Dokumen tersebut membahas tentang belajar privat yang merupakan kegiatan belajar secara pribadi di mana siswa mendapat kesempatan untuk belajar sesuai kemampuan dan kecepatannya masing-masing dengan bimbingan langsung dari guru. Prinsip-prinsip penyelenggaraan belajar privat antara lain memberikan kebebasan kepada siswa untuk menentukan cara dan kecepatan belajarnya sendiri serta guru berperan sebagai f
1. Belajar Privat
Belajar privat terdiri dari dua kata yuaitu belajar dan privat. Belajar menurut Syaful Bahri D dan
Aswan Zain (1996: 11) adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Kata
tersebut juga diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku dan latihan. Kata tersebut juga
diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek
atau pengalaman tertentu, dikutip oleh Abin Syamsudin dari berbagai sumber (1996: 110).
Sedangkan menurut Moh. Surya yang dikutip oleh Yeis Sa’diyah (1996: 36) belajar diartikan
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan.
Kata privat memiliki arti pribadi, tersendiri dan partikelir (Depdikbud, 1989: 701). Sedangkan
menurut J.P Chaplin yang diterjemahkan oleh Kartini Kartono (1997: 385) adalah menyinggung
seorang individu sebagai kontras dengan suatu kelompok.
Jadi, jika kata tersebut digabungkan menjadi satu kalimat maka akan bermakna sebagai suatu
perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan secara pribadi (individual). Dan belajar
privat juga bisa diartikan sebagai suatu proses usaha individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang tampak dalam penguasaan pola-pola respon yang baru terhadap lingkungan,
antara lain berupa keterampilan, kebiasaan, sikap, kecakapan, pengetahuan,pengamalan dan lain-
lain. Atau bisa dikatakan aktivitas yang menghasilkan perubahan pada individu yang belajar
baik actual maupun potensial. Sebagai hasil perubahan didapatinya kemampuan baru dan terjadi
karena usaha.
Belajar privat merupakan kegiatan guru dalam menghadapi banyak siswa yang masing-masing
mendapa kesempatan untuk tatap muka dengan guru serta memperoleh bantuan dan bimbingan
guru perseorangan (J.J Hasibuan dkk, 1994: 128).
Hubungan tatap muka antara guru dengan siswa secara perseorangan akan diwarnai oleh hakikat
pengajaran perseorangan seperti yang dikemukakan oleh J.J Hasibuan dkk (1994: 129) sebagai
berikut :
1. Hubungan interpersonal yang sehat dan akrab antara guru dengan siswa dan juga antara
siswa dengan siswa.
2. Siswa belajar sesuai dengan kecepatan, cara, kemampuan dan minatnya sendiri.
3. Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhan
4. Siswa dilibatkan dalam penentuan cara belajar yang akan ditempuh, materi dan alat yang
akan digunakan dan bahkan tujuan yang akan dicapainya.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tidak setiap siswa yang belajar sendiri
tentu ada dalam suasana pengajaran perseorangan peran guru hendaknya sebagai :
1. Organisator kegiatan belajar mengajar
2. Sumber informasi bagi siswa
3. Pendorong siswa untuk belajar
4. Penyediaan materi dan kesempatan belajar bagi siswa
5. Orang yang mendiagnosis kesulitan belajar siswa serta memberikan bantuan yang sesuai
dengan kebutuhan ( J.J Hasibuan, 1994: 129).
B. Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Pengajaran Privat
2. Pengajaran klasikal telah membudaya di negeri ini. Pengajaran klasikal adalah suatu bentuk
penjelasan pengajaran yang memperlakukan sekelompok siswa dalam suatu kelas dengan
pengajaran yang sama, baik mengenai bahan pelajaran, cara pengajaran, serta waktu
pelaksanaannya ( J.J Hasibuan, dkk, 1994: 129).
Salah satu pertimbangan digunakannya pengelolaan pengajaran secara klasikal ialah efisiensi,
yaitu dengan seorang guru, dalam waktu dan tempat yang sama serta dengan cara yang sama
pula, pengajaran dapat menjangkau sejumlah besar siswa, akan tetapi perlu diingat bahwa
efisiensi itu dilihat dari sudut pandang guru, bukan dari sudut padang yang belajar. Padahal
sebenarnya siswa yang paling berkepentingan, baik ditinjau dari kebutuhan maupun dari cara
penguasaan bahan pelajaran. Dalam proses belajar, selalu terdapat perbedaan individual antara
anak yang satu dengan yang lain. Dengan demikian, pengajaran secara klasikal yang dianggap
efisien itu belum tentu dapat mencapai target penguasaan bagi semua siswa karena tingkat
pencapaian penguasaan bahan antar siswa yang satu dengan yang lain sangat bervariasi.
Bertolak dari pemikiran di atas, maka timbul gagasan baru dalam penyusunan strategi, yaitu
pengajaran (privat). Pengajaran perseorangan akan mencoba memberikan kesempatan dan
keleluasaan kepada siswa untuk belajar dan bekerja berdasarkan kemampuannya.
Pengajaran perseorangan memungkinakn siswa untuk belajar dengan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
1. Siswa belajar berdasarkan kemampuan sendiri (tidak bergantung)
2. Siswa bebas menggunakan waktu belajarnya, tetapi bertanggung jawab atas semua
kegiatan yang dilakukannya
3. Siswa mengontrol kegiatan, kecepatan dan intensitas belajarnya dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
4. Siswa menilai sendiri hasil belajarnya
5. Siswa mengetahui sendiri kemampuannya dan hasil belajarnya (J.J Hasibuan, dkk, 1994:
130).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, tampak jelas perbedaan antara pengajaran perseorangan
lebih efektif. Dilihat dari segi kebutuhan siswa, jelas bahwa pengajaran perseorangan lebih
efektif. Dilihat dari segi guru pengajaran klasikal lebih efisien, tetapi jelas kehilangan
keefektifan.
Dalam hal ini J.J Hasibuan, dkk (1994: 131) mengemukakan prinsip-prinsip penyelenggaraan
pengajaran persoerangan secara efektif adalah sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pengajaran perseorangan yang lengkap sukar dilaksanakan karena kita
harus menyusun program individual untuk setiap siswa yang berbeda-beda satu dengan
yang lainnya, baik bahan, metode, media, waktu, maupun tujuan dan lain-lainnya. Yang
dapat kita selenggarakan dalam sistem klasikal ini hanya pengajaran perseorangan
sebagai (partial), artinya; bahan, tujuan dan medianya dapat sama, hanya waktu dan
caranya saja yang berbeda.
2. Tidak semua mata pelajaran cocok disajikan secara perseorangan
3. Dalam pengajaran secara perseorangan, guru perlu mengenal siswa secara pribadi
sehingga kondisi belajar dapat diatur dengan tepat.
4. Kegiatan dalam pengajaran perseorangan dapat berupa bekerja bebas dengan bahan yang
telah siap pakai seperti modul, paket belajar atau dengan bahan yang telah disiapkan oleh
guru sendiri
3. 5. Guru yang telah biasa mengajar secara klasikal, sebelum melaksanakan pengajaran
perseorangan lebih baik memulai dengan pengajaran kelompok kecil, kemudian secara
bertahap mengarah kepada pengajaran perseorangan.
6. Pola umum penyelenggaraan pengajaran perseorangan parsial (bagian) ialah dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
• Pelajaran diawali dengan pertemuan secara klasikal untuk memberi informasi dan
penjelasan tentang tujuan dan tugas yang akan dikerjakan serta hal-hal yang dianggap
perlu.
• Kemudian setiap siswa diberi kesempatan untuk belajar atau melaksanakan tugas secara
perseorangan
• Setelah bahan yang disediakan untuk belajar siswa habis,pelajaran diakhiri dengan
pertemuan secara klasikal kembali, sebagai arena bertukar pikiran berbagai pengalaman,
laporan atau pengukuran hasil kerja tadi.
c. Komponen-komponen Mengajar Privat
Ada empat komponen yang harus dikuasai oleh guru untuk menyelenggarakan pengajaran
perseorangan (privat) seperti yang dikemukakan oleh J.J Hasibuan, dkk., (1994: 129) yaitu :
a). Keterampilan merencakan dan melaksanakan kegaitan belajar dan mengajar
Keterampilan ini menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan program. Guru
harus mampu membuat perencanaan kegiatan belajar secara perseorangan dengan tepat. Ia
dituntut untuk mampu mendiagnosis atau menganalisis pengetahuan-pengetahuan yang telah
dimiliki siswa, kemampuan memahami sesuatu, kecendrungan minat siswa, cara belajar siswa
dan tingkat kedisiplinan siswa. Berdasarkan analisis dan diagnosis tersebut, maka guru dapat
menentukan kondisi dan tuntutan belajar yang memungkinkan siswa memikul tanggung jawab
belajar sendiri.
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar menakup kegiatan-
kegiatan :
• Membantu siswa menetapkan tujuan pelajaran yang dapat dilakukan dengan diskusi atau
menyiapkan bahan-bahan menarik yang mampu menstimuli siswa untuk mencapai tujuan
tertentu.
• Merencanakan kegiatan belajar bersama para siswa yang mencakup pembicaraan tentang
criteria keberhasilan, langkah-langkah kerja, waktu serta kondisi belajar.
• Bertindak atau berperan sebagai penasehat bagi siswa bila diperlukan
• Membantu siswa menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Membantu di sini berarti
memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki dirinya sendiri.
b). Keterampilan Mengorganisasi
Selama kegiatan belajar secara perseorangan berlangsung, guru berperan sebagai organisator
yang mengatur dan memonitor kegiatan belajar dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Dalam
hal ini perlu menguasai keterampilan :
• Memberi orientasi umum tentang tujuan, tugas atau masalah yang akan dipecahkan
sebelum siswa mengerjakan tugas.
• Menvariasikan kegiatan yang mencakup penyediaan ruangan kerja, peralatan, cara kerja
yang diperlukan, serta alokasi waktu yang diperlukan.
4. • Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan serta menggunakan materi
dan sumber sehingga dapat memberikan bantuan pada saat yang tepat.
• Membagi-bagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa sehingga guru siap
datang membantu siapa saja yang memerlukan.
• Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulmulasi (pucak kegiatan) yang dapat berupa laporan
hasil kerja yang dicapai setiap siswa, dan dilanjutkan dengan kesimpulan tentang
kemajuan yang telah dicapai siswa dalam kegiatan belajar itu.
Rangkaian kegiatan tersebut di atas merupakan urutan penting yang harus dilakukan oleh guru
dalam menerapkan cara belajar yang efisien serta menyediakan lingkungan dan sumber yang
efektif bagi siswa
c). Keterampilan Mengadakan Pendekatan secara Peribadi
Salah satu cirri pengajaran perseorangan ialah terjadinya hubungan yang akrab dan sehat antara
guru dan sisw. Hal ini mungkin dapat terjadi apabila guru dapat menciptakan suasan terbuka
sehingga siswa benar-benar merasa bebas dan leluasan untuk mengemukakan pendapatnya serta
penuh keyakinan bahwa guru akan selalu siap mendengarkan dan memperhatikan pendapatnya,
juga bersedia membantu bila diperlukan. Suasana keterbukaan, sehat dan akrab tersebut dapat
diciptakan antara lain dengan cara :
• Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa. Guru selalu cepat
tanggap terhadap kebutuhan siswa.
• Mendengarkan secara simpatik ide-ide yang dikemukakan oleh siswa
• Memberikan respons positif terhadap buah pikiran siswa
• Membangun hubungan saling mempercayai. Sikap saling mempercayai ini dapat
ditunjukkan oleh guru secara verbal (dengan kata-kata), non verbal (ekspresi wajah),
kontak langsung dengan siswa (menepuk bahu) dan sebagainya.
• Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecendrungan untuk mendominasi
atau mengambil alih tugas siswa
• Menerima pesanan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan
• Berusaha mengendalikan situasi sehingga siswa dengan aman, penuh pemahaman,
merasa dibantu serta merasa menemukan alternative pemecahan masalah yang dihadapi
Semua subkomponen keterampilan tersebut akan muncul dalam perbuatan sebagai perwujudan
sikap batin bersedia dan mau membantu.
d). Keterampilan Membimbing dan Memudahkan Belajar
Keterampilan ini memungkinkan guru untuk membantu siswa agar terus maju tanpa mengalami
frustasi. Hal ini dapat dilakukan guru dengan cara:
• Memberikan penguatan yang tepat karena pada dasarnya penguatan merupakan dorongan
yang penting bagi siswa untuk maju.
• Mengadakan supervisi sejak proses, yaitu guru segera berkeliling mendekati setiap siswa
pada saat awal dimulainya kegiatan belajar perseorangan, dengan maksud untuk melihat,
apakah siswa sudah mulai bekerja dengan arah yang benar dan bersedia membantu jika
perlu. Bimbingan pertama yang tepat akan merupakan jaminan bagi timbulnya
semangat dan kepercayaan diri pada siswa untuk melakukan kegiatan.
5. • Mengadakan supervise proses lanjut, yakni kegiatan guru untuk memberikan bantuan
kepada siswa secara selektif bagi yang memerlukan setelah kegiatan belajar
perseorangan berlangsung beberapa lama.
• Mengadakan supervis pemaduan, yakni guru mendatangi setiap siswa, membantu
menilai kemajuannya menyiapkan dan mengarahkannya pada kegiatan akhir yang harus
dicapai dalam waktu yang tersisa untuk mencapai target, laporan yang harus dibuat dan
sebagainya. Dengan kegiatan ini diharapkan pada akhir jam pelajaran, siswa dapat
menyelesaikan tugas yang harus dikerjakannya.
Dalam keempat komponen tersebut diatas ternyata tercakup keterampilan dasar yang
sebelumnya telah dikuasai, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, memberi variasi
dalam mengajar, menjelaskan dan membimbing diskusi kelompok kecil.
6. • Mengadakan supervise proses lanjut, yakni kegiatan guru untuk memberikan bantuan
kepada siswa secara selektif bagi yang memerlukan setelah kegiatan belajar
perseorangan berlangsung beberapa lama.
• Mengadakan supervis pemaduan, yakni guru mendatangi setiap siswa, membantu
menilai kemajuannya menyiapkan dan mengarahkannya pada kegiatan akhir yang harus
dicapai dalam waktu yang tersisa untuk mencapai target, laporan yang harus dibuat dan
sebagainya. Dengan kegiatan ini diharapkan pada akhir jam pelajaran, siswa dapat
menyelesaikan tugas yang harus dikerjakannya.
Dalam keempat komponen tersebut diatas ternyata tercakup keterampilan dasar yang
sebelumnya telah dikuasai, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, memberi variasi
dalam mengajar, menjelaskan dan membimbing diskusi kelompok kecil.