Undang-undang ini membentuk 14 kabupaten baru di Sumatera Tengah dengan otonomi tertentu. Kabupaten-kabupaten ini diberi wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri dan beberapa urusan publik seperti pembangunan, kesehatan, dan pertanian. Undang-undang ini juga mengatur pemerintahan dan keuangan daerah kabupaten serta hubungan dengan pemerintah pusat dan provinsi.
Undang-undang ini membentuk Propinsi Bengkulu yang terdiri dari Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, dan Kotamadya Bengkulu yang dipisahkan dari Propinsi Sumatera Selatan. Propinsi Bengkulu diberi hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Undang-undang ini membentuk dua kabupaten baru di Kalimantan Selatan, yaitu Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan, dengan memisahkan wilayah dari Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Undang-undang ini mengatur batas wilayah, ibu kota, dan pengaturan pemerintahan sementara di dua kabupaten baru tersebut.
Undang-undang ini membentuk Kabupaten Konawe Selatan yang terdiri dari 11 kecamatan yang berasal dari wilayah Kabupaten Kendari di Sulawesi Tenggara. Ibu kota Kabupaten Konawe Selatan berada di Andoolo. Undang-undang ini juga mengatur tentang pemerintahan sementara di Kabupaten Konawe Selatan hingga terpilihnya kepala daerah yang baru.
Undang-undang ini membentuk 14 kabupaten baru di Sumatera Tengah dengan otonomi tertentu. Kabupaten-kabupaten ini diberi wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri dan beberapa urusan publik seperti pembangunan, kesehatan, dan pertanian. Undang-undang ini juga mengatur pemerintahan dan keuangan daerah kabupaten serta hubungan dengan pemerintah pusat dan provinsi.
Undang-undang ini membentuk Propinsi Bengkulu yang terdiri dari Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, dan Kotamadya Bengkulu yang dipisahkan dari Propinsi Sumatera Selatan. Propinsi Bengkulu diberi hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Undang-undang ini membentuk dua kabupaten baru di Kalimantan Selatan, yaitu Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan, dengan memisahkan wilayah dari Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Undang-undang ini mengatur batas wilayah, ibu kota, dan pengaturan pemerintahan sementara di dua kabupaten baru tersebut.
Undang-undang ini membentuk Kabupaten Konawe Selatan yang terdiri dari 11 kecamatan yang berasal dari wilayah Kabupaten Kendari di Sulawesi Tenggara. Ibu kota Kabupaten Konawe Selatan berada di Andoolo. Undang-undang ini juga mengatur tentang pemerintahan sementara di Kabupaten Konawe Selatan hingga terpilihnya kepala daerah yang baru.
Undang-undang ini membentuk 3 kabupaten baru di Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Nias Selatan dari wilayah Kabupaten Nias, Kabupaten Pakpak Bharat dari wilayah Kabupaten Dairi, dan Kabupaten Humbang Hasundutan dari wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Undang-undang ini juga mengatur batas wilayah, ibu kota, dan kewenangan pemerintahan daerah dari ketiga kabupaten baru tersebut.
Undang-undang ini membentuk Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di Provinsi Sulawesi Utara dengan memisahkan wilayah dari Kabupaten Minahasa. Kabupaten Minahasa Selatan terdiri dari 13 kecamatan sedangkan Kota Tomohon terdiri dari 3 kecamatan. Undang-undang ini juga mengatur tentang batas wilayah, ibu kota, kewenangan, pemerintahan daerah, dan ketentuan peralihan dari Kabupaten Minahasa ke Kabupaten Minahasa
Undang-undang ini membentuk Propinsi Banten dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terdiri dari Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Cilegon. Propinsi Banten akan memiliki kewenangan sebagai daerah otonom dan pemerintahan daerahnya akan terdiri dari gubernur, dewan perwakilan rakyat daerah, dan perangkat pemerintahan propinsi. Ketentuan peralihan mengatur penyerahan a
Undang-undang ini membentuk Kota Lhokseumawe dari 3 kecamatan yang sebelumnya masuk Kabupaten Aceh Utara, yaitu Kecamatan Muara Dua, Kecamatan Banda Sakti, dan Kecamatan Blang Mangat. Kota Lhokseumawe memiliki otonomi penuh kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lhokseuma
PP 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan layanan Umum ini merubah pola keuangan lembaga pemerintahan seperti rumah sakit, Universitas sehingga mereka boleh memakai langsung penghasilan operasionalnya. Dan juga PP ini mendorong transformasi lembaga kantor agar bertindak selaku "business entity" walaupun tidak berorientasi pada keuntungan semata
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/DaerahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan uang negara dan daerah. Menteri Keuangan bertindak sebagai Bendahara Umum Negara yang mengelola uang negara, sedangkan kepala dinas keuangan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah yang mengelola uang daerah. Uang negara dan daerah disimpan di kas negara/daerah dan rekening bank, serta sumber dan penggunaannya diatur berdasarkan anggaran pendapatan dan belanja neg
Dokumen tersebut membahas tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang Dasar 1945. Secara ringkas, dibahas tentang tugas BPK sebagai lembaga pengawas keuangan negara dan hubungannya dengan lembaga lain, serta peran Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi dalam menjalankan kekuasaan kehakiman.
Dokumen tersebut merupakan undang-undang yang mengubah undang-undang sebelumnya tentang pembentukan provinsi dan kabupaten di Maluku. Perubahan ini dilakukan karena belum siapnya perangkat daerah dan situasi keamanan yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan pemilihan umum lokal. Perubahan mencakup pengisian keanggotaan dewan perwakilan rakyat daerah sementara melalui penetapan berdasarkan hasil pemil
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) untuk memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas serta penerapan praktek bisnis yang sehat guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. BLU harus memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk mendapatkan status BLU dan dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keu
Undang-undang ini membentuk empat kabupaten baru di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung Timur. Dokumen ini mengatur batas wilayah dan ibu kota dari keempat kabupaten baru tersebut.
This document summarizes key aspects of a company's sales organization, VAR channel strategy, retail channel strategy, pricing tactics, and end user satisfaction. It outlines the company's sales representatives and support staff segmented by role. It also describes the company's distributor and reseller programs, VAR satisfaction factors, retailers carried, and general pricing strategy. Finally, it mentions gathering information on end user preferences of the company and its products.
Current threats impacting IT distribution in EMEA include declining revenues and units according to Gfk and IDC forecasts, margin reductions due to over-distribution and ASP drops, increased credit risks as the number of credit closures has increased from 4-5 per day last year to 10-15 per day, and the disappearance rate of companies in distribution databases has increased from 10-15% each year. Vendors may take one of three attitudes: not caring about the channel issues, protecting themselves by identifying weak partners and developing strategies to address problems, or caring about the channel through coaching, building long-term vision, and prioritizing channel loyalty.
In seinem Referat stellte Adobe-Experte Frank Esser die Neuerungen der Adobe Creative Cloud vor. In einer halbtägigen Live-Demonstration zeigte er die Vorzüge der Cloud.
Undang-undang ini membentuk 3 kabupaten baru di Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Nias Selatan dari wilayah Kabupaten Nias, Kabupaten Pakpak Bharat dari wilayah Kabupaten Dairi, dan Kabupaten Humbang Hasundutan dari wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Undang-undang ini juga mengatur batas wilayah, ibu kota, dan kewenangan pemerintahan daerah dari ketiga kabupaten baru tersebut.
Undang-undang ini membentuk Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di Provinsi Sulawesi Utara dengan memisahkan wilayah dari Kabupaten Minahasa. Kabupaten Minahasa Selatan terdiri dari 13 kecamatan sedangkan Kota Tomohon terdiri dari 3 kecamatan. Undang-undang ini juga mengatur tentang batas wilayah, ibu kota, kewenangan, pemerintahan daerah, dan ketentuan peralihan dari Kabupaten Minahasa ke Kabupaten Minahasa
Undang-undang ini membentuk Propinsi Banten dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terdiri dari Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Cilegon. Propinsi Banten akan memiliki kewenangan sebagai daerah otonom dan pemerintahan daerahnya akan terdiri dari gubernur, dewan perwakilan rakyat daerah, dan perangkat pemerintahan propinsi. Ketentuan peralihan mengatur penyerahan a
Undang-undang ini membentuk Kota Lhokseumawe dari 3 kecamatan yang sebelumnya masuk Kabupaten Aceh Utara, yaitu Kecamatan Muara Dua, Kecamatan Banda Sakti, dan Kecamatan Blang Mangat. Kota Lhokseumawe memiliki otonomi penuh kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lhokseuma
PP 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan layanan Umum ini merubah pola keuangan lembaga pemerintahan seperti rumah sakit, Universitas sehingga mereka boleh memakai langsung penghasilan operasionalnya. Dan juga PP ini mendorong transformasi lembaga kantor agar bertindak selaku "business entity" walaupun tidak berorientasi pada keuntungan semata
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/DaerahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan uang negara dan daerah. Menteri Keuangan bertindak sebagai Bendahara Umum Negara yang mengelola uang negara, sedangkan kepala dinas keuangan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah yang mengelola uang daerah. Uang negara dan daerah disimpan di kas negara/daerah dan rekening bank, serta sumber dan penggunaannya diatur berdasarkan anggaran pendapatan dan belanja neg
Dokumen tersebut membahas tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang Dasar 1945. Secara ringkas, dibahas tentang tugas BPK sebagai lembaga pengawas keuangan negara dan hubungannya dengan lembaga lain, serta peran Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi dalam menjalankan kekuasaan kehakiman.
Dokumen tersebut merupakan undang-undang yang mengubah undang-undang sebelumnya tentang pembentukan provinsi dan kabupaten di Maluku. Perubahan ini dilakukan karena belum siapnya perangkat daerah dan situasi keamanan yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan pemilihan umum lokal. Perubahan mencakup pengisian keanggotaan dewan perwakilan rakyat daerah sementara melalui penetapan berdasarkan hasil pemil
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) untuk memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas serta penerapan praktek bisnis yang sehat guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. BLU harus memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk mendapatkan status BLU dan dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keu
Undang-undang ini membentuk empat kabupaten baru di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung Timur. Dokumen ini mengatur batas wilayah dan ibu kota dari keempat kabupaten baru tersebut.
This document summarizes key aspects of a company's sales organization, VAR channel strategy, retail channel strategy, pricing tactics, and end user satisfaction. It outlines the company's sales representatives and support staff segmented by role. It also describes the company's distributor and reseller programs, VAR satisfaction factors, retailers carried, and general pricing strategy. Finally, it mentions gathering information on end user preferences of the company and its products.
Current threats impacting IT distribution in EMEA include declining revenues and units according to Gfk and IDC forecasts, margin reductions due to over-distribution and ASP drops, increased credit risks as the number of credit closures has increased from 4-5 per day last year to 10-15 per day, and the disappearance rate of companies in distribution databases has increased from 10-15% each year. Vendors may take one of three attitudes: not caring about the channel issues, protecting themselves by identifying weak partners and developing strategies to address problems, or caring about the channel through coaching, building long-term vision, and prioritizing channel loyalty.
In seinem Referat stellte Adobe-Experte Frank Esser die Neuerungen der Adobe Creative Cloud vor. In einer halbtägigen Live-Demonstration zeigte er die Vorzüge der Cloud.
Distribution channels for beginners presentation mar2015Jim Elder
A quick overview of distribution channels focusing on key aspects for a new or small company with limited funding. Direct vs Indirect. Who has the power, what kind and how to manage. How to price within the channel.
Office 365 is a cloud-based solution for mail, collaboration and communication. It works well with Office 2013 and provides an outstanding solution to increase productivity when used on a Windows 8 computer. Office 365 allows users to access email, calendars, contacts and share information from any device while providing freedom and flexibility with up to 5 installations across Windows, Mac and mobile devices.
The document discusses sales management versus distribution management. It notes that most organizations utilize both to some degree, depending on factors like the product, customers, and competitive environment. Effective distribution management involves managing channels and intermediaries, while sales management focuses on managing an internal sales force. There is interdependence between the two approaches. The document outlines various considerations and trade-offs in deciding how to structure a company's sales and distribution approaches.
This document outlines the marketing plan for BirdsEye, including the mission to gain 5-10% market share in the network systems management market within 5 years. The plan discusses the 4P's of marketing - product, price, place and promotion. It details the pricing, distribution through direct sales and channel partners, and the promotional strategy involving publicity, advertising and events. Resources and timelines are provided for publicity, product reviews, word-of-mouth promotion, trade shows, advertising and selling tactics over the next year.
Rangkaian peraturan daerah ini mengatur tentang pengadaan pegawai negeri sipil daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dokumen ini menjelaskan tentang penyusunan formasi, prosedur pengajuan formasi, penetapan formasi, serta tahapan pengadaan pegawai negeri sipil daerah mulai dari perencanaan, pengumuman, persyaratan, pelamaran, hingga pengangkatan.
Undang-undang ini membentuk Kabupaten Parigi Moutong yang terpisah dari Kabupaten Donggala di Sulawesi Tengah. Kabupaten baru ini terdiri dari 6 kecamatan yang sebelumnya masuk Kabupaten Donggala. Ibu kota Kabupaten Parigi Moutong berada di Parigi. Undang-undang ini juga mengatur ketentuan peralihan administrasi dan aset dari pemerintah provinsi dan Kabupaten Donggala ke Kabupaten Parigi Moutong.
PP no 8 tahun 2003 Pedoman Organisasi Perangkat DaerahPenataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pedoman organisasi perangkat daerah di tingkat propinsi dan kabupaten/kota. Peraturan ini mengatur tentang kriteria pembentukan organisasi perangkat daerah, tugas dan fungsi sekretariat daerah, dinas daerah, lembaga teknis daerah, dan satuan polisi pamong praja di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
Undang-undang ini mengatur tentang pemerintahan daerah di Indonesia. Undang-undang ini mengatur tentang pembagian wilayah administratif Indonesia menjadi provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki otonomi dan pemerintahan sendiri dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-undang ini juga mengatur tentang hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta antar pemerintah daerah.
Undang-undang ini mengatur tentang pemerintahan daerah di Indonesia. Undang-undang ini mengatur tentang pembagian wilayah administratif Indonesia menjadi provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki otonomi dan pemerintahan daerah sendiri. Undang-undang ini juga mengatur hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta antar pemerintah daerah.
Undang undang republik indonesia nomor 32 tahun 2004 cintayasirYasir Partomo
Undang-undang ini mengatur tentang pemerintahan daerah di Indonesia. Undang-undang ini mengatur tentang pembagian wilayah administratif Indonesia menjadi provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki otonomi dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahan daerah. Undang-undang ini juga mengatur tentang hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta antar pemerintah daerah.
Undang-undang ini membentuk Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat dengan memisahkan wilayah dari Kabupaten Sintang dan Kabupaten Sanggau. Undang-undang ini mengatur batas wilayah, ibu kota, kewenangan, dan pemerintahan di Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau.
Undang-undang ini membentuk Kabupaten Supiori yang terpisah dari Kabupaten Biak Numfor di Provinsi Papua berdasarkan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan pelayanan. Kabupaten Supiori terdiri dari 3 distrik dari Kabupaten Biak Numfor dengan batas wilayah darat dan laut. Ibu kota Kabupaten Supiori berada di Sorendiweri.
Peraturan Daerah ini mengatur tentang organisasi dan tata kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Blora. Ditetapkan pembentukan Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dan Staf Ahli Bupati yang bertugas membantu pelaksanaan pemerintahan di Kabupaten Blora. Diatur pula susunan organisasi masing-masing unsur tersebut beserta tugas pokok dan tanggung jawabnya.
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerahCapung Humve
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 mengatur tentang organisasi perangkat daerah. Peraturan ini mengatur tentang pembentukan, kedudukan, tugas, dan fungsi perangkat daerah provinsi yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, inspektorat, badan perencanaan pembangunan daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.
Pp41tahun2007 ttg organisasi perangkat daerahNandang Sukmara
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 mengatur tentang organisasi perangkat daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Peraturan ini mengatur tentang pembentukan, kedudukan, tugas, dan fungsi perangkat daerah seperti sekretariat daerah, sekretariat DPRD, inspektorat, badan perencanaan pembangunan daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.
advokasi merupakan suatu usaha yang sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan kebijakan publik secara bertahap-maju, melalui semua saluran dan piranti demokrasi perwakilan, proses-proses politik dan legislasi dalam sistem yang berlaku.
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019People Power
HD dapat diberikan di hutan produksi dan atau hutan lindung yang tidak dibebani hak/izin pemanfaatan hutan lain ( seperti IUPHHK-HA, IUPHHK-HT), berada dalam wilayah desa yang bersangkutan atau dalam satu kesatuan lansekap (bentang alam) untuk pertimbangan kelestarian ekosistem;
Dokumen tersebut membahas tentang WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) sebagai organisasi lingkungan hidup terbesar di Indonesia yang hadir di 27 provinsi dengan misi menyelamatkan dan membela lingkungan hidup. Dokumen ini juga menjelaskan tentang SAHABAT WALHI sebagai relawan yang mendukung kegiatan WALHI untuk penyelamatan lingkungan hidup.
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparPeople Power
Dokumen ini menggambarkan kronologi sengketa agraria antara petani dengan perusahaan perkebunan di Kabupaten Kampar, Riau. Sengketa ini telah berlangsung sejak 2005 dan menimbulkan berbagai insiden seperti pengerusakan lahan, intimidasi terhadap petani, serta bentrokan antara petani dengan oknum-oknum yang didatangkan pihak tertentu. Aksi unjuk rasa petani ke instansi terkait juga berakhir dengan penanganan kasar ole
Dokumen tersebut merangkum sejarah penghunian Pulau Padang dan penolakan masyarakat terhadap izin HTI PT RAPP di pulau tersebut. Secara singkat, Pulau Padang telah dihuni sejak zaman kolonial dan masyarakatnya bergantung pada hutan dan lahan perkebunan. Namun, izin HTI PT RAPP pada 2009 mendapatkan lahan tambahan di Pulau Padang yang ditolak oleh masyarakat karena akan merusak sumber mata p
1. Pulau Padang telah dihuni sejak zaman kolonial Belanda hingga kini dan terdapat bukti keberadaan tokoh bernama Tuk Derasul pada tahun 1850-an.
2. Masyarakat Pulau Padang terdiri dari berbagai suku seperti Melayu, Jawa, Sakai, Cina, dan Minang yang hidup rukun meski berbeda agama.
3. Sumber mata pencaharian masyarakat selama ini berasal dari hasil perkebunan k
Masyarakat di beberapa pulau dan kabupaten di Riau seperti Pulau Padang, Tebing Tinggi, Rangsang, dan Semenanjung Kampar telah lama menolak rencana pembangunan hutan tanaman industri (HTI) karena akan merusak sumber mata pencaharian dan lingkungan mereka. Penolakan masyarakat berlangsung secara damai maupun dengan unjuk rasa serta pembakaran alat berat perusahaan. Pemerintah diharapkan dap
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiPeople Power
Langkah-langkah pemetaan partisipatif meliputi pengumpulan data lapangan menggunakan GPS, penentuan skala peta berdasarkan ukuran kertas dan jumlah grid koordinat, serta menentukan posisi titik koordinat di peta sesuai dengan skala yang ditetapkan. Proses selanjutnya adalah memotong citra dan menyesuaikan zona GPS lapangan dengan peta dasar menggunakan perangkat lunak GIS.
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013People Power
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang alokasi dana hibah untuk berbagai lembaga pendidikan dan lembaga lainnya di Provinsi Riau sebesar Rp273,950,000,000. Dana hibah tersebut dialokasikan untuk universitas, sekolah, lembaga penelitian, lembaga keagamaan, dan organisasi mahasiswa.
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...People Power
Ringkasan dokumen hukum ini memberikan analisis hukum terhadap Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 327/Menhut-II/2009 tentang pemberian izin pengelolaan hutan di Semenanjung Kampar kepada PT RAPP. Analisis menunjukkan bahwa izin tersebut melanggar peraturan perundang-undangan karena kawasan tersebut merupakan kawasan lindung gambut dan hutan alam yang dilindungi.
Dokumen ini membahas pengelolaan lahan gambut di Pulau Padang, Riau. Pulau Padang memiliki lahan gambut dalam yang telah ditinggali masyarakat sejak abad ke-19 dan digunakan untuk budidaya sagu, karet rakyat, dan kelapa rakyat. Namun, banyak areal karet dan kelapa sudah melewati masa produktifitasnya. Dokumen ini menganalisis potensi pengelolaan lahan gambut di pulau ini secara berkelanjutan
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.People Power
Dokumen tersebut merupakan surat dari Komite Pimpinan Pusat Serikat Tani Riau yang menyatakan keprihatinan terhadap rencana 10 relawan masyarakat Pulau Padang untuk melakukan aksi bakar diri di Istana Negara sebagai bentuk penolakan terhadap izin PT. RAPP di Pulau Padang. Surat ini meminta dukungan dari Presiden BEM UIN SUSKA untuk mengkritik sikap pemerintah yang tidak mendengarkan aspirasi m
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASIPeople Power
Organisasi masyarakat sipil meminta pemerintah membentuk tim verifikasi independen untuk meninjau kembali izin SK.327/Menhut-II/2009 terkait konsesi HTI di Pulau Padang karena ada berbagai persoalan sejak proses perizinan, potensi kerusakan lingkungan, dan dampak terhadap masyarakat lokal.
1. 1: 1 5
U N D A N G-U N D A N G ( U U )
Nomor : 12 TAHUN 1969 (12/1969)
Tanggal : 10 SEPTEMBER 1969 (JAKARTA)
Sumber : LN 1969/47; TLN NO. 2907
Tentang : PEMBENTUKAN PROPINSI OTONOM IRIAN BARAT DAN KABUPATEN -
KABUPATEN OTONOM DI PROPINSI IRIAN BARAT1 1
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.
Menimbang:
bahwa sebagai tindak lanjut dari hasil Penentuan Pendapat Rakyat yang
menetapkan Irian Barat tetap merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintahan di Irian Barat yang
effektif, demi kemajuan rakyat di Irian Barat, dipandang perlu Propinsi Irian Barat
beserta Kabupaten-kabupatennya yang dibentuk dan diatur berdasarkan
Penetapan Presiden No. 1 tahun 1962 jo Penetapan Presiden No. 1 tahun 1963 jo
Keputusan Presiden No. 57 tahun 1963 jo Undang-undang No. 5 tahun 1969, segera
diatur kembali sebagai Daerah-daerah Otonom, sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam pasal 6 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No.
XXI/MPRS/ 1966.
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), pasal 18, pasal 20 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XXI/MPRS/ 1966;
3. Undang-undang No. 18 tahun 1965 (Lembaran-Negara tahun 1965 No. 83) jo
Undang-undang No. 6 tahun 1969 (Lembaran Negara tahun 1969 No. 37);
4. Undang-undang No. 5 tahun 1969 (Lembaran-Negara tahun 1969 No. 36);
Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong.
Memutuskan:
I. Mencabut: Ketentuan-ketentuan nomor urut 3 dan 6 Lampiran IIA Undang-
undang No. 5 tahun 1969.
II. M enetapkan: Undang-undang tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian
Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat.
BAB I.
KETENTUAN UMUM.
Pasal 1.
(1) Membentuk Propinsi Otonom Irian Barat dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang wilayahnya meliputi Kabupaten-kabupaten dimaksud
ayat (2) pasal ini.
(2) Dalam wilayah Propinsi Irian Barat dibentuk Kabupaten-kabupaten Otonom
terdiri dari:
1 Indeks: PROPINSI OTONOM. KABUPATEN-KABUPATEN OTONOM. IRIAN BARAT. PEMBENTUKAN.
2. 2: 1 5
1. Kabupaten Jayapura yang meliputi wilayah Kepala Pemerintahan
Setempat Jayapura, Nimboran, Mamberamo, Keerom, Sarmi dan
Dafonsoro.
2. Kabupaten Biak Numfor yang meliputi wilayah Kepala Pemerintahan
Setempat Biak, Numfor dan Supiori.
3. Kabupaten Manokwari yang meliputi wilayah Kepala Pemerintahan
Setempat Manokwari, Ransiki, Wasior dan Bintuni.
4. Kabupaten Sorong yang meliputi wilayah Kepala Pemerintahan Setempat
Sorong, Raja Ampat, Teminabuan dan Ayamaru.
5. Kabupaten Fak-Fak yang meliputi wilayah Kepala Pemerintahan
Setempat Fak-Fak, Kaimana dan Mimika.
6. Kabupaten Merauke yang meliputi wilayah Kepala Pemerintahan
Setempat Merauke, Tanah Merah, Mindiptana, Agats dan Mapi/Kepi.
7. Kabupaten Jayawijaya yang meliputi wilayah Kepala Pemerintahan
Setempat Baliem, Bokondini, Tiom dan Oksibil.
8. Kabupaten Paniai yang meliputi wilayah Kepala Pemerintahan Setempat
Nabire, Tinggi, Enarotali dan Ilaga.
9. Kabupaten Japen Waropen yang meliputi wilayah Kepala Pemerintahan
Setempat Japen dan Waropen.
Pasal 2.
(1) Pemerintah Daerah Propinsi Irian Barat berkedudukan di Jayapura.
(2) Pemerintah Daerah Kabupaten masing-masing berkedudukan sebagai berikut:
1. Kabupaten Jayapura di Jayapura.
2. Kabupaten Biak Numfor di Biak.
3. Kabupaten Manokwari di Manokwari.
4. Kabupaten Sorong di Sorong.
5. Kabupaten Fak-Fak di Fak-Fak.
6. Kabupaten Merauke di Merauke.
7. Kabupaten Jayawijaya di Wamena.
8. Kabupaten Paniai di Enarotali.
9. Kabupaten Japen Waropen di Serui.
Pasal 3
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong Propinsi Irian Barat terdiri dari 40
orang anggota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong Kabupaten
masing-masing terdiri dari 25 orang anggota, sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Pasal 4.
Menteri Dalam Negeri membentuk Perangkat Daerah di Propinsi dan Kabupaten
dengan mengingat kemampuan keuangan Negara dan Daerah serta
memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku.
3. 3: 1 5
BAB II.
URUSAN RUMAH TANGGA DAERAH
Pasal 5.
(1) Urusan Rumah Tangga Daerah sebagai kewenangan pangkal meliputi:
1. Urusan Bimbingan dan Kesejahteraan Sosial.
2. Urusan Pertanian.
3. Urusan Kesehatan.
4. Urusan Pendidikan dan Kebudayaan.
5. Urusan Pekerjaan Umum.
(2) Perincian Urusan Rumah Tangga Daerah dimaksud ayat (1) pasal ini, terdapat
dalam lampiran Undang-undang ini.
(3) Penyerahan urusan lainnya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 6.
Untuk menyelenggarakan Urusan Rumah Tangga Daerah dimaksud pasal 5 Undang-
undang ini, Propinsi dan Kabupaten membentuk dan menyusun Dinas-dinas
Daerah, yang personil dan materiilnya diambil dari Dinas-dinas yang ada, sesuai
dengan keperluan.
Pasal 7.
Propinsi dan Kabupaten menyelenggarakan segala sesuatu yang dipandang perlu
untuk melancarkan jalannya pemerintahan Daerah antara lain:
1. Menyusun Sekretariat Daerah.
2. Menyelenggarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan
kepegawaian, perbendaharaan, pemeliharaan harta, dan milik serta lain-lain hal
yang dipandang perlu, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
BAB III.
KETENTUAN PERALIHAN.
Pasal 8.
(1) Gubernur Kepala Daerah dan Wakil Gubernur Kepala Daerah, Anggota Badan
Pemerintah Harian dan Sekretaris Daerah Propinsi Irian Barat yang ada pada
saat Undang-undang ini berlaku, menjabat Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, Anggota Badan Pemerintah Harian dan Sekretaris Daerah Propinsi Irian
Barat sampai diangkat pejabat-pejabat baru berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku.
(2) Bupati Kepala Daerah Kabupaten dan Wakilnya serta Sekretaris Kabupaten di
wilayah Propinsi Irian Barat yang ada pada saat Undang-undang ini berlaku,
menjabat Bupati Kepala Daerah dan Wakil Bupati Kepala Daerah serta
Sekretaris Daerah Kabupaten sampai diangkat Kepala. Daerah dan Wakil Kepala
Daerah serta Sekretaris Daerah baru berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.
Pasal 9.
(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong Propinsi Irian Barat
dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong Kabupaten tetap
sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong Propinsi
4. 4: 1 5
Irian Barat dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong
Kabupaten berdasarkan Undang-undang ini.
(2) Penyempurnaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong dapat
diadakan dengan memperhatikan potensi dan kekuatan sosial politik yang ada
dalam masyarakat.
Pasal 10.
Selama Dinas-dinas Daerah sebagaimana dimaksud pasal 6 Undang-undang ini
belum terbentuk, urusan-urusan tersebut dilaksanakan oleh Dinas-dinas yang
sudah ada sekarang.
Pasal 11.
(1) Urusan-urusan yang belum atau tidak diserahkan menjadi wewenang Daerah,
diselenggarakan oleh instansi-instansi vertikal yang bersangkutan.
(2) Instansi-instansi yang melaksanakan urusan-urusan wewenang Pemerintah
Pusat, merupakan perangkat Departemen-departemen dan Instansi-instansi
yang bersangkutan.
Pasal 12.
(1) Menteri Dalam Negeri mengatur penetapan atau pengangkatan pegawai-
pegawai yang tersedia dengan status:
1. pegawai Daerah,
2. pegawai Negeri dan
3. pegawai Negeri yang diperbantukan kepada Daerah.
(2) Perubahan status pegawai-pegawai dalam instansi-instansi vertikal menjadi
pegawai Dinas-dinas Otonom diatur oleh Menteri Dalam Negeri bersama-sama
Menteri yang bersangkutan.
Pasal 13.
Pemisahan anggaran untuk urusan-urusan Pemerintah Pusat dan Daerah akan diatur
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1971/1972.
Pasal 14.
Segala peraturan perundangan yang berlaku bagi Propinsi Irian Barat dan
Kabupatennya yang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini tetap berlaku,
selama belum diubah, diganti atau dicabut.
BAB IV.
KETENTUAN PENUTUP.
Pasal 15.
Ketentuan-ketentuan pelaksanaan dari Undang-undang ini diatur oleh Menteri
Dalam Negeri.
Pasal 16.
(1) Undang-undang ini disebut quot;Undang-undang tentang Pembentukan Propinsi
Otonom Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat.quot;
(2) Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.
5. 5: 1 5
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran-Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di: Jakarta
pada tanggal 10 September 1969.
Presiden Republik Indonesia,
t.t.d
SOEHARTO.
Jenderal TNI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 10 September 1969.
Sekretaris Negara Republik Indonesia,
t.t.d
ALAMSJAH
Mayor Jenderal TNI
6. 6: 1 5
P E N J E L A S A N A T A S U N D A N G - U N D A N G N OMOR 12 TAHUN 1969 TENTANG
PEMBENTUKAN PROPINSI OTONOM IRIAN BARAT DAN KABUPATEN-KABUPATENKABUPATEN-
OTONOM DI PROPINSI IRIAN BARAT.
I. UMUM:
1. Sejak Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 wilayah Irian Barat
adalah merupakan bagian wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
walaupun dalam kenyataannya wilayah tersebut pada waktu itu masih diduduki
oleh Belanda.
Berhubung dengan itu untuk kepentingan pemerintahan di daerah tersebut,
dengan Undang-undang Nomor 15 tahun 1956 jo Undang-undang Nomor 23
tahun 1958 telah dibentuk Propinsi Irian Barat.
Usaha-usaha pengembalian wilayah Irian Barat melalui perjanjian bilateral
antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda ternyata tidak
membawa hasil, sehingga mengakibatkan perselisihan antara kedua belah
pihak dan oleh karena itu Pemerintah Republik Indonesia segera melakukan
perjuangan pengembalian wilayah Irian Barat tersebut berdasarkan Tri
Komando Rakyat pada bulan Desember 1961.
Untuk lebih melancarkan perjuangan pengembalian wilayah Irian Barat maka
dengan Penetapan Presiden No. 1 tahun 1962 Propinsi Irian Barat Bentuk Lama
diubah menjadi Propinsi Irian Barat Bentuk Baru yang selanjutnya setelah New
York Agreement tahun 1962 sebagai hasil perjuangan Rakyat Indonesia,
disempurnakanlah pemerintahan Propinsi Irian Barat dengan Penetapan
Presiden Nomor 1 tahun 1963 jo Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1963.
Pada tanggal 1 Mei 1963 pemerintahan di Irian Barat diserahkan kepada
Pemerintah Republik Indonesia.
Dalam New York Agreement tersebut antara lain ditentukan bahwa kepada
rakyat di Irian Barat diberikan hak menentukan nasibnya sendiri, yaitu
menentukan status wilayah Irian Barat sebagai bagian dari Republik Indonesia
atau tidak.
Penentuan Pendapat Rakyat di Irian Barat (Act of Free Choice) yang dilakukan
melalui Dewan Musyawarah Penentuan Pendapat Rakyat sebagai manifestasi
aspirasi rakyat telah terlaksana dan hasilnya menunjukkan dengan positif bahwa
rakyat di Irian Barat berdasarkan rasa kesadarannya yang penuh, rasa kesatuan
dan rasa persatuannya dengan rakyat Daerah-daerah lainnya di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia serta kepercayaan kepada Republik Indonesia,
telah menentukan dengan mutlak bahwa wilayah Irian Barat adalah bagian dari
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keputusan Dewan Musyawarah Penentuan Pendapat Rakyat tersebut adalah sah
dan final tidak dapat diganggu-gugat lagi oleh pihak manapun.
2. Dewasa ini wilayah pemerintahan Propinsi Irian Barat terbagi dalam 9
Kabupaten dan 35 Kepala Pemerintahan setempat (K.P.S.).
Sementara itu sebagai pelaksanaan Ketetapan MPRS No. XIX/ MPRS/1966 maka
pada tanggal 5 Juli 1969 telah diundangkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1969
yang antara lain menetapkan Penetapan Presiden Nomor 1 tahun 1962 dan
Penetapan Presiden Nomor 1 tahun 1963 menjadi Undang-undang dengan
7. 7: 1 5
ketentuan bahwa harus diadakan perbaikan/penyempurnaan dalam arti bahwa
materinya ditampung bagi penyusunan Undang-undang yang baru.
Dengan mengingat ketentuan ini dan sebagai tindak lanjut dari pada manifestasi
aspirasi rakyat di Irian Barat, maka untuk pelaksanaan pemerintahan di Irian
Barat yang effektif demi kemajuan rakyat di Irian Barat, kini sudah tiba waktunya
untuk melaksanakan Ketetapan MPRS No. XXI/MPRS/1966 pasal 6, yaitu Propinsi
Irian Barat yang dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 1 tahun 1962
jo Penetapan Presiden Nomor 1 tahun 1963 jo Keputusan Presiden Nomor 57
tahun 1963 yang pada hakekatnya mempunyai sifat khusus, perlu diatur kembali
agar baik dasar pembentukannya maupun hal-hal lainnya disesuaikan dengan
yang berlaku bagi Propinsi-propinsi Otonom lainnya.
Meskipun sejak tanggal 5 Juli 1969 telah diundangkan Undang-undang Nomor 6
tahun 1969 tentang pernyataan tidak berlakunya berbagai Undang-undang dan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang khususnya Undang-undang
Nomor 18 tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, seperti yang
tercantum dalam Nomor urut 6 Lampiran III, namun pernyataan tidak berlakunya
Undang-undang itu ditetapkan pada saat Undang-undang yang
menggantikannya mulai berlaku.
Dengan demikian beberapa ketentuan-ketentuan pokok dari Undang-undang
Nomor 18 tahun 1965 tersebut masih dipergunakan sebagai dasar penyusunan
Undang-undang ini, mengingat perlu segera diaturnya kembali Propinsi Irian
Barat beserta Kabupaten-kabupatennya menjadi Daerah Otonom sebagai tindak
lanjut daripada Penentuan Pendapat Rakyat.
3. Dengan berlakunya Undang-undang ini, untuk menjamin kontinuitas
penyelenggaraan pemerintahan Daerah yang bersangkutan, dalam Undang-
undang ini diadakan ketentuan-ketentuan antara lain mengenai:
a. peraturan perundangan yang berlaku,
b. perangkat Daerah yang ada yaitu Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah,
anggota Badan Pemerintah Harian, Sekretaris Daerah dan anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong-Royong.
4. Agar Pemerintah Daerah segera dapat menjalankan hak kewenangan dan
kewajibannya pada waktu Undang-undang ini berlaku, maka dalam Undang-
undang ini ditetapkan urusan-urusan Daerah sebagai kewenangan pangkal
Daerah yang perinciannya terdapat dalam lampiran Undang-undang ini.
Urusan-urusan lainnya akan diserahkan berangsur-angsur dengan Peraturan
Pemerintah dengan memperhatikan kemampuan dan kesediaan Daerah yang
bersangkutan.
Untuk dapat melaksanakan urusan-urusan tersebut maka Pemerintah Daerah
membentuk Dinas-dinas Daerah mengenai urusan yang bersangkutan dan
penyusunan Dinas-dinas tersebut harus mengindahkan peraturan-peraturan
yang berlaku.
II. PASAL DEMI PASAL:
Pasal 1.
Wilayah Propinsi Irian Barat yang dibentuk dengan Undang-undang ini adalah sama
dengan wilayah Propinsi Irian Barat berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 1
tahun 1962.
8. 8: 1 5
Pasal 2.
Dalam keadaan darurat kedudukan Pemerintah Daerah untuk sementara waktu
dapat dipindahkan oleh Menteri Dalam Negeri atas usul Kepala Daerah yang
bersangkutan.
Pasal 3.
Yang dimaksud dengan peraturan perundangan yang berlaku adalah pasal 22
Undang-undang Nomor 18 tahun 1965 jo Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 dan
peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Pasal 4.
Dengan pembinaan dan bimbingan dari Pemerintah Pusat sesuai dengan
kemampuan keuangan Negara dan Daerah diharapkan bahwa pembentukan
perangkat Daerah dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang pendek dengan
mengindahkan Undang-undang Nomor 18 tahun 1965 jo Undang-undang Nomor 6
tahun 1969 serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
P a s a l 5 d a n 6 . Lihat Penjelasan Umum.
P a s a l 7 . Cukup jelas.
Pasal 8.
Penentuan Wakil Kepala Daerah Kabupaten berlaku bagi Kabupaten yang sejak
berlakunya Undang-undang ini terdapat Wakil Kepala Kabupaten dan bagi Daerah
lainnya akan diatur lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri.
P a s a l 9 , 1 0 d a n 1 1 , Cukup jelas (lihat Penjelasan Umum).
Pasal 12.
Kepada Menteri Dalam Negeri diberi wewenang untuk menetapkan pengangkatan,
pemindahan dan pemberhentian pegawai-pegawai yang diperlukan untuk segera
melaksanakan tugas-tugasnya menurut Undang-undang ini.
Hal ini tidak mengurangi hak Pemerintah Daerah untuk mengangkat pegawai
Daerahnya berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 1965, dengan ketentuan
harus mengindahkan peraturan-peraturan khusus mengenai kepegawaian dari
Pemerintah Pusat.
Pasal 13.
Pemisahan persediaan Anggaran pendapatan dan Belanja dengan terpisahnya
urusan Pemerintahan Pusat dan Daerah, akan diatur dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara tahun 1971/1972.
Dengan demikian Anggaran Pendapatan dan Belanja untuk seluruh wilayah Irian
Barat pada waktu berlakunya Undang-undang ini masih menggunakan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1969/1970 dan 1970/1971.
P a s a l 1 4 . Cukup jelas (lihat Penjelasan Umum).
P a s a l 1 5 d a n 1 6 . Cukup jelas.
9. 9: 1 5
L A M P I R A N A T A S U N D A N G -U N D A N G N O . 1 2 T A H U N 1 9 6 9 T E N T A N G
PEMBENTUKAN PROPINSI OTONOM IRIAN BARAT DAN KABUPATEN-KABUPATEN
KABUPATEN-
OTONOM DI PROPINSI IRIAN BARAT.
I. URUSAN BIMBINGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL. (Berpedomanpada
Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1958, Lembaran-Negara tahun 1958 No. 9).
A. Tugas, kewajiban dan kewenangan Propinsi:
i. Membina, membimbing dan mengawasi penyelenggaraan
urusan-urusan yang telah menjadi wewenang Kabupaten-
kabupaten.
ii. Mengatur pemindahan pegawai dalam lingkungan Daerahnya
dari pegawai-pegawai Negeri yang diperbantukan.
iii. Menyelenggarakan panti asuhan bagi anak-anak mogol.
iv. Menyelenggarakan bimbingan sosial.
v. Menyelenggarakan penyuluhan sosial.
vi. Menyelenggarakan pendidikan tenaga-tenaga sosial, rehabilitasi
bekas hukuman.
vii. Perizinan undian sosial menurut ketentuan Undang-undang
tentang Undian.
B. Tugas, kewajiban dan kewenangan Kabupaten:
1. Menyelenggarakan pusat-pusat penampungan bagi:
a. anak-anak terlantar dan gelandangan (untuk observasi dan
seleksi);
b. Orang-orang dewasa terlantar dan gelandangan (untuk
observasi dan seleksi).
2. Menyelenggarakan panti-panti asuhan bagi:
a. bayi-bayi terlantar;
b. anak-anak yatim-piatu terlantar tingkat pertama dan lanjutan.
3. Mengusahakan penempatan anak dalam asuhan keluarga.
4. Mengusahakan pemungutan anak sebagai anak kandung.
5. Menyelenggarakan panti-panti kerja tingkat pertama dan
lanjutan.
6. Menyelenggarakan rumah-rumah perawatan bagi orang-orang
jompo.
7. Pemberian bantuan kepada fakir-miskin dan orang terlantar.
8. Pemberian bantuan kepada korban bencana, kecuali bencana
yang bersifat Nasional.
9. Penyelenggaraan usaha-usaha sosial ke arah pemberantasan
kemiskinan.
10. Pengawasan dan bimbingan serta memberikan bantuan subsidi
kepada organisasi-organisasi massa yang menyelenggarakan
usaha-usaha sosial, rehabilitasi bekas hukuman.
11. Pengawasan dan bimbingan kepada organisasi massa yang
menyelenggarakan usaha tersebut di atas.
12. Penghimpunan bahan-bahan untuk dokumentasi sosial.
10. 10:15
II. U R U S A N P E R T A N I A N . (Berpedoman antara lain pada Peraturan Pemerintah
No. 29 tahun 1951, Lembaran-Negara tahun 1951 No. 48).
A. Tugas, kewajiban dan kewenangan Propinsi:
1. Membina, membimbing dan mengawasi penyelenggaraan urusan-
urusan yang telah menjadi wewenang Kabupaten-kabupaten.
2. Mengatur pemindahan pegawai dalam lingkungan Daerahnya dari
pegawai-pegawai yang diperbantukan.
3. Menyelenggarakan pendidikan pertanian dengan mendirikan
Sekolah-sekolah Perusahaan Pertanian (Landbouw Bedrijfscholen),
Sekolah Pertanian Rendah dan Kursus-kursus Tani lainnya menurut
pedoman yang diberikan oleh Menteri Pertanian.
B. Tugas, kewajiban dan kewenangan Kabupaten:
1. Menyelenggarakan usaha penyuluhan pertanian rakyat dan usaha-
usaha lainnya.
2. Membantu Pemerintah Pusat mengumpulkan angka-angka untuk
keperluan statistik pertanian atau politik penetapan harga pasar dari
hasil pertanian.
3. Melaksanakan percobaan-percobaan dan penyelidikan-penyelidikan
perusahaan pertanian dan memberikan bantuan dalam segala
penyelidikan yang dilakukan oleh Pusat menurut petunjuk dari
Menteri Pertanian.
4. Mengadakan persediaan alat-alat pertanian, rabuk buatan dan bibit.
5. Mengadakan pemberantasan dan pencegahan penyakit dan
gangguan tanaman.
6. Mengadakan propaganda dan demonstrasi guna menggerakkan jiwa
tani bagi masyarakat tani.
III. URUSAN PERIKANAN DARAT. (Berpedoman antara lain pada Peraturan
Pemerintah No. 31 tahun 1951 Lembaran-Negara tahun 1951 No. 50).
A. Tugas, kewajiban dan kewenangan Propinsi:
1. Membina, membimbing dan mengawasi penyelenggaraan urusan-
urusan yang telah menjadi wewenang Kabupaten-kabupaten.
2. Mengatur pemindahan pegawai dalam lingkungan Daerahnya dari
pegawai-pegawai Negeri yang diperbantukan.
3. Mengatur dan mengurus serta menyediakan bahan-bahan dan alat-
alat untuk perikanan darat serta peredaran bibit ikan dengan bantuan
Kabupaten-kabupaten.
4. Mengadakan pendidikan pegawai ahli rendahan dan mengadakan
kursus-kursus perikanan tingkat rendahan dengan persetujuan
Menteri yang bersangkutan.
B. Tugas, kewajiban dan kewenangan Kabupaten:
1. Usaha memajukan perikanan darat (mengurus, mengatur dan
mengumpulkan keterangan-keterangan dan angka-angka serta
memberikan laporan).
2. Mengadakan percobaan-percobaan dan penyelidikan dilapangan
teknis perikanan darat.
3. Mengadakan penerangan demonstrasi, propaganda dan lain-lain
yang tidak termasuk urusan Pemerintah Pusat.
11. 11:15
4. Mengadakan pemberantasan dan pencegahan penyakit dan
gangguan-gangguan ikan.
5. Mengatur pemindahan pegawai dalam Daerahnya dari pegawai-
pegawai Negeri yang diperbantukan.
IV. URUSAN PERIKANAN LAUT. (Berpedoman pada Peraturan Pemerintah No.
6 4 t a h u n 1 9 5 7 , L e m b a r a n -N e g a r a t a h u n 1 9 5 7 N o . 1 6 9 ) .
A. Tugas, kewajiban dan kewenangan Propinsi:
1. Membina, membimbing d an mengawasi penyelenggaraan urusan-
urusan yang telah menjadi wewenang Kabupaten-kabupaten.
2. Mengatur pemindahan pegawai dalam lingkungan Daerahnya dari
pegawai-pegawai Negeri yang diperbantukan.
3. Menyelenggarakan pendidikan tingkat Menteri dan pengamat
perikanan laut, latihan-latihan juru mudi dan statistik/dokumentasi
mengenai perikanan laut dengan petunjuk Menteri yang
bersangkutan.
4. Mengadakan peraturan mengenai perikanan, laut yang dilakukan
oleh W.N.I.
B. Tugas, kewajiban dan kewenangan Kabupaten: (Tidak berlaku bagi: a.
Kabupaten Jayawijaya dan b. Kabupaten Paniai).
1. Menyelenggarakan penyuluhan teknis dan teknologis serta teknik
perusahaan perikanan laut, berdasarkan penyelidikan dari
Pemerintah Pusat.
2. Membantu Pemerintah Pusat dalam penyelidikan yang dilakukannya.
3. Memperkembangkan masyarakat nelayan ke arah otoaktivitas dan
melancarkan persediaan bahan-bahan dan alat-alat perikanan.
4. Mengatur, mengurus dan mengawasi pelelangan ikan dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk dari Menteri yang bersangkutan.
5. Menyelenggarakan statistik/dokumentasi mengenai perikanan laut
dalam daerahnya dengan mengindahkan petunjuk Menteri yang
bersangkutan.
V. U R U S A N K E H U T A N A N (Berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 64
tahun 1957, Lembaran-Negara tahun 1957 No. 169 jo Peraturan Pemerintah
No. 6 tahun 1958).
A. Tugas, kewajiban dan kewenangan Propinsi:
1. Mengatur pemindahan pegawai dalam lingkungan Daerahnya dari
pegawai-pegawai Negeri yang diperbantukan.
2. Pemangkuan hutan:
a. Mempertahankan hutan untuk kepentingan tata-air,
pemeliharaan tanah dan produksi hasil hutan;
b. Membantu mengumpulkan bahan-bahan dan keterangan-
keterangan untuk penyusunan rencana kerja.
3. Eksploitasi hutan:
a. Selama belum dapat dilakukan oleh Daerah sendiri dapat
dilakukan oleh pihak ketiga dengan mengatur pemberian
izinnya;
12. 12:15
b. Mengatur pemberian izin kepada penduduk yang tinggal
disekitar hutan yang bersangkutan untuk mengambil kayu dan
hasil hutan lainnya untuk kepentingan penduduk itu sendiri.
4. Mengatur dan mengawasi penjualan dan peredaran hasil hutan
dengan mengindahkan petunjuk-petunjuk dari Menteri yang
bersangkutan.
B. Tugas, kewajiban dan kewenangan Kabupaten: (Tidak ada).
VI. U R U S A N K E H E W A N A N . (Berpedoman antara lain pada Peraturan Pemerintah
No. 30 tahun 1951, Lembaran-Negara tahun 1951 No. 49).
A. Tugas, kewajiban dan kewenangan Propinsi:
1. Membina, membimbing dan mengawasi penyelenggaraan urusan-
urusan yang telah menjadi wewenang Kabupaten-kabupaten.
2. Mengatur pemindahan pegawai dalam lingkungan Daerah dari
pegawai-pegawai Negeri yang diperbantukan.
3. Menyelenggarakan pendidikan pegawai ahli seperti Menteri Hewan,
Juru Pemeriksa hewan/daging/susu dengan persetujuan Menteri
yang bersangkutan.
4. Mengatur cara memberikan pimpinan oleh pegawai Ahli pada tingkat
Propinsi kepada pegawai-pegawai ahli daerah bawahannya.
B. Tugas, kewajiban dan kewenangan Kabupaten-kabupaten: (Tidak
berlaku bagi: a. Kabupaten Paniai dan b. Kabupaten Japen Waropen).
1. Mengadakan pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan
termasuk, pemberantasan penyakit hewan dan ternak jenis unggas
yang menular, penyakit anjing gila pada anjing, kucing dan kera.
2. Melakukan penyelidikan iklim yang mempengaruhi keadaan hewan
dengan mengindahkan petunjuk-petunjuk oleh Menteri yang
bersangkutan.
3. Memajukan peternakan di dalam Daerahnya termasuk ternak jenis
unggas.
4. Membantu Pemerintah Pusat dalam mengumpulkan angka-angka
untuk kepentingan statistik kehewanan dan memberikan laporan
tentang keadaan kehewanan dalam Daerahnya.
5. Mengadakan peraturan tentang pemeriksaan hewan-hewan,
pengangkutan, memperlindungi dan mencegah/mengawasi
penganiayaan hewan-hewan.
VII. U R U S A N K E S E H A T A N . (Berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 49, No.
50 tahun 1952, Lembaran-Negara tahun 1952 No. 80 dan No. 81, dan
Keputusan Menteri Kesehatan tanggal 29 April 1968 No. 132/ Kab/BCH).
A. Tugas, kewajiban dan kewenangan Propinsi:
1. Memimpin, membina, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan-
kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten-kabupaten, serta mengadakan
kerjasama dan pengawasan terhadap usaha-usaha kesehatan oleh
instansi-instansi lain (non-ABRI), termasuk Badan-badan Swasta.
2. Membentuk dan menyusun Dinas Kesehatan Kabupaten dan
menentukan wilayah kerja dokter-dokter dan pegawai-pegawai
lainnya.
13. 13:15
3. Berusaha meyediakan obat-obatan, seravaccin dan alat-alat
kedokteran yang diperlukan (terutama dari persediaan Departemen
Kesehatan), serta melakukan pengawasan dan distribusinya.
4. Dengan persetujuan Menteri Kesehatan, menyelenggarakan Pusat-
pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah-rumah Sakit Umum dan Balai-
balai Pengobatan Khusus seperti: tbc, lepra, frambusia, trachoma dan
lain sebagainya.
5. Dengan petunjuk dan persetujuan Menteri Kesehatan dapat
mengadakan pendidikan tenaga paramedis termasuk aplikasi kursus-
kursus bagi tenaga-tenaga perawatan, kebidanan, obat-obatan,
laboratorium dan hygiene/sanitasi lingkungan.
6. Dengan mengindahkan petunjuk Menteri Kesehatan, dapat
menentukan kebijaksanaan dalam usaha pencegahan,
pemberantasan dan pembasmian penyakit-penyakit menular serta
penyakit-penyakit rakyat lainnya, termasuk usaha dinas pencacaran.
7. Mengambil kebijaksanaan dalam bidang pembinaan kesehatan
rakyat yang meliputi pemulihan, pengobatan dan perawatan, dengan
mengindahkan petunjuk-petunjuk Menteri Kesehatan.
8. Membantu Pemerintah Pusat dalam hal timbulnya, bencana alam,
penyakit menular dan penyakit rakyat yang membahayakan.
9. Mengatur dan menyelenggarakan penempatan/pemindahan pegawai
dalam lingkungan Daerahnya dari pegawai-pegawai Negeri yang
diperbantukan.
10. Menyelenggarakan statistik/dokumentasi mengenai kesehatan
rakyat, antara lain:
a. penyusunan rencana kerja.
b. pelaksanaan,
c. pengawasan,
d. penyelidikan,
e. perkembangan,
f. penilaian,
g. koordinasi dan
h. tata-usaha.
11. Menyampaikan laporan berkala kepada Pemerintah Pusat.
B. Tugas, kewajiban dan kewenangan Kabupaten:
1. Mendirikan Pusat-pusat Kesehatan Masyarakat (Health Centre).
2. Menyelenggarakan usaha-usaha Kesehatan yang meliputi:
a. pencegahan, pemberantasan dan pembasmian penyakit-
penyakit menular;
b. pengobatan dan perawatan (dijalankan oleh rumah-rumah
sakit umum/khusus, balai pengobatan umum/khusus dan
poliklinik-poliklinik).
3. Pendidikan paramedis terutama tenaga penjenang kesehatan Tingkat
I (tamatan Sekolah Dasar).
4. Usaha-usaha Kesejahteraan lbu dan Anak.
5. Usaha-usaha Kesehatan Sekolah.
6. Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat.
7. Usaha-usaha Perbaikan Gizi.
14. 14:15
8. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan.
9. Kesehatan Gigi.
10. Statistik dan Administrasi Kesehatan.
11. Memimpin, mengkoodinir dan mengawasi usaha-usaha kesehatan
yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Daerah (K.P.S.) dan
Pusat-pusat Kesehatan.
12. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
13. Menyelenggarakan kursus-kursus kesehatan, dalam rangka
mengikut-sertakan masyarakat dalam peningkatan usaha-usaha
kesehatan, seperti: Kursus-kursus Pembantu Kesehatan Desa (P.K.D.)
dan Kursus Dukun-dukun.
VIII. U R U S A N P E N D I D I K A N D A N K E B U D A Y A A N . (Berpedoman pada Peraturan
Pemerintah No. 65 tahun 1951, Lembaran-Negara tahun 1951 No. 110).
A. Tugas, kewajiban dan kewenangan Propinsi:
1. Membina, membimbing dan mengawasi penyelenggaraan urusan-
urusan yang telah menjadi wewenang Kabupaten.
2. Mengatur pemindahan pegawai dalam lingkungan Daerahnya dari
pegawai-pegawai Negeri yang diperbantukan.
B. Tugas, kewajiban dan kewenangan Kabupaten:
1. Mendirikan dan menyelenggarakan Sekolah-sekolah Dasar, kecuali
Sekolah Dasar Latihan.
2. Memberikan Subsidi kepada Sekolah Dasar Partikelir.
3. Menyelenggarakan Kursus-kursus Pengetahuan Umum (K.P.U.)
tingkat A, B dan C serta memberikan subsidi pada kursus semacam
itu oleh partikelir.
4. Menyelenggarakan Kursus Pengantar ke Persiapan Kewajiban Belajar
(K.P.K.P.K.B.), Perpustakaan Rakyat tingkat menengah dan atas.
5. Menjadi penghubung Pemerintah dengan gerakan pemuda,
memimpin dan memajukan kesenian Daerah.
6. Mendirikan dan menyelenggarakan kursus-kursus P.B.H. dan
memberi bantuan kepada kursus-kursus semacam itu yang
diselenggarakan oleh partikelir.
7. Mengatur pemindahan pegawai dari pegawai-pegawai Negeri yang
diperbantukan.
8. Mengadakan pembelian alat-alat pelajaran untuk Sekolah Dasar dan
alat-alat yang mengenai isi dan tujuan urusan-urusan lainnya
dilapangan P. dan K. serta menyampaikan rencana keperluan
tersebut di atas kepada Departemen yang bersangkutan melalui
Propinsi.
9. Hal-hal lain mengenai Jawatan P. dan K. dan kerjasama antara instansi
P. dan K. didaerahnya.
IX. URUSAN PEKERJAAN UMUM DAN TENAGA LISTRIK (Berpedoman pada
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1953, Lembaran-Negara tahun 1953 No.
31).
A. Tugas, kewajiban dan kewenangan Propinsi:
15. 15:15
1. Membina, membimbing dan mengawasi penyelenggaraan urusan-
urusan yang telah menjadi wewenang Kabupaten-kabupaten.
2. Mengatur pemindahan pegawai dalam lingkungan Darahnya dari
pegawai-pegawai Negeri yang diperbantukan.
3. Menguasai perairan umum seperti danau, sumber, sungai dan
sebagainya.
4. Membikin, memperbaiki, memperoleh, memelihara, menguasai
jalan-jalan klas III ke atas, lebar minimum 4,5 m untuk pembinaan
pengembangan secara menyeluruh di Propinsi Irian Barat, karena
jalan-jalan tersebut mempunyai arti tingkat Propinsi, dengan
perincian
a. Kabupaten Jayapura: Sentani - Jayapura (sampai
persimpangan pertama Angkasa, dengan cabang Dok IV,
Jalan Nusantara).
b. Kabupaten Biak : Lapangan terbang (Mokmer) - Ridge I (muka
R.S.U.).
c. Kabupaten Manokwari: Lapangan terbang (Randani)-
Pelabuhan (dengan persimpangan ke kantor Bupati).
d. Kabupaten Sorong: Pelabuhan Remu.
e. Kabupaten Fak-Fak: Di Kaimana: Lapangan terbang-
Pelabuhan.
f. Kabupaten Merauke: Lapangan terbang (Mopah) - Pelabuhan
(dengan cabang sampai ke Kantor Bupati).
g. Kabupaten Japen Waropen: Seluruhnya.
h. Kabupaten Jayawijaya: Seluruhnya.
i. Kabupaten Paniai: Seluruhnya.
5. Pengurusan Pekerjaan Umum Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten
Paniai.
B. Tugas,kewajiban dan kewenangan Kabupaten: (Tidak berlaku bagi: a.
Kabupaten Jayawijaya dan b. Kabupaten Paniai).
1. Memperbaiki, memelihara, menguasai bangunan perairan,
pembangunan dan penahan air.
2. Membikin, memperbaiki, memelihara dan menguasai bangunan-
bangunan untuk kepentingan umum seperti pertanian, perindustrian,
lalu-lintas dan sebagainya.
3. Membikin, memperbaiki, memelihara dan menguasai bangunan-
bangunan penyehatan, seperti pembuluh air minum, sumur-sumur
artetis, pembuluh-pembuluh pembilas dan sebagainya.
4. Membikin, membeli, menyewa, memperbaiki, memelihara dan
menguasai gedung-gedung untuk keperluan urusan yang
diserahkan.
5. Memelihara lain-lain gedung Negara yang tidak diurus langsung oleh
Jawatan Gedung-gedung Negeri.
LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1969