SlideShare a Scribd company logo
Sayyidah
Teknik kimia
Hijab (Pembatas ) antara Ikhwan dan Akhwat
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya hijab di kalangan aktivis
dakwah:
Pertama, pemahaman. Walaupun telah dipenuhi atribut sebagai aktivis, masih
banyak yang belum faham tentang hijab itu sendiri. Demikian juga norma-
norma yang lain. Banyak di antara mereka yang ‟tersandung‟ terlebih dahulu
baru kemudian benar-benar memahami urgensi hijab bagi perjalanan dakwah
yang sedang diperjuangkan. Kendati pemahaman dapat diasah melalui bacaan,
pengalaman memang lebih mengena ke sanubari orang yang mengalaminya.
Kedua, ukhuwah yang kurang erat di tengah mereka. Ukhuwah sesama Akhwat
yang renggang menyebabkan seorang Akhwat lebih suka curhat kepada seorang
Ikhwan. Atau sebaliknya, karena sibuk menghandle beberapa kegiatan, akhirnya
kurang arif melihat bahwa di antara sesama Ikhwan ada yang sedang mengalami
masalah prbadi. Kadang-kadang kecenderungan yang terjadi lebih ke lawan
jenis daripada kepada sesamanya. Fenomena inilah yang harus disikapi lebih
awal. Ikatan hati antara Akhwat dengan sesama Akhwat, dan Ikhwan dengan
sesama Ikhwan harus diperkuat.
Ketiga, kurang kontrol, baik dari murabbi atau dari dewan syuro lembaga
dakwah kampus. Seringkali yang muncul adalah komentar-komentar tanpa
solusi konkrit. Tidak jarang pula karena tidak ada rujukan yang benar-benar
dapat dijadikan teladan. Hal ini cukup dilematis bagi aktivis yang berstatus
junior yang ingin proaktif.
Ketika rambu-rambu pribadi kita agak redup, ada beberapa sikap yang semakin
menjerumuskan kita dari penjagaan hijab ini. Boleh jadi tindakan ini telah
sering kita lakukan, secara lambat laun membuat hijab kita semakin
terkontaminasi. Di antara sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pandangan.
Pandangan merupakan langkah awal yang biasa digunakan syetan untuk
merusak hati seorang laki-laki atau seorang perempuan terhadap lawan jenisnya.
“Dari mata turun ke hati“ bukanlah sekedar pameo. Karena itu Rasulullah Saw
melarang Ali bin Abi Thalib memandang seorang perempuan untuk kedua
kalinya sebab ia merupakan anak panah syetan. Allah pun telah mengingatkan
dalam Surah An Nuur : 30, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,
hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.
Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat.“
2. Senyuman.
Senyuman memang merupakan sedekah yang paling mudah dan paling murah.
Senyuman akan bermakna positif pada orang yang tepat, pada saat yang tepat
dan dalam durasi waktu yang tepat pula. Namun maknanya akan terasa berbeda
jika senyuman itu diberikan pada lawan jenis dengan tatapan mata yang penuh
arti dan frekuensi yng cukup sering.
3. Ucapan.
Komunikasi memang sangat diperlukan antar sesama aktivis dakwah. Perlu
digaris bawahi agar perkataan yang terlontar dalam pembicaraan agenda
dakwah tidak menyinggung hal-hal personal apalagi bersifat sensitif. Ucapan
akan mengundang makna implisit jika diekspresikan dengan penuh perasaan.
Ucapan kita akan terpengaruh jika dibawa bercanda, menghibur atau bersimpati
pada lawan jenis. Karena bahaya lidah tak bertulang inilah maka Rasulullah
Saw menyebutkan dalam salah satu haditsnya agar kita senantiasa berbicara
yang baik atau lebih baik diam.
4. Kunjungan.
Salah satu cara mempererat silaturahim adalah dengan mengunjungi saudara.
Dengan demikian ukhuwah akan semakin kuat dan harmonis. Namun
kunjungan antara pria dan wanita dapat berdampak lain. Terkadang kunjungan
dibuat dengan cover meminjam catatan, diskusi tentang tugas akhir semester,
follow up syuro yang tidak sempat dibahas di kampus, konsultasi keislaman dan
banyak topeng lainnya. Perlahan-lahan kunjungan formal ini menjadi kunjungan
yang lebih bersifat prifacy.
5. Hadiah.
“Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai“, sabda
Rasulullah Saw. Trik ini sangat bagus digunakan untuk menambah kehangatan
persahabatan antar sesama Akhwat atau sesama Ikhwan seperti dalam acara
tukar kado atau Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT). Tidak sedikit pula kita
menyalah artikan pemberian ketika hadiah itu berasal dari lawan janis.
Kemudian timbul perasaan ge-er yang membuka pintu-pintu rusaknya hati,
karena tipisnya tameng untuk itu.
Sadar atau tidak, tindakan di atas adalah rangkaian pintu masuk syetan yang
merupakan bagian dari langkah-langkah syetan untuk menjauhkan kita dari
ridho Allah Swt. Kita harus senantiasa mawas diri bahwa dari setiap aliran
darah ini musuh kita laknatullah tersebut akan selalu mengintai peluang untuk
melengahkan kita. Terlepas kepada siapa kita melakukannya, orang yang faham
atau orang yang awam. Seperti yang ditegaskan Allah dalam al-Quran Surah al-
Baqarah: 208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam
secara menyeluruh. Janganlah kamu menuruti langkah-langkah syetan.
Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.“
Untuk membentengi diri dari godaan ini, ada tiga penguasaan yang harus kita
miliki.
Pertama, penguasaan ilmu. Keimanan perlu ditopang dengan ilmu. Mengetahui
ilmu tidak cukup hanya sekedar mengenal sebab, yang lebih penting adalah
memahaminya. Sesungguhnya dengan mengunakan jilbab syar‟i seorang
Akhwat telah membuat perisai untuk dirinya yang menunjukkan izzah seorang
Muslimah. Dari penampilan fisik saja sebenarnya kita telah menghijabi diri dari
kemungkinan berbuat di luar jalur. Masih banyak ilmu-ilmu lainnya yang harus
digali untuk semakin meningkatkan kualitas diri seorang Muslim. Ilmu bisa
datang dari mana saja, siapa saja dan kapan saja, selagi kita menguatkan azzam
dan meluruskan niat bahwa kita menuntut ilmu dalam rangka beribadah kepada
Allah Swt, “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat“ (Q.S. Al Mujadalah : 11).
Kedua, penguasan ma‟nawi. Seorang yang faham dengan sesuatu belum tentu
komit dengan pengetahuannya. Dia harus berlatih mengendalikan hawa
nafsunya di bawah kendali iman. Begitu juga halnya dengan pemahaman
seorang aktivis harokah, bisa saja luntur ketika keimanannya memudar.
Pengetahuannya tentang etika pergaulan pria dan wanita menjadi redup, seredup
cahaya imannya. Salah satu obatnya adalah dengan membasahi rohaninya yang
kering dengan istighfar dan dzikrullah. Harus selalu dicamkan dalam hati bahwa
kita menjaga diri ini tidak mengenal lingkungan di mana kita berada. Sejatinya,
kemanapun kita melangkah, seiring dengan bertambahnya ilmu, orang ammah
(umum) dapat melihat niai-nilai Islami tersebut terpancar dari tingkah polah
kita. Normal jika tidak sedikit yang berbuat khilaf di tengah usahanya
memperbaiki diri. Kewajiban kita adalah selalu berusaha untuk menjadi lebih
baik.
Ketiga, penguasaan aplikasi. Penguasan ilmu dan stabilitas ma‟nawiyah belum
cukup sempurna jika respon-respon gerak belum tumbuh. Seorang aktivis yang
menguasai ilmu akan memberikan reaksi yang tepat terhadap aksi-aksi yang
muncul di sekitarnya serta mampu memberikan input bagi lingkungannya. Ia
tidak reaksioner terhadap aksi-aksi negatif serta lebih bijaksana menyikapi suatu
tantangan dari berbagai sudut pandang. Pola pikir yang broad-mainded ini akan
kelihatan manfaatnya ketika ia mengambil keputusan dalam pergaulan sesama.
Ia tidak akan cepat ge-er dan tidak akan membuat ge-er orang lain. Wibawanya
sebagai seorang Muslim tetap terjaga.
Jadi seorang aktivis dakwah yang telah mempunyai penguasaan materi
keilmuan (kognitif), kestabilan ma‟nawi (afektif) dan penguasaan gerak amal
(evaluatif) akan terjaga komitmennya terhadap tarikan-tarikan buruk.
Seyogyanya, dengan pemahaman ini, eksistensi hijab tidak mengurangi kinerja
aktivis dalam gerak organisasinya. Program-program dakwah dapat
direalisasikan jika Ikhwan-Akhwat saling bersinergi, yang ditunjang dengan
ukhuwah yang kental. Sangat diharapkan, lembaga dakwah kampus mampu
mengenjot potensi kader-kadernya terutama yang berada di posisi kunci.
Sehingga dapat menyelesaikan kerja-kerja dakwah dengan optimal yang
hasilnya juga dapat dirasakan oleh masyarakat, bukan hanya komunitas Ikhwan-
Akhwat atau civitas akademika saja. Tulisan ini tidak bermaksud untuk
menggurui tetapi lebih mengingatkan kita semuanya. Karena tentunya kita tidak
ingin menjadi manusia yang merugi. Allah telah berfirman dalam al-Quran
Surat al‟Ashr: 1-3, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu berada dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh,
saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan saling nasehat-menasehati
dalam kesabaran“. Wallahu‟alam.
Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat masih saja terjadi dan hal itu
bisa disebabkan karena:
1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat.
2. Sudah mengetahui namun belum memahami.
3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan.
4. Sudah mengetahui dan memahami namun tergelincir karena lalai.
Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat
Berikut ini adalah pelanggaran-pelanggaran yang masih sering terjadi:
1. Pulang Berdua
Usai rapat , karena pulang ke arah yang sama maka akhwat pulang bersama di
mobil ikhwan/motor ikhwan. Berdua saja. Dan musik yang diputar masih lagu
dari Peterpan pula ataupun lagu-lagu cinta lainnya.
2. Rapat Berhadap-Hadapan
Rapat dengan posisi berhadap-hadapan seperti ini sangatlah cair‟ dan rentan
akan timbulnya ikhtilath. Alangkah baiknya – bila belum mampu menggunakan
hijab – dibuat jarak yang cukup antara ikhwan dan akhwat.
3. Tidak Menundukkan Pandangan (Gadhul Bashar)
Bukankah ada pepatah yang mengatakan, Dari mana datangnya cinta? Dari
mata turun ke hati. Maka jangan kita ikuti seruan yang mengatakan, Ah, tidak
perlu gadhul bashar, yang penting kan jaga hati!Namun, tentu aplikasinya tidak
harus dengan cara selalu menunduk ke tanah sampai-sampai menabrak dinding.
Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau mata
semu/samping.
4. Duduk/Jalan Berduaan
Duduk berdua di taman sekolah/kantin/warung untuk berdiskusi Islam
(mungkin). Namun apapun alasannya, bukankah orang-orang tidak ambil pusing
dengan apa yang sedang didiskusikan karena yang terlihat di mata mereka
adalah aktivis berduaan, titik. Maka menutup pintu fitnah ini adalah langkah
terbaik kita.
5. „Memesan‟ Untuk Menikah
“Bagaimana, ukh? Tapi nikahnya tiga tahun lagi. Habis, ana takut antum
diambil orang”. Sang ikhwan belum lulus sekolah sehingga „memesan‟ seorang
akhwat untuk menikah suatu saat nanti karena takut kehilangan, padahal tak
jelas juga kapan akan menikahnya. Hal ini sangatlah riskan.
6. Menelepon yang Tidak Urgen (penting)
Menelepon dan mengobrol tak tentu arah, yang tak ada nilai urgensinya.
7. Ber-SMS yang Tidak Urgen
Saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada kaitannya dengan
da‟wah, sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya.
8. Berbicara Mendayu-dayu
“Deuu Akhiii, antum bisa aja deh..!”, ucap sang akhwat kepada seorang ikhwan
sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit manja.
9. Bahasa yang Akrab
Via SMS, via kertas, via fax, via email, via FS, via FB, ataupun via YM.
Message yang disampaikan begitu akrabnya, “Oke deh Pak fulan, nyang penting
rapatnya lancar khaaan. Kalau begitchu.., ngga usah ditunda lagi yah, otre deh :)
“. Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan-akhwat tetaplah
bukan sepasang suami istri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya.
Walau ini hanya bahasa tulisan namun dapat membekas di hati si penerima
ataupun si pengirim sendiri. Jadi maksiat hati.
10. Curhat
“Duh, bagaimana ya…, ane bingung nih, banyak masalah begini dan begitu,
akh”. Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian
dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu tribulasi da‟wah.
Apatah lagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan da‟wah
lagi.
11 Yahoo Messenger/FS/FB/Chatting Yang Tidak Urgen
YM dan sejenisnya termasuk fasilitas. Tidaklah berdosa bila ingin
menyampaikan hal-hal „penting‟ di sini. Namun, menjadi bermasalah bila topik
pembicaraan melebar kemana-mana dan tidak fokus pada da‟wah karena
kholwat virtual bisa saja terjadi.
12. Bercanda ikhwan-akhwat
“Biasa aza lagi, ukhtiii… hehehehe”, ujar seorang ikhwan sambil tertawa.
Bahkan, mungkin karena terlalu banyak syetan di sekeliling, sang akhwat
hampir saja mencubit lengan sang ikhwan. (astaghfirullaaah)
Dalil untuk nomor 1-5:
a. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang
tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan”.(HR.Ahmad)
b. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,
hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.”
(QS.24: 30)
c. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.”(QS.24: 31)
d. Rasulullah SAW bersabda, “Pandangan mata adalah salah satu dari panah-
panah iblis, barangsiapa menundukkannya karena Allah, maka akan dirasakan
manisnya iman dalam hatinya.”
e. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Ali, janganlah engkau ikuti pandangan
yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya boleh melakukan
pandangan yang pertama, sedang pandangan yang kedua adalah risiko bagimu.”
(HR Ahmad)
Dalil untuk nomor 6-12:
“… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit di dalam hatinya…” (QS. Al Ahzab: 32)
Penutup
Di dalam Islam, pergaulan laki-laki dan perempuan sangatlah dijaga. Kewajiban
berjillbab, menundukkan pandangan, tidak berkholwat (berduaan), tidak
ikhtilath (bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara (mendayu-dayu) dan
dorongan Islam untuk segera menikah, itu semua adalah penjagaan tatanan
kehidupan sosial muslim agar terjaga kehormatan dan kemuliaannya.
Kehormatan seorang muslim sangatlah dipelihara di dalam Islam, sampai-
sampai untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. “Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra:32).

More Related Content

What's hot

Rukun al fahmu pt 6
Rukun al fahmu pt 6Rukun al fahmu pt 6
Rukun al fahmu pt 6
Amiruddin Ahmad
 
Nota tkt 5 17
Nota tkt 5 17Nota tkt 5 17
Nota tkt 5 17
atikajalil
 
Berguguran di jalan dakwah
Berguguran di jalan dakwahBerguguran di jalan dakwah
Berguguran di jalan dakwah
Aji Diiart
 
Membangun generasi_qurani
 Membangun generasi_qurani Membangun generasi_qurani
Membangun generasi_quraniMastudiar Daryus
 
Buletin lds 01
Buletin lds 01Buletin lds 01
Buletin lds 01
Hafidz Gress
 
Risalah untuk wanita muminah ramadhan albuthy
Risalah untuk wanita muminah ramadhan albuthyRisalah untuk wanita muminah ramadhan albuthy
Risalah untuk wanita muminah ramadhan albuthy
Nur Anita Okaya
 
Pai adab berkawan
Pai adab berkawanPai adab berkawan
Pai adab berkawan
Ieman Nur Sufiah
 

What's hot (8)

Rukun al fahmu pt 6
Rukun al fahmu pt 6Rukun al fahmu pt 6
Rukun al fahmu pt 6
 
Nota tkt 5 17
Nota tkt 5 17Nota tkt 5 17
Nota tkt 5 17
 
Berguguran di jalan dakwah
Berguguran di jalan dakwahBerguguran di jalan dakwah
Berguguran di jalan dakwah
 
Membangun generasi_qurani
 Membangun generasi_qurani Membangun generasi_qurani
Membangun generasi_qurani
 
Buletin lds 01
Buletin lds 01Buletin lds 01
Buletin lds 01
 
Risalah untuk wanita muminah ramadhan albuthy
Risalah untuk wanita muminah ramadhan albuthyRisalah untuk wanita muminah ramadhan albuthy
Risalah untuk wanita muminah ramadhan albuthy
 
Hadis ghulam dakwah
Hadis ghulam dakwahHadis ghulam dakwah
Hadis ghulam dakwah
 
Pai adab berkawan
Pai adab berkawanPai adab berkawan
Pai adab berkawan
 

Similar to Tugas hijab

Khutbah Jumat
Khutbah Jumat Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
metagajool
 
AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI.docx
AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI.docxAKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI.docx
AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI.docx
zeashakila
 
Mujahadah an nafs
Mujahadah an nafsMujahadah an nafs
Mujahadah an nafs
Eko Setyawan
 
problematika perbuatan baik
problematika perbuatan baikproblematika perbuatan baik
problematika perbuatan baikAula Nikmah
 
Akhlaq dalam pergaulan 12
Akhlaq dalam pergaulan 12Akhlaq dalam pergaulan 12
Akhlaq dalam pergaulan 12
Arsyad Qolbun
 
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islamyuniarkowahyu
 
Akhlak
Akhlak Akhlak
Akhlak
yuliartiramli
 
Adab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmuAdab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmu
ncs7797
 
Bahaya Dosa dan Maksiat.
Bahaya Dosa dan Maksiat.Bahaya Dosa dan Maksiat.
Bahaya Dosa dan Maksiat.
Idrus Abidin
 
Bercermin dengan aib sendiri
Bercermin dengan aib sendiri Bercermin dengan aib sendiri
Bercermin dengan aib sendiri
Acep ZSM
 
Jaim Itu Penting
Jaim Itu PentingJaim Itu Penting
Jaim Itu Penting
tammi prastowo
 
Berperang melawan syetan
Berperang melawan syetanBerperang melawan syetan
Berperang melawan syetan
Helmon Chan
 
Menahan rasa ingin maksiat
Menahan rasa ingin maksiatMenahan rasa ingin maksiat
Menahan rasa ingin maksiat
MediaSiana
 
Dai Reformis (Aktivis Dawah).pptx
Dai Reformis (Aktivis Dawah).pptxDai Reformis (Aktivis Dawah).pptx
Dai Reformis (Aktivis Dawah).pptx
EMARMUAMAR1
 
Agama Islam Kelas 12 - NASIHAT
Agama Islam Kelas 12 - NASIHATAgama Islam Kelas 12 - NASIHAT
Agama Islam Kelas 12 - NASIHAT
maghfiraputeri
 

Similar to Tugas hijab (20)

13 04-2013 (02)
13 04-2013 (02)13 04-2013 (02)
13 04-2013 (02)
 
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
 
AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI.docx
AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI.docxAKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI.docx
AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI.docx
 
Mujahadah an nafs
Mujahadah an nafsMujahadah an nafs
Mujahadah an nafs
 
problematika perbuatan baik
problematika perbuatan baikproblematika perbuatan baik
problematika perbuatan baik
 
Akhlaq dalam pergaulan 12
Akhlaq dalam pergaulan 12Akhlaq dalam pergaulan 12
Akhlaq dalam pergaulan 12
 
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam
 
Akhlak
Akhlak Akhlak
Akhlak
 
Adab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmuAdab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmu
 
Bahaya Dosa dan Maksiat.
Bahaya Dosa dan Maksiat.Bahaya Dosa dan Maksiat.
Bahaya Dosa dan Maksiat.
 
Bercermin dengan aib sendiri
Bercermin dengan aib sendiri Bercermin dengan aib sendiri
Bercermin dengan aib sendiri
 
Jaim Itu Penting
Jaim Itu PentingJaim Itu Penting
Jaim Itu Penting
 
Mencegah perilaku tercela
Mencegah perilaku tercelaMencegah perilaku tercela
Mencegah perilaku tercela
 
Mencegah perilaku tercela
Mencegah perilaku tercelaMencegah perilaku tercela
Mencegah perilaku tercela
 
Induk akhlak islami
Induk akhlak islamiInduk akhlak islami
Induk akhlak islami
 
Berperang melawan syetan
Berperang melawan syetanBerperang melawan syetan
Berperang melawan syetan
 
Menahan rasa ingin maksiat
Menahan rasa ingin maksiatMenahan rasa ingin maksiat
Menahan rasa ingin maksiat
 
Dai Reformis (Aktivis Dawah).pptx
Dai Reformis (Aktivis Dawah).pptxDai Reformis (Aktivis Dawah).pptx
Dai Reformis (Aktivis Dawah).pptx
 
Agama Islam Kelas 12 - NASIHAT
Agama Islam Kelas 12 - NASIHATAgama Islam Kelas 12 - NASIHAT
Agama Islam Kelas 12 - NASIHAT
 
MATERI
MATERIMATERI
MATERI
 

Tugas hijab

  • 1. Sayyidah Teknik kimia Hijab (Pembatas ) antara Ikhwan dan Akhwat Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya hijab di kalangan aktivis dakwah: Pertama, pemahaman. Walaupun telah dipenuhi atribut sebagai aktivis, masih banyak yang belum faham tentang hijab itu sendiri. Demikian juga norma- norma yang lain. Banyak di antara mereka yang ‟tersandung‟ terlebih dahulu baru kemudian benar-benar memahami urgensi hijab bagi perjalanan dakwah yang sedang diperjuangkan. Kendati pemahaman dapat diasah melalui bacaan, pengalaman memang lebih mengena ke sanubari orang yang mengalaminya. Kedua, ukhuwah yang kurang erat di tengah mereka. Ukhuwah sesama Akhwat yang renggang menyebabkan seorang Akhwat lebih suka curhat kepada seorang Ikhwan. Atau sebaliknya, karena sibuk menghandle beberapa kegiatan, akhirnya kurang arif melihat bahwa di antara sesama Ikhwan ada yang sedang mengalami masalah prbadi. Kadang-kadang kecenderungan yang terjadi lebih ke lawan jenis daripada kepada sesamanya. Fenomena inilah yang harus disikapi lebih awal. Ikatan hati antara Akhwat dengan sesama Akhwat, dan Ikhwan dengan sesama Ikhwan harus diperkuat. Ketiga, kurang kontrol, baik dari murabbi atau dari dewan syuro lembaga dakwah kampus. Seringkali yang muncul adalah komentar-komentar tanpa solusi konkrit. Tidak jarang pula karena tidak ada rujukan yang benar-benar dapat dijadikan teladan. Hal ini cukup dilematis bagi aktivis yang berstatus junior yang ingin proaktif. Ketika rambu-rambu pribadi kita agak redup, ada beberapa sikap yang semakin menjerumuskan kita dari penjagaan hijab ini. Boleh jadi tindakan ini telah sering kita lakukan, secara lambat laun membuat hijab kita semakin terkontaminasi. Di antara sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pandangan. Pandangan merupakan langkah awal yang biasa digunakan syetan untuk merusak hati seorang laki-laki atau seorang perempuan terhadap lawan jenisnya. “Dari mata turun ke hati“ bukanlah sekedar pameo. Karena itu Rasulullah Saw melarang Ali bin Abi Thalib memandang seorang perempuan untuk kedua kalinya sebab ia merupakan anak panah syetan. Allah pun telah mengingatkan
  • 2. dalam Surah An Nuur : 30, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.“ 2. Senyuman. Senyuman memang merupakan sedekah yang paling mudah dan paling murah. Senyuman akan bermakna positif pada orang yang tepat, pada saat yang tepat dan dalam durasi waktu yang tepat pula. Namun maknanya akan terasa berbeda jika senyuman itu diberikan pada lawan jenis dengan tatapan mata yang penuh arti dan frekuensi yng cukup sering. 3. Ucapan. Komunikasi memang sangat diperlukan antar sesama aktivis dakwah. Perlu digaris bawahi agar perkataan yang terlontar dalam pembicaraan agenda dakwah tidak menyinggung hal-hal personal apalagi bersifat sensitif. Ucapan akan mengundang makna implisit jika diekspresikan dengan penuh perasaan. Ucapan kita akan terpengaruh jika dibawa bercanda, menghibur atau bersimpati pada lawan jenis. Karena bahaya lidah tak bertulang inilah maka Rasulullah Saw menyebutkan dalam salah satu haditsnya agar kita senantiasa berbicara yang baik atau lebih baik diam. 4. Kunjungan. Salah satu cara mempererat silaturahim adalah dengan mengunjungi saudara. Dengan demikian ukhuwah akan semakin kuat dan harmonis. Namun kunjungan antara pria dan wanita dapat berdampak lain. Terkadang kunjungan dibuat dengan cover meminjam catatan, diskusi tentang tugas akhir semester, follow up syuro yang tidak sempat dibahas di kampus, konsultasi keislaman dan banyak topeng lainnya. Perlahan-lahan kunjungan formal ini menjadi kunjungan yang lebih bersifat prifacy. 5. Hadiah. “Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai“, sabda Rasulullah Saw. Trik ini sangat bagus digunakan untuk menambah kehangatan persahabatan antar sesama Akhwat atau sesama Ikhwan seperti dalam acara tukar kado atau Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT). Tidak sedikit pula kita menyalah artikan pemberian ketika hadiah itu berasal dari lawan janis. Kemudian timbul perasaan ge-er yang membuka pintu-pintu rusaknya hati, karena tipisnya tameng untuk itu. Sadar atau tidak, tindakan di atas adalah rangkaian pintu masuk syetan yang merupakan bagian dari langkah-langkah syetan untuk menjauhkan kita dari ridho Allah Swt. Kita harus senantiasa mawas diri bahwa dari setiap aliran darah ini musuh kita laknatullah tersebut akan selalu mengintai peluang untuk
  • 3. melengahkan kita. Terlepas kepada siapa kita melakukannya, orang yang faham atau orang yang awam. Seperti yang ditegaskan Allah dalam al-Quran Surah al- Baqarah: 208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara menyeluruh. Janganlah kamu menuruti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.“ Untuk membentengi diri dari godaan ini, ada tiga penguasaan yang harus kita miliki. Pertama, penguasaan ilmu. Keimanan perlu ditopang dengan ilmu. Mengetahui ilmu tidak cukup hanya sekedar mengenal sebab, yang lebih penting adalah memahaminya. Sesungguhnya dengan mengunakan jilbab syar‟i seorang Akhwat telah membuat perisai untuk dirinya yang menunjukkan izzah seorang Muslimah. Dari penampilan fisik saja sebenarnya kita telah menghijabi diri dari kemungkinan berbuat di luar jalur. Masih banyak ilmu-ilmu lainnya yang harus digali untuk semakin meningkatkan kualitas diri seorang Muslim. Ilmu bisa datang dari mana saja, siapa saja dan kapan saja, selagi kita menguatkan azzam dan meluruskan niat bahwa kita menuntut ilmu dalam rangka beribadah kepada Allah Swt, “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat“ (Q.S. Al Mujadalah : 11). Kedua, penguasan ma‟nawi. Seorang yang faham dengan sesuatu belum tentu komit dengan pengetahuannya. Dia harus berlatih mengendalikan hawa nafsunya di bawah kendali iman. Begitu juga halnya dengan pemahaman seorang aktivis harokah, bisa saja luntur ketika keimanannya memudar. Pengetahuannya tentang etika pergaulan pria dan wanita menjadi redup, seredup cahaya imannya. Salah satu obatnya adalah dengan membasahi rohaninya yang kering dengan istighfar dan dzikrullah. Harus selalu dicamkan dalam hati bahwa kita menjaga diri ini tidak mengenal lingkungan di mana kita berada. Sejatinya, kemanapun kita melangkah, seiring dengan bertambahnya ilmu, orang ammah (umum) dapat melihat niai-nilai Islami tersebut terpancar dari tingkah polah kita. Normal jika tidak sedikit yang berbuat khilaf di tengah usahanya memperbaiki diri. Kewajiban kita adalah selalu berusaha untuk menjadi lebih baik. Ketiga, penguasaan aplikasi. Penguasan ilmu dan stabilitas ma‟nawiyah belum cukup sempurna jika respon-respon gerak belum tumbuh. Seorang aktivis yang menguasai ilmu akan memberikan reaksi yang tepat terhadap aksi-aksi yang muncul di sekitarnya serta mampu memberikan input bagi lingkungannya. Ia tidak reaksioner terhadap aksi-aksi negatif serta lebih bijaksana menyikapi suatu tantangan dari berbagai sudut pandang. Pola pikir yang broad-mainded ini akan kelihatan manfaatnya ketika ia mengambil keputusan dalam pergaulan sesama. Ia tidak akan cepat ge-er dan tidak akan membuat ge-er orang lain. Wibawanya sebagai seorang Muslim tetap terjaga.
  • 4. Jadi seorang aktivis dakwah yang telah mempunyai penguasaan materi keilmuan (kognitif), kestabilan ma‟nawi (afektif) dan penguasaan gerak amal (evaluatif) akan terjaga komitmennya terhadap tarikan-tarikan buruk. Seyogyanya, dengan pemahaman ini, eksistensi hijab tidak mengurangi kinerja aktivis dalam gerak organisasinya. Program-program dakwah dapat direalisasikan jika Ikhwan-Akhwat saling bersinergi, yang ditunjang dengan ukhuwah yang kental. Sangat diharapkan, lembaga dakwah kampus mampu mengenjot potensi kader-kadernya terutama yang berada di posisi kunci. Sehingga dapat menyelesaikan kerja-kerja dakwah dengan optimal yang hasilnya juga dapat dirasakan oleh masyarakat, bukan hanya komunitas Ikhwan- Akhwat atau civitas akademika saja. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui tetapi lebih mengingatkan kita semuanya. Karena tentunya kita tidak ingin menjadi manusia yang merugi. Allah telah berfirman dalam al-Quran Surat al‟Ashr: 1-3, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan saling nasehat-menasehati dalam kesabaran“. Wallahu‟alam. Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat masih saja terjadi dan hal itu bisa disebabkan karena: 1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat. 2. Sudah mengetahui namun belum memahami. 3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan. 4. Sudah mengetahui dan memahami namun tergelincir karena lalai. Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat Berikut ini adalah pelanggaran-pelanggaran yang masih sering terjadi: 1. Pulang Berdua Usai rapat , karena pulang ke arah yang sama maka akhwat pulang bersama di mobil ikhwan/motor ikhwan. Berdua saja. Dan musik yang diputar masih lagu dari Peterpan pula ataupun lagu-lagu cinta lainnya. 2. Rapat Berhadap-Hadapan Rapat dengan posisi berhadap-hadapan seperti ini sangatlah cair‟ dan rentan akan timbulnya ikhtilath. Alangkah baiknya – bila belum mampu menggunakan hijab – dibuat jarak yang cukup antara ikhwan dan akhwat. 3. Tidak Menundukkan Pandangan (Gadhul Bashar) Bukankah ada pepatah yang mengatakan, Dari mana datangnya cinta? Dari
  • 5. mata turun ke hati. Maka jangan kita ikuti seruan yang mengatakan, Ah, tidak perlu gadhul bashar, yang penting kan jaga hati!Namun, tentu aplikasinya tidak harus dengan cara selalu menunduk ke tanah sampai-sampai menabrak dinding. Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau mata semu/samping. 4. Duduk/Jalan Berduaan Duduk berdua di taman sekolah/kantin/warung untuk berdiskusi Islam (mungkin). Namun apapun alasannya, bukankah orang-orang tidak ambil pusing dengan apa yang sedang didiskusikan karena yang terlihat di mata mereka adalah aktivis berduaan, titik. Maka menutup pintu fitnah ini adalah langkah terbaik kita. 5. „Memesan‟ Untuk Menikah “Bagaimana, ukh? Tapi nikahnya tiga tahun lagi. Habis, ana takut antum diambil orang”. Sang ikhwan belum lulus sekolah sehingga „memesan‟ seorang akhwat untuk menikah suatu saat nanti karena takut kehilangan, padahal tak jelas juga kapan akan menikahnya. Hal ini sangatlah riskan. 6. Menelepon yang Tidak Urgen (penting) Menelepon dan mengobrol tak tentu arah, yang tak ada nilai urgensinya. 7. Ber-SMS yang Tidak Urgen Saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada kaitannya dengan da‟wah, sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya. 8. Berbicara Mendayu-dayu “Deuu Akhiii, antum bisa aja deh..!”, ucap sang akhwat kepada seorang ikhwan sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit manja. 9. Bahasa yang Akrab Via SMS, via kertas, via fax, via email, via FS, via FB, ataupun via YM. Message yang disampaikan begitu akrabnya, “Oke deh Pak fulan, nyang penting rapatnya lancar khaaan. Kalau begitchu.., ngga usah ditunda lagi yah, otre deh :) “. Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan-akhwat tetaplah bukan sepasang suami istri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya. Walau ini hanya bahasa tulisan namun dapat membekas di hati si penerima
  • 6. ataupun si pengirim sendiri. Jadi maksiat hati. 10. Curhat “Duh, bagaimana ya…, ane bingung nih, banyak masalah begini dan begitu, akh”. Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu tribulasi da‟wah. Apatah lagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan da‟wah lagi. 11 Yahoo Messenger/FS/FB/Chatting Yang Tidak Urgen YM dan sejenisnya termasuk fasilitas. Tidaklah berdosa bila ingin menyampaikan hal-hal „penting‟ di sini. Namun, menjadi bermasalah bila topik pembicaraan melebar kemana-mana dan tidak fokus pada da‟wah karena kholwat virtual bisa saja terjadi. 12. Bercanda ikhwan-akhwat “Biasa aza lagi, ukhtiii… hehehehe”, ujar seorang ikhwan sambil tertawa. Bahkan, mungkin karena terlalu banyak syetan di sekeliling, sang akhwat hampir saja mencubit lengan sang ikhwan. (astaghfirullaaah) Dalil untuk nomor 1-5: a. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan”.(HR.Ahmad) b. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS.24: 30) c. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.”(QS.24: 31) d. Rasulullah SAW bersabda, “Pandangan mata adalah salah satu dari panah- panah iblis, barangsiapa menundukkannya karena Allah, maka akan dirasakan manisnya iman dalam hatinya.” e. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Ali, janganlah engkau ikuti pandangan
  • 7. yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya boleh melakukan pandangan yang pertama, sedang pandangan yang kedua adalah risiko bagimu.” (HR Ahmad) Dalil untuk nomor 6-12: “… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit di dalam hatinya…” (QS. Al Ahzab: 32) Penutup Di dalam Islam, pergaulan laki-laki dan perempuan sangatlah dijaga. Kewajiban berjillbab, menundukkan pandangan, tidak berkholwat (berduaan), tidak ikhtilath (bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara (mendayu-dayu) dan dorongan Islam untuk segera menikah, itu semua adalah penjagaan tatanan kehidupan sosial muslim agar terjaga kehormatan dan kemuliaannya. Kehormatan seorang muslim sangatlah dipelihara di dalam Islam, sampai- sampai untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra:32).