SlideShare a Scribd company logo
TEORI PEMBELAJARAN APRESIASI
                         MENURUT SCHUMAN


       Teori pembelajaran apresiasi sastra menurut Schuman dalam pengajaran sastra
Indonesia pertarna sekali dikemukakan Rizanur Gani. Menurut Rizanur Gani (1981: 43-49)
pada dasarnya model inkuiri Schuman menggunakan pendekatan induktif. Lebih jauh Gani
(1981: 43) menjelaskan bahwa model Schuman memiliki lima langkah, yaitu (1) identifikasi
masalah, (2) hipotesis kemungkinan pemecahan masalah, (3) pengumpulan data untuk
menguji hipotesis, (4) revisi hipotesis, (5) pengulangan langkah (3) dan (4) sampai sebuah
hipotesis untuk semua data ditemukan.
       Selanjutnya Rizanur Gard (1981: 43) merangkum kelima langkah itu menjadi 3 fase
berikut.
1. penyajian masalah;
2. hipotesis dan pengumpulan data; dan
3. pengakhiran.
       Ketiga fase tersebut penjelasan rincinya sebagai berikut. Agar penjelasan ini lebih
empirik kita baca dahulu bersama-sama sajak Rendra (Rosidi, 1979: 333 - 335) berikut. Baru
kemudian kita telusuri ketiga fase tersebut secara rinci.


SEONGGOK JAGUNG DI KAMAR
W.S. Rendra


Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
yang kurang sekolahan.
Memandang jagung itu,
sang pemuda lihat ladang,
ia melihat petani;
ia melihat panen;
dan suatu hari subuh
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar.


Dan ia juga melihat
suatu pagi hari
di dekat sumur.
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maizena.
Sedang di dalam dapur
tungku-tungku menyala.
Di dalam udara yang murni
tercium bau kue jagung
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda.
Ia siap menggarap jagung.
Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja.


Tetapi ini:


Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
tamat SMA.
Tak ada uang,
tak bisa menjadi mahasiswa,
hanya ada seonggok jagung
di kamarnya.
Ia memandang jagung itu.
Dan ia melihat
dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang
dari discotique.
Ia melihat sepasang sepatu kenes
di balik etalage.
Ia melihat saingannya
naik sepeda motor
Ia melihat nomor-nomor lotre.
Ia melihat dirinya sendiri
miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar
tidak menyangkut pada akal.
Tidak akan menolongnya


Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya
berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalarn metode,
dan hanya penuh dengan hafalan kesimpulan.
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
tetapi kurang punya latihan
untuk bebas bekeija.
Pendidikan telah memisahkannya
dari kehidupan.


Aku bertanya:


Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang
menjadi orang asing
di tengah kenyataan persoalan
keadaannya?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibu kola
kikuk pulang ke daerahnya?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra,
teknologi, kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya


lalu berkata:
"Di sini aku merasa asing dan sepi!"


TIM, Jkt, 12 juli 1975




        Bagaimana? Sebuah puisi yang bagus bukan?
        Nah, pertama kali kita minta para siswa membaca puisi ini masing-masing di dalam
hati. Setelah mereka selesai membaca dalam hati, minta satu atau dua orang membacakan
puisi tersebut di depan kelas. Baiklah kita mulai fase derni fase.
        Fase pertama, guru menyajikan masalah. Tujuan fase ini agar para siswa memahami
masalah yang akan diinkuirikan. Penyajian masalah ini berupa informasi awal mengenai
karya sastra, bisa berupa setting (landasan tump) atau yang melatarbelakangi lahirnya karya
sastra. Pada prinsipnya, fase ini harus mampu mendorong para siswa melahirkan sejumlah
pertanyaan/ masalah mengenai karya sastra yang sedang dipelajari. Pada fase ini guru bisa
memberikan penjelasan antara lain sebagai berikut.
        "Anak-anak, sajak ini lahir karena keprihatinan penyairnya melihat betapa banyak
para lulusan SMA - ketika itu, 1975, belum begitu banyak yang lulus perguruan tinggi -
menganggu. Mereka tidak bisa apa-apa. Tidak banyak yang bisa mereka kerjakan. Karena
apa? Mereka ingin bekerja di kantoran, di tempattempat yang bersih, tetapi mereka juga
tidak punya kemampuan. Kerja kasar, mereka tidak mau, gengsi, tidak sesuai untuk lulusan
SMA seperti mereka".
       Informasi awal ini jangan sampai pada pembicaraan mengenai tema dan bagaimana
penyair mewujudkan tema itu ke dalam puisi yang sebenarnya. Pembicaraan jangan dulu
sampai pada bahasa puisi. Pada pembelajaran cerita rekaan perwujudan tema ini mungkin
tidak hanya tampak pada bahasa karya sastra itu, tetapi juga tampak pada pernilihan latar,
penentuan perwatakan, alur dan pengaluran, konflik, dan penyelesaian dan segala hal yang
ada kaitannya dengan karya sastra itu.
       Fase kedua: perumusan hipotesis dan pengumpulan data. Fase ini dimulai dengan
pertanyaan guru mengenai kesan umum para siswa terhadap karya sastra yang sedang
dibicarakan dalam contoh ini mengenai sajak Rendra tadi. Kita - guru - bisa bertanya: "Kesan
umum apa yang Kalian peroleh dari puisi "Seonggok Jagung di Kamar" karya Rendra tadi?"
Nah, pertanyaan mengenai kesan umum tadi sebenarnya dijawab dengan jawaban yang
berupa hipotesis. Hipotesis ini jangan diartikan seperti hipotesis dalam penelitian-penelitian
besar, tetapi berupa simpulan sementara mengenai suatu karya sastra, dalam hal ini contoh
sajak "Seonggok Jagung di Kamar", karya Rendra.
       Para siswa diminta menuliskan hipotesis-hipotesis mereka di papan tulis. Tidak mesti
seluruh siswa menuliskannya di papan tulis. Cukup misalnya 15-20 orang. Kemudian
hipotesis-hipotesis tersebut dikelompokan menjadi 2-3 hipotesis yang merangkum
hipotesis-hipotesis tadi. Misalnya setelah mereka menuliskan hipotesis-hipotesisnya
diperoleh 2 hipotesis berikut sebagai hasil pengelompokkan hipotesis-hipotesis tadi.
1. Pengangguran diakibatkan oleh karena mereka selama belajar hanya berusaha
  menghafalkan teori-teori.
2. Para lulusan SMA itu tidak mungkin menganggur bila mereka benar-benar belajar dalam
  arti sebenarnya.

       Bertolak dari hipotesis tadi, para siswa kita ajak menghimpun data mengenai karya
sastra dengan cara mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang hanya dapat guru
jawab dengan ya atau tidak. Jika mereka mengajukan pertanyaan yang tidak dapat dijawab
dengan ya atau tidak, guru meminta kepada mereka agar merumuskan pertanyaan yang
dapat dijawab dengan ya atau tidak saja. Guru pada fase ini hanya sebagai sumber informasi
agar mereka mampu merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan penjawab pertanyaan.
Misalnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai berikut.
1. "Apakah para pemuda yang kurang sekolahan itu lebih siap bekerja apa adanya?"
   dijawab, "ya"
2. "Bukankah kalau anak tamatan SMA itu belajar benar-benar ia akan lebih siap bekerja?"
   dijawab, "ya"
3. "Apakah. gadis-gadis itu merasa gengsi bekerja?" dijawab "tidak"
       Semakin banyak pertanyaan yang bisa dirumuskan, semakin banyak data yang
diperolah para siswa. Dengan demikian, kemungkinannya semakin mudah mereka menarik
simpulan. Kegiatan merumuskan pertanyaan sebagai upaya mengumpulkan data ini
sebenarnya merupakan inti inkuiri model Schuman.
       Dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan secara tidak langsung mereka
akan sampai pada pembicaraan mengenai tema puisi/karya sastra dan juga bahasa puisi
atau unsur-unsur puisi lainriya.
       Setelah data terkumpul lengkap para siswa dengan bimbingan guru-bila benarbenar
perlu saja- berusaha menarik simpulan mengenai karya sastra, dalam hal ini puisi yang
sedang kita bicarakan. Dengan demikian, mereka melakukan fase ketiga, yaitu fase
pengakhiran. Fase ini sebenarnya bisa dipercepat dan dilakukan secara bersamaan dengan
fase kedua dengan cara menolak hipotesis-hipotesis yang tidak disepakati karena terlalu
menyimpang dari karya sastra yang dibicarakan. Secara spontan mereka juga sebenarnya
bisa menarik simpulan sementara ketika mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Selanjutnya guru bisa melakukan pengukuhan.
       Secara ringkas dapat dikatakan bahwa ketiga fase tersebut sebenarnya berinti pada
kegiatan perumusan dan pengujian hipotesis. Perumusan hipotesis bertolak dari informasi
awal dan pertanyaan mengenai kesan umum karya sastra dari guru, sedangkan pengujian
hipotesis berawal dari perumusan pertanyaan siswa mengenai karya sastra - yang dijawab
guru dengan ya atau tidak - dan penarikan simpulan berdasarkan data mengenai karya
sastra. Dari uraian terdahulu dapat ditarik simpulan bahwa model inkuiri Schuman ini lebih
berorientasi kepada proses daripada kepada isi.

More Related Content

What's hot

1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
wifauzi
 
Gazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesiaGazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesia
TeknikInformatika2
 
Teknik Pgjrn Cerpen
 Teknik Pgjrn Cerpen Teknik Pgjrn Cerpen
Teknik Pgjrn CerpenAwang Kelabu
 
MAKALAH BAHASA INDONESIA ESAI
MAKALAH BAHASA INDONESIA ESAIMAKALAH BAHASA INDONESIA ESAI
MAKALAH BAHASA INDONESIA ESAI
avandiliakireina
 
Strategi membaca puisi
Strategi membaca puisiStrategi membaca puisi
Strategi membaca puisiAldon Samosir
 
Makalah pengenalan puisi
Makalah pengenalan puisiMakalah pengenalan puisi
Makalah pengenalan puisiPriyanka Eka
 
Amirah 232607
Amirah 232607Amirah 232607
Pendekatan pragmatis pp
Pendekatan pragmatis ppPendekatan pragmatis pp
Pendekatan pragmatis pp
Malae Malay
 

What's hot (9)

Esai
EsaiEsai
Esai
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
 
Gazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesiaGazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesia
 
Teknik Pgjrn Cerpen
 Teknik Pgjrn Cerpen Teknik Pgjrn Cerpen
Teknik Pgjrn Cerpen
 
MAKALAH BAHASA INDONESIA ESAI
MAKALAH BAHASA INDONESIA ESAIMAKALAH BAHASA INDONESIA ESAI
MAKALAH BAHASA INDONESIA ESAI
 
Strategi membaca puisi
Strategi membaca puisiStrategi membaca puisi
Strategi membaca puisi
 
Makalah pengenalan puisi
Makalah pengenalan puisiMakalah pengenalan puisi
Makalah pengenalan puisi
 
Amirah 232607
Amirah 232607Amirah 232607
Amirah 232607
 
Pendekatan pragmatis pp
Pendekatan pragmatis ppPendekatan pragmatis pp
Pendekatan pragmatis pp
 

Similar to Teori pembelajaran apresiasi_menurut_schuman

Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012Sugiatno Sakidin
 
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Rissa ZH
 
Pendidikan IPS yang Terpuruk
Pendidikan IPS  yang TerpurukPendidikan IPS  yang Terpuruk
Pendidikan IPS yang Terpuruk
Luluk Wulandari Hariyanto
 
Director's uncut: Kasmaran Berilmu-pengetahuan
Director's uncut: Kasmaran Berilmu-pengetahuanDirector's uncut: Kasmaran Berilmu-pengetahuan
Director's uncut: Kasmaran Berilmu-pengetahuan
Iwan Pranoto
 
Belajar Dengan Enam Topi Berpikir
Belajar Dengan Enam Topi BerpikirBelajar Dengan Enam Topi Berpikir
Belajar Dengan Enam Topi Berpikir
Rendra S.Sos
 
Proposal ptk bab i ii iii
Proposal ptk bab i ii iiiProposal ptk bab i ii iii
Proposal ptk bab i ii iiiZelda Gates
 
3.PENDISTRIBUSIAN SOAL.pptx
3.PENDISTRIBUSIAN SOAL.pptx3.PENDISTRIBUSIAN SOAL.pptx
3.PENDISTRIBUSIAN SOAL.pptx
LindawatiLindawati1
 
13. rpp k4 t8 st1 p1 candraedukasi.blogspot.com
13. rpp k4 t8 st1 p1   candraedukasi.blogspot.com13. rpp k4 t8 st1 p1   candraedukasi.blogspot.com
13. rpp k4 t8 st1 p1 candraedukasi.blogspot.com
niara3
 
Modul Ajar Kelas 7 Seni Teater - Unit 3 Fase D
Modul Ajar Kelas 7 Seni Teater - Unit 3 Fase DModul Ajar Kelas 7 Seni Teater - Unit 3 Fase D
Modul Ajar Kelas 7 Seni Teater - Unit 3 Fase D
Modul Guruku
 
Menggagas Learn How to Learn
Menggagas Learn How to LearnMenggagas Learn How to Learn
Menggagas Learn How to Learn
Rendra S.Sos
 
Individual Contructivism - Makalah Terapan
Individual Contructivism - Makalah TerapanIndividual Contructivism - Makalah Terapan
Individual Contructivism - Makalah Terapan
Ni'matul Arofah
 
ULASAN BUKU "SEJARAH (KELOMPOK ILMU PEMINATAN ILMU -ILMU SOSIAL)
ULASAN BUKU "SEJARAH (KELOMPOK ILMU PEMINATAN ILMU -ILMU SOSIAL)ULASAN BUKU "SEJARAH (KELOMPOK ILMU PEMINATAN ILMU -ILMU SOSIAL)
ULASAN BUKU "SEJARAH (KELOMPOK ILMU PEMINATAN ILMU -ILMU SOSIAL)
ApriantiNadidaUtami
 
Teori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky pptTeori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky ppt
Rahmah Salsabila
 
Modul Ajar Kelas 8 SMP Bahasa Indonesia Fase D
Modul Ajar Kelas 8 SMP Bahasa Indonesia Fase DModul Ajar Kelas 8 SMP Bahasa Indonesia Fase D
Modul Ajar Kelas 8 SMP Bahasa Indonesia Fase D
Modul Guruku
 
SEJARAH (KELOMPOK PEMINATAN ILMU - ILMU SOSIAL)
SEJARAH (KELOMPOK PEMINATAN ILMU - ILMU SOSIAL)SEJARAH (KELOMPOK PEMINATAN ILMU - ILMU SOSIAL)
SEJARAH (KELOMPOK PEMINATAN ILMU - ILMU SOSIAL)
ApriantiNadidaUtami
 
Subtema 1.pptx
Subtema 1.pptxSubtema 1.pptx
Subtema 1.pptx
BelenViorellaHutabar
 
BAB IV.pdf
BAB IV.pdfBAB IV.pdf
BAB IV.pdf
phpqnz
 
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir KreatifBertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Yogyakarta State University
 
Tema 9 subtema 1 (1) kelas 6
Tema 9 subtema 1 (1) kelas 6Tema 9 subtema 1 (1) kelas 6
Tema 9 subtema 1 (1) kelas 6
Endang Zahrow
 
Cita-citaku
Cita-citakuCita-citaku
Cita-citaku
Sindianaripaldi18
 

Similar to Teori pembelajaran apresiasi_menurut_schuman (20)

Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012
 
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
 
Pendidikan IPS yang Terpuruk
Pendidikan IPS  yang TerpurukPendidikan IPS  yang Terpuruk
Pendidikan IPS yang Terpuruk
 
Director's uncut: Kasmaran Berilmu-pengetahuan
Director's uncut: Kasmaran Berilmu-pengetahuanDirector's uncut: Kasmaran Berilmu-pengetahuan
Director's uncut: Kasmaran Berilmu-pengetahuan
 
Belajar Dengan Enam Topi Berpikir
Belajar Dengan Enam Topi BerpikirBelajar Dengan Enam Topi Berpikir
Belajar Dengan Enam Topi Berpikir
 
Proposal ptk bab i ii iii
Proposal ptk bab i ii iiiProposal ptk bab i ii iii
Proposal ptk bab i ii iii
 
3.PENDISTRIBUSIAN SOAL.pptx
3.PENDISTRIBUSIAN SOAL.pptx3.PENDISTRIBUSIAN SOAL.pptx
3.PENDISTRIBUSIAN SOAL.pptx
 
13. rpp k4 t8 st1 p1 candraedukasi.blogspot.com
13. rpp k4 t8 st1 p1   candraedukasi.blogspot.com13. rpp k4 t8 st1 p1   candraedukasi.blogspot.com
13. rpp k4 t8 st1 p1 candraedukasi.blogspot.com
 
Modul Ajar Kelas 7 Seni Teater - Unit 3 Fase D
Modul Ajar Kelas 7 Seni Teater - Unit 3 Fase DModul Ajar Kelas 7 Seni Teater - Unit 3 Fase D
Modul Ajar Kelas 7 Seni Teater - Unit 3 Fase D
 
Menggagas Learn How to Learn
Menggagas Learn How to LearnMenggagas Learn How to Learn
Menggagas Learn How to Learn
 
Individual Contructivism - Makalah Terapan
Individual Contructivism - Makalah TerapanIndividual Contructivism - Makalah Terapan
Individual Contructivism - Makalah Terapan
 
ULASAN BUKU "SEJARAH (KELOMPOK ILMU PEMINATAN ILMU -ILMU SOSIAL)
ULASAN BUKU "SEJARAH (KELOMPOK ILMU PEMINATAN ILMU -ILMU SOSIAL)ULASAN BUKU "SEJARAH (KELOMPOK ILMU PEMINATAN ILMU -ILMU SOSIAL)
ULASAN BUKU "SEJARAH (KELOMPOK ILMU PEMINATAN ILMU -ILMU SOSIAL)
 
Teori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky pptTeori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky ppt
 
Modul Ajar Kelas 8 SMP Bahasa Indonesia Fase D
Modul Ajar Kelas 8 SMP Bahasa Indonesia Fase DModul Ajar Kelas 8 SMP Bahasa Indonesia Fase D
Modul Ajar Kelas 8 SMP Bahasa Indonesia Fase D
 
SEJARAH (KELOMPOK PEMINATAN ILMU - ILMU SOSIAL)
SEJARAH (KELOMPOK PEMINATAN ILMU - ILMU SOSIAL)SEJARAH (KELOMPOK PEMINATAN ILMU - ILMU SOSIAL)
SEJARAH (KELOMPOK PEMINATAN ILMU - ILMU SOSIAL)
 
Subtema 1.pptx
Subtema 1.pptxSubtema 1.pptx
Subtema 1.pptx
 
BAB IV.pdf
BAB IV.pdfBAB IV.pdf
BAB IV.pdf
 
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir KreatifBertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
 
Tema 9 subtema 1 (1) kelas 6
Tema 9 subtema 1 (1) kelas 6Tema 9 subtema 1 (1) kelas 6
Tema 9 subtema 1 (1) kelas 6
 
Cita-citaku
Cita-citakuCita-citaku
Cita-citaku
 

Teori pembelajaran apresiasi_menurut_schuman

  • 1. TEORI PEMBELAJARAN APRESIASI MENURUT SCHUMAN Teori pembelajaran apresiasi sastra menurut Schuman dalam pengajaran sastra Indonesia pertarna sekali dikemukakan Rizanur Gani. Menurut Rizanur Gani (1981: 43-49) pada dasarnya model inkuiri Schuman menggunakan pendekatan induktif. Lebih jauh Gani (1981: 43) menjelaskan bahwa model Schuman memiliki lima langkah, yaitu (1) identifikasi masalah, (2) hipotesis kemungkinan pemecahan masalah, (3) pengumpulan data untuk menguji hipotesis, (4) revisi hipotesis, (5) pengulangan langkah (3) dan (4) sampai sebuah hipotesis untuk semua data ditemukan. Selanjutnya Rizanur Gard (1981: 43) merangkum kelima langkah itu menjadi 3 fase berikut. 1. penyajian masalah; 2. hipotesis dan pengumpulan data; dan 3. pengakhiran. Ketiga fase tersebut penjelasan rincinya sebagai berikut. Agar penjelasan ini lebih empirik kita baca dahulu bersama-sama sajak Rendra (Rosidi, 1979: 333 - 335) berikut. Baru kemudian kita telusuri ketiga fase tersebut secara rinci. SEONGGOK JAGUNG DI KAMAR W.S. Rendra Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda yang kurang sekolahan. Memandang jagung itu, sang pemuda lihat ladang, ia melihat petani; ia melihat panen;
  • 2. dan suatu hari subuh para wanita dengan gendongan pergi ke pasar. Dan ia juga melihat suatu pagi hari di dekat sumur. gadis-gadis bercanda sambil menumbuk jagung menjadi maizena. Sedang di dalam dapur tungku-tungku menyala. Di dalam udara yang murni tercium bau kue jagung Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda. Ia siap menggarap jagung. Ia melihat kemungkinan otak dan tangan siap bekerja. Tetapi ini: Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda tamat SMA. Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa, hanya ada seonggok jagung di kamarnya. Ia memandang jagung itu. Dan ia melihat
  • 3. dirinya terlunta-lunta. Ia melihat dirinya ditendang dari discotique. Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage. Ia melihat saingannya naik sepeda motor Ia melihat nomor-nomor lotre. Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal. Seonggok jagung di kamar tidak menyangkut pada akal. Tidak akan menolongnya Seonggok jagung di kamar tak akan menolong seorang pemuda yang pandangan hidupnya berasal dari buku, dan tidak dari kehidupan. Yang tidak terlatih dalarn metode, dan hanya penuh dengan hafalan kesimpulan. Yang hanya terlatih sebagai pemakai, tetapi kurang punya latihan untuk bebas bekeija. Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan. Aku bertanya: Apakah gunanya pendidikan bila hanya akan membuat seseorang menjadi orang asing
  • 4. di tengah kenyataan persoalan keadaannya? Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang di ibu kola kikuk pulang ke daerahnya? Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi, kedokteran, atau apa saja, bila pada akhirnya, ketika ia pulang ke daerahnya lalu berkata: "Di sini aku merasa asing dan sepi!" TIM, Jkt, 12 juli 1975 Bagaimana? Sebuah puisi yang bagus bukan? Nah, pertama kali kita minta para siswa membaca puisi ini masing-masing di dalam hati. Setelah mereka selesai membaca dalam hati, minta satu atau dua orang membacakan puisi tersebut di depan kelas. Baiklah kita mulai fase derni fase. Fase pertama, guru menyajikan masalah. Tujuan fase ini agar para siswa memahami masalah yang akan diinkuirikan. Penyajian masalah ini berupa informasi awal mengenai karya sastra, bisa berupa setting (landasan tump) atau yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra. Pada prinsipnya, fase ini harus mampu mendorong para siswa melahirkan sejumlah pertanyaan/ masalah mengenai karya sastra yang sedang dipelajari. Pada fase ini guru bisa memberikan penjelasan antara lain sebagai berikut. "Anak-anak, sajak ini lahir karena keprihatinan penyairnya melihat betapa banyak para lulusan SMA - ketika itu, 1975, belum begitu banyak yang lulus perguruan tinggi - menganggu. Mereka tidak bisa apa-apa. Tidak banyak yang bisa mereka kerjakan. Karena
  • 5. apa? Mereka ingin bekerja di kantoran, di tempattempat yang bersih, tetapi mereka juga tidak punya kemampuan. Kerja kasar, mereka tidak mau, gengsi, tidak sesuai untuk lulusan SMA seperti mereka". Informasi awal ini jangan sampai pada pembicaraan mengenai tema dan bagaimana penyair mewujudkan tema itu ke dalam puisi yang sebenarnya. Pembicaraan jangan dulu sampai pada bahasa puisi. Pada pembelajaran cerita rekaan perwujudan tema ini mungkin tidak hanya tampak pada bahasa karya sastra itu, tetapi juga tampak pada pernilihan latar, penentuan perwatakan, alur dan pengaluran, konflik, dan penyelesaian dan segala hal yang ada kaitannya dengan karya sastra itu. Fase kedua: perumusan hipotesis dan pengumpulan data. Fase ini dimulai dengan pertanyaan guru mengenai kesan umum para siswa terhadap karya sastra yang sedang dibicarakan dalam contoh ini mengenai sajak Rendra tadi. Kita - guru - bisa bertanya: "Kesan umum apa yang Kalian peroleh dari puisi "Seonggok Jagung di Kamar" karya Rendra tadi?" Nah, pertanyaan mengenai kesan umum tadi sebenarnya dijawab dengan jawaban yang berupa hipotesis. Hipotesis ini jangan diartikan seperti hipotesis dalam penelitian-penelitian besar, tetapi berupa simpulan sementara mengenai suatu karya sastra, dalam hal ini contoh sajak "Seonggok Jagung di Kamar", karya Rendra. Para siswa diminta menuliskan hipotesis-hipotesis mereka di papan tulis. Tidak mesti seluruh siswa menuliskannya di papan tulis. Cukup misalnya 15-20 orang. Kemudian hipotesis-hipotesis tersebut dikelompokan menjadi 2-3 hipotesis yang merangkum hipotesis-hipotesis tadi. Misalnya setelah mereka menuliskan hipotesis-hipotesisnya diperoleh 2 hipotesis berikut sebagai hasil pengelompokkan hipotesis-hipotesis tadi. 1. Pengangguran diakibatkan oleh karena mereka selama belajar hanya berusaha menghafalkan teori-teori. 2. Para lulusan SMA itu tidak mungkin menganggur bila mereka benar-benar belajar dalam arti sebenarnya. Bertolak dari hipotesis tadi, para siswa kita ajak menghimpun data mengenai karya sastra dengan cara mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang hanya dapat guru jawab dengan ya atau tidak. Jika mereka mengajukan pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan ya atau tidak, guru meminta kepada mereka agar merumuskan pertanyaan yang dapat dijawab dengan ya atau tidak saja. Guru pada fase ini hanya sebagai sumber informasi
  • 6. agar mereka mampu merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan penjawab pertanyaan. Misalnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai berikut. 1. "Apakah para pemuda yang kurang sekolahan itu lebih siap bekerja apa adanya?" dijawab, "ya" 2. "Bukankah kalau anak tamatan SMA itu belajar benar-benar ia akan lebih siap bekerja?" dijawab, "ya" 3. "Apakah. gadis-gadis itu merasa gengsi bekerja?" dijawab "tidak" Semakin banyak pertanyaan yang bisa dirumuskan, semakin banyak data yang diperolah para siswa. Dengan demikian, kemungkinannya semakin mudah mereka menarik simpulan. Kegiatan merumuskan pertanyaan sebagai upaya mengumpulkan data ini sebenarnya merupakan inti inkuiri model Schuman. Dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan secara tidak langsung mereka akan sampai pada pembicaraan mengenai tema puisi/karya sastra dan juga bahasa puisi atau unsur-unsur puisi lainriya. Setelah data terkumpul lengkap para siswa dengan bimbingan guru-bila benarbenar perlu saja- berusaha menarik simpulan mengenai karya sastra, dalam hal ini puisi yang sedang kita bicarakan. Dengan demikian, mereka melakukan fase ketiga, yaitu fase pengakhiran. Fase ini sebenarnya bisa dipercepat dan dilakukan secara bersamaan dengan fase kedua dengan cara menolak hipotesis-hipotesis yang tidak disepakati karena terlalu menyimpang dari karya sastra yang dibicarakan. Secara spontan mereka juga sebenarnya bisa menarik simpulan sementara ketika mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Selanjutnya guru bisa melakukan pengukuhan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa ketiga fase tersebut sebenarnya berinti pada kegiatan perumusan dan pengujian hipotesis. Perumusan hipotesis bertolak dari informasi awal dan pertanyaan mengenai kesan umum karya sastra dari guru, sedangkan pengujian hipotesis berawal dari perumusan pertanyaan siswa mengenai karya sastra - yang dijawab guru dengan ya atau tidak - dan penarikan simpulan berdasarkan data mengenai karya sastra. Dari uraian terdahulu dapat ditarik simpulan bahwa model inkuiri Schuman ini lebih berorientasi kepada proses daripada kepada isi.