Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Dokumen_Analisis_Dampak_Lingkungan_AMDAL.pdf
1. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Jalan sebagai salah satu bentuk prasarana transportasi memiliki peran penting
dalam perkembangan sosial ekonomi wilayah. Pada tahap awal, infrastruktur jalan
mampu membuka keterisolasian daerah untuk mendukung pertumbuhan. Pada tahap
selanjutnya infrastruktur jalan akan dibutuhkan untuk melayani tuntutan akibat
pergerakan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Selain itu, jalan juga berperan
penting dalam membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan
pertahanan dan keamanan nasional.
Untuk mewujudkan peran tersebut, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal
Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota bermaksud mengembangkan perekonomian dan mengurangi
kemiskinan serta mendukung semua aspek kehidupan masyarakat dalam bidang
transportasi, pariwisata dan keamanan melalui pelaksanaan kegiatan pembangunan
dan/atau peningkatan jalan di Provinsi Maluku yang akan dibiayai melalui pinjaman
Bank Dunia (World Bank) melalui Western Indonesia National Road Improvement
Project (WINRIP).
Ruas jalan yang akan dibiayai melalui pinjaman Bank Dunia (World Bank)
Western Indonesia National Road Improvement Project (WINRIP) adalah ruas jalan
A.Y. Patty–Liang sepanjang 40 km ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
maksimal bagi masyarakat pengguna dan masyarakat sekitarnya. Bagi masyarakat
2. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 2
yang terkena proyek peningkatan jalan ini dapat memberikan peningkatan dalam
kehidupan sosial ekonominya.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 (Pasal 22), dimana setiap usaha dan/atau
kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan wajib memiliki AMDAL.
Kegiatan yang wajib memiliki AMDAL menurut Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 11 Tahun 2006, ditetapkan berdasarkan: Potensi dampak penting dan
Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi dampak
penting negatif yang akan timbul.
I.2. Tujuan dan Manfaat Kegiatan
I.2.1. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari proyek peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang di Provinsi
Maluku ini adalah untuk meningkatkan perekonomian dan mengurangi kemiskinan
serta mendukung semua aspek kehidupan masyarakat dalam bidang transportasi,
pariwisata dan keamanan.
I.2.2. Manfaat Kegiatan
Manfaat utama dari kegiatan pembangunan peningkatan ruas jalan A.Y.
Patty–Liang di Provinsi Maluku ini adalah untuk meningkatkan sarana transportasi
antara jalan A.Y. Patty ke Liang. Manfaat lainnya adalah perbaikan sarana
transportasi keseluruhan.
I.3. Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku
Pelaksanaan studi AMDAL Peningkatan Ruas Jalan A.Y. Patty–Liang
sepanjang 40 km dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa peraturan perundang-undangan dalam upaya
3. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 3
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang relevan adalah sebagai
berikut:
A. Undang-Undang
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104 dan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 20431). Penggunaan
lahan kegiatan peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang mengacu pada
peraturan ini.
2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomar 49 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419).
Pemrakarsa kegiatan perlu untuk mengacu pada peraturan ini ketika berurusan
dengan konservasi dan ekosistem sumber daya alam di sekitar peningkatan ruas
jalan A.Y. Patty–Liang.
3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125). Kegiatan peningkatan
ruas jalan A.Y. Patty–Liang harus memperhatikan peraturan ini terutama dalam
hal kebijakan dalam pemerintahan daerah tentang pembangunan regional.
4. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2007). Lokasi kegiatan harus
sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ada.
5. Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 61, Tambahan
4. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 4
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846). Berkenaan dengan tugas,
hak, wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah antara hak dan
kewajiban masyarakat umum untuk memberikan, memperoleh dan
menggunakan informasi.
6. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4851). Sebagai acuan untuk menjaga kebersihan
lingkungan dan pengelolaan sampah yang ditimbulkan dari kegiatan proyek.
7. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025). Kegiatan mobilisasi
peralatan dan management lalu lintas pada peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–
Liang.
8. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Kegiatan yang akan dilakukan harus mengikuti peraturan
tentang pengelolaan lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
B. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No.
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3838). Kegiatan
yang menimbulkan dampak harus dilengkapi dengan dokumen AMDAL.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan harus dilaksanakan terhadap
dampak-dampak yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan proyek.
5. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 5
2. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3853). Peraturan-peraturan ini
berhubungan dengan pengendalian emisi dan polutan yang dihasilkan dari
peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penggunaan Tanah (Lembar
Negara No. 45 tahun 2004, Tambahan Lembar Negara No. 4385).
Penggunaan lahan untuk kegiatan proyek akan mengikuti peraturan ini.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota. Sebagai acuan kewenangan pelaksanaan dan
pengawasan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
5. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 28,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833). Lokasi
kegiatan harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ada.
C. Keputusan/Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP.48/MENLH 11/1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan. Kebisingan harus dikelola dan dipantau
untuk memenuhi baku mutu kebisingan yang berlaku.
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
6. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 6
(RPL). Pelaksanaan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RKL-
RPL) dilaporkan secara berkala mengikuti petunjuk yang tertera di peraturan
ini.
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan ini, menggantikan peraturan sebelumnya yaitu keputusan No. 09
Tahun 2000, tentang pedoman dalam penyusunan dokumen KA, ANDAL,
RKL, RPL dan Ringkasan Eksekutif.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Kegiatan peningkatan ruas jalan A.Y.
Patty–Liang dipertimbangkan menyebabkan dampak penting terhadap
lingkungan, sehingga harus menyiapkan dokumen AMDAL sesuai dengan
peraturan ini.
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2008 tentang Tata
Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Dokumen AMDAL harus dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL sesuai tata
kerja yang berlaku.
D. Keputusan Menteri Perhubungan
1. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 69 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan. Aktivitas proyek yang akan
memobilisasi alat-alat berat dan management lalu lintas dengan menggunakan
jalan umum, implementasinya akan merujuk pada peraturan ini.
7. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 7
E. Keputusan Kepala Bapedal
1. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 056/BAPEDAL/03/1994 tentang Pedoman
Mengenai Ukuran Dampak Penting. Skala ukuran dampak yang dinyatakan
dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan mengacu pada peraturan ini.
2. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 299/BAPEDAL/11/1996 tentang Pedoman
Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL. Komponen sosial
merupakan bagian yang dikaji dalam penyusunan analisis mengenai dampak
lingkungan peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang.
3. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan. Proses keterlibatan masyarakat dan keterbukaan
informasi yang dilaksanakan dalam proses AMDAL harus mengacu kepada
peraturan ini.
F. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat
1. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK. 726/AJ.307/DRJD/2004
tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat di Jalan. Jika
aktivitas akan memobilisasi alat-alat berat dengan menggunakan jalan umum,
implementasinya akan merujuk pada peraturan ini.
8. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 8
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI
II.1. Lingkup Rencana Kegiatan yang Akan Ditelaah dan Alternatif Komponen
Rencana Kegiatan
II.1.1. Status dan Lingkup Rencana Kegiatan yang Akan Ditelaah
Dalam rangka peningkatan jalan di wilayah Provinsi Maluku, maka
Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Direktorat Bina Teknik, Direktorat
Jenderat Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia mengambil
langkah-langkah kongret, salah satunya adalah rencana peningkatan ruas jalan A.Y.
Patty–Liang.
Studi AMDAL ini dilakukan setelah kajian teknis rencana peningkatan ruas
jalan A.Y. Patty–Liang, sehingga uraian kegiatan dalam AMDAL ini mengacu pada
kajian tersebut.
Kegiatan secara administrasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Sirimau dan
Kecamatan Salahutu. Berikut adalah nama-nama desa yang dilalui rencana
peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang:
Tabel 1. Administrasi Ruas Jalan A.Y. Patty–Liang
Kabupaten Kecamatan Desa/Kelurahan
- Sirimau Waihoka
Karpan
Rijali
9. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 9
Batu Meja
Batu Gajah
Ahusen
Uritetu
Honipopu
Maluku Tengah Salahutu Suli
Tengah-tengah
Tulehu
Tial
Waai
Liang
Gambar 1. Tampak Ruas Jalan A.Y. Patty
10. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 10
Gambar 2. Peta Lokasi Peningkatan Ruas Jalan A.Y. Patty–Liang
II.1.2. Pelaksanaan Kegiatan Proyek
Kegiatan peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang merupakan salah satu
upaya dalam melancarkan jalur transportasi antara kecamatan Sirimau dan kecamatan
Salahutu. Berdasarkan rencana kegiatan, maka pelaksanaan kegiatan ruas jalan A.Y.
Patty–Liang terdiri dari 3 tahapan utama yaitu Tahap Pra Konstruksi, Tahap
Konstruksi dan Tahap Pasca Konstruksi. Uraian masing-masing tahapan adalah
sebagai berikut:
II.1.2.1 Tahap Pra Konstruksi
1. Perizinan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah kegiatan pengurusan
perijinan yarig terkait dengan rencana peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–
Liang.
11. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 11
2. Sosialisasi
Sosialisasi melalui media akan dilaksanakan melalui penerbitan di Koran
Ekpres pada tanggal 04 Februari 2016 serta sosialisasi dengan masyarakat
akan dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2016 di Ruang Aula Kecamatan
Sirimau.
3. Koordinasi
Koordinasi dilakukan sebagai upaya persiapan agar kegiatan ini dapat berjalan
dengan baik, koodinasi dilakukan antara lain kepada:
o P2JN Provinsi Maluku, terkait dengan manajemen lalu lintas pada
tahap konstruksi maupun operasi ruas jalan A.Y. Patty–Liang.
o Satuan Polisi Pamong Praja, terkait dengan keamanan dan ketertiban
masyarakat di sekitar lokasi peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang.
o Aparat Pemerintah Provinsi Maluku dari tingkat kabupaten,
kecamatan, desa, kampung, tokoh masyarakat, dan dusun setempat
yang terkena dampak dari kegiatan peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–
Liang.
o Badan Lingkungan Hidup Maluku, terkait dengan minimalisasi
dampak dari kegiatan peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang ke
lingkungan sekitar.
4. Perencanaan Teknis
A. Data Teknis
Secara ringkas data teknis rencana kegiatan Peningkatan Ruas Jalan A.Y.
Patty–Liang dapat dilihat pada tabel 2.
12. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 12
Tabel 2. Data Teknis Rencana Kegiatan
No. Uraian Satuan Ukuran
1. Tipe jalan l 2/2 UD
2. Jumlah lajur - 2
3. Lebar badan jalan Meter 6
4. Lebar bahu jalan Meter 1,00 – 1,50
5. Jenis perkerasan - Flexible
Pada saat ini rencana kegiatan Peningkatan Ruas Jalan A.Y. Patty–Liang baru
dalam tahap Perencanaan Teknik Akhir (Detail Engineering Design). Untuk
pelaksanaan konstruksinya diperkirakan akan dilaksanakan pada tahun 2016 dengan
masa konstruksi selama 6 bulan. Selanjutnya untuk jadwal pelaksanaan Peningkatan
Ruas Jalan A.Y. Patty–Liang disajikan dalam tabel 3.
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Peningkatan Ruas Jalan A.Y. Patty–Liang
B. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan cara menutup satu lane jalan
eksisting sehingga arus lalu lintas masih tetap dapat berjalan meskipun hanya satu
lane. Kelengkapan standar yang akan digunakan dalam pelaksanaan konstruksi antara
13. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 13
lain: moveable concrete barrier, rotary lamp, fleshing lamp, traffic cone, walky-talky,
petugas pembawa bendera dan kelengkapan lainnya.
C. Kebutuhan Sumber Daya Manusia dan Peralatan
1. Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Kebutuhan sumber daya manusia pada tahap konstruksi Peningkatan
Ruas Jalan A.Y. Patty–Liang diperkirakan ± 50 orang. Adapun
komposisi dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan ditunjukkan pada
tabel 4.
Tabel 4. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja (Kontraktor) yang
Dibutuhkan untuk Kegiatan Proyek
No. Komposisi Tenaga Kerja Jumlah
(orang)
1. General Superintendent 1
2. Site Engineer / Manajer Proyek / Wakil G.S 1
3. Pelaksana Utama 1
4. Pelaksana Struktur Jembatan 1
5. Assisten Pelaksanan Struktur Jembatan 1
6. Pelaksana Peningkatan Jalan 1
7. Assisten Pelaksana Peningkatan Jalan 1
8. Pelaksana Geodesi / pengukuran 1
9. Assisten Pelaksana Geodesi 1
10. Bagian Engineering 1
14. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 14
11. Draftman 1
12. Estimator / Quantity Engineer 1
13. Administrasi teknik dan Teknisi
laboratorium
1
14. Administrasi Umum / Keuangan 1
15. Logistik / Pergudangan 1
16. Peralatan / Pemeliharaan Alat Berat 1
17. Keamanan 2
18. Operator alat berat / driver 2
19. Pekerja (Buruh lapangan) 30
Jumlah 50
2. Kebutuhan Peralatan
Perkiraan kebutuhan alat berat dalam kegiatan Peningkatan Ruas Jalan
A.Y. Patty–Liang, disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Jumlah dan Alat Berat yang Dibutuhkan
untuk Kegiatan Proyek
No. Jenis Peralatan Jumlah
1. Dump Truck 4–7 m3
10
2. Vibratory Roller 9–20 ton 2
3. Tandem Roller 2
4. Motor Grader 1
15. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 15
5. Excavator 1
6. Pneumatic Roller 1
7. Wheel Loader 1
8. Water tanker 1
9. Asphalt Paner 1
10. Asphalt Sprayer 1
11. Agigutor Truck Mixer 5
12. Skipform Concrete Paner 1
13. Air Compressor 2
14. Generator set 25–3000 KVA 2
15. Buldozer 1
16. Flat Bed Truck 1
5. Pembebasan Lahan
Pada rencana peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang tidak ada pembebasan
lahan. Hal ini karena rencana peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang masih
pada lahan yang tersedia. Penertiban ini dilakukan dengan cara musyarawah
dan kekeluargaan.
II.1.2.2 Tahap Konstruksi
Komponen kegiatan pada tahap konstruksi (pelaksanaan pekerjaan fisik)
peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang meliputi komponen kegiatan sebagai
berikut:
16. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 16
A. Penerimaan Tenaga Kerja
Penerimaan tenaga kerja ini mencakup pengadaan tenaga kerja oleh
Kontraktor Pelaksana yang akan dipakai untuk pelaksanaan proyek. Jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan ± 50 orang dengan kualifikasi seperti yang dibutuhkan proyek
(lihat Tabel 4). Penerimaan tenaga kerja dilakukan dengan cara mendatangkan tenaga
kerja lama/sudah dimiliki oleh Kontraktor serta melakukan penerimaan tenaga kerja
baru. Proses penerimaan tenaga kerja baru didasarkan atas kualifikasi dan jumlah
yang diperlukan. Waktu pelaksanaannya bertahap sesuai dengan jadwal kegiatan
konstruksi.
B. Mobilisasi Alat Berat dan Material
Mobilisasi alat berat mencakup pengadaan peralatan yang akan dipakai untuk
pelaksanaan proyek, peningkatan kantor direksi, peningkatan gudang, penyediaan
lapangan penumpukan material. Jenis peralatan berat untuk pelaksanaan kegiatan
Peningkatan Ruas Jalan A.Y. Patty–Liang dapat dilihat kembali pada Tabel 5,
sedangkan material yang dibutuhkan antara lain; batu kali, baja tulangan, semen,
pasir, batu pecah dan lain-lain.
Mobilisasi alat-alat berat ke lokasi proyek dilakukan dengan Flat Bed Truck
atau Boogy Trailler. Sedangkan pengangkutan material dilakukan dengan
menggunakan Dump Truck dengan bak tertutup terpal, sesuai tata cara pengangkutan
material di jalan dari lokasi penambangan (quarry) yang terdekat dari masing-masing
ruas jalan yang akan ditingkatkan.
17. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 17
C. Pengoperasian Kantor Proyek, Gudang dan Penginapan Karyawan
Kantor proyek, gudang dan penginapan karyawan yang akan digunakan
berada pada lokasi di sekitar rencana kegiatan (dalam ruas jalan A.Y. Patty–Liang).
Kantor proyek akan digunakan untuk aktifitas kantor karyawan/pelaksana proyek.
Untuk penginapan para pekerja lapangan (tenaga kontraktor) akan dibuatkan barak
untuk penginapan yang bersifat temporer. Buangan limbah padat dan limbah cair dari
kegiatan di kantor proyek menimbulkan dampak menurunnya kualitas air permukaan
dan sanitasi lingkungan sekitar.
D. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Dalam pelaksanaan peningkatan jalan secara spesifik tidak ada komponen
kegiatan pembersihan lahan. Dalam hal ini, pembersihan hanya bersifat menyiapkan
badan jalan dari air dan tanah yang akan dilakukan lapis ulang, sehingga tidak ada
pembersihan lahan terhadap vegetasi, rumah penduduk, bangunan pagar, dan
bangunan fasilitas umum maupun fasilitas sosial.
E. Pekerjaan Drainase Samping
Pekerjaan drainase bertujuan menyalurkan limpasan air hujan yang jatuh pada
area Peningkatan Ruas Jalan A.Y. Patty–Liang pada musim hujan. Drainase ini dibuat
kanan-kiri dan dialirkan atau dibuang ke badan air permukaan terdekat. Pekerjaan
pembuatan saluran drainase meliputi pekerjaan galian tanah, pekerjaan pasang batu.
Galian tanah dilakukan pada lokasi rencana saluran untuk saluran terbuka/tertutup.
18. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 18
F. Pekerjaan Perkerasan Jalan
Perkerasan lentur meliputi pengadaan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, penggitasan, dan pemadatan agregat dan campuran aspal panas di atas
permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai aspek.
G. Pekerjaan Pemasangan Sarana Pelengkap dan Penunjang
Yang termasuk dalam kegiatan ini adalah pemasangan rambu-rambu lalu
lintas, instalasi penerangan dan lain-lain. Fasilitas umum seperti kabel telepon, listrik,
pipa air minum apabila terganggu, maka akan dipindahkan dengan berkoordinasi
dengan pengelola infrastruktur tersebut (PLN, Telkom, PDAM, dll).
II.1.2.3. Tahap Pasca Konstruksi
A. Pengoperasian Jalan
Pengoperasian jalan disini adalah meningkatnya pelayanan terhadap pengguna
jalan setelah pekerjaan konstruksi selesai dilakukan secara bertahap.
B. Pemeliharaan Jalan
Secara garis besar pemeliharaan jalan diklasifikasikan dalam 2 (dua), yaitu
pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala. Pemeliharaan rutin antara lain adalah
pengembalian kondisi untuk perkerasan, bahu jalan, pembersihan saluran samping,
perlengkapan jalan dan jembatan, pemotongan rumput dan inspeksi. Pekerjaan
pemeliharaan rutin perkerasan beraspal adalah untuk mempertahankan permukaan
jalur lalu lintas, sehingga kerataannya konsisten dengan mutu permukaan rata-rata
sebelumnya. Pemeliharaan rutin drainase mencakup; pembuangan endapan, sampah,
rumput, semak dan bahan-bahan lain yang mengganggu kelancaran air pada saluran
19. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 19
samping, gorong-gorong dan sistem drainase lain yang ada. Pemeliharaan rutin
perlengkapan jalan mencakup pembersihan, perbaikan rambu-rambu lalu lintas jalan,
patok pengaman dan patok kilometer yang rusak dan pengecatan kembali huruf yang
tak terbaca pada rambu-rambu jalan. Pelaksanaan pemeliharaan rutin berpotensi
menimbulkan dampak gangguan lalu lintas bagi pengguna jalan.
Sedangkan pemeliharaan berkala adalah perbaikan kerusakan jalan yang
bersifat kerusakan berat yang dilakukan tidak setiap tahun. Jenis perbaikan ini dapat
berupa pelapisan ulang permukaan jalan atau overlay. Selain pelapisan ulang, jenis
pemeliharan berkala lainnya antara lain: perbaikan guardrail, perbaikan rambu-rambu
jalan dan perbaikan slope protection.
II.2. Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal
II.2.1. Iklim
Kota Ambon terletak di Pulau Ambon yang dikelilingi oleh laut sehingga
beriklim tropis dan iklim musim. Sehubungan dengan itu iklim Kota Ambon sangat
dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu
Musim Barat atau Utara dan Musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu
diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut.
Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan
Maret, dimana bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur. Sedangkan
musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan Oktober, dimana bulan
November merupakan masa transisi ke musim Barat.
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan Ferguson (1951), Kota
Ambon termasuk tipe Iklim B yang dicirikan oleh rataan bulan kering (curah hujan
20. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 20
<60 mm) adalah 1,67 bulan dan bulan basah (curah hujan > 100 mm) adalah 9,58
bulan dengan nilai Q sebesar 17,4%.
Data curah hujan tahun 2007-2011 yang bersumber dari Stasiun Meteorologi
Ambon melalui BPS (Gambar 2.3.), menunjukan curah hujan tertinggi tahunan terjadi
pada tahun 2011 yaitu sebesar 4.610,1 mm dengan 257 hari hujan. Mengacu pada
rata-rata curah hujan bulanan tahun 2011, maka bulan basah (musim hujan) dengan
curah hujan di atas 200 mm terjadi pada bulan April hingga Juli seiring dengan
berlangsung Musim Timur dengan curah hujan tertinggi di bulan Mei (1.467,5 mm),
sedangkan bulan kering (musim panas) dengan curah hujan di bawah 200 mm terjadi
dari bulan Agustus hingga Maret seiring dengan berlangsungnya Musim Barat
dengan curah hujan terendah di bulan November (44,4 mm).
Stasiun Meterologi Ambon mencatat antara tahun 2007-2011 suhu di Kota
Ambon rata-rata berkisar 26,59ºC dengan kisaran suhu minimum adalah 24,02ºC dan
suhu maksimum 29,70ºC; rata-rata kelembaban nisbi sekitar 85,05%; rata-rata lama
penyinaran matahari adalah 52,69 % dan rata-rata tekanan udara adalah 1.009,97 MB.
21. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 21
II.2.2. Kualitas Udara dan Kebisingan
1. Kualitas Udara Ambient
Untuk mengetahui kondisi kualitas udara pada saat penyusunan dokumen
AMDAL, dengan jumlah titik sampling dilakukan di 3 (tiga) titik pengukuran.
Titik ini diambil untuk mewakili kuatitas udara:
Kawasan sepi (perkebunan)
Kawasan sedang (pemukiman)
Kawasan ramai (pasar/pusat kegiatan)
2. Kebisingan
Kebisingan dapat diartikan sebagai bentuk suara yang tidak diinginkan atau
bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya. Secara umum
kebisingan dapat diartikan sebagai suara yang dapat menimbulkan
gangguan/kerugian terhadap manusia dan lingkungannya. Titik sampling ini
diambil untuk mewakili kebisingan:
Kawasan sepi (perkebunan)
Kawasan sedang (pemukiman)
Kawasan ramai (pasar/pusat kegiatan)
III.2.3. Geografis
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979, Kota Ambon
memiliki luas 377 Km2
atau 2/5 dari luas wilayah Pulau Ambon dan merupakan
bagian dari Provinsi Maluku. Luas daratan Kota Ambon berdasarkan hasil Survey
Tata Guna Tanah tahun 1980 adalah 359,45 km2
, sedangkan luas lautan 17,55 Km2
dengan panjang garis pantai 98 Km. Sesuai Peraturan Daerah (PERDA) Kota Ambon
22. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 22
Nomor 2 Tahun 2006, Wilayah administrasi Kota Ambon telah dimekarkan dari
sebelumnya 3 Kecamatan menjadi 5 kecamatan yang membawahi 20 kelurahan dan
30 desa/negeri.
Secara Astronomis, wilayah administrasi Kota Ambon berada antara 30
–40
Lintang Selatan dan 1280
–1290
Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
Sebelah Utara: Petuanan Desa Hitu, Hila dan Kaitetu dari Kecamatan
Leihutu Kabupaten Maluku Tengah.
Sebelah Selatan: Laut Banda
Sebelah Timur: Petuanan Desa Suli dari Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah.
Sebelah Barat: Petuanan Desa Hatu dari Kecamatan Leihitu Barat Kabupaten
Maluku Tengah
III.2.4 Sosial Ekonomi
Penduduk Kota Ambon menurut jenis pekerjaan berdasarkan data base
kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon tahun 2012,
terdiri dari belum/tidak bekerja sebanyak 144.349 jiwa (36,93%); pelajar/mahasiswa
sebanyak 86.225 jiwa (22,06%); karyawan swasta/wirausaha sebanyak 69.607 jiwa
(17,81%); mengurus rumah tangga sebanyak 49.702 jiwa (12,83%); PNS/TNI/
Guru/Dosen/Tenaga Medis–Non Medis sebanyak 33.085 jiwa (8,46%); pensiunan
sebanyak 6.933 jiwa (1,77%); dan lain-lain sebanyak 970 jiwa (0,25%).
23. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 23
Berdasarkan data di atas, penduduk yang belum/tidak bekerja tahun 2012
sebanyak 144.349 jiwa. Penduduk yang tidak bekerja ini apabila dikurangi dengan
penduduk pra sekolah sebanyak 50.266 jiwa, dan penduduk usia diatas 55 tahun
sebanyak 56.953 jiwa, maka terdapat 37.130 jiwa penduduk usia produktif yang
belum bekerja atau menganggur atau 9,50% dari penduduk Kota Ambon.
II.3. Pelingkupan
II.3.1 Proses Pelingkupan
Pelingkupan merupakan suatu proses awal untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting hipotesis yang terkait dengan
rencana kegiatan peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang. Pelingkupan umumnya
dilakukan melalui tiga tahap yaitu identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak
potensial serta klasifikasi dan skala prioritas dampak penting hipotetik, seperti yang
tertera di bawah ini;
24. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 24
A. Identifikasi Dampak
Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk rnengidentifikasi
segenap dampak lingkungan hidup (primer, sekunder dan seterusnya) yang secara
potensial akan timbul sebagai akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada
tahapan ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul tanpa
mernperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak. Dengan
demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial
tersebut merupakan dampak besar dan penting.
Identifikasi dampak potensial diperoleh dari serangkaian hasil konsultasi
dan diskusi dengan pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, masyarakat yang
berkepentingan serta dilengkapi dengan hasil pengamatan lapangan (observasi).
Selain itu identifikasi dampak potensial juga dilakukan dengan menggunakan
metode-metode identifikasi dampak sebagai berikut:
Konsultasi publik
Matrik interaksi sederhana
Bagan Alir
Beberapa dampak potensial sebagai berikut:
Tahap Pra Konstruksi
Perubahan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan
Peningkatan Kuantitas Air Larian
25. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 25
Penurunan Kualitas Air
Peningkatan Timbunan Sampah
Timbulnya Ceceran
Gangguan Terhadap Biota Darat
Perubahan Persepsi Masyarakat
Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha
Gangguan Kesehatan
Timbulnya Kecelakaan
Gangguan Lalu Lintas
Kerusakan Jalan
Gangguan Estetika
Tahap Operasi
Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan kebisingan
Peningkatan Kuantitas Air Larian
Peningkatan Biota Darat
Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan Kesehatan
Timbulnya kecelakaan
Kelancaran lalu lintas
Peningkatan Kondisi Jalan
Peningkatan Estetika
26. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 26
B. Evaluasi Dampak Potensial
Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan/meniadakan
dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh
daftar prioritas dampak penting yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah
secara mendalam dalam studi ANDAL. Daftar dampak penting potensial ini disusun
berdasarkan pertimbangan atas hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat di
sekitar rencana kegiatan, instansi yang bertanggung jawab dan tim studi. Pada tahap
ini daftar dampak penting yang dihasilkan belum tertata secara sistematis.
Metode yang digunakan pada tahap ini adalah diskusi antar tenaga ahli.
Kegiatan identifikasi dampak besar dan penting ini dilakukan oleh pemrakarsa
rencana kegiatan (bersama dengan tim konsultan penyusun AMDAL), dengan
mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan instansi yang bertanggung
jawab serta masyarakat yang berkepentingan. Kriteria yang digunakan dalam
menentukan evaluasi dampak potensial terdiri dari empat pertanyaan, yaitu :
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi? Hal
ini terlihat dari analisis data sekunder dan hasil pra survei.
2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial dan ekonorni) dan terhadap komponen
lingkungan lainnya (nilai ekologis) sekitar? Hal ini terlihat dari hasil pra survei.
3. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen
lingkungan tersebut? Hal ini terlihat dari hasil konsultasi masyarakat.
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang dilanggar oleh dampak tersebut?
Hal ini terlihat dari peraturan-peraturan yang menetapkan baku mutu lingkungan.
27. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 27
Setiap dampak potensial ditapis dengan empat pertanyaan di atas, jika salah
satu pertanyaan dijawab dengan "ya" atau "tidak diketahui" maka komponen
lingkungan tersebut dikaji dalam ANDAL. Setelah diadakan diskusi dengan antar
tenaga ahli, maka terdapat beberapa dampak potensial yang dihilangkan. Berikut
adalah evaluasi dari dampak-dampak potensial menjadi dampak penting hipotetik.
1. Tahap Pra Konstruksi
Perubahan Persepsi Masyarakat
Bersumber dari kegiatan sosialiasi. Pada kegiatan sosialisasi persepsi
merupakan reaksi awal dari masyarakat. Reaksi ini dapat berupa dampak positif atau
dampak negatif. Oleh sebab itu dalam kegiatan sosialisasi dibutuhkan suatu
penjelasan yang gamblang, transparan dan mudah dimengerti oleh peserta.
Diharapkan seusai sosialisasi, Desa dan BPD serta LSM yang ada dapat memberikan
penjelasan kepada penduduk tentang maksud dan tujuan kegiatan.
2. Tahap Konstruksi
a. Penurunan Kualitas Udara
Penurunan kualitas udara bersumber dari mobilisasi material alat berat,
kegiatan pembangunan, pengaturan lalu lintas dan demobilisasi alat berat. Kondisi
kualitas udara Maluku dapat dikatakan sangat baik.
Komponen udara ambien di jalan-jalan yang akan dilalui peningkatan ruas
jalan A.Y. Patty–Liang mengalami penurunan sehingga dengan rendahnya kualitas
udara akan menyebabkan terpaparnya polutan ke tubuh manusia sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan. Hal ini menjadi masukan dari masyarakat untuk
ditangulangi secara cermat.
28. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 28
Perbandingan penurunan kualitas udara dengan peraturan baku mutu yang ada
dilakukan sebagai kontrol agar kualitas udara yang menimbulkan dampak seperti
gangguan kesehatan masyarakat, gangguan kenyamanan dan akan menyebabkan
persepsi negatif dari masyarakat (keresahan). Berdasarkan hal-hal diatas, maka
dampak penurunan kualitas udara dapat digolongkan sebagai dampak penting
hipotetik.
b. Peningkatan Kebisingan
Peningkatan kebisingan bersumber dari mobilisasi material alat berat,
kegiatan pembangunan, pengaturan lalu lintas dan demobilisasi alat berat. Kondisi
kebisingan ambien pada jalan di Maluku dapat dikatakan baik.
Perbandingan peningkatan kebisingan dengan peraturan baku mutu yang ada,
dilakukan sebagai kontrol agar kebisingan yang menimbulkan dampak-dampak
seperti gangguan kesehatan masyarakat, gangguan kenyamanan dan akan
menyebabkan persepsi negatif dari masyarakat (keresahan). Berdasarkan hal-hal
diatas, maka dampak peningkatan kebisingan tidak dapat digolongkan sebagai
dampak penting hipotetik.
c. Peningkatan Kuantitas Air Larian
Peningkatan kuantitas air larian bersumber dari penutupan akibat peningkatan
ruas jalan, sehingga akan melimpaskan air hujan ke jalan-jalan sekitar rencana
peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang. Dampak turunan dari air larian ini adalah
kerusakan jalan dan kecelakaan lalu lintas.
29. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 29
d. Peningkatan Timbunan Sampah
Kegiatan peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang menimbulkan timbunan
sampah konstruksi berupa sisa-sisa material. Timbuan sampah ini mengakibatkan
dampak berupa gangguan estetika.
e. Timbulnya Ceceran
Adanya ceceran bersumber dari kegiatan pembersihan lapangan. Dampak ini
hanya terjadi pada musim hujan dan menimbulkan dampak lanjutan berupa
kecelakaan lalu lintas.
f. Gangguan terhadap Biota Darat
Bersumber dari kegiatan mobilisasi kendaraan dan peralatan serta kegiatan
peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang, dimana kegiatan ini akan menimbulkan
gangguan terhadap biota darat berupa tanaman yang ada di tepi jalan-jalan yang
dilalui. Berdasarkan data pengamatan pada survey pendahuluan, tanaman-tanaman
tersebut memiliki fungsi penghijauan dan estetika.
g. Perubahan Persepsi Masyarakat
Merupakan akumulasi dari seluruh dampak penting. Pengelolaan terhadap
seluruh kegiatan pada tahap konstruksi ruas jalan A.Y. Patty–Liang bila tidak
ditangani dengan baik akan menimbulkan dampak sisa yang berlanjut sampai pada
tahap pasca konstruksi. Pengelolaan terhadap semua kegiatan dan dampak yang
timbul yang tidak ditangani dengan baik akan berubah menjadi keresahan
masyarakat. Keresahan masyarakat menjadi sangat penting karena tingkatan
selanjutnya bisa menjadi kemarahan masyarakat terutama jika kemacetan sebagai
30. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 30
dampak utama tidak tertangani, sehingga dampak dari kegiatan ini sangat
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.
h. Peningkatan Kesempatan Kerja dan berusaha
Pada tahap konstruksi, dampak positif yang timbul adalah pada komponen
tenaga kerja dan pengusaha. Dampak pada komponen ini mempunyai dampak
lanjutan seperti meningkatnya pendapatan masyarakat. Berdasarkan hasil pra survey,
masyarakat mengharapkan kegiatan ini dapat menampung tenaga kerja lokal yang ada
dan dapat ikut mengambil peluang berusaha. Dari pengamatan, kegiatan konstruksi
akan mempergunakan alat-alat yang memerlukan keahlian khusus, yang mungkin
tidak dimiliki tenaga kerja lokal. Kebutuhan tenaga kerja lokal hanya pada jenis-jenis
pekerjaan tertentu. Apabila dampak ini dapat dikelola dengan baik akan memberikan
rasa aman kepada masyarakat dan pelaksana kegiatan. Namun sebaliknya apabila hal
ini tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan keresahan masyarakat.
i. Gangguan Kesehatan
Kegiatan konstruksi jalan akan menimbulkan debu. Gangguan ini dapat
berakibat terhadap kesehatan masyarakat maupun kenyamanan hidup bagi
masyarakat yang tinggal di wilayah dampak. Kemungkinan yang dapat terjadi yaitu
dari ceceran material di jalan yang dilintasi adalah timbulnya debu pada saat kering
dan jalan menjadi licin bila basah (misal oleh sebab hujan). Debu yang berlebihan
akan mempengaruhi saluran pernafasan, sementara keadaan licinnya jalan dapat
menimbulkan kejadian kecelakaan lalu lintas yang dapat menimbulkan cedera dan
atau kematian.
31. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 31
j. Timbulnya Kecelakaan
Bersumber akibat ceceran material saat hujan sehingga menimbulkan potensi
kecelakaan terutama pengendara sepeda motor.
k. Gangguan Lalu Lintas
Bersumber dari mobilisasi material dan alat berat. Mengingat lalu lintas yang
melewati ruas jalan ini.
l. Kerusakan Jalan
Dengan adanya pengangkutan material dan kemacetan yang ditimbulkan,
maka semua itu berpotensi menimbulkan kerusakan jalan.
m.Gangguan Estetika
Kegiatan pembangunan berpotensi menimbulkan gangguan estetika
lingkungan. Kondisi lingkungan terutama masalah estetika pada awal kegiatan akan
menurun dan akan semakin membaik dengan selesainya pekerjaan peningkatan ruas
jalan tersebut. Walaupun sifatnya hanya sementara dan akan semakin membaik,
namun komponen estetika lingkungan ini merupakan dampak penting.
3. Tahap Operasi
a. Penurunan Kualitas Udara
Terdiri dari parameter CO, temperatur, NO2, SO2 dan Pb bersumber dari
kegiatan operasional ruas jalan A.Y. Patty–Liang, pengaturan lalu lintas, dan
perawatan jalan.
32. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 32
b. Peningkatan Kebisingan
Bersumber dari operasional jalan A.Y. Patty–Liang yang akan dilewati oleh
kendaraan sehingga dapat mencapai dua kali lipat dari jumlah kendaraan yang
melewati Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) jalan-
jalan sepanjang rencana peningkatan jalan saat ini. Dengan adanya penambahan
kendaraan akan meningkatkan kebisingan, sehingga dampak ini menjadi dampak
penting.
c. Peningkatan Kuantitas Air Larian
Berkurangnya tutupan lahan, akan meningkatkan kuantitas air larian, dengan
demikian maka akan mengurangi air larian dan menjaga konservasi air tanah.
Dampak ini merupakan dampak negatif, sehingga dampak ini menjadi dampak
penting.
d. Peningkatan Biota Darat
Bersumber dari perawatan tanaman, sehingga diharapkan kondisinya lebih
baik daripada kondisi sebelum peningkatan. Dampak ini merupakan dampak positif
dan dapat dikendalikan, sehingga dampak ini tidak menjadi dampak penting.
e. Perubahan Persepsi Masyarakat
Dengan beroperasinya jalan ini yang bertujuan mempercepat laju
perekonomian masyarakat sekitar, diharapkan akan merubah persepsi masyarakat
menjadi lebih baik. Dampak ini merupakan dampak positif dan dapat dikendalikan,
sehingga dampak ini menjadi dampak penting.
33. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 33
f. Gangguan Kesehatan
Gangguan kesehatan terutama bagi masyarakat sekitar disebabkan paparan
polutan dari kendaraan yang menggunakan ruas jalan A.Y. Patty–Liang. Dampak ini
telah diminimalisasi dengan adanya pemakaian penanaman pohon (RTH) dan
pemerikasaan teratur, namun demikian kemampuan pulih manusia yang berbeda beda
menyebabkan dampak ini menjadi dampak penting.
g. Timbulnya Kecelakaan
Dengan peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang, diperkirakan akan
meningkatkan arus lalu lintas dan kecepatan pengguna jalan, sehingga akan
menimbulkan dampak peningkatan kecelakaan lalu lintas.
h. Kelancaran Lalu Lintas
Dengan peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang, diharapkan akan
mempercepat arus barang dan orang sehingga pola lalu lintas menjadi lebih baik.
i. Peningkatan Kondisi Jalan
Bersumber dari perawatan jalan, sehingga diharapkan kondisinya lebih baik
daripada kondisi sebelum peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang.
j. Peningkatan Estetika
Selesainya kegiatan konstruksi menyebabkan kondisi Iingkungan yang bersih
dan baik. Baik buruknya estetika lingkungan tergantung kepada kegiatan pemerintah
dan masyarakat. Apabila kondisi estetika dapat diperbaiki dan dirawat dengan baik
maka estetika lingkungan menjadi baik. Karena sifatnya yang sementara dan
subjektif, maka komponen estetika lingkungan tidak termasuk dampak penting.
34. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 34
C. Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting
Dampak penting Hipotetik tersebut dirumuskan melalui dua tahapan.
Pertama, segenap dampak besar dan penting dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok menurut keterkaitannya satu sama lain. Kedua, dampak penting yang.
berkelompok tersebut selanjutnya diurut berdasarkan kepentingannya.. Metode
prioritas dampak penting hipotetik adalah memprakirakan besarnya peluang
terjadinya dampak dan memperkirakan besarnya akibat yang mungkin terjadi.
II.3.2. Hasil Proses Pelingkupan
Hasil proses pelingkupan mencakup dampak penting hipotetik, lingkup
wilayah studi dan batas waktu kajian.
II.3.2.1. Dampak Penting Hipotetik
Setelah melalui tahapan pelingkupan dengan menggunakan metoda matrik
interaksi dan bagan alir, dampak penting hipotetik yang timbul sebagai akibat dari
rencana kegiatan adalah:
1. Perubahan Persepsi Masyarakat; bersumber dari semua kegiatan peningkatan
ruas jalan A.Y. Patty–Liang. Parameter yang diukur pendapat-sikap
masyarakat beserta harapan dan kekhawatiran masyarakat.
2. Gangguan Lalu Lintas/Kelancaran lalu Lintas; dampak terhadap lalu lintas
bersumber dari kegiatan mobilisasi alat dan kendaraan, pembangunan fisik
jalan. Parameter yang diukur adalah kondisi kecepatan lalu lintas.
3. Kerusakan Jalan; dampak terhadap lalu lintas bersumber dari kegiatan
mobilisasi alat dan kendaraan (kemacetan), pembangunan fisik jalan.
Parameter yang diukur adalah kondisi fisik jalan.
35. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 35
4. Timbulnya Kecelakaan; bersumber dari pembangunan fisik ruas jalan A.Y.
Patty–Liang dan kemacetan yang terjadi. Parameter yang diukur adalah
potensi kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja.
5. Penurunan Kualitas Udara; dampak terhadap kualitas udara ini bersumber dari
kegiatan mobilisasi alat dan kendaraan, kegiatan peningkatan fisik jalan A.Y.
Patty–Liang dan demobilisasi alat dan kendaraan.
6. Gangguan Terhadap Biota Darat; bersumber dari kegiatan peningkatan jalan
A.Y. Patty–Liang. Parameter yang diamati adalah jenis-jenis tanaman yang
akan direlokasi.
II.3.3. Lingkup Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
Penentuan batas wilayah Studi Analisis Dampak Lingkungan Kegiatan ruas
jalan A.Y. Patty–Liang ditekankan pada pertimbangan luas daerah yang terkena
dampak kegiatan proyek pada setiap tahapan kegiatan. Batas wilayah studi
merupakan resultante dari batas kegiatan proyek, batas ekologis, batas sosial dan
batas administrasi dengan memperhatikan batas teknis yang meliputi keterbatasan
sumber daya, waktu, dana, teknik dan metoda telaahan. Dasar penentuan wilayah
studi secara rinci dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Batas Proyek
Batas kegiatan proyek mencakup seluruh areal yang diperuntukkan ruas jalan
A.Y. Patty–Liang.
2. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari kiri dan kanan ruas jalan
A.Y. Patty – Liang dengan radius 40 km. Perkiraan sebaran dampak suatu rencana
36. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 36
kegiatan berdasarkan media transportasi (air, udara), dimana proses alami yang
terjadi dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.
3. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar tapak rencana kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai
tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan
proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar akibat rencana ruas jalan A.Y. Patty–Liang.
4. Batas Administratif
Batas administratif dimaksudkan sebagai ruang dimana masyarakat dapat
secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian adalah selama kegiatan pengoperasian ruas jalan A.Y.
Patty–Liang.
37. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 37
BAB III
METODE STUDI
III.1. Pendekatan Studi
Pada tahap awal pendekatan studi dilakukan dengan mengacu pada
pertimbangan tiga aspek. Tiga aspek itu adalah:
1. Rencana kegiatan proyek
2. Kondisi ekologis (lingkungan) areal sekitar proyek
3. Pertimbangan dasar hukum yang berlaku
Ketiga komponen data utama tersebut dipergunakan sebagai kajian dalam
proses pelingkupan untuk menetapkan dampak penting. Dampak penting yang telah
ditetapkan masih bersifat sementara dan tentunya masih dapat berkembang setelah
data primer dan data pengamatan lapangan secara intensif telah dilakukan. Dampak
penting berguna untuk menuntun dan mengarahkan pola kajian dan penelitian,
sehingga studi dapat terfokus dan tidak melebar. Selain itu, dilakukan pemilihan
komponen kegiatan dan komponen lingkungan yang akan ditelaah, lingkup wilayah
studi, serta metodelogi studi. Dengan disepakatinya keempat komponen tersebut,
diharapkan objek dan metode studi akan lebih terarah.
III.2. Metode Penggumpulan, Analisis dan Lokasi Penggumpulan Data
Data primer merupakan data yang diukur atau diambil langsung di lapangan
termasuk pekerjaan analisis sampel di laboratorium. Sedangkan data sekunder
diperoleh dengan memanfaatkan data dari berbagai sumber seperti; literatur, laporan-
38. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 38
laporan hasil penelitian terdahulu, dokumen atau laporan dari dinas/instansi terkait
serta informasi yang diperoleh dari pihak lain yang terkait.
Kajian tentang rencana kegiatan dan rona lingkungan hidup awal menjadi dasar
dalam prakiraan dan evaluasi dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
Metode studi yang digunakan dalam kajian ANDAL tersebut meliputi metode
pengumpulan dan analisis data, dan metode prakiraan dampak penting proyek
peningkatan ruas jalan A.Y. Patty–Liang akan berdampak baik langsung maupun
tidak langsung terhadap komponen geofisik-kimia, biologi serta sosial dan kesehatan
masyarakat disekitarnya. Dengan memperhatikan cakupan wilayah studi dan kegiatan
proyek maka akan dilakukan pengambilan sampel sebagai gambaran rona lingkungan
awal di sekitar lokasi kegiatan konstruksi jalan ini. Komponen-komponen lingkungan
adalah sebagai berikut;
III.2.1. Perubahan Persepsi Masyarakat
1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data tentang persepsi masyarakat dilakukan untuk melihat
sejauh mana pengaruh kegiatan peningkatan ruas jalan AY. Patty – Liang, terhadap
masyarakat sekitarnya. Metode yang dipergunakan dalam pengambilan data melalui
pendekatan patisipatif (participatory approach) yang melibatkan masyarakat yang
diduga terkena dampak baik langsung maupun tidak langsung. Pelaksanaannya
dengan wawancara secara mendalam dan terstruktur (indepth interiview) dengan
bantuan kuisioner. Jumlah responden adalah 10% dari masyarakat yang terkena
dampak (kampung), yaitu sebanyak kurang lebih 100 responden. Wawancara juga
dilakukan dengan pihak lain seperti dengan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di
39. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 39
sekitar lokasi secara tidak terstruktur. Data sekunder diperoleh dari petugas
kelurahan, kampung atau desa tempat kegiatan berlangsung. Berikut adalah metode
pengumpulan data persepsi masyarakat;
Tabel 6. Metode Pengumpulan Data Persepsi Masyarakat
Komponen
Lingkungan
Indikator Parameter Satuan Metode
Pengumpulan Data
Alat
Persepsi
Masyarakat
Persepsi
masyarakat
terhadap
proyek dan
lingkungan
Pemahaman
terhadap
kegiatan
peningkatan
ruas jalan
A.Y. Patty
– Liang
%
Wawancara/tabulasi
Kuesiner
Sikap dan
tanggapan
mayarakat
sekitar
proyek
%
40. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 40
2. Metode Analsis Data
Analisis data dan informasi tentang kondisi sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat dilakukan dengan pendekatan trianggulasi, yaitu suatu pendekatan dengan
memanfaatkan tiga teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, pengamatan
(observasi) dan wawancara.
3. Lokasi
Pengumpulan data primer dilakukan di sepanjang proyek peningkatan
ruas jalan A.Y. Patty–Liang yang meliputi sebagian dari Kecamatan Sirimau dan
sebagian di Kecamatan Salahutu.
III.3. Metode Perkiraan Dampak Penting
Adapun metode yang digunakan adalah:
Matematis
Dalam metode ini, hubungan sebab akibat yang menggambarkan besarnya
dampak yang diakibatkan adanya proyek peningkatan ruas Jalan A.Y. Patty – Liang
terhadap lingkungan. Kondisi ini dapat dirumuskan secara kuantitatif dengan
permodelan atau dengan menggunakan baku mutu yang tetah ditetapkan.
Komponen/subkomponen/parameter lingkungan yang akan didekati dengan metode
ini terutama yang memiliki baku mutu matematis seperti kualitas udara . Berikut
adalah perhitungan matematis yang dilakukan terhadap komponen lingkungan:
41. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 41
Lalu Lintas
Bangkitan lalu lintas dengan adanya kegiatan adalah :
Kebisingan
Model yang akan digunakan untuk perkiraan dampak kebisingan
adalah Model Inverse Square Law (Lee, Shun Dar Lin,1999), untuk sumber titik
(point source) yaitu :
III.4. Metode Evaluasi Dampak
Hasil evaluasi ini selanjutnya menjadi masukan bagi instansi yang
bertanggung jawab untuk memutuskan kelayakan lingkungan hidup dari rencana
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam PP. Nomor 27 Tahun 1999.
Telahaan Terhadap Dampak Penting
Sifat Dampak
Sifat dampak dibedakan atas dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif adalah jenis dampak yang timbul dan yang
menguntungkan bila ditinjau dari segi lingkungan hidup termasuk
kehidupan manusia. Sedangkan dampak negatif adalah dampak-
dampak yang timbul dan yang merugikan bila ditinjau dari segi
lingkungan hidup, termasuk kehidupan manusia.
42. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 42
Besaran Dampak
Besaran dampak dapat dibedakan atas tiga kategori, yaitu besar,
sedang dan kecil, yang penentuannya didasarkan atas besarnya
perubahan kuatitas lingkungan hidup yang timbul sebagai akibat
kegiatan konstruksi atau besarnya perubahan kualitas lingkungan
hidup sebelum dan setelah adanya kegiatan pembangunan, baik dikaji
secara kuantitatif dan/atau kualitatif.
43. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 43
BAB IV
RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
IV.1. Dampak Akibat Keberadaan Jalan
A. Persepsi masyarakat
• Rencana Pengelolaan
Melakukan musyawarah dan melakukan sosialisasi.
• Rencana Pemantauan
Wawancara langsung.
B. Penurunan kualitas udara dan kebisingan
• Rencana Pengelolaan
Pemeliharaan mesin peralatan mobilisasi alat dan bahan sehingga tidak
mengeluarkan emisi yang melebihi persyaratan;
Menghindari terjadinya ceceran tanah galian dan bahan bangunan dengan
menutup bak truk pengangkut dengan terpal atau bahan sejenis;
Melakukan penyiraman, menghindari kerja pada malam hari, memasang
sound barrier.
• Rencana Pemantauan
Pemantauan berkala.
44. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 44
C. Peningkatan laju aliran permukaan (runoff) dan potensi genangan
• Rencana Pengelolaan
Membangun jaringan saluran drainase yang baik dengan menyesuaikan
terhadap debit runoff;
Membangun jalur hijau atau ruang terbuka hijau yang dapat menjadi
pengganti daerah resapan air yang hilang;
Membangun selokan dan tindakan lain guna memperlambat dan
mengendalikan limpahan air dan melindungi saluran drainase.
• Rencana Pemantauan
Melakukan pemantauan berkala terhadap saluran drainase dan air buangan
(memastikan drainase bersih dari sampah dll);
Melakukan pemantauan berkala terhadap jaring-jaring penahan, dinding
penahan atau parit pengumpul air (memastikan alat-alat tersebut dapat
berfungsi dengan baik).
IV.2. Dampak Akibat Lalu Lintas yang Muncul
A. Peningkatan kecelakaan lalu lintas
• Rencana Pengelolaan
Memasang rambu lalu lintas, membuat pagar pembatas.
• Rencana Pemantauan
Pengamatan langsung dan wawancara kepada masyarakat apabila terkena
dampak.
45. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 45
B. Perubahan volume lalu lintas
• Rencana Pengelolaan
Pemasangan rambu peringatan, pengaturan lalu lintas.
• Rencana Pemantauan
Mencegah timbulnya terminal bayangan (ojek dan angkot menunggu
penumpang).
46. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 46
BAB V
PELAKSANAAN STUDI
V.1. Identitas Pemrakarsa
Nama Instansi : Satuan Kerja Direktorat Bina Teknik, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum
Penanggung Jawab : DR. Andrianto Pilayate, S.Si., M.Sc
Jabatan : Kasubdit Teknik Lingkungan dan Keselamatan Jalan
Alamat Kantor : Gedung Satya Kencana Lantai IV Jalan Pattimura No.
20 - 97234
Telepon : (021 ) 7246654
Faksimili : (021 ) 72790022
V.2. Tim Studi
Nama Perusahaan : PT Cahaya Abadi
Jenis Usaha : Konsultan Manajemen Lingkungan
Alamat : Graha Deswana Blok-B2
Jln. Ir. M. Putuhena, Poka 97234
Telepon/Fax : (021) 2233391
Penanggung Jawab : DR. Faruk J Kelutur, S.Si., M.Sc., Sp.PD-KP
Jabatan : Direktur
Tim Penyusun : 1. Dewi Ely, S.Si., M.Sc
2. Harry G Sorpay, S.Si., M.Si
47. Dokumen Analsis Dampak Lingkungan 47
V.3. Biaya Studi
Tabel 7. Rincian Biaya Penyusunan Studi ANDAL, RKL/RPL
V.4. Jadwal Kegiatan
Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Peningkatan Ruas Jalan A.Y. Patty – Liang