Dokumen ini menggambarkan perjalanan karir seorang bidan bernama Ibu Riandani yang telah berkiprah selama 19 tahun di Desa Kelapasawit, Kebumen. Ibu Riandani memulai pendidikannya di SPK Kesdam Semarang dan melanjutkan ke SPK Depkes Purwokerto hingga meraih gelar DIII Kebidanan pada 1996. Selama kariernya, Ibu Riandani telah berperan aktif memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat serta ber
Terapi komplementer, bisa juga disebut terapi komplementer-alternatif yang artinya jenis pengobatan non farmakologis atau pengobatan penunjang yang dilakukan bersamaan dengan terapi farmakologis.
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALIGANO
KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA
PERIODE JULI 2016
Karya Tulis
Terapi komplementer, bisa juga disebut terapi komplementer-alternatif yang artinya jenis pengobatan non farmakologis atau pengobatan penunjang yang dilakukan bersamaan dengan terapi farmakologis.
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALIGANO
KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA
PERIODE JULI 2016
Karya Tulis
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
1. Anggota Kelompok :
1. Dwi Mukti Utami
2. Tegar Prastiwi
3. Siti Yuliana
4. Ulfah Amiroh
5. Fajar Lestari Aziz
6. Rika Widiyaningrum
7. Evi Susanti
2.
3. Ibu Riandani, Amd.Keb merupakan seorang bidan yang
telah berkiprah selama 19 tahun. Beliau tinggal di Desa
Kelapasawit, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten
Kebumen. Kiprahnya yang cukup lama memberikan beliau
banyak pengalaman. Pendidikan kesehatan beliau di mulai
dengan belajar di SPK Kesdam Semarang, dilanjutan
belajar di SPK Depkes Purwokerto hingga DI, kemudian
melanjutkan DIII Kebidanan Poltekkes Surakarta selesai
pada tahun 1996.
4. Pada tahun 1996 setelah lulus beliau bekerja sebagai
bidan PTT di Desa Bonorowo yang ditugaskan oleh
Puskesmas Bonorowo. Menjadi seorang bidan desa yang
ditempatkan di desa mengharuskan narasumber untuk
tinggal di desa. Budaya serta perilaku masyarakat pun
mengharuskan narasumber untuk menyesuaikan diri
bukan masyarakat yang harus menyesuaikan dengan
ilmu pengetahuan yang rumit yang dibawa oleh bidan.
5. Beliau memiliki semangat untuk menjadi seorang tenaga
kesehatan, karena sejak beliau berusia 3 tahun telah ditinggal
oleh ayahnya, karena operasi usus buntu. Kisah tersebut
menginspirasi beliau untuk melanjutkan pendidikan di kesehatan,
karena beliau ingin mengetahui sebab akibat kematian ayahnya
yang terkena penyakit usus buntu. Beliau menempuh pendidikan
di SPK Kesdam Semarang, lalu diajak rekan beliau melanjutkan
di DI SPK Depkes Purwokerto. Pada awalnya beliau tidak
memiliki rencana untuk menjadi bidan, tetapi beliau diajak oleh
rekannya untuk melanjutkan pendidikannya di DIII Kebidanan
Poltekkes Surakarta.
6. Dari pengalaman beliau menjadi bidan, serta
keprofesionalitasnya, tidak disangka bahwa profesi
menjadi bidan sebenarnya tidak di rencanakan sejak
beliau masih kecil. Untuk itu, beliau berpesan kepada
calon bidan untuk menikmati dan menjalani
kehidupan dengan senang hati agar dapat
berkompeten dan profesional dalam menjalankan
profesi.
7. Bidan merupakan seseorang yang harus mampu mengetahui
situasi dan kondisi masyarakat, mengetahui keadaan
masyarakat karena di tengah masyarakat bidan akan
dihadapkan dengan budaya-budaya dan perilaku masyarakat
yang mungkin belum pernah diketahui. Pada kondisi yang
seperti itulah seorang bidan harus mampu beradaptasi
dengan kondisi masyarakat, bukan masyarakat yang harus
menyesuaikan diri dengan bidan.
8. Sebagai seorang bidan, objek yang paling besar
adalah wanita. Wanita adalah seorang pribadi yang
unik, dengan berbagai keluhan. Selain itu, wanita
juga merupakan individu yang beresiko terhadap
proses fisiologis yang dialaminya sendiri seperti
menstruasi, hamil, persalinan, nifas dan proses
fisiologis lainnya.
9. Di lingkungan sekitar tempat tinggal beliau, kesehatan
lingkungannya sudah cukup baik. Kesaradan terhadap kebersihan
lingkungan pun sudah baik yang ditandai dengan semua rumah sudah
memiliki fasilitas MCK dan tidak menggunakan sungai untuk
kegiatan MCK. Akan tetapi, hidup dilingkungan pedesaan tidak
semuanya mayarakat menengah ke atas. Sehingga masih didapati
rumah-rumah dengan dapur maupun sanitasi yang kurang. Peran
bidan di sini bukan untuk menyalahkan kondisi masyarakat, tetapi
mengingatkan masyarakat melalui gurauan maupun sindiran halus
agar masyarakat tidak tersinggung terkait kondisi ekonomi yang
kurang untuk memperbaiki rumahnya agar lebih baik
10. Kemajuan ilmu pengetahuan di desa tempat tinggal beliau sudah
mulai dapat dirasakan. Ditandai dengan perilaku masyarakatnya
yang sudah tidak menggunakan jasa dukun untuk menolong
persalinan. Akan tetapi bukan berarti dukun sudah tidak ada,
karena jasa mereka masih diperlukan untuk membantu merawat
ibu dan bayi, memijat ibu dan bayi serta mengurus plasenta.
Sehingga dapat dikatakan dukun merupakan mitra bidan dalam
memberikan asuhan terhadap ibu dan bayi. Dalam menjalankan
kemitraan bidan dengan dukun, bidan dapat menanyakan kepada
keluarga ibu, dukun mana yang akan digunakan jasanya. Selain
itu, bidan juga mengadakan pertemuan dengan dukun.
11. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan, bukan berarti
menggeser budaya yang telah turun-temurun secara penuh.
Terutama yang berkaitan dengan pantangan terhadap
makanan-makanan tertentu yang dianggap dapat mengganggu
kesehatan dan keselamatan ibu hamil, nifas, maupun
menyusui. Di sinilah peran bidan yang penting, yaitu
meyakinkan masyarakat untuk percaya jika mengonsumsi
atau tidak mengonsumsi makanan tertentu tidak mengganggu
kesehatan, karena sejatinya ibu hamil, nifas, maupun
menyusui memerlukan gizi yang cukup.
12. Terkait dengan budaya setempat, kita tidak dapat
menyalahkan sepenuhnya, karena kita harus mengkaji
terlebih dahulu apa yang ada di masyarakat. Pengkajian itu
meliputi manfaat yang dapat ditimbulkan serta
bertentangan dengan kesehatan ataupun tidak. Misalnya
mengonsumsi jamu tertentu membahayakan atau tidak.
13. Sebagai seseorang yang bekerja melayani masyarakat,
beliau memiliki pandangan tersendiri, yaitu selalu
bersikap ramah, harus bisa mengetahui situasi pasien,
dan memiliki rasa sosial. Tidak jarang beliau bertemu
dengan pasien yang datang untuk sekedar bercerita
mengenai masalah yang dihadapi pasien. Kemudian
tugas bidan dalam kondisi seperti itu adalah menjadi
pendengar yang baik serta berusaha memberikan solusi.
14. Tugas bidan erat sekali kaitannya dengan keturunan.
Beliau berkeyakinan bahwa semua sifat yang ada pada
orang tua akan diturunkan kepada anaknya. Misalnya
bentuk tubuh, warna kulit, dan sebagainya. Hal itu
berkaitan dengan materi genetik yang diwariskan oleh
orang tua kepada anaknya.
15. Selain bertugas memeriksa kesehatan ibu hamil,
memberikan imunisasi, memberikan penyuluhan, bidan
juga melayani KB. Di lingkungan beliau, masyarakat
beralasan berKB agar dapat merawat anak dengan
maksimal serta memiliki waktu yang lebih banyak untuk
istirahat. Jenis kontrasepsi yang banyak digunakan oleh
masyarakat adalah KB suntik dan yang paling sedikit
digunakan adalah KB susuk, karena masyarakat
beranggapan bahwa susuk dapat masuk ke bagian tubuh
yang lain.