E-learning merupakan bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi untuk memfasilitasi proses belajar mengajar. Teknologi pendukung e-learning antara lain komputer, internet, email dan multimedia. Terdapat berbagai model pengembangan e-learning seperti web course, web centric course, dan web enhanced course.
Artikel pengenalan e learning - pertemuan 14Ismania1912
Pengetahuan dan pembelajaranmerupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan satu sama lain. Pengetahuan yang d idapat oleh seseorang takkan pernah adabila tanpa melalui proses pembelajaran. Sedangkan hakekat daripada pembelajaranitu sendiri adalah untuk memperolehpengetahuan. Dan untuk memperoleh hal-haltersebut, dapat dilakukan dengan mengikutipelatihan atau dapat juga dengan membacabuku.
Artikel pengenalan e learning - pertemuan 14Ismania1912
Pengetahuan dan pembelajaranmerupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan satu sama lain. Pengetahuan yang d idapat oleh seseorang takkan pernah adabila tanpa melalui proses pembelajaran. Sedangkan hakekat daripada pembelajaranitu sendiri adalah untuk memperolehpengetahuan. Dan untuk memperoleh hal-haltersebut, dapat dilakukan dengan mengikutipelatihan atau dapat juga dengan membacabuku.
E-learning adalah teknologi informasi dan komunikasi untuk mengaktifkan siswa untuk belajar kapanpun dan dimanapun (Dahiya,2012). Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001). Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-linelearning, internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based learning.
Ada 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-learning), yaitu:
(a) Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan, dalam hal ini dibatasi pada penggunaan internet,
(b) Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya external harddisk, flaskdisk, cd-rom, atau bahan cetak, dan
(c) Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan.
Di samping ketiga persyaratan tersebut di atas masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya:
(a) Lembaga yang menyelenggarakan dan mengelola kegiatan e-learning,
(b) Sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet,
(c) Rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari dan diketahui oleh setiap peserta belajar,
(d) Sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan
3. METODE PENELITIAN
1. Komponen E-learning
Komponen yang membentuk e-learning menurut Romisatriawahono (2008) adalah :
1. Infrastruktur e-learning
Infrastruktur e-learning merupakan peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat berupa Personal Computer ((PC) yaitu komputer yang dimiliki secara pribadi, jaringan komputer yaitu kumpulan dari sejumlah perangkat berupa komputer, hub, switch, router, atau perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan menggunakan media komunikasi tertentu
2. Sistem dan aplikasi e-learning
Sistem dan aplikasi e-learning yang sering disebut dengan Learning Management System (LMS), yang merupakan sistem perangkat lunak yang memvirtualisasi proses belajar mengajar konvensional untuk administrasi, dokumentasi, laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas dan peristiwa online, program e-learning, dan konten pelatihan
Misalnya, segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar seperti bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian, serta sistem ujian online yang semuanya terakses dengan internet.
3. Konten e-learning
Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk misalnya Multimedia-based Content atau konten berbentuk multimedia interaktif seperti multimedia pembelajaran yang memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk mengoperasikannya atau Text-based Content yaitu konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran
E-learning adalah teknologi informasi dan komunikasi untuk mengaktifkan siswa untuk belajar kapanpun dan dimanapun (Dahiya,2012). Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001). Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-linelearning, internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based learning.
Ada 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-learning), yaitu:
(a) Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan, dalam hal ini dibatasi pada penggunaan internet,
(b) Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya external harddisk, flaskdisk, cd-rom, atau bahan cetak, dan
(c) Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan.
Di samping ketiga persyaratan tersebut di atas masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya:
(a) Lembaga yang menyelenggarakan dan mengelola kegiatan e-learning,
(b) Sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet,
(c) Rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari dan diketahui oleh setiap peserta belajar,
(d) Sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan
3. METODE PENELITIAN
1. Komponen E-learning
Komponen yang membentuk e-learning menurut Romisatriawahono (2008) adalah :
1. Infrastruktur e-learning
Infrastruktur e-learning merupakan peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat berupa Personal Computer ((PC) yaitu komputer yang dimiliki secara pribadi, jaringan komputer yaitu kumpulan dari sejumlah perangkat berupa komputer, hub, switch, router, atau perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan menggunakan media komunikasi tertentu
2. Sistem dan aplikasi e-learning
Sistem dan aplikasi e-learning yang sering disebut dengan Learning Management System (LMS), yang merupakan sistem perangkat lunak yang memvirtualisasi proses belajar mengajar konvensional untuk administrasi, dokumentasi, laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas dan peristiwa online, program e-learning, dan konten pelatihan
Misalnya, segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar seperti bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian, serta sistem ujian online yang semuanya terakses dengan internet.
3. Konten e-learning
Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk misalnya Multimedia-based Content atau konten berbentuk multimedia interaktif seperti multimedia pembelajaran yang memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk mengoperasikannya atau Text-based Content yaitu konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran
Kemajuan teknologi dan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Seiring dengan berkembanganya teknologi dan informasi kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis teknologi informartika menjadi tidak terelakkan lagi. Salah satu contoh dari mekanisme belajar mengajar yang berbasis teknologi informatika adalah pembelajaran elektronik atau yang biasa disebut dengan e-learning.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Tugas sim, theresia hanitalia, , yananto mihadi p., s.e., m.si., cma. pengenalan e learning, 2018.
1. PENGENALAN E-LEARNING
Abstrak : Pada abad 21 ini perkembangan teknologi informasi sudah berkembang secara
pesat, begitu juga dengan dunia pendidikan yang harus mempersiapkan peserta didik
untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut, sehingga
nantinya dapat menghasilkan peserta didik yang tidak gagap teknologi. Konsep klasik
tentang pendidikan yang selama ini berlaku, sedikit demi sedikit mulai berubah. Belajar
dengan fasilitas internet yang dikenal dengan E-Learning dengan mudah telah
menghilangkan batasan ruang dan waktu yang selama ini membatasi dunia pendidikan.
Hakekat e-learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam
format digital melalui teknologi internet.
A. Pendahuluan
Dewasa ini hampir seluruh aspek kehidupan kita tersentuh oleh digital. Berbeda dengan
informasi analog yang sifatnya kontinyu, informasi digital dicirikan dari representasinya
dalam bentuk diskontinyu. Dulu mungkin kita berpikir bahwa kegiatan belajar mengajar
harus dalam ruang kelas (pengajaran konvensional). Dengan kondisi dimana guru atau
dosen mengajar di depan kelas sambil sesekali menulis materi pelajaran di papan tulis.
Beberapa puluh tahun yang lalu pun juga telah dikenal pendidikan jarak jauh. Walaupun
dengan mekanisme yang boleh dibilang cukup ‘sederhana’ untuk ukuran sekarang, tetapi
saat itu metode tersebut sudah dapat membantu orang-orang yang butuh belajar atau
mengenyam pendidikan tanpa terhalang kendala geografis. Memang kita akui, sejak
ditemukannya teknologi Internet, hampir ‘segalanya’ menjadi mungkin. Kini kita dapat
belajar tak hanya anywhere, tetapi sekaligus anytime dengan fasilitas sistem e-Learning
yang ada.
Untuk melihat dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap kegiatan
pembelajaran secara umum, terdapat beberapa istilah yang mirip, seperti: Distance
Education, Distance Learning, Computer Mediated Learning, Computer Aided
Instruction, dsb. Sehingga tak jarang terjadi tumpang tindih dalam penggunaan istilah
tersebut. Tulisan ini sengaja menggunakan istilah e-Learning karena cakupan pengertian
2. yang lebih umum digunakan dan juga menekankan aspek penggunaan TIK dalam
memfasilitasi kegiatan pembelajaran kapan saja, dimana saja.
Berikut adalah pengertian dari beberapa istilah tersebut:
1. Distance Learning, yaitu instructional delivery yang tidak mengharuskan siswa untuk
hadir secara fisik pada tempat yang sama dengan pengajar (Ornager, UNESCO, 2003).
2. Distance Education, yaitu model pembelajaran dimana siswa berada di rumah atau
kantor mereka dan berkomunikasi dengan dosen maupun dengan sesama mahasiswa
melalui e-mail, forum diskusi elektronik, videoconference, serta bentuk komunikasi lain
yang berbasis komputer (Webopedia, 2003).
3. E-Learning, yaitu proses belajar yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan
TIK (Martin Jenkins and Janet Hanson, Generic Center, 2003).
Dari segi infrastruktur, bila yang kita butuhkan dari sistem e-Learning adalah sebatas
aplikasi tutorial yang cukup kita install per PC, kita hanya perlu komputer yang stand
alone. Sebaliknya bila sistem yang kita inginkan benar-benar punya akses kapan saja-
dimana saja, maka kita butuh infrastruktur Internet, baik wireless maupun tidak.
Karakteristik sistem yang terakhir biasa disebut web-based e-Learning.
B. Pengertian
Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang
menguraikan tentang definisi e-Learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi
yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001 ]
yang menyatakan: e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media
Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain. e-Learning adalah sistem pendidikan
yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media
Internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone.
Dari puluhan atau bahkan ratusan definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa
sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses
3. belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-Learning.
e-Learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk
mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang
sedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-
learning, namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa
elektronika sebagai alat bantunya.
e-Learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di
Indonesia. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-
learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari
‘electronica’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti
pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam
pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau
kombinasi dari ketiganya.
Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran
dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet)
untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang
menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui
media internet.
Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik
dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk
mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
C. Mengapa E-Learning?
Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-learning yaitu kelas ‘tradisional’, guru
dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu
pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘e-learning’ fokus
utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung -jawab
untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-learning’ akan ‘memaksa’ pelajar
memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat
4. perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Karakteristik e-learning, antara lain. Pertama, Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di
mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat
berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
Kedua, Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks).
Ketiga, Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di
komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila
yang bersangkutan memerlukannya. Keempat, Memanfaatkan jadwal pembelajaran,
kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi
pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002)
mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang elearning, yaitu :
sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik
dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang
disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu
belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning-nya. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih
personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang
dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar
komputernya.
Banyak hal yang mendorong mengapa e-learning menjadi salah satu pilihan untuk
penyelesaian masalah pendidikan, antara lain: disebabkan karena pesatnya fasilitas
teknologi informasi.
Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan
akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi
tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-Learning ini
membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam
bentuk digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-Learning sudah
banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-
5. Learning di lembaga pendidikan.
D. Teknologi Pendukung E-Learning
Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Dalam perkembangannya,
komputer yang paling populer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran secara electronic,
karena itu dikenal dengan istilah: ((1) computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran
yang sepenuhnya menggunakan komputer; dan (2) computer assisted learning (CAL)
yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer.
Saat pertama-tama komputer mulai diperkenalkan khususnya pada pembelajaran, maka ia
menjadi dikenal atau populer di kalangan anak didik. Bisa dimengerti karena berbagai
variasi teknik mengajar bisa di buat dengan bantuan komputer tersebut.
Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Technology based learning dan Technology
based web-learning. Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio
Information Technologies (radio, audio tape, voice mail telephone) dan Video
Information Technologies (video tape, video text, video messaging). Sedangkan
technology based web-learning pada dasarnya adalah Data Information Technologies
(bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah kombinasi dari
teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video). Teknologi ini juga
sering di pakai pada pendidikan jarak jauh (distance education), dimasudkan agar
komunikasi antara murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning
ini.
Di antara banyak fasilitas internet, menurut Onno W. Purbo (1997), “ada lima aplikasi
standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu email, Mailing
List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW)”.
Sedangkan Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-
learning. Pertama, e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki
secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing
6. pembelajaran dan informasi. Kedua, e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui
komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. Ketiga, e-learning terfokus
pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli
paradikma tradisional dalam pelatihan.
Penggunaan e-learning tidak bisa dilepaskan dengan peran Internet. Menurut Williams
(1999). Internet adalah ‘a large collection of computers in networks that are tied together
so that many users can share their vast resources’.
E. Pengembangan Model
Pendapat Haughey (1998) tentang pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga
kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web
course, web centric course, dan web enhanced course.
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta
didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh
bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran
lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini
menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak
jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan
sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini
pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran
melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber
lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih
banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas
pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan
pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik,
anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran
pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet,
7. membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan
pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani
bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
F. Cara Penyampaian/Pemberian Pembelajaran
Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-learning,
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: (1) One way communication (komunikasi satu
arah); dan (2) Two way communication (komunikasi dua arah).
Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua
arah. Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
(1) Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada saat instruktur
memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan; dan (2) Dilaksanakan
melalaui cara tidak langsung (a-synchronous). Misalnya pesan dari instruktur direkam
dahulu sebelum digunakan.
Karakteristik e-learning ini antara lain adalah: (1) Memanfaatkan jasa teknologi
elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru
dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang (2)
protokoler; (3) Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer
networks); (4) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana
saja bila yang bersangkutan memerlukannya; dan (5) Memanfaatkan jadual pembelajaran,
kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi
pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer;
Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang
tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi terhadap tugas guru
dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran guru,
karena itu disebut the era of teacher. Kini, proses belajar dan mengajar, banyak
didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada masa
mendatang proses belajar dan mengajar akan didominasi oleh peran guru, buku dan
teknologi (the era of teacher, book and technology).
8. Informasi sudah merupakan ‘komoditi’ sebagai layaknya barang ekonomi yang lain.
Peran informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia modern seperti sekarang ini.
Hal ini bisa dimengerti karena masyarakat sekarang menuju pada era masyarakat
informasi (information age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society).
Oleh karena itu tidak mengherankan kalau ada perguruan tinggi yang menawarkan
jurusan informasi atau teknologi informasi, maka perguruan tinggi tersebut berkembang
menjadi pesat.
G. Strategi Penyediaan Sistem e-Learning
Untuk menyediakan sistem e-Learning dalam suatu organisasi, katakanlah institusi
pendidikan, terdapat beberapa pilihan yang dapat kita ambil :
Mengembangkan sendiri. Dengan menjatuhkan pilihan pada pilihan ini, artinya institusi
perlu memiliki tim untuk pengembangan sistem. Disini benar-benar akan digunakan
manajemen proyek dimana alokasi sumber daya manusia (mulai dari manajer proyek,
system analyst, business analyst, system architect, system developer, tester, hingga
documentator), alokasi biaya dan waktu diatur sedemikian rupa sehingga requirements
dapat dicapai sesuai target. Pilihan metodologi pengembangan dan teknologi yang akan
digunakan merupakan ‘hak prerogratif’ tim pengembang dengan memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan yang ada.
Membeli sistem yang sudah ada. Salah satu hal yang bisa digunakan untuk menebak
mengapa suatu organisasi membeli aplikasi perangkat lunak atau perangkat keras adalah
tersedianya anggaran yang dimiliki serta berbagai pertimbangan seperti kemudahan,
khususnya pendeknya waktu implementasi serta layanan pascaimplementasi. Namun
yang perlu diperhatikan dari pilihan ini adalah seringkali fasilitas yang ada terlalu
kompleks dari apa sebenarnya yang dibutuhkan organisasi yang bersangkutan.
Menggunakan open source e-Learning system. Saat ini telah terdapat beberapa sistem e-
Learning berbasis open source seperti Moodle, Claroline, dan yang lainnya. Jelas, bagi
organisasi yang akan memanfaatkan software ini tidak perlu membayar. Lisensi yang
digunakan biasanya adalah GPL atau GNU. Effort yang
9. perlu kita lakukan ketika memutuskan menggunakan sistem ini adalah, kita perlu
mempelajari dokumentasi program, bahkan kalau perlu algoritmaalgoritma yang
digunakan. Tidak adanya layanan pascaimplementasi berarti menuntut penggunanya
untuk terlibat aktif dalam milis-milis atau memperhatikan bug-bug yang mungkin
ditemukan dibelakang hari.
4. Melakukan kustomisasi. Melakukan kustomisasi artinya memanfatkan kembali modul-
modul yang tersedia, baik itu dikembangkan sendiri, dari software open source ataupun
dengan cara membeli dengan tujuan untuk dapat dimodifikasi sesuai requirements yang
dibutuhkan organisasi.
H. Kesimpulan
e-Learning adalah pembelajaran yang memerlukan alat bantu elektronika. Bisa berupa
technology base learning seperti audio dan video atau web-base learning (dengan bantuan
perangkat computer dan internet). Penggunaan teknologi e-learning sebenarnya bisa
dipakai untuk pendidikan tatap muka atau pendidikan jarak jauh tergantung dari
kepentingannya.
e-Learning akan dimanfaatkan atau tidak sangat tergantung bagaimana pengguna
memandang atau menilai e-learning tersebut. Namun umumnya digunakannya teknologi
tersebut tergantung dari: (1). Apakah teknologi itu memang sudah merupakan kebutuhan
(2). Apakah fasilitas pendukungnya yang memadai, (3). Apakah didukung oleh dana yang
memadai dan (4). Apakah ada dukungan dari pembuat kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Herman Suyanto, Mengenal e-learning, www.ipi.or.id, Webpage Diakses Pada
16 Maret 2007.
Hartanto, A.A. dan Purbo, O.W. (2002), Teknologi e-Learning Berbasis PHP dan
MySQL, Jakarta.: Elex Media Komputindo.
R. POPPY YANIAWATI, Peran ”E-Learning” Dalam Pembelajaran, www.pikiran-
rakyat.com/ , Webpage Diakses Pada 16 Maret 2007.
10. Soekartawi (2002a). Prospek Pembelajaran Melalui Internet. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional ‘Teknologi Kependidikan’ yang
diselenggarakan oleh UT-Pustekkom dan IPTPI, Jakarta, 18-19 Juli 2002.
Soekartawi (2002b), e-Learning: Konsep dan Aplikasinya. Bahan-
Ceramah/Makalah disampaikan pada Seminar yang diselenggarakan oleh
Balitbang Depdiknas, Jakarta, 18 Desember 2002.
Soekartawi (2003). E-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa
Mendatang. Makalah disampaikan di seminar nasional di Universitas Petra,
Surabaya, 3 Februari 2003.
Soekartawi, Prinsip Dasar E-Learning: Teori dan Aplikasinya Di Indonesia.
Sutrisno, E-learning di Sekolah dan KTSP, re-earchengines.com, Webpage
Diakses Pada 16 Maret 2007.
Yudi Purnawan, Pengertian E-Learning, yudipurnawan.wordpress.com, Webpage
Diakses Pada 16 Maret 2007.
Putra, Yananto Mihadi. (2018). Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen:
Implementasi Sistem Informasi. FEB - Universitas Mercu Buana: Jakarta