1. LAPORAN OBSERVASI
METODE PENDAMPINGAN INDIVIDU
BIMBINGAN DAN KONSELING SISWA DI SMK NU MA’ARIF
KUDUS
Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah : Pekerjaan Sosial
Dosen Pengampu : Syaifuddin, M.Si
Disusun Oleh :
SULISTIYANI
NIM : 412088
ELK BKI
Semester V ( Lima )
B IM B ING A N D A N K O NS E L I NG IS L A M
J UR US A N D A K W A H & K O M UNI K A S I
S E K O L A H T ING G I A G A M A IS L A M NE G E R I
K UD US
2. 2 0 1 4 / 2 0 1 5
Metode Pendampingan Individu dalam Bimbingan dan Konseling Siswa
Di SMK NU Ma’arif Kudus
A. SekilasTentang BImbingan Konselingdi Sekolah
Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya
BimbingandanKonseling(dulunyaBimbingandanPenyuluhan) padasettingsekolah. Pemikiran ini
diawali sejaktahun1960. Hal ini merupakansalahsatuhasil Konferensi FakultasKeguruandan Ilmu
Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 – 24 Agustus 1960.
Perkembanganberikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan
Bimbingandan Penyuluhan.Tahun1971 berdiri ProyekPerintisSekolahPembangunan (PPSP) pada
delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP
Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Manado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan
dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan
Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya
memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di
IKIP(setingkatD2atau D3) untukmengisi jabatanGuruBimbingandanPenyuluhan di sekolah yang
sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan. Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak
adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan
secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang
Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di
dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran
awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan mereka.
Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas,
parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP.
Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua
muriddiundangke sekolaholehguruBPdibenakorangtuaterpikirbahwaanaknyadi sekolahmesti
bermasalahatauada masalah.HinggalahirnyaSKMenpan No. 83/1993 tentangJabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di
sekolah.Ketentuanpokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No
025/1995 sebagai petunjukpelaksanaanJabatanFungsionalGurudanAngkaKreditnya.Di DalamSK
Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di
sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di sekolah mulai jelas.
Bimbingan Konseling merupakan salah satu komponen penyelenggaraan pendidikan di
sekolahyangkeberadaannyasangatdibutuhkan,khususnya untuk membantu peserta didik dalam
pengembanganpribadi,kehidupansosial,kegiatanbelajar, serta perencanaan dan pengembangan
karir. Karena itu, Struktur kurikulum yang dikembangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) mencakup tugas Bimbingan Konseling pada pengembangan diri peserta didik
(Depdiknas, 2006; Andi Mapiare, 2008). Dalam kurikulum ini ada tiga komponen yang saling
mendukungyaitu;(1) Mata Pelajaran;(2) Muatan Lokal; (3) Pengembangan diri (Depdiknas, 2006).
Pengembangandiri merupakankegiatanpendidikandi luarmatapelajaransebagai bagian
integral dari kurikulumsekolah.Kegiatanpengembangandiri dilakukanmelalui kegiatan pelayanan
konselingdankegiatanektrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi/dilaksanakan oleh
konselor (Depdiknas, 2006; h. 1837).
Beranjak dari pemikiran di atas, maka program Bimbingan Konseling memiliki tempat
yang strategis dalam pengembangan diri peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan di
sekolah serta tujuan pendidikan nasional secara umum.
B. Profil Bimbingan dan Konselingdi SMK NU Ma’arif Kudus
Visi,Misi dan Tujuan
Visi : Menjadikan civitas akademika / warga SMK NU Ma’arif Kudus, sebagai pribadi yang
mampu mengembangkan diri secara optimal, sehingga menjadi pribadi yang sehat
jasmani rohani.
Misi :
3. 1. Misi Pendidikan :Memfasilitasiperkembanganpesertadidikmelaluipembentukanperilaku
efektif, normatif dalam kehidupan sehari-hari.
2. Misi Pengembangan : Memfasilitasi perkembangan potensi dan kompetensi siswa di
sekolah, keluarga, masyarakat dan agama.
3. Misi Pengentasan Masalah : Memfasilitasi pengentasan siswa sehingga bisa berkembang
secara optimal.
Tujuan
Tujuan Umum : Membantu siswa mencapai perkembangan optimal sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila, kemampuan, bakat, minat, dan cita-citanya.
Tujuan Khusus :
1. Agar siswamengenal dirinyasendiri,kekuatan,kelemahan,kemampuan,bakat,minat,cita-
cita, sikap, perasaan, dan nilai-nilai yang dianutnya.
2. Mengenal lingkungannya meliputi lingkungan pendidikan, pekerjaan, sosial, atau
kemasyarakatan dan alam.
3. Mampu merumuskan rencana pribadi yang berkaitan dengan karier, pendidikan, rencana
kehidupan.
4. Mampu mengembangkan potensi, minat, dan cita-citanya.
Sasaran Mutu
Pada tahunpelajaran2014 / 2015, yang menjadi sasaranmutuunitkerjaBimbingandan
KonselingSMKNUMa’arif Kudusadalah:
a. Meningkatkan pelayanan Konseling dengan mengadakan ruang konseling yang
representative.
b. Mengadakan Home Visit untuk 2 kali dalam satu bulan,
c. Siswa mentaati tata tertib minimal 80 %
d. Penurunantingkatkebutuhan layanan khusus Bimbingan Konseling sesuai dengan bidang
layanan sebesar kurang dari 25 %.
e. Siswa tidak terlambat datang ke sekolah minimal 60 %
f. Memberikan Pelatihan Psikotes bagi Kelas XII sebagai persiapan seleksi masuk Dunia
Industri
Program Kerja BK SMK NU Ma’arif Kudus
No
Komponen
Program
Tujuan Khusus Sasaran Layanan
Strategi
Layanan
Waktu Dan
Pelaksanaan
Penilaian
1 Layanan
Bimbingan
Dasar
Membantu
Perkembangan
Siswa:
- Keterampilan
- Pengetahuan
- Sikap akademik
- Karir
- Siswa
- Harga diri
- Motivasi
- Pembuatan
keputusan
- Kemampuan
komunikasi
Bimbingan
Kelompok
Terprogram
Pelaksanaan
Konselor,
Guru,
Personalia
2 Perencanaan
Individual
Siswa
Membantu siswa
membuat dan
mengimplementas
ikan rencana
pribadi,sosial,
pendidikan dan
karir
- Siswa
- Rencana BK
- Karir
- Pribadi sosial
- Bursa kerja
- Kelompok-
kelompok kecil
- Assesment
individual
- Pertimbangan
Induk Keluarga
- Penempatan
Insidental Tes
Psikologi
3 Layanan
Responsif
Membantu Siswa
DalamLayanan
Intervensi
- Siswa
- Lamban
- Bolos
- Penangan putus
sekolah
- Hubungan sosial
- Obat-obatan
terlarang
- Keluarga
- Stres
- Pelecehan
- Konsultasi
- Konseling
individu dan
kelompok kecil
- Konseling
krisis
- Layanan
rujukan
- Layanan
mediasi
- Teman sebaya
Insidental Rekap
Presensi
dan Rapor
4 Dukungan
Sistem
Mendukung dan
meningkatkan
- Sifatbimbingan
- Personalia
Kerjasama dan
Konsultasi
Terprogram,
Pelaksana BK,
Laporan
Kerja
4. pelaksanaan
program sekolah
- Pengelolaan Dana
- Fasilitas
- SDM
PersonaliaTU
Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA BIMBINGAN KONSELING
SMK NU MA’ARIF KUDUS
Uraian Tugas & Wewenang
Koordinator BK
Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah atas terselenggaranya bimbingan
konseling/bimbingan kejuruan kepada siswa SMK NU Ma’arif Kudus.
Wewenang :
Mengkordinir penyelenggaraan bimbingan konseling/bimbingan kejuruan
Meningkatkan pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling/ bimbingan kejuruan
Tugas :
Membuat program tahunan pelaksanaan bimbingan konseling/bimbingan kejuruan
Membuat pembagian tugas guru BK dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling/bimbingan kejuruan
Memantau pelaksanaan layanan bimbingan konseling/bimbingan kejuruan
Mengevaluasi pelaksanaan bimbingan konseling/bimbingan kejuruan
Menganalisis pelaksanaan bimbingan konseling/bimbingan kejuruan
KEPALA SEKOLAH
Drs. H. Akhmad Nadlib
KOORDINATOR BK
Sri Sulasih, S.Pd
WALI KELASGURU DIKLAT
STAF BK
1. Drs. Bambang Rusmanto
2. Drs. Surakhmat
5. Melaporkanpelaksanaanbimbingankonseling/bimbingankejuruansecara berkala dan
incidental
Staf BK
Tanggung Jawab :
Membantu Koordinator BK bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah atas
terselenggaranyabimbingankonseling/bimbingankejuruankepadasiswa SMK NU Ma’arif
Kudus.
Wewenang :
Membantu Koordinator BK mengkoordinir penyelenggaraan bimbingan
konseling/bimbingan kejuruan
Membantu Koordinator BK meningkatkan pelayanan bimbingan konseling/
bimbingan kejuruan
Tugas :
Membantu Koordinator BK membuat program tahunan pelaksanaan bimbingan
konseling/bimbingan kejuruan
Membantu Koordinator BK membuat program tahunan pelaksanaan bimbingan
konseling/bimbingan kejuruan
Membantu Koordinator BK memantau, mengevaluasi dan menganalisis pelaksanaan
layanan bimbingan konseling/bimbingan kejuruan
MembantuKoordinatorBKmelaporkanpelaksanaanbimbingankonseling /bimbingan
kejuruan secara berkala dan insidental
Struktur Jaringan Kerja BK
C. Studi Kasus KonselingIndividudi SMK NU Ma’arifKudus
( Hasil Wawancara denganIbuSri Sulasih,S.Pd - Guru BimbingandanKonseling)
SekolahMenengahKejuruan( SMK) Nu Ma’arif Kudusyang beralamatdi Jalan Prambatan
Lor 679 Kaliwungu Kudus pada tahun pelajaran 2014 / 2015 sekarang ini telah memiliki jumlah
peserta didik keseluruhan 1.418 siswa dari 6 kompetensi keahlian. Jumlah guru produktif dan
normatif yang mengampu sebanyak 85 tenaga pendidik. Sedangkan untuk proses bimbingan dan
konseling terdapat 3 guru BK / Konselor yang secara otomatis setiap guru BK memiliki jumlah
peserta didik asuh sebanyak +/- 500 siswa.
Dalam studi bimbingan dan konseling yang dilakukan di sekolah ini, kami berusaha
menggali informasikhususnya mengenai pendampingan / konseling individu yang dilakukan oleh
guru BK / Konselor terhadap peserta didik. Konseling Individu merupakan salah satu layanan dari
beberapa layanan yang diberikan guru BK sebagai metode / kegiatan membimbing atau
berkomunikasi dengan peserta didik. Hasil dari observasi langsung dan wawancara dengan salah
satu guruBK di SMK NU Ma’arif Kudus – Ibu Sri Sulasih,S.Pd – kami memperoleh banyak informasi
6. mengenai pelaksanaankonselingindividudi sekolahini. Mulai dari kendala, faktor pendukung dan
penghambat dalam proses konseling tersebut.
Pelaksanaan konseling individu dilakukan melalui tahapan yakni tahap sebelum dan
sesudahproseskonseling.Tahapansebelumadalahberupapengumpulan data dan informasi serta
karakter dan sikap mengenai siswa yang akan dikonseling. Sedangkan tahapan setelah adalah
proseskonseling yang dilaksanakan yang terdiri dari tahapan awal berupa membangun hubungan
dengansiswa,tahapaninti meliputi langkahuntukmemperolehgambarandiri dan hakikat masalah
yang dihadapi dan faktor penyebabnya, penemuan altematif pemecahan masalah dan tahapan
akhir, yaitu tahap penilaian dan tindak lanjut serta.
Pelaksanaan layanan konseling perorangan menunjukkan keberhasilan jika adanya
perubahantingkah laku pada siswa yang memanfaatkan layanan tersebut, dan adanya perubahan
polaberfikirdanpemahamanterhadappermasalahanyang dihadapinya serta adanya peningkatan
kemampuan di dalam pengambilan tindakan dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya. Selain itu, layanan konseling perorangan yang dilakukan siswa juga dapat meminta
bantuan tenaga-tenaga khusus yang ada selain guru BK, yakni oleh pihak kurikulum, pihak
kesiswaan,guru atauwali kelas.Ini menjadi faktorpendukung dan motivasi bagi siswa untuk mau
melaksanakankonselingindividukarenasiswabisalebihleluasaterbukamenceritakanmasalahnya.
Siswayangtertutupdan engganmelaksanakankonselingindividumenjadisalahsatukendaladalam
mengembangkan potensi siswa tersebut melalui bimbingan dan konseling. Dan kenyataan di
lapangan,konselingindividu dilakukan setelah siswa menghadapi kasus / masalah, semisal bolos
sekolah, sering terlambat masuk, penyalahgunaan HP, pacaran di luar batas dan lain-lain.
Faktor-faktor yang menjadi penghambat konseling individu di SMK NU Ma’arif Kudus
yakni yang berkaitan dengan penghimpunan data siswa yang belum optimal, guru BK yang
mengampu terlalu banyak siswa asuh sehingga konsentrasi penyelesaian masalah sangat lambat
serta adanya tuntutan administrasi guru yang memerlukan banyak tenaga dan waktu. Selain itu,
faktor penghambat lainnya adalah kurangnya pengetahuan dan kemampuan guru BK mengenai
konseling dan pengembangan dan pertumbuhan remaja sekarang ini yang senantiasa berubah
sesuai kemajuan tekhnologi dan informasi. Kasus ini bisa ditemukan saat siswa menggunakan
tekhnologi baru semisal smartphone, i-phone, i-pad, netbook, dan lain-lain – sedangkan guru BK
tidak memiliki kemampuan akses terhadap media tersebut.
D. ProblematikaBimbingan Konselingdi Sekolah
Internal
1. Guru BK belum mampu mengembangkan profesionalitasnya sebagai konselor sekolah
Latar belakang:
Masih banyakanyasiswayanngbelumbisamengembangkan potensi yang ada dalam dirinya
dan belummaksimalnyapelaksanaanBK di sekolah, baik dalam layanan bimbingan maupun
pada saat konseling. Ini menunjukkan rendahnya kemampuan guru BK yang ada di sekolah.
Upaya penyelesaian
Untuk mengatasi hal tersebut dalam upaya peningkatan profesionalitas guru BK tentunya
dapat dilakukan dengan mengikuti seminar, workshop yang membahan pengetahuan
tentangbimbingankonselingdankegiatanlainyangberkenaandenganbimbingankonseling.
2. Keterbatasan waktu dalam memberi layanan BK
Latar belakang:
Rasio satu guru BK dengan peserta didik yang di atas 1:400, sehingga bila di sekolah hanya
ada tiga guru BK berarti harus mampu menangani sekitar 470 peserta didik. Selain itu,
pelaksanaan BK hanya diberikan pada waktu jam istirahat atau jam mata pelajaran BK.
Upaya penyelesaian:
Upaya yang bisa dilakukan untuk masalah tersebutadalah konselor bisa melakukan
bimbingan kelompok sehingga bisa membantu konseli untuk menenukan solusi sendiri,
mengambil keputusan, sehingga banyak waktu yang sangat sedikit itu dapat dimanfaatkan
dengan maksimal dan optimal
3. Kurangnya dukungan dari sistem yang ada di sekolah
Latar belakang:
Kurang maksimalnya guru BK dalam bekerja, salah satunya adalah kurangnya komunikasi
antara guru kelas, wali kelas, kepalasekolahdanlain-lainyang masih dalam lingkup sekolah.
Hal ini bisa membuat konselor kurang bisa segera memberikan layanan konseling dan
mendapat informasi yang cepat mengenai siswa.
Upaya penyelesaiana:
Konselor bisa menjalin komunikasi yang baik dengan pihak-pihak yang terkait yang ada di
sekolah sehingga semua sistem bisa berjalan dengan baik dan mendukung proses BK.
7. 4. Tidak tersedia bank data (data jenis-jenis pekerjaan)
Latar belakang:
Bingungnya konselordalammemberikan layanan terutama dalam jenis layanan karir. Hal ini
disebabkan karena bank data tidak tersedia dengan baik, bahkan saat ini dinas pendidikan
dan depnaker juga tidak memiliki bank data.
Solusi:
Untuk penyelesaianhal ini tentu mulai saatini harusbisamengumpulkansedikitdemi sedikit
data tentangjenispekerjaan,sehinggabisaterkumpul denganmelibatkan peserta didik atau
mahasiswa jurusan BK untuk bisa membantu dalam melengkapi bank data tersebut.
5. Konselor sering tidak bisa menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik
Latar belakang:
Gambaran konselor yang sangat killer membuat siswa sering menghindar apabila bertemu
dan berpapasan, ditambah lagi minimnya waktu tatap muka antara konselor dan peserta
didik.
Solusi:
Menjadi konselorharusbisamenjadi mitrapesertadidikbukannya menimbulkanjarak,hal ini
salah satu cara yang bisa dilakukan:
a. Konselor harus bersikap ramah dan membuang image killer
b. Mempunyai ketulusan
c. Penerimaan tanpa syarat terhadap semua peserta didik
d. Menumbuhkan sikap empati.
Ekternal
1. Konselor dianggap sebagai polisi sekolah
Latar belakang:
Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah
yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib dan keamanan sekolah. Anggapan ini
mengatakan ”barangsiapa di antara siswa-siswa melanggar peraturan dan disiplin sekolah
harus berurusan dengan konselor”. Tidak jarang pula konselor sekolah diserahi tugas
mengusutperkelahianataupunpencurian.Konselorditugaskan mencari siswa yang bersalah
dan diberi wewenang untuk mengambil tindakan bagi siswa-siswa yang bersalah itu
(cenderung menghukum siswa yang bermasalah).
Upaya perbaikan:
Tugas bimbingan dan konseling adalah kawan pengiring, petunjuk jalan, pembangun
kekuatan,danpembinatingkahlakupositif.Tugas bimbingan dan konseling hendaknya bisa
menjadi konselor pengayom bagi siapa pun yang datang kepadanya. Dengan pandangan,
sikap, ketrampilan dan penampilan konselor, maka siswa atau siapapun yang berhubungan
dengan konselor akan memperoleh suasana nyaman.
2. Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat
Latar belakang:
Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka
pengembangan pribadi klien secara optimal. Akan tetapi terkadang di sekolah konselor
bukanlahorangyang benar-benarprofesional sehingga pada saat proses konseling terkesan
hanya memberikan nasehat bukan membantu konseli dalam menentukan keputusan atau
solusi terhadap masalahnya dan memandirikan
Upaya perbaikan:
Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta mensinkronisasikan upaya
yang satu dan upaya lainnya sehingga keseluruhan upaya itu menjadi suatu rangkaian yang
terpadudan berkesinambungandanmemahami teknik-teknik konseling sehingga pada saat
proses konseling tidak hanya memberi nasehat.
3. Bimbingan dan Konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja
Latar belakang:
Sebagianorangberpandanganbahwa BKituada karenaadanya masalah, jika tidak ada maka
BK tidak diperlukan, dan BK itu diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah saja.
Memang tidak dipungkiri bahwa salah satu tugas utama bimbingan dan konseling adalah
untuk membantu dalam menyelesaikan masalah. Tetapi sebenarnya juga peranan BK itu
sendiri adalah melakukan tindakan preventif agar masalah tidak timbul dan antisipasi agar
ketikamasalahyangsewaktu-waktudatang tidak berkembang menjadi masalah yang besar.
Upaya perbaikan:
8. Konselor selalu mengamati semua siswa baik yang memiliki masalah atau yang tidak
bermasalahuntukmenghindari anggapantersebut.Hendaknyakonselorselalumelaksanakan
fungsi bimbingan preventif untuk meminimalisir anggapan tersebut.