Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Ricco Survival Yubaidi
Materi kali ini kita akan membahas APHT. Salah satu akta yang menjadi kewenangan dan dipersiapkan oleh seseorang Pejabat Pembuat Akta Tanah (APHT). Mari simak apa itu APHT.
Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Ricco Survival Yubaidi
Materi kali ini kita akan membahas APHT. Salah satu akta yang menjadi kewenangan dan dipersiapkan oleh seseorang Pejabat Pembuat Akta Tanah (APHT). Mari simak apa itu APHT.
Pada bab kali ini akan membahas Fidusia yaitu pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Pada sesi ini kita akan membahas terkait Hak Tanggungan dan Akta Pemberian Hak Tanggungan. Kedua istilah tersebut tentu sudah tidak asing didengarkan bagi mereka yang pernah berurusan terkait pembiayaan di Perbankan.
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...Ricco Survival Yubaidi
Materi Kali Ini Kita Akan Membahas Mengenai SKMHT, yaitu Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan. Hal ini juga menjadi salah satu kewenangan Notaris/PPAT sebagaimana diatur dalam UU Nomor 4 Tahun 1996. Simak lebih lanjut.
Materi kali ini akan membahas salah satu bagian dari tahapan dalam Hak Tanggungan, yaitu Roya. Kapan dilakukan Roya? Apa saja persyaratan Roya ? Apakah Roya menjadi satu keharusan dalam pelaksanaan Hak Tanggungan ? Simak materinya berikut ini
Salah satu Materi Hukum Jaminan yang disampaikan oleh Bapak Bachtiar Marbun dalam acara kegiatan Kursus Intensif Hukum Jaminan yang diselenggarakan oleh EMLI Training.
Perjanjian Gadai Saham tidaklah seperti perjanjian gadai pada umumnya, perbedaannya terletak pada objek yang digadaikan yaitu berupa saham. Berdasarkan Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (“UUPT”), saham diklasifikasikan sebagai benda bergerak, (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Contoh Draft Perjanjian Pengalihan Piutang - Pada dasarnya Perjanjian Pengalihan Piutang adalah perjanjian dimana beralihnya piutang antara pengalih piutang dengan penerima piutang dengan pembayaran sejumlah uang tertentu, selanjutnya akan dibayarkan kembali oleh Penerima kepada Pengalih berdasarkan syarat dan ketentuan dalam Akta Pengakuan Utang. (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Pada bab kali ini akan membahas Fidusia yaitu pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Pada sesi ini kita akan membahas terkait Hak Tanggungan dan Akta Pemberian Hak Tanggungan. Kedua istilah tersebut tentu sudah tidak asing didengarkan bagi mereka yang pernah berurusan terkait pembiayaan di Perbankan.
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...Ricco Survival Yubaidi
Materi Kali Ini Kita Akan Membahas Mengenai SKMHT, yaitu Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan. Hal ini juga menjadi salah satu kewenangan Notaris/PPAT sebagaimana diatur dalam UU Nomor 4 Tahun 1996. Simak lebih lanjut.
Materi kali ini akan membahas salah satu bagian dari tahapan dalam Hak Tanggungan, yaitu Roya. Kapan dilakukan Roya? Apa saja persyaratan Roya ? Apakah Roya menjadi satu keharusan dalam pelaksanaan Hak Tanggungan ? Simak materinya berikut ini
Salah satu Materi Hukum Jaminan yang disampaikan oleh Bapak Bachtiar Marbun dalam acara kegiatan Kursus Intensif Hukum Jaminan yang diselenggarakan oleh EMLI Training.
Perjanjian Gadai Saham tidaklah seperti perjanjian gadai pada umumnya, perbedaannya terletak pada objek yang digadaikan yaitu berupa saham. Berdasarkan Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (“UUPT”), saham diklasifikasikan sebagai benda bergerak, (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Contoh Draft Perjanjian Pengalihan Piutang - Pada dasarnya Perjanjian Pengalihan Piutang adalah perjanjian dimana beralihnya piutang antara pengalih piutang dengan penerima piutang dengan pembayaran sejumlah uang tertentu, selanjutnya akan dibayarkan kembali oleh Penerima kepada Pengalih berdasarkan syarat dan ketentuan dalam Akta Pengakuan Utang. (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
1. www.hukumonline.com
PENGESAHAN DAN PENGAKUAN HUTANG TERHADAP KERAJAAN BELANDA
(Undang-Undang Darurat Nomor 26 Tahun 1950 Tanggal 24 Juli 1950)
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT
Menimbang :
a. bahwa perlu sekali diambil tindakan untuk mengesahkan dan mengakui hutang, yang
timbul dari bantuan-Marshall sejumlah U.S. $ 2.200.000.-;
b. bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak, tindakan di atas perlu segera diadakan;
Menimbang pula :
Bahwa Senat tidak bersidang;
Mengingat :
Pasal-pasal 57, 139, 123 ayat (4) jo ayat (3) dan 1 Konstitusi Sementara Republik
72
Indonesia Serikat;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PENGESAHAN DAN PENGAKUAN
HUTANG TERHADAP KERAJAAN BELANDA.
Pasal 1
Mengesahkan dan mengakui hutang yang timbul dari bantuan Marshall sejumlah U.S. $
2.200.000.- dalam arti hutang-hutang yang diterima pada Konperensi Meja Bundar, di luar
hutang-hutang tersebut dalam Bagian D sub B 1 Persetujuan Keuangan dan Perekonomian, yang
dibuat pada Konperensi Meja Bundar dengan Kerajaan Belanda, sejumlah U.S. $ 15.000.000.-,
sehingga semua itu merupakan hutang sejumlah U.S. $ 17.200.000.-.
Pasal 2
Undang-undang darurat ini mulai berlaku pada hari diumumkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Undang-
undang darurat ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia Serikat.
www.hukumonline.com 1
2. www.hukumonline.com
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Juli 1950.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT
SUKARNO
MENTERI KEUANGAN
SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA.
Diumumkan di Jakarta
pada tanggal 26 Juli 1950.
MENTERI KEHAKIMAN
SUPOMO
Sebelum penyerahan kedaulatan, Pemerintah Belanda telah memberitahukan kepada
Pemerintah Federal Sementara dahulu, bahwa E.C.A. berpendirian, bantuan (quot;grantsquot;) kepada
Negeri Belanda bagi Indonesia, yang dibebankan pada tahun-Marshall 1949/1950, yakni sejumlah
$ 37.5 juta, tidak dapat dilaksanakan, sebelum terdapat persetujuan tentang satu pos sejumlah $
2.2 juta, yang masih ketinggalan dari bantuan E.C.A. 1948/1949 dan hanya dapat diterima
sebagai pinjaman.
Pinjaman sejumlah $ 2.2 juta ini hanya dapat diadakan jika Menteri Keuangan Belanda
memberikan jaminan terhadap E.C.A., c.q. Negara Belanda menjadi yang berutang pertama
(primaire debiteur).
Akan tetapi jumlah $ 2.2 juta itu tidak dimuat dalam peraturan tentang penyelesaia n
hutang-piutang yang ditetapkan dalam Konperensi Meja Bundar, sehingga dapat dimengerti,
bahwa Menteri Keuangan Belanda tidak bersedia memberikan jaminan yang diminta, oleh karena
jumlah tersebut semata-mata dipergunakan untuk kepentingan Indonesia.
Menteri Keuangan Belanda pun bersedia memberi jaminan itu, asal ada kepastian bahwa
Republik Indonesia Serikat mau mengakui hutang ini sebagai hutangnya sendiri dengan jaminan
Negeri Belanda.
Oleh karena ketika hal ini dibicarakan (yakni pada akhir Nopember 1949) hanya tinggal
beberapa pekan saja buat menyelenggarakan quot;Marshallgrantsquot; termasuk, dan bagaimanapun juga
harus dicegah bahwa bantuan ini (sebagian) akan hilang bagi Indonesia karena dokumen-
dokumen yang diperlukan di Washington tidak lekas-lekas dikeluarkan, maka Indonesia bersedia
akan menyetorkan uang pada Nederlandse Bank sejumlah $ 2.2 juta, sebagai tanggungan bahwa
Indonesia akan memenuhi kewajibannya terhadap pinjaman itu.
Oleh pihak Pemerintah Federal Sementara diminta perjanjian, bahwa Negeri Belanda
akan meneruskan uang dollar yang dipinjam dari E.C.A. itu kepada Indonesia.
Sementara ini hal itu telah terjadi, sedangkan quot;procurement-authorisation. P.A.S.quot; yang
diperlukan telah dikeluarkan.
www.hukumonline.com 2
3. www.hukumonline.com
Akhirnya dibuat perjanjian, apabila sesudah penyerahan kedaulatan antara Republik
Indonesia Serikat dan Negeri Belanda terdapat persetujuan bahwa pinjaman itu diakui oleh
Republik Indonesia Serikat sebagai hutang Republik Indonesia Serikat, Negeri Belanda akan
mengembalikan kepada Indonesia uang dollar yang telah diberikannya sebagai jaminan itu.
Pemerintah Belanda setuju dengan syarat-syarat tersebut di atas, sehingga jumlah sebesar
$ 2.2 juta dipindahkan ke Negeri Belanda untuk disetorkan atas rekening Menteri Keuangan.
Adapun pengakuan hutang, yang berdasarkan pasal 172 Konstitusi Sementara harus
dengan kuasa Undang-undang, sangat penting, karena jika pengakuan tadi tidak dikeluarkan
maka hal itu akan berakibat, bahwa alat-alat pembayaran luar negeri berupa dollar (quot;dollar-
deviezenquot;) yang termaksud itu tetap terbeku di Negeri Belanda dan tidak berguna. Setelah
pengakuan itu diberikan, maka jumlah itu akan dikembalikan kepada Republik Indonesia Serikat.
LEMBARAN NEGARA NOMOR 48 DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA
NOMOR 29 TAHUN 1950 YANG TELAH DICETAK ULANG
www.hukumonline.com 3