Teks ini membahas tentang tradisi Halal Bihalal dalam Islam. Halal Bihalal dimaknai sebagai upaya memaafkan orang lain atas kesalahan-kesalahan yang telah terjadi, baik secara hukum maupun bahasa. Secara hukum, Halal Bihalal bertujuan menjadikan sikap yang dulu haram menjadi halal dengan meminta maaf. Namun makna ini kurang memuaskan, sehingga secara bahasa Halal Bihalal diartikan sebagai
Tugas peraktik mengetik mae dan mumu bagaimana seorang mumin renungan ramadhan
Mengoptimalkan Tradisi Halal Bihalal
1. T UGAS PRAKTEK MENGETIK Renungan di Bulan Ramadhan
NAMA: DEDE FADILA & MARLIKA 84
KELAS: X (SEPULUH) SMK BAITUL HAMDI Menes Banten
HALAL BIHALAL
Halal Bihalal adalah tradisi agama atau istilah-Istilah ‘keagamaan ‘ yg hanya berkembang di Indonesia.
Negara lain tidak pernah mengenal istilah ini. namun begitu , tradisi ini terus berjalan dan
begitu melekat di hati umat islam Indonesia.
rasanya tidak lengkap bila lebaran tanpa adanya kebiasaan halal bihalal ini
halal bihalal dan berasal dari kata halal. enam kali kata halal terulang dalam al-qur’an dua
diantaranya dalam konteks kecaman, sedangkan empat sisanya berkaitan dengan perintah “ makan “ ,
dan disifati oleh kata thayyibah , yang berarti “ baik “ atau “ menyenangkan” .
menurut qurais shihab, makna halal bihalal sering kali menimbulkan tanda Tanya besar,
walaupun semua piihak menyadari bahwa tujuanya adalah menciptakan keharmonisan antar sesama .
menurutya, ada dua makna halal bihalal, di tinjau dari segi hukum dan di lihat dari segi bahasa.
dari segi hukum islam, makna halal bihalal biasanya di hadapkan pd makna kata haram .
haram adalah Sesuatu yg terlarang sehingga pelanggaranya berakibat dosa dan mengandung siksa.
semtara halal adalah Sesutu yg di perbolehkan serta tdk mengandung dosa. dgn demikian, makna halal
bihalal adalah menjadikan sikap kita terhadap pihak lain yg tadinya haram dan berakibat dosa , menjadi
halal dgn jalan mohon maaf.
namun begitu pengertian halal bihalal dari segi hukum ini mengalami kelemahan , ketika di dlm
makna halal itu sendiri mengandung pengertian makruh. Makruh adalah sesuatu yg bila di laksanakan
tdk mendapat dosa . tetapi bila di tinggalkan akan mendapatkan pahala. perceraian antara suami-istri
adalah perbuatan halal, namun ia makruh untuk di kerjakan karena pengertianya yg kurang memuaskan
ini. para pakar kemudian mengartikan halal bihalal dari segi bahasa.
dari segi bahasa, halal memiliki beberapa bentukan (kata jadian) , yg semuanya
berpangkal pd pengertian ,” menyelesaikan problem , meluruskan benang kusut, melepaskan ikatan ,
dan mencairkan yg beku .” jika demikian menurut Quraish shihab , berhalal bihalal berarti merupakan
suatu bentuk aktivitas yg mengantarkan para pelakunya membeku sehinga cair , melepaskan ikatan yg
mambelengu, serta menyelesaikan persulitan dan problem yg menghadang terjalinya keharmonisan
hubungan.
Halal bihalal biasanya di laksanakan setelah umat islam dlm bentuk yg bermacam-
macam, yg menggunakan pesta besar besaran atau justru sekedar perkumpulan dan pertemuan biasa .
2. intinya yg penting mereka saling memaafkan atas segala kesalahan yg telah di perbuat Berlanjutan
akan tetapi , pesan halal bihalal ini biasanya hanya terjadi pd saat lebaran semata. setelah itu, kita
sering melupakanya . bahkan, belum lama setelah itu kita sudah bermusuhan kembali dgn orang yg
pernah kita maafkan sebelumnya. ironisnya , permusuhan itu di terapkan pd tempat org yg salah . lebih
tragisnya lagi, agama terkadang di jadukan sbg ‘dalih’ untuk melakukan perlawanan dgn kelompok
atau org lain .
karena itu , al Qur’an menganjurkan agar kita tdk cukup saling memaafkan saja . tapi juga di
anjurkan agar mau berlapang dada menerima kesalahan orang lain . al- qur’an menyebutkan dng istilah
al-shafwu.
karena itu , orang yg memaafkan dan yg di maafkan juga mestinya harus sama-sama lapang
dada untuk menerima kesalahan masing –masing . kalau al- shafwu ini kemudian muncul maka apa yg
di pesankan al- qur’an sbg al- halal al- thayyibah (halal yg baik) benar-benar akan tercipta .
nampaknya qhurais shihab setuju denang pendapat ulama di atas . pakar tafsir asia tenggara ini
meyadari betul bahwa sering kali dlm benak kita terdapat bintik-bintik ketidak ikhlasan untuk
memaafkan orang lain. apalagi , orang yg akan kita maafkan itu adalah yg selama ini selalu menjadi
musuhnya . dlm hal ini sungguh sulit sekali dia bias memaafkanya .
dlm konteks Indonesia , tradisi halal bihalal ini perlu di kembangkan terus , bukan saja pd saat
lebaran semata . hancurnya tatanan etika-moral yg menimpa masa kita sekarang ini , akan bisa di
pupus sedikit demi sedikit jika tradisi halal bihalal tradisikan dgn baik di mana dan dlm kondisi apapun.
kita tdk perlu menunggu satu generasi lagi utk bias membangun bangsa ini kembali menjadi
aman dan makmur, ka;au tradisi halal bihalal ini terus di pupuk dgn baik karena halal bihalal mampu
meruntuhkan tembok pemisah yg menghalangi proses komunikasi dan silaturahmi di antara kita sesama
muslim . semoga kita semua mampu memaknai halal bihalal sebagaI FORum mempererat silaturahmi
ukuah islamiah di antara kita. AMIEN
DAFTAR PUSTAKA
Eep khunaefi, HALAL BIHALAL , Desember 2003