Model pengembangan kurikulum menurut para ahli dibahas dalam dokumen tersebut, mulai dari pendekatan induktif Hilda Taba, model Robinson, Weinstein dan Fantini, Miller dan Seller, Oliva, dan Ralph Tyler. Model-model tersebut memberikan panduan untuk mengembangkan kurikulum melalui berbagai langkah seperti menentukan tujuan, memilih bahan pelajaran, mengorganisasi materi, serta melakukan evaluasi.
2. MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM :
Suatu model dapat membantu berpikir,
konseptualisasi suatu proses,
menunjukkan prinsip-prinsip dan prosedur
yang dapat menjadi pedoman bertindak.
Pengembangan kurikulum dapat dilakukan
dengan berbagai sistem dan cara serta
dituangkan dalam berbagai model.
3. Model Pengembangan Kurikulum menurut para ahli :
PendekatanInduktifHildaTaba
” pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melaksanakan eksperimen, diteorikan dan baru
kemudian diimplementasikan. Pekerjaan tersebut harus
dimulai dari merancang unit-unit pelajaran, bukan dari
perencanaan yang luas. Taba berpendapat gurulah yang
memegang peranan dalam pengembangan kurikulum
dan seharusnya kurikulum tidak diturunkan dari atas
atau pejabat yang berkuasa (top-down).
4. Sebagai guru di Satuan Pendidikan yang secara
langsung menjadi pelaksana model kurikulum yang
diatur oleh Pemerintah. Saya sependapat dengan
model pengembangan kurikulum yang disampaikan
oleh Hilda Taba. Dimana kurikulum semestinya
dikembangkan dengan melihat kemampuan kualitatif dan
kuantitatif di level terbawah pelaksana kurikulum (satuan
pendidikan). Sehingga keberhasilan out put dapat diukur
sesuai kemampuan masing-masing satuan pendidikan.
Yang ideal dari
Pengembangan Kurikulum
IMAM ROFI’I
NIM : 2281131960
5. Diagnosis Kebutuhan
Langkah-langkah
pengembangan Kurikulum
Pada langkah ini guru mulai dengan identifikasi
sejumlah kebutuhan yang merupakan dasar bagi
perencanaan unit. Banyaknya kebutuhan tergantung
pada sifat unit tersebut
Perumusan Tujuan
Perumusan tujuan harus meliputi:
a. konsep-konsep dan gagasan-gagasan yang
akan dipelajari
b. sikap, perasaan dan kepekaan yang akan
dikembangkan
c. cara-cara berpikir yang harus dirangsang
dan diperkuat
d. keterampilan-keterampilan yang harus
dikuasai e. kebiasaan-kebiasaan
Pemilihan Bahan / isi
Dalam memilih bahan perlu ada kriteria. Menurut
Taba ada dua kriteria pokok sebagai pegangan, yaitu;
yang bersifat logis yaitu bahan, konsep-konsep
fundamental dan mata pelajaran atau disiplin ilmu,
yang bersifat psikologis yaitu tingkat perkembangan
bahan harus sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
6. Pengorganisasian isi / bahan
Langkah-langkah
pengembangan Kurikulum
Kriteria pemilihan bahan juga merupakan dasar
pengorganisasian bahan. Setiap penyusunan bahan dan
penyusunan kegiatan yang berurutan harus
mengutamakan perkembangan keterampilan kognitif.
Metode mengembangkan berpikir sangat dipentingkan
oleh Taba. Dalam mengorganisasi bahan, langkah pertama
adalah menetapkan topik, kemudian menetapkan gagasan
pokok sehubungan dengan topik tersebut. Langkah
selanjutnya adalah menetapkan dimensi topik yaitu
merinci gagasan pokok lebih lanjut.
Pemilihan dan
Pengorganisasian
Pengalaman Belajar
Pengalaman harus mencakup berbagai
kegiatan mental fisik seperti membaca,
mengarang, mengamati, riset, menganalisis,
diskusi, melukis, drama, bekerja dalam
kelompok untuk mengembangkan self-
ekspresi dan partisipasi sosial.
Penentuan Apa Yang Harus
Dievaluasi, dan Cara Serta Alat
Untuk Melakukannya
Langkah berikutnya menentukan apakah
sudah tercapai untuk mengadakan
diagnosis-rencana kurikulum, menilai
perubahan tingkah laku pebelajar baik
secara formal maupun informal. Penilaian
ini memungkinkan guru melihat validitas
unit. Untuk selanjutnya dapat direvisi dan
diperbaiki bilamana perlu.
7. Model
Robinson :
Robinson, Ross dan White (dalam Kaber, 1989)
mengembangkan suatu model yang berfokus pada
penyelidikan/ inkuiri dan pemecahan masalah. Rancangan
disusun sedemikian rupa sehingga menjamin program
penyelidikan yang terintegrasi dengan kurikulum
madrasah/sekolah. Pendekatan Robinson dimulai dengan
penyusunan tugas khusus yang biasanya dilakukan oleh
guru/pembina kurikulum dalam setiap perencanaan.
8. Model Weinstein dan Fantini
Mengenal atau
memahami peserta
didik/anak,
mempelajari
karakteristik,
perkembangan,
tingkat ekonomi,
tempat tinggal, latar
belakang suku,
kebudayaan dan
sebagainya. Dalam
hal ini yang lebih
diperhatikan adalah
karakteristik umum,
bukan keunikan
individual.
Mempelajari atau
menganalisis
masalah anak. Hal ini
menyangkut
ketenangan batin
anak secara
mendalam maupun
ketidaktenangannya.
Masalah ini sering
berhubungan dengan
citra diri (self-image)
dan tidak terlepas
hubungannya dengan
lingkungan.
Mengadakan
diagnosis dengan
jalan mengatur
strategi untuk
mengatasi masalah.
Hal ini dilakukan
dengan jalan
mengadakan
interpretasi
mendalam terhadap
diri anak, termasuk
hal-hal yang dibalik
pernyataan tersebut.
9. Model Miller dan Seller :
menyusun suatu model yang lebih
komprehensif berdasarkan pandangan
mereka tentang kurikulum.
- Orientasi
- Tujuan
- Pengalaman Belajar dan Strategi Mengajar
- Implementasi
- dan, Evaluasi
10. Pengembangan Kurikulum Model Oliva
Oliva berusaha menyusun suatu
model yang memenuhi tiga kriteria,
yaitu sederhana, komprehensif, dan
sistematik. Kedua belas komponen
proses pengembangan berikut
menggambarkan langkah demi
langkah pengembangaan kurikulum
yang komprehensif.
Model Oliva yang telah disempurnakan
mengikuti langkahlangkah berikut: a.
Menentukan kebutuhan pebelajar umumnya b.
Menentukan kebutuhan masyarakat c.
Menuliskan pernyataan tentang filsafat dan
tujuan pendidikan d. Menentukan kebutuhan
pebelajar tertentu e. Menentukan kebutuhan
masyarakat tertentu/lingkungan sekolah f.
Menentukan kebutuhan akan mata pelajaran g.
Menentukan tujuan kurikulum sekolah.
h. Menentukan tujuan kurikuler sekolah lebih lanjut
(lebih khusus) i. Mengorganisasi dan
mengimplementasikan kurikulum j. Menentukan
tujuan umum pembelajaran k. Menentukan tujuan
khusus pembelajaran l. Memilih strategi
pembelajaran m. Memulai pemilihan strategi
evaluasi n. Mengimplementasikan strategi
pembelajaran o. Memilih strategi akhir evaluasi p.
Mengevaluasi pembelajaran dan memodifikasi
komponenkomponennya q. Mengevaluasi
kurikulum dan memodifikasi
komponenkomponennya
11. Model
Ralph Tyler
: Pada tahun 1949 Ralph Tyler menerbitkan buku kecil
berjudul Basic Principles of Curriculum and Instruction
yang sangat berpengaruh terhadap bidang pengembangan
kurikulum. Tyler mengidentifikasi empat pertanyaan
mendasar yang harus dijawab dalam pengembangan
kurikulum.
Evaluasi menurut Tyler hendaknya tidak hanya berbentuk
tes tertulis akan tetapi juga berupa observasi, hasil
pekerjaan siswa, kegiatan dan partisipasinya serta
menggunakan metode-metode lainnya agar diperoleh
gambaran yang lebih komprehensif tentang taraf
tercapainya tujuan pendidikan.
12. Model Robert S. Zais
Model Administratif :
Model ini dikenal dengan adanya
garis staf atau model dari atas ke
bawah (top-down). Kerja atau alur
model ini adalah: pejabat pendidikan
membentuk panitia pengarah yang
biasanya terdiri atas pengawas
pendidikan, kepala sekolah, pengajar.
Model Dari Bawah (Grass-Roots) Karena model
ini disebut model dari bawah maka inisiatif
pengembangan kurikulum berada di tangan
staf pengajar sebagai pelaksana pada suatu
sekolah atau pada beberapa sekolah sekaligus.
Model ini didasarkan pada pandangan bahwa
implementasi kurikulum akan lebih berhasil jika
staf pengajar sebagai pelaksana sudah sejak
awal diikutsertakan dalam pengembangan
kurikulum
Model Demonstrasi Pembaharuan kurikulum
dilakukan oleh sejumlah staf pengajar dalam
satu sekolah yang terorganisasi. Jika hasil
pembaharuan tersebut berhasil maka
sekolah lainnya mengadopsinya. Selain
secara formal, hal ini dapat juga
dilaksanakan secara tidak formal. Oleh
karena itu, staf pengajar bekerja dalam
bentuk organisasi terstruktur atau bekerja
sendiri-sendiri.