Dokumen tersebut membahas tentang konsep belajar dan mengajar dalam pendidikan. Secara garis besar, dibahas mengenai pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku melalui pengalaman, yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan belajar adalah untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan sikap. Pengertian mengajar adalah upaya menciptakan kondisi yang
About SCL, PutraLMS and Teaching Assessment Sidek Aziz
About SCL, PutraLMS and Teaching Assessment in Malay. The concept of learning outcomes, various learning approaches, learning domain taxonomy are presented.
About SCL, PutraLMS and Teaching Assessment Sidek Aziz
About SCL, PutraLMS and Teaching Assessment in Malay. The concept of learning outcomes, various learning approaches, learning domain taxonomy are presented.
proses belajar terdiri dari perhatian, memori, elaboration, berpikir dan problem solving. proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikiomotorik yang terjadi dalam diri seseorang. Perhatian (attention) yaitu sebagai salah satu aktifitas psikis. Ditinjau dari berbagai segi, perhatian dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Ditinjau dari segi timbulya perhatian, maka perhatian dibedakan atas perhatian spontan dan tidak spontan. Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul dengan sendirinya (bersifat pasif). Sedangkan perhatian tidak spontan adalah perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja, sehingga harus ada kemauan yang menimbulkannya (bersifat aktif).
2. Ditinjau dari segi banyaknya objek yang dicakup oleh perhatian pada saat yang bersamaan, maka perhatian dibedakaan atas perhatian yang sempit dan perhatian yang luas. Perhatian yang sempit adalah perhatian individu pada suatu saat yang hanya memerhatikan objek yang sedikit. Sedangkan perhatian yang luas adalah perhatian individu pada suatu saat yang dapat memerhatikan objek yang banyak sekaligus.
Memori atau ingatan adalah retensi informasi. Bagian utama dari pembahasan ini akan difokuskan pada encoding (penyandian), penyimpanan, dan pengambilan (retrieval).
Ada enam konsep yang berhubungan dengan encoding, yaitu:
a. Atensi, yaitu mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental.
b. Pengulangan, yaitu repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama berada di dalam memori.
c. Pemrosesan mendalam, teori level pemrosesan menyatakan bahwa pemrosesan memori terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam, di mana pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan memori yang lebih kuat.
d. Elaborasi, yaitu ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian.
e. Mengkontruksi citra (imaji),
f. Penataan (organisasi), apabila murid menata informasi ketika mereka menyandikannya, maka memori mereka akan banyak terbantu. Strategi penataan memori yang baik adalah dengan pengemasan (chunking) yaitu dengan mengelompokkan informasi menjadi unit-unit yang dapat diingat sebagai satu unit tunggal.
Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian.
Menurut Briggs dan Gagne mengemukakan Sembilan strategi untuk kegiatan intruksional yaitu:
1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian;
2. Menjelaskan tujuan intruksional kepada peserta didik;
3. Meningatkan kompetisi pra syarat;
4. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep);
5. Memberikan petunjuk belajar;
6. Menentukan penampilan peserta didik;
7. Memberi umpan baik;
8. Menilai penampilan;
9. Menyimpulkan.
Berpikir adalah memanipulasi atau mengolah dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah.
Pemecahan masalah (problem solving) adalah mencari cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.
proses belajar terdiri dari perhatian, memori, elaboration, berpikir dan problem solving. proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikiomotorik yang terjadi dalam diri seseorang. Perhatian (attention) yaitu sebagai salah satu aktifitas psikis. Ditinjau dari berbagai segi, perhatian dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Ditinjau dari segi timbulya perhatian, maka perhatian dibedakan atas perhatian spontan dan tidak spontan. Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul dengan sendirinya (bersifat pasif). Sedangkan perhatian tidak spontan adalah perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja, sehingga harus ada kemauan yang menimbulkannya (bersifat aktif).
2. Ditinjau dari segi banyaknya objek yang dicakup oleh perhatian pada saat yang bersamaan, maka perhatian dibedakaan atas perhatian yang sempit dan perhatian yang luas. Perhatian yang sempit adalah perhatian individu pada suatu saat yang hanya memerhatikan objek yang sedikit. Sedangkan perhatian yang luas adalah perhatian individu pada suatu saat yang dapat memerhatikan objek yang banyak sekaligus.
Memori atau ingatan adalah retensi informasi. Bagian utama dari pembahasan ini akan difokuskan pada encoding (penyandian), penyimpanan, dan pengambilan (retrieval).
Ada enam konsep yang berhubungan dengan encoding, yaitu:
a. Atensi, yaitu mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental.
b. Pengulangan, yaitu repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama berada di dalam memori.
c. Pemrosesan mendalam, teori level pemrosesan menyatakan bahwa pemrosesan memori terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam, di mana pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan memori yang lebih kuat.
d. Elaborasi, yaitu ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian.
e. Mengkontruksi citra (imaji),
f. Penataan (organisasi), apabila murid menata informasi ketika mereka menyandikannya, maka memori mereka akan banyak terbantu. Strategi penataan memori yang baik adalah dengan pengemasan (chunking) yaitu dengan mengelompokkan informasi menjadi unit-unit yang dapat diingat sebagai satu unit tunggal.
Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian.
Menurut Briggs dan Gagne mengemukakan Sembilan strategi untuk kegiatan intruksional yaitu:
1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian;
2. Menjelaskan tujuan intruksional kepada peserta didik;
3. Meningatkan kompetisi pra syarat;
4. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep);
5. Memberikan petunjuk belajar;
6. Menentukan penampilan peserta didik;
7. Memberi umpan baik;
8. Menilai penampilan;
9. Menyimpulkan.
Berpikir adalah memanipulasi atau mengolah dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah.
Pemecahan masalah (problem solving) adalah mencari cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di indonesia yang banyak
di perbincangkan adalah rendah nya mutu pendidikan yang tercermin dari rendah nya rata–
rata prestasi belajar. Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih
terlalu didominasi peran guru. Guru lebih banyak menempat kan peserta didik sebagai objek
dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada
peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir
menyeluruh, kreatip, objektif dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah
satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar
secara individual. Dengan ada nya masalah di atas, manakalah kami akan membahas tentang
konsep belajar dan mengajar dalam standar proses pendidikan.
B. Rumusan masalah
Ada pun rumusan maslah dalam makalah ini antara lain :
1. Apa pengertian belajar dan mengajar dalam standar proses pendidikan...?
2. Apa saja kosep belajar mengajar.......?
3. Apa strategi pembelajaran.........?
C. Tujuan
Ada pun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :
1. Agar tau pengertian belajar dan mengajar dalam standar proses pendidikan
2. Agar kita bisa tau konsep belajar mengajar.
3. Agar kita bisa tau konsep strategi pembelajaran.
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP BELAJAR DAN MENGAJAR
Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal itu
kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar. Hal ini kiranya mudah dipahami,
karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya , dan begitu pula
sebaliknya kalau ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar
tentu ada yang belajar kalau sudah terjadi suatu proses/saling berintraksi, antara yang
mengajar dengan yang belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara
sengaja atau tidak sengaja , masing-masing pihak berada dalam suasana belajar . Jadi guru
walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga melakukan
belajar.
Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar –
mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar
– mengajar ini akan diproleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau
dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memproleh hasil yang
optimal, proses belajar – mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta
terorganisasi secara baik.[1]
Di dalam proses belajar – mengajar, guru sebagai penagajar dan siswa sebagai subjek
belajar, dituntut adanya propil kualifikasi tentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap
dan tatanilai serta sifat – sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan
efisien. Untuk itu, orang kemudian mengembangkan berbagai pengetahauan, misalnya
psikologi pendidikan medel mengajar, pengelolaan pengajaran dan ilmu – ilmu lain yang
dapat menunjang proses belajar-mengajar itu.
1. Makna belajar
Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan
beberapa difenisi tentang belajar. Ada beberapa difinisi tentang belajar. Dan beberapa difinisi
tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Cronbach memberikan defenisi : learning is show by a change in behavior as a
result of experience(:belajar adalah pertunjukan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman
b. Harold Spears memberikan batasan: learning is shown by observe, to read, to
imitate, to try something themseleves, to listen , to follow direction. (pembelajaran
3. ditunjukkan dengan mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu diri mereka,
mendengarkan, mengikuti arah.)
c. Geoch, mengatakan : learning is a change in performance as a result of practice. Ini
berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai
akibat dari latihan ( practice ).
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengankaian membaca,mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar
itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak
bersifat verbalistik.
Selanjutnya ada, yang mendefinisikan: “ belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang
dimaksudkan belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu – individu yang belajar . perubahan tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan,tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan , sikap,
pengertian harga diri, minat , watak , penyesuaian diri. Dengan demikian, dapatlah dikatakan
bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, pisko-fisik untuk menuju
keperkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan
karsa, ranah kognitif,afektif, dan psikomotor.
Menurut Benyamin. S. Bloom, meliputi tiga ranah /matra, yaitu : matra
kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing – masing matra atau domain ini dirinci lagi
menjadi beberapa jangkauan kemampuan ( level of competence) rincian ini dapat disebut
sebagai berikut:
a. Kognitif domain :
1) Knowledge (pengetahuan, ingatan )
2) Camprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas , contoh )
3) Analysis ( menguraikan, menentukan hubungan ) .
4) Synthesis ( mengorganisasikan, merencanakan , membentuk bangunan baru )
5) Evaluation (manilai)
6) Application (menerapkan)
Contohnya siswa dapat menjelaskan tentang masalah-masalah penjaabaran ,contohnya
dalam bidang mata pelajaran tertentu dan mereka da[at menjelaskan tentang suatu topik
beserta pengembangannya.
4. b. Affective Domain:( sikap moral dan tingkah laku )
1) Recieving (sikap menerima)
2) Responding (memberikan respons )
3) Valuing (nilai )
4) Organization (organisasi )
5) Characterization (karakteristik)
Contoh siswa dating tepat waktu ,siswa dapat bekerjasama melakuakan ,melakukan
sesuatu dengan benar dan rasa kesadaran.
c. Psychomotor Domain :( keterampilan)
1) Intiatory level.
2) Pre-rotine level.
3) Rountinized level
Contoh siswa dapat melakukan dengan benar karena keterampilan,sesuai dengan yang
di contohkan.
Target jangkauan mengenai pencapaian level sebagaimana dijajarkan di tiap –
tiap domain/matra, sudah barang tentu sesuai dengan tujuan belajarnya, tidak mesti harus
mencapai yang tertinggi.:
Untuk melengkapi pengertian mengenai makna belajar, perlu kiranya dikemukakan
prinsip – prinsip yang berkaitan dengan belajar.dalam hal ini ada beberapa prinsip yang
penting untuk diketahui, antara lain :
a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.
b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematanagn dari para siswa.
c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi dari dalam/
dasar kebutuhan /kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belejar dengan rasa takut
atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.
d. Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat
keliru )dan conditioning atau pembiasaan.
e. Kemampuan belajar seorang siswa harus di perhitungkan dalam rangka menentukan isi
pelajaran.
f. Belajar dapat melakukan tiga cara
1) Diajarkan secara langsung ;
2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung ( seperti anak belajar bicara, sopan
santun, dan lain – lain );
3) Pengenalan dan /atau peniruan
5. g. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu
membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain – lain, bila dibandingkan dengan
belajar hafalan saja.
h. Perkembangan pengalaman siswa akan banyak mempengaruhui kemampuan belajar
yang bersangkutan.
i. Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari,
daripada bahan yang kurang bermakna.
j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan siswa,
banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.
k. Belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak –
anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.[4]
2. Tujuan belajar
Dalam mencapai tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi ) belajar
yang lebih kodusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebgai
suatau usaha penciptaan sistem lingkunag yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Kalau di tinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis.
1. Untuk mendapat kan pengetahuan
2. Penenaman konsep dan keterampilan
3. Pembentukan sikap
B. PENGERTIAN MENGAJAR
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kalau
belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Disamping itu ada
beberapa difinisi lain, yang dirumuskan secara rinci dan tampak bertingkat.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada siswa. Menurut pengertian ini berarti
tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai
pengetahuan.[5]
Dalam pengertian yang luas, mengajar diartiakn sebagai suatau aktivitas mengorganisasikan
atau mengatur lingkunagn sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga
terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi ynag
kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan
sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani
maupun rohani, baik fisik maupun mental.
6. Ada pun hasil pengajaran itu dikatakan betul betul baik, apabila memiliki ciri –ciri sebagai
berikut:
1. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Dalam hal ini
guru akan senantiasa menjadi pembimbing dan pelati yang baik bagi para siswa yang akan
menghadapi ujian.
2. Hasil itu merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik.” Pengetahuan hasil proses
belajarmengajar itu bagi siswa seolah – olah telah merupakan bagian kpribadian bagi diri
setiap siswa, sehingga akan mendapat mempengaruhi pandanagn dan caranya mendekati
suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dinyatakan dan penuh makana bagi dirinya.
Dalam hubungan itu ada rumusan lain mengenai pengertian mengajar diartiakn sebagai
kegiatan mengorganisasi proses belajar. Dengan demikian, permasalahan yang dihadapi oleh
pengajaran yang dipandang baik untuk menghasilkan produk yang baik, adalah bagaimana
mengorganisasikan proses belajar untuk mencapai pengetahuan otentik dan tahan lama.
Karena mengajar merupakan kegiatan mengorganisasikan proes belajar secara baik, maka
guru sebagai pengajar harus berperan sebagai organisator yang baik pula. Secara makro guru
dituntut untuk dapat mengorganisasikan komponen – komponen yang terlibat di dalam proses
belajar - mengajar, sehingga di harapkan terjadi proses pengajaran yang optimal.
Perlu ditambahkan, bagi seorang guru/ pengajar harus menyadari bahwa belajar adalah ingin
“mengerti”. Belajar adalah mencari, menemukan dan melihat pokok permasalahan
nya belajar juga dikatakan sebagai upaya memecahkan persoaalan yang dihadapi. Hal ini
membawa konsekuensi bahwa kegiatan mengajar dalam proses pengajarannya juga harus
menyediakan kondisi yang problematik dan guru membimbingnya.[6]
Menurut penelitian psikologis, mengungkapkan adanya sejumlah aspek yang khas sifatnya
dari yang dikatakan belajar penuh makna. Belajar yang penuh makna itu adalah sebagai
berikut :
1. Belajar menurut esensinya memiliki tujuan , belajar memiliki makna yang penuh, dalam
arti siswa/subjek belajar, memperhatikan makna tersebut.
2. Dasar proses belajar adalahsesuatu yang bersifat eksplorasi serta menemukan dan
bukan merupakan pengulanagn rutin.
3. Hal belajar yang dicapai itu selalu memunculkan pemahaman atau pengertian atau
menimbulkan reaksi atau jawaban yang dapat dipahami dan diterima oleh akal.
4. Hasil belajar itu tidak terkait pada situasi di tempat mencapai, tetapi dapat juga
digunakan dalam situasi lain.
1. Antara “mengajar “ dan “mendidik “
7. Bicara tentang pengertian mengajar kalau dilihat esensinya dalam proses belajar – mengajar,
sudah menyangkut kegiatan mendidik, dalam arti untuk mengantarkan siswa kepada tingkat
kedewasaanya , baik secara fisik maupun mental. Tetapi dalam uraian berikut ini mencoba
membedakan, dengan suatu maksud memberikan suatu penamaan terhadap kenyataan yang
kini sedang berkembang . kenyataan yang dimaksud adalah keadaan proses dan hasil
pengajaran di sekolah – sekolah. Sehingga pembedaan ini tidak ensensial dan konseptual.
Oleh karena itu mengajar dan mendidik akan ditempatkan di antara tanda petik (“.....”).
Memang kalau dilihat dari segi asal katanya, keduanya memiliki arti yang sedikit beda .”
mengajar “.memberi pelajaran misalnya memberi pelajaran matematika, memberi pelajaran
bahasa, sejarah, agar siswa di ajari mengetahui dan paham tentang bahan yang diajarkan
tadi.” MENDIDIK “ : memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan
pemikiran. Menurut umum mengajar diartiakn sebagai usaha guru untuk menyampaikan dan
menanamkan pengetahuan kepada siswa/anak didik .
Mendidik dapat di artiakan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik kearah
kedewasaannya baik secara jasmanai maupun rohani . Oleh karena itu mendidik dikatakan
sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik . dibandingkan dengan
pengertian “mengajar “, maka pengertian “mendidik “ lebih mendasar . “ mendidik “ tidak
sekedar transfer of knowledge , tetapi juga transfer of values “ mendidik “ diartikan lebih
komprehensif, yakin usaha membina diri anak didik secara utuh baik matra kognitif,
psikomotorik maupun efektif, agar tumbuh sebagai manusia – manusia yang berkepribadian.
Berkait dengan soal pembentukan kepribadian siswa(anak didik) “mendidik” juga harus
merupakan usaha memberikan tuntutan kepada siswa untuk dapat berdiri sendiri dengan
norma – norma kemnusiaan yang sesuai dengan kepribadian bangsa, yakni pancasila. Untuk
mengantarkan anak didik ketingkat itu memerlukan berbagai komponen dan proses, sepertian
kegiatan penyampaian materi pelajaran, kegiatan motivasi, penenaman nilai – nilai yang
sesuai dengan materi yang diberikan. Itulah maka “mendidik “ harus merupakan usaha untuk
memberikan motivasi kepada siswa agar terjadi proses internalisasi nilai – nilai pada dirinya
sehingga akan lahir suatu sikap yang baik.
Sehubung dengan urayan dan kenyataan diatas,”mengajar” dalam kegiatan belajar – mengajar
harus diterjemahkan secara konseptual, disikroniskan dengan pengertian “mendidik “ oleh
karena itu , “Raka Joni” memberikan batasan mengajar adalah menyediakan kondisi optimal
yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar anak didik untuk memproleh
pengetahuan, keterampilan dan nilai atau sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku
maupun pertumbuhan sebagai pribadi. [7]
8. C. Pengertian konsep pembelajaran
1. Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi isi pelajaran
disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan
mensintesis fakta, konsep prosedur dan prinsip yang berkaitan.[8]
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau seorang pendidik sedemikian rupa,
sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik . Adapun yang dimaksud
dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau
dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda
dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki
dan mengakses isi pelajaran itu sendiri .
Dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan hubungan
dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah
pada proses pembelajaran oleh peserta didik(student of learning), dan bukan pengajaran oleh
guru(teacher of teaching) . Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus
pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi
dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat
dicapai oleh siswa.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam merencanakan pembelajaran. Segala kegiatan pembelajaran muaranya pada
tercapainya tujuan tersebut.
Dilihat dari sejarahnya, tujuan pembelajaran pertama kali diperkenalkan oleh B. F
Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya dalam ilmu perilaku (Behavioural science)
dengan maksud untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Kemudian diikuti oleh Robert
Mager yang menulis buku yang berjudul: “Preparing Instructional Objective” padatahun 1970
diseluruh lembaga pendidikan termasuk di Indonesia. Tujuan pembelajaran ini bukan saja
memperjelas arah yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi
diperoleh hasil belajar yang maksimal.[9]
Pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan pembelajaran, yang
satu sama lain memiliki kesamaan disamping ada perbedaan sesuai dengan sudut pandang
garapannya. Robert F. Mager (1962) misalnya memberikan pengertian tujuan pembelajaran
9. sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh
siswa ataupesertadidik pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Pengertian kedua
dikemukakan oleh Edwar L. Dejnozka dan David E. Kapel (1981), juga Kemp (1977) yang
memandang bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang
dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisna untuk
menggambrkan hasil belajar yang diharapakan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang samar.
Definisi ke tiga dikemukakan oleh Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yakni tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukan penampilan atau
keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar
Peserta didik ini dituntut keaktifannya bukan hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari
segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya
kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya
dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam
dirinya .
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga
terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guruataupendidikadalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta
didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu
peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan
minatnya. Pentingnyaperananseorangpendidik sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas
dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar siswa .[10]
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Faktor Kecerdasan
Kecerdasan ialah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan berfikir yang bersifatnya
rumit dan abstrak. Tingkat kecerdasan dari masing-masing tidak sama. Ada yang tinggi, ada
yang sedang dan ada pula yang rendah. Orang yang tingkat kecerdasannya tinggi dapat
mengolah gagasan yang abstrak, rumit dan sulit dilakukan dengan cepat tanpa banyak
kesulitan-kesulitan dibandingkan dengan orang yang kurang cerdas. Orang yang cerdas itu
dapat memikirkan dan mengerjakan lebih banyak, lebih cepat dengan tenaga yang relatif
sedikit. Kecerdasan adalah suatu kemapuan yang dibawa dari lahir sedangkan pendidikan
tidak dapat meningkatkannya, tetapi hanya dapat mengembangkannya. Namun hal ini
tingginya kecerdasan seseorang bukanlah suatu jaminan bahwa ia akan berhasil
10. menyelesaikan pendidikan dengan baik, karena keberhasilan dalam belajar bukan hanya
ditentukan oleh kecerdasan saja tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya.
2. Faktor Belajar
Faktor belajar disini adalah semua segi kegiatan belajar, misalnya kurang dapat memusatkan
perhatian kepada pelajaran yang sedang dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang
berkaitan sehingga tidak dapat membaca seluruh bahan yang seharusnya dibaca. Termasuk di
sini kurang menguasai cara-cara belajar efektif dan efisien.
3. Faktor Sikap
Banyak pengaruh faktor sikap terhadap kegiatan dan keberhasilan siswa dalam belajar. Sikap
dapat menentukan apakah seseorang akan dapat belajar dengan lancar atau tidak, tahan lama
belajar atau tidak, senang pelajaran yang di hadapinya atau tidak dan banyak lagi yang
lain. Diantara sikap yang dimaksud di sini adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau
kesetiaan. Sikap yang positif terhadap pelajaran merangsang cepatnya kegiatan belajar.
4. Faktor Kegiatan
Faktor kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran jasmani dan
keadaan fisik seseorang. Sebagaimana telah diketahui, badan yang tidak sehat membuat
konsentrasi pikiran terganggu sehingga menganggu kegiatan belajar.
5. Faktor Emosi dan Sosial
Faktor emosi seperti tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti persaingan dan kerja
sama sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar. Ada diantara faktor ini yang sifatnya
mendorong terjadinya belajar tetapi ada juga yang menjadi hambatan terhadap belajar efektif.
6. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ialah keadaan dan suasana tempat seseorang belajar. Suasana dan keadaan
tempat belajar itu turut juga menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar. Kebisingan,
bau busuk dan nyamuk yang menganggu pada waktu belajar dan keadaan yang serba kacau di
tempat belajar sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Hubungan yang
kurang serasi dengan teman dapat menganggu kosentrasi dalam belajar.
7. Faktor Guru
kemampuan guru mengajar, hubungan guru dengansiswasertakepribadian guru dan perhatian
guru terhadap kemampuan siswanya turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Guru yang
kurang mampu dengan baik dalam mengajar dan yang kurang menguasai bahan yang
diajarkan dapat menimbulkan rasa tidak suka kepada yang diajarkan dan kurangnya dorongan
untuk menguasainya dipihak siswa. Sebaliknya guru yang pandai mengajar yang dapat
11. menimbulkan pada diri siswa rasa menggemari bahan yang diajarkannya sehingga tanpa
disuruh pun siswa banyak menambah pengetahuannya dibidang itu dengan membaca buku-buku,
majalah dan bahan cetak lainnya. Guru dapat juga menimbulkan semangat belajar yang
tinggi dan dapat juga mengendorkan keinginan belajar yang sungguh-sungguh. Siswa yang
baik berusaha mengatasi kesulitan ini dengan memusatkan perhatian kepada bahan pelajaran,
bukan kepada kepribadian gurunya. [11]
D. Istilah – istilah dalam proses pembelajaran
1. Konsep yang terdapat dalam Pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa binggung untuk membedakannya.istilah –istilah tersebut
adalah :
1. Teori pembelajaran
Teori adalah prinsip/kaedah /dalil tentang suatu fenomena alam atau sosial yang telah di uji
kemebanarannya oleh banyak pihak dan dapat di gunakan untuk merumuskan serta
meramalkan fenomena yang sejenis di tempat dan waktu yang berbeda .Contoh : teori
pythagoreas, teori gravitasi newton, teori evolusi Darwin, dan sebagainya. Sedangkan teori
pembelajaran adalah seperangkap prinsip / kaidah tentang fenomena belajar dan mengajar
yang telah diuji kebenarannya oleh banyak pihak yang dapat digunakan untuk
memformulasikan dan meramalkan kegiatan pembelajaran ditempat dan waktu yang terkenal
adalah teori pembelajaran bahaviorisme, teori pembelajaran kognitivisme, teori pembelajaran
konstruktivisme, dll.
2. Pendekatan ( paradigma )
Adalah titik tolak atau sudut pandang (world view ) seseorang terhadap suatu objek atau
permasalahan. Pendekatan juga dapat di artikan sebagai cara umum dalam memandang
permasalahan atau objek kajian; laksana pakaian kacamata merah – semua tampak kemerah –
merahan .
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak sudut pandang pendidik terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamanya mewadahi,menginspirasi, menguatkan dan
melatari metode pembelajaran dengan cukup teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatanya,
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
12. terdapat beberapa jenis pendekatan, antara lain : (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student centered apaproach ); (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach) ; (3)
pendekatan ekonomi pendidikan yang memandang anak sekolah sebagai investasi masa
depan sehingga kegiatan pembelajaran harus dirancang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja
yang dapat mengembalikan investasi yang dibutuhkan selama sekolah baik kepada diripeserta
didik, keluarga maupun kepada negara ; (4) pendekatan agama memandang pendidikan dan
pembelajaran sebagai bagian dari nilai ibadah sehingga nilai – nilai agama sangat
mempengaruhi terhadap seluruh proses pendidikan dan pembelajaran seperti konsep
pembelajaran yang dicetuskan oleh ulama imam Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim yang
banyak dijadikan rujukan pesantren di indonesia, dan lain-lain.
3. Strategi pembelajaran
Adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus di kerjakan guru dan peserta didik agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
4. Metode pembelajaran
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementas ikannya
digunakan sebagai metode pembelajaran tertentu. Metode adalah “ a way in achieving
something” (wina sanjaya (2008). Jadi metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yanag sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, di
antaranya : (1) ceramah (2) demonstrasi, (3) diskusi, (4) simulasi, (5) laboratorium, (6)
pengalaman lapangan, (7) brainstroming, (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
5. Teknik pembelajaran
Ialah cara yang dilakukan seorang dalam mengimpelmentasikan suatu metode secara
spesifiki.
6. Taktik pembelajaran
merupakan gaya seorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu
yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama – sama menggunakan metode
ceramah tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam
penyajiannya , yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia
memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of
humor , tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena memang sangat
menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari
13. masing – masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari
guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus
seni (teaching is science and art ).
7. Tips atau trik pembelajaran
Tips atau trik adalah kiat –kiat khusus yang bersifat unik untuk dapat diterapkan secara
khusus dan tepat guna untuk mencapai suatu sasaran. Tip atau trik pembelajaran adalah kiat –
kiat khusus yang bersifat unik untuk dapat diterapkan secara khusus dan tepat dalam
kegaiatan belajar dan mengaja untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Contoh :
tips guru pada saat menghadapi siswa sedang mengantuk dikelas, dll.
8. Tips atau trik pembelajaran
Keywords adalah kata – kata kunci yang memiliki makna dan hubungan yang amat penting
terkait dengan tema, topik, dan judul yang sedang di bahas dalam kegiatan pembelajaran
9. Password atau klik
Adalah suatu tindakan dan atau satu ungkapan yang sangat menarik, unik, dan tepat sasaran
sebagai kunci pembuka untuk membangkitkan gairah pembelajaran sehingga sejak awal
hingga akhir kegiatan belajar mengajar tampak menarik, menantang, dialogis, dan penuh
bermakna bagi peserta didik.
10. Prosedur pembelajaran
Prosedur adalah urutan – urutan mengerjakan sesuatu , misalnya prosedur masak nasi,
prosedur membuat KTP, prosedur pembelajaran adalah urutan – urutan pembelajaran mulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksananaan, dan evaluasi hingga feedback/umpan
balik untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Prosedur umumnya disusun melalui bagian
yang menunjukkan langkah – langkah atau urutan – urutan dari awal hingga akhir kegiatan
pembelajaran.
11. Model pembelajaran
Adalah kerangka konseptual yang melukis kan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merancangkan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar (udin S. Winataputra, 1994 ).[12]
2. Hubungan Pembelajaran dan belajar
Pembelajaran dan belajar merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dan saling
mempengaruhi karena belajar merupakan salah satu bagian dari kegiatan pembelajaran,
sedangkan pembelajaran itu sendiri merupakan usaha untuk menciptakan pengalaman belajar
pada siswa karena pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan
14. lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku pada
siswa dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar siswa.
Jadi belajar dan pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat dan keduanya tidak dapat
dipisahkan dari dunia pendidikan. Balajar merupakan proses yang dilakukan manusia untuk
mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap
(attitudes). Sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfalitasi
dan mendukung guna meningkatkan intensitas dan kualitas belajar peserta didik. Dengan kata
lain, kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mengoptimalkan potensi pada siswa. Dan belajar
merupakan proses yang dilakukan untuk mengoptimalkan potensi tersebut.
15. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Belajar,mengajar,dan pemeblajaran suatu proses untuk mendidik manusia menjadi
lebih baik lagi, yang awalnya tidak tau dengan ada nya proses belajar ,mengajar dan
pembelajaran bisa tau. Jadi dapat disimpulakan konsep, belajar, mengajar, pembelajaran
penting sekali di pelajari.
B. SARAN
Untuk para guru/ atau pengajar sangat perlu di ketahui tentang
konsep,belajar,mengajar, dan pembelajaran ini karna konsep ini sangat penting bagi guru
maupun murid nya. Dengan ada nya konsep ini guru bisa tau bagai mana cara mengajarkan
kepada siswa/ murid .