SlideShare a Scribd company logo
IX. TERMOREGULASI
Termoregulasi adalah usaha tubuh hewan untuk memelihara suhu badannya
agar selalu ajeg normal. Suhu badan dapat berubah karena tubuh mengambil panas
dan lingkungannya, tubuh memproduksi panas, atau tubuh kehilangan panas.
perubahan pada salah satu proses-proses ini harus dikompensasi dengan mengubah
yang lain. Pada hewan-hewan menyusu dan bangsa burung ada pusat termoregulasi
di dalam hipotalamusnya. Di situ terdapat termoreseptor peka panas yang menanggapi
perubahan-perubahan suhu Intl badan yang dihantarkan oleh aliran darah . Informasi
tambahan diterima dan termoreseptor pada kulit dan sumsum tulang belakang
(medulla spmalis). Hipotalamus mengintegrasikan data ini dan memulai suatu
tanggapan yang dapat diikuti tanggapan-tanggapan berikutnya yang beragam.
Dengan ml penyimpangan suhu badan dan normal dapat diatasi. Hewan-hewan yang
melaksanakan mekanisme mi disebut hewan homoioterm. Vertebrata rendah yaitu
reptil, amfibi, dan bangsa ikan tidak melaksanakan mekanisme seperti itu, suhu
badannya berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya, golongan ini disebut hewan
poikiloterm. Hewan-hewan homoioterm yang mengalami hibernasi menjadi poikiloterm
selama berlangsung hibernasi.
Suhu badan yang dikatakan ajeg normal pada hewan homoioterm itu
sesungguhnya tidak sepenuhnya demmkian, memang sum tubuh di bagman terdalam
menun Jukkan keajeggan nisbi misalnya 37°± 0,5°
C., tetapi di bagian anggota badan
dan kulit suhunya dapat beragam. Untuk memelihara suhu badan selalu ajeg normal
memerlukan kestabmlan antara produksi panas dan kehilangan panas.
9.1. Pertukaran panas secara fisika.
Dalam beberapa hal tubuh hewan menyerupai. mesin termodinamik yang
mengubah satu bentuk energi menjadi bentuk energi yang lain. Satu fraksi energi kimia
berasal dan pembongkaran makanan diubah menjadi kerja, tetapi oleh karena
efisiensinya terbatas, sebagian besar keluar sebagai panas. Pada hewan : homoloterm
Suatu kesetimbangan terpelihara antara laju hilangnya panas itu keI Iingkungannya
dan laju produksinya, sehingga menghasilkan keajegan suhu yang mencerminkan
keadaan panas yang stabil dengan aliran. energi yang berkesinambungan malalui
sistem itu.
Dalam Iingkungan suhu rendah, keajegan panas tercapai hanya bila tubuh
mampu menghasilkan cukup panas untuk mengimbangi pemindahan panas ke
Iingkungan secara fisika. Sebaliknya dalam Iingkungan panas, Iingkungan harus
mampu menerima panas metabolik tubuh hewan sehingga suhu badan tidak perlu
meningkat di atas batas Pemindahan panas secara fisika yang terjadi antara
permukaan tubuh dengan Iingkungannya dengan cara-cara: konduksi, konveksi, dan
radiasi.
Kesetimbangan panas tubuh dalam istirahat dapat dinyatakan dalam
persamaan sederhana:
M = Ph + S
[M = laju produksi panas dengan metabolisme ; Ph = laju kehilangan panas secara
menyeluruh; S = laju penyimpanan panas].
Hilangnya panas tubuh ke Iingkungannya dengan evaporasi (E), pertukaran
panas dalam dua arah dengan konduksi (K), konveksi (C) dan radiasi (R), dengan
demikian persamaan kesetimbangan panas menjadi:
M=E+K-C+R+S
Pada manusia,kehilangan panas dengan konduksi secara normal adalah
kecil,kecuali pada sejumlah kecil kelompok manusia yang hidup secara primitif.
Sebagian besar tubuh mereka terbuka terhadap Iingkungannya dan kontak Iangsung
dengan tanah, dengan demikian kehilangan Panas dengan ada artinya.
Pemindahan panas secara konduksi tidak begitu penting bagi hewan hewan
terestrial, namun tidak demikian halnya bagi hewan-hewan akuatik karena panas
berpeluang besar hilang dan tubuh dengan cara itu. menyusu akuatik tidak memiliki
bulu-bulu yang tahan air yang secara efektif dapat melindunginya dan kehilangan
panas. Untuk mengatasi itu hewan homoioterm akuatik, misalnya ikan paus dan sapi
laut (Sirenia) memiliki apisan tebal bergelembung-gelembung di bawah kulit.
Dan berbagai cara kehilangan panas secara fisika, yang paling bermakna ialah
evaporasi. Efisiensi evaporasi secara fisiologi sangat bergantung pada tempat
kejadiannya. Panas yang hilang karena evaporasi selama respirasi menja di dipercepat
sejalan dengan meningkatnya ventilasi permukaan evaporasi.
9.2. Regulasi kefaalan dalam produksi panas
Pengendalian ini terdiri dari reaksi-reaksi kimia yang tercakup dalam
metabolisme. Jika suhu lingkungan turun, kehilangan panas bertambah, sehingga suhu
tubuh turun apabila metabolisme tidak meningkat. Pada suhu lingkungan 23° C atau
jika suhu turun 0.6° C. sudah terjadi kenaikan metabolisme. Metabolisme dinaikkan
dengan menggigil, yang sesungguhnya adalah kontraksi otot rangka yang tidak teratur
dan tidak disengaja. OIeh karena itu oksidasi dapat meningkat sampai.
Mekanisme-mekanisme yang mengatur produksi panas ialah:
1. Aktivitas otot;
2. Tonus otot;
3. Nilal SDA (Specific Dynamic Action);
4. Perubahan-perubahan metabolisme basal.
Selain kempat mekanisme itu metabolisme dipengaruhi secara intrinsic oleh
aktivitas glandula tiroidea dan tersedianya jaringan lemak cokelat. Jaringan lemak
cokelat kaya dengan pigmen respirasi (sitokrom).
93. Regulasi kefaalan dalam pembuangan panas.
Dalam pembicaraan sebelumya telah dikemukakan bahwa panas tubuh hilang
ke Iingkungannya melalul evaporasi kulit dan evaporasi saluran pernafasan. Pada
hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, untuk meningkatkan pembuangan panas
dengan cara meningkatkan frekuensi dan meningkatkan ventilasinya. Perilaku terakhir
ml disebut panting. Selain itu pembuangan panas dapat terjadi melalui peredaran
darah tepi dengan sistem arus berlawanan.

More Related Content

Similar to TERMOREGULASI-TERMOREGULASI-TERMOREGULASI.pdf

termoregulasi
termoregulasitermoregulasi
termoregulasi
REVINA SRI UTAMI,S.Pd
 
TERMOREGULASI
TERMOREGULASITERMOREGULASI
TERMOREGULASI
REVINA SRI UTAMI,S.Pd
 
4. laporan praktikum biologi pengaruh suhu lingkungan ke suhu tubuh
4. laporan praktikum biologi pengaruh suhu lingkungan ke suhu tubuh4. laporan praktikum biologi pengaruh suhu lingkungan ke suhu tubuh
4. laporan praktikum biologi pengaruh suhu lingkungan ke suhu tubuh
Sofyan Dwi Nugroho
 
konsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptx
konsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptxkonsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptx
konsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptx
elisabethlumbantoruan
 
Judullllll 2
Judullllll 2Judullllll 2
Judullllll 2
Welly Indriani
 
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptxPPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
Londo4
 
My kesimbangan suhu
My kesimbangan suhuMy kesimbangan suhu
My kesimbangan suhu
Moch Yunus
 
Patofisiologi demam
Patofisiologi demamPatofisiologi demam
Patofisiologi demam
Tmb Odhian
 
MAKALAH TERMOGULASI PADA HEWAN
MAKALAH TERMOGULASI PADA HEWANMAKALAH TERMOGULASI PADA HEWAN
MAKALAH TERMOGULASI PADA HEWAN
ikhsan saputra
 
sistem termoregulasi
sistem termoregulasisistem termoregulasi
sistem termoregulasi
agusmelvian
 
suhu tubuh.ppt
suhu tubuh.pptsuhu tubuh.ppt
suhu tubuh.ppt
tifannie
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
homeostasis.pptx
homeostasis.pptxhomeostasis.pptx
homeostasis.pptx
JirahYunus1
 
Sistem termoregulasi
Sistem termoregulasiSistem termoregulasi
Sistem termoregulasi
Yusnita Arisanti
 

Similar to TERMOREGULASI-TERMOREGULASI-TERMOREGULASI.pdf (20)

termoregulasi
termoregulasitermoregulasi
termoregulasi
 
Pengaturan suhu tubuh
Pengaturan suhu tubuhPengaturan suhu tubuh
Pengaturan suhu tubuh
 
TERMOREGULASI
TERMOREGULASITERMOREGULASI
TERMOREGULASI
 
4. laporan praktikum biologi pengaruh suhu lingkungan ke suhu tubuh
4. laporan praktikum biologi pengaruh suhu lingkungan ke suhu tubuh4. laporan praktikum biologi pengaruh suhu lingkungan ke suhu tubuh
4. laporan praktikum biologi pengaruh suhu lingkungan ke suhu tubuh
 
Mekanisme tubuh
Mekanisme tubuhMekanisme tubuh
Mekanisme tubuh
 
Mekanisme tubuh
Mekanisme tubuhMekanisme tubuh
Mekanisme tubuh
 
konsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptx
konsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptxkonsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptx
konsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptx
 
Judullllll 2
Judullllll 2Judullllll 2
Judullllll 2
 
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptxPPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
 
termoregulasi
termoregulasitermoregulasi
termoregulasi
 
Novi punya
Novi punyaNovi punya
Novi punya
 
My kesimbangan suhu
My kesimbangan suhuMy kesimbangan suhu
My kesimbangan suhu
 
Patofisiologi demam
Patofisiologi demamPatofisiologi demam
Patofisiologi demam
 
MAKALAH TERMOGULASI PADA HEWAN
MAKALAH TERMOGULASI PADA HEWANMAKALAH TERMOGULASI PADA HEWAN
MAKALAH TERMOGULASI PADA HEWAN
 
Termoregulasi baru
Termoregulasi baruTermoregulasi baru
Termoregulasi baru
 
sistem termoregulasi
sistem termoregulasisistem termoregulasi
sistem termoregulasi
 
suhu tubuh.ppt
suhu tubuh.pptsuhu tubuh.ppt
suhu tubuh.ppt
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
homeostasis.pptx
homeostasis.pptxhomeostasis.pptx
homeostasis.pptx
 
Sistem termoregulasi
Sistem termoregulasiSistem termoregulasi
Sistem termoregulasi
 

More from AgathaHaselvin

PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptxPORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
AgathaHaselvin
 
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptxPhylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
AgathaHaselvin
 
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptxSel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
AgathaHaselvin
 
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsxGenetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
AgathaHaselvin
 
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptxPPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
AgathaHaselvin
 
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptxSEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
AgathaHaselvin
 
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptxSejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
AgathaHaselvin
 
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptxREGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
AgathaHaselvin
 
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptxRESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
AgathaHaselvin
 
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptxTANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
AgathaHaselvin
 
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptxPLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
AgathaHaselvin
 
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptxPPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
AgathaHaselvin
 
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptxPresentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
AgathaHaselvin
 
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptxkendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
AgathaHaselvin
 
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptxBentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
AgathaHaselvin
 
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.pptppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
AgathaHaselvin
 
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.pptPopulasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
AgathaHaselvin
 
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptPOPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
AgathaHaselvin
 
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.pptPlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
AgathaHaselvin
 
MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI.pptx
MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI.pptxMIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI.pptx
MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI.pptx
AgathaHaselvin
 

More from AgathaHaselvin (20)

PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptxPORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
 
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptxPhylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
 
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptxSel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
 
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsxGenetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
 
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptxPPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
 
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptxSEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
 
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptxSejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
 
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptxREGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
 
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptxRESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
 
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptxTANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
 
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptxPLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
 
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptxPPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
 
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptxPresentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
 
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptxkendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
 
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptxBentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
 
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.pptppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
 
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.pptPopulasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
 
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptPOPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
 
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.pptPlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
 
MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI.pptx
MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI.pptxMIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI.pptx
MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI-MIKROBIOLOGI.pptx
 

Recently uploaded

Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 

Recently uploaded (8)

Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 

TERMOREGULASI-TERMOREGULASI-TERMOREGULASI.pdf

  • 1. IX. TERMOREGULASI Termoregulasi adalah usaha tubuh hewan untuk memelihara suhu badannya agar selalu ajeg normal. Suhu badan dapat berubah karena tubuh mengambil panas dan lingkungannya, tubuh memproduksi panas, atau tubuh kehilangan panas. perubahan pada salah satu proses-proses ini harus dikompensasi dengan mengubah yang lain. Pada hewan-hewan menyusu dan bangsa burung ada pusat termoregulasi di dalam hipotalamusnya. Di situ terdapat termoreseptor peka panas yang menanggapi perubahan-perubahan suhu Intl badan yang dihantarkan oleh aliran darah . Informasi tambahan diterima dan termoreseptor pada kulit dan sumsum tulang belakang (medulla spmalis). Hipotalamus mengintegrasikan data ini dan memulai suatu tanggapan yang dapat diikuti tanggapan-tanggapan berikutnya yang beragam. Dengan ml penyimpangan suhu badan dan normal dapat diatasi. Hewan-hewan yang melaksanakan mekanisme mi disebut hewan homoioterm. Vertebrata rendah yaitu reptil, amfibi, dan bangsa ikan tidak melaksanakan mekanisme seperti itu, suhu badannya berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya, golongan ini disebut hewan poikiloterm. Hewan-hewan homoioterm yang mengalami hibernasi menjadi poikiloterm selama berlangsung hibernasi. Suhu badan yang dikatakan ajeg normal pada hewan homoioterm itu sesungguhnya tidak sepenuhnya demmkian, memang sum tubuh di bagman terdalam menun Jukkan keajeggan nisbi misalnya 37°± 0,5° C., tetapi di bagian anggota badan dan kulit suhunya dapat beragam. Untuk memelihara suhu badan selalu ajeg normal memerlukan kestabmlan antara produksi panas dan kehilangan panas. 9.1. Pertukaran panas secara fisika. Dalam beberapa hal tubuh hewan menyerupai. mesin termodinamik yang mengubah satu bentuk energi menjadi bentuk energi yang lain. Satu fraksi energi kimia berasal dan pembongkaran makanan diubah menjadi kerja, tetapi oleh karena efisiensinya terbatas, sebagian besar keluar sebagai panas. Pada hewan : homoloterm Suatu kesetimbangan terpelihara antara laju hilangnya panas itu keI Iingkungannya dan laju produksinya, sehingga menghasilkan keajegan suhu yang mencerminkan keadaan panas yang stabil dengan aliran. energi yang berkesinambungan malalui sistem itu. Dalam Iingkungan suhu rendah, keajegan panas tercapai hanya bila tubuh mampu menghasilkan cukup panas untuk mengimbangi pemindahan panas ke
  • 2. Iingkungan secara fisika. Sebaliknya dalam Iingkungan panas, Iingkungan harus mampu menerima panas metabolik tubuh hewan sehingga suhu badan tidak perlu meningkat di atas batas Pemindahan panas secara fisika yang terjadi antara permukaan tubuh dengan Iingkungannya dengan cara-cara: konduksi, konveksi, dan radiasi. Kesetimbangan panas tubuh dalam istirahat dapat dinyatakan dalam persamaan sederhana: M = Ph + S [M = laju produksi panas dengan metabolisme ; Ph = laju kehilangan panas secara menyeluruh; S = laju penyimpanan panas]. Hilangnya panas tubuh ke Iingkungannya dengan evaporasi (E), pertukaran panas dalam dua arah dengan konduksi (K), konveksi (C) dan radiasi (R), dengan demikian persamaan kesetimbangan panas menjadi: M=E+K-C+R+S Pada manusia,kehilangan panas dengan konduksi secara normal adalah kecil,kecuali pada sejumlah kecil kelompok manusia yang hidup secara primitif. Sebagian besar tubuh mereka terbuka terhadap Iingkungannya dan kontak Iangsung dengan tanah, dengan demikian kehilangan Panas dengan ada artinya. Pemindahan panas secara konduksi tidak begitu penting bagi hewan hewan terestrial, namun tidak demikian halnya bagi hewan-hewan akuatik karena panas berpeluang besar hilang dan tubuh dengan cara itu. menyusu akuatik tidak memiliki bulu-bulu yang tahan air yang secara efektif dapat melindunginya dan kehilangan panas. Untuk mengatasi itu hewan homoioterm akuatik, misalnya ikan paus dan sapi laut (Sirenia) memiliki apisan tebal bergelembung-gelembung di bawah kulit. Dan berbagai cara kehilangan panas secara fisika, yang paling bermakna ialah evaporasi. Efisiensi evaporasi secara fisiologi sangat bergantung pada tempat kejadiannya. Panas yang hilang karena evaporasi selama respirasi menja di dipercepat sejalan dengan meningkatnya ventilasi permukaan evaporasi.
  • 3. 9.2. Regulasi kefaalan dalam produksi panas Pengendalian ini terdiri dari reaksi-reaksi kimia yang tercakup dalam metabolisme. Jika suhu lingkungan turun, kehilangan panas bertambah, sehingga suhu tubuh turun apabila metabolisme tidak meningkat. Pada suhu lingkungan 23° C atau jika suhu turun 0.6° C. sudah terjadi kenaikan metabolisme. Metabolisme dinaikkan dengan menggigil, yang sesungguhnya adalah kontraksi otot rangka yang tidak teratur dan tidak disengaja. OIeh karena itu oksidasi dapat meningkat sampai. Mekanisme-mekanisme yang mengatur produksi panas ialah: 1. Aktivitas otot; 2. Tonus otot; 3. Nilal SDA (Specific Dynamic Action); 4. Perubahan-perubahan metabolisme basal. Selain kempat mekanisme itu metabolisme dipengaruhi secara intrinsic oleh aktivitas glandula tiroidea dan tersedianya jaringan lemak cokelat. Jaringan lemak cokelat kaya dengan pigmen respirasi (sitokrom). 93. Regulasi kefaalan dalam pembuangan panas. Dalam pembicaraan sebelumya telah dikemukakan bahwa panas tubuh hilang ke Iingkungannya melalul evaporasi kulit dan evaporasi saluran pernafasan. Pada hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, untuk meningkatkan pembuangan panas dengan cara meningkatkan frekuensi dan meningkatkan ventilasinya. Perilaku terakhir ml disebut panting. Selain itu pembuangan panas dapat terjadi melalui peredaran darah tepi dengan sistem arus berlawanan.