2. The Administrative Model
◦ Model pengembagan kurikulum The Administrative Model merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal.
Diberi nama model administrative atau line staff karena inisiatif dengan gagasan pengembangan datang dari para
administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi.
◦ Dalam model ini pejabat pendidikan membentuk panitia pengarah (steering commitee) yang biasanya terdiri atas
pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan guru-guru inti. Panitia pengarah ini bertugas merumuskan rencana umum,
prinsip-prinsip, landasan filosofis, dan tujuan umum pendidikan.
◦ Selanjutnya mereka membentuk kelompok-kelompok kerja sesuai keperluan. Anggota-anggota kelompok kerja
umumnya terdiri atas guru-guru dan spesialis-spesialis kurikulum. Tugasnya adalah merumuskan tujuan kurikulum
yang spesifik, menyusun materi, kegiatan pembelajaran, sistem penilaian, dan sebagainya sesuai dengan kebijakan
steering committee. Hasil pekerjaannya direvisi oleh panitia pengarah. Jika dipandang perlu akan diadakan uji coba
untuk meneliti kelayakan pelaksanaannya. Hal ini dikerjakan oleh suatu komisi yang ditunjuk oleh panitia pengarah
dan keanggotaannya terdiri atas sebagian besar kepala-kepala sekolah. Apabila pekerjaan itu telah selesai, diserahkan
kembali kepada panitia pengarah untuk ditelaah kembali, baru kemudian diimplementasikan.
3. Model Grass Roots
◦ Model Grass Roots adalah model pengembangan kurikulum yang dimulai dari bawah. Dalam prosesnya
pengembangan kurikulum ini diawali atau dimulai dari gagasan dan ide guru-guru sebagai tim pengajar.
Model ini lebih demokratis karena digagas sendiri oleh pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan bisa
dimulai dari unit yang paling terkecil dan spesifik hingga ke yang lebih besar.
◦ Model grass roots lebih dikenal dengan nama pendekatan bottom-up, yaitu model pengembangan
kurikulum yang berlangsung dari bawah ke atas. Model ini muncul karena beberapa sebab, antara lain
yaitu dianggap guru yang paling tahu kebutuhan kelasnya, karena ia merupakan perencana, pelaksana,
dan penyempurnaan dari pembelajaran di kelasnya. Sehingga guru lah yang dianggap paling kompeten
menyusun kurikulum bagi kelasnya.
4. Model Sistem Beauchamp
Menurut Beauchamp Kurikulum merupakan suatu perencanaan dalam pendidikan atau pengajaran. (Husaini, 2019). Model
pengembangan Kurikulum ini dikembangkan oleh Beauchamp dengan menghadirkan lima langkah dalam pengembangan Kurikulum,
yaitu:
1. Menentukan area atau area di mana kurikulum berisi, area yang disediakan oleh sekolah, kabupaten, wilayah, kabupaten, provinsi,
kabupaten, atau negara.
2. Menentukan pihak-pihak yang akan terlibat dalam pengembangan kurikulum bersama dengan tugas yang akan dilakukan.
3. Menentukan prosedur yang harus dikejar, yaitu perumusan tujuan (umum dan spesifik), memilih konten dan pengalaman belajar, dan
menentukan alat dan jenis evaluasi.
4. Implementasi Kurikulum. Agar implementasi kurikulum baru menjadi efektif, diperlukan dukungan dari berbagai sumber, seperti
guru, biaya, fasilitas, manajemen, dan sebagainya.
5. Evaluasi Kurikulum: merupakan langkah terkhir yang mencakup 4 hal yaitu: evaluasi pelaksanaan kurikulum oleh tenaga pengajar,
evaluasi design kurikulum, evaluasi hasil belajar peserta didik, evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.
5. Model Hilda Taba
Model pengembangan kurikulum Taba adalah model yang memodifikasi model dasar Tyler. Adapun langkah-langkah
dalam proses pengembangan kurikulum Taba adalah :
◦ Langkah 1: Diagnosis kebutuhan
◦ Langkah 2: Perumusan tujuan
◦ Langkah 3: Pemilihan konten
◦ Langkah 4: Organisasi konten
◦ Langkah 5: Pemilihan pengalaman belajar
◦ Langkah 6: Organisasi pengalaman belajar
◦ Langkah 7: Penentuan apa yang akan dievaluasi dan cara serta sarana untuk melakukannya.
6. Berdasarkan hal tersebut, kita dapat mengetahui bahwa langkah-langkah yang digunakan Taba dalam mengembangkan
kurikulum adalah diagnosis kebutuhan, formulasi pokok-pokok, seleksi isi, organisasi isi, seleksi pengalaman belajar,
organisasi pengalaman belajar, dan penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan cara untuk melakukannya.
7. Model Rogers
◦ Model pengembangan kurikulum yang disebut dengan model Relasi Interpersonal Rogers.
◦ Ada empat langkah pengembangan kurikulum model rogers diantaranya adalah:
1. Pemilihan satu sistem pendidikan sasaran
2. Pengalaman kelompok yang intensif bagi guru
3. Pengembangan satu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu kelas atau unit pelajaran.
4. Melibatkan orangtua dalam pengalaman kelompok yang intensif.
5. Rogers lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rencana pengembangan kurikulum tertulis,
yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam pengembangan kelompok intensif yang terpilih.
8. Daftar Pustaka
Usmar Ali. 2017. Model-Model Pengembangan Kurikulum dalam Proses Kegiatan Belajar. Jurnal An-Nahdhah, No 2.
Vol 11
Hidayani, M. (2018). Model Pengembangan Kurikulum. At-Ta'lim: Media Informasi Pendidikan Islam, 16(2), 375-394.
Rachmawati, A., & FPBS, D. P. B. J. PENDEKATAN DAN MODEL KURIKULUM.
Fitriyah, I. (2020). MANAJEMEN KURIKULUM DALAM PERSPEKTIF BEAUCHAMP. JUMPA: Jurnal Manajemen
Pendidikan, 1(1), 1627.