Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002)
Selengkapnya bisa baca online atau download filenya di link berikut: http://gudangbuku.menantisenja.com/2016/12/laporan-pendahuluan-sc-sectio-caesaria.html
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002)
Selengkapnya bisa baca online atau download filenya di link berikut: http://gudangbuku.menantisenja.com/2016/12/laporan-pendahuluan-sc-sectio-caesaria.html
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
Word sc
1. REFERAT
SEKSIO SESAREA
Disusun Oleh :
Aisyah Aftita Kamrasyid 2012730005
Pembimbing :
dr. Sukardi, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRIDAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-NYA saya dapat
menyelesaikan laporan referat pada stase Ilmu Obstetri dan Ginekologi ini khususnya
tentang seksio sesarea sesuai dengan yang diharapakan. Tujuan penyusun membuat
laporan referat ini untuk melaksanakan salah satu tugas di stase ilmu Obstetri dan
Ginekologi.
Penyusun ucapkan terima kasih banyak kepada dokter pembimbing dan semua staf
yang telah membantu saya yang bersedia meluangkan waktunya dalam menyelesaikan tugas
laporan refreshing ini dengan baik. Semoga laporan referat ini bermanfaat bagi kita semua.
Kurang lebihnya penyusun mohon maaf, kebenaran datangnya dari Allah SWT dan
kesalahan datangnya dari diri penyusun sebagai manusia. Mudah – mudahan laporan
refreshing ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk pembaca sekalian.
Cianjur, January 2017
3. TINAJUAN PUSTAKA
A. Definisi
Bedah Seksio sesarea adalah suatu tindakan bedah untuk melahirkan
janin dengan berat di atas 500 gram melalui sayatan pada uterus.1
Pelahiran caesar didefinisikan sebagai kelahiran janin melalui insisi
pada dinding abdomen (laporotomi) dan dinding uterus (histerotomi). 2
B. Sejarah
Asal istilah caesar tidak jelas, dan tiga penjelasan prinsip telah
dikemukakan. Penjelasan pertama,menurut legenda, Julius Caesar dilahirkan
dengan cara ini, sehingga prosedur tersebut dikenal sebagai bedah caesar.2
Penjelasan kedua adalah bahwa nama operasi ini berasal dari
hukum Romawi, yang kemungkinan dibuat pada abad ke-8 SM oleh Numa
Pompilius,memerintahkan untuk melakukan prosedur ini pada wanita yang
sekarat pada beberapa minggu terakhir kehamilan dengan harapan dapat
menyelamatkan anak. Lex regia hukum atau peraturan raja ini selanjutnya
menjadi Lex caesar di bawah pemerintahan raja, dan operasi tersebut menjadi
dikenal sebagai operasi caesar.2
Penjelasan ketiga adalah bahwa caesar berasal dari bahasa
Latin caedare pada abad pertengahan, yang artinya memotong. Karena seksio
berasal dari bahasa latin seco, yang juga berarti memtong,istilah seksio caesar
tamak tautologi sehingga digunakan istilah pelahiran caesar.2
C. Epidemiologi
Menurut WHO (World Health Organization), memperkirakan bahwa
angka persalinan dengan sectio ceasarea sekitar 10% sampai 15% dari semua
proses persalinan di negara-megara berkembang dibandingkan dengan 20%
Britania Raya, 23% di Amerika Serikat dan 21% Kanada. (Juditha). Menurut
World Health Organisation (WHO), standar rata-rata sectio caesarea disebuah
negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia,rumah sakit
4. pemerintah rata-rata 11%, sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%
(Gibbons, 2010).
Peningkatan angka sectio caesarea terus terjadi di Indonesia.
Meskipun dictum “Once a Caesarean always a Caesarean” di Indonesia tidak
dianut, tetapi sejak dua dekade terakhir ini telah terjadi perubahan tren sectio
caesarea di Indonesia. Dalam 20 tahun terakhir ini terjadi kenaikan proporsi
sectio caesarea dari 5% menjadi 20%. Menurut Depkes RI (2010) secara
umum jumlah persalinan sectio caesarea di rumah sakit pemerintah adalah
sekitar 20 – 25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta
jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30 – 80% dari total persalinan.
Berdasarkan hasil analisis RISKESDAS Indonesia tahun 2010
mencatat angka persalinan bedah caesar secara nasional 15,3% sedangkan
standar WHO sendiri mengindikasikan adanya masalah medis jika angka
persalinan SC 5-15%, dan masalah non medis >15%.
Sejak tahun 1970 hingga 2007, angka pelahiran caesar di Amerika
Serikat meningkat dari 4,5 persen pada semua pelahiran menjadi 31,8 persen.
Peningkatan ini stabil kecuali ketika angka pelahiran caesar tahunan menurun
antara tahun 1989 dan 1996. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya
angka kelahiran per vagina setelah caesar (vaginal birth after caesarn (VBAC))
dan menurunnya angka pelahiran caesar primer. Tren ini hanya berangsung
singkat, dan pada tahun 2007, angka pelahiran caesar primer lebih dari 30%,
sedangkan angka VBAC turun menjadi 8,5 persen.2
D. Etiologi dan Indikasi
Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan
suatu persalinan, yaitu passage (jalan lahir), passenger (janin), power
(kekuatan ibu). Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor tersebut akan
mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan lancar bahkan dapat
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin jika
keadaan tersebut berlanjut. Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran
pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada
janin,dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan sectio sesarea proses
persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan normal (distosia).
5. Seperi yang terlihat dalam Tabel 1, pelahiran caesar ulang dan
pelahiran yang dilakukan pada distosia telah menjadi indikasi utama di
Amerika Serikat maupun negara industri barat lain. Meskipun tidak mungkin
untuk mengumpulkan seluruh indikasi secara komprehensif untuk pelahiran
caesar, lebih dari 85 persen caesar dilakukan pada riwayat pelahiran caesar
sebelumnya, distosia, gawat janin, atau presentasi bokong. Pada wanita yang
melahirkan secara seksio, risik prognosis respiratori neonatus yang jelek
meningkat pada janin yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 39 minggu.
American College of Obstretricans and Gynecologists (2008) menyarankan
bahwa kematangan paru janin harus dipastikan dahulu sebelum pelahiran yang
dijadwalkan pada usia kehamilan kurang dari 39 minggu kecuali bila
kematangan paru dapat ditentukan dari anamnesis.2
Pelahiran Caesar
(%)sar (%)
1. Primer 21,798
- Distosia 8,122 (37)
- Denyut jantung janin tidak stabil 5,404 (25)
- Presentasi abnormal 4,321 (20)
- Lain-lain 3,323 (15)
-Percobaan forceps atau vakum gagal 628 (3)
2. Ulang 15,312
- Tidak ada percobaan VBAC 12,565 (82)
-VBAC gagal 2,687 (17)
-Percobaan forceps atau vakum gagal 60 (0,4)
Tabel 1. Indikasi Pelahiran Caesar dari Maternal-Fetal Medicine Units Network2
Indikasi pada sectio sesarea adalah:4
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior).
2. Panggul sempit. Holmer mengambil batas terendah untuk
melahirkan janin vias naturalis ialah CV=8 cm. Panggul dengan
CV(conjugata vera) <8 cm dapat dipastikan tidak dapat
melahirkan janin secara normal, harus diselesaikan dengan
seksio sesarea. Conjugata vera antara 8 dan 10cm boleh
dilakukan partus percobaan, baru setelah gagal, dilakukan
seksio sesarea sekunder.
6. 3. Disporporsi sefalopelvik: yaitu ketidakseimbangan antara
ukuran kepala dan ukuran panggul.
4. Ruptura uteri mengancam
5. Partus lama (prolonged labor)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distosia serviks
8. Preeklampsi dan hipertensi
9. Malpresentasi janin
Letak lintang: Greenhill dan Eastman sependapat bahwa
jika panggul terlalu sempit, seksio sesarea adalah cara
terbaik dalam semua kasus letak lintang dengan janin
hidup dan ukuran normal. Semua primigravida dengan
janin letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea,
walaupun tidak adaperkiraan panggul sempit. Multipara
dengan janin letak lintang dapat lebih dulu dicoba
ditolong dengan cara-cara lain.
Letak bokong. Seksio sesarea dianjurkan pada letak
bokong pada kasus panggul sempit, primigravida, janin
besar dan berharga.
Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) jika reposisi
dan cara-cara lain tidak berhasil.
Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil.
Gemeli;menurut Eastman, seksio seksaria dianjurkan
jika janin pertama letak lintang atau presentasi bahu,jika
terjadi interlok (locking of the twins) pada kasus
distosia karena tumor, dan pada gawat janin, dsb.
E. Klasifikasi
Ada beberapa jenis seksio sesarea, yaitu:
1. Seksio sesarea transperitoneal profunda merupakan suatu pembedahan
dengan melakukan insisi pada segmen bawah uterus. Hampir 99% dari
seluruh kasus seksio sesarea dalam praktek kedokteran dilakukan
dengan menggunakan teknik ini, karena memiliki beberapa keunggulan
7. seperti kesembuhan lebih baik, dan tidak banyak menimbulkan
perlekatan. Adapun kerugiannya adalah terdapat kesulitan dalam
mengeluarkan janin sehingga memungkinkan terjadinya perluasan luka
insisi dan dapat menimbulkan perdarahan. Arah insisi melintang
(secara Kerr) dan insisi memanjang (secara Kronig).2
2. Seksio sesarea klasik (corporal)
Seksio sesarea klasik atau corporal yaitu insisi pada segmen
atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen
bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman (misalnya karena
perlekatan yang erat pada vesika urinaria akibat pembedahan
sebelumnya atau terdapat mioma pada segmen bawah uterus atau
karsinoma serviks invasif), bayi besar dengan kelainan letak terutama
jika selaput ketuban sudah pecah. Teknik ini juga memiliki beberapa
kerugian yaitu, kesembuhan luka insisi relatif sulit, kemungkinan
terjadinya ruptur uteri pada kehamilan berikutnya dan kemungkinan
terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar.2
Insisi klasik kadang-kadang perlu digunakan untuk pelahiran.
Beberapa indikasinya berasal dari kesulitan memperlihatkan atau
memasuki segmen bawah uterus dengan aman. Sebagai contoh,
ditemukan perlekatan kandung kemih dari pembedahan sebelumnya;
leiomioma pada segmen bawah uterus; serviks telah diinvasi kanker;
obesitas masif pada ibu menyulitkan akses ke segmen bawah uterus;
dan beberapa kasus plasenta previa implantasi anterior, terutama kasus
dengan plasenta yang tumbuh pada insisi uterus sebelumnya plasenta
inkreta atau perkreta. 4
Kelebihan: 4
- Pengeluaran janin lebih cepat
- Tidak mengakibatkan komplikasi tertariknya
kandung kemih
- Sayatan dapat diperpanjang ke proksimal atau
distal.
Kekurangan:
8. - Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal
karena tidak ada reperitonealisasi yang baik.
- Pada persalinan berikutnya, lebih mudah terjadi
ruptur uteri spontan. 4
3. Seksio sesarea yang disertai histerektomi, yaitu pengangkatan uterus
setelah seksio sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi
dengan tindakan lain, pada uterus miomatousus yang besar dan atau
banyak, atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi dengan jahitan.
Histerektomi yang dilakukan pada atau setelah pelahiran dapat
menyelamatkan nyawa jika terjadi perdarahan obstetri yang berat.
Histerektomi dapat dilakukan bersamaan dengan pelahiran caesar atau
setelag pelahiran per vagina. Dalam sebuah penelitian pada hampir
29.000 pelahiran caesar, Shellhaas dkk., (2001) melaporkan bahwa
histerektomi dilakukan pada 1 dari tiap 200 pelahiran caesar. Bila
seluruh pelahiran dihitung, angkanya berkisar dari 0,4 hingga 0,8
persen. 2
Sebagian besar tindakan dilakukan untuk menghentikan
perdarahan dari atonia uteri yang tidak dapat ditangani, perdarahan
segmen bawah karena insisi uterus atau implantasi plasenta, ruptur
uterus, atau laserasi pembuluh darah uterus. Komplikasi utama pada
histerektomi peripartum dibandingkan dengan pelahiran caesar adalah
meningkatnya kehilangan darah dan risiko cedera traktus urinarius
yang lebih tinggi.2
4. Seksio sesarea vaginal, yaitu pembedahan melalui dinding vagina
anterior ke dalam rongga uterus. Jenis seksio ini tidak lagi digunakan
dalam praktek sendiri. Menurut arah sayatan pada rahim, seksio
sesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
Sayatan huruf T (T-incision) 4
9. 5. Seksio sesarea ekstraperitoneal, yaitu seksio yang dilakukan tanpa
insisi peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan
kandung kemih ke bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka
dengan insisi di segmen bawah. Seksio sesarea ekstraperitonealis, yaitu
seksio sesarea tanpa membuka peritoneum parietal; dengan demikian,
tidak membuka kavum abdominis. 4
F. Persiapan1
1. Persiapan Alat
- Transfusion set
- IV Cateter
- Cairan infus RL atau NacL 0,9%
- Folley Cateter
- Urine Bag
- Spuit 10 cc
- Set s.c
2. Persiapan Pasien
- Beritahu pasien tentang hal yang akan dilakukan
- Isian formulir informed consent
- Untuk pasien diruang perawatan puasa ± 6 jam sebelum
operasi
3. Persiapan obat-obatan
- Obat antibiotik
G. Pelaksanaan dan Prosedur1
1. Setelah dilakukan tindakan a dan antiseptik di daerah abdomen
dan sekitarnya,dilakukan insisi mediana inferior sepanjang
kurang lebih 10 cm (atau kalau diperlukan diperluas secara
indeferen) atau insisi pfannenstiel ± 10cm.
2. Setelah peritoneum dibuka, dilakukan identifikasi Plika
vesikouterina
3. Plika vesicouterina diidentifikasi kemudian disayat konkaf
kearah ligamentum proprium kiri dan kanan.
10. 4. Segmen bawah rahim diinsisi melintang, bagian tengahnya
ditembus secara tumpul dan diperlebar ke kanan dan
kiri.(Sebagai perbandingan dilakukan insisi langsung vertikal
corpus uteri pada jenis teknik koporal tanpa membuka plika
vesicouterina).
5. Bayi dilahirkan dengan cara meluksir kepala atau menarik kaki
6. Kemudian plasenta dilahirkan
7. Luka segmen bawah rahim atau korpus uteri dijahit dengan
cara dua lapis (double layar) secara kontinyu.
8. Setelah yakin tidak ada lagi perdarahan , dilakukan
reperitonealisasi
9. Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.
10. Luka perasi dijahit lapis demi lapis
11. Fascia dijahit dengan polyglactin (PGA) no.1
12. Kulit dijahit secara subkutikuler
13. Perdarahan dan diuresis selama operasi dihitung
H. Komplikasi
Di Amerika Serikat, kematian ibu pada pelahiran caesar jarang terjadi.
Bahkan, banyak data menunjukkan bukti pada risiko mortalitas. Clark dkk.,
(2008), dalam tinjauan pada hampir 1,5 juta kehamilan, menemukan angka
mortalitas ibu 2,2 per 100.000 pelahiran caesar. Pada penelitian lain, Hall dan
Bewley (1999) mengumpulkan data lebih dari 2.000.000 kelahiran di Inggris
dari tahun 1994 hingga 996. Mereka memperlihatkan bahwa pelahiran caesar
darurat menyebabkan risiko kematian ibu hampir sembilan kali lipat daripada
pelahiran per vagina, bahkan pelahiran caesar elektif menyebabkan risiko
hampir tiga kali lipat.2
Angka komplikasi obstetris yang berat meningkat di Amerika Serikat
sejak tahun 1998-1999 hingga 2004-2005. Banyak dari peningkatan ini
disebabkan oleh meningkatnya pelahiran caesar. Angka morbiditas ibu
meningkat dua kali lipat pada pelahiran caesar daripada pelahiran per vagina.
Penyebab utama yaitu infeksi nifas, perdarahan, dan troboemboli. Penyebab
lain tercantum dalam Tabel 25-3, dan tidak semua morbiditas terjadi segera.
Declerq dkk (2007) melaporkan bahwa rawat inap kembali dalam waktu 30
11. hari setelah pelahiran caesar terjadi lebih dari dua kali lebih sering daripada
pelahiran per vagina 75 versus 19 rawat inap per 1000 kelahiran. Rajasekar
dan Hall (1997) melaporkan bahwa insiden laserasi kandung kemih akibat
bedah caesar adalah 1,4 per 1000 tindakan caesar, dan insiden cedera ureter
adalah 0,3 per 1000 tindakan. Walaupun cedera kandung kemih dapat segera
diketahui, diagnosis cedera ureter sering terlambat. Infeksi uterus relatif sering
terjadi setelah pelahiran caesar. Wanita dengan riwayat pelahiran caesar
mengalami kejadian ruptur uterus yang lebih tinggi pada kehamilan berikutnya
daripada wanita dengan riwayat pelahiran per vagina. Namun, risiko ruptur
untungnya rendah, dan risiko keseleuruhan yang ditemukan oleh Spong
dkk.,(2007) sekitar 0,3 persen. Morbiditas karena pelahiran caesar meningkat
hebat pada wanita dengan obesitas. Semua morbiditas ini, dan meningkatnya
angka pemulihan, menyebabkan peningkatan biaya dua kali lipat pada
pelahiran caesar daripada pelahiran per vagina.2
Komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut: 3
1. Perdarahan
Seksio sesarea merupakan pembedahan vaskular dan
perdarahan biasanya berkisar antara 500-1000 mL. Darah yang
sudah direaksi silang harus tersedia dan infuse sudah terpasang.
Antisipasi perdarahan banyak dilakukan pada kasus plasenta
previa atau kehamilan kembar karena mungkin terjadi
gangguan restraksi uterus pada tempat insersi plasenta. 3
Jika terjadi robekan pada insisi segmen bawah saat
mengeluarkan bayi, pembuluh darah uterus yang besar
mungkin ikut robek dan akan terjadi perdarahan hebat. Pasien
dapat cepat masuk dalam keadaan syok. Kehilangan darah
biasanya dikendalikan dengan jahitan, tetapi jika tidak mungkin
dilakukan, operator mungkin perlu melakukan tindakan
penyelamatan berupa pengangkatan rahim. Identifikasi serviks
tidak selalu mudah dilakukan dan karena itu histerektmi
subtotal dapat dilakukan. Perdarahan dapat terjadi banyak
pembuluh darah yang terbuka dan terputus, atonia uteri,
perdarahan pada placental bed. 3
12. 2. Distensi pasca operasi
Distensi gas di usus umum terjadi setelah seksio
sesarea, tetapi kondisi otot-otot abdomen yang longgar
mengurangi rasa sakit karena distensi tersebut. Meskipun
demikian, pembengkakan menjadi terlihat lebih nyata. Bising
usus mungkin menurun dan tidak ada flatus pada 24-48 jam
pertama. Jika ileus yang mengancam (incipient ileus) tidak
diatasi dengan cepat, penghisapan lambung dan pemberian
cairan perenteral harus dimulai. 3
3. Terbukanya luka dan jahitan dan infeksi
Distensi abdomen menyebabkan insisi longitudinal di
bawah umbilikus mengalami tekanan dan terbukanya luka
jahitan lebih sering terjadi pada seksio sesarea daripada
pembedahan abdomen lainnya. Oleh karena itu,insisi abdomen
transversal lebih disukai. Insisi Pfannenstiel jarang
menimbulkan kejadian ini,tetapi sering menimbulkan
hematoma dan hemostasis penting diperhatikan. Antibiotik
profilaksis direkomendasikan untuk diberikan secara rutin pada
seksio sesarea darurat guna mengurangi risiko infeksi.3
Infeksi puerpiral (nifas) dibagi menjadi ringan, sedang
dan berat. Infeksi ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari
saja. Infeksi sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi;
disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung. Infeksi berat
dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Infeksi berat
sering kita jumpai pada partus terlantar; sebelum timbul infeksi
nifas, telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang
telah pecah terlalu lama. Penanganannya adalah dengan
pemberian cairan, elektrolit dan antibiotik yang adekuat dan
tepat.4
4. Emboli paru
Risiko komplikasi yang serius ini meningkat pada
seksio sesarea dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
Risiko ini berkurang dengan mobilisasi dini dan semakin
berkurang dengan bantuan anestesi epidural. Saat ini,
13. profilaksis rutin dengan heparin subkutan umum diberikan dan
tindakan ini telah mengurangi angka kejadian penyakit
tromboembolisme dan khususnya emboli paru secara dramatis.
Preparat dengan berat jenis rendah lebih mudah dimonitor dan
memiliki efek samping yang lebih rendah.4
14. Daftar Pustaka
1. Pedoman Diagnosis dan Therapi Obstetri- Ginekologi RS. Hasan Sadikin, Bagian
Obstetri dan Ginekologi RS. Hasan Sadikin Bandung 2015
2. Cunningham, FG., et al. (2014). Obstetri Williams (Williams Obstetri). Edisi 24.
Jakarta : EGC.
3. Hanietly, Kevin P. (2014). Ilustrasti Obstetri, Edisi 7 Jakarta : Hipokrates
4. Mochtar, Rustam, Prof. Dr. M. Ph,1998. Synopsis Obstetri, Jilid I, Edisi 2, EGC:
Jakarta