Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikanAmalinaAzizah
Artikel non penelitian ini saya buat untuk mengetahui seberapa besar peranan guru dalam meningkatkan kualitas peserta didik yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. intinya adalah letak mutu pendidikan INDONESIA ada pada seberapa berkualitasnya PENGAJAR
Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikanAmalinaAzizah
Artikel non penelitian ini saya buat untuk mengetahui seberapa besar peranan guru dalam meningkatkan kualitas peserta didik yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. intinya adalah letak mutu pendidikan INDONESIA ada pada seberapa berkualitasnya PENGAJAR
Pengembangan kepemimpinan dalam implementasi mbssman 2 mataram
The implementation of UU Number 14 Year 2005 related to Teachers and Lecturers and UU Number 20 Year 2003 about National Educational System, brought the implication that all institution related to those UU automathically should implement it according to the rules within the UU. The idea to implement the MBS approach emerged along with the application of local authonomy and educational decentralisation as a new paradigm in school operation. The fact nowadays shows that schools are only a tool for center government’s bureaucracy to conduct educational politics matters.
With the use of MBS approach, school institution as an operational unit which manage everything directly. The whole components that are principals, teachers, school committees and society should prepare themselves and actively involved in improving educational qualities.
In order to conduct school effectively, the school needs an effective leadership as well. Principals are actors who playing the most significant roles as a leader in MBS to manifest vision to be a feasible mission for improving services and schools’ qualities.
Keywords: Leadership, School-Based Management.
SOALAN 1 :
Cikgu Adam sering masuk ke kelas lewat atas alasan mempunyai tugas yang banyak. Beliau juga sering menceritakan hal peribadi dan rakan-rakan sejawat kepada murid-murid kelasnya. Hal ini telah menyebabkan prestasi murid-murid kelasnya merosot.
Berdasarkan situasi di atas, nilaikan akauntabiliti Cikgu Adam. Perihalkan bagaimana guru harus melaksanakan tanggungjawab profesional selaras dengan Kod Etika Keguruan Malaysia.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu negara menjadi negara maju dan mampu mengatasi permasalahan yang timbul adalah kualitas berpikir masyarakat. Dalam kesempatan ini memaparkan dilema yang terdapat dipendidikan
Pengembangan kepemimpinan dalam implementasi mbssman 2 mataram
The implementation of UU Number 14 Year 2005 related to Teachers and Lecturers and UU Number 20 Year 2003 about National Educational System, brought the implication that all institution related to those UU automathically should implement it according to the rules within the UU. The idea to implement the MBS approach emerged along with the application of local authonomy and educational decentralisation as a new paradigm in school operation. The fact nowadays shows that schools are only a tool for center government’s bureaucracy to conduct educational politics matters.
With the use of MBS approach, school institution as an operational unit which manage everything directly. The whole components that are principals, teachers, school committees and society should prepare themselves and actively involved in improving educational qualities.
In order to conduct school effectively, the school needs an effective leadership as well. Principals are actors who playing the most significant roles as a leader in MBS to manifest vision to be a feasible mission for improving services and schools’ qualities.
Keywords: Leadership, School-Based Management.
SOALAN 1 :
Cikgu Adam sering masuk ke kelas lewat atas alasan mempunyai tugas yang banyak. Beliau juga sering menceritakan hal peribadi dan rakan-rakan sejawat kepada murid-murid kelasnya. Hal ini telah menyebabkan prestasi murid-murid kelasnya merosot.
Berdasarkan situasi di atas, nilaikan akauntabiliti Cikgu Adam. Perihalkan bagaimana guru harus melaksanakan tanggungjawab profesional selaras dengan Kod Etika Keguruan Malaysia.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu negara menjadi negara maju dan mampu mengatasi permasalahan yang timbul adalah kualitas berpikir masyarakat. Dalam kesempatan ini memaparkan dilema yang terdapat dipendidikan
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. UJUNG TOMBAK SMK
Rahmanu Ali Juwono,SH,M.Si
SMK Taruna Bakti Kertosono
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang
mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab
itu, hampir semua Negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang
penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Setiap orang pasti
sepakat kalau seorang guru harus menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat. Disinilah
muncul tantangan yang harus dihadapi seorang guru SMK yang mayoritas siswanya laki-
laki, muncul berbagai permasalahan diaantaranya, siswa sering masuk terlambat, sering
keluar kelas waktu pelajaran, tawuran antar sekolah, tidak masuk tanpa keterangan dan
berbagai macam persoalan muncul akibat perkembangan media sosial.
Guru yang dianggap berkompeten dan relevan dengan kebutuhan SMK bukan
hanya berkualifikasi saja tetapi juga berkomitmen untuk selalu menjadikan pendidikan
sebagai pendidikan sepanjang hayat, sehingga proses perbaikan diri dan pengembangan
kompetensi akan terus menerus terjadi dan menerapkannya dalam kehidupan masa depan
peserta didik.
Sementara itu, terdapat beberapa tantangan guru ke depan antara lain (1)
perkembangan IPTEK yang cepat dan pesat akan membutuhkan guru yang
berkarakteristik adaptif responsif, arif dan bijaksana; (2) arus negatif globalisasi akan
membutuhkan guru yang bisa berperan aktif dan bijaksana sebagai fasilitator dan
pembimbing para peserta didik; (3) krisis sosial, seperti kriminalitas dan pengangguran
akan membutuhkan guru yang responsif, sehingga sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal yang mendapat kepercayaan masyarakat harus mampu
menghasilkan peserta didik yang siap hidup dalam kondisi dan situasi
bagaimanapun; (4) krisis identitas sebagai bangsa dan Negara Indonesia akan
membutuhkan guru yang mampu berperan sebagai penjaga nilai-nilai termasuk nilai
nasionalisme kepada para peserta didiknya; dan (5) perdagangan bebas akan
membutuhkan guru yang visioner, kompeten dan berdedikasi tinggi sehingga
mampu membekali peserta didik dengan sejumlah kompetensi yang diperlukan
sebagai bekal menghadapi persaingan global. Tantangan globalisasi di atas
2. tersebut harus disikapi guru dengan mengedepankan profesionalisme Apa yang
kemudian terjadi? Bukan tidak mungkin bisa memunculkan penyimpangan dalam diri
guru, seperti munculnya sikap pesimis dan konsep diri yang negatif pada diri guru muncul
semata-mata dikarenakan oleh skill dan kemampuan akademik guru yang rendah, tetapi
dapat juga dikarenakan kesiapan psikologis guru yang rendah. Kesiapan psikologis guru
ini berkaitan dengan kecerdasan emosional yang dimiliki seorang guru. Kepuasan kerja
guru, yang apabila terjadi, maka akan tercemin pada perasaan guru terhadap
pekerjaannya, dan kemudian diwujudkan dalam sikap positif guru terhadap pekerjaannya.
Komitmen guru, yang diindikasikan guru akan memiliki kebutuhan dan harapan yang
tinggi terhadap sekolah tempat mengajar dan lebih termotivasi saat harapannya terpenuhi.
Mengenai adanya berbagai kekurangan dalam pendidikan saat ini, penulis sangat
menganggap penting akan perlunya keberadaan guru profesional. Untuk itu, guru
diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki
keterpanggilan untuk melaksanakan tugasnya dengan melakukan perbaikan kualitas
pelayanan terhadap anak didik baik dari segi intelektual maupun kompetensi lainnya yang
akan menunjang perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta mampu
mendatangkan prestasi belajar yang baik.
Sebagian besar masyarakat atau orang tua murid kadang-kadang masih
mencemooh dan menuding guru tidak kompeten, tidak berkwalitas dan sebagainya, maka
manakala putra-putrinya tidak bisa menyelesaikan persoalan yang dihadapi sendiri atau
memiliki kemampuan tidak sesuai dengan keinginan. Sikap dan perilaku masyarakat
tersebut memang bukan tanpa alasan, karena memang ada sebagian kecil oknum guru
yang melanggar atau menyimpang dari kode etiknya yang mana banyak mengundang
reaksi yang begitu hebat di masyarakat, diantaranya masih banyak guru yang belum
menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaan
rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan
kepentingan pribadinya, sehingga wibawa guru makin merosat. Dan bahkan tidak jarang
falsafah jawa yang seharusnya digugu dan ditiru ternyata menunjukkan kinerja seadanya
dan terkesan mengejar usaha lain diluar mengajar yang tidak jarang memberikan
kontribusi yang besar bagi guru tersebut. Hanya saja masalah sekarang, sebatas manakah
pengakuan masyarakat terhadap guru, sebab kenyataan masyarakat masih tetap mengakui
profesi dokter atau hakim lebih tinggi dibandingkan dengan profesi guru. Seandanya yang
3. dijadikan ukuran tinggi rendahnya pengakuan profesi tersebut adalah keahlian dan tingkat
pendidikan yang ditempuhnya, gurupun ada yang setingkat / sederajat dengan jenis
profesi lain bahkan ada yang lebih. Kita akui bahwa profesi guru paling mudah tercemar
dalam arti masih ada saja orang yang memaksakan diri menjadi guru walaupun
sebenarnya yang bersangkutan tidak dipersiapkan untuk itu.
Dari kenyataan-kenyataan ini sekalipun pahit bagi guru, sudah saatnya kopetensi
profesi guru ditingkatkan. Oleh sebab itulah pemerintah saat ini melalui Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan telah dan sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas
profesionalisme guru diantaranya dengan alih fungsinya SPG /SGO menjadi lembaga lain
yakni Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), serta penyetaraan semua guru mulai
jenjang TK sampai SMK/SMA harus berijasah minimal S.1 dan linier dengan yang diajar.
Namun menurut hemat penulis semua upaya tersebut tidak akan membawa hasil
tanpa peran serta guru, sebab tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada
dasarnya merupakan tuntutan kebutuhan pribadi guru, tanggung jawab mempertahankan
dan mengembangkan profesinya tak dapat dilakukan oleh orang lain kecuali oleh dirinya
sendiri.
Guru harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharauan serta
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman. Disinilah tugas guru untuk senantiasa
meningkatkan kualitas pendidikan sehingga apa yang diberikan kepada siswanya tidak
terlalu ketinggalan dengan perkembangan kemajuan jaman.
Bahkan tidak cukup hanya dengan itu saja, untuk membangun kembali puing-
puing kepercayaan masyarakat terhadap profesi guru yang hampir tumbang diterjang
kemajuan jaman, maka guru perlu tampil disetiap kesempatan baik sebagai pendidik,
pengajar, pelatih, inovator maupun dinamisator pembangunan masyarakat yang bermoral
Pancasila sekaligus mencerdaskan bangsa Indonesia.
Guru menjadi ujung tombak dalam pembangunan pendidikan nasional. Utamanya
dalam membangun dan meningkatkan kwalitas sumber daya manusia melalui pendidikan
formal. Guru profesional dan bermartabat menjadi impian kita semua karena akan
melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inofatif, demokratis dan beraklak. Guru
profesional dan martabat memberikan teladan bagi terbentuknya kualitas sumber daya
manusia yang kuat.
4. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa memandang guru
mereka. Kepribadian guru seperti memberikan perhatian, hangat, suportif (memberi
semangat), diyakini bisa member motivasi yang pada gilirannya meningkatkan prestasi
belajar siswa. Empati yang tepat seorang guru kepada siswanya membantu perkembangan
prestasi akademik mereka secara signifikan. Guru juga perlu membangun citra yang
positif tentang dirinya jika ingin agar siswanya member respon dan bisa diajak
bekerjasama dalam proses pembelajaran. Lebih jauh, rasa hormat dan kasih sayang yang
ditunjukkan oleh seorang guru merupakan syarat utama kesuksesan siswa. Sebagaimana
halnya orang dewasa, pemenuhan aspek psikologis siswa akan membantu mereka
berusaha menunjukkan kemampuan terbaik yang bisa mereka lakukan dan secara
otomatis akan meningkatkan prestasi belajar mereka
Guru adalah faktor yang menentukan mutu pendidikan. Gurulah yang berada di
garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan
langsung dengan peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Di tangan
gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill
(keahlian), kematangan emosional, moral dan spiritual. Dengan demikian, akan
dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zaman.
Sebagai ujung tombak SMK, kehadiran guru yang memiliki kopetensi dan bisa
menyelesaikan tantangan-tangangan sangatlah di perlukan, guru tidak hanya menuntut
haknya saja tetapi harus berfikir bagaimana menciptakan generasi yang unggul,
bermartabat, dan bertanggung jawab. Harapan para para pejuang bangsa tentang guru
adalah pahlawan tanpa tanda jasa sangatlah berat, tetapi harus tetap semangat
memperjuangakan sepanjang masa. Siswa SMK tidak ada yang suka bolos, tawuran,
bahkan pemakai narkoba kalau ujung tombaknya selalu siap dan waspada menanggulangi
karena SMK punya motto ; “SMK BISA”.