Dokumen tersebut membahas mengenai pengaturan desa di Indonesia, termasuk pembentukan, penggabungan, perubahan status, dan penghapusan desa. Hal-hal penting lainnya yang dibahas adalah tentang pemerintahan desa, peraturan desa, kerja sama antar desa, serta musyawarah desa.
Menjelaskan tentang teori, pendekatan, dan cara pandang yang merupakan dasar untuk menentukan dimensi, peubah dan indikator perkembangan kawasan perdesaan untuk mengukur Indeks Perkembangan Kawasan Perdesaan
Hari Rabu, 26 Agustus 2015.
Kami dari BPD dan Lurah Desa Panggungharjo Kec Sewon Kab Bantul DIY (Juara Nasional Lomba Desa 2014), diberikan amanah untuk memberikan Bintek Ketua-Ketua BPD Se Kabupaten Lombok Barat. Bertempat di Hotel Harper Yogyakarta, dengan topik "Kemitraan Pemerintah Desa dengan BPD berkaitan dengan kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan, serta Pemberdayaan dan Pembinaan masyarakat Desa"
Paradigma baru di dalam UU No. 6/2014 tentang Desa dan PP No. 43/2014 tentang Peraturan pelaksanaan UU no.6/2014 tentang desa adalah bahwa BPD bukan lagi sebagai bagian dari Pemerintahan Desa tetapi merupakan institusi yang diberikan kewenangan untuk melaksanakan sebagian kewenangan desa, diantaranya adalah menyelenggarakan Musyawarah Desa, termasuk didalamnya adalah penyusunan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa yang dituangkan dalam RPJMDes dan RKPDes
Kegiatan Bintek yang diikuti oleh 130 peserta ini berjalan sangat dinamis dan interaktif. Banyak hal yang disampaikan dan ditanyakan oleh peserta Bintek tentang bagaimana membangun kerjasama yang harmonis antara Pemdes dengan BPD untuk membangun dan menajukan desa masing-masing. Hal yang menarik peserta juga tentang bagaimana penyusunan dan pembahasan perdes, termasuk hak menyusun perdes oleh BPD.
Berikut kami share materi bintek tersebut, semoga bermanfaat.
Sebuah gagasan internalisasi program sektoral dalam konteks implementasi UU Desa dengan harapan adanya sinergitas program penanganan kumuh tidak hanya berdiri sendiri melainkan ada pola kerjasama antar pelaku di desa serta ada integrasi program yang mengerucut pada one village one plan, one village one budgeting, one village one product. Sehingga penanganan kumuh benar-benar bisa menjadi sebuah investasi bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan dapat menghambat arus urbanisasi. Semoga bermanfaat. Salam...
Implementasi UU No 6 Tahun 2014 Tentang DESADesa Institute
Paparan Kepala Bapermades Propinsi Jawa Tengah
Pada acara Diskusi Publik II UPK KESMES 2015
Fakultas Ekonomi & Bisnis UNDIP
Ikuti Desa Institue :
www.desainstitute.com
www.fb.com/desainstitute
www,twitter.com/desainstitute
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan PermensosTV Desa
PENGUATAN LEMBAGA DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI KARANG TARUNA SEBAGAI
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan Permensos
Disampaikan oleh Dedddy WInarwan dari Dirjen Bina Pemdes Kemendagri
Dalam Acara Malam Mingguan Desa Bareng Kemendagri - Sabtu 18 Juli 2020
-----
https://youtu.be/T5ZY-jsBD5Q
Persiapan Pemerintah Desa dalam Pelaksanaan Undang-Undang Desa dan Mengenal H...Abdul Kasim
Setelah penerbitan Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang petunjuk pelaksanaan UU Desa dan Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2014 tentang mekanisme pengelolaan Dana Desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), maka ada pergeseran dalam mekanisme pengelolaan anggaran di desa.
Menjelaskan tentang teori, pendekatan, dan cara pandang yang merupakan dasar untuk menentukan dimensi, peubah dan indikator perkembangan kawasan perdesaan untuk mengukur Indeks Perkembangan Kawasan Perdesaan
Hari Rabu, 26 Agustus 2015.
Kami dari BPD dan Lurah Desa Panggungharjo Kec Sewon Kab Bantul DIY (Juara Nasional Lomba Desa 2014), diberikan amanah untuk memberikan Bintek Ketua-Ketua BPD Se Kabupaten Lombok Barat. Bertempat di Hotel Harper Yogyakarta, dengan topik "Kemitraan Pemerintah Desa dengan BPD berkaitan dengan kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan, serta Pemberdayaan dan Pembinaan masyarakat Desa"
Paradigma baru di dalam UU No. 6/2014 tentang Desa dan PP No. 43/2014 tentang Peraturan pelaksanaan UU no.6/2014 tentang desa adalah bahwa BPD bukan lagi sebagai bagian dari Pemerintahan Desa tetapi merupakan institusi yang diberikan kewenangan untuk melaksanakan sebagian kewenangan desa, diantaranya adalah menyelenggarakan Musyawarah Desa, termasuk didalamnya adalah penyusunan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa yang dituangkan dalam RPJMDes dan RKPDes
Kegiatan Bintek yang diikuti oleh 130 peserta ini berjalan sangat dinamis dan interaktif. Banyak hal yang disampaikan dan ditanyakan oleh peserta Bintek tentang bagaimana membangun kerjasama yang harmonis antara Pemdes dengan BPD untuk membangun dan menajukan desa masing-masing. Hal yang menarik peserta juga tentang bagaimana penyusunan dan pembahasan perdes, termasuk hak menyusun perdes oleh BPD.
Berikut kami share materi bintek tersebut, semoga bermanfaat.
Sebuah gagasan internalisasi program sektoral dalam konteks implementasi UU Desa dengan harapan adanya sinergitas program penanganan kumuh tidak hanya berdiri sendiri melainkan ada pola kerjasama antar pelaku di desa serta ada integrasi program yang mengerucut pada one village one plan, one village one budgeting, one village one product. Sehingga penanganan kumuh benar-benar bisa menjadi sebuah investasi bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan dapat menghambat arus urbanisasi. Semoga bermanfaat. Salam...
Implementasi UU No 6 Tahun 2014 Tentang DESADesa Institute
Paparan Kepala Bapermades Propinsi Jawa Tengah
Pada acara Diskusi Publik II UPK KESMES 2015
Fakultas Ekonomi & Bisnis UNDIP
Ikuti Desa Institue :
www.desainstitute.com
www.fb.com/desainstitute
www,twitter.com/desainstitute
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan PermensosTV Desa
PENGUATAN LEMBAGA DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI KARANG TARUNA SEBAGAI
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan Permensos
Disampaikan oleh Dedddy WInarwan dari Dirjen Bina Pemdes Kemendagri
Dalam Acara Malam Mingguan Desa Bareng Kemendagri - Sabtu 18 Juli 2020
-----
https://youtu.be/T5ZY-jsBD5Q
Persiapan Pemerintah Desa dalam Pelaksanaan Undang-Undang Desa dan Mengenal H...Abdul Kasim
Setelah penerbitan Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang petunjuk pelaksanaan UU Desa dan Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2014 tentang mekanisme pengelolaan Dana Desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), maka ada pergeseran dalam mekanisme pengelolaan anggaran di desa.
www.balidesaadat.com
Uu desa no 6 th 2014 final 021014 update
Oleh :
Dr. Ir. Wayan Koster, MM.
Anggota Tim Perumus /Pansus RUU Desa
Fraksi PDI Perjuangan DPR RI
Kalau Bali mau menjadi daerah yang maju dan modern dengan tetap mampu memelihara identitas daerah dan kearifan lokal, maka seharusnya kita memilih Desa Adat. Kalau mau mewujudkan Ajeg Bali, tidak ada pilihan lain, seharusnya yang dipilih Desa Adat tanpa harus berdebat panjang, bertele-tele yang tidak produktif.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
2. 1. MENGATASI BERBAGAI PERMASALAHAN YANG ADA DI DESA BAIK
DIBIDANG SOSIAL- BUDAYA DAN EKONOMI
2. MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT
DALAM PEMBANGUNAN DESA.
3. MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN DESA DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA
4. MEMPERKUAT DESA SEBAGAI ENTITAS MASYARAKAT YANG MANDIRI
5. MENINGKATKAN PERAN APARAT PEMERINTAH DESA SEBAGAI GARDA
TERDEPAN DALAM PEMBANGUNAN DAN KEMASYARAKATAN
3. PEMERINTAH, PEMERINTAH PROVINSI DAN PEMERINTAH
KAB/KOTA DAPAT MELAKUKAN PENATAAN DESA
TUJUAN PENATAAN DESA:
a. MEWUJUDKAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN PEMDES
b. MEMPERCEPAT PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASY DESA
c. MEMPECEPAT PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
d. MENINGKATKAN KUALITAS TATA KELOLA PEMDES
e. MENINGKATKAN DAYA SAING DESA
PENATAAN DESA, meliputi:
a. PEMBENTUKAN
b. PENGHAPUSAN
c. PENGGABUNGAN
d. PERUBAHAN STATUS
e. PENETAPAN DESA
4. PENGGABUNGAN DESA DILAKUKAN DENGAN MENGGABUNGKAN DUA
(2) DESA ATAU LEBIH BERDASARKAN KESEPAKATAN DESA DAN SESUAI
PERSYARATAN
PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DIDASARKAN
PRAKARSA PEMERINTAH DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
DENGAN MEMPERHATIKAN SARAN DAN PENDAPAT MASYARAKAT
SERTA MEMENUHI SYARAT UNTUK MENJADI KELURAHAN
PERUBAHAN STATUS KELURAHAN MENJADI DESA BERDASARKAN
PRAKARSA MASYARAKAT YANG MEMENUHI SYARAT SEBAGAI DESA.
PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN, DAN PERUBAHAN
STATUS DESA MENJADI KELURAHAN SERTA KELURAHAN MENJADI DESA
DIATUR DALAM PERATURAN DAERAH KAB/KOTA DAN DIUNDANGKAN
SETELAH MENDAPAT NOMOR REGISTRASI DARI GUBERNUR DAN KODE
DESA OLEH MENTERI
5. PEMBENTUKAN DESA MERUPAKAN TINDAKAN MENGADAKAN DESA
BARU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PRAKARSA MASYARAKAT DESA,
ASAL USUL, ADAT ISTIADAT, KONDISI SOSIAL BUDAYA, KEMAMPUAN
DAN POTENSI DESA, SERTA MEMENUHI SYARAT (a.l. JUMLAH PENDUDUK,
AKSES TRANSPORTASI, SARANA DAN PRASARANA PEMERINTAHAN
DESA, dll).
PEMBENTUKAN DESA DILAKUKAN MELALUI DESA PERSIAPAN, DENGAN
JANGKA WAKTU 1 – 3 TAHUN DAN DIEVALUASI UNTUK DITETAPKAN
MENJADI DESA
DESA DAPAT DIHAPUS KARENA BENCANA ALAM DAN ATAU
KEPENTINGAN PROGRAM NASIONAL
PEMERINTAH DAPAT MEMPRAKARSAI PEMBENTUKAN DESA DI KAWASAN
YANG BERSIFAT KHUSUS DAN STRATEGIS BAGI KEPENTINGAN NASIONAL
6. a. batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun
terhitung sejak pembentukan;
b. jumlah penduduk, yaitu:
1. wilayah Jawa paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa
atau 1.200 (seribu dua ratus) kepala keluarga;
2. wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa
atau 1.000 (seribu) kepala keluarga;
3. wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 (empat
ribu) jiwa atau 800 (delapan ratus) kepala
keluarga;
4. wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara
paling sedikit 3.000 (tiga ribu) jiwa atau 600 (enam
ratus) kepala keluarga;
7. 5. wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 (dua
ribu lima ratus) jiwa atau 500 (lima ratus) kepala
keluarga;
6. wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, dan Kalimantan Selatan paling
sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa atau 400 (empat ratus)
kepala keluarga;
7. wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara paling
sedikit 1.500 (seribu lima ratus) jiwa atau 300 (tiga
ratus) kepala keluarga;
8. wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku
Utara paling sedikit 1.000 (seribu) jiwa atau 200 (dua
ratus) kepala keluarga; dan
9. wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500
(lima ratus) jiwa atau 100 (seratus) kepala keluarga.
8. c) wilayah kerja yang memiliki akses transportasi
antarwilayah;
d) sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan
hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa;
e) memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi
pendukung;
f) batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta
Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan
Bupati/Walikota;
g) sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan
pelayanan publik; dan
h) tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan
tunjangan lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. PEMERINTAHAN DESA DISELENGGARAKAN OLEH
PEMERINTAH DESA
PEMERINTAH DESA TERDIRI DARI KEPALA DESA DAN
PERANGKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN
PERANGKAT DESA TERDIRI DARI SEKRETARIAT DESA,
PELAKSANA KEWILAYAHAN DAN PERANGKAT TEKNIS .
10. 1) Jenis peraturan di Desa terdiri atas Peraturan Desa, peraturan
bersama Kepala Desa, dan peraturan Kepala Desa.
2) Peraturan Desa dilarang bertentangan dengan kepentingan
umum dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi.
3) Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas
dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
4) Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi
Pemerintah Desa harus mendapatkan evaluasi dari
Bupati/Walikota sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Desa.
5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diserahkan oleh Bupati/Walikota paling lama 20 (dua puluh)
hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan
tersebut oleh Bupati/Walikota.
6) Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Kepala Desa wajib
memperbaikinya.
11. 7) Kepala Desa diberi waktu paling lama 20 (dua puluh)
hari sejak diterimanya hasil evaluasi untuk melakukan
koreksi.
8) Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil
evaluasi dalam batas waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), Peraturan Desa tersebut berlaku
dengan sendirinya.
9) Rancangan Peraturan Desa wajib dikonsultasikan
kepada masyarakat Desa.
10) Masyarakat Desa berhak memberikan masukan
terhadap Rancangan Peraturan Desa.
11) Peraturan Desa dan peraturan Kepala Desa
diundangkan dalam Lembaran Desa dan Berita Desa
oleh sekretaris Desa.
12) Dalam pelaksanaan Peraturan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa menetapkan
Peraturan Kepala Desa sebagai aturan
pelaksanaannya.
12. Peraturan bersama Kepala Desa
merupakan peraturan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa dari 2 (dua) Desa atau
lebih yang melakukan kerja sama antar-
Desa.
Peraturan bersama Kepala Desa
merupakan perpaduan kepentingan
Desa masing-masing dalam kerja sama
antar-Desa.
13. PERANGKAT DESA BERTUGAS MEMBANTU KEPALA DESA DALAM
MELAKSANAKAN TUGAS DAN WEWENANGNYA
PERANGKAT DESA DIANGKAT DAN DIBERHENTIKAN OLEH
KEPALA DESA SETELAH DIKONSULTASIKAN DENGAN CAMAT
ATAS NAMA BUPATI
PERANGKAT DESA DIANGKAT DARI WARGA DESA YANG
MEMENUHI SYARAT
PERANGKAT DESA YANG MELANGGAR LARANGAN, DIBERI
SANKSI ; TEGURAN LISAN, TERTULIS, PEMBERHENTIAN SEMENTARA
DAN PEMBERHENTIAN
14. MERUPAKAN FORUM PERMUSYAWARATAN YANG DIIKUTI OLEH
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA, PEMERINTAH DESA DAN
UNSUR MASYARAKAT DESA UNTUK MEMUSYAWARAHKAN HAL
YANG BERSIFAT STRATEGIS DALAM PENYELENGGARAANAN
PEMERINTAHAN DESA
HAL YANG BERSIFAT STRATEGIS; PENATAAN DESA,
PERENCANAAN DESA, KERJA SAMA DESA, RENCANA INVESTASI
YANG MASUK KE DESA, PEMBENTUKAN BUM DESA,
PENAMBAHAN DAN PELEPASAN ASET DESA, DAN KEJADIAN
LUAR BIASA
MUSYAWARAH DESA DILAKSANAKAN PALING KURANG SEKALI
DALAM 1 TAHUN
MUSYAWARAH DESA DIBIAYAI DARI APBDESA
15. PENGEMBANGAN USAHA BERSAMA UNTUK MENCAPAI NILAI
EKONOMI YANG BERDAYA SAING
KEGIATAN KEMASYARAKATAN, PELAYANAN, PEMBANGUNAN,
DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
BIDANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN
KERJA SAMA ANTAR- DESA DITUANGKAN DALAM PERATURAN
BERSAMA KEPALA DESA MELALUI KESEPAKATAN MUSYAWARAH
ANTAR-DESA
KERJA SAMA ANTAR DESA DILAKSANAKAN OLEH BADAN KERJA
SAMA ANTAR DESA YANG DIBENTUK DENGAN PERATURAN
BERSAMA KEPALA DESA
DALAM PELAYANAN USAHA ANTAR DESA DAPAT DIBENTUK
BUM Desa YANG MERUPAKAN MILIK 2 DESA ATAU LEBIH