SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan perkembangan pengetahuan, dan berkembangnya teknologi yang sangat jauh
berbeda dengan perkembangan pada masa perkembangan Islam pada masa itu. Dengan
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi sampailah kepada bidang kedokteran, tidak
hanya dibidang informatika, atau sain, melainkan bidang kedokteranpun menggunakan
teknologi yang amat canggih untuk masa sekarang. Jadi tidak heran jika ada perbedaan
tingkahlaku mengenai penanganan para ahli bidang kesehatan dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi seperti cangkok ginjal, transfusi darah dan sebagainya, yang mana
jika di lihat dari kacamatan Hukum Islam mengandung banyak petanyaan apakah hal
semacam itu diperbolehkan ataukah di larang oleh hukum Agama.
Dengan latar belakang inilah kami penulis mengangkat tema “Transplantasi Anggota
Badan, Transfusi Darah, Jual Beli Darah dalam pandangan islam” yang mana ketiga
sub tema tersebut merupakan kelahiran baru yang berawal dari perkembangan pengetahuan,
karena sebelumnya tidak ditemukan khususnya pada masa Rasulullah atau pada masa
Sahabat.

B.

Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian tranplasi organ tubuh ?
2. Bagaimana hukum mengenai transplantasi anggota badan ?
3. Apa pengertian transfusi darah?
4. Bagaimana Indikasi-indikasi transfusi daerah ?
5. Apa Syarat menjadi pendonor darah ?
6. Bagaimana Hukum islam mengenai tranfusi darah ?
7. Bagaimana Manfaat transfusi darah menurut medis ?
B.

Tujuan

Untuk mengetahui Transplantasi Anggota Badan, Transfusi Darah, Jual Beli Darah dalam
pandangan islam.

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Transplantasi Organ Tubuh
Pengertian transplantasi (pencangkokan) ialah pemindahan organ tubuh yang
mempunyai daya hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan
tidak berfungsi dengan baik, yang apabila diobati dengan prosedur medis biasa, harapan
penderita untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi.
Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terkait dengannya:
Pertama, Donor, yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat untuk
dipasangkan pada orang lain yang organ tubuhnya menderita sakit atau terjadi kelainan.
Kedua, Resipien, yaitu orang yang menerima organ tubuh dari donor yang karena satu dan
lain hal, organ tubuhnya harus diganti.
Ketiga, Tim ahli, yaitu para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak donor
kepada resipien.
Berkenaan dengan donor, transplantasi dapat dikategorikan ke dalam tiga tipe, yaitu :

1.

Donor dalam keadaan hidup sehat. Dalam tipe ini perlu adanya seleksi yang cermat dan
harus dilakukan general check up (pemeriksaan kesehatan yang lengkap menyeluruh), baik
terhadap donor maupun terhadap resipien (penerima), demi menghindari kegagalan
transplantasi yang disebabkan penolakan tubuh resipien dan sekaligus menghindari dan
mencegah resiko bagi donor. Sebab menurut data statistik, 1 dari 1000 donor meninggal, dan
si donor juga merasa was-was dan merasa tidak aman, karena dia menyadari, misalnya bila
dia donor ginjal, dia tak akan memperoleh kembali ginjalnya seperti sedia kala.

2.

Donor dalam keadaan koma. Apabila donor dalam keadaan koma atau diduga kuat akan
meninggal segera, maka dalam pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat kontrol dan
penunjang kehidupan, misalnya dengan bantuan alat pernafasan khusus. Kemudian alat-alat
penunjang kehidupan tersebut dicabut setelah selesai proses pengambilan organ
tubuhnya.1[1] Hanya, kriteria meninggal secara medis/klinis dan yuridis perlu ditentukan
dengan tegas dan tuntas, apakah kriteria itu ditandai dengan berhentinya denyut jantung dan
pernafasan, atau ditandai dengan berhentinya fungsi otak.

3.

Donor dalam keadaan meninggal. Dalam tipe ini, organ tubuh yang akan dicangkokkan
diambil ketika donor telah meninggal berdasarkan ketentuan medis dan yuridis, juga

ii
harusdiperhatikan daya tahan organ yang akan diambil untuk transplantasi2[4], apakah masih
ada kemungkinan untuk bisa berfungsi bagi resipien atau apakah sel-sel jaringannya telah
mati, sehingga tidak berguna lagi bagi resipien.
Berdasarkan uraian diatas, maka muncul suatu pertanyaan: “Bagaimanakah pandangan
hukum Islam tentang transplantasi organ tubuh, baik donor dalam keadaan sehat, dalam
keadaan koma, maupun dalam keadaan meninggal?”.Inilah yang menjadi pokok masalah
dalam tulisan ini, yang mana dalam pembahasannya berpedoman pada hukum Islam (Quran
dan Hadits) secara eksplisit, serta mengaitkan hal tersebut pada qaidah fiqhiyyah yang benar.

B.Hukum Transplantasi Organ Tubuh
1.

Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Sehat

Apabila transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup sehat,
maka hukumnya „Haram‟, dengan alasan :
Firman Allah dalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 195 :

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan”.
Ayat tersebut mengingatkan manusia, agar jangan gegabah dan ceroboh dalam melakukan
sesuatu, namun tetap menimbang akibatnya yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi diri
donor, walaupun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan luhur.
Umpamanya seseorang menyumbangkan sebuah ginjalnya atau matanya pada orang lain yang
memerlukannya karena hubungan keluarga, teman atau karena berharap adanya imbalan dari
orang yang memerlukan dengan alasan krisis ekonomi. Dalam masalah yang terakhir ini,
yaitu donor organ tubuh yang mengharap imbalan atau menjualnya, haram hukumnya,
disebabkan karena organ tubuh manusia itu adalah milik Allah (milk ikhtishash), maka tidak
boleh memperjualbelikannya. Manusia hanya berhak mempergunakannya, walaupun organ
tubuh itu dari orang lain.
Orang yang mendonorkan organ tubuhnya pada waktu masih hidup sehat kepada
orang lain, ia akan menghadapi resiko ketidakwajaran, karena mustahil Allah menciptakan
mata atau ginjal secara berpasangan kalau tidak ada hikmah dan manfaatnya bagi seorang
manusia. Maka bila ginjal si donor tidak berfungsi lagi, maka ia sulit untuk ditolong kembali.
Maka sama halnya, menghilangkan penyakit dari resipien dengan cara membuat penyakit
baru bagi si donor. Hal ini tidak diperbolehkan karena dalam qaidah fiqh disebutkan:

ii
“Bahaya (kemudharatan) tidak boleh dihilangkan dengan bahaya (kemudharatan) lainnya”

Qaidah Fiqhiyyah

“Menghindari kerusakan/resiko, didahulukan dari/atas menarik kemaslahatan”3[6]
Berkaitan transplantasi, seseorang harus lebih mengutamakan menjaga dirinya dari
kebinasaan, daripada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri dan
berakibat fatal, akhirnya ia tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya, terutama
tugas kewajibannya dalam melaksanakan ibadah.

2.

Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Koma
Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan koma, hukumnya tetap

haram, walaupun menurut dokter, bahwa si donor itu akan segera meninggal, karena hal itu
dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah, hal tersebut dapat
dikatakan „euthanasia‟ atau mempercepat kematian. Tidaklah berperasaan/bermoral
melakukan transplantasi atau mengambil organ tubuh dalam keadaan sekarat.Orang yang
sehat seharusnya berusaha untuk menyembuhkan orang yang sedang koma tersebut,
meskipun menurut dokter, bahwa orang yang sudah koma tersebut sudah tidak ada harapan
lagi untuk sembuh.Sebab ada juga orang yang dapat sembuh kembali walau itu hanya
sebagian kecil, padahal menurut medis, pasien tersebut sudah tidak ada harapan untuk hidup.
Maka dari itu, mengambil organ tubuh donor dalam keadaan koma, tidak boleh menurut
Islam dengan alasan sebagai berikut:
a.

Hadits Nabi, riwayat Malik dari „Amar bin Yahya, riwayat al-Hakim, al-Baihaqi dan

al-Daruquthni dari Abu Sa‟id al-Khudri dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu „Abbas dan
„Ubadah bin al-Shamit :

“Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat madharat
pada orang lain”
Berdasarkan hadits tersebut, mengambil organ tubuh orang dalam keadaan koma/sekarat
haram hukumnya, karena dapat membuat madharat kepada donor tersebut yang berakibat
mempercepat kematiannya, yang disebut euthanasia.

ii
b.

Manusia wajib berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya demi mempertahankan
hidupnya, karena hidup dan mati berada di tangan Allah.Oleh karena itu, manusia tidak boleh
mencabut nyawanya sendiri atau mempercepat kematian orang lain, meskipun hal itu
dilakukan oleh dokter dengan maksud mengurangi atau menghilangkan penderitaan pasien.
3.

Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Meninggal

Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata atau ginjal) yang sudah meninggal secara
yuridis dan medis, hukumnya mubah, yaitu dibolehkan menurut pandangan Islam dengan
syarat bahwa :
a.

Resipien (penerima sumbangan organ tubuh) dalam keadaan darurat yang mengancam

jiwanya bila tidak dilakukan transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat secara optimal baik
medis maupun non medis, tetapi tidak berhasil. Hal ini berdasarkan qaidah fiqhiyyah :

“Darurat akan membolehkan yang diharamkan”.4[8]
Juga berdasarkan qaidah fiqhiyyah :

“Bahaya itu harus dihilangkan”

b.

Juga pencangkokan cocok dengan organ resipien dan tidak akan menimbulkan

komplikasi penyakit yang lebih gawat baginya dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Disamping itu harus ada wasiat dari donor kepada ahli warisnya, untuk menyumbangkan
organ tubuhnya bila ia meninggal, atau ada izin dari ahli warisnya.
Demikian ini sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 29 Juni 1987,
bahwa dalam kondisi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, maka pengambilan katup jantung
orang yang telah meninggal untuk kepentingan orang yang masih hidup, dapat dibenarkan
oleh hukum Islam dengan syarat ada izin dari yang bersangkutan (lewat wasiat sewaktu
masih hidup) dan izin keluarga/ahli waris.5[10]
Adapun fatwa MUI tersebut dikeluarkan setelah mendengar penjelasan langsung Dr.
Tarmizi Hakim kepada UPF bedah jantung RS Jantung “Harapan Kita” tentang teknis
pengambilan katup jantung serta hal-hal yang berhubungan dengannya di ruang sidang MUI

4[8] Al-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nazhair, hal. 61
5[10]MUI, Himpunan Keputusan dan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: Sekretariat MUI, 1415 H/1995 M), hal. 176
ii
pada tanggal 16 Mei 1987. Komisi Fatwa sendiri mengadakan diskusi dan pembahasan
tentang masalah tersebut beberapa kali dan terakhir pada tanggal 27 Juni 1987.6[11]
Adapun dalil-dalil yang dapat menjadi dasar dibolehkannya transplantasi organ tubuh,
antara lain:
a)

Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 195 yang telah kami sebut dalam pembahasan didepan,
yaitu bahwa Islam tidak membenarkan seseorang membiarkan dirinya dalam bahaya, tanpa
berusaha mencari penyembuhan secara medis dan non medis, termasuk upaya transplantasi,
yang memberi harapan untuk bisa bertahan hidup dan menjadi sehat kembali.

b)

Al-Quran surah Al-Maidah ayat 32:

“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia
memelihara kehidupan manusia semuanya”.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa tindakan kemanusiaan (seperti transplantasi) sangat
dihargai oleh agama Islam, tentunya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disebutkan diatas.
c)

Al-Quran surah Al-Maidah ayat 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa”. Selain itu juga ayat 195, menganjurkan agar
kita berbuat baik. Artinya: “Dan berbuat baiklah karena Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik”.
Menyumbangkan organ tubuh si mayit merupakan suatu perbuatan tolong-menolong dalam
kebaikan, karena memberi manfaat bagi orang lain yang sangat memerlukannya.
Pada dasarnya, pekerjaan transplantasi dilarang oleh agama Islam, karena agama Islam
memuliakan manusia berdasarkan surah al-Isra ayat 70, juga menghormati jasad manusia
walaupun sudah menjadi mayat, berdasarkan hadits Rasulullah saw. : “Sesungguhnya
memecahkan tulang mayat muslim, sama seperti memecahkan tulangnya sewaktu masih
hidup”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Said Ibn Mansur dan Abd. Razzaq dari
„Aisyah).
Tetapi menurut Abdul Wahab al-Muhaimin; meskipun pekerjaan transplantasi itu
diharamkan walau pada orang yang sudah meninggal, demi kemaslahatan karena membantu
orang lain yang sangat membutuhkannya, maka hukumnya mubah/dibolehkan selama dalam
pekerjaan transplantasi itu tidak ada unsur merusak tubuh mayat sebagai penghinaan
kepadanya7[13]Hal ini didasarkan pada qaidah fiqhiyyah :

6[11]Ibid, hal. 176-177

ii
“Apabila bertemu dua hal yang mendatangkan mafsadah (kebinasaan), maka dipertahankan
yang mendatangkan madharat yang paling besar, dengan melakukan perbuatan yang paling
ringan madharatnya dari dua madharat”. Hadits Nabi saw.

“Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak meletakkan
suatu penyakit kecuali dia juga telah meletakkan obat penyembuhnya, selain penyakit yang
satu, yaitu penyakit tua”.
(HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim dari Usamah ibnu Syuraih)
Oleh sebab itu, transplantasi sebagai upaya menghilangkan penyakit, hukumnya mubah,
asalkan tidak melanggar norma ajaran Islam.
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda pula :“Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat itu
tepat, maka penyakit itu akan sembuh atas izin Allah”. (HR. Ahmad dan Muslim dari Jabir)
Selanjutnya berkenaan dengan hukum antara donor dan resipien yang seagama atau tidak
seagama, serta hukum organ tubuh yang diharamkan seperti babi, juga dapat menimbulkan
masalah, tetapi hal tersebut dapat dikaji berdasar ayat-ayat Al-Quran surah al-Najm 38-41 :
1)

“Bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwa manusia itu
tidak memperoleh selain apa yang ia usahakan. Dan bahwa usahanya itu kelak akan
diperlihatkan. Kemudian akan diberi balasannya dengan balasan yang paling sempurna”.

2)

Al-Quran surah al-Baqarah ayat 286 :“Ia mendapat pahala dari kebajikan yang
diusahakannya itu dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya”.
Berdasar ayat-ayat diatas, berkenaan dengan hubungan antara donor dengan resipien yang
menyangkut pahala atau dosa maka dalam hal ini mereka masing-masing akan
mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan mereka sendiri-sendiri. Mereka tidak akan
dibebani dengan pahala atau dosa, kecuali yang dilakukan oleh masing-masing mereka. Yang
perlu diingat, bahwa yang salah bukan organ tubuh, tetapi pusat pengendali, yaitu pusat urat
syaraf.Oleh sebab itu, tidak perlu khawatir dengan organ tubuh yang disumbangkan, karena
tujuannya adalah untuk kemanusiaan dan dilakukan dalam keadaan darurat. Hal ini sama
dengan hukum tranfusi darah. Namun alangkah baiknya dan sangat diharapkan demi
kemaslahatan, jika organ tubuh itu kita dapatkan dari seorang muslim juga, demi ketenangan
kita dalam menjalankan kehidupan untuk ibadah, dengan dasar :

ii
Selanjutnya, bertalian dengan transplantasi dengan organ tubuh hewan diharamkan yang
dicangkokkan kepada manusia, seperti katup jantung babi atau ginjalnya, dalam hal ini haram
hukumnya, dengan dasar qaidah fiqh :
“Pada dasarnya segala sesuatu itu adalah haram”.

C.

Pengertian Transfusi Darah
Transfuse darah adalah penginjeksian darah dari seseorang (yang disebut donor) ke
dalam system peredaran darah seseorang yang lain (yang disebut resepien). Transfuse darah
tidak pernah terjadi kecuali setelah ditemukannya sirkulasi darah yang tidak pernah berhenti
dalam tubuh.
Ada empat golongan darah yang utama, yaitu A, B, AB dan O. perbedaan di antara
golongan-golongan ini ditenrukan oleh ada tidaknya dua zat utama (yaitu A dan B) dalam sel
darah merah, serta oleh ada tidaknya dua unsur (yaitu unsur anti-A dan unsur anti-B) dalam
serum darah tersebut. Perlu dicatat bahwa ;walaupun serum dan plasma itu mirip, tetapi
perbedaan antara keduanya adalah bahwa dalam serum, fibrinogen dan kebanyakan factorfaktor penggumpalan lainnya tidak ada. Jadi, serum ini sendiri tidak dapat menggumpal
karena ia tidak memiliki factor-faktor penggumpal tersebut, yang ada adalah di dalam plasma
darah.
Seseorang yang bergolongan darah O di kenal sebagai donor universal, Karena sel
darah merah orang ini tidak mengandung zat kimia A maupun B. tetapi, orang ini tidak dapat
menerima darah orang lain kecuali yang bergolongan O, karena serum darahnya berisi unsure
anti-A dan anti-B sekaligus. Disisi lain, seseorang yang bergolangan darah AB dapat
menerima transfuse darah dari donor kelompok manapun, sehingga ia disebut sebagai
resepien universal, tetapi ia hanya dapat menyumbangkan darahnya pada orang lain yang
segolongan darah AB.
D.

Indikasi-indikasi Transfusi Darah

Pada dasarnya, ada dua alas an umum mengapa perlu dilakukan transfusi darah pada
seseorang, yaitu :
1.

Kehilangan darah : kehilangan darah dapat mengakibatkan kurangnya volume darah

yang mengalir dalam tubuh. Beberapa faktor yang menyebabkan, antara lain:
1)

Pendarahan akibat luka-luka, atau dalam kasus korengan, radang usus, atau persalinan.

2)

Luka-luka, luka bakar, dan pembengkakan akibat kecelakaan.

3)

Operasi, seperti operasi jantung, dan operasi-operasi bedah lainnya.

ii
4)

Ketidak cocokan darah antara ibu dan anak. Dalam kasus ini, transfusi pertukaran harus

dilakukan untuk menyelamatkan nyawa si anak.
5)

Anemia akut dan kronis, serta kekacauan system pembekuan darah, seperti hemophilia.

2.

Kekurangan unsur penting dalam darah, seperti pada kasus-kasus :

1)

Pasien anemia yang menderita kekurangan sel darah merah, hanya membutuhkan

transfusi sel darah merah saja.
2)

Pasien hemophilia, sebagai akibat dari kekacauan system pembekuan darah, beresiko

pada timbulnya anaemia dan kehilangan darah yang berbahaya ketika mengalami luka sekecil
apapun, dikarenakan oleh proses pembekuan darah yang terlalu lambat. Sehingga, dalam
upaya menahan pendarahan, si pasien harus mendapatkan transfuse plasma darah. Atau, si
pasien dapat diinjeksi dengan AHF (anti haemophilic factor).

E.Syarat-syarat Menjadi Pendonor
1. Umur 17-60 tahun( usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin tertulis
dari orang tua).
2. Berat badan minimal 45 kg.
3. Temperatur tubuh: 36,6 – 37,5 derajat Celcius.
4. Tekanan darah baik yaitu sistole = 110 – 160 mmHg, diastole = 70 – 100 mmHg.
5. Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50 – 100 kali/ menit.
6. Hemoglobin Perempuan minimal 12 gram, sedangkan untuk pria minimal 12,5 gram.
7. Jumlah penyumbangan per tahun paling banyak lima kali dengan jarak penyumbangan
sekurang-kurangnya tiga bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.

F. Orang-orang yang Tidak Boleh Menjadi Pendonor
1. Pernah menderita hepatitis B.
2. Dalam jangka waktu enam bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis.
3. Dalam jangka waktu enam bulan sesudah transfuse.
4. Dalam jangka waktu enam bulan sesudah tato/tindik telinga.
5. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
6. Dalam jangka waktu enam bulan sesudah operasi kecil.
7. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
8. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, kolera, tetanus dipteria,
atau profilaksis.
9. Dalam jangka waktu dua minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica,
measles, dan tetanus toxin.
ii
10. Dalam jangka waktu satu tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic
11. Dalam jangka waktu satu minggu sesudah gejala alergi menghilang.
12. Dalam jangka waktu satu tahun sesudah transplantasi kulit.
13. Sedang hamil dan dalam jangka waktu enam bulan sesudah persalinan.
14. Sedang menyusui.
15. Ketergantungan obat.
16. Alkoholisme akut dan kronis.
17. Mengidap Sifilis.
18. Menderita tuberkulosis secara klinis.
19. Menderita epilepsi dan sering kejang
20. Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk.
21. Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya kekurangan G6PD,
thalasemia, dan polibetemiavera.
22. Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang berisiko tinggi mendapatkan
HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, dan pemakai jarum suntik
tidak steril).
23. Pengidap

HIV/

AIDS

menurut

hasil

G.

saat

donor

darah.

Hukum Islam Mengenai Transfusi Darah

a)

pemeriksaan

Penerima Donor (Recipient)

Para ulama menggolongkan donor darah sebagaimana “makan” bukan “berobat”.Dengan
demikian, pada hakikatnya, orang yang melakukan donor darah dianggap telah memasukkan
makanan berupa darah ke dalam tubuhnya.Untuk itu, ulama memberikan batasan, bahwa
donor darah diperbolehkan jika dalam kondisi darurat. Dalil dalam masalah ini adalah
firman Allah,:






“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah ….” (Q.s. Al-Maidah:3).
Kemudian, di akhir ayat, Allah menyatakan,

ii
 “Barang siapa berada dalam kondisi terpaksa karena kelaparan, (lalu) tanpa sengaja (dia)
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ….” (Q.s. AlMaidah:3)
Allah memperbolehkan hamba-Nya untuk memakan makanan yang diharamkan jika
dalam kondisi terpaksa, karena kelaparan. Dalam kondisi yang sama, orang sakit yang
hendak menyelamatkan nyawanya, diperbolehkan untuk memasukkan darah ke dalam
tubuhnya, karena kondisi terpaksa.
b)

Pendonor
Seseorang diperbolehkan melakukan donor darah, selama proses donor tersebut tidak

membahayakan dirinya. Dalil dalam masalah ini adalah sabda Nabi shallallahu „alaihi wa
sallam,
“Tidak boleh menimbulkan bahaya atau membahayakan yang lain.” (H.r. Ibnu Majah dan
Ad-Daruquthni; dengan derajat hasan) (Disimpulkan dari fatwa Syekh Muhammad bin
Ibrahim Alu Syaikh).
Al Quran dan sunnah tidak membahas masalah transfuse darah. Tetapi, menurut
berbagai prinsip dan ajaran umum yang terdapat dalam sumber-sumber orisinil islam, darah
yang mengalir (dam masfuh) selalu dianggap sebagai benda najis. Selain itu, islam melarang
para pemeluknya untuk mengkonsumsi darah. Diantara makanan yang di kategorikan haram
di konsumsi yang disebut dalam Al quran adalah dam masfuh yang artinya arah yang
mengalir, dan dalam Firman Allah SWT dalam surat Al-An‟am 6:145 yang artinya : Katakan
(Hai Muhammad) : Aku tidak menemukan dalam apa yang telah diwahyukan kepadaku
sesuatu yang terlarang untuk dimakan oleh seseorang yang ingin memakannya, kecuali
daging bangkai, atau darah yang mengalir, atau daging babi.

c)

Peraturan Hukum Menurut Beberapa Tokoh

1.

Menurut Mufti Syafi

Mufti Syafi menetapkan bahwa dengan mempertimbangkan kelonggaran dan kemudahan
yang diberikan syariat bagi kondisi-kondisi luar biasa yaitu yang mengancam jiwa, dan bagi
upaya pengobatan, maka transfuse darah hukumnya boleh (ja‟iz). Pada penjelasan yang lain
Muft Syafi menerangkan bahwa darah diambil dengan jarum, tanpa mengiris bagian tubih
manapun lalu di transfusikan kedalam tubuh orang lain untuk memperpanjang hidupnya.
Muft Syafi juga berpendapat bahwa meskipun darah termasuk benda najis, namun
mendonorkan darah untuk di transfusikan pada orang lain hukumnya adalah boleh atas dasar
keterdesakan, dan hal ini termasuk dalam kategori memanfaatkan benda terlarang sebagai
obat. Pembolehan ini, kata dia, harus dibatasi menurut ketentuan-ketentuan berikut :
ii
a.

Transfuse darah hanya boleh dilakukan jika ada kebutuhan yang mendesak untuk itu.

b.

Transfuse darah juga boleh dilakukan ketika tidak membahayakan nyawa si pasien
tetapi, dalam pandangan dokter yang berkompeten, pasien tidak mungkin disembuhkan
tanpa transfuse darah

c.

Jika memungkinkan, lebih baik untuk memilih cara yang tidak melibatkan transfuse
darah.

d.

Transfuse darah tidak di perbolehkan jika tujuannya hanya untuk peningkatan
kesehatan.

2.

Menurut Syekh Ahmad Fahmi Abu Sinnah

Pengambilan darah dari tubuh donor dan pentransfusiannya ke dalam tubuh resepien sama
sekali tidak merusak martabat manusia. Justru tindakan semacam ini dapat meningkatkan
martabat manusia, Karena menolong sesame manusia adalah sesuatu yang mulia, apalagi
menolong orang yang terancam jiwanya.
Hak seseorang atas darahnya menjadi hilang tatkala ia menyetujui untuk mendonorkannya.
Namun, hokum islam melarang seseorang untuk mendonorkan darahnya bila tindakannya itu
bisa berakibat buruk pada keselamatan dan kesehatannya. Jadi syarat-syarat berikut ini harus
terpenuhi, yaitu :
a.

Donor secara ikhlas berniat mendonorkan darahnya.

b.

Tidak ada bahaya serius yang mengancam jiwa atau kesehatan donor akibat transfuse
itu.

c.

Harus sudah dipastikan bahwa tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan nyawa
resipien kecuali dengan transfuse.

d.
3.

Derajat keberhasilan melalui cara pengobatan ini diperkirakan tinggi.

Menurut Dr. Abd al-Salam al-Syukri
Transfuse darah merupakan praktik yang diperbolehkan dan bergantung pada hal-hal berikut :
a.

Donor tidak boleh menuntut imbalan financial dalam bentuk apapun.

b.

Hidup donor sama sekali tidak terganggu setelah darah tidak diambil dari tubuhnya.

c.

Donor harus bebas dari segala macam penyakit menular, dan ia tidak menderita
kecanduan sesuatu.

4.

Menurut Syekh Jad al-Haqq
Syariat memperbolehkan mengambil manfaat dari tubuh seseorang seperti darah dan
mentransfusikannya pada tubuh orang lain sebagai sebuah cara pengobatan, dengan syarat
bahwa tidak ada lagi cara pengobatan lain yang bisa di tempuh.

ii
H.

Manfaat Transfusi Darah Menurut Medis
1. Mengetahui golongan darahnya.
2. Mengetahui tekanan darah secara berkala (tiga bulan sekali) pada setiap akan
menyumbangkan darahnya.
3. Dapat memperbarui darah di tubuhnya, karena telah menyumbangkan darahnya sebanyak
350 cc. Kemudian memperoleh darah yang baru pada bulan berikutnya.
4. Mengganti sel-sel darah merah yang telah bermetabolisme secara teratur, Sel darah merah
dibentuk dalam tubuh oleh hati, ginjal.
5. Sarana amal kemanusiaan bagi yang sakit, kecelakaan, operasi dll(setetes darah
merupakan nyawa bagi mereka).
6. Orang yang aktif donor jarang terkena penyakit ringan maupun berat.
7. Pemeriksaan ringan secara triwulanan meliputi Tensi darah, kebugaran (Hb), gangguan
kesehatan (hepatitis, gangguan dalam darah dll).
8. Mencegah stroke (Pria lebih rentan terkena stroke dibanding wanita karena wanita keluar
darah rutin lewat menstruasi kalau pria sarana terbaik lewat donor darah aktif).
9. Dapat tidur nyenyak.
10. Nafsu makan bertambah.

I.

Jual beli darah
Berkaitan tentang memperjualbelikan darah, kalau dipikir-pikir maka orang yang
memperjualbelikan darah itu kurang manusiawi. Sebab penggunaan darah itu adalah untuk
menolong nyawa si penderita. Dalam keadaan yang semacam ini seharusnya yang berbicara
adalah nurani bukan materi yang menonjol. Kalau ditinjau dari segi hukum, maka di antara
ulama ada yang memperbolehkan jual beli darah, sebagaimana halnya jual beli barang najis
yang ada manfaatnya, seperti kotoran hewan. Dengan demikian secara Qiyas diperbolehkan
memperjualbelikan darah manusia (sama-sama najis) dan memang besar manfaatnya untuk
menolong jiwa manusia.

BAB III
ii
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Transplantasi adalah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat
untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik.
Pencangkokan organ tubuh yang menjadi pembicaraan pada waktu ini adalah; mata, ginjal
dan jantung.
Sedangkan transfusi Dalam kamus umum bahasa Indonesia kata transfusi diartikan
sebagai pemindahan darah (pemasukan darah kepada orang yang kekurangan darah).
Perkataan transfusi darah adalah terjemahan dari bahasa Inggris “blood transfusion”, lalu
DR. Ahmad Sofian mengartikan transfusi darah sebagai istilah “pindah-tuang darah”.
Masalah transfusi darah adalah masalah baru dalam hukum Islam, karena tidak
ditemukan hukumnya dalam fiqih pada masa-masa pembentukan hukum Islam. Al-Quran dan
hadits pun sebagai sumber hukum Islam. Tidak menyebutkan hukumnya, sehingga pantaslah
hal ini disebut sebagai masalah ijtihad.
Dalam hal ini agama Islam sangat menyambut baik perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang kedokteran yang menyangkut pada permasalahan transfusi darah
manusia, dalam rangka penyelamatan jiwa manusia. Sesuai dengan firman Allah surat AlMaidah ayat 32.
Berkaitan tentang memperjualbelikan darah, kalau dipikir-pikir maka orang yang
memperjualbelikan darah itu kurang manusiawi. Sebab penggunaan darah itu adalah untuk
menolong nyawa si penderita.

B.

Saran
Sebagaimana kata orang tidak ada gading yang tak retak oleh karenanya makalah ini yang
berkenaan dengan “Transplantasi Anggota Badan, Transfusi Darah, Jual Beli Darah
dalam pandangan islam” belum mendekati sempurna, maka dari itu diperlukan saran yang
berarti dan membangun untuk kesempurnaan pembuatan malah selanjutnya dan bermanfaat
bagi para pembaca pada umumnya serta penulis pada khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

ii
1.

Al-Quran dan terjemahnya, Jakarta, 1971

2.

Nata, Prof. Dr. H. Abuddin, M.A, Masail Al-Fiqhiyah, Jakarta, UIN Jakarta
Press, 2006

3.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,
1986

4.

http://khultur.wordpress.com/2011/09/17/al-maidah-ayat32/

5.

http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/5/30

6.

http://quran.com/5/32

7.

http://almanhaj.or.id/content/2199/slash/0/kondisi-yang-memperbolehkantransfusi-darah-hukum-donor-darah/

8.

http://www.dakwatuna.com/2012/02/21/18830/donor-darah-dalam-perspektifislam/#axzz2lXjDgpf3

KATA PENGANTAR
ii
Segala puji dan syukur kepada sumber dari segala sesuatu yang bersifat mulia.
Sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, sang Maha Cahaya, penabur cahaya
ilham, pilar nalar kebenaran dan kebaikan, sang kekasih tercinta yang tak terbatas
pencahayaan cinta-Nya bagi umat, Allah SWT.
Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan serta
menyampaikan kepada kita semua ajaran Islam yang telah terbukti kebenarannya, serta makin
terus terbukti kebenarannya.
Dengan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan inspirasi kepada kami sehingga makalah yang berjudul
“Transplantasi Anggota Badan, Transfusi Darah, Jual Beli Darah dalam pandanan
islam” ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dengan penuh kesadaran diri dan kerendahan hati, kami menyadari bahwa hanya
Allah-lah yang memiliki kesempurnaan, sehingga tentu masih banyak lagi rahasia-Nya yang
belum tergali dan belum kita ketahui. Oleh karenanya kami senantiasa mengharapkan kritik
dan saran membangun dari teman-teman dan pembaca sekalian sehingga mampu menjalin
sinergi yang pada akhirnya akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi
dimasa yang akan datang, bukan hanya untuk Islam namun juga untuk kemajuan umat
manusia.

Raha, November 2013

Penyusun

ii
MAKALAH
TRANSPLANTASI ANGGOTA BADAN, TRANSFUSI
DARAH, JUAL BELI DARAH
DALAM PANDANGAN ISLAM

DI SUSUN OLEH:
NAMA

: SAFIA

NIM

: 2013.IB.0032

TINGKAT

: I A.

AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA
RAHA
KABUPATEN MUNA
2013

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian transplatasi organ tubuh................................................................................. 2
B. Hukum transplatasi organ tubuh...................................................................................... 3
C. Pengertian Tranfusi darah.............................................................................................. 8
D. Indikasi tranfusi darah...................................................................................................... 8
E. Syarat menjadi pendonor................................................................................................ 9
F. Orang yang tidak menjadi pendonor............................................................................... 9
G. hukum islam mengenai tranfusi darah............................................................................. 10
H. Manfaat tranfusi darah bagi medis.................................................................................. 13
I. Jual Beli darah................................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................14
3.2 SARAN............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

ii

More Related Content

What's hot

BAB RUJUK
BAB RUJUK BAB RUJUK
BAB RUJUK
Amrina Rosyada
 
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Riezal Bintan
 
Makalah euthanasia
Makalah euthanasiaMakalah euthanasia
Makalah euthanasia
Shinta Ari Herdiana
 
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap AborsiMasail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
Haristian Sahroni Putra
 
Poligami
PoligamiPoligami
Poligami
Ardika Ngegame
 
Pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasional
Pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasionalPendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasional
Pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasional
Neng Pupu Rohilah
 
Manusia dan agama
Manusia dan agamaManusia dan agama
Manusia dan agama
Indra West
 
Makalah beriman kepada kitab kitab allah
Makalah beriman kepada kitab kitab allahMakalah beriman kepada kitab kitab allah
Makalah beriman kepada kitab kitab allah
Ahmad Alhidayah
 
Contoh qodhiyah dalam ilmu mantiq
Contoh qodhiyah dalam ilmu mantiqContoh qodhiyah dalam ilmu mantiq
Contoh qodhiyah dalam ilmu mantiq
Isna Fitrotin
 
Hukum penggantian kelamin
Hukum penggantian kelaminHukum penggantian kelamin
Hukum penggantian kelaminMarhamah Saleh
 
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 ContohnyaPengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Habibullah Al Faruq
 
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayi
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayiMakalah psikologi perkembangan pada masa bayi
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayi
Zulfa Meizanita
 
Transgender menurut pandangan hukum islam
Transgender menurut pandangan hukum islamTransgender menurut pandangan hukum islam
Transgender menurut pandangan hukum islamRizki Gumilar
 
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
dindaa99
 
PPT Penyembelihan Hewan Qurban dan Aqiqah
PPT Penyembelihan Hewan Qurban dan AqiqahPPT Penyembelihan Hewan Qurban dan Aqiqah
PPT Penyembelihan Hewan Qurban dan Aqiqah
Evaariva
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Robet Saputra
 
Iman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya Bagi KehidupanIman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
ananovia99
 
Islam sebagai way of life
Islam sebagai way of lifeIslam sebagai way of life
Islam sebagai way of life
Ridwan Hidayat
 

What's hot (20)

Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
BAB RUJUK
BAB RUJUK BAB RUJUK
BAB RUJUK
 
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
 
Makalah euthanasia
Makalah euthanasiaMakalah euthanasia
Makalah euthanasia
 
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap AborsiMasail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
 
Poligami
PoligamiPoligami
Poligami
 
Pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasional
Pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasionalPendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasional
Pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasional
 
Manusia dan agama
Manusia dan agamaManusia dan agama
Manusia dan agama
 
Makalah beriman kepada kitab kitab allah
Makalah beriman kepada kitab kitab allahMakalah beriman kepada kitab kitab allah
Makalah beriman kepada kitab kitab allah
 
Contoh qodhiyah dalam ilmu mantiq
Contoh qodhiyah dalam ilmu mantiqContoh qodhiyah dalam ilmu mantiq
Contoh qodhiyah dalam ilmu mantiq
 
Hukum penggantian kelamin
Hukum penggantian kelaminHukum penggantian kelamin
Hukum penggantian kelamin
 
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 ContohnyaPengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
 
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayi
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayiMakalah psikologi perkembangan pada masa bayi
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayi
 
Hubungan iman, islam, dan ihsan
Hubungan iman, islam, dan ihsanHubungan iman, islam, dan ihsan
Hubungan iman, islam, dan ihsan
 
Transgender menurut pandangan hukum islam
Transgender menurut pandangan hukum islamTransgender menurut pandangan hukum islam
Transgender menurut pandangan hukum islam
 
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
 
PPT Penyembelihan Hewan Qurban dan Aqiqah
PPT Penyembelihan Hewan Qurban dan AqiqahPPT Penyembelihan Hewan Qurban dan Aqiqah
PPT Penyembelihan Hewan Qurban dan Aqiqah
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
 
Iman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya Bagi KehidupanIman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Iman dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan
 
Islam sebagai way of life
Islam sebagai way of lifeIslam sebagai way of life
Islam sebagai way of life
 

Similar to Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam mayang sari

Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
Septian Muna Barakati
 
Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
Warnet Raha
 
Makalah transplantasi organ manusia
Makalah transplantasi organ manusiaMakalah transplantasi organ manusia
Makalah transplantasi organ manusia
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
PDF- Ctu 221- Hukum Pendermaan dan Pemindahan Organ
PDF- Ctu 221- Hukum Pendermaan dan Pemindahan OrganPDF- Ctu 221- Hukum Pendermaan dan Pemindahan Organ
PDF- Ctu 221- Hukum Pendermaan dan Pemindahan Organ
NiNa ZizAn
 
KLP 13_TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN.docx
KLP 13_TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN.docxKLP 13_TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN.docx
KLP 13_TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN.docx
WellaVistaEdward
 
Hukum transplantasi
Hukum transplantasiHukum transplantasi
Hukum transplantasi
Kampus-Sakinah
 
Transplantasi Organ di Pandang dari Kode Etika,Agama dan Segi Hukum di Indonesia
Transplantasi Organ di Pandang dari Kode Etika,Agama dan Segi Hukum di IndonesiaTransplantasi Organ di Pandang dari Kode Etika,Agama dan Segi Hukum di Indonesia
Transplantasi Organ di Pandang dari Kode Etika,Agama dan Segi Hukum di IndonesiaVerar Oka
 
Fiqh Medicine : euthanasia organtransplan_autopsi
Fiqh Medicine : euthanasia organtransplan_autopsiFiqh Medicine : euthanasia organtransplan_autopsi
Fiqh Medicine : euthanasia organtransplan_autopsi
Drnoor Tahir Lubis
 
Transplantasi
TransplantasiTransplantasi

Similar to Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam mayang sari (20)

Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah agama tentang asi AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
Makalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asiMakalah agama tentang asi
Makalah agama tentang asi
 
Makalah agama tentang asi (3)
Makalah agama tentang asi (3)Makalah agama tentang asi (3)
Makalah agama tentang asi (3)
 
Makalah transplantasi organ manusia
Makalah transplantasi organ manusiaMakalah transplantasi organ manusia
Makalah transplantasi organ manusia
 
PDF- Ctu 221- Hukum Pendermaan dan Pemindahan Organ
PDF- Ctu 221- Hukum Pendermaan dan Pemindahan OrganPDF- Ctu 221- Hukum Pendermaan dan Pemindahan Organ
PDF- Ctu 221- Hukum Pendermaan dan Pemindahan Organ
 
KLP 13_TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN.docx
KLP 13_TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN.docxKLP 13_TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN.docx
KLP 13_TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN.docx
 
Hukum transplantasi
Hukum transplantasiHukum transplantasi
Hukum transplantasi
 
Transplantasi Organ di Pandang dari Kode Etika,Agama dan Segi Hukum di Indonesia
Transplantasi Organ di Pandang dari Kode Etika,Agama dan Segi Hukum di IndonesiaTransplantasi Organ di Pandang dari Kode Etika,Agama dan Segi Hukum di Indonesia
Transplantasi Organ di Pandang dari Kode Etika,Agama dan Segi Hukum di Indonesia
 
Fiqh Medicine : euthanasia organtransplan_autopsi
Fiqh Medicine : euthanasia organtransplan_autopsiFiqh Medicine : euthanasia organtransplan_autopsi
Fiqh Medicine : euthanasia organtransplan_autopsi
 
Trasplantasi organ
Trasplantasi organTrasplantasi organ
Trasplantasi organ
 
Trasplantasi organ
Trasplantasi organTrasplantasi organ
Trasplantasi organ
 
Trasplantasi organ
Trasplantasi organTrasplantasi organ
Trasplantasi organ
 
Transplantasi
TransplantasiTransplantasi
Transplantasi
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Transplantasi anggota badan, transfusi darah, jual beli darah menurut islam mayang sari

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan perkembangan pengetahuan, dan berkembangnya teknologi yang sangat jauh berbeda dengan perkembangan pada masa perkembangan Islam pada masa itu. Dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi sampailah kepada bidang kedokteran, tidak hanya dibidang informatika, atau sain, melainkan bidang kedokteranpun menggunakan teknologi yang amat canggih untuk masa sekarang. Jadi tidak heran jika ada perbedaan tingkahlaku mengenai penanganan para ahli bidang kesehatan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi seperti cangkok ginjal, transfusi darah dan sebagainya, yang mana jika di lihat dari kacamatan Hukum Islam mengandung banyak petanyaan apakah hal semacam itu diperbolehkan ataukah di larang oleh hukum Agama. Dengan latar belakang inilah kami penulis mengangkat tema “Transplantasi Anggota Badan, Transfusi Darah, Jual Beli Darah dalam pandangan islam” yang mana ketiga sub tema tersebut merupakan kelahiran baru yang berawal dari perkembangan pengetahuan, karena sebelumnya tidak ditemukan khususnya pada masa Rasulullah atau pada masa Sahabat. B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apa pengertian tranplasi organ tubuh ? 2. Bagaimana hukum mengenai transplantasi anggota badan ? 3. Apa pengertian transfusi darah? 4. Bagaimana Indikasi-indikasi transfusi daerah ? 5. Apa Syarat menjadi pendonor darah ? 6. Bagaimana Hukum islam mengenai tranfusi darah ? 7. Bagaimana Manfaat transfusi darah menurut medis ? B. Tujuan Untuk mengetahui Transplantasi Anggota Badan, Transfusi Darah, Jual Beli Darah dalam pandangan islam. ii
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Transplantasi Organ Tubuh Pengertian transplantasi (pencangkokan) ialah pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik, yang apabila diobati dengan prosedur medis biasa, harapan penderita untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi. Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terkait dengannya: Pertama, Donor, yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat untuk dipasangkan pada orang lain yang organ tubuhnya menderita sakit atau terjadi kelainan. Kedua, Resipien, yaitu orang yang menerima organ tubuh dari donor yang karena satu dan lain hal, organ tubuhnya harus diganti. Ketiga, Tim ahli, yaitu para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak donor kepada resipien. Berkenaan dengan donor, transplantasi dapat dikategorikan ke dalam tiga tipe, yaitu : 1. Donor dalam keadaan hidup sehat. Dalam tipe ini perlu adanya seleksi yang cermat dan harus dilakukan general check up (pemeriksaan kesehatan yang lengkap menyeluruh), baik terhadap donor maupun terhadap resipien (penerima), demi menghindari kegagalan transplantasi yang disebabkan penolakan tubuh resipien dan sekaligus menghindari dan mencegah resiko bagi donor. Sebab menurut data statistik, 1 dari 1000 donor meninggal, dan si donor juga merasa was-was dan merasa tidak aman, karena dia menyadari, misalnya bila dia donor ginjal, dia tak akan memperoleh kembali ginjalnya seperti sedia kala. 2. Donor dalam keadaan koma. Apabila donor dalam keadaan koma atau diduga kuat akan meninggal segera, maka dalam pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat kontrol dan penunjang kehidupan, misalnya dengan bantuan alat pernafasan khusus. Kemudian alat-alat penunjang kehidupan tersebut dicabut setelah selesai proses pengambilan organ tubuhnya.1[1] Hanya, kriteria meninggal secara medis/klinis dan yuridis perlu ditentukan dengan tegas dan tuntas, apakah kriteria itu ditandai dengan berhentinya denyut jantung dan pernafasan, atau ditandai dengan berhentinya fungsi otak. 3. Donor dalam keadaan meninggal. Dalam tipe ini, organ tubuh yang akan dicangkokkan diambil ketika donor telah meninggal berdasarkan ketentuan medis dan yuridis, juga ii
  • 3. harusdiperhatikan daya tahan organ yang akan diambil untuk transplantasi2[4], apakah masih ada kemungkinan untuk bisa berfungsi bagi resipien atau apakah sel-sel jaringannya telah mati, sehingga tidak berguna lagi bagi resipien. Berdasarkan uraian diatas, maka muncul suatu pertanyaan: “Bagaimanakah pandangan hukum Islam tentang transplantasi organ tubuh, baik donor dalam keadaan sehat, dalam keadaan koma, maupun dalam keadaan meninggal?”.Inilah yang menjadi pokok masalah dalam tulisan ini, yang mana dalam pembahasannya berpedoman pada hukum Islam (Quran dan Hadits) secara eksplisit, serta mengaitkan hal tersebut pada qaidah fiqhiyyah yang benar. B.Hukum Transplantasi Organ Tubuh 1. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Sehat Apabila transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup sehat, maka hukumnya „Haram‟, dengan alasan : Firman Allah dalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 195 : “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan”. Ayat tersebut mengingatkan manusia, agar jangan gegabah dan ceroboh dalam melakukan sesuatu, namun tetap menimbang akibatnya yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi diri donor, walaupun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan luhur. Umpamanya seseorang menyumbangkan sebuah ginjalnya atau matanya pada orang lain yang memerlukannya karena hubungan keluarga, teman atau karena berharap adanya imbalan dari orang yang memerlukan dengan alasan krisis ekonomi. Dalam masalah yang terakhir ini, yaitu donor organ tubuh yang mengharap imbalan atau menjualnya, haram hukumnya, disebabkan karena organ tubuh manusia itu adalah milik Allah (milk ikhtishash), maka tidak boleh memperjualbelikannya. Manusia hanya berhak mempergunakannya, walaupun organ tubuh itu dari orang lain. Orang yang mendonorkan organ tubuhnya pada waktu masih hidup sehat kepada orang lain, ia akan menghadapi resiko ketidakwajaran, karena mustahil Allah menciptakan mata atau ginjal secara berpasangan kalau tidak ada hikmah dan manfaatnya bagi seorang manusia. Maka bila ginjal si donor tidak berfungsi lagi, maka ia sulit untuk ditolong kembali. Maka sama halnya, menghilangkan penyakit dari resipien dengan cara membuat penyakit baru bagi si donor. Hal ini tidak diperbolehkan karena dalam qaidah fiqh disebutkan: ii
  • 4. “Bahaya (kemudharatan) tidak boleh dihilangkan dengan bahaya (kemudharatan) lainnya” Qaidah Fiqhiyyah “Menghindari kerusakan/resiko, didahulukan dari/atas menarik kemaslahatan”3[6] Berkaitan transplantasi, seseorang harus lebih mengutamakan menjaga dirinya dari kebinasaan, daripada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri dan berakibat fatal, akhirnya ia tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya, terutama tugas kewajibannya dalam melaksanakan ibadah. 2. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Koma Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan koma, hukumnya tetap haram, walaupun menurut dokter, bahwa si donor itu akan segera meninggal, karena hal itu dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah, hal tersebut dapat dikatakan „euthanasia‟ atau mempercepat kematian. Tidaklah berperasaan/bermoral melakukan transplantasi atau mengambil organ tubuh dalam keadaan sekarat.Orang yang sehat seharusnya berusaha untuk menyembuhkan orang yang sedang koma tersebut, meskipun menurut dokter, bahwa orang yang sudah koma tersebut sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh.Sebab ada juga orang yang dapat sembuh kembali walau itu hanya sebagian kecil, padahal menurut medis, pasien tersebut sudah tidak ada harapan untuk hidup. Maka dari itu, mengambil organ tubuh donor dalam keadaan koma, tidak boleh menurut Islam dengan alasan sebagai berikut: a. Hadits Nabi, riwayat Malik dari „Amar bin Yahya, riwayat al-Hakim, al-Baihaqi dan al-Daruquthni dari Abu Sa‟id al-Khudri dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu „Abbas dan „Ubadah bin al-Shamit : “Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat madharat pada orang lain” Berdasarkan hadits tersebut, mengambil organ tubuh orang dalam keadaan koma/sekarat haram hukumnya, karena dapat membuat madharat kepada donor tersebut yang berakibat mempercepat kematiannya, yang disebut euthanasia. ii
  • 5. b. Manusia wajib berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya demi mempertahankan hidupnya, karena hidup dan mati berada di tangan Allah.Oleh karena itu, manusia tidak boleh mencabut nyawanya sendiri atau mempercepat kematian orang lain, meskipun hal itu dilakukan oleh dokter dengan maksud mengurangi atau menghilangkan penderitaan pasien. 3. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Meninggal Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata atau ginjal) yang sudah meninggal secara yuridis dan medis, hukumnya mubah, yaitu dibolehkan menurut pandangan Islam dengan syarat bahwa : a. Resipien (penerima sumbangan organ tubuh) dalam keadaan darurat yang mengancam jiwanya bila tidak dilakukan transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat secara optimal baik medis maupun non medis, tetapi tidak berhasil. Hal ini berdasarkan qaidah fiqhiyyah : “Darurat akan membolehkan yang diharamkan”.4[8] Juga berdasarkan qaidah fiqhiyyah : “Bahaya itu harus dihilangkan” b. Juga pencangkokan cocok dengan organ resipien dan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih gawat baginya dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Disamping itu harus ada wasiat dari donor kepada ahli warisnya, untuk menyumbangkan organ tubuhnya bila ia meninggal, atau ada izin dari ahli warisnya. Demikian ini sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 29 Juni 1987, bahwa dalam kondisi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, maka pengambilan katup jantung orang yang telah meninggal untuk kepentingan orang yang masih hidup, dapat dibenarkan oleh hukum Islam dengan syarat ada izin dari yang bersangkutan (lewat wasiat sewaktu masih hidup) dan izin keluarga/ahli waris.5[10] Adapun fatwa MUI tersebut dikeluarkan setelah mendengar penjelasan langsung Dr. Tarmizi Hakim kepada UPF bedah jantung RS Jantung “Harapan Kita” tentang teknis pengambilan katup jantung serta hal-hal yang berhubungan dengannya di ruang sidang MUI 4[8] Al-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nazhair, hal. 61 5[10]MUI, Himpunan Keputusan dan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: Sekretariat MUI, 1415 H/1995 M), hal. 176 ii
  • 6. pada tanggal 16 Mei 1987. Komisi Fatwa sendiri mengadakan diskusi dan pembahasan tentang masalah tersebut beberapa kali dan terakhir pada tanggal 27 Juni 1987.6[11] Adapun dalil-dalil yang dapat menjadi dasar dibolehkannya transplantasi organ tubuh, antara lain: a) Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 195 yang telah kami sebut dalam pembahasan didepan, yaitu bahwa Islam tidak membenarkan seseorang membiarkan dirinya dalam bahaya, tanpa berusaha mencari penyembuhan secara medis dan non medis, termasuk upaya transplantasi, yang memberi harapan untuk bisa bertahan hidup dan menjadi sehat kembali. b) Al-Quran surah Al-Maidah ayat 32: “Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia semuanya”. Ayat tersebut menunjukkan bahwa tindakan kemanusiaan (seperti transplantasi) sangat dihargai oleh agama Islam, tentunya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disebutkan diatas. c) Al-Quran surah Al-Maidah ayat 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa”. Selain itu juga ayat 195, menganjurkan agar kita berbuat baik. Artinya: “Dan berbuat baiklah karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. Menyumbangkan organ tubuh si mayit merupakan suatu perbuatan tolong-menolong dalam kebaikan, karena memberi manfaat bagi orang lain yang sangat memerlukannya. Pada dasarnya, pekerjaan transplantasi dilarang oleh agama Islam, karena agama Islam memuliakan manusia berdasarkan surah al-Isra ayat 70, juga menghormati jasad manusia walaupun sudah menjadi mayat, berdasarkan hadits Rasulullah saw. : “Sesungguhnya memecahkan tulang mayat muslim, sama seperti memecahkan tulangnya sewaktu masih hidup”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Said Ibn Mansur dan Abd. Razzaq dari „Aisyah). Tetapi menurut Abdul Wahab al-Muhaimin; meskipun pekerjaan transplantasi itu diharamkan walau pada orang yang sudah meninggal, demi kemaslahatan karena membantu orang lain yang sangat membutuhkannya, maka hukumnya mubah/dibolehkan selama dalam pekerjaan transplantasi itu tidak ada unsur merusak tubuh mayat sebagai penghinaan kepadanya7[13]Hal ini didasarkan pada qaidah fiqhiyyah : 6[11]Ibid, hal. 176-177 ii
  • 7. “Apabila bertemu dua hal yang mendatangkan mafsadah (kebinasaan), maka dipertahankan yang mendatangkan madharat yang paling besar, dengan melakukan perbuatan yang paling ringan madharatnya dari dua madharat”. Hadits Nabi saw. “Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak meletakkan suatu penyakit kecuali dia juga telah meletakkan obat penyembuhnya, selain penyakit yang satu, yaitu penyakit tua”. (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim dari Usamah ibnu Syuraih) Oleh sebab itu, transplantasi sebagai upaya menghilangkan penyakit, hukumnya mubah, asalkan tidak melanggar norma ajaran Islam. Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda pula :“Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat itu tepat, maka penyakit itu akan sembuh atas izin Allah”. (HR. Ahmad dan Muslim dari Jabir) Selanjutnya berkenaan dengan hukum antara donor dan resipien yang seagama atau tidak seagama, serta hukum organ tubuh yang diharamkan seperti babi, juga dapat menimbulkan masalah, tetapi hal tersebut dapat dikaji berdasar ayat-ayat Al-Quran surah al-Najm 38-41 : 1) “Bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwa manusia itu tidak memperoleh selain apa yang ia usahakan. Dan bahwa usahanya itu kelak akan diperlihatkan. Kemudian akan diberi balasannya dengan balasan yang paling sempurna”. 2) Al-Quran surah al-Baqarah ayat 286 :“Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya itu dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya”. Berdasar ayat-ayat diatas, berkenaan dengan hubungan antara donor dengan resipien yang menyangkut pahala atau dosa maka dalam hal ini mereka masing-masing akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan mereka sendiri-sendiri. Mereka tidak akan dibebani dengan pahala atau dosa, kecuali yang dilakukan oleh masing-masing mereka. Yang perlu diingat, bahwa yang salah bukan organ tubuh, tetapi pusat pengendali, yaitu pusat urat syaraf.Oleh sebab itu, tidak perlu khawatir dengan organ tubuh yang disumbangkan, karena tujuannya adalah untuk kemanusiaan dan dilakukan dalam keadaan darurat. Hal ini sama dengan hukum tranfusi darah. Namun alangkah baiknya dan sangat diharapkan demi kemaslahatan, jika organ tubuh itu kita dapatkan dari seorang muslim juga, demi ketenangan kita dalam menjalankan kehidupan untuk ibadah, dengan dasar : ii
  • 8. Selanjutnya, bertalian dengan transplantasi dengan organ tubuh hewan diharamkan yang dicangkokkan kepada manusia, seperti katup jantung babi atau ginjalnya, dalam hal ini haram hukumnya, dengan dasar qaidah fiqh : “Pada dasarnya segala sesuatu itu adalah haram”. C. Pengertian Transfusi Darah Transfuse darah adalah penginjeksian darah dari seseorang (yang disebut donor) ke dalam system peredaran darah seseorang yang lain (yang disebut resepien). Transfuse darah tidak pernah terjadi kecuali setelah ditemukannya sirkulasi darah yang tidak pernah berhenti dalam tubuh. Ada empat golongan darah yang utama, yaitu A, B, AB dan O. perbedaan di antara golongan-golongan ini ditenrukan oleh ada tidaknya dua zat utama (yaitu A dan B) dalam sel darah merah, serta oleh ada tidaknya dua unsur (yaitu unsur anti-A dan unsur anti-B) dalam serum darah tersebut. Perlu dicatat bahwa ;walaupun serum dan plasma itu mirip, tetapi perbedaan antara keduanya adalah bahwa dalam serum, fibrinogen dan kebanyakan factorfaktor penggumpalan lainnya tidak ada. Jadi, serum ini sendiri tidak dapat menggumpal karena ia tidak memiliki factor-faktor penggumpal tersebut, yang ada adalah di dalam plasma darah. Seseorang yang bergolongan darah O di kenal sebagai donor universal, Karena sel darah merah orang ini tidak mengandung zat kimia A maupun B. tetapi, orang ini tidak dapat menerima darah orang lain kecuali yang bergolongan O, karena serum darahnya berisi unsure anti-A dan anti-B sekaligus. Disisi lain, seseorang yang bergolangan darah AB dapat menerima transfuse darah dari donor kelompok manapun, sehingga ia disebut sebagai resepien universal, tetapi ia hanya dapat menyumbangkan darahnya pada orang lain yang segolongan darah AB. D. Indikasi-indikasi Transfusi Darah Pada dasarnya, ada dua alas an umum mengapa perlu dilakukan transfusi darah pada seseorang, yaitu : 1. Kehilangan darah : kehilangan darah dapat mengakibatkan kurangnya volume darah yang mengalir dalam tubuh. Beberapa faktor yang menyebabkan, antara lain: 1) Pendarahan akibat luka-luka, atau dalam kasus korengan, radang usus, atau persalinan. 2) Luka-luka, luka bakar, dan pembengkakan akibat kecelakaan. 3) Operasi, seperti operasi jantung, dan operasi-operasi bedah lainnya. ii
  • 9. 4) Ketidak cocokan darah antara ibu dan anak. Dalam kasus ini, transfusi pertukaran harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa si anak. 5) Anemia akut dan kronis, serta kekacauan system pembekuan darah, seperti hemophilia. 2. Kekurangan unsur penting dalam darah, seperti pada kasus-kasus : 1) Pasien anemia yang menderita kekurangan sel darah merah, hanya membutuhkan transfusi sel darah merah saja. 2) Pasien hemophilia, sebagai akibat dari kekacauan system pembekuan darah, beresiko pada timbulnya anaemia dan kehilangan darah yang berbahaya ketika mengalami luka sekecil apapun, dikarenakan oleh proses pembekuan darah yang terlalu lambat. Sehingga, dalam upaya menahan pendarahan, si pasien harus mendapatkan transfuse plasma darah. Atau, si pasien dapat diinjeksi dengan AHF (anti haemophilic factor). E.Syarat-syarat Menjadi Pendonor 1. Umur 17-60 tahun( usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin tertulis dari orang tua). 2. Berat badan minimal 45 kg. 3. Temperatur tubuh: 36,6 – 37,5 derajat Celcius. 4. Tekanan darah baik yaitu sistole = 110 – 160 mmHg, diastole = 70 – 100 mmHg. 5. Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50 – 100 kali/ menit. 6. Hemoglobin Perempuan minimal 12 gram, sedangkan untuk pria minimal 12,5 gram. 7. Jumlah penyumbangan per tahun paling banyak lima kali dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya tiga bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor. F. Orang-orang yang Tidak Boleh Menjadi Pendonor 1. Pernah menderita hepatitis B. 2. Dalam jangka waktu enam bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis. 3. Dalam jangka waktu enam bulan sesudah transfuse. 4. Dalam jangka waktu enam bulan sesudah tato/tindik telinga. 5. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi. 6. Dalam jangka waktu enam bulan sesudah operasi kecil. 7. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar. 8. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, kolera, tetanus dipteria, atau profilaksis. 9. Dalam jangka waktu dua minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, dan tetanus toxin. ii
  • 10. 10. Dalam jangka waktu satu tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic 11. Dalam jangka waktu satu minggu sesudah gejala alergi menghilang. 12. Dalam jangka waktu satu tahun sesudah transplantasi kulit. 13. Sedang hamil dan dalam jangka waktu enam bulan sesudah persalinan. 14. Sedang menyusui. 15. Ketergantungan obat. 16. Alkoholisme akut dan kronis. 17. Mengidap Sifilis. 18. Menderita tuberkulosis secara klinis. 19. Menderita epilepsi dan sering kejang 20. Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk. 21. Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya kekurangan G6PD, thalasemia, dan polibetemiavera. 22. Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang berisiko tinggi mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, dan pemakai jarum suntik tidak steril). 23. Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil G. saat donor darah. Hukum Islam Mengenai Transfusi Darah a) pemeriksaan Penerima Donor (Recipient) Para ulama menggolongkan donor darah sebagaimana “makan” bukan “berobat”.Dengan demikian, pada hakikatnya, orang yang melakukan donor darah dianggap telah memasukkan makanan berupa darah ke dalam tubuhnya.Untuk itu, ulama memberikan batasan, bahwa donor darah diperbolehkan jika dalam kondisi darurat. Dalil dalam masalah ini adalah firman Allah,:      “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah ….” (Q.s. Al-Maidah:3). Kemudian, di akhir ayat, Allah menyatakan, ii
  • 11.  “Barang siapa berada dalam kondisi terpaksa karena kelaparan, (lalu) tanpa sengaja (dia) berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ….” (Q.s. AlMaidah:3) Allah memperbolehkan hamba-Nya untuk memakan makanan yang diharamkan jika dalam kondisi terpaksa, karena kelaparan. Dalam kondisi yang sama, orang sakit yang hendak menyelamatkan nyawanya, diperbolehkan untuk memasukkan darah ke dalam tubuhnya, karena kondisi terpaksa. b) Pendonor Seseorang diperbolehkan melakukan donor darah, selama proses donor tersebut tidak membahayakan dirinya. Dalil dalam masalah ini adalah sabda Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, “Tidak boleh menimbulkan bahaya atau membahayakan yang lain.” (H.r. Ibnu Majah dan Ad-Daruquthni; dengan derajat hasan) (Disimpulkan dari fatwa Syekh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh). Al Quran dan sunnah tidak membahas masalah transfuse darah. Tetapi, menurut berbagai prinsip dan ajaran umum yang terdapat dalam sumber-sumber orisinil islam, darah yang mengalir (dam masfuh) selalu dianggap sebagai benda najis. Selain itu, islam melarang para pemeluknya untuk mengkonsumsi darah. Diantara makanan yang di kategorikan haram di konsumsi yang disebut dalam Al quran adalah dam masfuh yang artinya arah yang mengalir, dan dalam Firman Allah SWT dalam surat Al-An‟am 6:145 yang artinya : Katakan (Hai Muhammad) : Aku tidak menemukan dalam apa yang telah diwahyukan kepadaku sesuatu yang terlarang untuk dimakan oleh seseorang yang ingin memakannya, kecuali daging bangkai, atau darah yang mengalir, atau daging babi. c) Peraturan Hukum Menurut Beberapa Tokoh 1. Menurut Mufti Syafi Mufti Syafi menetapkan bahwa dengan mempertimbangkan kelonggaran dan kemudahan yang diberikan syariat bagi kondisi-kondisi luar biasa yaitu yang mengancam jiwa, dan bagi upaya pengobatan, maka transfuse darah hukumnya boleh (ja‟iz). Pada penjelasan yang lain Muft Syafi menerangkan bahwa darah diambil dengan jarum, tanpa mengiris bagian tubih manapun lalu di transfusikan kedalam tubuh orang lain untuk memperpanjang hidupnya. Muft Syafi juga berpendapat bahwa meskipun darah termasuk benda najis, namun mendonorkan darah untuk di transfusikan pada orang lain hukumnya adalah boleh atas dasar keterdesakan, dan hal ini termasuk dalam kategori memanfaatkan benda terlarang sebagai obat. Pembolehan ini, kata dia, harus dibatasi menurut ketentuan-ketentuan berikut : ii
  • 12. a. Transfuse darah hanya boleh dilakukan jika ada kebutuhan yang mendesak untuk itu. b. Transfuse darah juga boleh dilakukan ketika tidak membahayakan nyawa si pasien tetapi, dalam pandangan dokter yang berkompeten, pasien tidak mungkin disembuhkan tanpa transfuse darah c. Jika memungkinkan, lebih baik untuk memilih cara yang tidak melibatkan transfuse darah. d. Transfuse darah tidak di perbolehkan jika tujuannya hanya untuk peningkatan kesehatan. 2. Menurut Syekh Ahmad Fahmi Abu Sinnah Pengambilan darah dari tubuh donor dan pentransfusiannya ke dalam tubuh resepien sama sekali tidak merusak martabat manusia. Justru tindakan semacam ini dapat meningkatkan martabat manusia, Karena menolong sesame manusia adalah sesuatu yang mulia, apalagi menolong orang yang terancam jiwanya. Hak seseorang atas darahnya menjadi hilang tatkala ia menyetujui untuk mendonorkannya. Namun, hokum islam melarang seseorang untuk mendonorkan darahnya bila tindakannya itu bisa berakibat buruk pada keselamatan dan kesehatannya. Jadi syarat-syarat berikut ini harus terpenuhi, yaitu : a. Donor secara ikhlas berniat mendonorkan darahnya. b. Tidak ada bahaya serius yang mengancam jiwa atau kesehatan donor akibat transfuse itu. c. Harus sudah dipastikan bahwa tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan nyawa resipien kecuali dengan transfuse. d. 3. Derajat keberhasilan melalui cara pengobatan ini diperkirakan tinggi. Menurut Dr. Abd al-Salam al-Syukri Transfuse darah merupakan praktik yang diperbolehkan dan bergantung pada hal-hal berikut : a. Donor tidak boleh menuntut imbalan financial dalam bentuk apapun. b. Hidup donor sama sekali tidak terganggu setelah darah tidak diambil dari tubuhnya. c. Donor harus bebas dari segala macam penyakit menular, dan ia tidak menderita kecanduan sesuatu. 4. Menurut Syekh Jad al-Haqq Syariat memperbolehkan mengambil manfaat dari tubuh seseorang seperti darah dan mentransfusikannya pada tubuh orang lain sebagai sebuah cara pengobatan, dengan syarat bahwa tidak ada lagi cara pengobatan lain yang bisa di tempuh. ii
  • 13. H. Manfaat Transfusi Darah Menurut Medis 1. Mengetahui golongan darahnya. 2. Mengetahui tekanan darah secara berkala (tiga bulan sekali) pada setiap akan menyumbangkan darahnya. 3. Dapat memperbarui darah di tubuhnya, karena telah menyumbangkan darahnya sebanyak 350 cc. Kemudian memperoleh darah yang baru pada bulan berikutnya. 4. Mengganti sel-sel darah merah yang telah bermetabolisme secara teratur, Sel darah merah dibentuk dalam tubuh oleh hati, ginjal. 5. Sarana amal kemanusiaan bagi yang sakit, kecelakaan, operasi dll(setetes darah merupakan nyawa bagi mereka). 6. Orang yang aktif donor jarang terkena penyakit ringan maupun berat. 7. Pemeriksaan ringan secara triwulanan meliputi Tensi darah, kebugaran (Hb), gangguan kesehatan (hepatitis, gangguan dalam darah dll). 8. Mencegah stroke (Pria lebih rentan terkena stroke dibanding wanita karena wanita keluar darah rutin lewat menstruasi kalau pria sarana terbaik lewat donor darah aktif). 9. Dapat tidur nyenyak. 10. Nafsu makan bertambah. I. Jual beli darah Berkaitan tentang memperjualbelikan darah, kalau dipikir-pikir maka orang yang memperjualbelikan darah itu kurang manusiawi. Sebab penggunaan darah itu adalah untuk menolong nyawa si penderita. Dalam keadaan yang semacam ini seharusnya yang berbicara adalah nurani bukan materi yang menonjol. Kalau ditinjau dari segi hukum, maka di antara ulama ada yang memperbolehkan jual beli darah, sebagaimana halnya jual beli barang najis yang ada manfaatnya, seperti kotoran hewan. Dengan demikian secara Qiyas diperbolehkan memperjualbelikan darah manusia (sama-sama najis) dan memang besar manfaatnya untuk menolong jiwa manusia. BAB III ii
  • 14. PENUTUP A. Kesimpulan Transplantasi adalah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik. Pencangkokan organ tubuh yang menjadi pembicaraan pada waktu ini adalah; mata, ginjal dan jantung. Sedangkan transfusi Dalam kamus umum bahasa Indonesia kata transfusi diartikan sebagai pemindahan darah (pemasukan darah kepada orang yang kekurangan darah). Perkataan transfusi darah adalah terjemahan dari bahasa Inggris “blood transfusion”, lalu DR. Ahmad Sofian mengartikan transfusi darah sebagai istilah “pindah-tuang darah”. Masalah transfusi darah adalah masalah baru dalam hukum Islam, karena tidak ditemukan hukumnya dalam fiqih pada masa-masa pembentukan hukum Islam. Al-Quran dan hadits pun sebagai sumber hukum Islam. Tidak menyebutkan hukumnya, sehingga pantaslah hal ini disebut sebagai masalah ijtihad. Dalam hal ini agama Islam sangat menyambut baik perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran yang menyangkut pada permasalahan transfusi darah manusia, dalam rangka penyelamatan jiwa manusia. Sesuai dengan firman Allah surat AlMaidah ayat 32. Berkaitan tentang memperjualbelikan darah, kalau dipikir-pikir maka orang yang memperjualbelikan darah itu kurang manusiawi. Sebab penggunaan darah itu adalah untuk menolong nyawa si penderita. B. Saran Sebagaimana kata orang tidak ada gading yang tak retak oleh karenanya makalah ini yang berkenaan dengan “Transplantasi Anggota Badan, Transfusi Darah, Jual Beli Darah dalam pandangan islam” belum mendekati sempurna, maka dari itu diperlukan saran yang berarti dan membangun untuk kesempurnaan pembuatan malah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya serta penulis pada khususnya. DAFTAR PUSTAKA ii
  • 15. 1. Al-Quran dan terjemahnya, Jakarta, 1971 2. Nata, Prof. Dr. H. Abuddin, M.A, Masail Al-Fiqhiyah, Jakarta, UIN Jakarta Press, 2006 3. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1986 4. http://khultur.wordpress.com/2011/09/17/al-maidah-ayat32/ 5. http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/5/30 6. http://quran.com/5/32 7. http://almanhaj.or.id/content/2199/slash/0/kondisi-yang-memperbolehkantransfusi-darah-hukum-donor-darah/ 8. http://www.dakwatuna.com/2012/02/21/18830/donor-darah-dalam-perspektifislam/#axzz2lXjDgpf3 KATA PENGANTAR ii
  • 16. Segala puji dan syukur kepada sumber dari segala sesuatu yang bersifat mulia. Sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, sang Maha Cahaya, penabur cahaya ilham, pilar nalar kebenaran dan kebaikan, sang kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat, Allah SWT. Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan serta menyampaikan kepada kita semua ajaran Islam yang telah terbukti kebenarannya, serta makin terus terbukti kebenarannya. Dengan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan inspirasi kepada kami sehingga makalah yang berjudul “Transplantasi Anggota Badan, Transfusi Darah, Jual Beli Darah dalam pandanan islam” ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan penuh kesadaran diri dan kerendahan hati, kami menyadari bahwa hanya Allah-lah yang memiliki kesempurnaan, sehingga tentu masih banyak lagi rahasia-Nya yang belum tergali dan belum kita ketahui. Oleh karenanya kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran membangun dari teman-teman dan pembaca sekalian sehingga mampu menjalin sinergi yang pada akhirnya akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi dimasa yang akan datang, bukan hanya untuk Islam namun juga untuk kemajuan umat manusia. Raha, November 2013 Penyusun ii
  • 17. MAKALAH TRANSPLANTASI ANGGOTA BADAN, TRANSFUSI DARAH, JUAL BELI DARAH DALAM PANDANGAN ISLAM DI SUSUN OLEH: NAMA : SAFIA NIM : 2013.IB.0032 TINGKAT : I A. AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2013 ii
  • 18. DAFTAR ISI Kata Pengantar..................................................................................................................... i Daftar Isi.............................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 1 C. Tujuan............................................................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian transplatasi organ tubuh................................................................................. 2 B. Hukum transplatasi organ tubuh...................................................................................... 3 C. Pengertian Tranfusi darah.............................................................................................. 8 D. Indikasi tranfusi darah...................................................................................................... 8 E. Syarat menjadi pendonor................................................................................................ 9 F. Orang yang tidak menjadi pendonor............................................................................... 9 G. hukum islam mengenai tranfusi darah............................................................................. 10 H. Manfaat tranfusi darah bagi medis.................................................................................. 13 I. Jual Beli darah................................................................................................................... 13 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN................................................................................................................14 3.2 SARAN............................................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15 ii