Makalah ini membahas tentang kewajiban umat Islam untuk mentaati pemerintah di Indonesia walaupun negara ini bukan negara Islam. Terdapat ayat Al-Quran dan hadis yang menyebutkan bahwa mentaati pemerintah muslim adalah wajib, asalkan pemerintah tidak memerintahkan melakukan maksiat. Ulama Ahlus Sunnah sepakat bahwa umat Islam harus taat kepada pemerintah selama pemerintah tidak memerintahkan berbuat dos
Makalah ini membahas pemahaman mengenai fiqih ibadah. Ibadah dijelaskan sebagai taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya. Terdapat tiga jenis ibadah yaitu ibadah hati, lisan, dan badan. Ibadah hanya dapat diterima jika sesuai dengan al-Qur'an dan as-Sunnah. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah.
Makalah ini membahas sumber ajaran agama Islam yaitu Al-Quran. Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman hidup. Al-Quran memuat ajaran-ajaran tentang akidah, ibadah, akhlak, hukum-hukum, kisah-kisah nabi, dan peringatan. Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk, pemisah antara yang benar dan salah, serta obat bagi penyak
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang Syiah di Malaysia. Ia menjelaskan bahwa pengikut Syiah di Malaysia diperkirakan berjumlah 200,000 orang dan tersebar di seluruh negara. Dokumen tersebut juga membahas beberapa perbedaan ajaran antara Syiah dan Ahli Sunnah Wal Jamaah serta beberapa masalah yang ditimbulkan oleh keberadaan Syiah di Malaysia.
Makalah ini membahas tentang masa keemasan dan kemunduran fiqih. Pada masa keemasan fiqih (abad ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 H), semangat ijtihad sangat tinggi di kalangan ulama. Namun pada masa kemunduran fiqih (pertengahan abad ke-7 sampai abad ke-13 H), para ulama lebih banyak memberikan penjelasan terhadap kitab fiqih mazhab tanpa menguraikan tujuan ilmiahnya. Hal ini disebabkan kec
Makalah ini membahas mengenai pandangan ulama’ terhadap hadist Iftiraq Al Ummah, Perkembangan Islam setelah Khulafaur Rasyidin, Riwayat Hadist tentang Iftiraqu Ummati, Pandangan ulama terkait hadist Iftiraqu Ummati, Pandangan sunni terhadap hadist Iftiraqu Ummati.
Makalah ini membahas pemahaman mengenai fiqih ibadah. Ibadah dijelaskan sebagai taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya. Terdapat tiga jenis ibadah yaitu ibadah hati, lisan, dan badan. Ibadah hanya dapat diterima jika sesuai dengan al-Qur'an dan as-Sunnah. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah.
Makalah ini membahas sumber ajaran agama Islam yaitu Al-Quran. Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman hidup. Al-Quran memuat ajaran-ajaran tentang akidah, ibadah, akhlak, hukum-hukum, kisah-kisah nabi, dan peringatan. Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk, pemisah antara yang benar dan salah, serta obat bagi penyak
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang Syiah di Malaysia. Ia menjelaskan bahwa pengikut Syiah di Malaysia diperkirakan berjumlah 200,000 orang dan tersebar di seluruh negara. Dokumen tersebut juga membahas beberapa perbedaan ajaran antara Syiah dan Ahli Sunnah Wal Jamaah serta beberapa masalah yang ditimbulkan oleh keberadaan Syiah di Malaysia.
Makalah ini membahas tentang masa keemasan dan kemunduran fiqih. Pada masa keemasan fiqih (abad ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 H), semangat ijtihad sangat tinggi di kalangan ulama. Namun pada masa kemunduran fiqih (pertengahan abad ke-7 sampai abad ke-13 H), para ulama lebih banyak memberikan penjelasan terhadap kitab fiqih mazhab tanpa menguraikan tujuan ilmiahnya. Hal ini disebabkan kec
Makalah ini membahas mengenai pandangan ulama’ terhadap hadist Iftiraq Al Ummah, Perkembangan Islam setelah Khulafaur Rasyidin, Riwayat Hadist tentang Iftiraqu Ummati, Pandangan ulama terkait hadist Iftiraqu Ummati, Pandangan sunni terhadap hadist Iftiraqu Ummati.
Dokumen ini membahas tentang prinsip-prinsip utama Ahlussunnah wal Jama'ah yang merupakan sumber syariat Islam yaitu al-Quran dan sunnah Nabi. Prinsip-prinsip ini mencakup bahwa al-Quran dan sunnah merupakan sumber hukum Islam, ijma' sahabat sebagai dalil syariat, dan taat kepada perintah-larangan Nabi.
Hadis-hadis sahih menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW meninggalkan dua barang berharga yaitu Al-Quran dan Ahlulbaitnya. Namun, mayoritas Sunni tidak mengakui kepentingan Ahlulbait ini. Mazhab Syi'ah didasarkan pada bukti bahwa hanya Ahlulbait yang dapat mewarisi dan menyampaikan Sunnah sejati Nabi.
Surat Al-Mâ'ûn menjelaskan tentang orang-orang yang mendustakan agama dengan tidak peduli terhadap anak yatim dan orang miskin serta melakukan shalat hanya untuk riya'. Surat ini mengingatkan akan pentingnya menjalankan ibadah dengan ikhlas dan peduli terhadap kebutuhan sesama.
Tulisan ini membahas pendapat yang sesuai tentang pemahaman realita umat (fiqhul waqi') dan kewajiban saling mencintai antar Muslim. Fiqhul waqi' merupakan kewajiban yang bersifat kolektif dimana jika dilakukan sebagian maka kewajiban bagi yang lain gugur. Pentingnya kerjasama antara ulama dan masyarakat dalam mengajarkan dan menerapkan ajaran Islam yang murni. Larangan menuduh ulama tanpa dasar
Majalah Kiblat Edisi Dzulhijjah Mendadak ISISBuku Islam
Tulisan ini membahas tentang kontroversi baiat kepada pemimpin ISIS, Abu Bakar Al-Baghdadi. Ada yang mendukung dan ada yang menolak baiat tersebut karena tidak memenuhi syarat-syarat yang sah menurut ulama. Tulisan ini juga menjelaskan tentang konsep baiat besar dan kecil dalam Islam serta upaya untuk menyatukan umat melalui baiat.
Ulama–ulama pembela da’wah salafiyah dahulu hingga sekarangTURAHYO82
Dokumen ini membahas tentang ulama-ulama pembela da'wah Salafiyah dari dahulu hingga sekarang. Da'wah Salafiyah berdiri tegak pada sunnah yang shahih dan tidak bergantung pada hadits-hadits lemah atau palsu. Orang yang mengikuti da'wah Salafiyah harus memiliki sanad yang bersambung dengan ulama-ulama terpercaya. Da'wah ini selalu ada penganutnya dari setiap generasi sesuai
Islam merupakan agama Allah yang diturunkan bersama dengan kitab suci dan
rasul-Nya yang terakhir, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya
yang terang-menderang menuju ke jalan Allah Maha Agung dan Maha Terpuji.
Hukum Islam merupakan kumpulan sejumlah kewajiban dan ajaran-ajaran yang
diserukan oleh Rasulullah saw dan disampaikan kepada umatnya sesuai dengan ajaran
yang disampaikan oleh Allah melalui kitab suci-Nya atau lidah Rasul-Nya. Hukum -
hukum Islam tidak terbatas pada sisi praktis atau penerapan hukum syari’at berupa ibadat
dan mu’amalat saja, tidak pula terbatas pada sisi teoritis atau aqidah saja, yang tertuang
dalam ilmu tauhid atau kalam atau tidak tidak juga terbatas pada bidang kerohanian yang
tercakup dalam ilmu tasawuf atau akhlak. Tetapi, Islam mencakup semua bidang-bidang
itu secara seimbang, sempurna, dan teratur.
Dokumen tersebut membahas tentang fiqih dakwah yang merupakan ilmu yang membahas masalah-masalah syariah yang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalilnya. Dakwah merupakan bagian dari ibadah yang membutuhkan ilmu dan aturan syariat. Metode berdakwah secara berjamaah dan menggunakan hikmah, peringatan yang baik, serta diskusi yang tidak menyerang pribadi.
Secara terminologis Syî‘ah berarti orang-orang yang mendukung Sayyidina Ali secara khusus, dan berpendapat bahwa hanya Sayyidina Ali saja yang berhak menjadi khalifah dengan ketetapan nash dan wasiat dari Rasulullah , baik secara tersurat maupun tersirat. Mereka berkeyakinan bahwa hak imâmah (menjadi pemimpin umat Islam) tidak keluar dari keturunan Ali . Apabila imâmah ternyata tidak dalam genggaman keturunan Ali , berarti ada kezaliman dari pihak lain, atau imam yang berhak sedang menerapkan konsep taqiyyah.
Dokumen tersebut membahas tentang Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA) sebagai ideologi organisasi PMII. ASWAJA merupakan pengikut ajaran Islam seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. ASWAJA muncul sejak awal Islam, meskipun istilah ini baru muncul pada abad ke-3 H. Dokumen ini juga membahas sejarah munculnya istilah ASWAJA dan formulasi ASWAJA versi Nahdlatul Ul
Dokumen ini membahas tentang prinsip-prinsip utama Ahlussunnah wal Jama'ah yang merupakan sumber syariat Islam yaitu al-Quran dan sunnah Nabi. Prinsip-prinsip ini mencakup bahwa al-Quran dan sunnah merupakan sumber hukum Islam, ijma' sahabat sebagai dalil syariat, dan taat kepada perintah-larangan Nabi.
Hadis-hadis sahih menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW meninggalkan dua barang berharga yaitu Al-Quran dan Ahlulbaitnya. Namun, mayoritas Sunni tidak mengakui kepentingan Ahlulbait ini. Mazhab Syi'ah didasarkan pada bukti bahwa hanya Ahlulbait yang dapat mewarisi dan menyampaikan Sunnah sejati Nabi.
Surat Al-Mâ'ûn menjelaskan tentang orang-orang yang mendustakan agama dengan tidak peduli terhadap anak yatim dan orang miskin serta melakukan shalat hanya untuk riya'. Surat ini mengingatkan akan pentingnya menjalankan ibadah dengan ikhlas dan peduli terhadap kebutuhan sesama.
Tulisan ini membahas pendapat yang sesuai tentang pemahaman realita umat (fiqhul waqi') dan kewajiban saling mencintai antar Muslim. Fiqhul waqi' merupakan kewajiban yang bersifat kolektif dimana jika dilakukan sebagian maka kewajiban bagi yang lain gugur. Pentingnya kerjasama antara ulama dan masyarakat dalam mengajarkan dan menerapkan ajaran Islam yang murni. Larangan menuduh ulama tanpa dasar
Majalah Kiblat Edisi Dzulhijjah Mendadak ISISBuku Islam
Tulisan ini membahas tentang kontroversi baiat kepada pemimpin ISIS, Abu Bakar Al-Baghdadi. Ada yang mendukung dan ada yang menolak baiat tersebut karena tidak memenuhi syarat-syarat yang sah menurut ulama. Tulisan ini juga menjelaskan tentang konsep baiat besar dan kecil dalam Islam serta upaya untuk menyatukan umat melalui baiat.
Ulama–ulama pembela da’wah salafiyah dahulu hingga sekarangTURAHYO82
Dokumen ini membahas tentang ulama-ulama pembela da'wah Salafiyah dari dahulu hingga sekarang. Da'wah Salafiyah berdiri tegak pada sunnah yang shahih dan tidak bergantung pada hadits-hadits lemah atau palsu. Orang yang mengikuti da'wah Salafiyah harus memiliki sanad yang bersambung dengan ulama-ulama terpercaya. Da'wah ini selalu ada penganutnya dari setiap generasi sesuai
Islam merupakan agama Allah yang diturunkan bersama dengan kitab suci dan
rasul-Nya yang terakhir, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya
yang terang-menderang menuju ke jalan Allah Maha Agung dan Maha Terpuji.
Hukum Islam merupakan kumpulan sejumlah kewajiban dan ajaran-ajaran yang
diserukan oleh Rasulullah saw dan disampaikan kepada umatnya sesuai dengan ajaran
yang disampaikan oleh Allah melalui kitab suci-Nya atau lidah Rasul-Nya. Hukum -
hukum Islam tidak terbatas pada sisi praktis atau penerapan hukum syari’at berupa ibadat
dan mu’amalat saja, tidak pula terbatas pada sisi teoritis atau aqidah saja, yang tertuang
dalam ilmu tauhid atau kalam atau tidak tidak juga terbatas pada bidang kerohanian yang
tercakup dalam ilmu tasawuf atau akhlak. Tetapi, Islam mencakup semua bidang-bidang
itu secara seimbang, sempurna, dan teratur.
Dokumen tersebut membahas tentang fiqih dakwah yang merupakan ilmu yang membahas masalah-masalah syariah yang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalilnya. Dakwah merupakan bagian dari ibadah yang membutuhkan ilmu dan aturan syariat. Metode berdakwah secara berjamaah dan menggunakan hikmah, peringatan yang baik, serta diskusi yang tidak menyerang pribadi.
Secara terminologis Syî‘ah berarti orang-orang yang mendukung Sayyidina Ali secara khusus, dan berpendapat bahwa hanya Sayyidina Ali saja yang berhak menjadi khalifah dengan ketetapan nash dan wasiat dari Rasulullah , baik secara tersurat maupun tersirat. Mereka berkeyakinan bahwa hak imâmah (menjadi pemimpin umat Islam) tidak keluar dari keturunan Ali . Apabila imâmah ternyata tidak dalam genggaman keturunan Ali , berarti ada kezaliman dari pihak lain, atau imam yang berhak sedang menerapkan konsep taqiyyah.
Dokumen tersebut membahas tentang Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA) sebagai ideologi organisasi PMII. ASWAJA merupakan pengikut ajaran Islam seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. ASWAJA muncul sejak awal Islam, meskipun istilah ini baru muncul pada abad ke-3 H. Dokumen ini juga membahas sejarah munculnya istilah ASWAJA dan formulasi ASWAJA versi Nahdlatul Ul
Dokumen tersebut membahas tentang taklid buta dan pentingnya mengikuti dalil dalam agama Islam. Ringkasannya adalah: (1) Taklid buta tanpa memperhatikan dalil dilarang dalam Islam karena bisa menyesatkan, (2) Para imam juga mengingatkan umat untuk selalu mengikuti dalil al-Quran dan sunnah, bukan mengikuti pendapat buta. (3) Taklid hanya boleh dilakukan jika seseorang sudah berusaha
Pemikiran taqiyuddin an nabhaniy terhadap akidah dan akhlakynabiel
Tulisan ini membahas pemikiran Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani terkait akidah dan akhlak. Taqiyuddin An-Nabhani adalah ulama Palestina abad ke-20 yang banyak menulis tentang berbagai topik termasuk akidah dan akhlak. Tulisan ini bertujuan untuk memahami pandangan Taqiyuddin An-Nabhani mengenai akidah, akhlak, dan metodologi pengajaran keduanya.
Dokumen tersebut memberikan nasehat kepada pendiri organisasi, jamaah, dan partai Islam. Menurut ayat Al-Quran dan ulama salaf, tidak boleh mendirikan organisasi yang memecah belah umat atau mengikuti aturan selain Al-Quran dan Sunnah. Organisasi hanya boleh didirikan jika mengikuti metode Nabi saw dan khulafaur Rasyidin serta tidak menciptakan golongan baru. Dakwah sebenarnya akan lebih kuat tanpa organis
Rancangan undang-undang dasar Islam mengatur berbagai aspek sistem pemerintahan berdasarkan syariat Islam. Dokumen ini menjelaskan bahwa aqidah Islam merupakan dasar negara dan segala urusan negara harus sejalan dengan aqidah Islam. Negara Islam adalah negara yang menerapkan hukum Islam dan keamanannya berlandaskan Islam, sedangkan negara non-Islam tidak memenuhi kriteria tersebut. Khalifah berwenang melegislasi hukum-
Makalah ini membahas karakteristik ajaran Islam dan metode pendekatan kajian Islam. Karakteristik ajaran Islam mencakup sifat toleran, mengakui pluralisme agama, menetapkan ibadah secara spesifik, dan menekankan akidah yang murni. Metode pendekatan kajian Islam meliputi pendekatan filosofis, normatif, historis, antropologi, teologi, dan sosiologis."
Dokumen tersebut merupakan daftar isi bab-bab yang akan dibahas dalam makalah tentang perbandingan ajaran Syi'ah dan Sunni di Indonesia. Bab pertama membahas latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan metode penulisan makalah. Bab selanjutnya akan membahas pengertian Sunni dan Syi'ah secara teori serta pembahasan tentang pokok-pokok ajaran Syi'ah dan pengaruhnya di Indonesia.
Makalah ini membahas ijtihad sebagai sumber hukum Islam ketiga setelah Al-Quran dan Hadis. Ijtihad dilakukan untuk menentukan hukum-hukum yang belum diatur secara pasti dalam sumber-sumber utama tersebut. Ijtihad didasarkan pada ayat-ayat Al-Quran dan Hadis yang menganjurkan penggunaan akal untuk mengambil hukum, dengan syarat dilakukan oleh ulama ahli fiqih.
Teks tersebut membahas tentang manhaj (metode) Salaf yang berfokus pada sumber keyakinan dari Al Quran dan hadis Nabi. Metode ini hanya mengambil keyakinan dari sumber-sumber tersebut, menolak penafsiran secara kalam, dan berpegang teguh pada keyakinan para sahabat Nabi. Manhaj Salaf juga menekankan persatuan dan menolak perpecahan di antara umat Islam.
Teks tersebut membahas tentang tarikh tasyri' yang merupakan ilmu yang mempelajari perkembangan hukum Islam sejak zaman Rasulullah saw hingga sesudahnya. Tasyri' dapat bermakna penetapan hukum agama Islam, baik yang bersumber dari Allah maupun yang dibuat oleh manusia. Teks ini juga menjelaskan ruang lingkup, macam-macam, dan prinsip-prinsip penting dalam pembentukan hukum Islam seperti
Banyak orang menganggap mempelajari kitab Wahyu adalah sulit. Selain karena membicarakan simbol-simbol yang tidak biasa, kitab Wahyu juga memiliki tema-tema yang kompleks. Nah, bagaimana cara terbaik membedah kitab Wahyu?
Mari kita pelajari bersama lebih dahulu 3 pasal pertama dari kitab ini dalam kelas diskusi "Bedah Kitab Wahyu" (BKW) pada 19—26 Juni 2024 melalui grup WA.
Sebelum kelas dimulai, ikuti lebih dahulu pemaparan materinya via Zoom pada:
Rabu, 19 Juni 2024.
- Pagi: pkl. 10.30—12.00 WIB
- Malam: pkl. 19.00—20.30 WIB
Daftarkan diri Anda segera di https://bit.ly/form-mlc.
Kontak:
WA: 0821-3313-3315 (MLC)
E-Mail: kusuma@in-christ.net
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Tugas tik
1. TUGAS MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM II
“PEMERINTAHAN INDONESIA DAN
HUKUM SYARI’AT ISLAM”
Oleh:
NENNY RACHMAWATI
3215083191
Departemen Fisika
Fakultas Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Negeri Jakarta
2010
1
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam II Departemen Fisika
Fakultas MIPA Universitas Negeri Jakarta.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini, khususnya kepada :
1. Ibu Zakiya Drajat selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan
Agama Islam II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini
2. Rekan-rekan semua di kelas Pendidikan Fisika Reguler 2008.
3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian
yang besar kepada penulis.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Jakarta, November 2010
Penulis
2
3. DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................
2
Daftar Isi................................................................................................................................
3
Bab I Pendahuluan.................................................................................................................
4
Latar Belakang..............................................................................................................
4
Tujuan Penulisan...........................................................................................................
4
Metode Penulisan..........................................................................................................
4
Sistematika Penulisan...................................................................................................
4
Bab II Pembahasan................................................................................................................
6
Sunnah Rasulullah SAW Dalam Menghadapi Pemerintah...........................................
6
Ahlus Sunnah wal Jamaah............................................................................................
6 .............................................................................................
Indonesia Bukan Negara Islam, Layakkah Ditaati?......................................................
7
Bolehkah Membangkang Kepada Pemerintah Indonesia karena Tidak
Berhukum dengan Syari’at Islam?................................................................................
11...................................................................................................................................
Apabila pemerintah itu berlaku zalim...........................................................................
13
3
4. Hikmah terus mentaati pemerintah dan tidak menggulingkan kerajaan.......................
14
Syarat Boleh Memerangi Pemerintah...........................................................................
15
Bab III Penutup......................................................................................................................
16
Kesimpulan...................................................................................................................
16
Daftar Pustaka........................................................................................................................
17
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Allah SWT. menciptakan manusia di muka bumi untuk menjadi seorang khalifah
atau pemimpin. Seorang pemimpin haruslah selalu berpedoman kepada kitabullah
Al-Qur’anul kariim dan juga kepada al-hadits. Tentu saja system
kepemimpinannya harus sesuai dengan hukum syari’at Islam.
4
5. Di negara Indonesia yang penduduknya terdiri dari berbagai suku dan agama
menjadikan Indonesia tidak bisa menjadi negara Islam walaupun mayoritas
penduduknya adalah umat Islam. Sehingga system pemerintahan yang dianut pun
bukan hukum syari’at Islam, melainkan berpedoman pada Pancasila.
Untuk beberapa golongan, hal ini dijadikan sebagai alat untuk menjatuhkan dan
membangkang kepada Pemerintahan Indonesia.
Tujuan
Makalah yang disusun bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
Pendidikan Agama Islam II. Selain itu, makalah ini juga disusun untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pemahaman agama Islam bagi penulis
maupun pembaca.
Metode Penulisan
Pada penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka, selain
dengan menggunakan buku cetak sebagai referensi, penulis juga melakukan studi
pustaka dengan menggunakan media internet.
Sistematika Penulisan
- Halaman Judul (cover)
- Kata Pengantar
- Daftar Isi
- Bab I Pendahuluan
o Latar Belakang
o Tujuan
o Metode Penulisan
o Sistematika Penulisan
- Bab II Pembahasan
o Sunnah Rasulullah SAW Dalam Menghadapi Pemerintah
5
6. o Ahlus Sunnah wal Jamaah
o Indonesia Bukan Negara Islam, Layakkah Ditaati?
o Bolehkah Membangkang Kepada Pemerintah Indonesia karena
Tidak Berhukum dengan Syari’at Islam?
o Apabila pemerintah itu berlaku zalim
o Hikmah terus mentaati pemerintah dan tidak menggulingkan
kerajaan
o Syarat Boleh Memerangi Pemerintah
- Bab III Penutup
o Kesimpulan
- Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
Sunnah Rasulullah SAW Dalam Menghadapi Pemerintah
6
7. Allah S.W.T berfirman:
”Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S An Nisaa: 59)
Sabda Rasulullah S.A.W:
”Barangsiapa yang mentaatiku maka dia mentaati Allah dan sesiapa yang
menderhakaiku maka dia juga menderhakai Allah dan barangsiapa yang mentaati
pemerintah maka dia mentaati aku dan sesiapa yang derhaka pada pemerintah
maka dia menderhakaiku.” [Hadis Sahih: Riwayat Bukhari, Muslim, an-Nasai, Ibn
Majah, dan Ahmad]
Berdasarkan ayat dan hadis di atas ulama’ Ahlus Sunnah wal Jamaah telah
sepakat bahwa mentaati pemerintah muslim itu adalah wajib.
Ahlus Sunnah wal Jamaah
Dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa umat Islam terpecah menjadi 73 kelompok
dan hanya satu kelompok yang dipastikan selamat dan jaya di dunia dan akhirat.
Para ulama kita sepakat bahwa satu kelompok yang dijamin selamat tersebut
adalah kelompok Ahlussunnah wal Jama’ah. Namun seiring waktu, hakikat
Ahlussunnah wal Jama’ah menjadi semakin pudar dan asing, bahkan bertolak
belakang dengan paham keumuman. Tulisan ini mencoba menuntun Anda dalam
memaknai Hakikat Ahlussunnah wal Jama’ah
7
8. Ahlus Sunnah wal Jamaah ialah: Mereka yang menempuh seperti apa yang pernah
ditempuh oleh Rasulullah ‘Alaihi Asholatu wa Sallam dan para Shahabatnya
Radhiyallahu Ajma’in. Disebut Ahlus Sunnah, karena kuatnya (mereka)
berpegang dan berittiba’ (mengikuti) Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan para Shahabatnya Radhiyallahu Ajma’in.
As-Sunnah menurut bahasa adalah jalan/cara, apakah jalan itu baik atau buruk.
Sedangkan menurut ulama ‘aqidah, as-Sunnah adalah petunjuk yang telah
dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya,
baik tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun perbuatan. Dan ini
adalah as-Sunnah yang wajib diikuti, orang yang mengikutinya akan dipuji dan
orang-orang yang menyalahinya akan dicela. [Buhuuts fii ‘Aqidah Ahlis Sunnah,
hal. 16]
Pengertian as-Sunnah menurut Ibnu Rajab al-Hanbaly Rahimahullah (wafat 795
H): “As-Sunnah ialah jalan yang ditempuh, mencakup di dalamnya berpegang
teguh kepada apa yang dilaksanakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
khalifahnya yang terpimpin dan lurus berupa i’tiqad (keyakinan), perkataan dan
perbuatan. Itulah as-Sunnah yang sempurna. Oleh karena itu generasi Salaf
terdahulu tidak menamakan as-Sunnah kecuali kepada apa saja yang mencakup
ketiga aspek tersebut. Hal ini diriwayatkan dari Imam Hasan al-Bashry (wafat th.
110 H), Imam al-Auza’iy (wafat th. 157 H) dan Imam Fudhail bin ‘Iyadh (wafat
th. 187 H).” [Jaami’ul ‘Uluum wal Hikaam (hal. 495) oleh Ibnu Rajab]
Disebut al-Jama’ah, karena mereka bersatu di atas kebenaran, tidak mau berpecah
belah dalam urusan agama, berkumpul di bawah kepemimpinan para Imam (yang
berpegang kepada) al-haq/kebenaran, tidak mau keluar dari jama’ah mereka dan
mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan Salaful Ummah. [Mujmal Ushul
Ahlis Sunnah wal Jama’ah fil ‘Aqiidah]
8
9. Jama’ah menurut ulama ‘aqidah adalah generasi pertama dari umat ini, yaitu
kalangan Shahabat, Tabi’in serta orang-orang yang mengikuti dalam kebaikan
hingga hari kiamat, karena berkumpul di atas kebenaran.
Kata Imam Abu Syammah as-Syafi’i Rahimahullah (wafat th. 665 H): “Perintah
untuk berpegang kepada jama’ah, maksudnya ialah berpegang kepada kebenaran
dan mengikutinya. Meskipun yang melaksanakan Sunnah itu sedikit dan yang
menyalahinya banyak. Karena kebenaran itu apa yang dilaksanakan oleh jama’ah
yang pertama, yaitu yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan para Shahabatnya tanpa melihat kepada orang-orang yang menyimpang
(melakukan kebathilan) sesudah mereka.”
Jadi, Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter
mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi perkara-
perkara yang baru dan bid’ah dalam agama.
Karena mereka adalah orang-orang yang ittiba’ (mengikuti) kepada Sunnah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti Atsar (jejak Salaful
Ummah), maka mereka juga disebut Ahlul Hadits, Ahlul Atsar dan Ahlul Ittiba’.
Berkata Syeikh Thahawi dalam matan ‘Aqidah:
”Dan bukanlah dari ‘aqidah kami -ahli sunnah- menentang pemerintah walaupun
mereka itu berlaku zalim dan tidak pula kami mendoakan kejahatan atas mereka,
adapun ‘aqidah kami adalah mentaati mereka itu bermakna mentaati Allah Azza
wa Jalla yaitu satu kefardhuan atas kami selama mana mereka tidak menyuruh
melakukan maksiat dan kami mendoakan mereka dengan kebaikan dan
keampunan.”
Berdasarkan ayat terdahulu Allah S.W.T meletakkan syarat pemerintah yang
wajib ditaati itu adalah muslim berdasarkan ""(dari Kamu).
9
10. Ketaatan kepada pemimpin adalah muqayyad atau tertakluk kepada apa yang
bersesuaian dengan syariat Allah adapun yang menyelisihi syara’ maka tiada taat
bahkan haram dan wajib ketika itu menasihati pemerintah dan menyuruh kepada
makruf.
Dalam hadis Sahih daripada Syaikhan:
”Dari Ibn Umar R.A., Nabi SAW bersabda: Wajib atas muslim itu mematuhi
pemerintah dalam perkara yang ia suka mahupun tidak melainkan apabila
diperintah melakukan maksiat maka ketika itu tidak wajib lagi taat.” [Hadis Sahih:
Riwayat Bukhari dan Muslim]
Perkataan menurut ulama’ tafsir merangkumi semua jenis pengausa ‘am dan
khas seperti raja,menteri,khalifah,ulama’ dan penguasa agama seperti mufti dan
ibu bapa serta suami.
Kewajiban ini mentaati pemerintah ini datang setelah pemerintah itu melaksanakn
keadilan dan menunaikan amanah yang dipertanggungjawabkan atasnya. Ini
berdasarkan ayat sebelum ayat ini yaitu surah an-Nisaa’ ayat 58:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” ((Q.S An Nisaa: 58)
Ayat ini Allah S.W.T menujukan khitabnya pada pemerintah untuk melakukan
keadilan dan kesaksamaan dan menunaikan amanah dengan baik kemudian Allah
SWT berpesan pula kepada rakyat untuk mentaati pemerintah dalam ma’ruf.
10
11. Indonesia Bukan Negara Islam, Layakkah Ditaati?
Para ulama kaum muslimin seluruhnya sepakat akan kewajiban taat kepada
pemerintah muslim dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Karena Allah Tabaraka wa Ta’ala telah memerintahkan hal tersebut
sebagaimana dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu.” (Q.S An-Nisaa: 59)
Demikian pula, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah berwasiat:
“Aku wasiatkan kalian agar senantiasa taqwa kepada Allah serta mendengar dan
taat kepada pemimpin (negara) meskipun pemimpin tersebut seorang budak dari
Habasyah.” (HR. Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)
Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah menjelaskan diantara prinsip
aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah:
“Dan kami tidak memandang bolehnya memberontak kepada para pemimpin dan
pemerintah kami, meskipun mereka berbuat zhalim. Kami tidak mendoakan
kejelekan kepada mereka. Kami tidak melepaskan diri dari ketaatan kepada
mereka dan kami memandang ketaatan kepada mereka adalah ketaatan kepada
Allah sebagai suatu kewajiban, selama yang mereka perintahkan itu bukan
kemaksiatan (kepada Allah). Dan kami doakan mereka dengan kebaikan dan
keselamatan.” (Al-Aqidah Ath-Thahawiyah, Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi
Al-Hanafi rahimahullah)
11
12. AI-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah juga menukil ijma’. Dari Ibnu Batthal
rahimahullah, ia berkata: “Para fuqaha telah sepakat wajibnya taat kepada
pemerintah (muslim) yang berkuasa, berjihad bersamanya, dan bahwa ketaatan
kepadanya lebih baik daripada nnemberontak.” (Fathul Bari, 13/7)
Bolehkah Membangkang Kepada Pemerintah Indonesia karena Tidak
Berhukum dengan Syari’at Islam?
Telah dimaklumi bersama bahwa pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia saat ini adalah pemerintah muslim. Sebagaimana juga dimaklumi
bahwa hukum Islam belum diterapkan secara menyeluruh di negeri tercinta ini.
Apakah dengan sebab tersebut pemerintah (dan rakyatnya) telah menjadi murtad?
Kemudian boleh bagi kaum muslimin memberontak atau membangkang kepada
pemerintah Indonesia?
Syubhat ini dijawab oleh Faqihul ‘Ashr Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin rahimahullah dalam fatwa berikut ini:
Pertanyaan: Fadhilatusy Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah ditanya tentang
hukum menaati pemerintah yang tidak berhukum dengan Kitabullah dan Sunnah
Rasulillah shallallaahu ‘alaihi wa sallam?
Jawab: “Pemerintah yang tidak berhukum dengan Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah tetap wajib ditaati dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah
dan Rasul-Nya, serta tidak wajib memerangi mereka dikarenakan hal itu, bahkan
tidak boleh diperangi kecuali kalau ia telah menjadi kafir, maka ketika itu wajib
untuk menjatuhkannya dan tidak ada ketaatan baginya.
Berhukum dengan selain Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya sampai kepada derajat
kekufuran dengan dua syarat:
12
13. 1. Dia mengetahui hukum Allah dan Rasul-Nya. Kalau dia tidak tahu, maka
dia tidak menjadi kafir karena penyelisihannya terhadap hukum Allah dan
Rasul-Nya.
2. Motivasi dia berhukum dengan selain hukum Allah adalah keyakinan
bahwa hukum Allah sudah tidak cocok lagi dengan zaman ini dan hukum
lainnya lebih cocok dan lebih bermanfaat bagi para hamba.
Dengan adanya kedua syarat inilah perbuatan berhukum dengan selain hukum
Allah menjadi kekufuran yang mengeluarkan dari Islam, berdasarkan firman
Allah:
“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Q.S Al-Maidah: 44)
Pemerintah yang demikian telah batal kekuasaannya, tidak ada haknya untuk
ditaati rakyat, serta wajib diperangi dan dilengserkan dari kekuasaan.
Adapun jika dia berhukum dengan selain hukum Allah, namun dia tetap yakin
bahwa berhukum dengan apa yang diturunkan Allah itu adalah wajib dan lebih
baik untuk para hamba, tetapi dia menyelisihinya karena hawa nafsu atau hendak
menzalimi rakyatnya, maka dia tidaklah kafir, melainkan fasik atau zhalim, dan
kekuasaannya tetap sah.
Mentaatinya dalam perkara yang bukan kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya
adalah wajib. Tidak boleh diperangi, atau dilengserkan dengan kekuatan (senjata)
dan tidak boleh memberontak kepadanya. Sebab Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
melarang pemberontakan terhadap pemerintah (muslim) kecuali jika kita melihat
kekafiran nyata dimana kita mempunyai alasan (dalil) yang jelas dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala.” (Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibni ‘Utsaimin, 2/147-148, no.
229)
13
14. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah juga menjelaskan, “Apabila seorang
pemimpin muslim berhukum dengan selain hukum Allah, maka tidak boleh
dihukumi kafir kecuali dengan syarat-syarat: Pertama: Dia tidak dipaksa
melakukannya. Kedua: Dia tahu bahwa hukum tersebut bukan hukum Allah.
Ketiga: Dia memandang hukum tersebut sama baiknya atau bahkan lebih baik dari
hukum Allah.” (Lihat Al-Makhraj minal Fitnah, hal. 82)
Apabila pemerintah itu berlaku zalim
Dalam menghadapi masalah ini Rasulullah SAW. telah memberikan petunjuk
yang amat baik sekali dalam hadis-hadis baginda yang sahih:
”Dari Ibn Abbas R.A.: Bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Barang siapa yang
benci pada pemerintahnya sesuatu (daripada maksiat) maka hendaklah dia
bersabar kerana sesiapa yang menentang pemerintah maka dia mati sebagai mana
orang Jahiliyyah. [Hadis Sahih: Muttafaq ‘Alaih – Riyadhus Solihin]
“Dari Junadah bin Abi Umayyah berkata: Kami menemui Ubadah bin Samit
ketika dia sakit dan kami berkata padanya: Ceritakanlah pada kami-semog Allah
menyembuhkan kamu- akan suatu hadis yang bermanfaat yang engkau dengar
dari Rasulullah SAW. maka dia berkata: Rasulullah menyeru kami lalu kami
membaiat baginda dan antara isi baiat itu; hendaklah kami dengar dan taat ketika
suka dan benci, susah dan senang dan yang memeberi kesan pada kami dan
janganlah kami mencabut urusan (pemerintahan) daripada ahlinya melainkan
engkau melihat padanya(pemerintah) kufur yang nyata yang kamu boleh
buktikannya di hadapan Allah.” [Hadis Sahih: Riwayat Muslim]
14
15. ”Dari Ummu Salamah bahawa Rasulullah SAW. berkata: Akan ada pemimpin-
pemimpin yang kamu kenal dan kamu ingkarinya(kerana maksiatnya) maka
sesiapa yang menegnali maksiat itu maka dia terlepas (tidak terjebak dalamnya)
dan sesiapa yang ingkar maka dia selamat tetapi (yang berdosa adalah) mereka
yang redha dan ikut. Mereka(Sahabat) berkata: Apakah tidak boleh kami
memerangi mereka? Kata baginda: tidak boleh selagi mereka solat.” [Hadis Sahih:
Riwayat Muslim]
”Dari ‘Auf bin Malik daripada Rasulullah SAW. baginda bersabda: Sebaik-baik
pemimpin kamu adalah yang kamu menyukai mereka dan mereka menyukai
kamu, mereka mendoakan kamu dan begitu juga kamu mendoakan mereka,adapun
seburuk-buruk pemimpin kamu adalah yang kamu benci akan mereka begitu juga
mereka benci pada kamu, kamu melaknat mereka dan mereka juga melaknat
kamu.Ditanya RasulullahS.A.W: Wahai Rasulullah apakah tidak boleh kami
melawan mereka sahaja dengan pedang? Maka jawab Nabi SAW.: Tidak boleh
selagi mereka mendirikan solat dan apabila kamu melihat pemimpin kamu akan
sesuatu yang kamu benci maka bencilah amalannya tapi jangan dia keluar dari
taat. [Hadis Sahih: Riwayat Muslim]
Dari hadis-hadis di atas wajib kepada kita mentaati pemerintah walaupun mereka
berlaku zalim selagi mana tidak melakukan kekufuran yang nyata. Adapun yang
perlu dilakukan oleh muslim adalah menasihati pemerintah itu dan mengingkari
maksiatnya ini sebagaimana dalam hadis yang lain:
”Dari Abu Ruqaiyyah Tamim bin Aus Ad-Dari R.A. bahawa Nabi SAW. telah
bersabda: Agama (Islam) itu nasihat. Kami(Sahabat) berkata: Bagi Siapa?
Baginda menjawab: Bagi Allah dan Kitab-Nya dan Rasul-Nya dan Pemimpin-
peminpin umat Islam dan ‘Awamnya.” [Hadis Sahih: Riwayat Muslim dan Nasai]
Hikmah terus mentaati pemerintah dan tidak menggulingkan kerajaan
15
16. Hikmah petunjuk Nabi SAW. ini amatlah besar bagi maslahat umat di akhir
Zaman.Hadis-hadis ini menunjukkan mukjizat Baginda SAW. kerana
memberitakan perkara yang belum berlaku.
Dari segi politik ia mempunyai nilai siasah yang amat tinggi dan penuh licik.
Apabila Umat terus mentaati pemerintah maka dengan sendirinya pemerintah tadi
akan menjadi lembut hatinya apabila dilembutkan Allah S.W.T dan mahu ia
mendengar cakap rakyatnya dan diterima nasihat mereka padanya.
Ini kerana pemerintah apabila rakyatnya itu mengisytiharkan keluar dari taatnya
maka keraslah hatinya pada mereka dan engganlah ia mendengar lagi nasihat
mereka. Jadi kewajiban menasihati pemerintah hanya akan berlaku apabila rakyat
itu masih taat dan mengiktiraf kepimpinan pemerintah itu.
Adapun sebab berlakunya kezaliman pemerintah itu kerana rakyat menzalimi diri
sendiri dan melakukan maksiat. Dalam sejarah kita lihat apabila rakyat mula
terpengaruh dengan faham muktazilah maka Allah meletakkan Abdullah Al-
Makmun sebagai Khalifah dan menjadi keraslah kerajaan atas Ahli Sunnah dan
tersiksalah ulama’ Sunnah sehingga mereka kembali berpegang dengan sunnah
maka Allah meletakkan Al-Mutawakkil ‘Alallah maka bersinarlah kembali cahaya
Sunnah.
Nabi SAW. menasihati pemerintah dan mendoakan mereka hidayah dan
keampunan dan rakyat pula hendaklah sentiasa mengislahkan diri dan memohon
ampun supaya dengan berubahnya rakyat itu kepada baik maka Allah akan
meletakkan juga pemerintah yang baik kepada mereka.
Antara hikmahnya juga terletak apabila Rasulullah SAW menyuruh kita jangan
ikut perintah yang maksiat tetapi dalam masa yang sama terus menasihati dan
mengiktiraf pemimpin itu maka dengan sendirinya apabila dia melihat rakyatnya
tidak ikut perintahnya yang maksiat maka tidaklah lagi dia akan memerintah
dengan maksiat bahkan akan menyuruh yang makruf jua.
16
17. Kita misalkan di Malaysia jika semua bangsa Melayu Islam ini dalam partai
kerajaan lalu semuanya sebulat suara mengusulkan supaya kerajaan menegakkan
hukum Allah maka sudah tentu ketika itu tiadalah bagi kerajaan itu dihadapannya
melainkan menegakkan hudud dan qisas dan lainnya daripada undang-undang
Islam.Wallahua’lam.
Syarat Boleh Memerangi Pemerintah
Apabila berlaku kekufuran yang nyata dan tiada pula Majlis Syura yang dapat
mencegah kemungkaran itu seperti semuanya juga menyokong kekufuran itu
maka wajiblah diperangi. Misalnya dia menghalalkan arak dan menyuruh orang
meminumnya, menukar azan ke bahasa lain,menghalang solat Jamaah, Melarang
puasa,melarang pemakaian tudung dan menutup aurat dan lain-lain perkara yang
menyebabkan kufur Akbar yang menyebabkan pelakunya murtad wal’iyazubillah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
17
18. KESIMPULAN
Wajib taat kepada pemerintah Indonesia dalam perkara yang bukan
maksiat kepada Allah Ta’ala. Tidak boleh memberontak atau
membangkang meskipun mereka tidak berhukum dengan hukum
Allah, sebab kafirnya seseorang karena tidak berhukum dengan
hukum Allah perlu adanya syarat-syarat yang terpenuhi (syuruth at-
takfir) dan terangkatnya penghalang (intifaul mawani’). Selama
syarat-syarat itu belum terpenuhi dan penghalang-penghalangnya
belum terangkat maka hukum asalnya ia adalah muslim. Jika ia
seorang penguasa, berlaku baginya hak-hak seorang penguasa
muslim. Dan perlu juga dicatat, bahwa para ulama Ahlus Sunnah
wal Jama’ah tidak ada satupun yang mempersoalkan dasar negara
pemimpin tersebut, apakah dasarnya Islam atau sekuler. Tetapi
yang menjadi ukuran apakah pemimpinnya muslim atau kafir, baik
muslim yang adil dan bertakwa atau yang zalim dan fasik, tetap
wajib menaatinya dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah.
Mereka yang mempersoalkan dasar negara dalam hal ketaatan
kepada pemimpin muslim dan haramnya pemberontakan –baik
dengan senjata maupun dengan kata-kata- terhadap pemerintah
muslim, hanyalah orang-orang jahil dari kalangan NII dan jenis
Khawarij Takfiri lainnya yang tidak mengerti ushul dan qawa’id
dalam aqidah dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
18
19. DAFTAR PUSTAKA
H. Salim Bahreisy (Penterjemah). 1987. Tarjamah Riadhus Shalihin Abu Zakaria
Yahya Volume 1. Bandung: PT. Alma’arif
___________________________. 1987. Tarjamah Riadhus Shalihin Abu Zakaria
Yahya Volume II. Bandung: PT. Alma’arif
Saiful Mujani. 2007. Muslim demokrat: Islam, budaya demokrasi, dan partisipasi
politik di Indonesia pasca Orde Baru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
http://al-muwahhidun.blogspot.com/2007/12/sunnah-rasulullah-saw-dalam-
menghadapi.html
http://alhujjah.com/
http://episentrum.com/search/contoh%20format%20makalah%20yang%20benar
http://ita081325537150.wordpress.com/2010/10/04/pemerintah-indonesia-
masihkah-layak-ditaati/
http://www.jkmhal.com/quran/quran.php
19