IV; (Jakarta: Prenan Media Group, 2008), h. 346.
  • 25. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 24 dengan tata sosial masyarakat dengan keragaman seni budaya Islam yang diekspresikan melalui gerakan dinamika seni budaya Islam. Banyak penulis yang mengidentikkan kebudayaan dan peradaban Islam identik dengan budaya Arab dan Timur Tengah. Gagasan ini tidak bisa dipungkiri karena ia berhubungan dengan pengaruh peradaban Arab orientead. Pendapat itu mungkin dapat dibenarkan meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam tetap bisa dibedakan. Pada masa klasik pusat pemerintahan hanya satu dan peran Arab di dalamnya sangat dominan. Semua wilayah kekuasaan Islam menggunakan bahasa bahasa Arab. Semua ungkapan- ungkapan budaya yang diekspresikan melalui bahasa Arab. Meskipun ketika itu bangsa- bangsa non Arab juga sudah mulai berpartisipasi dalam membina suatu kebudayaan dan peradaban, apalagi orang- orang non muslim juga banyak menyumbangkan karya budayanya. Akhir-akhir ini ada semacam gerakan yang cukup masip dan radikal dengan, Adanya kecenderungan sejumlah pihak yang mengedepankan konstruksi syari’at Islam dalam wajah Arab sambil menafikan realitas tradisi yang lain. Padahal Islam bukanlah identik dengan Arab sebagaimana Indonesia bukanlah Arab secara sosiokultural dan politisinya. Walaupun diakui sebenarnya tidak ada yang salah bila menggunakan kebudayaan Arab dalam mengekspresikan keberagamaan seseorang, dengan syarat tidak melahirkan sebuah konflik di tengah masyarakat yang dibingkai dalam pemahaman konseptual yang kokoh. Hal ini juga dikhawatirkan oleh tokoh Sufi Ibnu Maskawaih yang dikemukakan oleh Oliver Leman bahwa seni Islam itu menghindari kesenangan yang berlebihan karena dapat memberikan penikmatinya tersesat pada prilaku negatif pada manusia.32 Maksud dari Ibnu Maskawaih ini adalah adanya gerakan yang dapat memberikan syahwat erotisme sehingga merusak fitrah seni budaya Islam. Ketika fitrah seni budaya Islam itu rusak maka akan memberikan dampak negatif pada keuniversalan seni budaya Islam, sehingga ia tidak sama dengan budaya Arab. 32 Oliver Leman
  • 26. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 25 Tetapi yang menjadi masalah adalah manakala penggunaan asumsi bahwa ‛warna arab‛tersebut merupakan bentuk keberagamaan tunggal yang dianggap paling absah dan mutlak. Sehingga hukumnya wajib diterapakan pada semua kondisi dan situasi secara paten. Hal tersebut tentunya berimbas pada keadaan dimana ekspresi Arab menjadi dominan, bahkan menghegemoni budaya dan tradisi yang berkembang di masyarakat lokal. Hal yang lebih menggelisakan lagi adalah munculnya justifikasi-justifikasi seperti kurang sempurna, sesat, bid’ah atau musyrik kepada orang-orang yang tidak menggunakan ekspresi ‛warna arab‛ tersebut. Perbedaan budaya Arab dan Agama Islam tampak pada universalitas sebuah produk seni semakin universal sebuah karya seni berarti itu sebagai gamabran Seni Budaya Islam. Fenomena tersebut merupakan bagian dari berbagai macam fenomena yang menggambarkan adanya konflik dan ketegangan antara seni budaya Islam dan budaya karya manusia kerap kali bertentangan secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muncul satu hal yang menjadi persoalan, yaitu apakah budaya yang berkembang dalam masyarakat harus tunduk dalam ekspresi hukum Islam dalam corak Arab seperti di atas? Persoalan ini membutuhkan jawaban normatif untuk menjawab seni budaya Islam khsusunya seni qasidah. G. Seni Qasidah dalam timbangan Islam Normatif dan Islam Historis Untuk membedakan wilayah budaya seni qasidah arab dan seni qasidah budaya Islam dapat ditinjau dengan mengambil sebuah konsep bahwa dalam islam terdapat kumpulan dogma normatifitas dan Islam pada faktanya merupakan realitas Historis. Disinilah sehingga Budi munawar rahman dalam (bukunya Islam dan peradaban) mengatakan bahwa islam itu terdapat dua macam nilai yakni islam berdimensi normatif dan islam berdimensi historis. Kedua aspek ini terdapat hubungan yang menyatu, tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Pertama; aspek normatif yakni wahyu harus diterima sebagaimana adanya, mengikat semua pihak dan berlaku universal.Kedua; aspek historis yakni, kekhalifahan senantiasa dapat berubah, menerinma diskusi karena produk zaman tertentu, dan hal itu bukan hal yang saklar.
  • 27. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 26 Pengertiaan dari Islam Normatif yakni, Islam dalam dimensi saklar yang diakui adanya realitas transendemental yang bersifat mutlak dan universal, melampaui ruang dan waktu atau sering disebut sebagai realitas ke-Tuhan-an. Sedangkan pengertian dari Islam Historis yakni, islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu, Islam yang terangkat oleh konteks kehidupan pemeluknya, berada di bawah realita ke-Tuhan-an. Disamping konsepsi normatif dan hostoris untuk menentukan budaya arab dan budaya Islam memungkinkan juga menggunakan konsepsi Ushul dan furu’. Hal Dogma agama yang bersifat Ushul adalah normatif yang universal sehingga ini merupakan ruh ajaran islam . Sementara aspek furu’ adalah nilai – nilai tradisi yang mengandung hal hal yang bersifat furu’(Cabang) yang tidak bisa diterima secara mentah, akan tetapi harus diambil nilai substansi yang meliputinya. H. Sejarah Peradaban Seni Budaya Islam Pertumbuhan dan perkembangan seni qasidah tidak terlepas dari gerak gerik sejarah sehingga ia selalu hadir dan berdampingan dengan kebutuhan hidup manusia. Seni qasidah dalam panggung sejarah terus memiliki dinamika dakwah ketika manusia berada dalam kesunyian dan kesepian. Keadan inilah lahir seni sebagai penghibur jiwa manusia yang lara. Para sejarawan terdapat perbedaan pendapat tentang saat dimulainya sejarah Islam. Secara umum perbedaan itu dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, sejarah umat Islam dimulai sejak Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali. Menurut pendapat ini, selama tiga belas tahun Nabi di Makkah telah lahir masyarakat Muslim, meskipun belum berdaulat. Kedua, sejarah umat Islam dimulai sejak Nabi Muhammad SAW hjrah ke Madinah, karena umat Islam baru berdaulat di Madinah. Ketiga, Peradaban Islam dimulai sejak Nabi Adam karena semua Nabi yang diutus oleh Tuhan kepada manusia, semuanya adalah Islam (Muslim). Di samping perbedaan pendapat itu, sejarawan juga berbeda pendapat dalam menentukan fase-fase atau periodesasi sejarah Islam yang dibuat oleh ulama Indonesia.
  • 28. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 27 Menurut A. Hasjmy membagi periodesasi sejarah Islam adalah sebagai berikut :33 Permulaan Islam (610-661 M), Daulah Amawiyah (661-750 M), Daulah Abbasiyyah I (740-857 M), Daulah Abbasiyyah II (847-946 M), Daulah Abbasiyyah III (946-1075 M), Daulah Mughol (1261-1520 M), Daulah Utsmaniyyah (1520-1801 M), Kebangkitan (1801–sekarang). Berbeda dengan A. Hasjmy, Harun Nasution membagi sejarah Islam menjadi tiga periode Yaitu masa Klasik (650-1250 M), Pertengahan(1250-1800 M) dan Modern(1800-sekarang)34 1. Periode Klasik (650-1250 M) Periode klasik antara tahun 650 -1250 M. Ini diawali dengan persoalan dalam negeri Arab sendiri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi terhadap pemerintahan Madinah. Hal tersebut disebabkan Karena orang Arab menganggap bahwa perjanjian yang telah dibuat dengan Nabi Muhammad telah batal, setelah wafatnya Rasulullah SAW. Setelah persoalan dalam negeri selesai, maka Abu Bakar mengirim kekuatan keluar Arabia. Pada masa kepemimpinan Umat Bin Khattab wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria dan Mesir. Periode klasik yang berlangsung sejak 650-1250 M. Ini dapat dibagi lagi menjadi dua: pertama, Masa kemajuan Islam I, Masa kemajuan Islam I dimulai sejak tahun 650- 1000 M. Masa kemajuan Islam I itu tercatat sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW dari tahun 570–632 M. Khulafaur Rasyidin dari tahun 632-661 M, Bani Umayyah dari tahun 661-750 M., Bani Abbas dari tahun 750-1250 M. Dan Kedua,Masa disintegrasi yaitu tahun 1000-1250. 2. Periode Pertengahan (1250-1800 M) Periode pertengahan ini berkisar antara tahun 1250-1800 M. pada masa periode ini merupakan masa kemunduran, dengan diawali jatuhnya kota Baghdad ke tangan 33 A. Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) 55 34 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan ((Jakarta:Bulan Bintang,1982) h. 12 - 14
  • 29. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 28 bangsa Spanyol, setelah Khilafah Abasyiah runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Pada tahun 1500-1800 M keadaan politik ummat Islam secara keseluruhan mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan Syafawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Pada tahun 1700-1800 M, terjadilah kemunduran dari tiga kerajaan tersebut. Selanjutnya periode pertengahan yang berlangsung dari tahun 1250-1800 M, dapat dibagi ke dalam dua masa, yaitu: Masa kemunduran I berlangsung tahun 1250-1500 M. Di zaman ini desentralisasi dan disintegrasi serta perbedaan antara Sunni dengan Syi’ah begitupun juga antara Arab dan Persia sangat mencolok. Dunia Islam terbagi menjadi dua, pertama, Arab. Bagian Arab terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Afrika Utara, dan Mesir sebagai pusatnya. Kedua, Persia. Kebudayaan Persia mengambil bentuk internasional dan dengan demikian mendesak lapangan kebudayaan Arab. Pendapat bahwa pintu ijtihad sudah tertutup makin meluas di kalangan umat Islam. Demikian juga tarekat dengan pengaruh negatifnya. Perhatian terhadap ilmu pengetahuan kurang sekali. Umat Islam di Spanyol dipaksa masuk KRISTEN atau keluar dari daerah itu. Dan Kedua, Masa tiga kerajaan besar Masa Tiga Kerajaan Besar berlangsung tahun 1500-1800 M yang dimulai dengan zaman kemajuan tahun 1500-1700 M dan zaman kemunduran II tahun 1700-1800 M. Tiga kerajaan yang dimaksud adalah Kerajaan Ustmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Pada masa kemajuan tiga kerajaan besar tersebut, masingmasing kerajaan mempunyai kejayaan, terutama dalam bentuk literatur-literatur dan arsitek. Di zaman kemunduran, kerajaan Ustmani terpukul oleh kekuatan Eropa, kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan suku bangsa Afghan, sedangkan daerah kekuasaan kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan raja-raja India. Umat Islam dalam keadaan menurun drastis. Akhirnya, Napoleon di tahun 1798 M, dapat menduduki Mesir, yang pada saat itu sebagai salah satu peradaban Islam yang terpenting. 3. Periode Modern (1800-sekarang)
  • 30. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 29 Periode Modern dalam sejarah Islam bermula dari tahun 1800 M dan berlangsung sampai sekarang. Diawal periode ini kondisi Dunia Islam secara politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M Dunia Islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat. Periode ini memang merupakan kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan. Pada periode ini dimulai bermunculan pemikiran pembaharuan dalam Islam. Gerakan pembaharuan itu muncul karena dua hal yaitu: 1. Timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. 2. Barat mendominasi Dunia di bidang politik dan peradaban, karena itu mereka berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power. Periode modern tahun 1800 M dan seterusnya merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsyafkan Dunia Islam akan kelemahan dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah tumbuh peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Di periode Modern inilah timbulnya ide-ide pembaharuan dalam Islam.Ulama umumnya memakai periodenisasi yang digunakan oleh Harun Nasution dalam membagi periodenisasi sejarah umat Islam (Atang, Hakim dan Mubarok, 2000:139). Harun Nasution memulai periodenisasi tahun 650 atau pada zaman Ustman karena pada pemerintahan Ustman timbul berbagai macam pertentangan baik teologi maupun pertentangan politik. Berkaitan dengan babakan sejarah diatas ada beberapa catatan yang perlu dicermati Masalah keterputusan periode klasik dengan masa Rasulullah. Harun memulai periode klasik dari tahun 650 M, yang terkenal dengan masa Khalifah Usman (644–656 M). Pertanyaannya adalah mengapa tidak mulai sejak zaman Rasulullah (611–634) dan tidak juga pada masa Khalifah Abu Bakar (632–634) dan Umar ibn Khattab (634–644 M).
  • 31. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 30 Padahal oleh banyak peneliti sejarah khususnya dari kalangan ummat Islam sendiri dikatakan bahwa Rasulullah sampai masa Abu Bakar dan Umar merupakan masa keemasan yang hakiki dari sudut komitmen ummatnya kepada Islam, bukankah komitmen ke Islaman itulah yang melahirkan produk–produk kebudayaan Islam. Harun memulai babakan itu dari masa Ustman, karena ia menitik beratkan pada saat dimana pertentangan teologis dan politik mulai tumbuh dan mewarnai masa berikutnya. Karena itu periodenisasi yang dirumuskan dimuka cocok bila titik berat diberikan sejarah perkembangan pemikiran Islam. B. Konsepsi Sejarah Islam Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi35 . Definisi ini lebih menekankan pada materi peristiwa tanpa mengaitkan dengan aspek yang lainnya. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, sejarah adalah gambaran masa lalu tentang aktivitas kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan interpretasi terhadap objek peristiwa masa lampau36 . Dari sisi epistimologis sejarah yang dalam bahasa arabnya disebut tarikh, mengandung arti ketentuan masa atau waktu. Ada pula sebagian orang yang mengajukan pendapat bahwa sejarah sepadan dengan kata syajarah yang berarti pohon (kehidupan), riwayat, atau kisah, tarikh, ataupun history dalam bahasa Inggris. Dengan demikian sejarah berarti gambaran masa lalu tentang aktivitas kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan interpretasi terhadap obyek peristiwa masa lampau , yang kemudian itu disebut sejarah kebudayaan.37 Sedangkan secara terminologi sejarah diartikan sebagai sejumlah keadaan dan peristiwa yang terjadi dimasa lampau dan yang benar-benar terjadi pada individu dan masyarakat. Adapun inti pokok dari persoalan sejarah pada dasarnya selalu berhubungan dengan pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut perkembangan keseluruhan 35 Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1992)887 36 Sidi Gazalba,Azas Kebudayaan Islam,(Jakarta; Bulan Bintang 1978) 2 37 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,(Jakarta; LOGos, 1999),2-3
  • 32. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 31 keadaan masyarakat. Untuk itu sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa itu sendiri melainkan tafsiran-tafsiran dari peristiwa, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata yang menjadi seluruh bagian serta memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat tertentu. 38 Sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh terjadi pada masa lampau yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Agama Islam terlalu luas cakupannya, maka sejarah Islam pun menjadi luas cakupannya. Di antaranya berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan, dan penyebaran Islam, tokoh-tokoh yang melakukan perkembangan dan penyebaran agama Islam, sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat Islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik, pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya. Dengan demikian, sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benarbenar terjadi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam dalam berbagai aspek. Dalam kaitan ini, maka muncullah berbagai istilah yang biasanya digunakan untuk sejarah itu, di antaranya: Sejarah Islam, Sejarah Kebudayaan Islam dan Sejarah Peradaban Islam . C. Identitas Kebudayaan Islam Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat yang mendalam dari suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi dari kemajuan mekanis dari teknologi hal demikian lebih berkaitan dengan konsepsi peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, agama dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi. Kebudayaan mempunyai tiga wujud: Pertama, Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek individu, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Kedua, Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Ketiga, Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda 38 Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,(Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet II,) 40-55, Terjemahan Tarikhuna fi dzou’il al Islam, penerjemah Nabhan Husein
  • 33. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 32 hasil karya. Para pakar sepakat bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat akan menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat. Karsa merupakan daya penggerak (Drive) untuk memotivasi manusia dalam memikirkan segala sesuatu yang ada dihadapan dan lingkungannya. Disamping itu Karsa masyarakat dapat merlahirkan norma dan nilai-nilai yang sangat perlu untuk tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan buruk, manusia terpaksa melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakekatnya merupakan petunjuk-petunjuk tentang cara bertindak dan berlaku dalam pergaulan hidup. Kebudayaan pada setiap bangsa atau masyarakat terdiri atas unsur-unsur besar dan unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Selo Soemarjan dan Soelaiman unsur-unsur kebudayaan meliputi: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuasaan politik. Sedang unsur-unsur kebudayaan menurut C.Kluckhon ---sebagaimana dikutip oleh Koentjaraningrat adalah: a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, rumah, alat-alat transportasi) b. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi, politik, hukum) d. Bahasa (lisan dan tulisan) e. Kesenian (seni rupa, seni suara, dan seni gerak) f. Sistem pengetahuan g. Religi (sistem kepercayaan). Effat al-Sharqawi mengatakan bahwa seni budaya adalah bentuk ungkapan semangat mendalam dari sebuah nilai yang terdapat dan mendarah daging pada suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi kemajuan mekanis dan tekhnologi lebih berkait dengan peradaban. Selanjutnya Sharqowi berpendapat bahwa kebudayaan adalah apa yang kita rindukan (ideal), sedangkan peradaban adalah apa yang kita pergunakan (real). Dengan kata lain, kebudayaan terefleksi dalam seni, sastra, religi dan moral. Sedangkan peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan tekhnologi. Dalam kajian anthropologi, kita mengenal pengertian kebudayaan secara khusus
  • 34. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 33 dan secara umum. Menurut pengertian khusus, kebudayaan adalah produk manusia di bidang kesenian dan adat istiadat yang unik. Sedangkan kebudayaan dalam pengertian umum adalah produk semua aspek kehidupan manusia yang meliputi: sosial, ekonomi, politik, pengetahuan filosofi, seni dan agama. Taylor seorang ilmuwan Inggris, merumuskan kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, dogma seni, nilai-nilai moral, hukum, tradisi, sosial, dan semua produk manusia dalam kedudukannya sebagai anggota-anggota masyarakat, termasuk dalam realitas ini adalah agama. Adapun yang dimaksud dengan Kebudayaan Islam adalah cara berpikir dan merasa Islam yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu inilah pemahaman integralistik, menempatkan Islam sebagai sumber nilai dan motivasi bagi tumbuhnya kebudayaan Islam. Dengan demikian yang dimaksud Sejarah Kebudayaan Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan ummat Islam pada masa lampau yang bersumberkan pada nilai–nilai Islam. Hanya saja dalam berbagai risalah teks-teks literatur yang ada seringkali penulisnya memberi narasinya dari segi politik. Ini diasumsikan bahwa secara konseptual, dari sisi politik inilah sumber kebudayaan Islam berputar. D. Makna Peradaban Islam Asumsi dasar yang bisa kita bangun, bahwa peradaban berasal dari kata adab yang dalam pengertian ini mengandung pengertian tata krama, perilaku atau sopan santun. Dengan demikian peradaban adalah segenap prilaku sopan santun dan tata krama yang diwujudkan oleh umat Muslim dari waktu ke waktu baik dalam realitas politik, ekonomi dan sosial lainnya. Secara harfiah peradaban Islam itu terjemahan dari bahasa Arab al-khadlarah al- Islamiyah, atau al-madaniyah al Islamiyah39 atau al-tsaqofah al Islamiyah, yang sering juga diterjemahkan dengan kebudayaan Islam. Dalam bahasa Inggris ini disebut culture, 39 Ahmad Syalaby, Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,(Kairo; …. cetakan ke IV, 1978), 10
  • 35. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 34 adapula yang menyebutnya civilization. Di Indonesia, Arab dan Barat masih banyak yang mensinonimkan antara peradaban dengan kebudayaan. Disisi yang lain, akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota (cultural of the city). Di kalangan penulis Arab, sendiri.perkataan tamaddun digunakan-kalau tidak salah-untuk pertama kalinya oleh Jurji Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah Peradaban Islam), terbit tahun 1902-1906. Sejak itu perkataan tamaddun digunakan secara luas dikalangan umat islam.40 Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang dengan sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddon dan madaniyat. Namun di Turki orang dengan menggunakan akar madinah atau madana atau madaniyyah menggunakan istilah medeniyet dan medeniyeti. Orang-orang Arab sendiri pada masa sekarang ini menggunakan kata hadharah untuk peradaban, namun kata tersebut tidak banyak diterima umat Islam non-Arab yang kebanyaan lebih menyukai istilah tamaddun. Di benua Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengetian kultur, sedangkan peradaban menggunakan istilah tahdhib. Kata peradaban sering kali dikaitkan dengan kebudayaan, bahkan banyak penulis barat yang mengidentikan ‚kebudayaan‛ dan ‚peradaban‛ islam. Sering kali peradaban islam dihubungkan dengan peradaban Arab, meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam tetap bisa dibedakan. Adapun yang membedakan antara kebudayaan tersebut adalah dengan adanya peningkatan peradaban pada masa jahiliyah yang berasal dari kebodohan. Hal ini pada akhirnya berubah ketika Islam datang yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW di Arab. Sehingga pada masanya kemudian islam berkembang menjadi suatu peradaban yang menyatu dengan bangsa Arab, bahkan berkembang pesat kebagian belahan dunia yang lainnya, Islam tidak hanya sekedar agama yang sempurna melainkan sumber peradaban islam.Peradaban merupakan kebudayaan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimana kebudayaan tersebut tidak hanya 40 Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga modern, (Yakarta;Rajagrafindo, 2004), VII - IX
  • 36. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 35 berpengaruh di daerah asalnya, tapi juga mempengaruhi daerah-daerah lain yang menjadikan kebudayaan tersebut berkembang Dengan merujuk pada narasi diatas, maka dapat dikonsepsikan bahwa Sejarah Peradaban Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan umat Islam pada masa lampau yang benar-benar terjadi dalam aspek politik, ekonomi, dan tekhnologi yang bersumberkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Peradaban Islam merupakan identitas ummat Islam sejak masa lampu. E. Islam sebagai Sumber Budaya dan Peradaban Sejumlah pihak mengatakan bahwa agama Islam setingkat dengan kebudayaan Islam. Dalam frame tertentu ini dinilai para pakar Muslim hal yang dapat menyesatkan dan mengacaukan citra dan kemurnian Islam. Dengan menyetingkatkan antara Agama Islam dengan Kebudayaan Islam, maka ini berarti mereka telah menyetingkatkan antara agama (yang berasal dari Allah) dengan kebudayaan (yang merupakan hasil cipta orang Islam), yang berarti pula menyetingkatkan antara wahyu dengan akal. Berpendapat bahwa kebudayaan Islam merupakan bagian dari din Islam ini berarti menunjukkan bahwa ia telah memasukkan unsur-unsur yang aqli (hasil cipta orang Islam) ke dalam din Islam, dan ini berarti pula bahwa mereka telah mencampur adukkan antara wahyu dengan akal manusia. Dalam pandangan kelompok fundamentalis, pola pemikiran dan ide demikian dianggap sangat berbahaya dan menyesatkan, karena dalam akidah Islam telah dijelaskan bahwa Islam seluruhnya adalah wahyu, tidak ada bagian-bagian kebudayaan Islam didalamnya. Agama atau wahyu tidak setingkat dengan kebudayaan Islam, karena agama atau wahyu berasal dari Allah sedangkan kebudayaan Islam merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Oleh karena itu, pemikiran dan ide itu harus ditolak dan tidak dapat dibenarkan. Sementara itu, para pemikir Barat juga memandang Islam sebagai produk kebudayaan, misalnya disampaikan oleh H.A.R. Gibb yang mengatakan bahwa ‚Islam is indeed much more than a sistem of theology it is a complete civilization‛ .(Islam sesungguhnya lebih dari satu sistem teologi. Ia adalah satu peradaban yang lengkap).
  • 37. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 36 Pendapat Gibb ini patut apabila dikemukakan oleh kelompok orientalis, tetapi apabila begitu saja ditelan mentah–mentah oleh ilmuan Islam akan melahirkan pemahaman yang cukup rancu, Memang diakui bahwa antara agama dan budaya adalah dua bidang yang berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, akan tetapi keduanya berbeda. Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya , sekalipun berdasarkan agama dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian besar budaya didasarkan pada agama, namun tidak pernah terjadi sebaliknya, agama berdasarkan pada budaya. Oleh karena itu bisa dikatakan agama adalah primer dan budaya adalah sekunder. Budaya bisa merupakan ekspresi hidup keagamaan, karena itu kebudayaan sub ordinat terhadap agama, dan tidak pernah sebaliknya. Agama pada hakekatnya mengandung dua kelompok ajaran yaitu:  Ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para Rasulnya kepada manusia yang ajarannya terdapat dalam kitab-kitab suci. Karena merupakan wahyu dari Tuhan, maka ajaran tersebut bersifat absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah dan tidak bisa diubah.  Ajaran yang berupa penjelasan dari kitab suci (baik mengenai arti maupun cara pelaksanaan) yang dilakukan oleh pemuka atau ahli agama. Karena merupakan penjelasan dan hasil pemikiran pemuka atau ahli agama, maka ajarannya bersifat relatif, nisbi, berubah dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam Islam, kelompok pertama terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist Mutawatir. Al-Qur’an terdiri dari 6.300 ayat, tetapi yang mengatur tentang keimanan, ibadah, muamalah dan hidup kemasyarakatan manusia, menurut penelitian ulama tidak lebih dari 500 ayat. Ajaran dasar Islam (al-Qur’an dan al-Sunnah yang periwayatannya shahih) bukan termasuk budaya, tetapi pemahaman ulama terhadap ajaran dasar agama merupakan hasil karsa ulama. Oleh karena itu ia merupakan bagian dari kebudayaan. Akan tetapi umat Islam meyakini bahwa kebudayaan yang merupakan hasil upaya ulama dalam memahami ajaran dasar agama Islam, dituntun dan memperoleh petunjuk dari Tuhan, yaitu al-Qur’an dan Sunnah. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai
  • 38. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 37 kebudayaan Islam. Islam dikemukakan oleh Bassam Tibi 41 yaitu bahwa Islam merupakan sistem budaya. Menurutnya Islam sebagai sistem budaya terdiri atas berbagai simbol yang berkorespondensi dan bergabung untuk membentuk suatu model untuk realitas. Meski demikian dalam posisi tersebut agama tidak dapat dipenetrasikan secara eksperimental, tetapi hanya sebatas interpretatif. Dalam agama, konsepsi manusia mengenai realitas tidak didasarkan pada pengetahuan tetapi pada keyakinan terhadap suatu otoritas ketuhanan yang terkonsepsikan dalam kitab suci (Al-Qur’an). Al-Qur’an inilah yang mendasari semua bentuk realitas. Selanjutnya konsep– konsep realitas yang dihasilkan manusia ini mengalami perubahan yang paralel. Adaptasi dari konsep–konsep religiokultural dengan realitas yang berubah kemudian membentuk suatu komponen sentral dalam asimilasi budaya untuk perubahan. Dengan cara itulah perubahan terarah, karena orang tidak begitu saja memberikan reaksi terhadap proses perubahan dengan menggunakan inovasi budaya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa hakekat agama memiliki aspek ganda yakni : 1. Memberikan arti terhadap berbagai aspek realitas sosial dan psikologis bagi para penganut-penganutnya, sehingga mendapatkan suatu bentuk konseptual yang obyektif. 2. Agama dapat berwujud oleh realitas dan pada saat yang sama membentuk realitas yang sesuai dengan realitas. Artinya interpretasi simbol-simbol religiokultural membentuk bagian realitas, karena simbol–simbol tersebut juga mempengaruhi realitas. Pada saat yang sama perwujudan (pengamalan) dari simbol–simbol kepada realitas empirik membentuk sebuah pola yang terstruktur dalam bentuknya yang biasa dikenal dengan kebudayaan dan peradaban. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam adalah sumber dari kebudayaan dan peradaban Islam yang ada. Landasan Peradaban Islam adalah Kebudayaan Islam, terutama wujud idealnya. Jadi, Islam bukanlah kebudayaan akan tetapi dapat melahirkan 41 Basssam Tibu, Islam Budaya dan Perubahan Sosial, (Jakarta, Tiara Wacana,…..)….
  • 39. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 38 kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka Islam adalah realitas pewahyuan dari Tuhan. Dengan mengambil tema Peradaban Islam bukan berarti masalah Kebudayaan Islam menjadi tidak penting dalam studi Islam (Dirosah Islamiyyah). Masalah Kebudayaan Islam penting sekali, karena ia merupakan landasannya. Oleh karenanya mengkaji Peradaban Islam sama halnya juga mengakaji tentang Kebudayaan Islam. Banyak penulis (Barat ataupun Timur) mengidentikkan antara Kebudayaan dan Peradaban Islam dengan Kebudayaan dan Peradaban Arab. Pada masa klasik, pendapat tersebut dapat dibenarkan, meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam berbeda. Pada masa Klasik, pusat pemerintahan hanya satu (yaitu bangsa Arab) dan untuk beberapa abad sangat kuat. Peran bangsa Arab sangat dominan, sehingga ungkapan budaya yang ada semuanya diekspresikan melalui Bahasa Arab, pada akhirnya terwujud kesatuan budaya Islam. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, muncullah periode pertengahan dan periode modern, dimana bangsa non Arab mulai berpartisipasi dan membina suatu kebudayaan dan peradaban. Walaupun pada masa tersebut ummat Islam masih memandang wilayah kekuasaan Islam adalah sebagai tanah airnya. Agama Islam masih dilihat sebagai tanah air dan kekuasaan. Berpartisipasinya bangsa non Arab dalam membina kebudayaan dan peradaban, bukan disebabkan karena terjadinya disintegrasi antara kekuatan politik Islam dengan beberapa kerajaan di dalam wilayah yang sangat luas, akan tetapi karena ungkapan- ungkapan kebudayaan dan peradaban tidak lagi diekspresikan melalui satu bangsa. Bahasa administratif pemerintahan Islam mulai berbeda-beda, seperti Persia, Turki, bahkan peran orang Arab sudah menurun. Tiga kerajaan besar Islam pada periode pertengahan tidak satupun yang dikuasai oleh bangsa Arab. Apalagi Islam sangat toleran memperlakukan kebudayaan masyarakat setempat. Sejauh tidak menyimpang dari prinsipprinsip ajaran Islam yang telah ada.42 Orang Islam dalam proses menciptakan dan mengembangkan kebudayaan harus 42 Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta;Rajagrafindo,1993):7
  • 40. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 39 mampu mempelopori dan membimbing terwujudnya kebudayaan yang belandaskan Islam. Memelihara dan mempertahankan kebudayaan yang sudah ada selama menunjukkan nilai yang positif dan berguna bagi kehidupan manusia, membuang nilai- nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam dan menggantikannya dengan yang baru yang sesuai dengan ajaran Islam (al-muhafadzah ‘ala al-qadim as-shalih, wal akhdzu bil jadid al–Ashlah). Inilah nilai dasar yang cukup signifikan untuk dipedomani bagi seorang Muslim dalam menyajikan seni qasidah yang menaruh simpatik terhadap kajian seni Islam. Sejarah seni budaya Islam diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan kebudayaan seni qasidah Islam dalam perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam mempunyai berbagai macam pengertian lain diantaranya,  Pertama: sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan akal manusia menemukan tangga nada dan aransemen musik yang dapat mencerahkan jiwa yang dihasilkan dalam satu periode Nabi Muhammad SAW sampai perkembangan kekuasaan Islam sekarang.  Kedua: sejarah peradaban seni qasidah Islam merupakan hasil-hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam seni suara, lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan kesenian.  Ketiga: sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, nyanyian dan kebiasaan hidup masyarakat menggunakan seni qasidah adalah cerminan bahwa seni qasidah ada dinamika dakwah untuk mencerahkan manusia lewat seni qasidah. Mencermati seni qasidah perlu menggunakan paradigma sebagai insrumen untuk memotret sebuah realitas. Studi analisis yang akan digunakan adalah teori Ervin Gopman yang dikenal dengan teori dramaturgis. Menurut Ervin Gopman bahwa prilaku manusia di panggung belakang dan di panggun depan sangat berbeda, menurut perspektif teori ini manusia itu seperti orang munafik sangat berbeda tampilan depan dan tampilan dilubuk
  • 41. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 40 hati yang sebenarnya.43 Teori dramaturgis inilah yang akan dijadikan alat analisis untuk menganalisis fakta-fakta empiris yang tampak dalam prilaku semiman qasidah dan penikmat seni. Melalui teori dramaturgis ini dapat diungkap keadaan sanggar sari el- Muluk yang tampak di tengah masyarakat dalam menggerakkan seni qasidah di Maluku. Selain itu seni qasidah sebagai dinamika dakwah dalam pagelaran seni qasidah yang dilakukan Lembaga Seni Qasidah (LASQI) Provinsi Maluku menggelar berbagai festival dan rapat kerja untuk meperbaiki cara pandang sebuah seni qasidah sebagai media pencerahan spiritual dapat dijelaskan secara metodologis realitas aktivitas LAQSI Provinsi Maluku sebagai praktisi seni dalam bentuk lembaga dan masyarakat Maluku sebagai penikmat seni. Menurut perspektif Marxian sebagai ahli sosiologi perubahan sosial mengungkapkan bahwa perubahan tak terelakkan ketika ada kekuatan besar. Kekuatan besar yang dimaksudkan di sini adalah kepentingan dalam sebuah organisasi. Menurut Marxian setiap perubahan ada idiologi dan spirit laten yang menggerakkan sebuah perubahan boleh jadi idiologi hedonisme, materialisme, dan kapitalisme.44 Dalam paradigma dakwah Syekh Ali Mahfuz konsepnya adalah al-maslaha konsep ini berpandangan bahwa setiap idiologi yang dianggap baik ketika idiologi itu memiliki spirit rahmatalil’alamin yakni paradigma yang memiliki idiologi keselamatan secara universal bagi seluruh umat manusia.45 Ini juga idiologi perubahan sosial. 43 Ervin Gopman, Dramatugis Communication diterjemahkan oleh Dedy Mulyana dengan Judul Dramaturgi Komunikasi (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 554. 44 Marxian, Sosiologi perubahan Sosial Masyarakat (Cet. I; Yogyakata: Pustaka Pelajar, 2010), h. 213. Bandingkan dengan Pitor Stomka, Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. I; Jakarta: Prenada, 2001), h. 351. 45 Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h. 216.
  • 42. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 41 Ekspresi jejak perubahan seni qaidah inilah yang perlu di telaah secara metodologis apakah sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Quran dan Sunnah atau peradaban seni budaya Islam di Maluku telah terkontaminasi dengan peradaban moderen yang lebih menonjolkan estetika tanpa menghiraukan pesan-pesan spirit pencerahan. Kajian ini dieksplorasi dalam pembahasan selanjutnya ketika ingin mendapat petunjuk kondisi seni qasidah di Maluku. BAB III DINAMIKA SENI QASIDAH DI KOTA AMBON A. Dinamika Dakwah Dalam Seni Qasidah Secara bahasa dinamika adalah semangat yang menggerakkan suatu benda.46 Sedangkan dakwah ajakan secara bijak kepada pencerahan manusia. Dari kedua kata ini jika digabungkan menjadi dinamika dakwah yang bermakna pergerakan dakwah. Secara pasti belum diketahui kapan dan tahun berapa pertama kali seni qasidah di Maluku serta siapa tokoh utama dalam menggerakkan seni budaya qasidah di Maluku. Dalam catatan sejarawan Maluku Saleh Putuhena mengungkapkan bahwa dinamika dakwah dalam seni qasidah di Maluku berbaringan dengan datangnya para pencari rempah-rempah yang datangan dari berbagai negara seperti dari Timur Tengah, Eropa dan Asia Pasifik. Pelancong rempah-rempah ini datang di Maluku telah memiliki peradaban seni budaya yang cukup tinggi sehingga mereka datang di Maluku bukan saja mencari rempah-rempah tetapi menyebarkan seni budayanya sesuai tradisi dan ekspresi seni yang dimiliki.47 Pesan-pesan agama ketika disampaikan dengan menggunakan lagu qasidah akan lebih mudah diterima akrena banyak panca indra yang aktif saat menikmati lagu qasidah. Misalnya Islam dengan seni budaya Arab, Cina dengan Barongsainya, dan Eropa dengan ekspresi kesesiannya yang kerap kali dinyanyikan saat mereka melakukan Ibadah. 46 Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. IV; Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h.355 47 Saleh Putuhena, Makalah Ilmiah dipresentasikan di depan mahasiswa UIN Alauddin Makassar 2010.
  • 43. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 42 Imprealis dari berbagai negara inilah yang menanamkan pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku. Selain itu ekspresi seni qasidah Islam dan Kristen di Maluku menurut Ibnu Jarir menduga juga bahwa seni budaya Islam di Maluku dipengaruhi oleh budaya-budaya lokal yakni pengaruh seni budaya Jawa misalnya totobuang itu adalah bentuk kesenian di Jawa kemudian dikembangan dan disesuaikan dengan kebudayaan di Maluku sehingga lahirlah seni budaya totobuang. Dalam padangan Hamza Silawane sebagai praktisi seni bahwa totobuang itu berasal dari nama bunyi dari jenis tipa masjid saat azan mau dikumandangkan. Seni musik itu yakni tok-tok bum sehingga diberi nama totobuang.48 Dinamika dakwah dalam seni qasidah adalah salah satu pilihan cara berdakwah yang memiliki komunitas sendiri dalam mencerahkan jiwa masyrakat di kota Ambon. Pandangan ini relevan dengan paradigma Derida ahli linguistik bahasa yang dikutip oleh Alex Sober mengungkapkan bahwa budaya yang kuat memiliki potensi besar memengaruhi budaya yang lemah. Misalnya pengaruh bahasa jawa di Indonesia yang ditayankan di media massa kerap kali turut membentuk satu budaya baru di Indonesia karena lebih mendominasi konstruksi informasi di dunia publik.49 Realitas itu tampak dalam ekspresi seni budaya di Maluku terdiri dari pengaruh Eropa, Cina, dan Timur Tengah. Misalnya toto buang, hadrat, syawat, dan dana-dana. Perkembangan ini sejalan dengan dinamika ekpresi seni budaya Islam di Maluku memengaruhi warna seni saat ini. Menurut Budayawan Maluku Nur Tawainella, Des Alwi, dan Hamadi B. Husain mengungkapkan bahwa Corak seni budaya Islam di Maluku dilatarbelakangi oleh dua budaya besar yakni budaya Timur Tengah dan budaya lokal Provinsi Maluku. Kedua seni budaya ini berakulturasi dengan budaya lokal di Maluku sehingga seni qasidah tumbuh dan berkembangan memembentuk genetic baru yang di kenal Seni Budaya Islam al-Muluk (SBIM). Semesta seni budaya Islam di Maluku bersumber dari seni qasidah kemudian berkembang sesuai kebutuhan masyarakat Maluku 48 Hamza Silawane, Praktisi Musik dan Ketua Sanggal Sari El-Muluk Provinsi Maluku, Wawancara di Rumahnya di Keamatan Sirimau 3 Mei 2013. 49 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Cet. III; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. iii
  • 44. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 43 ekspresi budaya dan kondisi spiritual masyarakat Maluku yang tumbuh dan berkembang sesuai konteks budaya masing-masing. Perkembangan seni budaya Islam di Maluku tahun 70-an menurut tokoh-tokoh dan praktisi seni budaya Islam di Maluku seperti: K.H Ali Fauji, Soleman Drachman, Abdurrahman Kho, Ajit Bin Taher, Abdullah Pattilow, Hadi Basalamah, dan H. R Sanusi, Abdullah Hamid. Mochsen Bahawaeres, Sedangkan kalangan Ibu-Ibu menggerakkan qasidah lewat majelis ta’lim ketka perayaan maulid Nabi Besar Muhammad saw.50 Dari tokoh dan ulama Maluku ini ada dua tokoh yang berbeda pendapat dalam mendefinsikan dan menapsirkan seni qasidah. Terminologi qasidah menurut H.R.Sanusi qasidah itu adalah lagu Arab,51 sedangkan Soleman Drachman seni qasidah adalah semua jenis lagu yang mengandung pesan pencerahan dan perbaikan jiwa manusia itu adalah qasidah.52 Perbedaan kedua tokoh dan ulama ini akibat dari adanya perbedaan rumusan dan definisi tentang qasidah sehingga melahirkan pemahaman yang berbeda tentang seni qasidah. Realitas ini menunjukkan bahwa Dinamika dakwah dalam seni qasidah cukup signifikan ketika ada perayaan Islam. Pertumbuhan dan Perkembangan seni budaya Islam di Maluku sangat dipengaruhi oleh rawi-rawi dalam nada di Barzanji. Pemikiran ini sejalan dengan pandangan Hamza Silawane dan Ibnu Jarir sebagai praktisi seni qasidah mengungkapkan bahwa proses perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku diawali dengan qasidah sebagai sumber mata air seni budaya seni budaya Islam. Qasidah itu awalnya terdiri dari bacaan rawi barzanji kemudian menggunakan tifa, rebana, dan gambus. Dari sinilah mulai seni qasidah itu tumbuh dan berkembang. Menurut Syarifudin sebagai peneliti seni budaya Islam di Maluku bahwa pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku khususnya Qasidah terdiri dari dua model antara lain; 50 Nur Tawainellah, Budayawan Maluku wawancara oleh penulis 23 Januari 2013 di Kementrian Agama Balai Diklat Provinsi Maluku. 51 H.R. Sanusi, Imam Besar Masjid Al-Fatah Ambon Budayawan Maluku wawancara oleh penulis 23 Januari 2013 di Kementrian Agama Balai Diklat Provinsi Maluku. 52 Pensiunan Pegawai kementrian Agama Provinsi Maluku wawancara oleh penulis 23 Juli 2013 di Rumahnya Jalan Permi Ambon Waihaong
  • 45. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 44 1) Perkembangan secara parsial; yakni perkembangan Seni qasidah Islam yang tumbuh jika ada momentum perayaan hari besar Islam. Ekspresi seni budaya Islam tumbuh secara alami saat perayaan Islam tiba. Hal ini tampak saat usai Idul Fitri lebaran tujuh hari di Desa Mamala Kabupaten Maluku, Abda’u di Desa Tulehu pasca lebaran Idul Adha, Syawat, hadrat, Dana-dana, Bambu gila, Qasidah moderen, qasidah klasik, dan Qasidah kolaborasi. 2) Perkembangan secara organisasi; Model perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku dalam bentuk sanggar-sanggar dari komunitas-komunitas musik pada tahuh 1980-an lahir dari komunitas Remaja masjid kemudian membuat sanggar sehingga muncullah komunitas seni budaya dalam bentuk sanggar. Komunitas sanggar inilah membentuk satu organisasi dengan nama-nama Sanggar seperti; Sanggar Mawar Jingga, Sanggar Al-Amri, Mawar Jingga, Sanggar As-Syukur, dan Sanggar el-Sari Muluk yang dibentuk oleh Ny. Retty Assegaf. Realitas perkembangan Seni qasidah Islam di Maluku dalam perspektif Muhammad Aji salah satu Kasubag bidang Kesra di pemerintah mengungkapkan bahwa perkembangan seni budaya Islam di Maluku tumbuh dan berkembang sesuai momentum secara alamiah seni budaya qasidah di Maluku belum maksimal dikelolah secara profesional hal ini terjadi di komunitas Islam dan Kristen. Perkembangan dan pertumbuhan ini juga menurut pandangan praktisi seni budaya Islam di Maluku yang banyak menggerakkan dakwah Islam menggambarkan bahwa seni budaya Islam di Maluku banyak tumbuh dan berkembang secara alamiah berdasarkan respon sosial. Seni qasidah Islam di Maluku tumbuh berdasarkan kondisi kebatinan dan budaya masyarakat Maluku saat momentum perayaan dan festival qasidah. Selain itu setiap bulan suci ramadhan kerap kali dilakukan pertandingan lagu sahur oleh lembaga pemerintah dan swasta. Sampai saat ini pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku belum maksimal dikembangkan sesuai konsep literasi tetapi lebih pada konsep non verbal secara turun temurung dari warisan dari nenek moyang masyarakat Maluku. Seni budaya Islam itu lahir secara spontan dari warisan orang tua yang memiliki genetik seni yang
  • 46. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 45 tinggi sehingga perkembangan dan pertumbuhan seni budaya Islam lebih banyak diwariskan dalam bentuk non verbal yang diwarsikan secara turun-temurung. Hal itu tampak di Banda salah satu Kabupaten Maluku Tengah ada tarian nyiru gila, totobuang, dana-dana, sawat, hadarat, cuci parigi, menggurebe belang(perahu), dan berkembang menjadi seni qasidah klasik. Semua jenis qasidah ini turut mewarnai pergerakan dakwah Islam di Maluku. Seiring dengan perkembangan seni budaya Islam di Maluku Ibnu Jarir salah satu vokalis qasidah terbaik di zamannya juga mengungkapkan bahwa seni qasidah di Maluku lahir dari mata air barzanji kemudian didukung oleh instrumen tipa dan rebana sambil bersalawat kepada Rasulullah saw. Memuji Rasulullah saw dengan menggunakan instrumen rabana. Perkembangan ini sangat semarak pada saat perayaan hari kelahiran Rasulullah saw di Maluku. Istilah Rektor IAIN Ambon Habullah Toisuta ketika memberikan sambutan pada acara perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw mengungkapkan bahwa saat perayaan kelahiran Rasulullah saw ekspresi masyarakat Maluku khususnya majelis ta’lim seakan- akan kota Ambon di bungkus dengan berbagai macam perayaan seni budaya Islam melalui rawi barzanji dengan berbagai jenis lagu, instrumen nada, dan ekspresi seni budaya Islam sesuai daerah masing-masing.53 Perbedaan nada dan instrumen dalam mengekspresikan barzanji ini sebagai tanda bahwa Maluku sangat kaya dengan paradigma seni budaya Islam. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika dakwah Islam di Maluku cukup tinggi lewat qasidah. Kekayaan seni budaya Islam di Maluku tampak saat raker dan pertandingan pada even-even nasional baik kristen maupun muslim di Maluku selalu menjadi juara. Realitas ini menunjukkan bahwa jika praktisi seni budaya Islam di Maluku menata sumber-sumber seni budaya Islam dan kristen sesuai dengan standar profesionalisme maka tidak mustahil Maluku menjadi standar seni qasidah terbaik di dunia. Sehingga dapat di gambarkan oleh Syarifudin bahwa jika Sulawesi terkenal dengan aksara lontara, sastra terpanjang di 53 Sambutan Ketika Majelis Ta’lim Ibu Darmawanita IAIN Ambon memperingati hari kelahiran Rasulullah saw. 2013 di rektorat IAIN Ambon.
  • 47. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 46 dunia, Jawa terkenal dengan naskah jawinya, wayang maka Maluku terkenal dengan seni qasidahnya. B. Lirik Seni Qasidah Mengandung Pesan Dakwah. Salah satu jenis muzik qasidah dan sastera tertua dalam Islam di Maluku adalah qasidah. Bahkan jika dikaji dari sejarahnya, nilai-nilai seni ini sudah ada sebelum kedatangan Islam di Provinsi Maluku. Orang Arab yang terkenal memilik cita rasa tinggi terhadap puisi dan syair memperkenalkan qasidah sebagai sarana dakwah salah satu bentuk syair yang diagung-agungkan mereka. Sampai saat ini komunitas turunan Arab di Maluku masih tampak saat perayaan maulid dengan gambus, marwas, dan jenis musik laninnya. Dalam masyarakat Islam di Maluku, Qasidah adalah bait-bait syair (terdiri daripada 6-10 bait) yang memuatkan puji-pujian dan penghormatan kepada Alllah dan Rasul-Nya. Ketika Islam datang Maluku, kandungan qasidah berisi puji-pujian kepada Nabi Muhammad saw. Qasidah kemudiannya dilagukan dengan iringan muzik rebana. Qasidah moden sering dipertandingkan oleh LASQI Provinsi Maluku yang memiliki lirik bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Qasidah sering dikaitkan dengan muzik Arab atau gambus yang diiringi rebana atau alat muzik khas Arab lain. Seiring dengan kemajuan teknologi dan penerimaan orang Islam terhadap muzik, qasidah turut mengalami modenisasi sehingga dikenal dengan qasidah moderen dan qasidah klasik. Qasidah klasik adalah jenis qasidah yang memiliki personil 6-15 orang, menggunakan rebana dan jenis muzik elektrik, sedangkan jjenis qasidah moderen menggunakan fasilitas musik elektrik. Kedua jenis musik ini digunakan sebagai media dakwah oleh komunitas muzik di Maluku. Al- muhalhal bin rabiah al- tuglabi Para penulis sastera Arab berpendapat, orang pertama yang mencipta qasidah ialah penyair Arab al- Muhalhal bin Rabiah al- Tuglabi yang hidup beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad SAW lahir.54 Qasidah kemudian mengalami perkembangan ketika para penyair pra- Islam terkenal seperti Umru al-Qais, 54 Oliver Leaman,an Introduction to classical Islamic philosophy ( Cambridge Universty Press, 2001), h. 201.
  • 48. Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 47 Alqamah dan ubaid menulis syair-syair qasidah dan membacakannya di depan Kaabah. Bahkan ada beberapa qasidah yang ditulis oleh Umru al- Qais yang menjadi sebahagian daripada syair yang digantung di dinding Kaabah. C. Rebana dan SDM Praktisi Seni Qasidah. Pengertian rebana menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah gendang pipih bundar yang dibuat dari tabung kayu pendek dan agak lebar ujungnya, pada salah satu bagiannya diberi kulit.55 Fasilitas inilah yang digunakan untuk mengiringi shalawat dan Barzanji. Biasanya lagu-lagu qasidah diiringi rebana dan tamborin. Rebana berfungsi sebagai alat muzik yang mengiringi nyanyian lagu berlirik Islami berupa pujian terhadap Allah swt dan Rasul-Nya. Sebagian besar kalangan praktisi qasidah di Maluku belum memahami hakikat dan fungsi qasidah mereka sekedar bermain muzik tetapi pesan-pesan ruhani belum diaktualisasikan seacra maksimal dalam prilaku kehidupan sehari-hari. Dalam sejarah qasidah pelajaran yang didakwahkan oleh para ulama yang datang di Maluku seperti Ibnu Batuta yang dikutip oleh Faisal bakti mengungkapkan bahwa fungsinya adalah dakwah dan doa.56 Hal ini relevan dengan nama musik rebana. Rebana berasal daripada kata rabbana, yang maksudnya wahai Tuhan kami (suatu doa atau pujian terhadap Tuhan). Qasidah mencapai kemuncaknya pada zaman Abbasiyah. Para penyair Islam seperti al-Mutanabbi, tidak hanya mencipta syair qasidah, tetapi juga mengembangkan ilmu yang menjadi kaedah penulisannya, yaitu 'ilm 'arud. Pada zaman Mamluk, qasidah mendapat perhatian bersungguh-sungguh. Al-Busyiri, seorang penyair, mengarang himpunan qasidah yang dikenali dengan qasidah Burdah. Qasidah ini memuatkan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan syair lagu Qasidah berzanji yang kini popular di kalangan masyarakat di Indonesia dan Malaysia, banyak dipengaruhi oleh buku karangan al-Busyiri. 55 Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( Cet. IV; Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h . 1275. 56 Andi Faisal Bhakti, Nation and Bilding Ulama Nusantara (Cet. II; Bandung: Teraju, 2010), h. 34.