Dokumen tersebut membahas tentang klasifikasi berbagai jenis racun (xenobiotik) berdasarkan sumber, wujud, sifat kimia, cara terbentuk, efek kesehatan, organ target yang diserang, serta status kehidupannya. Jenis racun tersebut meliputi racun biotis yang berasal dari organisme hidup seperti bakteri, jamur, dan tanaman, serta racun abiotis yang berasal dari lingkungan seperti logam berat dan zat k
2. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti materi ini, mahasiswa dapat
menjelaskan:
1. Klasifikasi Racun
2. Racun Biotis atau Biotoksin
3. Racun Abiotis
3. Klasifikasi Racun
1. Klasifikasi Berdasarkan Sumber
2. Klasifikasi Berdasarkan Wujud
3. Klasifikasi Berdasarkan Sifat Fisik dan Kimia
4. Klasifikasi Berdasarkan Terbentuknya
Pencemar/Xenobiotik
5. Klasifikasi Berdasarkan Efek Kesehatan
6. Klasifikasi Berdasarkan Kerusakan/Organ Target
7. Klasifikasi Berdasarkan Hidup/Matinya Racun
4. Klasifikasi Berdasarkan Sumber
• Alamiah (flora, fauna, kontaminasi
mikroorganisme) & Buatan (bahan sintesis
beracun)
• Titik, Area & Bergerak
• Domestik, Komersial & Industri
5. Klasifikasi Berdasarkan Wujud
• Padat: padatan halus, sangat aerodinamis
mudah masuk ke dalam paru-paru
• Cair
• Gas: berdifusi menyebar lebih cepat drpd
cairan dan zat padat
8. Klasifikasi Berdasarkan
Efek Kesehatan
• Fibrosis: terbentuknya jaringan ikat berlebihan
• Granuloma: terdapat jaringan radang yang
kronik
• Demam: temperatur badan melebihi normal
• Asfiksia: keadaan kekuranagan oksigen
• Alergi: sensitivitas berlebihan
9. Klasifikasi Berdasarkan
Efek Kesehatan (2)
• Kanker: tumor ganas
• Mutan: generasi yang secara genetik berbeda
dari induknya
• Teratogen: cacat bawaan
• Keracunan sistemik: menyerang seluruh
anggota tubuh
10. Klasifikasi Berdasarkan
Kerusakan/Organ Target
• Hepatotoksik: beracun bagi hepar/hati
• Nefrotoksik: beracun bagi nefro/ginjal
• Neurotoksik: beracun bagi neuron/saraf
• Hematotoksik: beracun bagi
hematologi/darah/sistem pembentukan sel
darah
• Pneumotoksik: beracun bagi pneumon/paru-
paru
11. Klasifikasi Berdasarkan
Kerusakan/Organ Target (2)
• Dermatotoksik: beracun bagi dermal/kulit
• Reproduktif-toksik: beracun bagi sistem
reproduksi
• Oftalmotoksik: beracun bagi mata
• dst
12. Klasifikasi Berdasarkan
Hidup/Matinya Racun
• Biotis: Zat hidup, dapat berkembang biak bila
lingkungan mengizinkan
• Abiotis: Zat tidak hidup, dapat berubah
menjadi berbagai senyawa
13. Racun Biotis atau Biotoksin
• Biotoksin : racun yang didapat pada biota
• Racun asli: biota itu sendiri beracun
(Biotoksin)
• Racun tidak asli: akibat kontaminasi dengan
B3 yang ada di media di mana biota hidup
14. Racun Biotis atau Biotoksin
Racun asli:
1. organisme beracun bagi manusia dan
organisme lain yang memakannya
2. racun sengaja dimasukkan ke dalam tubuh
organisme lain sebagai mekanisme defens
biota
• Racun terbesar: bakteri dan fungi
• Racun biotis: mikroba, tanaman, hewan
15. RACUN MIKROBA
• Berupa racun yang dibuat oleh mikroba itu
sendiri atau sisa metabolisme/metabolit
• Mikroba pembentuk racun (toksin) a.l:
~ Vibrio cholera
~ Clostridium botulinum
~ Pseudomonas cocovenans
~ Staphylococcus aureus
~ Mycotoxin
~ Algatoxin
17. Endo-toksin & Exo-toksin
Karakteristik Endotoksin Exotoksin
Pelepasan toksin Lisis sel (kerusakan sel) Sel yang baik
Komposisi Protein = antigen
Polisakarida = anti imun
Lipida = toksin
Protein
Neutralisasi Homolog; begatif Positif
Termostabilitas Lebih stabil Kurang stabil
Pewarnaan Gram Negatif Positif
Toksisitas Kurang toksik Lebih toksik
20. RACUN ALGAE
1. Pyrrophyceae: protozoa, hewan laut,
mastigifora
2. Cyanophyceae: blue green algae, atau
cyanobacterium: organisme air tawar
3. Chrysophyceae: algae hidup di air payau
21. TANDA-TANDA
TANAMAN BERACUN
Rasa pahit, bergetah seperti susu
Racun bisa trdapat pada buah, daun, biji dan akar
Jamur liar
Tanaman dengan kuncup berlaminasi
Racun stabil terhadap panan, larut dalam air air
bekas masuk sebaiknya tidak diminum
Tanaman liar/tidak dikenal, sebaiknya tidak dimakan
Tanaman yang tidak lazim dimakan, sebaiknya tidak
dimakan
22. TANAMAN BERACUN
HCN: cassava, acacia, sorgum muda
Asam oksalat: Chenopodiaceae, rumex,
oxilidaceae
Fosfor organik: Oxylobrium paviflorum,
gastrolobium bilobium
Curare: tanaman sebagai obat anastesi
Vicia faba:
23. RACUN ABIOTIS
• Racun Antropogenik (lampiran Permen
perindustrian no 148/M/SK/1983 tentang
bahan B3)
• T/d: Racun Logam dan Non Logam
24. Racun Logam
• Logam: elemen yang di dalam larutan air dapat
melepaskan satu atau lebih elektron dan menjadi
kation
• Dikelompokkan:
1. Logam berat (berat jenis > 5) dan Logam ringan
(berat jenis 5)
2. Logam essensial dan tidak essensial
3. Trace mineral (sedikit) dan bukan trace mineral
(konsentrasi logam di kerak bumi ≥ 1000 ppm)
26. Efek Racun Abiotis
Efek Logam Non Logam
Fibrosis Ba, Co, Fe, Mn, Zn SiO2, Asbestos
Granuloma Be M.TBC, M. Leprae, Fungi,
Parasit
Demam Co, Mn, Pb, Zn Mikroba patogen
Afiksia - CO, CO2, H2S, SO2, NH3, CH4,
dll
Kanker Cr, (Be, Cd, Cu, Fe, Pb, Ni, Se,
Ti, Tel, Va)
Asbestos, Benzidin, Radiasi
Pengion
Mutasi Metil-Hg, Be, As, Cr Bensene, Radiasi Pengion
Sistemik Pb, Hg, Cd, Se, Ti, Tel, Va Bo, F, P
Ekonomik As, Hg, Zn, Na Pestisida orgnaik
Alergik Cr, Mg, Ni Macam-macam zat organik
/anorganik
27. Vibrio cholerae
• Mamin (bakteri) usus
halus (Vibrio
mengkolonisasi usus halus
toksin) aktivasi
adenylcylase (enzim
selular) ion Na tidak
terserap oleh usus ion Cl
keluar dari lumen usus
(balans osmotik terganggu)
cairan memasuki usus
secara masif Diare
28. Clostridium botulinum
• Penyebab keracunan makanan Botulism
• Menimbulkan gejala setelah terjadi masa tunas 24 jam – 7
hari.
• Bila tidak segera ditolong dapat meninggal 3 – 7 hari (krn sulit
menelan dan sulit bernapas)
• Toksin bakteri: botulin, LD 50 = 0,5g
• Spora bakteri resisten terhadap panas
• Botulin dapat dihancurkan pada suhu 80-100 OC, selama 10’.
• Toksin bakteri labil terhadap panas (protein) keluar (sel
pecah).
• Dalam makanan protoksin
29. Clostridium botulinum
• Toksin peredaran darah & sistem limfatik jaringan
saraf di seluruh tubuh
• Toksin terikat pada membran saraf ekstraseluler yang
kolinergik dan memasuki saraf secara endositosis
• Toksin akan mengurangi atau mencegah eksositosis
asetilkolin (sintesis, metabolisme dan penyimpanan
tidak terganggu).
• Tidak tersedianya asetilkolin pada sinap
neuromuskuler, gangglionik, dan postgangglionik saraf
simpatik dan simpatik kondisi impuls tidak terjadi
kelumpuhan