SlideShare a Scribd company logo
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN 
VARIABLE COSTING (BIAYA LANGSUNG) 
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH 
Akuntansi Biaya 
yang dibina oleh Ibu Setya Ayu Rahmawati 
Disusun oleh: 
Bayu Hadi Suseno 130421604890 
Nadya Windy Putrie 130421604908 
Rosalina Prahesti 130421604910 
Sifa Nur Fauziyah 130421604860 
UNIVERSITAS NEGERI MALANG 
FAKULTAS EKONOMI 
JURUSAN AKUNTANSI 
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI 
September 2014
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat 
Rahmat dan Karunia-Nya makalah yang berjudul “Perhitungan Harga Pokok 
Produksi menggunakan Variable Costing (Biaya Langsung)” dapat terselesaikan 
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi 
Biaya yang dibina oleh Ibu Setya Ayu Rahmawati. 
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu 
penulisan ini terutama Ibu Setya Ayu Rahmawati yang membina dan 
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Segala upaya telah dilakukan 
dalam penyusunan makalah ini, kami menyampaikan bahwa isi yang disampaikan 
jauh dikatakan sempurna. Oleh karena itu, saran dan komentar yang membangun 
sangat diharapkan penulis untuk makalah yang penulis susun. Semoga makalah 
ini dapat bermanfaat untuk semua 
Malang, 03 September 2014 
Penulis
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Di dalam membebankan harga pokok kepada produk dapat digunakan 
salah satu dari dua metode pembebanan harga pokok produk. Yang pertama 
yaitu metode penentuan harga pokok penuh (full costing) atau juga sering 
disebut dengan metode penentuan harga pokok diserap (absorption costing). 
Yang kedua yaitu metode penentuan harga pokok variabel (variable costing) 
atau bisa juga disebut dengan metode penentuan harga pokok langsung (direct 
costing) atau juga bisa disebut dengan metode penentuan harga pokok batas 
(marginal costing). Perusahaan bisa menentukan metode mana yang akan 
digunakan, sesuai dengan kepentingan dari manajemen. 
Metode penentuan harga pokok penuh (full costing) akan membebankan 
semua unsur biaya produksi, baik unsur biaya produksi yang bersifat tetap 
maupun yang bersifat variabel ke dalam penentuan harga pokok produksi. 
Oleh karena itu, unsur biaya produksi pada metode penentuan harga pokok 
penuh meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya 
overhead pabrik. Akan tetapi data biaya yang disajikan oleh metode 
penentuan harga pokok penuh seringkali tidak relevan untuk tujuan 
managerial control di dalam jangka pendek. Misalnya untuk perencanaan 
laba, untuk pengambilan keputusan jangka pendek, dan untuk menganalisa 
perubahan biaya volume laba jangka pendek, dalam kapasitas produksi 
normal yang dimiliki oleh perusahaan diperlukan pendekatan yang 
memusatkan perhatian pada unsur biaya variabel, yaitu biaya relevan yang 
berubah susuai dengan tingkat volume kegiatan dalam jangka pendek. 
Pendekatan yang dimaksud tersebut adalah metode variabel. Yaitu 
sebuah metode penghitungan harga pokok produksi yang tidak 
memperhitungkan semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok 
produksi. Metode perhitungan harga pokok produksi ini hanya 
memperhitungkan biaya produksi variabel saja di dalam penentuan harga 
pokok produksi. Metode variable costing ini akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manajemen dalam jangka pendek. Seperti perencanaan laba dan 
pengambilan keputusan jangka pendek. 
1.2 Rumusan Masalah 
Makalah ini memuat rumusan masalah sebagai berikut. 
1) Bagaimana perbandingan antara Harga Pokok Variabel dengan Full 
Costing? 
2) Bagaimana manfaat Informasi yang dihasilkan oleh Harga Pokok Variabel? 
3) Bagaimana penentuan Harga Pokok Variabel? 
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah 
Makalah ini memuat tujuan sebagai berikut. 
1) Untuk mendeskripsikan bagaimana perbandingan antara Harga Pokok 
Variabel dengan Full Costing 
2) Untuk mendeskripsikan manfaat informasi yang dihasilkan oleh Harga 
Pokok Variabel 
3) Untuk mendeskripsikan bagaimana penentuan Harga Pokok Variabel
BAB II 
PEMBAHASAN 
2.1 Pengantar Pembahasan 
Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan cara 
memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya 
produksi variabel saja. Oleh karena itu, penentuan harga pokok produksi 
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode full costing/Absortion 
costing dan Variable costing/direct costing. 
Full costing adalah penentuan harga pokok produksi dengan 
memperhitungkan semua biaya produksi seperti biaya bahan baku langsung, 
biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel dan biaya overhead 
tetap. Akan tetapi data biaya yang disajikan oleh metode penentuan harga 
pokok penuh seringkali tidak relevan untuk tujuan managerial control di 
dalam jangka pendek. Untuk memenuhi kebutuhan managerial maka 
diperlukan pendekatan yang memusatkan perhatian pada unsur biaya variabel, 
yaitu biaya relevan yang berubah susuai dengan tingkat volume kegiatan 
dalam jangka pendek. Oleh karena itu managerial biasanya melakukan 
pendekatan dengan menggunakan harga pokok variabel (variable costing). 
Harga pokok variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok 
produksi yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen 
harga pokok produk. Biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya 
periodik.Sehingga biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya 
produksi melainkan diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan 
dibebankan dalam laporan laba-rugi. 
2.2 Perbandingan Harga Pokok Variabel dengan Full Costing 
Perbedaan konsep penentuan harga pokok variabel dan full costing 
terletak pada tujuan utamanya. Harga pokok variabel memiliki tujuan utama 
untuk pelaporan internal, sedangkan full costing bertujuan untuk pelaporan 
eksternal. Perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan perlakuan terhadap 
biaya produksi tetap yang mempengaruhi:
1. Penentuan Besarnya Harga Pokok Produk 
Pada full costing, semua elemen biaya produksi baik tetap maupun 
variabel dibebankan ke dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya 
harga pokok produk pada metode ini meliputi biaya bahan baku (raw material 
cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), biaya overhead pabrik 
variabel, dan biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan pada harga pokok 
variabel, hanya biaya produksi variabel yang dimasukkan dan dibebankan ke 
dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya harga pokok produk pada 
metode ini meliputi biaya bahan baku (raw material cost), biaya tenaga kerja 
langsung (direct labor cost), dan biaya overhead pabrik variabel. 
Full Costing Harga Pokok Variabel 
Biaya Bahan Baku Rp 20 Rp 20 
Biaya Tenaga Kerja 
Rp 10 Rp 10 
Langsung 
Biaya Overhead variabel Rp 4 Rp 4 
Biaya Overhead Tetap Rp 8 - 
Biaya Produksi / unit Rp 42 Rp 34 
2. Penentuan Besarnya Harga Pokok Persediaan 
Pada full costing, biaya overhead pabrik tetap dibebankan pada harga 
pokok produk. Hal tersebut mengakibatkan sebagian biaya overhead pabrik 
tetap melekat pada harga pokok persediaan apabila ada persediaan yang 
masih belum terjual. Sedangkan pada harga pokok variabel tidak 
membebankan biaya overhead tetap ke dalam harga pokok produk, tetapi 
langsung dibebankan ke laba rugi sebagai biaya periode. Sehingga, produk 
dalam persediaan hanya dibebani biaya produksi variabel atau biaya overhead 
pabrik tetap tidak melekat pada harga pokok persediaan. 
3. Penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi. 
Perbedaan penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi metode 
harga pokok variabel dan full costing dapat ditinjau dari segi: 
a) Penggolongan biaya dalam laporan laba rugi 
Pada full costing, biaya digolongkan menjadi biaya produksi dan biaya 
non-produksi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja 
langsung, dan biaya overhead pabrik tetap maupun variabel. Semua harga 
biaya produksi diperlakukan sebagai harga pokok produk dan dipertemukan
dengan penghasilan penjualan pada periode di mana produk tersebut laku 
dijual dengan cara menentukan besarnya harga pokok penjualan. Biaya non-produksi 
pada full costing disebut pula biaya periode, yakni biaya semua 
biaya yang tidak termasuk dalam harga pokok produk sehingga harus 
dibebankan langsung di laba rugi periode terjadinya, yang meliputi biaya 
tetap maupun variabel untuk pemasaran, administrasi dan umum, dan 
finansial. 
Pada harga pokok variabel, biaya digolongkan menjadi biaya variabel 
dan biaya tetap. Biaya variabel meliputi semua biaya yang jumlah totalnya 
berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume kegiatan, yang 
dikelompokkan menjadi biaya variabel produksi (biaya bahan baku, biaya 
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik varabel) dan biaya variabel 
non-produksi (biaya pemasaran variabel, Biaya administrasi & umum 
variabel, dan biaya financial variabel). Semua elemen biaya variabel produksi 
diperlakukan sebagai harga pokok produk dan akan dipertemukan dengan 
penghasilan penjualan sebagai harga pokok penjualan variabel atas produk 
yang sudah laku dijual. Biaya tetap meliputi semua biaya yang jumlah 
totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan 
sampai dengan tingkatan kapasitas tertentu. Pada harga pokok variabel, biaya 
tetap disebut juga sebagai biaya periode, yakni semua biaya tetap yang terjadi 
dalam rangka penyediaan kapasitas tertentu untuk memproduksi dan 
memasarkan produk dan dalam jangka pendek jumlah totalnya tidak 
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada harga pokok 
variabel ini meliputi biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, 
Biaya administrasi & umum tetap, dan biaya finansial tetap. Dalam harga 
pokok variabel, selain disebut biaya periode, biaya tetap juga disebut sebagai 
biaya kapasitas yang langsung dibebankan ke laba rugi. Konsep harga pokok 
variabel berpendapat bahwa menunda biaya tetap yang terjadi pada periode 
tertentu pada periode berikutnya tidak memiliki manfaat. 
b) Struktur atau susunan penyajian laporan laba rugi 
Konsep full costing menyajikan biaya sesuai dengan penggolongan 
fungsi-fungsi pokok di dalam perusahaan. Penjualan dipertemukan dengan 
harga pokok penjualan yang meliputi biaya produksi variabel dan biaya
produksi tetap, selisihnya adalah laba/rugi kotor atas penjualan. Laba/rugi 
kotor atas penjualan dipertemukan dengan biaya komersial, selisihnya adalah 
laba/rugi bersih usaha. Selanjutnya, laba/rugi berseih usaha dipertemukan 
dengan biaya finansial atau biaya bunga, hasilnya adalah laba/rugi bersih. 
Sedangkan pada konsep harga pokok variabel, langkah pertama yang 
dilakukan dalam penyusunan laba rugi adalah menggolongkan biaya ke dalam 
biaya variabel dan biaya tetap. Langkah kedua adalah menggolongkan biaya 
variabel dan biaya tetap ke dalam biaya produksi dan biaya non-produksi. 
Kemudian, penjualan dipertemukan dengan harga pokok penjualan variabel, 
selisihnya adalah batas kontribusi kotor (gross contribution margin). Batas 
kontribusi kotor dipertemukan dengan biaya komersial variabel, selisihnya 
adalah batas kontribusi bersih (net contribution margin). Batas kontribusi 
bersih dipertemukan dengan semua biaya tetap atau biaya periode, baik 
produksi maupun non-produksi, selisihnya adalah laba bersih 
c) Besarnya laba bersih 
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada full costing, apabila masih 
ada persediaan barang yang masih belum terjual, maka dalam harga pokok 
persediaan tersebut melekat biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan pada 
metode harga pokok produk, biaya overhead pabrik tetap tidak melekat pada 
harga pokok persediaan. Dengan demikian, penilaian harga pokok persediaan 
kedua metode tersebut berbeda. Nilai harga pokok persediaan pada metode 
harga pokok variabel menjadi lebih kecil sehingga harga pokok penjualan 
sebagai pengurang penjualan menjadi lebih besar dan menghasilkan laba yang 
lebih kecil. Hal ini berbanding terbalik dengan metode full costing.
PT EL SARI 
LAPORAN LABA RUGI 
Yang berakhir pada bulan Januari 
Full Costing Harga Pokok Variabel 
Volume penjualan (unit) 190 Volume penjualan (unit) 190 
Penjualan Rp 19.000 Penjualan Rp 19.000 
Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Pejualan 
Persediaan awal Rp 1.260 Persediaan awal Rp 1.260 
Biaya Bahan Baku Rp 4.000 Biaya Bahan Baku Rp 4.000 
Biaya Tenaga Kerja Rp 2.000 Biaya Tenaga Kerja Rp 2.000 
Biaya Overhead Pabrik 
Rp 800 Biaya Overhead Pabrik 
Rp 800 
Variabel 
Variabel 
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 1.600 
Harga Pokok Produk siap jual Rp 9.660 Harga Pokok Produk siap jual Rp 7.820 
Persediaan akhir Rp 1.680 Persediaan akhir Rp 1.360 
Hg.Pk.Penj. sebelum 
Rp 7.980 Harga Pokok Penjualan 
Rp 6.460 
disesuaikan 
variabel 
Biaya Overhead Pabrik Kurang 
dibebankan Rp 100 
Biaya Adm. & Umum 
Variabel 
Rp 570 
Harga Pokok Penjualan Rp 8.080 Biaya pemasaran Variabel Rp 1.900 
Total Biaya Variabel Rp 8.930 
Laba Bruto Rp 10.920 Laba Kontribusi Rp 10.070 
Biaya Komersial Biaya tetap 
Biaya Administrasi & Umum Biaya Overhead Pabrik tetap Rp 1.700 
Variabel Rp 570 Biaya Adm & Um. Tetap Rp 400 
Tetap Rp 400 Biaya pemasaran tetap Rp 1.000 
Biaya Pemasaran 
Variabel Rp 1.900 
Tetap Rp 1.000 
Jumlah Biaya Komersial Rp 3.870 Jumlah Biaya tetap Rp 3.100 
Laba Bersih Rp 7.050 Laba Bersih Rp 6.970 
2.3 Manfaat Informasi yang dihasilkan oleh Harga Pokok Variabel 
Seperti yang disinggung di awal pembahasan yaitu Harga pokok variabel 
digunakan untuk memenuhi kebutuhan managerial seperti perencanaaan laba 
dalam jangka pendek, penentuan harga jual produk, pengambilan keputusan 
dan pengendalian biaya. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai 
manfaat dari variable costing beserta contoh-contohnya. 
a. Perencanaan laba jangka pendek 
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen 
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya yang 
berhubungan dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka pendek,
biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan, 
sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen 
dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, metode variable costing 
menghasilkan laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya variabel 
yang terpisah dari informasi biaya tetap yang dapat memenuhi kebutuhan 
manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. Dengan adanya 
pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam laporan laba rugi metode 
variable costing memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan 
antara biaya, volume, dan laba. Manajemen melakukan analisis melalui 
persamaan BEP (Break Event Point) atau hubungan biaya volume laba 
Contoh : 
Perusahaan “ABC” pada tahun 2010 memiliki kapasitas produksi dan penjualan 
maksimal sebesar 10.000 kilogram produk dalam satu tahun. Besarnya anggaran 
harga jual satuan adalah Rp 10,00 per kilogram. Anggaran biaya variabel adalah 
Rp 6,00 per kilogram, yang terdiri atas biaya produksi variabel Rp 4,00 per 
kilogram dan biaya pemasaran Rp 2,00 per kilogram. Anggaran biaya tetap total 
adalah sebesar Rp 20.000,00 yang terdiri atas biaya produksi tetap yaitu Rp 
10.000,00 dan biaya pemasaran tetap Rp 10.000,00. Dalam tahun 2010 
perusahaan merencanakan dapat menjual sebanyak 8.000 kilogram produk. 
Diminta: 
1) Menghitung tingkat penjualan produk pada break even 
2) Menghitung besarnya laba perusahaan pada penjualan dianggarkan 
(sebesar 8.000 kilogram) 
3) Menghitung tingkat penjualan apabila perusahaan menginginkan laba 
sebesar Rp 10.000,00 
Penyelesaian: 
1) Tingkat penjualan pada break even 
Penjualan pada break even = Biaya Tetap 
(dalam satuan) Harga Jual Satuan – Biaya Variabel/ kilogram 
=Rp 20.000 = 5.000 kg 
Rp10 − Rp 6
Penjualan pada break even = Biaya Tetap 
(dalam rupiah) 1 −Biaya Variabel Satuan 
Harga Jual Satuan 
= Rp 20.000 
1−Rp 6 
Rp 10 
= Rp 20.000 = Rp 50.000 
0,4 
Laba = Penjualan − (Biaya Tetap + Biaya Variabel) 
Laba = (5000 kg x Rp 10 ) − (Rp 20.000 + (5000 kg x Rp 6) = Rp 0,00 
2) Laba perusahaan pada penjualan dianggarkan sebesar 8.000 kilogram 
Laba = (8000 X Rp 10) – (Rp 20.000 + (8000 x Rp 6) = Rp 12.000 
3) Tingkat penjualan pada laba diinginkan sebesar Rp 10.000,00 
Penjualan pada laba diinginkan = Biaya Tetap + Laba Diinginkan 
Harga Jual Satuan – Biaya Variabel Satuan 
= Rp 20.000 + Rp 10.000 
Rp 10 – Rp 6 
= 7.500 kg 
Atau dalam rupiah = 7.500 x Rp 10 
= Rp 75.000 
b. Penetapan Harga Jual Produk 
Dalam pasar yang kompetitif, harga ditentukan oleh interaksi antara 
pasokan dan permintaan. Harga yang optimum adalah harga uang 
mengahasilkan selisih positif antara total pendapatan dengan total biaya, 
volume dimana peningkatan dalam total biaya yang disebabkan oleh 
penambahan satu unit setara dengan peningkatan dalam total pendapatan yaitu 
titik dimana pendapatan marginal setara dengan biaya marginal. Perhitungan
biaya langsung memberikan estimasi atas biaya marginal produk, yang 
merupakan angka yang diperlukan untuk menentukan volume yang 
memaksimalkan laba. Informasi itu berguna dalam pengambilan keputusan 
penetapan harga jual jangka pendek. Penentuan harga jual jangka pendek 
menggunakaan hubungan antara biaya, volume, dan laba. 
Contoh: 
Perusahaan KFC dalam tahun 2009 memiliki anggaran biaya, kuantitas, penjualan 
dan laba sebagai berikut: 
Total Biaya Tetap Rp 300.000 
Biaya Variabel Satuan Rp 25 
Kuantitas Penjualan Dianggarkan 40.000 satuan 
Laba Dianggarkan Rp 200.000 
Diminta: 
Menghitung besarnya harga jual setiap satuan dianggarkan pada kuantitas 
penjualan dianggarkan. 
Penyelesaian: 
x.p = a + bx + L 
Keterangan: 
x = kuantitas penjualan 
p = harga jual satuan 
a = total biaya tetap 
b = biaya variabel satuan 
L = laba 
40.000 p = Rp 300.000 + (Rp 25 x 40.000) + Rp 200.000 
40.000 p = Rp 1.500.000 
P = Rp 1.500.000 
40.000 
= Rp 37,50 
Jadi, harga jual satuan agar diperoleh laba Rp 200.000,00 adalah Rp 37,50 setiap 
satuan. 
Penentuan harga pokok variabel dapat pula dipakai oleh manajemen dalam 
rangka menentukan harga jual minimal atas pesanan-pesanan khusus yang
mungkin akan diterima perusahaan dalam jangka pendek, agar perusahaan 
tidak memperoleh rugi dari pesanan khusus tersebut. 
Syarat-syarat pesanan khusus yang dapat diputuskan dengan penentuan 
harga pokok variabel adalah: 
1. Kapasitas produksi maupun penjualan perusahaan masih ada yang 
menganggur (belum penuh), karena apabila melampaui kapasitas penuh 
akan berakibat jumlah biaya tetap akan berubah. 
2. Adanya pemisahan pasar antara penjualan biasa dengan penjualan untuk 
melayani pesanan khusus, agar harga jual yang biasa di mana umumnya 
lebih tinggi, tidak menjadi terpengaruh ikut turun. Misalnya produk 
tersebut akan dipakai sendiri oleh pembeli. 
Contoh: 
Perusahaan “PERTAMINI” dalam tahun 2001 memiliki kapasitas produksi 
maupun penjualan sebesar 100.000 satuan Anggaran rugi – laba mula-mula dalam 
tahun 2001 adalah : 
Penjualan ( 80.000 @ Rp 10) = Rp 800.000 
Biaya Variabel ( 80.000 @ Rp 6) = Rp 480.000 
Biaya Kontribusi 80.000 x (Rp 10 - Rp 6) = Rp 320.000 
Biaya Tetap = Rp 120.000 
Laba = Rp 200.000 
Apabila dalam tahun 2001 di samping penjualan yang biasa diterima pesanan 
khusus sebesar 20.000 satuan produk, berapa harga jual minimal dari pesanan 
khusus tersebut ? 
Penyelesaian: 
Pesanan khusus tersebut akan dilayani apabila harga jual minimalnya setiap 
satuan sebesar biaya variabel setiap satuan. Dalam hal ini apabila : 
Dari pesanan khusus, perusahaan 
menderita rugi. 
Dari pesanan khusus, perusaha 
tidak memperoleh laba/ rugi. 
Dari pesanan khusus, perusahaan 
akan memperoleh laba. 
Harga jual satuan < biaya variabel 
pesanan khusus satuan 
Harga jual satuan = biaya variabel 
pesanan khusus satuan 
Harga jual satuan > biaya variabel 
pesanan khusus satuan
Besarnya kenaikan laba dari pesanan khusus adalah sebesar batas kontribusi dari 
pesanan khususyang bersangkutan. 
Bukti 
Misalnya harga jual pesanan khusus sebesar Rp 5,00 per satuan, jadi lebih kecil 
dibanding biaya variabel satuan, anggaran rugi laba adalah 
Keterangan Awal Pesanan khusus Jumlah 
Penjualan 
Rp 
20.000 x Rp 5 = Rp 100.000 
Biaya Variabel 
800.000 
20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 
Batas Kontribusi 
Rp 
Biaya Tetap 
480.000 
Laba Bersih 
Rp 900.000 
Rp 600.000 
Rp 
320.000 
Rp 
120.000 
20.000 x (Rp 5-Rp 6) =(Rp20.000) 
- 
Rp 300.000 
Rp 120.000 
Rp 
200.000 
= (Rp 20.000) Rp 180.000 
Dari contoh tersebut pesanan khusus mengalami kerugian Rp 20.000,00 sehingga 
laba total turun menjadi Rp 180.000,00. 
Misalnya harga jual pesanan khusus sebesar Rp 6,00 sebuah, atau sebesar biaya 
variabel satuan, maka laba perusahaan tetap sama jumlahnya, yaitu : 
Keterangan Awal Pesanan khusus Jumlah 
Penjualan 
Rp 800.000 
20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 
Biaya Variabel 
Rp 480.000 
20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 
Biaya Kontribusi 
Biaya Tetap 
Laba Bersih 
Rp 920.000 
Rp 600.000 
Rp 320.000 
Rp 120.000 
20.000 x (Rp 6 – Rp 6)= 0 
- 
Rp 320.000 
Rp 120.000 
Rp 200.000 Rp 200.000 
Misalnya harga jual pesanan khusus Rp 8 sebuah, atau lebih besar dibanding biaya 
variabel satuan, maka laba perusahaan akan lebih besar jumlahnya, yaitu: 
Keterangan Awal Pesanan khusus Jumlah 
Penjualan 
Rp 
20.000 x Rp 8 = Rp 160.000 
Rp 960.000 
Biaya Variabel 
800.000 
20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 
Rp 600.000 
Batas Kontribusi 
Rp 
Biaya Tetap 
480.000 
Laba Bersih 
Rp 
320.000 
Rp 
120.000 
20.000 x(Rp 8 – Rp 6) = Rp 
40.000 
Rp 360.000 
Rp 120.000 
Rp 
200.000 
Rp 40.000 Rp 240.000
c. Pengambilan Keputusan 
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan 
keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume 
kegiatan, biaya overhead tetap yang tidak relevan karena tidak berubah 
dengan adanya perubahan volume kegiatan. Beberapa jenis pengambilan 
keputusan yang menggunakan konsep variable costing misalnya: 
a. Keputusan membeli atau membuat sendiri suatu bagian produk 
b. Keputusan menambah atau memproses lebih lanjut produk tertentu 
c. Keputusan menambah jenis produk tertentu yang dihasilkan 
d. Keputusan menghentikan produksi jenis produk tertentu 
Contoh: keputusan membeli atau membuat sendiri suatu bagian produk 
PT “TANI MUNDUR” memproduksi alat pertanian mekanis, dalam tahun 2014 
diperkirakan perusahaan akan memerlukan suku cadang “A” untuk keperluan 
produksi alat-alat pertanian sebanyak 5.000 buah. Untuk memenuhi kebutuhan 
suku cadang “A” perusahaan memiliki dua alternatif untuk memproduksi sendiri 
atau membeli dari pihak luar. Taksiran biaya produksi apabila suku cadang “A” 
diproduksi sendiri oleh perusahaan adalah: 
Unsur Biaya Biaya (Per Buah) Total Biaya (5.000 buah) 
Bahan baku Rp 10 Rp 50.000 
Tenaga kerja langsung Rp 16 Rp 80.000 
Overhead pabrik variabel Rp 8 Rp 40.000 
Overhead pabrik tetap: 
Dapat dihindari Rp 1 Rp 5.000 
Tidak dapat dihindari Rp 5 Rp 25.000 
Jumlah Rp 40 Rp 200.000 
Penawaran yang diterima dari supplier apabila suku cadang “A” dibeli dari pihak 
luar dengan harga faktur Rp 36,00 per buah dan biaya pembelian yang 
diperkirakan terjadi sebesar Rp 2,00 untuk setiap buah suku cadang “A” yang 
dibeli. 
Diminta: 
Memilih alternatif memproduksi sendiri suku cadang “A” atau membeli dari 
supplier.
Penyelesaian: 
Dalam memilih alternatif antara memproduksi sendiri atau membeli dari pihak 
luar suatu suku cadang adalah perbandingan antara biaya yang dapat dihindarkan 
apabila tidak memproduksi dengan biaya yang terjadi apabila dibeli dari supplier. 
Biaya yang dapat dihindarkan apabila suku cadang tidak diproduksi adalah 
meliputi semua unsur biaya variabel (yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja 
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) dan biaya overhead pabrik tetap 
yang dapat dihindari. 
Perbandingan biaya yang dapat dihindarkan apabila tidak diproduksi sendiri 
dengan biaya yang terjadi apabila dibeli adalah: 
Keterangan Biaya satuan Biaya total 
Biaya dapat dihindarkan apabila tidak diproduksi 
sendiri: 
Biaya bahan baku 
Biaya tenaga kerja langsung 
Biaya overhead pabrik variabel 
Biaya overhead pabrik tetap dapat dihindari 
Jumlah biaya dapat dihindari 
Biaya apabila suku cadang dibeli: 
Harga faktur suku cadang 
Biaya pembelian 
Jumlah biaya apabila membeli 
Selisih menguntungkan apabila suku cadang 
diproduksi sendiri 
Rp 10 
Rp 16 
Rp 8 
Rp 1 
Rp 50.000 
Rp 80.000 
Rp 40.000 
Rp 5.000 
Rp 35 
Rp 175.000 
Rp 36 
Rp 2 
Rp 180.000 
Rp 10.000 
Rp 38 Rp 190.000 
Rp 3 Rp 15.000 
Dari perbandingan biaya tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: 
Biaya yang dihindarkan apabila perusahaan tidak memproduksi besarnya Rp 
35,00 per buah atau total Rp 175.000,00, jumlahnya lebih kecil dibandingkan 
dengan biaya yang timbul apabila membeli yaitu sebesar Rp 38,00 per buah atau 
total Rp 190.000,00. Jadi bagi perusahaan lebih menguntungkan apabila suku 
cadang “A” diproduksi sendiri 
d. Pengendalian Biaya 
Variabel costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk 
mengendalikan biaya overhead tetap dibandingkan informasi yang dihasilkan 
oleh full costing. Dalam full costing, biaya overhead pabrik dibebankan 
sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu manajemen kehilangan 
perhatian terhadap biaya overhead tetap. Sedangkan didalam variabel costing,
biaya overhead tetap disajikan secara terpisah dalam laporan laba-rugi 
sebagai pengurangan terhadap laba kontribusi. 
Biaya tetap dalam variable costing dikelompokkan menjadi dua golongan 
yaitu discretionary fixed cost dan committed fixed cost. Discretionary fixed 
cost merupakan biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen. 
Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen. Sebagai 
contoh adalah biaya iklan yang ditetapkan sebesar Rp 3.000.000/bulan. 
Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang tetap dikeluarkan 
yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan 
dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan seperti biaya yang timbul 
dari pemilikan pabrik, equipment dan organisasi pokok. Contohnyaseperti 
biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan gaji karyawan inti. Dalam jangka 
pendek biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh manajemen.Dengan 
dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri dalam laporan rugi-laba 
variable costing, manajemen dapat memperoleh informasi directionary fixed 
costs terpisah dari commited fixed costs, sehingga pengendalian biaya tetap 
dalam jangka pendek dilakukan oleh manajemen. 
e. Evaluasi Profitabilitas dari multiproduk 
Perhitungan biaya langsung didesain untuk memperbaiki kegunaan dari 
laporan laba rugi bagi manajemen. Dengan perhitungan full costing, biaya 
produksi tetap dialokasikan ke persediaan di neraca dan harga pokok 
penjualan di laporan laba-rugi. Dengan demikian, hubungan dalam laporan 
laba-ruhi antara biaya dan pendapatan menjadi kabur. Alokasi semacam itu 
tidak terjasi dalam perhitungan variable costing. 
2.4 Penentuan Harga Pokok Variabel 
a) Harga Pokok Produksi Pesanan 
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan per 
pesanan dengan menggunakan kartu harga pokok, yang merupakan rincian 
rekening kontrol barang dalam proses di dalam buku besar. Berdasarkan 
biaya produksi variabel yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok produk
tersebut, harga pokok produk jadi dan produk dalam proses dihitung dan 
dicatat. Rekening kontrol yang digunakan adalah: 
a. Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku (Variabel) 
b. Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung (Variabel) 
c. Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik (Variabel) 
d. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 
e. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel 
f. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Tetap 
g. Biaya Overhead yang DibebankanVariabel 
h. Biaya Pemasaran 
i. Biaya Pemasaran Variabel 
j. Biaya Pemasaran Tetap 
k. Biaya administrasi & umum 
l. Biaya administrasi & umum Variabel 
m. Biaya administrasi & umum Tetap 
Karena harga pokok variabel menghendaki biaya diklasifikasikan 
berdasarkan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume 
kegiatan, akuntansi biaya produksi dan biaya non-produksi adalah: 
a. Biaya produksi variabel dicatat langsung pada saat terjadinya dengan 
mendebit rekening barang dalam proses, dan dicatat ke dalam kartu 
harga pokok produk pesanan yang bersangkutan. 
b. Biaya overhead pabrik variabel dibebankan kepada pesanan tertentu 
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dengan mendebit rekening 
barang dalam proses – biaya overhead pabrik, dan dicatat ke dalam 
kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. 
c. Biaya overhead pabrik sesungguhnya dicatat pertama kali dengan 
mendebit rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pada akhir 
bulan, biaya overhead pabrik sesungguhnya dianalisis termasuk biaya 
tetap atau variabel. Setelah ditemukan hasilnya, dicatat dengan jurnal: 
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel Rp xxx 
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Tetap Rp xxx 
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx 
d. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk selama 
periode tertentu ditutup ke rekening biaya overhead pabrik variabel 
sesungguhnya untuk menghitung pembebanan lebih/kurang biaya 
overhead pabrik variabel. 
e. Biaya administrasi & umum dan biaya pemasaran dicatat pertama kali 
dengan mendebit rekening biaya administrasi & umum dan biaya
pemasaran. Pada akhir bulan dianalisis termasuk biaya tetap atau biaya 
variabel. Kemudian dicatat dengan jurnal: 
Biaya Pemasaran Variabel Rp xxx 
Biaya Pemasaran Tetap Rp xxx 
Biaya Pemasaran Rp xxx 
Biaya Administrasi & Umum Variabel Rp xxx 
Biaya Administrasi & Umum Tetap Rp xxx 
Biaya Administrasi & Umum Rp xxx 
Contoh penggunaan metode harga pokok variabel adalah sebagai berikut. 
PT Eliona melakukan produksi berdasarkan pesanan dari langganan dan harga 
pokok produksinya dilakukan dengan metode harga pokok variabel. Pada awal 
bulan Januari 20x1, persediaan produk dalam proses Rp 847.500,- dengan rincian 
sebagai berikut. 
Pesanan Pesanan Pesanan Total 
#101 #102 #103 
Biaya Bahan Baku 150.000 125.000 115.000 365.000 
Biaya Tenaga Kerja Langsung 130.000 100.000 75.000 330.000 
Biaya Overhead Pabrik Variabel 65.000 50.000 37.500 152.500 
Biaya Total 345.000 275.000 227.500 847.500 
Transaksi dalam bulan Januari 20x1 sebagai berikut: 
1. Pemakaian bahan baku dan penolong untuk menyelesaikan produk dalam 
proses awal dan pengolahan pesanan #104 adalah: 
Pesanan #101 Rp 50.000 
Pesanan #102 Rp 40.000 
Pesanan #103 Rp 20.000 
Pesanan #104 Rp130.000 
Jumlah Rp240.000 
Pemakaian bahan penolong Rp 25.000 berperilaku tetap. 
2. Jumlah jam kerjauntukmengerjakanberbagaipesananselamaJanuari 20x1: 
Nomor Pesanan Jam TKL Upah Langsung 
Pesanan #101 75 jam Rp 75.000 
Pesanan #102 30 jam Rp 30.000 
Pesanan #103 55 jam Rp 55.000
Pesanan #104 100 jam Rp100.000 
Jumlah biaya tenaga kerja langsung 260 jam Rp 260.000 
Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 50.000 
Biaya tenaga kerja pemasaran Rp 125.000 
Biaya tenaga kerja administrasi & umum Rp 140.000 
Jumlah biaya tenaga kerja Rp 575.000 
Biaya tenaga kerja tidak langsung berperilaku tetap. Biaya tenaga kerja 
pemasaran dan administrasi & umum dipisahkan menurut perilakunya: 
Variabel Tetap 
Biaya tenaga kerja pemasaran Rp 75.000 Rp 50.000 
Biaya tenaga kerja administrasi &umum 100.000 40.000 
Total Biaya Rp175.000 Rp 90.000 
3. Tarif pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk ditentukan 
menurut anggaran sebesar Rp 500 per jam tenaga kerja langsung. 
4. Biaya overhead pabrik sesungguhnya (lecuali biaya bahan penolong 
sebesar Rp 25.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung pabrik sebesar 
Rp 50.000) sebesar Rp 192.000. biaya overhead pabrik variabel Rp 
142.000 dan biaya overhead pabrik tetap Rp 50.000. 
5. Pesanan no 101, 102 dan 103 selesai diproduksi Januari 20X1. Pesanan no 
101 dan 102 diserahkan dengan harga jual: 
Pesanan #101 Rp 750.000 
Pesanan #102 Rp 650.000 
Jumlah Rp 1.400.000 
Pesanan no 103 pada akhir bulan Januari 20X1 masih disimpan di gudang 
sebagai produk jadi. Pesanan no 104 masih dalam proses pengolahan. 
Penyelesaian: 
Untuk menentukan biaya produksi dan non-produksi dengan 
menggunakan harga pokok variabel adalah sebagai berikut. 
1. Pencatatan pemakaian bahan baku dan bahan baku penolong 
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 240.000 
Persediaan Bahan Rp 240.000 
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 25.000 
Persediaan Bahan Rp 25.000
2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung 
Barang Dalam Proses – Biaya Tng Kerja LangsungRp 260.000 
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 50.000 
Biaya Pemasaran Rp 125.000 
Biaya Administrasi dan Umum Rp 140.000 
Gaji dan Upah Rp 575.000 
3. Pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik variabel kepada 
produk. 
Pembebanan dilakukan berdasarkan tarif biaya overhead Rp 500 per 
jam tenaga kerja langsung. (260 jam x Rp 500 = Rp 130.000) 
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 130.000 
Biaya Overhead Pabrik Variabel yg Dibebankan Rp 130.000 
4. Pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. 
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 192.000 
Berbagai Rekening Yang Dikredit Rp 192.000 
5. Pencatatan pemisahan biaya overhead pabrik sesungguhnya ke dalam 
biaya variabel dan biaya tetap 
Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp 130.000 
Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya Rp 125.000 
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 255.000 
6. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi 
Dari kartu harga pokok produk, dapat diketahui bahwa pesanan yang 
diselesaikan memiliki harga pokok produk Rp 1.197.500. Sehingga, 
dijurnal sebagai berikut. 
Persediaan Produk Jadi Rp 1.197.500 
BDP – Biaya Bahan Baku Rp 500.000 
BDP– Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 465.000 
BDP – Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 232.500
7. Pencatatan penutupan rekening biaya overhead pabrik variabel yang 
dibebankan 
Penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan dicatat 
dengan jurnal: 
BOPV yang Dibebankan Rp 130.000 
Pembebanan Lebih/Kurang BOP Rp 12.000 
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 142.500 
Pada akhir periode, rekening pembebanan lebih/kurang biaya overhead 
pabrik tersebut ditutup ke rekening harga pokok penjualan dengan 
jurnal: 
Harga Pokok Penjualan Rp 12.000 
Pembebanan Lebih/Kurang Biaya Overhead Pabrik Rp 12.000 
8. Pencatatan biaya komersial 
Biaya non-produksi dicatat sebagai berikut: 
Biaya Pemasaran Rp 125.000 
Biaya Administrasi & Umum Rp 140.000 
Berbagai Rekening yang dikredit Rp 265.000 
Pemisahan biaya non-produksi menurut perilakunya dicatat dengan 
jurnal : 
Biaya Pemasarann Variabel Rp 75.000 
Biaya Pemasaran Tetap Rp 50.000 
Biaya Administrasi & Umum Variabel Rp 100.000 
Biaya Administrasi & Umum Tetap Rp 40.000 
Biaya Pemasaran Rp 125.000 
Biaya Administrasi & Umum Rp 140.000
9. Pencatatan penyerahan produk pada pemesan 102 dan 103 
Kas/Piutang Rp 1.400.000 
Penjualan Rp 1.400.000 
Harga Pokok Penjualan Rp 867.500 
Persediaan Produk Jadi Rp 867.500 
b) Harga Pokok Produksi Proses 
PT X 
Data Produksi, Biaya Produksi, dan Biaya Non Produksi 
Bulan Januari 20X1 
Data Produksi Dep 1 Dep 2 
Produk dalam proses awal 
BBB 100%, BKV 40 % 4.000 kg - 
BTK 20 %, BOPV 60% - 6.000 kg 
Dimasukkan dalam proses periode ini 40.000 kg 
Unit yang di transfer ke Dep 2/ yang diterima dari 
Dep 1 
35.000 kg 35.000 kg 
Produk yang ditransfer ke gudang - 38.000 kg 
Produk dalam proses akhir 
BBB 100 %, BkV 70% 9.000 kg - 
BTK 40%, BOPV 80% - 3.000 kg 
Harga Pokok PDP awal 
Harga Pokok Produk dari Dept 1 - Rp 11.150.000 
BBB Rp 1.800.000 
BTKV Rp 1.200.000 Rp 1.152.000 
BOPV Rp 1.920.000 Rp 4.140.000 
Biaya Produksi 
BBB Rp 20.200.000 - 
BTKV Rp 29.775.000 Rp 37.068.000 
BBOP V Rp 37.315.000 Rp 44.340.000 
BBOP tetap Rp 22.000.000 Rp 33.000.000 
Biaya Non Produksi 
Biaya Pemasaran Variabel Rp 10.200.000 
Biaya Pemasaran tetap Rp 15.000.000 
Biaya Adm & Umum Variabel Rp 7.000.000 
Biaya Adm & umum tetap Rp 12.000.000 
Data Penjualan 
Jumah Produk yang di jual 30.000 kg 
Penjualan Rp 240.000.000
PT X memproduksi produknya melalui 2 departemen produksi. Dibawah ini 
adalah data produksi, biaya produksi dan biaya non produksi selama bulan 
Januari. 
Perhitungan Harga Pokok Produksi Variabel dalam Departemen 1 
Rumus perhitungan harga pokok produksi variabel/satuan produk pertama. 
 BBB/unit = BBB awal + BBB dikeluarkan periode sekarang 
Unit ekuivalensi 
 BTKV/unit = BTKV awal + BTKV dikeluarkan periode sekarang 
Unit ekuivalensi 
 BBOPV/unit = BBOPV awal + BBOPV dikeluarkan periode sekarang 
Unit ekuivalensi 
Unit Ekuivalensi 
Data Produksi Jumlah unit 
BBB 35.000 + (100% x 9.000) 44.000 
BTKV 35.000 + (70% x 9.000) 41.300 
BBOPV 35.000 + (70% x 9.000) 41.300 
Jumlah 126.600 
Harga Pokok Produksi Variabel/unit 
Elemen 
biaya 
Yang melekat 
pada BDP 
awal 
Periode 
sekarang 
Total Biaya Unit 
Ekuivalensi 
Biaya/unit 
BBB Rp 1.800.000 Rp 20.200.000 Rp 22.000.000 44.000 Rp 500 
BTKV Rp 1.200.000 Rp 29.775.000 Rp 30.975.000 41.300 Rp 750 
BBOPV Rp 1.920.000 Rp 37.315.000 Rp 39.235.000 41.300 Rp 950 
Jumlah Rp 4.920.000 Rp 87.290.000 Rp 92.210.000 126.600 Rp 2.200 
Perhitungan Harga Pokok produksi Variabel 
Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 
35.000 x Rp 2.200 Rp 77.000.000 
Harga Pokok BDP akhir 
BBB (100% x 9.000x Rp 500) Rp 4.500.000 
BTKV (70% x 9.000x Rp 750) Rp 4.725.000 
BBOPV (70%x 9.000x Rp 950) Rp 5.985.000 
Rp 15.210.000 
Jumlah biaya produksi variabel departemen 1 Rp 92.210.000
Laporan Biaya Produksi Departemen 1 
PT X 
Laporan Baiya Produksi Variabel Departemen 1 
Bulan Januari 20X1 
Data Produksi 
Produk dalam proses awal 4.000 kg 
Dimasukkan dalam proses 40.000 kg 
Jumlah produk yang diolah 44.000 kg 
Produk selesai yang ditransfer ke Dept 2 35.000 kg 
Produk selesai dalam proses akhir 9.000 kg 
Jumlah produk yang dihasilkan 44.000 kg 
Biaya yang dibebankan dalam dept 1 Total Per Unit 
Biaya Bahan Baku Rp 22.000.000 Rp 500 
Biaya tenaga Kerja Variabel Rp 30.975.000 Rp 750 
Biaya Overhead pabrik Variabel Rp 39.235.000 Rp 950 
Jumlah biaya variabel yang dibebankan dalam dept 1 Rp 92.210.000 Rp 2.200 
Perhitungan Biaya 
Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke 
departemen 2 
35.000 @ Rp 2.200 Rp 77.000.000 
Harga Pokok BDP akhir 
BBB (100% x 9.000x Rp 500) Rp 4.500.000 
BTKV (70% x 9.000x Rp 750) Rp 4.725.000 
BBOPV (70%x 9.000x Rp 950) Rp 5.985.000 
Rp 15.210.000 
Perhitungan Harga Pokok Produksi Variabel dalam Departemen 1 
Rumus perhitungan biaya produksi variabel per unit 
 Harga pokok produk/satuan = HP awal + HP yang ditransfer 
dari departemen 1 BDP awal +produk transfer 
 BBB/unit = BBB awal + BBB dikeluarkan periode sekarang 
Unit ekuivalensi 
 BTKV/unit = BTKV awal + BTKV dikeluarkan periode sekarang 
Unit ekuivalensi 
 BBOPV/unit = BBOPV awal + BBOPV dikeluarkan periode sekarang 
Unit ekuivalensi 
Unit Ekuivalensi 
Data Produksi Jumlah unit 
HP dari Dept 1 6.000 + 35.000 41.000 
BTKV 38.000 + (40% x 3.000) 39.200 
BBOPV 38.000 + (80% x 3.000) 40.400 
Jumlah 12.400
Harga Pokok Produksi Variabel/unit 
Elemen 
biaya 
Yang melekat 
pada BDP awal 
Periode 
sekarang 
Total Biaya Unit 
Ekuivalen 
si 
Biaya/unit 
HP dari 
dept 1 
Rp 11.150.000 Rp 77.000.000 Rp 88.150.000 41.000 Rp 2.150 
BTKV Rp 1.152.000 Rp 37.068.000 Rp 38.330.000 39200 RP 975 
BBOPV Rp 4.140.000 Rp 44.340.000 Rp 48.480.000 40.400 Rp 1.200 
Jumlah Rp 16.442.000 Rp158.408.000 Rp 174.850.000 120.600 Rp 4.325 
Perhitungan Harga Pokok produksi Variabel 
Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke gudang 
38.000 x Rp 4.325 Rp 164.350.000 
Harga Pokok BDP akhir 
HP dari Dept 1 (3.000 x Rp 2.150) Rp 6.450.000 
BTKV (40% x 3.000x Rp 975) Rp 1.170.000 
BBOPV(40%x 3.000x Rp 1.200) Rp 2.880.000 
Rp 10.500.000 
Jumlah biaya produksi variabel 
departemen 2 
Rp 174.850.000 
Laporan Biaya Produksi Departemen 2 
PT X 
Laporan Baiya Produksi Variabel Departemen 2 
Bulan Januari 20X1 
Data Produksi 
Produk dalam proses awal 6.000 kg 
Diterima dari dept 1 35.000 kg 
Jumlah produk yang diolah 41.000 kg 
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 38.000 kg 
Produk selesai dalam proses akhir 3.000 kg 
Jumlah produk yang dihasilkan 41.000 kg 
Biaya yang dibebanlan dalam dept 2 Total Per Unit 
HP dari dept 1 Rp 88.150.000 Rp 2.150 
BTKV Rp 38.330.000 RP 975 
BBOPV Rp 48.480.000 Rp 1.200 
Jumlah biaya variabel yang dibebankan 
Rp 174.850.000 Rp 4.325 
dalam dept 2 
Perhitungan Biaya 
Harga pokok produk selesai ditransfer ke 
gudang 
38.000 @ Rp 4.325 Rp 164.350.000 
Harga Pokok BDP akhir 
HP dari Dept 1 Rp 6.450.000 
BTKV Rp 1.170.000 
BOPV Rp 2.880.000
Rp 10.500.000 
Jumlah biaya produksi yang dibebankan 
departemen 2 
Rp 174.850.000 
Pencatatan ke dalam Jurnal 
1. Pemakaian Bahan Baku 
BDP – Biaya Bahan Baku Deept 1 Rp 20.200.000 
Persediaan Bahan Baku Rp 20.200.000 
2. Mencatat Biaya Tenaga Kerja 
BDP – Biaya Tenaga kerja Dept 1 Rp 29.775.000 
BDP – Biaya Tenaga kerja Dept 2 Rp 37.068.000 
Gaji & Upah Rp 66.843.000 
3. Mencatat BOP Sesungguhnya 
BOP Sesungguhnya Dept 1 Rp 9.315.000 
BOP Sesungguhnya Dept 2 Rp 77.340.000 
Berbagai rekening kredit Rp 136.655.000 
Mencatat pembagian biaya overhead pabrik 
BDP – BOPV Dept 1 Rp 37.315.000 
BDP – BOP tetap Dept 1 Rp 22.000.000 
BOP Sesungguhnya Dept 1 Rp 58.315.000 
BDP – BOPV Dept 2 Rp 44.340.000 
BDP – BOP tetap Dept 2 Rp 33.000.000 
BOP Sesungguhnya Dept 2 Rp 77.340.000 
4. Mencatat produk yang selesai diproduksi dept 1 
BDP – BBB Dept 2 Rp 77.000.000 
BDP-BBB Dept 1 Rp 17.500.000 
BDP-BTK Dept 1 Rp 26.250.000 
BDP-BOP Variabel Dept 1 Rp 33.250.000 
5. Mencatat Harga Pokok Produksi BDP akhir Dept 1 
Persediaan BDP – Dep 1 Rp 15.210.000 
BDP-BBB Dept 1 Rp 4.500.000 
BDP-BTK Dept 1 Rp 4.725.000 
BDP-BOP Variabel Dept 1 Rp 5.985.000 
6. Mencatat Harga Pokok Produksi Jadi ditransfer ke gudang
Persediaan Barang Jadi Rp 164.350.000 
BDP-BBB Dept 2 Rp 81.700.000 
BDP-BTK Dept 2 Rp 37.050.000 
BDP-BOP Variabel Dept 2 Rp 45.600.000 
7. Mencatat Harga Pokok Produksi BDP akhir Dept 2 
Persediaan BDP – Dep 2 Rp 10.500.000 
BDP-BBB Dept 2 Rp 6.450.000 
BDP-BTK Dept 2 Rp 1.170.000 
BDP-BOP Variabel Dept 2 Rp 2.880.000 
8. Mencatat Penjualan 
Piutang Dagang Rp 240.000.000 
Penjualan Rp 240.000.000 
Harga Pokok Penjualan Rp 129.750.000 
Persediaan Barang Jadi Rp 129.750.000 
9. Pencatatan Biaya Komersial 
Biaya pemasaran Rp 25.200.000 
Biaya Administrasi & Umum Rp 19.000.000 
Berbagai rekening yang dikredit Rp 44.200.000 
Biaya Pemasaran Variabel Rp 10.200.000 
Biaya Pemasaran tetap Rp 15.000.000 
Biaya Adm. & Umum variabel Rp 7.000.000 
Biaya Adm. & Umum Tetap Rp 12.000.000 
Biaya Pemasaran Rp 25.200.000 
Biaya Adm. & Umum Rp 19.000.000
BAB III 
PENUTUPAN 
3.1 Kesimpulan 
Dari uraian pembahasan makalah di atas, dapat disimpulkan: 
a. Harga pokok variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok 
produksi yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai 
elemen harga pokok produk. 
b. Pemilihan penggunaan metode full costing dan harga pokok variabel akan 
mempengaruhi besarnya harga pokok produk, besarnya harga pokok 
persediaan, pelaporan laba rugi, dan besarnya laba bersih yang dihasilkan. 
c. Manfaat dari harga pokok variabel antara lain perencanaan laba jangka 
pendek, penetapan harga jual produk, pengambilan keputusan, 
pengendalian biaya, dan evaluasi profitabilitas dari multiproduk. 
d. Penentuan harga pokok produk dengan metode harga pokok variabel bisa 
diterapkan pada perusahaan yang menggunakan harga pokok pesanan dan 
harga pokok proses.

More Related Content

What's hot

Tugas 3 produk bersama dan produk sampingan
Tugas 3 produk bersama dan produk sampinganTugas 3 produk bersama dan produk sampingan
Tugas 3 produk bersama dan produk sampinganOwnskin
 
Contoh biaya bersama dan sampingan
Contoh biaya bersama dan sampingan Contoh biaya bersama dan sampingan
Contoh biaya bersama dan sampingan
Diana Marlyna
 
Perhitungan biaya pesanan dan biaya proses
Perhitungan biaya pesanan dan biaya prosesPerhitungan biaya pesanan dan biaya proses
Perhitungan biaya pesanan dan biaya prosesIffa Tabahati
 
Process costing1
Process costing1Process costing1
Process costing1Lia Ivvana
 
METODA HARGA POKOK PESANAN
METODA HARGA POKOK PESANANMETODA HARGA POKOK PESANAN
METODA HARGA POKOK PESANAN
Mandiri Sekuritas
 
Perencanaan Laba - PERENCANAAN LABA AKUNTANSI MANAJERIAL
Perencanaan Laba - PERENCANAAN LABA AKUNTANSI MANAJERIALPerencanaan Laba - PERENCANAAN LABA AKUNTANSI MANAJERIAL
Perencanaan Laba - PERENCANAAN LABA AKUNTANSI MANAJERIAL
Falanni Firyal Fawwaz
 
Temu 6-variable-costing
Temu 6-variable-costingTemu 6-variable-costing
Temu 6-variable-costing
Ani Andiyani
 
Penentuan Harga Jual
Penentuan Harga JualPenentuan Harga Jual
Penentuan Harga Jual
Muhammad Fajar
 
Bab 4 metode harga pokok proses
Bab 4   metode harga pokok prosesBab 4   metode harga pokok proses
Bab 4 metode harga pokok prosesBogel MumedtNdase
 
PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU
PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKUPENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU
PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU
9elevenStarUnila
 
Penerapan activity based management (abm) system untuk meningkatkan efisiensi
Penerapan activity based management (abm) system untuk meningkatkan efisiensiPenerapan activity based management (abm) system untuk meningkatkan efisiensi
Penerapan activity based management (abm) system untuk meningkatkan efisiensi
Faridaabraham
 
Akuntansi biaya _ semester III
Akuntansi biaya _ semester IIIAkuntansi biaya _ semester III
Akuntansi biaya _ semester III
hasril ariel
 
HARGA POKOK PROSES DAN HARGAB POKOK PESANAN
HARGA POKOK PROSES DAN HARGAB POKOK PESANANHARGA POKOK PROSES DAN HARGAB POKOK PESANAN
HARGA POKOK PROSES DAN HARGAB POKOK PESANANOwnskin
 
Akuntansi Biaya 1#5
Akuntansi Biaya 1#5Akuntansi Biaya 1#5
Akuntansi Biaya 1#5
Judianto Nugroho
 
Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01
Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01
Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01arwianthy
 
Sistem biaya taksiran
Sistem biaya taksiranSistem biaya taksiran
Sistem biaya taksiran
University of Jember
 
Perhitungan biaya pesanan & biaya proses done
Perhitungan biaya pesanan & biaya proses donePerhitungan biaya pesanan & biaya proses done
Perhitungan biaya pesanan & biaya proses done
Reza Aprianti
 
Bab. 4 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Bab. 4 Perhitungan Biaya Berdasarkan AktivitasBab. 4 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Bab. 4 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Fitri Ayu Kusuma Wijayanti
 
Tugas 4 BIAYA STANDAR
Tugas 4 BIAYA STANDARTugas 4 BIAYA STANDAR
Tugas 4 BIAYA STANDAROwnskin
 
Activity Based Costing
Activity Based CostingActivity Based Costing
Activity Based Costing
Indra Yu
 

What's hot (20)

Tugas 3 produk bersama dan produk sampingan
Tugas 3 produk bersama dan produk sampinganTugas 3 produk bersama dan produk sampingan
Tugas 3 produk bersama dan produk sampingan
 
Contoh biaya bersama dan sampingan
Contoh biaya bersama dan sampingan Contoh biaya bersama dan sampingan
Contoh biaya bersama dan sampingan
 
Perhitungan biaya pesanan dan biaya proses
Perhitungan biaya pesanan dan biaya prosesPerhitungan biaya pesanan dan biaya proses
Perhitungan biaya pesanan dan biaya proses
 
Process costing1
Process costing1Process costing1
Process costing1
 
METODA HARGA POKOK PESANAN
METODA HARGA POKOK PESANANMETODA HARGA POKOK PESANAN
METODA HARGA POKOK PESANAN
 
Perencanaan Laba - PERENCANAAN LABA AKUNTANSI MANAJERIAL
Perencanaan Laba - PERENCANAAN LABA AKUNTANSI MANAJERIALPerencanaan Laba - PERENCANAAN LABA AKUNTANSI MANAJERIAL
Perencanaan Laba - PERENCANAAN LABA AKUNTANSI MANAJERIAL
 
Temu 6-variable-costing
Temu 6-variable-costingTemu 6-variable-costing
Temu 6-variable-costing
 
Penentuan Harga Jual
Penentuan Harga JualPenentuan Harga Jual
Penentuan Harga Jual
 
Bab 4 metode harga pokok proses
Bab 4   metode harga pokok prosesBab 4   metode harga pokok proses
Bab 4 metode harga pokok proses
 
PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU
PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKUPENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU
PENYUSUNAN ANGGARAN BAHAN BAKU
 
Penerapan activity based management (abm) system untuk meningkatkan efisiensi
Penerapan activity based management (abm) system untuk meningkatkan efisiensiPenerapan activity based management (abm) system untuk meningkatkan efisiensi
Penerapan activity based management (abm) system untuk meningkatkan efisiensi
 
Akuntansi biaya _ semester III
Akuntansi biaya _ semester IIIAkuntansi biaya _ semester III
Akuntansi biaya _ semester III
 
HARGA POKOK PROSES DAN HARGAB POKOK PESANAN
HARGA POKOK PROSES DAN HARGAB POKOK PESANANHARGA POKOK PROSES DAN HARGAB POKOK PESANAN
HARGA POKOK PROSES DAN HARGAB POKOK PESANAN
 
Akuntansi Biaya 1#5
Akuntansi Biaya 1#5Akuntansi Biaya 1#5
Akuntansi Biaya 1#5
 
Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01
Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01
Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01
 
Sistem biaya taksiran
Sistem biaya taksiranSistem biaya taksiran
Sistem biaya taksiran
 
Perhitungan biaya pesanan & biaya proses done
Perhitungan biaya pesanan & biaya proses donePerhitungan biaya pesanan & biaya proses done
Perhitungan biaya pesanan & biaya proses done
 
Bab. 4 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Bab. 4 Perhitungan Biaya Berdasarkan AktivitasBab. 4 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Bab. 4 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
 
Tugas 4 BIAYA STANDAR
Tugas 4 BIAYA STANDARTugas 4 BIAYA STANDAR
Tugas 4 BIAYA STANDAR
 
Activity Based Costing
Activity Based CostingActivity Based Costing
Activity Based Costing
 

Similar to Variabel costing

Topik 6 Variabel Costing.pdf
Topik 6 Variabel Costing.pdfTopik 6 Variabel Costing.pdf
Topik 6 Variabel Costing.pdf
JoanneValesca
 
UTS Akuntansi Manajemen_Anniza Restrizia.docx
UTS Akuntansi Manajemen_Anniza Restrizia.docxUTS Akuntansi Manajemen_Anniza Restrizia.docx
UTS Akuntansi Manajemen_Anniza Restrizia.docx
AnnizaRestrizia
 
Biaya Produksi
Biaya ProduksiBiaya Produksi
Biaya Produksi
MarcoAngeloIsliko
 
Akuntansi biaya bab 2.pptx
Akuntansi biaya bab 2.pptxAkuntansi biaya bab 2.pptx
Akuntansi biaya bab 2.pptx
MiaAdinda3
 
ppt kenakalan remaja pada usia remaja yang jompo.pptx
ppt kenakalan remaja pada usia remaja yang jompo.pptxppt kenakalan remaja pada usia remaja yang jompo.pptx
ppt kenakalan remaja pada usia remaja yang jompo.pptx
kackjorj
 
BIAYA_PRODUKSI.pptx
BIAYA_PRODUKSI.pptxBIAYA_PRODUKSI.pptx
BIAYA_PRODUKSI.pptx
wirasastuti1
 
Biaya produksi dalam ilmu ekonomi
Biaya produksi dalam ilmu ekonomiBiaya produksi dalam ilmu ekonomi
Biaya produksi dalam ilmu ekonomi
JesikaSafitri
 
Biaya produksi
Biaya produksiBiaya produksi
Biaya produksi
ThalaNyx
 
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi PenuhAkmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
Muhammad Fajar
 
6.VARIABELCOSTING.ppt
6.VARIABELCOSTING.ppt6.VARIABELCOSTING.ppt
6.VARIABELCOSTING.ppt
nuraeni842934
 
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
DessyNoorFarida1
 
Akuntansi Biaya 1.pptx
Akuntansi Biaya 1.pptxAkuntansi Biaya 1.pptx
Akuntansi Biaya 1.pptx
SantiYulianti13
 
Manajemen biaya
Manajemen biayaManajemen biaya
Manajemen biaya
www.didiarsandi.com
 
Akuntansi biaya
Akuntansi biayaAkuntansi biaya
Akuntansi biaya
asmawatiasma
 
Full costing dan variable costing
Full costing dan variable costing Full costing dan variable costing
Full costing dan variable costing
Diana Marlyna
 
Slide 10 (pe)
Slide 10 (pe)Slide 10 (pe)
Slide 10 (pe)
KhairilJaa
 
BIAYA PRODUKSI PENGANTAR EKONOMI
BIAYA PRODUKSI PENGANTAR EKONOMIBIAYA PRODUKSI PENGANTAR EKONOMI
BIAYA PRODUKSI PENGANTAR EKONOMI
AnnisaFaathir
 

Similar to Variabel costing (20)

margin kontribusi
margin kontribusimargin kontribusi
margin kontribusi
 
Topik 6 Variabel Costing.pdf
Topik 6 Variabel Costing.pdfTopik 6 Variabel Costing.pdf
Topik 6 Variabel Costing.pdf
 
UTS Akuntansi Manajemen_Anniza Restrizia.docx
UTS Akuntansi Manajemen_Anniza Restrizia.docxUTS Akuntansi Manajemen_Anniza Restrizia.docx
UTS Akuntansi Manajemen_Anniza Restrizia.docx
 
Biaya Produksi
Biaya ProduksiBiaya Produksi
Biaya Produksi
 
Akuntansi biaya bab 2.pptx
Akuntansi biaya bab 2.pptxAkuntansi biaya bab 2.pptx
Akuntansi biaya bab 2.pptx
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
ppt kenakalan remaja pada usia remaja yang jompo.pptx
ppt kenakalan remaja pada usia remaja yang jompo.pptxppt kenakalan remaja pada usia remaja yang jompo.pptx
ppt kenakalan remaja pada usia remaja yang jompo.pptx
 
BIAYA_PRODUKSI.pptx
BIAYA_PRODUKSI.pptxBIAYA_PRODUKSI.pptx
BIAYA_PRODUKSI.pptx
 
Biaya produksi dalam ilmu ekonomi
Biaya produksi dalam ilmu ekonomiBiaya produksi dalam ilmu ekonomi
Biaya produksi dalam ilmu ekonomi
 
Biaya produksi
Biaya produksiBiaya produksi
Biaya produksi
 
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi PenuhAkmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
 
6.VARIABELCOSTING.ppt
6.VARIABELCOSTING.ppt6.VARIABELCOSTING.ppt
6.VARIABELCOSTING.ppt
 
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
 
Akuntansi Biaya 1.pptx
Akuntansi Biaya 1.pptxAkuntansi Biaya 1.pptx
Akuntansi Biaya 1.pptx
 
Manajemen biaya
Manajemen biayaManajemen biaya
Manajemen biaya
 
Akuntansi biaya
Akuntansi biayaAkuntansi biaya
Akuntansi biaya
 
Full costing dan variable costing
Full costing dan variable costing Full costing dan variable costing
Full costing dan variable costing
 
Slide 10 (pe)
Slide 10 (pe)Slide 10 (pe)
Slide 10 (pe)
 
Akuntansi biaya - 1
Akuntansi biaya - 1Akuntansi biaya - 1
Akuntansi biaya - 1
 
BIAYA PRODUKSI PENGANTAR EKONOMI
BIAYA PRODUKSI PENGANTAR EKONOMIBIAYA PRODUKSI PENGANTAR EKONOMI
BIAYA PRODUKSI PENGANTAR EKONOMI
 

Recently uploaded

Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuanganMakalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
MohammadAthianManan
 
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptxSesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
bidakara2016
 
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
hoiriyono
 
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptxModul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
MarkusPiyusmanZebua
 
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptxPPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
tikasianturi1410
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
EnforceA Real Solution
 
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdfMATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
IGNATIUSOKIDEWABRATA
 
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.pptKonsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
AchmadHasanHafidzi
 
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptPpt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
mariapasaribu13
 
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUPDJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
adjhe17ks1
 
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
JefryColter
 
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdfPengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
fadilahsaleh427
 
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptxMETODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniahreksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
AhmadVikriKhoirulAna
 
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Anisa Rizki Rahmawati
 
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptxPendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
LidyaManuelia1
 
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptxMETODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 

Recently uploaded (17)

Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuanganMakalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
 
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptxSesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
 
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
 
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptxModul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
 
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptxPPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
 
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdfMATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
 
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.pptKonsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
 
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptPpt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
 
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUPDJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
 
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
 
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdfPengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
 
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptxMETODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
 
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniahreksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
 
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
 
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptxPendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
 
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptxMETODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
 

Variabel costing

  • 1. PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN VARIABLE COSTING (BIAYA LANGSUNG) UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Akuntansi Biaya yang dibina oleh Ibu Setya Ayu Rahmawati Disusun oleh: Bayu Hadi Suseno 130421604890 Nadya Windy Putrie 130421604908 Rosalina Prahesti 130421604910 Sifa Nur Fauziyah 130421604860 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI September 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya makalah yang berjudul “Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Variable Costing (Biaya Langsung)” dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Biaya yang dibina oleh Ibu Setya Ayu Rahmawati. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulisan ini terutama Ibu Setya Ayu Rahmawati yang membina dan membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Segala upaya telah dilakukan dalam penyusunan makalah ini, kami menyampaikan bahwa isi yang disampaikan jauh dikatakan sempurna. Oleh karena itu, saran dan komentar yang membangun sangat diharapkan penulis untuk makalah yang penulis susun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua Malang, 03 September 2014 Penulis
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam membebankan harga pokok kepada produk dapat digunakan salah satu dari dua metode pembebanan harga pokok produk. Yang pertama yaitu metode penentuan harga pokok penuh (full costing) atau juga sering disebut dengan metode penentuan harga pokok diserap (absorption costing). Yang kedua yaitu metode penentuan harga pokok variabel (variable costing) atau bisa juga disebut dengan metode penentuan harga pokok langsung (direct costing) atau juga bisa disebut dengan metode penentuan harga pokok batas (marginal costing). Perusahaan bisa menentukan metode mana yang akan digunakan, sesuai dengan kepentingan dari manajemen. Metode penentuan harga pokok penuh (full costing) akan membebankan semua unsur biaya produksi, baik unsur biaya produksi yang bersifat tetap maupun yang bersifat variabel ke dalam penentuan harga pokok produksi. Oleh karena itu, unsur biaya produksi pada metode penentuan harga pokok penuh meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Akan tetapi data biaya yang disajikan oleh metode penentuan harga pokok penuh seringkali tidak relevan untuk tujuan managerial control di dalam jangka pendek. Misalnya untuk perencanaan laba, untuk pengambilan keputusan jangka pendek, dan untuk menganalisa perubahan biaya volume laba jangka pendek, dalam kapasitas produksi normal yang dimiliki oleh perusahaan diperlukan pendekatan yang memusatkan perhatian pada unsur biaya variabel, yaitu biaya relevan yang berubah susuai dengan tingkat volume kegiatan dalam jangka pendek. Pendekatan yang dimaksud tersebut adalah metode variabel. Yaitu sebuah metode penghitungan harga pokok produksi yang tidak memperhitungkan semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produksi. Metode perhitungan harga pokok produksi ini hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja di dalam penentuan harga pokok produksi. Metode variable costing ini akan digunakan untuk memenuhi
  • 4. kebutuhan manajemen dalam jangka pendek. Seperti perencanaan laba dan pengambilan keputusan jangka pendek. 1.2 Rumusan Masalah Makalah ini memuat rumusan masalah sebagai berikut. 1) Bagaimana perbandingan antara Harga Pokok Variabel dengan Full Costing? 2) Bagaimana manfaat Informasi yang dihasilkan oleh Harga Pokok Variabel? 3) Bagaimana penentuan Harga Pokok Variabel? 1.3 Tujuan Pembuatan Makalah Makalah ini memuat tujuan sebagai berikut. 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana perbandingan antara Harga Pokok Variabel dengan Full Costing 2) Untuk mendeskripsikan manfaat informasi yang dihasilkan oleh Harga Pokok Variabel 3) Untuk mendeskripsikan bagaimana penentuan Harga Pokok Variabel
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengantar Pembahasan Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja. Oleh karena itu, penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode full costing/Absortion costing dan Variable costing/direct costing. Full costing adalah penentuan harga pokok produksi dengan memperhitungkan semua biaya produksi seperti biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap. Akan tetapi data biaya yang disajikan oleh metode penentuan harga pokok penuh seringkali tidak relevan untuk tujuan managerial control di dalam jangka pendek. Untuk memenuhi kebutuhan managerial maka diperlukan pendekatan yang memusatkan perhatian pada unsur biaya variabel, yaitu biaya relevan yang berubah susuai dengan tingkat volume kegiatan dalam jangka pendek. Oleh karena itu managerial biasanya melakukan pendekatan dengan menggunakan harga pokok variabel (variable costing). Harga pokok variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok produksi yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen harga pokok produk. Biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya periodik.Sehingga biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya produksi melainkan diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan dibebankan dalam laporan laba-rugi. 2.2 Perbandingan Harga Pokok Variabel dengan Full Costing Perbedaan konsep penentuan harga pokok variabel dan full costing terletak pada tujuan utamanya. Harga pokok variabel memiliki tujuan utama untuk pelaporan internal, sedangkan full costing bertujuan untuk pelaporan eksternal. Perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap yang mempengaruhi:
  • 6. 1. Penentuan Besarnya Harga Pokok Produk Pada full costing, semua elemen biaya produksi baik tetap maupun variabel dibebankan ke dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya harga pokok produk pada metode ini meliputi biaya bahan baku (raw material cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan pada harga pokok variabel, hanya biaya produksi variabel yang dimasukkan dan dibebankan ke dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya harga pokok produk pada metode ini meliputi biaya bahan baku (raw material cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), dan biaya overhead pabrik variabel. Full Costing Harga Pokok Variabel Biaya Bahan Baku Rp 20 Rp 20 Biaya Tenaga Kerja Rp 10 Rp 10 Langsung Biaya Overhead variabel Rp 4 Rp 4 Biaya Overhead Tetap Rp 8 - Biaya Produksi / unit Rp 42 Rp 34 2. Penentuan Besarnya Harga Pokok Persediaan Pada full costing, biaya overhead pabrik tetap dibebankan pada harga pokok produk. Hal tersebut mengakibatkan sebagian biaya overhead pabrik tetap melekat pada harga pokok persediaan apabila ada persediaan yang masih belum terjual. Sedangkan pada harga pokok variabel tidak membebankan biaya overhead tetap ke dalam harga pokok produk, tetapi langsung dibebankan ke laba rugi sebagai biaya periode. Sehingga, produk dalam persediaan hanya dibebani biaya produksi variabel atau biaya overhead pabrik tetap tidak melekat pada harga pokok persediaan. 3. Penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi. Perbedaan penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi metode harga pokok variabel dan full costing dapat ditinjau dari segi: a) Penggolongan biaya dalam laporan laba rugi Pada full costing, biaya digolongkan menjadi biaya produksi dan biaya non-produksi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik tetap maupun variabel. Semua harga biaya produksi diperlakukan sebagai harga pokok produk dan dipertemukan
  • 7. dengan penghasilan penjualan pada periode di mana produk tersebut laku dijual dengan cara menentukan besarnya harga pokok penjualan. Biaya non-produksi pada full costing disebut pula biaya periode, yakni biaya semua biaya yang tidak termasuk dalam harga pokok produk sehingga harus dibebankan langsung di laba rugi periode terjadinya, yang meliputi biaya tetap maupun variabel untuk pemasaran, administrasi dan umum, dan finansial. Pada harga pokok variabel, biaya digolongkan menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel meliputi semua biaya yang jumlah totalnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume kegiatan, yang dikelompokkan menjadi biaya variabel produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik varabel) dan biaya variabel non-produksi (biaya pemasaran variabel, Biaya administrasi & umum variabel, dan biaya financial variabel). Semua elemen biaya variabel produksi diperlakukan sebagai harga pokok produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan penjualan sebagai harga pokok penjualan variabel atas produk yang sudah laku dijual. Biaya tetap meliputi semua biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai dengan tingkatan kapasitas tertentu. Pada harga pokok variabel, biaya tetap disebut juga sebagai biaya periode, yakni semua biaya tetap yang terjadi dalam rangka penyediaan kapasitas tertentu untuk memproduksi dan memasarkan produk dan dalam jangka pendek jumlah totalnya tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada harga pokok variabel ini meliputi biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, Biaya administrasi & umum tetap, dan biaya finansial tetap. Dalam harga pokok variabel, selain disebut biaya periode, biaya tetap juga disebut sebagai biaya kapasitas yang langsung dibebankan ke laba rugi. Konsep harga pokok variabel berpendapat bahwa menunda biaya tetap yang terjadi pada periode tertentu pada periode berikutnya tidak memiliki manfaat. b) Struktur atau susunan penyajian laporan laba rugi Konsep full costing menyajikan biaya sesuai dengan penggolongan fungsi-fungsi pokok di dalam perusahaan. Penjualan dipertemukan dengan harga pokok penjualan yang meliputi biaya produksi variabel dan biaya
  • 8. produksi tetap, selisihnya adalah laba/rugi kotor atas penjualan. Laba/rugi kotor atas penjualan dipertemukan dengan biaya komersial, selisihnya adalah laba/rugi bersih usaha. Selanjutnya, laba/rugi berseih usaha dipertemukan dengan biaya finansial atau biaya bunga, hasilnya adalah laba/rugi bersih. Sedangkan pada konsep harga pokok variabel, langkah pertama yang dilakukan dalam penyusunan laba rugi adalah menggolongkan biaya ke dalam biaya variabel dan biaya tetap. Langkah kedua adalah menggolongkan biaya variabel dan biaya tetap ke dalam biaya produksi dan biaya non-produksi. Kemudian, penjualan dipertemukan dengan harga pokok penjualan variabel, selisihnya adalah batas kontribusi kotor (gross contribution margin). Batas kontribusi kotor dipertemukan dengan biaya komersial variabel, selisihnya adalah batas kontribusi bersih (net contribution margin). Batas kontribusi bersih dipertemukan dengan semua biaya tetap atau biaya periode, baik produksi maupun non-produksi, selisihnya adalah laba bersih c) Besarnya laba bersih Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada full costing, apabila masih ada persediaan barang yang masih belum terjual, maka dalam harga pokok persediaan tersebut melekat biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan pada metode harga pokok produk, biaya overhead pabrik tetap tidak melekat pada harga pokok persediaan. Dengan demikian, penilaian harga pokok persediaan kedua metode tersebut berbeda. Nilai harga pokok persediaan pada metode harga pokok variabel menjadi lebih kecil sehingga harga pokok penjualan sebagai pengurang penjualan menjadi lebih besar dan menghasilkan laba yang lebih kecil. Hal ini berbanding terbalik dengan metode full costing.
  • 9. PT EL SARI LAPORAN LABA RUGI Yang berakhir pada bulan Januari Full Costing Harga Pokok Variabel Volume penjualan (unit) 190 Volume penjualan (unit) 190 Penjualan Rp 19.000 Penjualan Rp 19.000 Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Pejualan Persediaan awal Rp 1.260 Persediaan awal Rp 1.260 Biaya Bahan Baku Rp 4.000 Biaya Bahan Baku Rp 4.000 Biaya Tenaga Kerja Rp 2.000 Biaya Tenaga Kerja Rp 2.000 Biaya Overhead Pabrik Rp 800 Biaya Overhead Pabrik Rp 800 Variabel Variabel Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 1.600 Harga Pokok Produk siap jual Rp 9.660 Harga Pokok Produk siap jual Rp 7.820 Persediaan akhir Rp 1.680 Persediaan akhir Rp 1.360 Hg.Pk.Penj. sebelum Rp 7.980 Harga Pokok Penjualan Rp 6.460 disesuaikan variabel Biaya Overhead Pabrik Kurang dibebankan Rp 100 Biaya Adm. & Umum Variabel Rp 570 Harga Pokok Penjualan Rp 8.080 Biaya pemasaran Variabel Rp 1.900 Total Biaya Variabel Rp 8.930 Laba Bruto Rp 10.920 Laba Kontribusi Rp 10.070 Biaya Komersial Biaya tetap Biaya Administrasi & Umum Biaya Overhead Pabrik tetap Rp 1.700 Variabel Rp 570 Biaya Adm & Um. Tetap Rp 400 Tetap Rp 400 Biaya pemasaran tetap Rp 1.000 Biaya Pemasaran Variabel Rp 1.900 Tetap Rp 1.000 Jumlah Biaya Komersial Rp 3.870 Jumlah Biaya tetap Rp 3.100 Laba Bersih Rp 7.050 Laba Bersih Rp 6.970 2.3 Manfaat Informasi yang dihasilkan oleh Harga Pokok Variabel Seperti yang disinggung di awal pembahasan yaitu Harga pokok variabel digunakan untuk memenuhi kebutuhan managerial seperti perencanaaan laba dalam jangka pendek, penentuan harga jual produk, pengambilan keputusan dan pengendalian biaya. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai manfaat dari variable costing beserta contoh-contohnya. a. Perencanaan laba jangka pendek Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya yang berhubungan dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka pendek,
  • 10. biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, metode variable costing menghasilkan laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap yang dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. Dengan adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam laporan laba rugi metode variable costing memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan antara biaya, volume, dan laba. Manajemen melakukan analisis melalui persamaan BEP (Break Event Point) atau hubungan biaya volume laba Contoh : Perusahaan “ABC” pada tahun 2010 memiliki kapasitas produksi dan penjualan maksimal sebesar 10.000 kilogram produk dalam satu tahun. Besarnya anggaran harga jual satuan adalah Rp 10,00 per kilogram. Anggaran biaya variabel adalah Rp 6,00 per kilogram, yang terdiri atas biaya produksi variabel Rp 4,00 per kilogram dan biaya pemasaran Rp 2,00 per kilogram. Anggaran biaya tetap total adalah sebesar Rp 20.000,00 yang terdiri atas biaya produksi tetap yaitu Rp 10.000,00 dan biaya pemasaran tetap Rp 10.000,00. Dalam tahun 2010 perusahaan merencanakan dapat menjual sebanyak 8.000 kilogram produk. Diminta: 1) Menghitung tingkat penjualan produk pada break even 2) Menghitung besarnya laba perusahaan pada penjualan dianggarkan (sebesar 8.000 kilogram) 3) Menghitung tingkat penjualan apabila perusahaan menginginkan laba sebesar Rp 10.000,00 Penyelesaian: 1) Tingkat penjualan pada break even Penjualan pada break even = Biaya Tetap (dalam satuan) Harga Jual Satuan – Biaya Variabel/ kilogram =Rp 20.000 = 5.000 kg Rp10 − Rp 6
  • 11. Penjualan pada break even = Biaya Tetap (dalam rupiah) 1 −Biaya Variabel Satuan Harga Jual Satuan = Rp 20.000 1−Rp 6 Rp 10 = Rp 20.000 = Rp 50.000 0,4 Laba = Penjualan − (Biaya Tetap + Biaya Variabel) Laba = (5000 kg x Rp 10 ) − (Rp 20.000 + (5000 kg x Rp 6) = Rp 0,00 2) Laba perusahaan pada penjualan dianggarkan sebesar 8.000 kilogram Laba = (8000 X Rp 10) – (Rp 20.000 + (8000 x Rp 6) = Rp 12.000 3) Tingkat penjualan pada laba diinginkan sebesar Rp 10.000,00 Penjualan pada laba diinginkan = Biaya Tetap + Laba Diinginkan Harga Jual Satuan – Biaya Variabel Satuan = Rp 20.000 + Rp 10.000 Rp 10 – Rp 6 = 7.500 kg Atau dalam rupiah = 7.500 x Rp 10 = Rp 75.000 b. Penetapan Harga Jual Produk Dalam pasar yang kompetitif, harga ditentukan oleh interaksi antara pasokan dan permintaan. Harga yang optimum adalah harga uang mengahasilkan selisih positif antara total pendapatan dengan total biaya, volume dimana peningkatan dalam total biaya yang disebabkan oleh penambahan satu unit setara dengan peningkatan dalam total pendapatan yaitu titik dimana pendapatan marginal setara dengan biaya marginal. Perhitungan
  • 12. biaya langsung memberikan estimasi atas biaya marginal produk, yang merupakan angka yang diperlukan untuk menentukan volume yang memaksimalkan laba. Informasi itu berguna dalam pengambilan keputusan penetapan harga jual jangka pendek. Penentuan harga jual jangka pendek menggunakaan hubungan antara biaya, volume, dan laba. Contoh: Perusahaan KFC dalam tahun 2009 memiliki anggaran biaya, kuantitas, penjualan dan laba sebagai berikut: Total Biaya Tetap Rp 300.000 Biaya Variabel Satuan Rp 25 Kuantitas Penjualan Dianggarkan 40.000 satuan Laba Dianggarkan Rp 200.000 Diminta: Menghitung besarnya harga jual setiap satuan dianggarkan pada kuantitas penjualan dianggarkan. Penyelesaian: x.p = a + bx + L Keterangan: x = kuantitas penjualan p = harga jual satuan a = total biaya tetap b = biaya variabel satuan L = laba 40.000 p = Rp 300.000 + (Rp 25 x 40.000) + Rp 200.000 40.000 p = Rp 1.500.000 P = Rp 1.500.000 40.000 = Rp 37,50 Jadi, harga jual satuan agar diperoleh laba Rp 200.000,00 adalah Rp 37,50 setiap satuan. Penentuan harga pokok variabel dapat pula dipakai oleh manajemen dalam rangka menentukan harga jual minimal atas pesanan-pesanan khusus yang
  • 13. mungkin akan diterima perusahaan dalam jangka pendek, agar perusahaan tidak memperoleh rugi dari pesanan khusus tersebut. Syarat-syarat pesanan khusus yang dapat diputuskan dengan penentuan harga pokok variabel adalah: 1. Kapasitas produksi maupun penjualan perusahaan masih ada yang menganggur (belum penuh), karena apabila melampaui kapasitas penuh akan berakibat jumlah biaya tetap akan berubah. 2. Adanya pemisahan pasar antara penjualan biasa dengan penjualan untuk melayani pesanan khusus, agar harga jual yang biasa di mana umumnya lebih tinggi, tidak menjadi terpengaruh ikut turun. Misalnya produk tersebut akan dipakai sendiri oleh pembeli. Contoh: Perusahaan “PERTAMINI” dalam tahun 2001 memiliki kapasitas produksi maupun penjualan sebesar 100.000 satuan Anggaran rugi – laba mula-mula dalam tahun 2001 adalah : Penjualan ( 80.000 @ Rp 10) = Rp 800.000 Biaya Variabel ( 80.000 @ Rp 6) = Rp 480.000 Biaya Kontribusi 80.000 x (Rp 10 - Rp 6) = Rp 320.000 Biaya Tetap = Rp 120.000 Laba = Rp 200.000 Apabila dalam tahun 2001 di samping penjualan yang biasa diterima pesanan khusus sebesar 20.000 satuan produk, berapa harga jual minimal dari pesanan khusus tersebut ? Penyelesaian: Pesanan khusus tersebut akan dilayani apabila harga jual minimalnya setiap satuan sebesar biaya variabel setiap satuan. Dalam hal ini apabila : Dari pesanan khusus, perusahaan menderita rugi. Dari pesanan khusus, perusaha tidak memperoleh laba/ rugi. Dari pesanan khusus, perusahaan akan memperoleh laba. Harga jual satuan < biaya variabel pesanan khusus satuan Harga jual satuan = biaya variabel pesanan khusus satuan Harga jual satuan > biaya variabel pesanan khusus satuan
  • 14. Besarnya kenaikan laba dari pesanan khusus adalah sebesar batas kontribusi dari pesanan khususyang bersangkutan. Bukti Misalnya harga jual pesanan khusus sebesar Rp 5,00 per satuan, jadi lebih kecil dibanding biaya variabel satuan, anggaran rugi laba adalah Keterangan Awal Pesanan khusus Jumlah Penjualan Rp 20.000 x Rp 5 = Rp 100.000 Biaya Variabel 800.000 20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 Batas Kontribusi Rp Biaya Tetap 480.000 Laba Bersih Rp 900.000 Rp 600.000 Rp 320.000 Rp 120.000 20.000 x (Rp 5-Rp 6) =(Rp20.000) - Rp 300.000 Rp 120.000 Rp 200.000 = (Rp 20.000) Rp 180.000 Dari contoh tersebut pesanan khusus mengalami kerugian Rp 20.000,00 sehingga laba total turun menjadi Rp 180.000,00. Misalnya harga jual pesanan khusus sebesar Rp 6,00 sebuah, atau sebesar biaya variabel satuan, maka laba perusahaan tetap sama jumlahnya, yaitu : Keterangan Awal Pesanan khusus Jumlah Penjualan Rp 800.000 20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 Biaya Variabel Rp 480.000 20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 Biaya Kontribusi Biaya Tetap Laba Bersih Rp 920.000 Rp 600.000 Rp 320.000 Rp 120.000 20.000 x (Rp 6 – Rp 6)= 0 - Rp 320.000 Rp 120.000 Rp 200.000 Rp 200.000 Misalnya harga jual pesanan khusus Rp 8 sebuah, atau lebih besar dibanding biaya variabel satuan, maka laba perusahaan akan lebih besar jumlahnya, yaitu: Keterangan Awal Pesanan khusus Jumlah Penjualan Rp 20.000 x Rp 8 = Rp 160.000 Rp 960.000 Biaya Variabel 800.000 20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 Rp 600.000 Batas Kontribusi Rp Biaya Tetap 480.000 Laba Bersih Rp 320.000 Rp 120.000 20.000 x(Rp 8 – Rp 6) = Rp 40.000 Rp 360.000 Rp 120.000 Rp 200.000 Rp 40.000 Rp 240.000
  • 15. c. Pengambilan Keputusan Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan, biaya overhead tetap yang tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Beberapa jenis pengambilan keputusan yang menggunakan konsep variable costing misalnya: a. Keputusan membeli atau membuat sendiri suatu bagian produk b. Keputusan menambah atau memproses lebih lanjut produk tertentu c. Keputusan menambah jenis produk tertentu yang dihasilkan d. Keputusan menghentikan produksi jenis produk tertentu Contoh: keputusan membeli atau membuat sendiri suatu bagian produk PT “TANI MUNDUR” memproduksi alat pertanian mekanis, dalam tahun 2014 diperkirakan perusahaan akan memerlukan suku cadang “A” untuk keperluan produksi alat-alat pertanian sebanyak 5.000 buah. Untuk memenuhi kebutuhan suku cadang “A” perusahaan memiliki dua alternatif untuk memproduksi sendiri atau membeli dari pihak luar. Taksiran biaya produksi apabila suku cadang “A” diproduksi sendiri oleh perusahaan adalah: Unsur Biaya Biaya (Per Buah) Total Biaya (5.000 buah) Bahan baku Rp 10 Rp 50.000 Tenaga kerja langsung Rp 16 Rp 80.000 Overhead pabrik variabel Rp 8 Rp 40.000 Overhead pabrik tetap: Dapat dihindari Rp 1 Rp 5.000 Tidak dapat dihindari Rp 5 Rp 25.000 Jumlah Rp 40 Rp 200.000 Penawaran yang diterima dari supplier apabila suku cadang “A” dibeli dari pihak luar dengan harga faktur Rp 36,00 per buah dan biaya pembelian yang diperkirakan terjadi sebesar Rp 2,00 untuk setiap buah suku cadang “A” yang dibeli. Diminta: Memilih alternatif memproduksi sendiri suku cadang “A” atau membeli dari supplier.
  • 16. Penyelesaian: Dalam memilih alternatif antara memproduksi sendiri atau membeli dari pihak luar suatu suku cadang adalah perbandingan antara biaya yang dapat dihindarkan apabila tidak memproduksi dengan biaya yang terjadi apabila dibeli dari supplier. Biaya yang dapat dihindarkan apabila suku cadang tidak diproduksi adalah meliputi semua unsur biaya variabel (yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) dan biaya overhead pabrik tetap yang dapat dihindari. Perbandingan biaya yang dapat dihindarkan apabila tidak diproduksi sendiri dengan biaya yang terjadi apabila dibeli adalah: Keterangan Biaya satuan Biaya total Biaya dapat dihindarkan apabila tidak diproduksi sendiri: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Biaya overhead pabrik tetap dapat dihindari Jumlah biaya dapat dihindari Biaya apabila suku cadang dibeli: Harga faktur suku cadang Biaya pembelian Jumlah biaya apabila membeli Selisih menguntungkan apabila suku cadang diproduksi sendiri Rp 10 Rp 16 Rp 8 Rp 1 Rp 50.000 Rp 80.000 Rp 40.000 Rp 5.000 Rp 35 Rp 175.000 Rp 36 Rp 2 Rp 180.000 Rp 10.000 Rp 38 Rp 190.000 Rp 3 Rp 15.000 Dari perbandingan biaya tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: Biaya yang dihindarkan apabila perusahaan tidak memproduksi besarnya Rp 35,00 per buah atau total Rp 175.000,00, jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang timbul apabila membeli yaitu sebesar Rp 38,00 per buah atau total Rp 190.000,00. Jadi bagi perusahaan lebih menguntungkan apabila suku cadang “A” diproduksi sendiri d. Pengendalian Biaya Variabel costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya overhead tetap dibandingkan informasi yang dihasilkan oleh full costing. Dalam full costing, biaya overhead pabrik dibebankan sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu manajemen kehilangan perhatian terhadap biaya overhead tetap. Sedangkan didalam variabel costing,
  • 17. biaya overhead tetap disajikan secara terpisah dalam laporan laba-rugi sebagai pengurangan terhadap laba kontribusi. Biaya tetap dalam variable costing dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu discretionary fixed cost dan committed fixed cost. Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen. Sebagai contoh adalah biaya iklan yang ditetapkan sebesar Rp 3.000.000/bulan. Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang tetap dikeluarkan yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan seperti biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, equipment dan organisasi pokok. Contohnyaseperti biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan gaji karyawan inti. Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh manajemen.Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri dalam laporan rugi-laba variable costing, manajemen dapat memperoleh informasi directionary fixed costs terpisah dari commited fixed costs, sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dilakukan oleh manajemen. e. Evaluasi Profitabilitas dari multiproduk Perhitungan biaya langsung didesain untuk memperbaiki kegunaan dari laporan laba rugi bagi manajemen. Dengan perhitungan full costing, biaya produksi tetap dialokasikan ke persediaan di neraca dan harga pokok penjualan di laporan laba-rugi. Dengan demikian, hubungan dalam laporan laba-ruhi antara biaya dan pendapatan menjadi kabur. Alokasi semacam itu tidak terjasi dalam perhitungan variable costing. 2.4 Penentuan Harga Pokok Variabel a) Harga Pokok Produksi Pesanan Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan per pesanan dengan menggunakan kartu harga pokok, yang merupakan rincian rekening kontrol barang dalam proses di dalam buku besar. Berdasarkan biaya produksi variabel yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok produk
  • 18. tersebut, harga pokok produk jadi dan produk dalam proses dihitung dan dicatat. Rekening kontrol yang digunakan adalah: a. Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku (Variabel) b. Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung (Variabel) c. Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik (Variabel) d. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya e. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel f. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Tetap g. Biaya Overhead yang DibebankanVariabel h. Biaya Pemasaran i. Biaya Pemasaran Variabel j. Biaya Pemasaran Tetap k. Biaya administrasi & umum l. Biaya administrasi & umum Variabel m. Biaya administrasi & umum Tetap Karena harga pokok variabel menghendaki biaya diklasifikasikan berdasarkan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, akuntansi biaya produksi dan biaya non-produksi adalah: a. Biaya produksi variabel dicatat langsung pada saat terjadinya dengan mendebit rekening barang dalam proses, dan dicatat ke dalam kartu harga pokok produk pesanan yang bersangkutan. b. Biaya overhead pabrik variabel dibebankan kepada pesanan tertentu berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dengan mendebit rekening barang dalam proses – biaya overhead pabrik, dan dicatat ke dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. c. Biaya overhead pabrik sesungguhnya dicatat pertama kali dengan mendebit rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pada akhir bulan, biaya overhead pabrik sesungguhnya dianalisis termasuk biaya tetap atau variabel. Setelah ditemukan hasilnya, dicatat dengan jurnal: Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel Rp xxx Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Tetap Rp xxx Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx d. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk selama periode tertentu ditutup ke rekening biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya untuk menghitung pembebanan lebih/kurang biaya overhead pabrik variabel. e. Biaya administrasi & umum dan biaya pemasaran dicatat pertama kali dengan mendebit rekening biaya administrasi & umum dan biaya
  • 19. pemasaran. Pada akhir bulan dianalisis termasuk biaya tetap atau biaya variabel. Kemudian dicatat dengan jurnal: Biaya Pemasaran Variabel Rp xxx Biaya Pemasaran Tetap Rp xxx Biaya Pemasaran Rp xxx Biaya Administrasi & Umum Variabel Rp xxx Biaya Administrasi & Umum Tetap Rp xxx Biaya Administrasi & Umum Rp xxx Contoh penggunaan metode harga pokok variabel adalah sebagai berikut. PT Eliona melakukan produksi berdasarkan pesanan dari langganan dan harga pokok produksinya dilakukan dengan metode harga pokok variabel. Pada awal bulan Januari 20x1, persediaan produk dalam proses Rp 847.500,- dengan rincian sebagai berikut. Pesanan Pesanan Pesanan Total #101 #102 #103 Biaya Bahan Baku 150.000 125.000 115.000 365.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung 130.000 100.000 75.000 330.000 Biaya Overhead Pabrik Variabel 65.000 50.000 37.500 152.500 Biaya Total 345.000 275.000 227.500 847.500 Transaksi dalam bulan Januari 20x1 sebagai berikut: 1. Pemakaian bahan baku dan penolong untuk menyelesaikan produk dalam proses awal dan pengolahan pesanan #104 adalah: Pesanan #101 Rp 50.000 Pesanan #102 Rp 40.000 Pesanan #103 Rp 20.000 Pesanan #104 Rp130.000 Jumlah Rp240.000 Pemakaian bahan penolong Rp 25.000 berperilaku tetap. 2. Jumlah jam kerjauntukmengerjakanberbagaipesananselamaJanuari 20x1: Nomor Pesanan Jam TKL Upah Langsung Pesanan #101 75 jam Rp 75.000 Pesanan #102 30 jam Rp 30.000 Pesanan #103 55 jam Rp 55.000
  • 20. Pesanan #104 100 jam Rp100.000 Jumlah biaya tenaga kerja langsung 260 jam Rp 260.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 50.000 Biaya tenaga kerja pemasaran Rp 125.000 Biaya tenaga kerja administrasi & umum Rp 140.000 Jumlah biaya tenaga kerja Rp 575.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung berperilaku tetap. Biaya tenaga kerja pemasaran dan administrasi & umum dipisahkan menurut perilakunya: Variabel Tetap Biaya tenaga kerja pemasaran Rp 75.000 Rp 50.000 Biaya tenaga kerja administrasi &umum 100.000 40.000 Total Biaya Rp175.000 Rp 90.000 3. Tarif pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk ditentukan menurut anggaran sebesar Rp 500 per jam tenaga kerja langsung. 4. Biaya overhead pabrik sesungguhnya (lecuali biaya bahan penolong sebesar Rp 25.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung pabrik sebesar Rp 50.000) sebesar Rp 192.000. biaya overhead pabrik variabel Rp 142.000 dan biaya overhead pabrik tetap Rp 50.000. 5. Pesanan no 101, 102 dan 103 selesai diproduksi Januari 20X1. Pesanan no 101 dan 102 diserahkan dengan harga jual: Pesanan #101 Rp 750.000 Pesanan #102 Rp 650.000 Jumlah Rp 1.400.000 Pesanan no 103 pada akhir bulan Januari 20X1 masih disimpan di gudang sebagai produk jadi. Pesanan no 104 masih dalam proses pengolahan. Penyelesaian: Untuk menentukan biaya produksi dan non-produksi dengan menggunakan harga pokok variabel adalah sebagai berikut. 1. Pencatatan pemakaian bahan baku dan bahan baku penolong Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 240.000 Persediaan Bahan Rp 240.000 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 25.000 Persediaan Bahan Rp 25.000
  • 21. 2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung Barang Dalam Proses – Biaya Tng Kerja LangsungRp 260.000 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 50.000 Biaya Pemasaran Rp 125.000 Biaya Administrasi dan Umum Rp 140.000 Gaji dan Upah Rp 575.000 3. Pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik variabel kepada produk. Pembebanan dilakukan berdasarkan tarif biaya overhead Rp 500 per jam tenaga kerja langsung. (260 jam x Rp 500 = Rp 130.000) Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 130.000 Biaya Overhead Pabrik Variabel yg Dibebankan Rp 130.000 4. Pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 192.000 Berbagai Rekening Yang Dikredit Rp 192.000 5. Pencatatan pemisahan biaya overhead pabrik sesungguhnya ke dalam biaya variabel dan biaya tetap Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp 130.000 Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya Rp 125.000 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 255.000 6. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi Dari kartu harga pokok produk, dapat diketahui bahwa pesanan yang diselesaikan memiliki harga pokok produk Rp 1.197.500. Sehingga, dijurnal sebagai berikut. Persediaan Produk Jadi Rp 1.197.500 BDP – Biaya Bahan Baku Rp 500.000 BDP– Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 465.000 BDP – Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 232.500
  • 22. 7. Pencatatan penutupan rekening biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan Penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan dicatat dengan jurnal: BOPV yang Dibebankan Rp 130.000 Pembebanan Lebih/Kurang BOP Rp 12.000 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 142.500 Pada akhir periode, rekening pembebanan lebih/kurang biaya overhead pabrik tersebut ditutup ke rekening harga pokok penjualan dengan jurnal: Harga Pokok Penjualan Rp 12.000 Pembebanan Lebih/Kurang Biaya Overhead Pabrik Rp 12.000 8. Pencatatan biaya komersial Biaya non-produksi dicatat sebagai berikut: Biaya Pemasaran Rp 125.000 Biaya Administrasi & Umum Rp 140.000 Berbagai Rekening yang dikredit Rp 265.000 Pemisahan biaya non-produksi menurut perilakunya dicatat dengan jurnal : Biaya Pemasarann Variabel Rp 75.000 Biaya Pemasaran Tetap Rp 50.000 Biaya Administrasi & Umum Variabel Rp 100.000 Biaya Administrasi & Umum Tetap Rp 40.000 Biaya Pemasaran Rp 125.000 Biaya Administrasi & Umum Rp 140.000
  • 23. 9. Pencatatan penyerahan produk pada pemesan 102 dan 103 Kas/Piutang Rp 1.400.000 Penjualan Rp 1.400.000 Harga Pokok Penjualan Rp 867.500 Persediaan Produk Jadi Rp 867.500 b) Harga Pokok Produksi Proses PT X Data Produksi, Biaya Produksi, dan Biaya Non Produksi Bulan Januari 20X1 Data Produksi Dep 1 Dep 2 Produk dalam proses awal BBB 100%, BKV 40 % 4.000 kg - BTK 20 %, BOPV 60% - 6.000 kg Dimasukkan dalam proses periode ini 40.000 kg Unit yang di transfer ke Dep 2/ yang diterima dari Dep 1 35.000 kg 35.000 kg Produk yang ditransfer ke gudang - 38.000 kg Produk dalam proses akhir BBB 100 %, BkV 70% 9.000 kg - BTK 40%, BOPV 80% - 3.000 kg Harga Pokok PDP awal Harga Pokok Produk dari Dept 1 - Rp 11.150.000 BBB Rp 1.800.000 BTKV Rp 1.200.000 Rp 1.152.000 BOPV Rp 1.920.000 Rp 4.140.000 Biaya Produksi BBB Rp 20.200.000 - BTKV Rp 29.775.000 Rp 37.068.000 BBOP V Rp 37.315.000 Rp 44.340.000 BBOP tetap Rp 22.000.000 Rp 33.000.000 Biaya Non Produksi Biaya Pemasaran Variabel Rp 10.200.000 Biaya Pemasaran tetap Rp 15.000.000 Biaya Adm & Umum Variabel Rp 7.000.000 Biaya Adm & umum tetap Rp 12.000.000 Data Penjualan Jumah Produk yang di jual 30.000 kg Penjualan Rp 240.000.000
  • 24. PT X memproduksi produknya melalui 2 departemen produksi. Dibawah ini adalah data produksi, biaya produksi dan biaya non produksi selama bulan Januari. Perhitungan Harga Pokok Produksi Variabel dalam Departemen 1 Rumus perhitungan harga pokok produksi variabel/satuan produk pertama.  BBB/unit = BBB awal + BBB dikeluarkan periode sekarang Unit ekuivalensi  BTKV/unit = BTKV awal + BTKV dikeluarkan periode sekarang Unit ekuivalensi  BBOPV/unit = BBOPV awal + BBOPV dikeluarkan periode sekarang Unit ekuivalensi Unit Ekuivalensi Data Produksi Jumlah unit BBB 35.000 + (100% x 9.000) 44.000 BTKV 35.000 + (70% x 9.000) 41.300 BBOPV 35.000 + (70% x 9.000) 41.300 Jumlah 126.600 Harga Pokok Produksi Variabel/unit Elemen biaya Yang melekat pada BDP awal Periode sekarang Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya/unit BBB Rp 1.800.000 Rp 20.200.000 Rp 22.000.000 44.000 Rp 500 BTKV Rp 1.200.000 Rp 29.775.000 Rp 30.975.000 41.300 Rp 750 BBOPV Rp 1.920.000 Rp 37.315.000 Rp 39.235.000 41.300 Rp 950 Jumlah Rp 4.920.000 Rp 87.290.000 Rp 92.210.000 126.600 Rp 2.200 Perhitungan Harga Pokok produksi Variabel Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 35.000 x Rp 2.200 Rp 77.000.000 Harga Pokok BDP akhir BBB (100% x 9.000x Rp 500) Rp 4.500.000 BTKV (70% x 9.000x Rp 750) Rp 4.725.000 BBOPV (70%x 9.000x Rp 950) Rp 5.985.000 Rp 15.210.000 Jumlah biaya produksi variabel departemen 1 Rp 92.210.000
  • 25. Laporan Biaya Produksi Departemen 1 PT X Laporan Baiya Produksi Variabel Departemen 1 Bulan Januari 20X1 Data Produksi Produk dalam proses awal 4.000 kg Dimasukkan dalam proses 40.000 kg Jumlah produk yang diolah 44.000 kg Produk selesai yang ditransfer ke Dept 2 35.000 kg Produk selesai dalam proses akhir 9.000 kg Jumlah produk yang dihasilkan 44.000 kg Biaya yang dibebankan dalam dept 1 Total Per Unit Biaya Bahan Baku Rp 22.000.000 Rp 500 Biaya tenaga Kerja Variabel Rp 30.975.000 Rp 750 Biaya Overhead pabrik Variabel Rp 39.235.000 Rp 950 Jumlah biaya variabel yang dibebankan dalam dept 1 Rp 92.210.000 Rp 2.200 Perhitungan Biaya Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 35.000 @ Rp 2.200 Rp 77.000.000 Harga Pokok BDP akhir BBB (100% x 9.000x Rp 500) Rp 4.500.000 BTKV (70% x 9.000x Rp 750) Rp 4.725.000 BBOPV (70%x 9.000x Rp 950) Rp 5.985.000 Rp 15.210.000 Perhitungan Harga Pokok Produksi Variabel dalam Departemen 1 Rumus perhitungan biaya produksi variabel per unit  Harga pokok produk/satuan = HP awal + HP yang ditransfer dari departemen 1 BDP awal +produk transfer  BBB/unit = BBB awal + BBB dikeluarkan periode sekarang Unit ekuivalensi  BTKV/unit = BTKV awal + BTKV dikeluarkan periode sekarang Unit ekuivalensi  BBOPV/unit = BBOPV awal + BBOPV dikeluarkan periode sekarang Unit ekuivalensi Unit Ekuivalensi Data Produksi Jumlah unit HP dari Dept 1 6.000 + 35.000 41.000 BTKV 38.000 + (40% x 3.000) 39.200 BBOPV 38.000 + (80% x 3.000) 40.400 Jumlah 12.400
  • 26. Harga Pokok Produksi Variabel/unit Elemen biaya Yang melekat pada BDP awal Periode sekarang Total Biaya Unit Ekuivalen si Biaya/unit HP dari dept 1 Rp 11.150.000 Rp 77.000.000 Rp 88.150.000 41.000 Rp 2.150 BTKV Rp 1.152.000 Rp 37.068.000 Rp 38.330.000 39200 RP 975 BBOPV Rp 4.140.000 Rp 44.340.000 Rp 48.480.000 40.400 Rp 1.200 Jumlah Rp 16.442.000 Rp158.408.000 Rp 174.850.000 120.600 Rp 4.325 Perhitungan Harga Pokok produksi Variabel Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke gudang 38.000 x Rp 4.325 Rp 164.350.000 Harga Pokok BDP akhir HP dari Dept 1 (3.000 x Rp 2.150) Rp 6.450.000 BTKV (40% x 3.000x Rp 975) Rp 1.170.000 BBOPV(40%x 3.000x Rp 1.200) Rp 2.880.000 Rp 10.500.000 Jumlah biaya produksi variabel departemen 2 Rp 174.850.000 Laporan Biaya Produksi Departemen 2 PT X Laporan Baiya Produksi Variabel Departemen 2 Bulan Januari 20X1 Data Produksi Produk dalam proses awal 6.000 kg Diterima dari dept 1 35.000 kg Jumlah produk yang diolah 41.000 kg Produk selesai yang ditransfer ke gudang 38.000 kg Produk selesai dalam proses akhir 3.000 kg Jumlah produk yang dihasilkan 41.000 kg Biaya yang dibebanlan dalam dept 2 Total Per Unit HP dari dept 1 Rp 88.150.000 Rp 2.150 BTKV Rp 38.330.000 RP 975 BBOPV Rp 48.480.000 Rp 1.200 Jumlah biaya variabel yang dibebankan Rp 174.850.000 Rp 4.325 dalam dept 2 Perhitungan Biaya Harga pokok produk selesai ditransfer ke gudang 38.000 @ Rp 4.325 Rp 164.350.000 Harga Pokok BDP akhir HP dari Dept 1 Rp 6.450.000 BTKV Rp 1.170.000 BOPV Rp 2.880.000
  • 27. Rp 10.500.000 Jumlah biaya produksi yang dibebankan departemen 2 Rp 174.850.000 Pencatatan ke dalam Jurnal 1. Pemakaian Bahan Baku BDP – Biaya Bahan Baku Deept 1 Rp 20.200.000 Persediaan Bahan Baku Rp 20.200.000 2. Mencatat Biaya Tenaga Kerja BDP – Biaya Tenaga kerja Dept 1 Rp 29.775.000 BDP – Biaya Tenaga kerja Dept 2 Rp 37.068.000 Gaji & Upah Rp 66.843.000 3. Mencatat BOP Sesungguhnya BOP Sesungguhnya Dept 1 Rp 9.315.000 BOP Sesungguhnya Dept 2 Rp 77.340.000 Berbagai rekening kredit Rp 136.655.000 Mencatat pembagian biaya overhead pabrik BDP – BOPV Dept 1 Rp 37.315.000 BDP – BOP tetap Dept 1 Rp 22.000.000 BOP Sesungguhnya Dept 1 Rp 58.315.000 BDP – BOPV Dept 2 Rp 44.340.000 BDP – BOP tetap Dept 2 Rp 33.000.000 BOP Sesungguhnya Dept 2 Rp 77.340.000 4. Mencatat produk yang selesai diproduksi dept 1 BDP – BBB Dept 2 Rp 77.000.000 BDP-BBB Dept 1 Rp 17.500.000 BDP-BTK Dept 1 Rp 26.250.000 BDP-BOP Variabel Dept 1 Rp 33.250.000 5. Mencatat Harga Pokok Produksi BDP akhir Dept 1 Persediaan BDP – Dep 1 Rp 15.210.000 BDP-BBB Dept 1 Rp 4.500.000 BDP-BTK Dept 1 Rp 4.725.000 BDP-BOP Variabel Dept 1 Rp 5.985.000 6. Mencatat Harga Pokok Produksi Jadi ditransfer ke gudang
  • 28. Persediaan Barang Jadi Rp 164.350.000 BDP-BBB Dept 2 Rp 81.700.000 BDP-BTK Dept 2 Rp 37.050.000 BDP-BOP Variabel Dept 2 Rp 45.600.000 7. Mencatat Harga Pokok Produksi BDP akhir Dept 2 Persediaan BDP – Dep 2 Rp 10.500.000 BDP-BBB Dept 2 Rp 6.450.000 BDP-BTK Dept 2 Rp 1.170.000 BDP-BOP Variabel Dept 2 Rp 2.880.000 8. Mencatat Penjualan Piutang Dagang Rp 240.000.000 Penjualan Rp 240.000.000 Harga Pokok Penjualan Rp 129.750.000 Persediaan Barang Jadi Rp 129.750.000 9. Pencatatan Biaya Komersial Biaya pemasaran Rp 25.200.000 Biaya Administrasi & Umum Rp 19.000.000 Berbagai rekening yang dikredit Rp 44.200.000 Biaya Pemasaran Variabel Rp 10.200.000 Biaya Pemasaran tetap Rp 15.000.000 Biaya Adm. & Umum variabel Rp 7.000.000 Biaya Adm. & Umum Tetap Rp 12.000.000 Biaya Pemasaran Rp 25.200.000 Biaya Adm. & Umum Rp 19.000.000
  • 29. BAB III PENUTUPAN 3.1 Kesimpulan Dari uraian pembahasan makalah di atas, dapat disimpulkan: a. Harga pokok variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok produksi yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen harga pokok produk. b. Pemilihan penggunaan metode full costing dan harga pokok variabel akan mempengaruhi besarnya harga pokok produk, besarnya harga pokok persediaan, pelaporan laba rugi, dan besarnya laba bersih yang dihasilkan. c. Manfaat dari harga pokok variabel antara lain perencanaan laba jangka pendek, penetapan harga jual produk, pengambilan keputusan, pengendalian biaya, dan evaluasi profitabilitas dari multiproduk. d. Penentuan harga pokok produk dengan metode harga pokok variabel bisa diterapkan pada perusahaan yang menggunakan harga pokok pesanan dan harga pokok proses.