Dokumen tersebut membahas tentang upaya peningkatan gemar membaca dan menulis siswa kelas 3 SD dengan kebiasaan membaca senyap. Tujuannya adalah meningkatkan minat baca dan tulis siswa serta menambah pengetahuan guru tentang metode pembelajaran. Manfaatnya adalah siswa lebih bersemangat belajar dan guru mendapat masukan untuk pemilihan metode.
Rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia untuk siswa kelas 4 SD/MI ini membahas tentang lingkungan tempat tinggal siswa. Pembelajaran terdiri dari membaca cerita fiksi, mengamati gambar untuk memahami gaya dan gerak, melakukan percobaan, serta diskusi kelompok untuk memahami perbedaan antara gaya dan gerak.
Dokumen tersebut membahas tentang membangun literasi melalui buku fiksi dan nonfiksi. Ia menjelaskan unsur-unsur yang dapat ditelaah dalam buku fiksi dan nonfiksi, langkah menelaah isi buku, dan cara menanggapi isi buku secara tertulis dengan memberikan contoh tanggapan positif.
Dokumen tersebut membahas tentang upaya peningkatan gemar membaca dan menulis siswa kelas 3 SD dengan kebiasaan membaca senyap. Tujuannya adalah meningkatkan minat baca dan tulis siswa serta menambah pengetahuan guru tentang metode pembelajaran. Manfaatnya adalah siswa lebih bersemangat belajar dan guru mendapat masukan untuk pemilihan metode.
Rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia untuk siswa kelas 4 SD/MI ini membahas tentang lingkungan tempat tinggal siswa. Pembelajaran terdiri dari membaca cerita fiksi, mengamati gambar untuk memahami gaya dan gerak, melakukan percobaan, serta diskusi kelompok untuk memahami perbedaan antara gaya dan gerak.
Dokumen tersebut membahas tentang membangun literasi melalui buku fiksi dan nonfiksi. Ia menjelaskan unsur-unsur yang dapat ditelaah dalam buku fiksi dan nonfiksi, langkah menelaah isi buku, dan cara menanggapi isi buku secara tertulis dengan memberikan contoh tanggapan positif.
Buku panduan ini memberikan panduan penggunaan Seri Tunas Integritas yang terdiri atas 6 buku cerita anak-anak yang bertujuan menanamkan nilai integritas sejak dini. Buku panduan ini menjelaskan pertimbangan dalam memilih buku yang baik untuk anak, pentingnya memperhatikan respons anak, contoh penerapan seri buku di sekolah, dan panduan untuk setiap buku dalam seri.
Dokumen tersebut membahas tentang observasi perkembangan intelektual dan perilaku siswa Sekolah Luar Biasa. Secara umum dibahas tentang klasifikasi dan karakteristik siswa tunagrahita, metode pembelajaran di SLB, serta hasil wawancara dengan guru mengenai pengelompokan, visi misi, dan pengajaran di SLB.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya kemahiran membaca bagi murid-murid prasekolah. Ia menjelaskan latar belakang masalah kelemahan membaca di kalangan murid prasekolah dan tujuan menggunakan kaedah kad bacaan untuk meningkatkan kemahiran membaca mereka.
Peranan teknologi informasi dalam meningkatkan kegunaan dikonversirskyra
Teknologi informasi dapat memperluas akses masyarakat terhadap informasi dan bahan bacaan melalui perpustakaan digital, sehingga dapat meningkatkan minat membaca dan menulis. Namun, tingkat minat baca masyarakat Indonesia masih rendah karena faktor lingkungan, pendidikan, dan kurangnya infrastruktur pendukung. Upaya peningkatan perlu dilakukan secara terus-menerus di sekolah dan masyarakat.
50 soal ukg & pembahasan sesuai kisi kisisKun Ardi
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang karakteristik perkembangan bahasa anak usia SD dari segi mental, psikomotorik, dan emosional berdasarkan beberapa indikator. Dokumen tersebut juga menjelaskan metode-metode pembelajaran bahasa yang dapat digunakan untuk anak usia SD, seperti metode membaca dan menulis permulaan serta pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran menulis.
Kaedah bercerita dapat membantu membina kecekapan berbahasa siswa dan menarik minat mereka. Cerita dapat menanamkan nilai-nilai murni dan meningkatkan pengetahuan siswa. Sebelum bercerita, guru perlu memilih cerita yang sesuai dan mempersiapkan peralatan pengajaran. Teknik bercerita yang baik dapat melatih berbagai keterampilan berbahasa siswa.
Hal 113 128 memacu minat membaca siswa sekolah dasarmaulida_molie
Teks tersebut membahas tentang pentingnya mengembangkan minat baca pada siswa sekolah dasar dengan memberikan pelajaran bahasa Indonesia yang tepat dan mengajarkan berbagai teknik membaca seperti membaca teknis dan membaca dalam hati. Guru perlu memotivasi siswa untuk membaca dengan benar dan selektif agar dapat meningkatkan pemahaman siswa serta menumbuhkan minat baca mereka.
Buku panduan ini memberikan panduan penggunaan Seri Tunas Integritas yang terdiri atas 6 buku cerita anak-anak yang bertujuan menanamkan nilai integritas sejak dini. Buku panduan ini menjelaskan pertimbangan dalam memilih buku yang baik untuk anak, pentingnya memperhatikan respons anak, contoh penerapan seri buku di sekolah, dan panduan untuk setiap buku dalam seri.
Dokumen tersebut membahas tentang observasi perkembangan intelektual dan perilaku siswa Sekolah Luar Biasa. Secara umum dibahas tentang klasifikasi dan karakteristik siswa tunagrahita, metode pembelajaran di SLB, serta hasil wawancara dengan guru mengenai pengelompokan, visi misi, dan pengajaran di SLB.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya kemahiran membaca bagi murid-murid prasekolah. Ia menjelaskan latar belakang masalah kelemahan membaca di kalangan murid prasekolah dan tujuan menggunakan kaedah kad bacaan untuk meningkatkan kemahiran membaca mereka.
Peranan teknologi informasi dalam meningkatkan kegunaan dikonversirskyra
Teknologi informasi dapat memperluas akses masyarakat terhadap informasi dan bahan bacaan melalui perpustakaan digital, sehingga dapat meningkatkan minat membaca dan menulis. Namun, tingkat minat baca masyarakat Indonesia masih rendah karena faktor lingkungan, pendidikan, dan kurangnya infrastruktur pendukung. Upaya peningkatan perlu dilakukan secara terus-menerus di sekolah dan masyarakat.
50 soal ukg & pembahasan sesuai kisi kisisKun Ardi
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang karakteristik perkembangan bahasa anak usia SD dari segi mental, psikomotorik, dan emosional berdasarkan beberapa indikator. Dokumen tersebut juga menjelaskan metode-metode pembelajaran bahasa yang dapat digunakan untuk anak usia SD, seperti metode membaca dan menulis permulaan serta pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran menulis.
Kaedah bercerita dapat membantu membina kecekapan berbahasa siswa dan menarik minat mereka. Cerita dapat menanamkan nilai-nilai murni dan meningkatkan pengetahuan siswa. Sebelum bercerita, guru perlu memilih cerita yang sesuai dan mempersiapkan peralatan pengajaran. Teknik bercerita yang baik dapat melatih berbagai keterampilan berbahasa siswa.
Hal 113 128 memacu minat membaca siswa sekolah dasarmaulida_molie
Teks tersebut membahas tentang pentingnya mengembangkan minat baca pada siswa sekolah dasar dengan memberikan pelajaran bahasa Indonesia yang tepat dan mengajarkan berbagai teknik membaca seperti membaca teknis dan membaca dalam hati. Guru perlu memotivasi siswa untuk membaca dengan benar dan selektif agar dapat meningkatkan pemahaman siswa serta menumbuhkan minat baca mereka.
1. BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Anak tunagrahita, merupakan anak yang dikategorikan sebagai anak yang mengalami
cacat. Cacat yang diderita oleh anak tunagrahita ialah cacat secara intelektual. Kemampuan
intelektual tidak sesuai dengan umur fisik, karena itulah kondisi anak tunagrahita dikatakan
mengalami penurunan intelektual yang dikenal sebagai retendensi mental. Kondisi tunagrahita
terbagi atas tiga bagian, ringan, sedang, dan berat. Pada penelitian ini akan meneliti resepsi anak
tunagrahita ringan dalam membaca cerita pendek anak, sebab hanya anak tunagrahita klasifikasi
ringan yang bisa membaca karena masih mampu dididik dan mampu diajar.
Lukens menyatakan bahwa karya sastra tetap anak memiliki dulce (menghibur) dan utile
(bermanfaat). Menghibur karena melalui cerita mereka bisa mendapatkan hiburan dan
bermanfaat karena dalam cerita akan ditemukan amanat dan segala pelajaran moral serta
wawasan untuk anak-anak. Sehingga karya sastra secara tidak langsung mampu menjadi media
pendidikan bagi anak-anak. Jika bacaan dalam karya sastra merupakan media pembelajaran bagi
anak-anak, lalu apakah manfaat yang diberikan bacaan dalam karya sastra juga berlaku bagi
anak-anak yang mengalami penurunan intelektual, tetapi mereka masih mampu membaca apakah
mereka mampu meresepsi sebuah bacaan ?.
Resepsi merupakan proses pembaca dalam menerima dan menanggapi sebuah bacaan.
Pembaca selaku pemberi makna akan senantiasa ditentukan oleh ruang, waktu, golongan sosial,
budaya dan pengalamannya (Jauss dalam Nuryatin 1998:133). Berdasarkan hasil penelitian ini
anak tunagrahita ringan juga memiliki tanggapan-tanggapan terhadap karya sasrtra. Walaupun
2. dengan cara yang harus dituntun, tetapi anak tunagrahita ringan juga sama seperti pembaca
lainya, mereka mempunyai penilaian sendiri terhadap bacaan yang sudah dibacanya. Jika Jauss
menyatakan bahwa pembaca sebagai memberi makna akan dipengaruhi oleh ruang, waktu,
golongan sosial, budaya dan pengalaman, anak tunagrahita ringan dengan pengarung intelektual
yang rendah juga bisa memberikan makna pada bacaannya.
Hal ini dapat dibuktikan melalui hasil penelitian ini yang memperlihatkan bahwa anak
tunagrahita juga bisa menilai bagus atau tidak bacaan yang dibacanya, unsur cerita yang mereka
sukai, dan mereka juga memiliki komentar terhadap karya yang sudah mereka baca. Adapun
kesimpulan yang di dapat di dalam penelitian ini terhadap resepsi pelajar tungrahita ringan pada
bacaan anak akan dijabarkan berdasarkan unsur intrinsik karya.
Pada penelitian ini usia anak yang menjadi responden pada umumnya berada pada usia di
bawah 17 tahun dan duduk di tingkat pendidikan SD dan SMP, sedangkan untuk kemampuan IQ,
rata-rata responden memiliki IQ 68 dan berjenis kelamin perempuan. Tingkat keminatan pelajar
tunagrahita berdasarkan hasil penelitian menunjukan grafik yang bagus, sebab rata-rata
menunjukan suka membaca, sedangkan untuk tingkat kesulitan dalam memahami bacaan,
jawaban responden pada umumnya ialah sedikit sulit dan tidak sulit dalam memahami bacaan
dan rata-rata respoden juga memiliki buku bacaan di rumah.
Pada bagian unsur intrinsik, akan disimpulkan jawaban responden tunagrahita ringan
sebagai berikut :
1. Alur
Unsur intrinsik ini menjadi bagian yang dipertanyakan di dalam penelitian untuk melihat
keminatan responden terhadap bacaannya. Pada bagian ini akan diberi beberapa jawaban
objektiv pada responden tentang alasan apa yang mendasari mereka menganggap sebuah cerita
3. bagus atau tidak dan berdasarkan hasil penelitian, alasan responden menilai sebuah cerita bagus
atau tidak didasari pada peristiwa yang terjadi di dalam cerita. Jika diurutkan berdasarkan hasil
penelitian dilapangan, responden tunagrahita ringan menilai sebuah cerita pertama dari peristiwa
yang terjadi di dalam cerita, panjang—pendek cerita, gambar pendukung yang ada di dalam
cerita, dan baru mengenai tokoh dan penokohan di dalam cerita.
2. Tokoh
Pada bagian tokoh, terdapat dua pertanyaa yang diajukan kepada responden setelah mereka
membaca cerita. Pertanyaan pertama mengenai alasan tokoh menyukai/menginginkan menjadi
tokoh tersebut dan pertanyaan kedua alasan responden tidak menyukai tokoh tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, alasan utama responden menyukai/menginginkan menjadi tokoh
tersebut dan tidak menyukai tokoh tersebut ialah dilihat dari sikap tokoh di dalam cerita, setelah
itu baru dilihat dari keunikan tokoh (entah itu fisik, kekuatuan khusus yang dimiliki tokoh dll).
Secara umum, tokoh yang disukai responden ialah tokoh yang memiliki peran protagonis atau
tokoh yang dinilai bermoral baik di dalam cerita.
3. Amanat
Pada bagian amanat, responden tidak diberikan pilihan obejktiv. Pada bagian ini berbentuk
essay, jadi responden bisa menuliskan jawabanya dengan bahasa sendiri. Adapun hasil jawaban
responden terhadap amanat cerita ialah sebagai berikut :
No Ruti Siput dan Ciki
Ayam
Kerumah
Paman
Misteri Hantu
Atap
Batu Menangis
1 Harus menyapa Menjenguk teman
sakit
Tidak tau tidak boleh melawan
pada orang tua
2 Tidak boleh mengejek
teman
Tidak boleh jajan
sembarangan/tidak
boleh membeli
makanan
Harus berani Sopan
4. sebarangan
3 Tidak sombong Sakit perut Tidak boleh takut tidak boleh menyuruh
ibu
4 Sopan Mematuhi orang
tua
tidak durhaka pada
orang tua
5 Tidak tau Mengikuti kata
ibu guru
hormat pada orang tua
6 Pergi liburan
kerumah paman
Pada bagian amanat, responden menulis kalimat dengan singkat. Hasil yang mereka tulis
ialah pesan yang mereka tangkap di dalam cerita. Jika dilihat, responden tungrahita ringan bisa
dikatakan mampu menangkap amanat di dalam cerita, sebab amanat-amanat yang tertulis di atas
memang amanat yang ada di dalam cerita. Ketidakmampuan responden ialah tidak bisa
menjabarkan hasil jawaban lebih panjang dan mereka akan lebih susah jika amanat ini diminta
untuk disebutkan secara lisan.
Hanya tiga unsur intrinsik yang ingin dilihat responnya dalam penelitian ini, sebab alur,
tokoh, dan amanat ialah unsur utama penentu di dalam cerita. Capaian utama dalam penelitian ini
ialah resepsi responden terhadap amanat cerita. Sebab memlalui amanat pembaca akan
mendapatkan makna di dalam karya.
Untuk persoalan daya ingat responden terhadap isi bacaan, di dalam kuisioner terdapat
soal-soal yang bersangkutan dengan daya ingat responden, seperti soal-soal yang
mempertanyakan siapa nama tokoh, bagaimana sikap tokoh, siapa tokoh jahat dll. Berdasarkan
hasil penelitian, pada umumnya responden mampu mengingat isi bacaan dengan baik, mereka
masih mengingat karakter dan nama tokoh serta peristiwa yang terjadi, hanya saja kelemahan
dari responden tunagrahita ialah mereka susah mengingat cerita dengan tokoh yang banyak,
5. susah mengingat tokoh dengan nama yang terdengar sama, dan susah mengingat alur cerita
berbelit-belit. Pilihan bahasa juga berpengaruh dalam pemahaman responden tunagrahita ringan
dalam membaca, sebab responden tunagrahita ringan mengalami masalah dengan
perbendaharaan bahasa. Khususnya di dalam penelitian ini, responden tunagrahita mendapat
banyak kosakata dari orang tua, teman-teman yang mayoritas berbahasa Minang dan sesekali
mendapat kosakata bahasa Indonesia dari guru disekolah (itupun sekedarnya dan bahasa baku)
jadi mereka kesulitan untuk menafsirkan kata bahasa Indonesia tidak baku seperti : lamban,
merayap, senyum mengembang, air liur, gaduh, terbahak-bahak. Namun, semua itu tidak akan
menjadi penghalang bagi responden tunagrahita ringan selama masih mendapat tuntunan saat
membaca dari orang tua, guru, atau orang-orang terdekat.
Berdasarkan hasil penelitian, cerita yang paling banyak diminati ialah cerita Batu
Menangis. Jika dianalisis dan dibandingkan dengan cerita lainya, pada cerita Batu Menangis
terdapat sedikit tokoh yaitu ibu dan perempuan muda (batu Menangis) gaya bahasa yang
digunakan juga sederhana, tidak banyak terdapat kata dari bahasa pergaulan Bahasa Indonesia.
Gaya penceritaan kaku dan berurutan, pengarang cerita menuntun pembaca dan menjelaskan
peristiwa sejelas-jelasnnya, ending cerita pun berakhir dengan jelas yaitu si anak berubah
menjadi batu, tidak seperti cerita sebelumnya yang menutup cerita dengan gaya meyerahkan
penilaian terhadap cerita pada pembaca. Gaya cerita yang monoton dan menuntun pembaca dari
awal hingga akhir sangat berhubungan dengan keadaan anak tunagrahita ringan dalam belajar
dan mencerna informasi dari guru di sekolah. Guru akan menerangkan sejelas-jelasnya informasi
atau bahan ajar pada anak didik tungrahita ringan dan baru mereka bisa mencerna maksud dari
guru. Hal ini bisa jadi berhubungan dengan kekurangan anak tunagrahita ringan yang tidak bisa
berfikir abstrak.
6. Pada kesimpulannya, berdasarkan hasil penelitian di lapangan, anak tunagrahita ringan
mampu meresepsi bacaan dari sebuah cerita pendek anak. Mereka sama dengan pembaca anak
pada umumnya, memiliki tanggapan terhadap cerita, memiliki tokoh yang disukai, memiliki
unsur cerita yang disukai, dan tetap mampu menyerap amanat yang dibawakan oleh cerita.
Walaupun penerimaan terhadap cerita yang mereka baca memang sangat dipengaruhi oleh
pengalaman dan kemampuan intelektual.
4.2. Saran
Penelitian ini masih membahas persoalan dasar mengenai persoalan resepsi pelajar
tunagrahita ringan dalam membaca cerita pendek anak, belum mengakaji secara mendalam
persoalan-persoalan yang terjadi dilapangan. Anak tunagrahita ringan walaupun memiliki
masalah pada perkembangan intelektual, namun juga sama seperti anak-anak pada umumnya,
mereka juga mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan melalui karya sastra.
Oleh sebab itu, penelitian ini patut kiranya untuk dilanjutkan, karena mengingat anak
tunagrahita ringan ialah anak yang memiliki kebutuhan khusus, tetapi mereka masih mampu
mendapatkan pembelajaran melalui karya sastra, maka alangkah lebih baiknya ada penelitian
yang membahas persoalan-persaoalan baru yang lebih bermanfaat untuk anak tungrahita ringan
agar mereka juga mendapat pendidikan yang lebih sesuai dengan kemampuan intelektualnya
melalui karya sastra