SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang secara
pesat, baik secara teoritis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum tradisional lebih banyak
terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuangan, maka sekarang
kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, sperti kecakapan hidup,
pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industri, era globalisasi dengan berbagai
permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah menyentuh dimensi teknologi
terutama teknologi informasi dan komunikasi. Disiplin ilmu kurikulum harus membuka diri
terhadap kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat memengaruhi dan menentukan arah dan
intensitas proses pengembangan kurikulum.
Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah
kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun waktu tertentu
kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan dimensi-dimensi baru
seperti yang telah diungkapkan diatas.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode belajar
semakin lama semakin maju pesat. Oleh karena itu, tidak mungkin dalam suatu instansi
pendidikan tetap mempertahankan kurukulum lama; hal ini dikhwatirkan akan
mengakibatkan suatu instansi sekolah tidak dapat sejajar dengan sekolah-sekolah yang lain.
Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum sebagai instrument yang
membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan
masyarakat. Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan
tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum tidak
pernah berhenti, ia merupakan proses yang berkelanjutan dan terus menerus sejalan dengan
perkembangan dan tuntutan jaman dan perubahan yang terjadi didalam masyarakat
Prof. Dr. Engkoswara, guru besar Universitas Pendidikan Indonesia Bandung telah
membuat 4 (empat) rumus pengertian kurikulum, lengkap dengan visualisasinya. Pertama,
kurikulum adalah jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Kedua, kurikulum adalah sejumlah
mata pelajaran. Keiga, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiata-kegiatan yang
harus dilakukan oleh peserta didik. Keempat, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan
kegiatan-kegiatan, serta segala sesuati yang akan berpengaruh dalam upaya pencapaian
2
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Rumus ini memudahkan kita untuk memahami
pengertian kurikulum. Demikian juga bila dibandingkan dengan pengertian kurikulum dalam
Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyebutkan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menyajikan tentang dinamika
pengembangan kurikulum, perlunya perubahan paradigma dan trend baru strategi
pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalahnya yaitu :
1. Bagaimana dinamika pengembangan kurikulum?
2. Mengapa perlunya perubahan paradigma?
3. Apa trend baru strategi pembelajaran?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dinamika pengembangan kurikulum.
2. Untuk mengetahui perlunya perubahan paradigma
3. Untuk mengetahui trend baru strategi pembelajaran
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai isi dari makalah ini
dapat sebagai patokan bagi Pengajar, Siswa, Mahasiswa dan semua yang berada di ruang
lingkup pendidikan untuk selalu siap mengembangkan pendidikan di Indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERUBAHAN KURIKULUM
A. Dinamika Pengembangan Kurikulum
Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia telah menetapkan tujuan yang jelas kemana
NKRI akan dibawa. Dasar negara telah ditetapkan sejak prakemerdekaan, yakni Pancasila,
lengkap dengan lambang negara, motto, lagu kebangsaan, dan bahkan konstitusi yang di
dalamnya telah memuat empat tujuan negara yang akan dicapai. Salah satu tujuan itu
dirumuskan dengan sangat tepat, yakni “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”, dan ternyata
konsep “mencardaskan” itu telah dijelaskan oleh Horard Gardner setelah dua puluh delapan
tahun kemudian, dalam bukunya berjudul Frames od Mind: the Tehory of Multiple
Intelligences yaitu tentang tujuh tipe kecerdasan manusia. Singkatnya, bukan hanya
kecerdasan intelektual (otak kiri) tetapi juga kecerdasan spiritual, emosional, bahkan juga
kinestetiknya.
Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang
diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus
dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan
segera atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu program pendidikan.Pembaharuan
kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang
masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa
cenderung berubah.
Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen tertentu), tetapi dapat
pula bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Perubahan
kurikulum menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan
faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan.Sebagai konsekuensi dari perubahan
kurikulum juga akan mengakibatkan perubahan dalam operasionalisasi kurikulum tersebut,
baik dapat orang yang terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor penunjang dalam
pelaksannaan kurikulum. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum
sebagai alat untuk mencapai tujuan harus menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat
yang senantiasa berubah dan terus berlangsung. Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai
4
dari perubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural.
Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja
misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan
kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen kurikulum.
Menurut Sudjana (1993 : 37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum menyangkut
komponen kurikulum yakni :
(a) Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat
dan falsafah bangsa. Tanpa tujuan yang jelas, tidaka akan membawa perubahan yang
berarti, dan tidak ada petunjuk ke mana pendidikan diarahkan.
(b) Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran -mata
pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran. Perubahan
ini dapat menyangkut isi mata pelajaran, aktivitas belajar anak, pengalaman yang harus
diberikan kepada anak, juga organisasi atau pendekatan dari mata pelajaran-mata
pelajaran tersebut. Apakah diajarkan secara terpisah-pisah (subject matter curriculum),
apakah lebih mengutamakan kegiatan dan pengalaman anak (activity curriculum) atau
diadakan pendekatan interdisipliner (correlated curriculum) atau dilihat proporsinya
masing-masing jenis ; mana yang termasuk pendidikan umum, pendidikan keahlian,
pendidikan akademik dan lain-lain.
(c) Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum itu
sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi,
bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil belajar.
(d) Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi
kualitas dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah seperti
laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain.
(e) Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut metode/cara
yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan
efesien, relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu system
dari kutikulum.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999,
2004, 2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan
5
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua
kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD
1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
Yang pasti, keberadaan ilmu tentang kurikulum telah membantu para pelaku dan
pengambil kebijakan pendidikan untuk melakukan perencanaan secara lebih sistematis guna
memperoleh hasil pendidikan yang optimal. Di dunia akademik, wacana tentang kurikulum
tidak hanya berputar pada materi yang harus diajarkan, tetapi telah menjadi sebuah sub
disiplin ilmu yang menjadi kajian para akademisi.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kurikulum senantiasa mengalami perubahan
dari waktu ke waktu, baik dari segi isi (konten) maupun dari segi kemasan (pola
pengembangan)-nya.
Beragam Makna Kurikulum
Menurut kajian Schubert, keragaman makna kurikulum dirangkum dalam delapan wajah
kurikulum atau yang dia sebut sebagai “the images of curriculum”, yaitu: Kurikulum
bermakna mata pelajaran (content or subject matter), kurikulum bermakna program atau
aktivitas terencana (program or planned activities), kurikulum bermakna hasil belajar yang
diharapkan (intended learning outcomes), kurikulum bermakna reproduksi budaya (cultural
reproduction), kurikulum bermakna pengalaman (experience), kurikulum bermakna tugas
dan konsep tertentu (discrete task and concept), and kurikulum bermakna agenda
rekonstruksi social (agenda for social reconstruction), dan kurikulum bermakna track yang
dilalui (curere)(Schubert, 1986: 26-33).
Hasil analisis Schubert di atas menjelaskan bahwa makna kurikulum tidak tunggal dan
sederhana. Perbedaan padangan tentang kurikulum tidak berarti satu pandangan lebih baik
atau lebih benar dari yang lain. Berbagai definisi tersebut memiliki konteksnya masing-
masing yang dipengaruhi oleh pandangan orang terhadap teori pendidikan yang
dipercayainya. John Dewey, misalnya meyakini bahwa pendidikan adalah proses belajar dari
pengalaman yang dijumpai langsung oleh siswa. Oleh karenanya, kurikulum menurut Dewey
adalah pengalaman siswa itu sendiri (curriculum as experience). Meski demikian, dapat juga
dipahami bahwa pengertian kurikulum juga mangalami evolusi seiring dengan perkembangan
ilmu pendidikan. Kurikulum yang secara tradisional dipahami sebagai sekumpulan mata
6
pelajaran, saat ini dimaknai sebagai sebuah rencana lengkap yang mencakup berbagai
komponen pembelajaran.
Dewasa ini pengertian kurikulum yang berkembang di Indonesia merujuk pada apa yang
dituangkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 1 UU
tersebut mendefinisikan kurikulum sebagai “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.” (UU No 20 tahun 2003).
Kurikulum sebagai sebuah proses
Sebagai bagian dari sebuah sistem pendidikan, kurikulum memiliki proses yang
berkesinambungan. Secara sederhana, proses tersebut dapat dirumuskan dalam sebuah siklus
berikut:
Skema di atas menggambarkan bahwa kurikulum, sekurang-kurangnya secara teoritis,
dapat dipahami sebagai sebuah siklus yang terus bergerak dan berkembang selama prose
pendidikan berlangsung. Siklus tersebut diawali dengan tahap desain. Pada tahap ini
dirumuskan pola kurikulum yang akan dikembangkan. Pola dimaksud akan menentukan
komponen-komponen kurikulum yang diperlukan, bagaimana komponen itu dikembangkan
dan hubungan antara satu komponen dengan yang lainnya.
Berikutnya adalah tahap pengembangan. Pada tahap ini kurikulum disusun dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Pengembangan
kurikulum sering didefinisikan sebagai sebuah proses pengembangan atau penyusunan
komponen-komponen kurikulum hingga siap untuk dijadikan acuan bagi guru dalam
melaksanakan tugas mereka. Kurikulum yang telah disusun dan dikembangkan komponen-
komponennya, kemudian diimplementasikan di lembaga-lembaga pendidikan sesuai dengan
pola implementasi yang direncanakan.
Inovasi/
improvement
Desain
Pengembangan
Implementasi
Supervisi
Evaluasi
7
Selanjutnya, untuk memastikan kesesuaian antara kurikulum yang diimplementasikan
dengan konsepnya, maka supervisi menjadi bagian penting dari siklus ini. Setelah itu
kurikulum dievaluasi guna memastikan bahwa kurikulum yang telah diimplementasikan
dapat mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Lalu pada gilirannya,
hasil evaluasi ini menjadi bahan untuk pengembangan kurikulum pada waktu berikutnya.
Perlu dipahami bahwa siklus di atas merupakan penyederhanaan dari sebuah rangkaian
proses kurikulum yang sesungguhnya terjadi di lembaga-lembaga yang terkait dengan dunia
pendidikan formal. Di samping itu perlu juga dipahami bahwa pada kenyataannya jarang
sekali perubahan kurikulum dilakukan berdasarkan hasil evaluasi. Perubahan kurikulum yang
seringkali terjadi dilakukan atas dasar tren yang berkembang di dunia pendidikan ataupun
kebijakan politik yang berimbas ke dunia pendidikan.
Desain kurikulum
Kurikulum sebagai sebuah sub-sistem pendidikan terdiri atas berbagai komponen yang
berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan antar komponen ini dirumuskan melalui sebuah
proses desain. Tujuan desain adalah untuk menentukan pola atau organisasi kurikulum yang
dianggap paling efektif. Untuk memulai proses desain kurikulum, Ornstein dan Hunkins
(1988) mengajukan pertanyaan: struktur kurikulum yang bagaimana yang memungkinkan
masing-masing komponen dapat memberikan kontribusi pada kurikulum sebagai sebuah
kesatuan?
Sebagaimana bervariasinya definisi, desain kurikulum juga memiliki beragam pola. Dari
pola yang beragam tersebut, secara garis besar desain kurikulum dapat dikelompokkan
menjadi empat macam, yaitu: kurikulum yang berorinetasi pada mata pelajaran (subject-
centered), kurikulum yang berorientasi pada peserta didik (learner-centered), kurikulum
yang berorientasi pada tujuan (goal-centered) dan kurikulum yang berorientasi pada
persoalan (problem-based).
1. Kurikulum yang berorientasi mata pelajaran
Kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran adalah pola kurikulum yang paling
dahulu dikenal dalam desain kurikulum. Dengan pola ini, kurikulum disusun berdasarkan
jumlah dan jenis mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Ada beberapa pendekatan
yang digunakan dengan kurikulum pola ini, yaitu: pola mata pelajaran terpisah (separated-
8
subject), pola mata pelajaran berkorelasi (correlated-subject), dan pola pengelompokkan
mata pelajaran serumpun (broad-fields).
2. Kurikulum yang berorientasi siswa
Perkembangan teori pendidikan yang menghendaki peran siswa yang lebih aktif dalam
proses pembelajaran memiliki implikasi pada desain kurikulum. Banyak pakar, di antaranya
John Dewey, yang mengemukakan bahwa kurikulum seharusnya disusun berdasarkan
kepentingan siswa. Ini dimaksudkan agar proses pendidikan yang dilangsungkan benar-benar
untuk kepentingan siswa, sehingga siswa merasa terlibat (engaged) penuh dalam proses
pendidikan. Beberapa pola yang termasuk kategori ini adalah pola kurikulum berpusat pada
anak didik (child-centered) dan kurikulum berpusat pada pengalaman (experience-centered).
3. Kurikulum yang berorientasi tujuan
Pola desain kurikulum yang paling populer dewasa ini adalah pola kurikulum yang
berorientasi pada tujuan. Hal ini karena pola manajemen modern seringkali berorientasi pada
hasil sebagai tujuan. Dengan pola ini komponen-komponen kurikulum dikembangkan dengan
terlebih dahulu menentukan tujuan atau hasil yang diharapkan. Pola yang sering digunakan
untuk desain kurikulum yang berorientasi tujuan adalah kurikulum berpusat pada tujuan
(goal-oriented) dan kurikulum berbasis kompetensi (competence-based)
4. Kurikulum yang berorientasi problem
Pada beberapa jenis lembaga pendidikan, seperti kedokteran, desain kurikulum sering
diorientasikan pada persoalan-persoalan yang berkembang, dengan asumsi bahwa para
peserta didik telah menguasai ilmu-ilmu dasar yang mutlak diperlukan. Desain seperti ini
dianggap efektif karena beberapa disiplin ilmu tertentu berkembang berdasarkan persoalan
yang dihadapi dalam kenyataan. Persoalan-persoalan itulah yang membuat seseorang menjadi
ahli atau spesialis dalam bidang tertentu. Beberapa contoh pola desain kurikulum yang
berorientasi pada problem adalah kurikulum berorientasi pada situasi hidup (life-situations)
dan kurikulum berorientasi pada rekonstuksi sosial (social-reconstruction).
9
B. Perlunya Perubahan Paradigma
Perubahan paradigma kurikulum menempatkan siswa sebagai subjek untuk aktif
berpartisipasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa terbantu untuk mempelajari dan
menguasai kemampuan dan atau nilai-nilai baru. Di sisi lain konsep kurikulum
mengarahkan siswa untuk memiliki kecakapan mengaplikasikan kemampuan berpikir tingkat
menengah dan tinggi. Dengan demikian guru harus mampu menguasai dan memilih
pendekatan, model dan metode belajar yang dituntut dalam konsep pembelajaran.
Paradigma perubahan kurikulum dalam implementasi kurikulum learner centered
merupakan hal penting bagi kompetensi dan pengetahuan siswa. Situasi pembelajaran yang
diciptakan oleh para aplikan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran, seperti
aktif mengikuti aktivitas seni, meningkatkan kepekaan untuk me’rasa’kan elemen-elemen
seni (bunyi, gerakan), menciptakan gerakan atau bunyi secara kreatif, dan meningkatkan
kemampuan mereka dalam pemecahan masalah. Kualitas aktivitas, sensitivitas, kreativitas,
dan rasa percaya diri siswa tersebut secara perlahan dapat mempengaruhi kualitas pendidikan
seni di Indonesia.
Paradigma Baru
Indonesia diprediksi dalam 10-20 tahun mendatang akan mengalami ledakan penduduk
yang luar biasa banyak. Maka, untuk mempersiapkan generasi mendatang diperlukan
perubahan revolusioner agar dapat menjawab tantangan zaman. Tantangan pendidikan pada
abad ke-21 menuntut manusia memiliki kecepatan dalam segala hal, kompetisi yang sangat
ketat, serta kesiapan dalam menjawab segala tantangan. Pada tahun 2045 (baca: pada saat 100
tahun Indonesia merdeka) diprediksi akan menjadi tahun keemasan Indonesia untuk menjadi
negara yang maju. Salah satu persiapan yang perlu diperhatikan adalah pendidikan.
Pendidikan yang baik akan mengantarkan pada masa depan yang cerah.
Paradigma dimaknai oleh Prof. Heidy Ahimsa-Putra (guru besar FIB UGM) sebagai
seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk suatu
kerangka pemikiran. Konsep-konsep yang ditawarkan oleh kemdikbud terbilang baru karena
semua mata pelajaran yang ada dalam pembelajaran di kelas berbasis saintifik (scientific
learning). Kumpulan konsep-konsep ini merupakan kesatuan, karena konsep-konsep ini
berhubungan secara logis. Dari perspektif peserta didik dengan pendidik, kurikulum 2013
menghendaki adanya student center, artinya pembelajaran terpusat pada peserta didik yang
menuntut keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Sedangkan pada perspektif
10
sebelumnya, gurulah yang menjadi aktor utama dalam kelas sehingga pembelajaran di kelas
tampak menjenuhkan. Di dalam Kurikulum 2013, guru bertugas sebagai fasilitator dan
motivator bagi peserta didik. Selain itu, prinsip dasar pada Kurikulum 2013 ini berupaya
untuk mengoptimalkan keingintahuan peserta didik. Semula, peserta didik “diberi tahu” oleh
guru, maka sekarang peserta didik dituntut untuk “mencari tahu” segala hal yang berkaitan
dengan materi pembelajaran.
Dalam kurikulum KTSP, pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat kompetensi membaca,
menulis, mendengarkan, serta berbicara yang masuk dalam materi-materi yang telah
ditentukan. Maka dalam Kurikulum 2013 ini, semua kompetensi tersebut melebur menjadi
satu, tidak lagi terkotak-kotak antara kompetensi satu dengan yang lain karena semua materi
pembelajaran berbasis teks. Itu sebabnya, dalam pembelajaran ini tidak boleh dilihat secara
parsial, melainkan secara utuh. Dengan pembelajaran teks ini, maka konsekuensinya peserta
didik diajak guru untuk belajar secara bertahap, dimulai dari guru membangun konteks,
dilanjutkan kegiatan pemodelan, membangun teks secara bersama-sama, sampai pada
membangun teks secara mandiri. Hal ini dilakukan karena teks merupakan satuan bahasa
yang lengkap, karena di dalam teks juga erat kaitannya dengan konteks. Maka, ketika
mempelajari suatu teks secara bersama-sama peserta didik juga belajar tentang konteks yang
telah ditentukan. Perbedaan mendasar antara Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013,
yaitu mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu dan mapel dirancang berdiri
sendiri, sedangkan pada Kurikulum 2013 setiap mata pelajaran mendukung semua
kompetensi dan mapel dirancang terkait satu dengan yang lain (terintegrasi).
Pemerintah Indonesia telah menerapkan kurikulum baru, untuk pendidikan di tingkat SD,
SMP, SMA dan SMK, yang kita kenal sebagai kurikulum 2013. Telah muncul pro-kontra di
kalangan pendidik dan masyarakat tentang sejumlah aspek dalam penerapan kurikulum 2013.
Perubahan dan pembaruan kurikulum harus dipahami sebagai hal yang biasa, karena
kurikulum memang harus selalu bersifat adaptif. Kurikulum harus mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan, tuntutan kebutuhan, serta tantangan, yang selalu berubah
sesuai perkembangan zaman.
C. Trend Baru Strategi Pembelajaran
Dunia pendidikan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan manusia dan
zaman yang diiringi dengan kemampuan teknologi yang menjadi alat strategis dalam
memajukan dunia pendidikan.
11
Bagaimana suatu proses pembelajaran dapat diterima dan dipahami dengan mudah oleh
peserta didik adalah tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Tugas guru adalah menciptakan
suatu proses pembelajaran yang efektif dan efisien melalui berbagai metode, strategi atau
kiat-kiat praktis menjalani pengajaran agar menjadi menyenangkan.
Sangat banyak trend baru dalam strategi pembelajaran baik dalam metode, strategi, dan
sistemnya.
1. “Homeschooling”
Homeschooling adalah sebuah model pendidikan di mana orangtua tidak menyekolahkan
anak dan memilih bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya.
Secara legal, homeschooling atau sekolahrumah adalah jalur pendidikan informal,
sementara sekolah komunitas atau sekolah-fleksi adalah jalur pendidikan nonformal.
Menurut Ella Yulailawati (direktur pendidikan kesetaraan DepDikNas) bahwasanya
homeschooling sudah diatur dalam UU sisdiknas dan termasuk bagian dari akses pendidikan.
Depdiknas mendefinisikan proses belajar homeschooling ini dapat berlangsung kondusif
karena merupakan proses pelayanan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua secara sadar,
teratur dan terarah. Anak didik yang mengikuti homeschooling ini juga dapat mengikuti ujian
kesetaraan paket A (setara dengan SD), paket B(setara dengan SMP) dan paket C (setara
dengan SMU). Akan tetapi meskipun homeschooling ini dijalankan secara informal, namun
orang tua yang menyelenggarakan homeschooling ini diwajibkan melaporkan kepada dinas
pendidikan kabupaten atau kota setempat.
Menurut Seto, program homeschooling bukanlah barang baru. Banyak tokoh dunia yang
berangkat dari model pendidikan seperti begini. Sebut saja mantan presiden Amerika Serikat,
Abraham Lincoln dan Theodore Roosevelt, Alexander Graham Bell (penemu telepon), atau
pahlawan nasional KH Agus Salim.
Dari pengamatan sepintas keluarga Indonesia memilih homeschooling karena alasan
praktis, misalnya: anak mogok sekolah, trauma karena bullying, orangtua berpindah-pindah
kerja, dan sebagainya.
Berikut ini kelebihan dari homeschooling :
 Lebih memberikan kemandirian dan kreativitas individual.
 Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin.
 Terlindungi dari pergaulan yang menyimpang, seperti “NAPZA, tawuran, kenakalan.
Yang berdampak buruk bagi anak. Bahkan dari hal-hal yang terkecil seperti “jajan
makanan yang malnutrisi”, dll.
12
 Menumbuhkan kemandirian dan percaya diri pada anak. Tanpa membanding-bandingkan
dengan kelebihan anak yang lain ketika berada disekolah.
 Orang tua bisa lebih focus dan belajarpun lebih efektif karena waktu yang fleksibel.
 Bisa menjadikan orang tuanya langsung sebagai panutan.
 Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata.
 Lebih didorong untuk melakukan kegiatan keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga.
 Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan perannya dalam dunia nyata
disertai kebebasan berpendapat, menolak atau menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus
merasa takut untuk mendapat celaan dari teman atau nilai kurang.
 Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan lingkungan social
keluarga.
Adapun kekurangannya kurang lebih sebagai berikut :
 Anak-anak yang belajar di homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari
berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup
di masyarakat.
 Sekolah merupakan tempat belajar yang khas yang dapat melatih anak untuk bersaing dan
mencapai keberhasilan setinggi-tingginya.
 Belum ada standarisasi kurikulum.
 Kurangnya minat untuk belajar lebih giat lagi agar bisa bersaing dengan teman sekelas.
 Homeschooling dapat mengisolasi peserta didik dari kenyataan-kenyataan yang kurang
menyenangkan sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan individu.
 Apabila anak hanya belajar di homeschooling, kemungkinan ia akan terisolasi dari
lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga ia akan kurang siap untuk
menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian.
2. Hypnoteaching
Hypnoteaching merupakan improvisasi dari sebuah metode pembelajaran yang
menggunakan sugesti-sugesti positif untuk mencapai alam bawah sadar anak didik.
Hypnoteaching sebenarnya merupakan salah satu teknik yang menggabungkan antara ilmu
hipnosis, komunikasi, psikologi dan teknik pengajaran di kelas.
Dalam penyampaian materi pelajaran, guru menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar,
yakni bahasa persuasif, yang akan menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi anak didik. Kata
13
hypnoteaching merupakan paduan dari dua kata yaitu hipnosis dan teaching. Hipnosis
berarti mensugesti dan teaching berarti mengajar. Dapat diartikan bahwa hypnoteaching
adalah Seni berkomunikasi dalam proses pengajaran dengan cara mengekplorasi alam bawah
sadar, sehingga anak didik menjadi fokus, relaks dan sugestif dalam menerima materi
pelajaran yang diberikan.
Dalam hypnoteaching, guru bertindak sebagai penghipnotis dan anak didik berperan
sebagai suyet atau orang yang dihipnotis. Guru tidak perlu menidurkan anak didik ketika
melakukan hypnoteaching, tetapi cukup memberikan bahasa yang persuasif dalam
berkomunikasi dengan anak didik dan memahami pola kerja pikiran anak didik yang
sebenarnya sehingga apa yang dikomunikasikan oleh guru sesuai dengan harapan si anak
didik. Bahasa yang disampaikan tersebut harus mudah dipahami oleh anak didik, karena
sangat tidak mungkin bila melakukan hipnosis tanpa suyet paham akan maksud dari si
penghipnotis.
Beberapa manfaat yang dapat dicapai melalui metode hypnoteaching adalah :
1. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan bagi anak didik dan guru
2. Pembelajaran dapat menarik perhatian bagi anak didik melalui berbagai kreasi permainan
yang diterapkan oleh guru
3. Guru menjadi lebih mampu dalam mengelola emosinya
4. Dapat menumbuhkan hubungan yang harmonis antara guru dan anak didik
5. Guru dapat mengatasi anak yang sulit belajar dengan melakukan pendekatan personal
6. Guru dapat membantu anak didik untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan kurang baik
yang anak didik miliki.
Langkah-langkah Hypnoteaching
N. Yustisia, dalam buku hypnoteaching : seni ajar mengekplorasi otak peserta didik,
menyebutkan bahwa langkah-langkah hypnoteaching adalah :
 Niat dan motivasi dalam diri
Seorang guru harus senantiasa memiliki niat dan komitmen yang kuat untuk meraih
kesuksesan dalam proses pengajarannya. Dalam Hypnoteaching, guru harus memiliki
prinsip utama yaitu “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia
mereka.”
 Pacing
Pacing artinya menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa serta gelombang otak dengan
anak didik. Sebelum guru membawakan materi pelajaran, seorang guru harus mau dan
14
mampu menyamakan frekuensi antara dirinya dengan anak didik sehingga komunikasi dalam
proses pembelajaran menjadi lebih kondusif dan efektif. Pada prinsipnya manusia akan
mudah menyampaikan pesan kepada orang lain bila memiliki gelombang otak yang sama
sehingga akan merasa nyaman.
Cara-cara pacing adalah :
1. Guru membayangkan bahwa dirinya menjadi sosok yang sesuai dengan usia anak didik.
Hal ini dapat disesuaikan dengan jamannya anak didik pada saat sekarang, bukan ketika
jaman pada saat guru sekolah dulu
2. Menggunakan bahasa sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh anak didik
3. Melakukan gerakan dan mimik wajah yang sesuai dengan tema bahasan guru
4. Mengaitkan tema yang dibahas dengan tema yang sedang ngetrend dibahas anak didik
Melalui usaha diatas, tanpa sadar gelombang pikiran guru akan sama dengan anak
didik. Hal ini akan membuat anak didik akan merasa nyaman untuk berinteraksi dengan
guru.
 Leading
Leading berarti memimpin atau mengarahkan. Bila guru sudah berhasil melakukan
pacing dan murid sudah merasa nyaman dengan guru tersebut, maka hampir setiap perkataan
yang diucapkan oleh guru akan diikuti oleh anak didik dengan suka rela dan senang hati.
Ketika leading, buatlah agar anak didik merasa tenang atau rileks. Karena dalam kondisi
ini, gelombang otak berada pada posisi Alpha, dimana kondisi anak didik menjadi lebih
relaks dan sugestif saat menerima materi pengajaran dari guru.
Contoh kalimat yang bisa digunakan oleh guru untuk membantu anak didik merasa relaks
: “Anak-anak silahkan atur duduk kamu dengan nyaman, tegakkan tulang punggung, lalu
ambillah nafas yang dalam dari hidung dan buang perlahan lewat mulut, dan katakan WOW
!”
 Menggunakan kata-kata positif
Langkah ini merupakan langkah pendukung dalam melakukan pacing dan leading. Ini
sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar bahwa tidak mau menerima kata-kata yang
negatif. Kata-kata positif yang diberikan guru dapat meningkatkan rasa percaya diri anak
didik, yakni berupa himbauan atau ajakan. Misalnya ketika anak didik ramai di kelas atau
gaduh, guru jangan mengatakan “Jangan ramai” tetapi sebaiknya menggunakan kata-kata
“Mohon tenang”. Gunakan intonasi yang tepat saat berbicara, guru harus memahami dan
15
memperhatikan ritme berbicara. Karena dalam ilmu komunikasi efektif, intonasi memiliki
peran 38% untuk memasukkan sugesti ke alam bawah sadar siswa.
 Memberikan reward & punishment (konsekuensi tindakan)
Dalam proses pembelajaran, salah satu yang harus diingat guru adalah reward dan
punishment. Reward merupakan peningkatan harga diri seseorang untuk membentuk
konsep dirinya. Dengan reward anak didik akan termotivasi untuk melakukan yang lebih
baik dari sebelumnya. Sedangkan punishment merupakan konsekuensi yang harus diterima
oleh anak didik ketika mereka melakukan suatu tindakan yang kurang sesuai. Punishment
akan membuat anak didik menghindari perilaku-perilaku yang kurang baik dan tidak sesuai
dengan norma.
 Modelling
Modelling merupakan proses pemberian contoh atau teladan yang ditiru oleh anak didik
atas ucapan dan perilaku yang konsisten. Setelah anak didik merasa nyaman dengan situasi
pembelajaran, mereka juga akan dimantapkan dengan perilaku dan ucapan konsisten dari
gurunya sehingga hal ini akan menjadikan guru sebagai sosok yang dipercaya di mata anak
didik.
 Menguasai materi pelajaran
Guru dapat melibatkan anak didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru
menyampaikan materi secara kontekstual, memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
melakukan sesuatu secara kolaboratif, memberi umpan balik secara langsung dan lain
sebagainya.
Penerapan Metode Hypnoteaching di kelas :
 Membuat Yel-yel (Yelling). Yelling merupakan suatu kalimat yang telah disepakati
antara guru dan anak didik yang diteriakkan secara bersama-sama. Tujuannya untuk
mengembalikan konsentrasi anak didik. Misalnya “biMBA-aiueo… okee..”
 Jam emosi. Jam emosi merupakan jam untuk mengatur emosi sehingga dapat melatih
anak didik untuk mengendalikan emosinya. Jam emosi dibagi menjadi 4 bagian dan
ditandai dengan warna atau tulisan sebagai berikut :
16
1. Jam tenang, misalnya ditandai dengan warna hijau atau ada tulisan “tenang”.
Maksudnya bahwa anak didik diminta untuk tenang dan berkonsentrasi karena ada materi
penting yang akan diajarkan oleh guru.
2. Jam diskusi, misalnya diberi warna biru atau ada tulisan “diskusi”. Pada jam ini
maksudnya bahwa anak didik diminta untuk melakukan aktivitas diskusi tentang materi
yang baru saja disampaikan oleh guru
3. Jam lepas, misalnya diberi warna kuning atau dengan tulisan “lepas”. Maksudnya anak
didik diminta untuk meluapkan emosinya, boleh berbicara, tertawa, bermain dengan batas
dan waktu tertentu asalkan tidak mengganggu kelas yang lain.
4. Jam tombol, misalnya diberi warna merah atau ada tulisan “tombol”. Jam ini
maksudnya bahwa anak didik mengaktifkan kondisi aktif belajarnya kembali.
 Mengajarkan teman dan beri pujian. Materi yang telah disampaikan oleh guru,
didiskusikan oleh anak didik dengan cara mereka dapat melihat, mendengar, mengatakan
dan melakukan. Mereka dibiasakan untuk mengajarkan kembali materi tersebut kepada
teman yang lain, sehingga anak didik akan memahami materi pembelajaran yang telah
mereka terima sebelumnya. Ini sesuai tdengan teori bahwa proses pembelajaran
menunjukkan bahwa anak mengingat 20 % dari yang mereka baca, mengingat 30 % dari
yang didengar, 40 % dari yang dilihat, 50 % dari yang dikatakan, 90 % dari yang dilihat,
didengar dan dikatakan. Dan menyerap 100 % lebih bila dilihat, didengar, dikatakan,
diajarkan kepada orang lain. Antar anak didik yang sudah mengajarkan kepada
temannya, lalu bergantian memberikan pujian. Misalnya “Terima kasih, penjelasanmu
sangat bagus”. Apresiasi ini dapat menambah rasa percaya diri bahwa mereka telah
mampu mengajarkan materi yang disampaikan guru.
 Pertanyaan ajaib. Buat suatu pertanyaan khusus yang dapat membangun proses
pembelajaran, memberikan solusi, meningkatkan potensi dan mengarahkan anak didik
untuk menjadi lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Pertanyaan ini harus
menggugah anak didik agar menjadi bersemangat dan termotivasi untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan ajaib yang diajukan oleh guru. Misalnya, sebelum memulai
pelajaran guru memberikan pertanyaan kepada anak didik
“Anak-anak, apakah kalian suka membaca? Bagaimanakah membaca menurut kalian?”
Melalui metode hypnoteaching tersebut diharapkan para pendidik dapat membantu
merubah paradigma anak didik dari “belajar itu membosankan, bikin capek, ngantuk, bete,
17
lemes, nggak penting, stres, dan terpaksa”, menjadi “belajar itu adalah suatu proses yang
menyenangkan”.
3. Blended Learning
Apa itu Blended Learning ?
Sesuai dengan namanya, blended, yang artinya campuran merupakan metode pembelajaran
yang memadukan pelaksanaan proses pembelajaran yang memadukan pertemuan tatap muka
(konvensional) dengan metode online secara harmonis. Thorne (2003) menggambarkan
blended learning sebagai “It represents an opportunity to integrate the innovative and
technological advances offered by online learning with the interaction and participation
offered in the best of traditional learning. Perpaduan pelaksanaan proses belajar konvensional
yang menghadirkan pertemuan tatap muka dikombinasikan dengan pertemuan virtual online
yang bisa diakses kapan saja, dimana saja, 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Ini berarti bahwa
apapun namanya, model pembelajaran ini memanfaatkan teknologi IT lewat media video
confrence, phone conference, atau chatting online.
Ada yang perlu diperhatikan oleh peserta saat hendak mengikuti metode pembelajaran ini
adalah komitmen waktu untuk mempelajari suatu topik, kemampuan untuk beradaptasi
dengan metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya.
Metode pembelajaran ini bisa jadi menjadi suatu solusi yang baik untuk memenuhi
kebutuhan market, dimana metode pembelajaran tatap muka dirasa sulit karena adanya
kendala waktu maupun tempat, adanya pengurangan biaya operasional, peserta dapat
menentukan sendiri kecepatan mereka dalam belajar, tidak terikat waktu namun tetap harus
memiliki komitmen.
Blended Learning juga tak lepas dari pro dan kontra, baik anda dari sisi peserta maupun
sisi pemberi training. Masing – masing memiliki kekurangan dan kelebihannya.
Mari kita lihat dari sisi peserta Kelebihan untuk “sebagai peserta”:
- Belajar kapan pun saya mau
- Belajar dengan kecepatan yang saya inginkan
- Mendapatkan pengalaman belajar dengan metode berbeda
- Ada waktu untuk memperdalam suatu topik, sebelum membahas dengan trainer
Kekurangannya:
- Harus memiliki komitmen waktu, karena saat tidak face-to-face tidak ada waktu tersendiri
untuk belajar
18
Kesimpulannya, bisa kita katakan bahwa blended learning memberikan peserta suatu
kesempatan untuk mempelajari/mengembangkan suatu keahlian berdasarkan self motivation,
manajemen waktu dan konsentrasi (kemampuan untuk tetap fokus).
Sekarang kita lihat dari sisi pemberi training, sisi pemberi training disini dalam hal ini
bisa jadi adalah lembaga yang menyediakan training, maupun perusahaan yang men-support
blended learning
Kelebihan untuk “sebagai penyedia training”:
- Beban biaya operasional training berkurang, begitu juga dengan biaya instruktur yang
harus dibayarkan
- Untuk perusahaan, karyawannya masih tetap ada di kantor bekerja sekaligus mempelajari
suatu keahlian/topik
- Konten training bisa diadaptasikan sesuai kebutuhan bisnis
Kekurangannya:
- Saya harus mencari orang yang tepat untuk mendeliver materi agar tujuan dari
pembelajaran benar – benar tersampaikan
- Peserta tetap membutuhkan face-to-face untuk melengkapi pembelajaran
- Training harus lebih serius, tidak sekedar main – main.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang
diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus
dialami oleh peserta didik.
Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen tertentu), tetapi dapat
pula bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Perubahan
kurikulum menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan
faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan.
Paradigma perubahan kurikulum dalam implementasi kurikulum learner centered
merupakan hal penting bagi kompetensi dan pengetahuan siswa. Paradigma dimaknai sebagai
seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk suatu
kerangka pemikiran.
Dalam trend baru strategi pembelajaran, Tugas guru adalah menciptakan suatu proses
pembelajaran yang efektif dan efisien melalui berbagai metode, strategi atau kiat-kiat praktis
menjalani pengajaran agar menjadi menyenangkan.
Sangat banyak trend baru dalam strategi pembelajaran baik dalam metode, strategi, dan
sistemnya. Contohnya : homesschooling, hypnoteaching, blended learning, dan lai-lain.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sebagai calon pendidik dan dapat
menambah wawasan kita. Karena kita sebagai calon pendidik harus menjadi guru Guru
Sukses yaitu guru yang paham akan perkembangan kurikulum dan guru yang akrab dengan
Teknologi.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://membumikan-pendidikan.blogspot.com/2014/05/perlunya-perubahan-
paradigma-tentang.html
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/artikel-kurikulum-bambang-indriyanto
http://www.m-edukasi.web.id/2013/08/kelebihan-kekurangan-
homeschooling.html
http://www.bimba-aiueo.com/hypnoteaching/
https://binuscenterblog.wordpress.com/2013/06/17/apa-itu-blended-learning/
http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/17/blended-learning-trend-belajar-
masa-depan-608775.html

More Related Content

What's hot

Definisi kurikulum
Definisi kurikulumDefinisi kurikulum
Definisi kurikulumOön Sadam
 
SME 6044 ISU-ISU KURIKULUM
SME 6044   ISU-ISU KURIKULUMSME 6044   ISU-ISU KURIKULUM
SME 6044 ISU-ISU KURIKULUM
Mohd Norrazli Md Rasdi
 
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Mayawi Karim
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikanTeknologi pendidikan
Teknologi pendidikan
Freddy Indra
 
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)
Mayawi Karim
 
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Syaidah Ahnur
 
Hakikat dan Substansi Kurikulum
Hakikat dan Substansi KurikulumHakikat dan Substansi Kurikulum
Hakikat dan Substansi Kurikulum
Hariyatunnisa Ahmad
 
Pengenalan kurikulum 2013
Pengenalan kurikulum 2013Pengenalan kurikulum 2013
Pengenalan kurikulum 2013
kreasi tk
 
Pengertian pengembangan kurikulum
Pengertian pengembangan kurikulumPengertian pengembangan kurikulum
Pengertian pengembangan kurikulum
slamet haryanto
 
Azas-azas pengembangan kurikulum
Azas-azas pengembangan kurikulumAzas-azas pengembangan kurikulum
Azas-azas pengembangan kurikulum
Dasrieny Pratiwi
 
Jenis-jenis Organisasi Kurikulum
Jenis-jenis Organisasi KurikulumJenis-jenis Organisasi Kurikulum
Jenis-jenis Organisasi Kurikulum
Ambar Fidianingsih
 
Materi umum 1.2 kebijakan dinamika perkembangan kurikulum
Materi umum   1.2 kebijakan dinamika perkembangan kurikulumMateri umum   1.2 kebijakan dinamika perkembangan kurikulum
Materi umum 1.2 kebijakan dinamika perkembangan kurikulum
Muhamad Charis
 
Analisis kritis 2
Analisis kritis 2Analisis kritis 2
Analisis kritis 2
saipuleffendi1
 
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulumBahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
Äkäñx Këyñå
 
Landasan Pengembangan Kurikulum ppt
Landasan Pengembangan Kurikulum pptLandasan Pengembangan Kurikulum ppt
Landasan Pengembangan Kurikulum ppt
Rahmah Salsabila
 
Telaah kurikulum kimia
Telaah kurikulum kimiaTelaah kurikulum kimia
Telaah kurikulum kimia
CarlosEnvious
 

What's hot (20)

Definisi kurikulum
Definisi kurikulumDefinisi kurikulum
Definisi kurikulum
 
Kurikulum 1994
Kurikulum 1994Kurikulum 1994
Kurikulum 1994
 
SME 6044 ISU-ISU KURIKULUM
SME 6044   ISU-ISU KURIKULUMSME 6044   ISU-ISU KURIKULUM
SME 6044 ISU-ISU KURIKULUM
 
Curriculum design(new)
Curriculum design(new)Curriculum design(new)
Curriculum design(new)
 
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikanTeknologi pendidikan
Teknologi pendidikan
 
Analisis kurikulum 2013
Analisis kurikulum 2013Analisis kurikulum 2013
Analisis kurikulum 2013
 
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)
 
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
Latar belakang perubahan kurikulum dari kurkulum cbsa sampai kurikulum 2013
 
Hakikat dan Substansi Kurikulum
Hakikat dan Substansi KurikulumHakikat dan Substansi Kurikulum
Hakikat dan Substansi Kurikulum
 
Pengenalan kurikulum 2013
Pengenalan kurikulum 2013Pengenalan kurikulum 2013
Pengenalan kurikulum 2013
 
Pengertian pengembangan kurikulum
Pengertian pengembangan kurikulumPengertian pengembangan kurikulum
Pengertian pengembangan kurikulum
 
Azas-azas pengembangan kurikulum
Azas-azas pengembangan kurikulumAzas-azas pengembangan kurikulum
Azas-azas pengembangan kurikulum
 
Jenis-jenis Organisasi Kurikulum
Jenis-jenis Organisasi KurikulumJenis-jenis Organisasi Kurikulum
Jenis-jenis Organisasi Kurikulum
 
Materi umum 1.2 kebijakan dinamika perkembangan kurikulum
Materi umum   1.2 kebijakan dinamika perkembangan kurikulumMateri umum   1.2 kebijakan dinamika perkembangan kurikulum
Materi umum 1.2 kebijakan dinamika perkembangan kurikulum
 
Analisis kritis 2
Analisis kritis 2Analisis kritis 2
Analisis kritis 2
 
Kurikulum
KurikulumKurikulum
Kurikulum
 
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulumBahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
 
Landasan Pengembangan Kurikulum ppt
Landasan Pengembangan Kurikulum pptLandasan Pengembangan Kurikulum ppt
Landasan Pengembangan Kurikulum ppt
 
Telaah kurikulum kimia
Telaah kurikulum kimiaTelaah kurikulum kimia
Telaah kurikulum kimia
 

Similar to Telaah Kurikilum

rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulumrasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
Tohir Haliwaza
 
Presentasi landasan pengembangan kurikulum
Presentasi landasan pengembangan kurikulumPresentasi landasan pengembangan kurikulum
Presentasi landasan pengembangan kurikulum
hasanah sn
 
Uas pengembangan kurikulum
Uas pengembangan kurikulumUas pengembangan kurikulum
Uas pengembangan kurikulum
Yudi Hamdani
 
Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064
Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064
Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064iik30
 
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docxPENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
hasrinafebriani06
 
Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum
Tatik prisnamasari
 
Jurnal kurikulum
Jurnal kurikulumJurnal kurikulum
Jurnal kurikulum
apotek agam farma
 
Jurnal kurikulum
Jurnal kurikulumJurnal kurikulum
Jurnal kurikulum
apotek agam farma
 
Pa' didik pengembangan kurikulum 2
Pa' didik pengembangan kurikulum 2Pa' didik pengembangan kurikulum 2
Pa' didik pengembangan kurikulum 2
Bali D'gunners
 
MAKALAH
MAKALAHMAKALAH
MAKALAH
SEPTI PRAVITA
 
Tugas 1 kurikulum dan pembelajaran
Tugas 1   kurikulum dan pembelajaranTugas 1   kurikulum dan pembelajaran
Tugas 1 kurikulum dan pembelajaran
Kadek Kariasa
 
Prinsip kurikulum
Prinsip kurikulumPrinsip kurikulum
Prinsip kurikulum
Fenny Rahma
 
1.2 dinamika perkembangan kurikulum 2013 draf 1
1.2 dinamika perkembangan kurikulum 2013 draf 11.2 dinamika perkembangan kurikulum 2013 draf 1
1.2 dinamika perkembangan kurikulum 2013 draf 1
MJUNAEDI1961
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
Ririn Romayanti
 
Kurikulum
KurikulumKurikulum
Kurikulum
ria angriani
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
Rien Romayanti
 

Similar to Telaah Kurikilum (20)

rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulumrasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
 
Presentasi landasan pengembangan kurikulum
Presentasi landasan pengembangan kurikulumPresentasi landasan pengembangan kurikulum
Presentasi landasan pengembangan kurikulum
 
Uas pengembangan kurikulum
Uas pengembangan kurikulumUas pengembangan kurikulum
Uas pengembangan kurikulum
 
Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064
Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064
Iik yulia wisantika pend.ekonomi 2011031064
 
Makalah kurikulum
Makalah kurikulumMakalah kurikulum
Makalah kurikulum
 
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docxPENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
 
Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum
 
Unit 4 perkembangan-kurikulum_
Unit 4 perkembangan-kurikulum_Unit 4 perkembangan-kurikulum_
Unit 4 perkembangan-kurikulum_
 
Jurnal kurikulum
Jurnal kurikulumJurnal kurikulum
Jurnal kurikulum
 
Jurnal kurikulum
Jurnal kurikulumJurnal kurikulum
Jurnal kurikulum
 
Pa' didik pengembangan kurikulum 2
Pa' didik pengembangan kurikulum 2Pa' didik pengembangan kurikulum 2
Pa' didik pengembangan kurikulum 2
 
MAKALAH
MAKALAHMAKALAH
MAKALAH
 
Tugas 1 kurikulum dan pembelajaran
Tugas 1   kurikulum dan pembelajaranTugas 1   kurikulum dan pembelajaran
Tugas 1 kurikulum dan pembelajaran
 
Prinsip kurikulum
Prinsip kurikulumPrinsip kurikulum
Prinsip kurikulum
 
Dian andriani 2 d
Dian andriani 2 dDian andriani 2 d
Dian andriani 2 d
 
Dian andriani 2 d
Dian andriani 2 dDian andriani 2 d
Dian andriani 2 d
 
1.2 dinamika perkembangan kurikulum 2013 draf 1
1.2 dinamika perkembangan kurikulum 2013 draf 11.2 dinamika perkembangan kurikulum 2013 draf 1
1.2 dinamika perkembangan kurikulum 2013 draf 1
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
 
Kurikulum
KurikulumKurikulum
Kurikulum
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
 

Recently uploaded

Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 

Recently uploaded (20)

Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 

Telaah Kurikilum

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang secara pesat, baik secara teoritis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum tradisional lebih banyak terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuangan, maka sekarang kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, sperti kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industri, era globalisasi dengan berbagai permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah menyentuh dimensi teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi. Disiplin ilmu kurikulum harus membuka diri terhadap kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat memengaruhi dan menentukan arah dan intensitas proses pengembangan kurikulum. Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan dimensi-dimensi baru seperti yang telah diungkapkan diatas. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode belajar semakin lama semakin maju pesat. Oleh karena itu, tidak mungkin dalam suatu instansi pendidikan tetap mempertahankan kurukulum lama; hal ini dikhwatirkan akan mengakibatkan suatu instansi sekolah tidak dapat sejajar dengan sekolah-sekolah yang lain. Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum sebagai instrument yang membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan proses yang berkelanjutan dan terus menerus sejalan dengan perkembangan dan tuntutan jaman dan perubahan yang terjadi didalam masyarakat Prof. Dr. Engkoswara, guru besar Universitas Pendidikan Indonesia Bandung telah membuat 4 (empat) rumus pengertian kurikulum, lengkap dengan visualisasinya. Pertama, kurikulum adalah jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Kedua, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran. Keiga, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiata-kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik. Keempat, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan, serta segala sesuati yang akan berpengaruh dalam upaya pencapaian
  • 2. 2 tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Rumus ini memudahkan kita untuk memahami pengertian kurikulum. Demikian juga bila dibandingkan dengan pengertian kurikulum dalam Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menyajikan tentang dinamika pengembangan kurikulum, perlunya perubahan paradigma dan trend baru strategi pembelajaran. 1.2 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalahnya yaitu : 1. Bagaimana dinamika pengembangan kurikulum? 2. Mengapa perlunya perubahan paradigma? 3. Apa trend baru strategi pembelajaran? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui dinamika pengembangan kurikulum. 2. Untuk mengetahui perlunya perubahan paradigma 3. Untuk mengetahui trend baru strategi pembelajaran 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai isi dari makalah ini dapat sebagai patokan bagi Pengajar, Siswa, Mahasiswa dan semua yang berada di ruang lingkup pendidikan untuk selalu siap mengembangkan pendidikan di Indonesia
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 PERUBAHAN KURIKULUM A. Dinamika Pengembangan Kurikulum Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia telah menetapkan tujuan yang jelas kemana NKRI akan dibawa. Dasar negara telah ditetapkan sejak prakemerdekaan, yakni Pancasila, lengkap dengan lambang negara, motto, lagu kebangsaan, dan bahkan konstitusi yang di dalamnya telah memuat empat tujuan negara yang akan dicapai. Salah satu tujuan itu dirumuskan dengan sangat tepat, yakni “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”, dan ternyata konsep “mencardaskan” itu telah dijelaskan oleh Horard Gardner setelah dua puluh delapan tahun kemudian, dalam bukunya berjudul Frames od Mind: the Tehory of Multiple Intelligences yaitu tentang tujuh tipe kecerdasan manusia. Singkatnya, bukan hanya kecerdasan intelektual (otak kiri) tetapi juga kecerdasan spiritual, emosional, bahkan juga kinestetiknya. Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan segera atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu program pendidikan.Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah. Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen tertentu), tetapi dapat pula bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Perubahan kurikulum menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan.Sebagai konsekuensi dari perubahan kurikulum juga akan mengakibatkan perubahan dalam operasionalisasi kurikulum tersebut, baik dapat orang yang terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor penunjang dalam pelaksannaan kurikulum. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan harus menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus berlangsung. Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai
  • 4. 4 dari perubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen kurikulum. Menurut Sudjana (1993 : 37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum menyangkut komponen kurikulum yakni : (a) Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat dan falsafah bangsa. Tanpa tujuan yang jelas, tidaka akan membawa perubahan yang berarti, dan tidak ada petunjuk ke mana pendidikan diarahkan. (b) Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran -mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran. Perubahan ini dapat menyangkut isi mata pelajaran, aktivitas belajar anak, pengalaman yang harus diberikan kepada anak, juga organisasi atau pendekatan dari mata pelajaran-mata pelajaran tersebut. Apakah diajarkan secara terpisah-pisah (subject matter curriculum), apakah lebih mengutamakan kegiatan dan pengalaman anak (activity curriculum) atau diadakan pendekatan interdisipliner (correlated curriculum) atau dilihat proporsinya masing-masing jenis ; mana yang termasuk pendidikan umum, pendidikan keahlian, pendidikan akademik dan lain-lain. (c) Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum itu sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi, bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil belajar. (d) Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi kualitas dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah seperti laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain. (e) Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut metode/cara yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan efesien, relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu system dari kutikulum. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan
  • 5. 5 secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Yang pasti, keberadaan ilmu tentang kurikulum telah membantu para pelaku dan pengambil kebijakan pendidikan untuk melakukan perencanaan secara lebih sistematis guna memperoleh hasil pendidikan yang optimal. Di dunia akademik, wacana tentang kurikulum tidak hanya berputar pada materi yang harus diajarkan, tetapi telah menjadi sebuah sub disiplin ilmu yang menjadi kajian para akademisi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kurikulum senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu, baik dari segi isi (konten) maupun dari segi kemasan (pola pengembangan)-nya. Beragam Makna Kurikulum Menurut kajian Schubert, keragaman makna kurikulum dirangkum dalam delapan wajah kurikulum atau yang dia sebut sebagai “the images of curriculum”, yaitu: Kurikulum bermakna mata pelajaran (content or subject matter), kurikulum bermakna program atau aktivitas terencana (program or planned activities), kurikulum bermakna hasil belajar yang diharapkan (intended learning outcomes), kurikulum bermakna reproduksi budaya (cultural reproduction), kurikulum bermakna pengalaman (experience), kurikulum bermakna tugas dan konsep tertentu (discrete task and concept), and kurikulum bermakna agenda rekonstruksi social (agenda for social reconstruction), dan kurikulum bermakna track yang dilalui (curere)(Schubert, 1986: 26-33). Hasil analisis Schubert di atas menjelaskan bahwa makna kurikulum tidak tunggal dan sederhana. Perbedaan padangan tentang kurikulum tidak berarti satu pandangan lebih baik atau lebih benar dari yang lain. Berbagai definisi tersebut memiliki konteksnya masing- masing yang dipengaruhi oleh pandangan orang terhadap teori pendidikan yang dipercayainya. John Dewey, misalnya meyakini bahwa pendidikan adalah proses belajar dari pengalaman yang dijumpai langsung oleh siswa. Oleh karenanya, kurikulum menurut Dewey adalah pengalaman siswa itu sendiri (curriculum as experience). Meski demikian, dapat juga dipahami bahwa pengertian kurikulum juga mangalami evolusi seiring dengan perkembangan ilmu pendidikan. Kurikulum yang secara tradisional dipahami sebagai sekumpulan mata
  • 6. 6 pelajaran, saat ini dimaknai sebagai sebuah rencana lengkap yang mencakup berbagai komponen pembelajaran. Dewasa ini pengertian kurikulum yang berkembang di Indonesia merujuk pada apa yang dituangkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 1 UU tersebut mendefinisikan kurikulum sebagai “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.” (UU No 20 tahun 2003). Kurikulum sebagai sebuah proses Sebagai bagian dari sebuah sistem pendidikan, kurikulum memiliki proses yang berkesinambungan. Secara sederhana, proses tersebut dapat dirumuskan dalam sebuah siklus berikut: Skema di atas menggambarkan bahwa kurikulum, sekurang-kurangnya secara teoritis, dapat dipahami sebagai sebuah siklus yang terus bergerak dan berkembang selama prose pendidikan berlangsung. Siklus tersebut diawali dengan tahap desain. Pada tahap ini dirumuskan pola kurikulum yang akan dikembangkan. Pola dimaksud akan menentukan komponen-komponen kurikulum yang diperlukan, bagaimana komponen itu dikembangkan dan hubungan antara satu komponen dengan yang lainnya. Berikutnya adalah tahap pengembangan. Pada tahap ini kurikulum disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Pengembangan kurikulum sering didefinisikan sebagai sebuah proses pengembangan atau penyusunan komponen-komponen kurikulum hingga siap untuk dijadikan acuan bagi guru dalam melaksanakan tugas mereka. Kurikulum yang telah disusun dan dikembangkan komponen- komponennya, kemudian diimplementasikan di lembaga-lembaga pendidikan sesuai dengan pola implementasi yang direncanakan. Inovasi/ improvement Desain Pengembangan Implementasi Supervisi Evaluasi
  • 7. 7 Selanjutnya, untuk memastikan kesesuaian antara kurikulum yang diimplementasikan dengan konsepnya, maka supervisi menjadi bagian penting dari siklus ini. Setelah itu kurikulum dievaluasi guna memastikan bahwa kurikulum yang telah diimplementasikan dapat mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Lalu pada gilirannya, hasil evaluasi ini menjadi bahan untuk pengembangan kurikulum pada waktu berikutnya. Perlu dipahami bahwa siklus di atas merupakan penyederhanaan dari sebuah rangkaian proses kurikulum yang sesungguhnya terjadi di lembaga-lembaga yang terkait dengan dunia pendidikan formal. Di samping itu perlu juga dipahami bahwa pada kenyataannya jarang sekali perubahan kurikulum dilakukan berdasarkan hasil evaluasi. Perubahan kurikulum yang seringkali terjadi dilakukan atas dasar tren yang berkembang di dunia pendidikan ataupun kebijakan politik yang berimbas ke dunia pendidikan. Desain kurikulum Kurikulum sebagai sebuah sub-sistem pendidikan terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan antar komponen ini dirumuskan melalui sebuah proses desain. Tujuan desain adalah untuk menentukan pola atau organisasi kurikulum yang dianggap paling efektif. Untuk memulai proses desain kurikulum, Ornstein dan Hunkins (1988) mengajukan pertanyaan: struktur kurikulum yang bagaimana yang memungkinkan masing-masing komponen dapat memberikan kontribusi pada kurikulum sebagai sebuah kesatuan? Sebagaimana bervariasinya definisi, desain kurikulum juga memiliki beragam pola. Dari pola yang beragam tersebut, secara garis besar desain kurikulum dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu: kurikulum yang berorinetasi pada mata pelajaran (subject- centered), kurikulum yang berorientasi pada peserta didik (learner-centered), kurikulum yang berorientasi pada tujuan (goal-centered) dan kurikulum yang berorientasi pada persoalan (problem-based). 1. Kurikulum yang berorientasi mata pelajaran Kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran adalah pola kurikulum yang paling dahulu dikenal dalam desain kurikulum. Dengan pola ini, kurikulum disusun berdasarkan jumlah dan jenis mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dengan kurikulum pola ini, yaitu: pola mata pelajaran terpisah (separated-
  • 8. 8 subject), pola mata pelajaran berkorelasi (correlated-subject), dan pola pengelompokkan mata pelajaran serumpun (broad-fields). 2. Kurikulum yang berorientasi siswa Perkembangan teori pendidikan yang menghendaki peran siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran memiliki implikasi pada desain kurikulum. Banyak pakar, di antaranya John Dewey, yang mengemukakan bahwa kurikulum seharusnya disusun berdasarkan kepentingan siswa. Ini dimaksudkan agar proses pendidikan yang dilangsungkan benar-benar untuk kepentingan siswa, sehingga siswa merasa terlibat (engaged) penuh dalam proses pendidikan. Beberapa pola yang termasuk kategori ini adalah pola kurikulum berpusat pada anak didik (child-centered) dan kurikulum berpusat pada pengalaman (experience-centered). 3. Kurikulum yang berorientasi tujuan Pola desain kurikulum yang paling populer dewasa ini adalah pola kurikulum yang berorientasi pada tujuan. Hal ini karena pola manajemen modern seringkali berorientasi pada hasil sebagai tujuan. Dengan pola ini komponen-komponen kurikulum dikembangkan dengan terlebih dahulu menentukan tujuan atau hasil yang diharapkan. Pola yang sering digunakan untuk desain kurikulum yang berorientasi tujuan adalah kurikulum berpusat pada tujuan (goal-oriented) dan kurikulum berbasis kompetensi (competence-based) 4. Kurikulum yang berorientasi problem Pada beberapa jenis lembaga pendidikan, seperti kedokteran, desain kurikulum sering diorientasikan pada persoalan-persoalan yang berkembang, dengan asumsi bahwa para peserta didik telah menguasai ilmu-ilmu dasar yang mutlak diperlukan. Desain seperti ini dianggap efektif karena beberapa disiplin ilmu tertentu berkembang berdasarkan persoalan yang dihadapi dalam kenyataan. Persoalan-persoalan itulah yang membuat seseorang menjadi ahli atau spesialis dalam bidang tertentu. Beberapa contoh pola desain kurikulum yang berorientasi pada problem adalah kurikulum berorientasi pada situasi hidup (life-situations) dan kurikulum berorientasi pada rekonstuksi sosial (social-reconstruction).
  • 9. 9 B. Perlunya Perubahan Paradigma Perubahan paradigma kurikulum menempatkan siswa sebagai subjek untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa terbantu untuk mempelajari dan menguasai kemampuan dan atau nilai-nilai baru. Di sisi lain konsep kurikulum mengarahkan siswa untuk memiliki kecakapan mengaplikasikan kemampuan berpikir tingkat menengah dan tinggi. Dengan demikian guru harus mampu menguasai dan memilih pendekatan, model dan metode belajar yang dituntut dalam konsep pembelajaran. Paradigma perubahan kurikulum dalam implementasi kurikulum learner centered merupakan hal penting bagi kompetensi dan pengetahuan siswa. Situasi pembelajaran yang diciptakan oleh para aplikan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran, seperti aktif mengikuti aktivitas seni, meningkatkan kepekaan untuk me’rasa’kan elemen-elemen seni (bunyi, gerakan), menciptakan gerakan atau bunyi secara kreatif, dan meningkatkan kemampuan mereka dalam pemecahan masalah. Kualitas aktivitas, sensitivitas, kreativitas, dan rasa percaya diri siswa tersebut secara perlahan dapat mempengaruhi kualitas pendidikan seni di Indonesia. Paradigma Baru Indonesia diprediksi dalam 10-20 tahun mendatang akan mengalami ledakan penduduk yang luar biasa banyak. Maka, untuk mempersiapkan generasi mendatang diperlukan perubahan revolusioner agar dapat menjawab tantangan zaman. Tantangan pendidikan pada abad ke-21 menuntut manusia memiliki kecepatan dalam segala hal, kompetisi yang sangat ketat, serta kesiapan dalam menjawab segala tantangan. Pada tahun 2045 (baca: pada saat 100 tahun Indonesia merdeka) diprediksi akan menjadi tahun keemasan Indonesia untuk menjadi negara yang maju. Salah satu persiapan yang perlu diperhatikan adalah pendidikan. Pendidikan yang baik akan mengantarkan pada masa depan yang cerah. Paradigma dimaknai oleh Prof. Heidy Ahimsa-Putra (guru besar FIB UGM) sebagai seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk suatu kerangka pemikiran. Konsep-konsep yang ditawarkan oleh kemdikbud terbilang baru karena semua mata pelajaran yang ada dalam pembelajaran di kelas berbasis saintifik (scientific learning). Kumpulan konsep-konsep ini merupakan kesatuan, karena konsep-konsep ini berhubungan secara logis. Dari perspektif peserta didik dengan pendidik, kurikulum 2013 menghendaki adanya student center, artinya pembelajaran terpusat pada peserta didik yang menuntut keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Sedangkan pada perspektif
  • 10. 10 sebelumnya, gurulah yang menjadi aktor utama dalam kelas sehingga pembelajaran di kelas tampak menjenuhkan. Di dalam Kurikulum 2013, guru bertugas sebagai fasilitator dan motivator bagi peserta didik. Selain itu, prinsip dasar pada Kurikulum 2013 ini berupaya untuk mengoptimalkan keingintahuan peserta didik. Semula, peserta didik “diberi tahu” oleh guru, maka sekarang peserta didik dituntut untuk “mencari tahu” segala hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Dalam kurikulum KTSP, pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat kompetensi membaca, menulis, mendengarkan, serta berbicara yang masuk dalam materi-materi yang telah ditentukan. Maka dalam Kurikulum 2013 ini, semua kompetensi tersebut melebur menjadi satu, tidak lagi terkotak-kotak antara kompetensi satu dengan yang lain karena semua materi pembelajaran berbasis teks. Itu sebabnya, dalam pembelajaran ini tidak boleh dilihat secara parsial, melainkan secara utuh. Dengan pembelajaran teks ini, maka konsekuensinya peserta didik diajak guru untuk belajar secara bertahap, dimulai dari guru membangun konteks, dilanjutkan kegiatan pemodelan, membangun teks secara bersama-sama, sampai pada membangun teks secara mandiri. Hal ini dilakukan karena teks merupakan satuan bahasa yang lengkap, karena di dalam teks juga erat kaitannya dengan konteks. Maka, ketika mempelajari suatu teks secara bersama-sama peserta didik juga belajar tentang konteks yang telah ditentukan. Perbedaan mendasar antara Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013, yaitu mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu dan mapel dirancang berdiri sendiri, sedangkan pada Kurikulum 2013 setiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi dan mapel dirancang terkait satu dengan yang lain (terintegrasi). Pemerintah Indonesia telah menerapkan kurikulum baru, untuk pendidikan di tingkat SD, SMP, SMA dan SMK, yang kita kenal sebagai kurikulum 2013. Telah muncul pro-kontra di kalangan pendidik dan masyarakat tentang sejumlah aspek dalam penerapan kurikulum 2013. Perubahan dan pembaruan kurikulum harus dipahami sebagai hal yang biasa, karena kurikulum memang harus selalu bersifat adaptif. Kurikulum harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, tuntutan kebutuhan, serta tantangan, yang selalu berubah sesuai perkembangan zaman. C. Trend Baru Strategi Pembelajaran Dunia pendidikan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan manusia dan zaman yang diiringi dengan kemampuan teknologi yang menjadi alat strategis dalam memajukan dunia pendidikan.
  • 11. 11 Bagaimana suatu proses pembelajaran dapat diterima dan dipahami dengan mudah oleh peserta didik adalah tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Tugas guru adalah menciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif dan efisien melalui berbagai metode, strategi atau kiat-kiat praktis menjalani pengajaran agar menjadi menyenangkan. Sangat banyak trend baru dalam strategi pembelajaran baik dalam metode, strategi, dan sistemnya. 1. “Homeschooling” Homeschooling adalah sebuah model pendidikan di mana orangtua tidak menyekolahkan anak dan memilih bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya. Secara legal, homeschooling atau sekolahrumah adalah jalur pendidikan informal, sementara sekolah komunitas atau sekolah-fleksi adalah jalur pendidikan nonformal. Menurut Ella Yulailawati (direktur pendidikan kesetaraan DepDikNas) bahwasanya homeschooling sudah diatur dalam UU sisdiknas dan termasuk bagian dari akses pendidikan. Depdiknas mendefinisikan proses belajar homeschooling ini dapat berlangsung kondusif karena merupakan proses pelayanan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua secara sadar, teratur dan terarah. Anak didik yang mengikuti homeschooling ini juga dapat mengikuti ujian kesetaraan paket A (setara dengan SD), paket B(setara dengan SMP) dan paket C (setara dengan SMU). Akan tetapi meskipun homeschooling ini dijalankan secara informal, namun orang tua yang menyelenggarakan homeschooling ini diwajibkan melaporkan kepada dinas pendidikan kabupaten atau kota setempat. Menurut Seto, program homeschooling bukanlah barang baru. Banyak tokoh dunia yang berangkat dari model pendidikan seperti begini. Sebut saja mantan presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln dan Theodore Roosevelt, Alexander Graham Bell (penemu telepon), atau pahlawan nasional KH Agus Salim. Dari pengamatan sepintas keluarga Indonesia memilih homeschooling karena alasan praktis, misalnya: anak mogok sekolah, trauma karena bullying, orangtua berpindah-pindah kerja, dan sebagainya. Berikut ini kelebihan dari homeschooling :  Lebih memberikan kemandirian dan kreativitas individual.  Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin.  Terlindungi dari pergaulan yang menyimpang, seperti “NAPZA, tawuran, kenakalan. Yang berdampak buruk bagi anak. Bahkan dari hal-hal yang terkecil seperti “jajan makanan yang malnutrisi”, dll.
  • 12. 12  Menumbuhkan kemandirian dan percaya diri pada anak. Tanpa membanding-bandingkan dengan kelebihan anak yang lain ketika berada disekolah.  Orang tua bisa lebih focus dan belajarpun lebih efektif karena waktu yang fleksibel.  Bisa menjadikan orang tuanya langsung sebagai panutan.  Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata.  Lebih didorong untuk melakukan kegiatan keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga.  Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan perannya dalam dunia nyata disertai kebebasan berpendapat, menolak atau menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus merasa takut untuk mendapat celaan dari teman atau nilai kurang.  Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan lingkungan social keluarga. Adapun kekurangannya kurang lebih sebagai berikut :  Anak-anak yang belajar di homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat.  Sekolah merupakan tempat belajar yang khas yang dapat melatih anak untuk bersaing dan mencapai keberhasilan setinggi-tingginya.  Belum ada standarisasi kurikulum.  Kurangnya minat untuk belajar lebih giat lagi agar bisa bersaing dengan teman sekelas.  Homeschooling dapat mengisolasi peserta didik dari kenyataan-kenyataan yang kurang menyenangkan sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan individu.  Apabila anak hanya belajar di homeschooling, kemungkinan ia akan terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga ia akan kurang siap untuk menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian. 2. Hypnoteaching Hypnoteaching merupakan improvisasi dari sebuah metode pembelajaran yang menggunakan sugesti-sugesti positif untuk mencapai alam bawah sadar anak didik. Hypnoteaching sebenarnya merupakan salah satu teknik yang menggabungkan antara ilmu hipnosis, komunikasi, psikologi dan teknik pengajaran di kelas. Dalam penyampaian materi pelajaran, guru menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar, yakni bahasa persuasif, yang akan menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi anak didik. Kata
  • 13. 13 hypnoteaching merupakan paduan dari dua kata yaitu hipnosis dan teaching. Hipnosis berarti mensugesti dan teaching berarti mengajar. Dapat diartikan bahwa hypnoteaching adalah Seni berkomunikasi dalam proses pengajaran dengan cara mengekplorasi alam bawah sadar, sehingga anak didik menjadi fokus, relaks dan sugestif dalam menerima materi pelajaran yang diberikan. Dalam hypnoteaching, guru bertindak sebagai penghipnotis dan anak didik berperan sebagai suyet atau orang yang dihipnotis. Guru tidak perlu menidurkan anak didik ketika melakukan hypnoteaching, tetapi cukup memberikan bahasa yang persuasif dalam berkomunikasi dengan anak didik dan memahami pola kerja pikiran anak didik yang sebenarnya sehingga apa yang dikomunikasikan oleh guru sesuai dengan harapan si anak didik. Bahasa yang disampaikan tersebut harus mudah dipahami oleh anak didik, karena sangat tidak mungkin bila melakukan hipnosis tanpa suyet paham akan maksud dari si penghipnotis. Beberapa manfaat yang dapat dicapai melalui metode hypnoteaching adalah : 1. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan bagi anak didik dan guru 2. Pembelajaran dapat menarik perhatian bagi anak didik melalui berbagai kreasi permainan yang diterapkan oleh guru 3. Guru menjadi lebih mampu dalam mengelola emosinya 4. Dapat menumbuhkan hubungan yang harmonis antara guru dan anak didik 5. Guru dapat mengatasi anak yang sulit belajar dengan melakukan pendekatan personal 6. Guru dapat membantu anak didik untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan kurang baik yang anak didik miliki. Langkah-langkah Hypnoteaching N. Yustisia, dalam buku hypnoteaching : seni ajar mengekplorasi otak peserta didik, menyebutkan bahwa langkah-langkah hypnoteaching adalah :  Niat dan motivasi dalam diri Seorang guru harus senantiasa memiliki niat dan komitmen yang kuat untuk meraih kesuksesan dalam proses pengajarannya. Dalam Hypnoteaching, guru harus memiliki prinsip utama yaitu “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.”  Pacing Pacing artinya menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa serta gelombang otak dengan anak didik. Sebelum guru membawakan materi pelajaran, seorang guru harus mau dan
  • 14. 14 mampu menyamakan frekuensi antara dirinya dengan anak didik sehingga komunikasi dalam proses pembelajaran menjadi lebih kondusif dan efektif. Pada prinsipnya manusia akan mudah menyampaikan pesan kepada orang lain bila memiliki gelombang otak yang sama sehingga akan merasa nyaman. Cara-cara pacing adalah : 1. Guru membayangkan bahwa dirinya menjadi sosok yang sesuai dengan usia anak didik. Hal ini dapat disesuaikan dengan jamannya anak didik pada saat sekarang, bukan ketika jaman pada saat guru sekolah dulu 2. Menggunakan bahasa sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh anak didik 3. Melakukan gerakan dan mimik wajah yang sesuai dengan tema bahasan guru 4. Mengaitkan tema yang dibahas dengan tema yang sedang ngetrend dibahas anak didik Melalui usaha diatas, tanpa sadar gelombang pikiran guru akan sama dengan anak didik. Hal ini akan membuat anak didik akan merasa nyaman untuk berinteraksi dengan guru.  Leading Leading berarti memimpin atau mengarahkan. Bila guru sudah berhasil melakukan pacing dan murid sudah merasa nyaman dengan guru tersebut, maka hampir setiap perkataan yang diucapkan oleh guru akan diikuti oleh anak didik dengan suka rela dan senang hati. Ketika leading, buatlah agar anak didik merasa tenang atau rileks. Karena dalam kondisi ini, gelombang otak berada pada posisi Alpha, dimana kondisi anak didik menjadi lebih relaks dan sugestif saat menerima materi pengajaran dari guru. Contoh kalimat yang bisa digunakan oleh guru untuk membantu anak didik merasa relaks : “Anak-anak silahkan atur duduk kamu dengan nyaman, tegakkan tulang punggung, lalu ambillah nafas yang dalam dari hidung dan buang perlahan lewat mulut, dan katakan WOW !”  Menggunakan kata-kata positif Langkah ini merupakan langkah pendukung dalam melakukan pacing dan leading. Ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar bahwa tidak mau menerima kata-kata yang negatif. Kata-kata positif yang diberikan guru dapat meningkatkan rasa percaya diri anak didik, yakni berupa himbauan atau ajakan. Misalnya ketika anak didik ramai di kelas atau gaduh, guru jangan mengatakan “Jangan ramai” tetapi sebaiknya menggunakan kata-kata “Mohon tenang”. Gunakan intonasi yang tepat saat berbicara, guru harus memahami dan
  • 15. 15 memperhatikan ritme berbicara. Karena dalam ilmu komunikasi efektif, intonasi memiliki peran 38% untuk memasukkan sugesti ke alam bawah sadar siswa.  Memberikan reward & punishment (konsekuensi tindakan) Dalam proses pembelajaran, salah satu yang harus diingat guru adalah reward dan punishment. Reward merupakan peningkatan harga diri seseorang untuk membentuk konsep dirinya. Dengan reward anak didik akan termotivasi untuk melakukan yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan punishment merupakan konsekuensi yang harus diterima oleh anak didik ketika mereka melakukan suatu tindakan yang kurang sesuai. Punishment akan membuat anak didik menghindari perilaku-perilaku yang kurang baik dan tidak sesuai dengan norma.  Modelling Modelling merupakan proses pemberian contoh atau teladan yang ditiru oleh anak didik atas ucapan dan perilaku yang konsisten. Setelah anak didik merasa nyaman dengan situasi pembelajaran, mereka juga akan dimantapkan dengan perilaku dan ucapan konsisten dari gurunya sehingga hal ini akan menjadikan guru sebagai sosok yang dipercaya di mata anak didik.  Menguasai materi pelajaran Guru dapat melibatkan anak didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru menyampaikan materi secara kontekstual, memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan sesuatu secara kolaboratif, memberi umpan balik secara langsung dan lain sebagainya. Penerapan Metode Hypnoteaching di kelas :  Membuat Yel-yel (Yelling). Yelling merupakan suatu kalimat yang telah disepakati antara guru dan anak didik yang diteriakkan secara bersama-sama. Tujuannya untuk mengembalikan konsentrasi anak didik. Misalnya “biMBA-aiueo… okee..”  Jam emosi. Jam emosi merupakan jam untuk mengatur emosi sehingga dapat melatih anak didik untuk mengendalikan emosinya. Jam emosi dibagi menjadi 4 bagian dan ditandai dengan warna atau tulisan sebagai berikut :
  • 16. 16 1. Jam tenang, misalnya ditandai dengan warna hijau atau ada tulisan “tenang”. Maksudnya bahwa anak didik diminta untuk tenang dan berkonsentrasi karena ada materi penting yang akan diajarkan oleh guru. 2. Jam diskusi, misalnya diberi warna biru atau ada tulisan “diskusi”. Pada jam ini maksudnya bahwa anak didik diminta untuk melakukan aktivitas diskusi tentang materi yang baru saja disampaikan oleh guru 3. Jam lepas, misalnya diberi warna kuning atau dengan tulisan “lepas”. Maksudnya anak didik diminta untuk meluapkan emosinya, boleh berbicara, tertawa, bermain dengan batas dan waktu tertentu asalkan tidak mengganggu kelas yang lain. 4. Jam tombol, misalnya diberi warna merah atau ada tulisan “tombol”. Jam ini maksudnya bahwa anak didik mengaktifkan kondisi aktif belajarnya kembali.  Mengajarkan teman dan beri pujian. Materi yang telah disampaikan oleh guru, didiskusikan oleh anak didik dengan cara mereka dapat melihat, mendengar, mengatakan dan melakukan. Mereka dibiasakan untuk mengajarkan kembali materi tersebut kepada teman yang lain, sehingga anak didik akan memahami materi pembelajaran yang telah mereka terima sebelumnya. Ini sesuai tdengan teori bahwa proses pembelajaran menunjukkan bahwa anak mengingat 20 % dari yang mereka baca, mengingat 30 % dari yang didengar, 40 % dari yang dilihat, 50 % dari yang dikatakan, 90 % dari yang dilihat, didengar dan dikatakan. Dan menyerap 100 % lebih bila dilihat, didengar, dikatakan, diajarkan kepada orang lain. Antar anak didik yang sudah mengajarkan kepada temannya, lalu bergantian memberikan pujian. Misalnya “Terima kasih, penjelasanmu sangat bagus”. Apresiasi ini dapat menambah rasa percaya diri bahwa mereka telah mampu mengajarkan materi yang disampaikan guru.  Pertanyaan ajaib. Buat suatu pertanyaan khusus yang dapat membangun proses pembelajaran, memberikan solusi, meningkatkan potensi dan mengarahkan anak didik untuk menjadi lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Pertanyaan ini harus menggugah anak didik agar menjadi bersemangat dan termotivasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ajaib yang diajukan oleh guru. Misalnya, sebelum memulai pelajaran guru memberikan pertanyaan kepada anak didik “Anak-anak, apakah kalian suka membaca? Bagaimanakah membaca menurut kalian?” Melalui metode hypnoteaching tersebut diharapkan para pendidik dapat membantu merubah paradigma anak didik dari “belajar itu membosankan, bikin capek, ngantuk, bete,
  • 17. 17 lemes, nggak penting, stres, dan terpaksa”, menjadi “belajar itu adalah suatu proses yang menyenangkan”. 3. Blended Learning Apa itu Blended Learning ? Sesuai dengan namanya, blended, yang artinya campuran merupakan metode pembelajaran yang memadukan pelaksanaan proses pembelajaran yang memadukan pertemuan tatap muka (konvensional) dengan metode online secara harmonis. Thorne (2003) menggambarkan blended learning sebagai “It represents an opportunity to integrate the innovative and technological advances offered by online learning with the interaction and participation offered in the best of traditional learning. Perpaduan pelaksanaan proses belajar konvensional yang menghadirkan pertemuan tatap muka dikombinasikan dengan pertemuan virtual online yang bisa diakses kapan saja, dimana saja, 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Ini berarti bahwa apapun namanya, model pembelajaran ini memanfaatkan teknologi IT lewat media video confrence, phone conference, atau chatting online. Ada yang perlu diperhatikan oleh peserta saat hendak mengikuti metode pembelajaran ini adalah komitmen waktu untuk mempelajari suatu topik, kemampuan untuk beradaptasi dengan metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Metode pembelajaran ini bisa jadi menjadi suatu solusi yang baik untuk memenuhi kebutuhan market, dimana metode pembelajaran tatap muka dirasa sulit karena adanya kendala waktu maupun tempat, adanya pengurangan biaya operasional, peserta dapat menentukan sendiri kecepatan mereka dalam belajar, tidak terikat waktu namun tetap harus memiliki komitmen. Blended Learning juga tak lepas dari pro dan kontra, baik anda dari sisi peserta maupun sisi pemberi training. Masing – masing memiliki kekurangan dan kelebihannya. Mari kita lihat dari sisi peserta Kelebihan untuk “sebagai peserta”: - Belajar kapan pun saya mau - Belajar dengan kecepatan yang saya inginkan - Mendapatkan pengalaman belajar dengan metode berbeda - Ada waktu untuk memperdalam suatu topik, sebelum membahas dengan trainer Kekurangannya: - Harus memiliki komitmen waktu, karena saat tidak face-to-face tidak ada waktu tersendiri untuk belajar
  • 18. 18 Kesimpulannya, bisa kita katakan bahwa blended learning memberikan peserta suatu kesempatan untuk mempelajari/mengembangkan suatu keahlian berdasarkan self motivation, manajemen waktu dan konsentrasi (kemampuan untuk tetap fokus). Sekarang kita lihat dari sisi pemberi training, sisi pemberi training disini dalam hal ini bisa jadi adalah lembaga yang menyediakan training, maupun perusahaan yang men-support blended learning Kelebihan untuk “sebagai penyedia training”: - Beban biaya operasional training berkurang, begitu juga dengan biaya instruktur yang harus dibayarkan - Untuk perusahaan, karyawannya masih tetap ada di kantor bekerja sekaligus mempelajari suatu keahlian/topik - Konten training bisa diadaptasikan sesuai kebutuhan bisnis Kekurangannya: - Saya harus mencari orang yang tepat untuk mendeliver materi agar tujuan dari pembelajaran benar – benar tersampaikan - Peserta tetap membutuhkan face-to-face untuk melengkapi pembelajaran - Training harus lebih serius, tidak sekedar main – main.
  • 19. 19 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik. Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen tertentu), tetapi dapat pula bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Perubahan kurikulum menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan. Paradigma perubahan kurikulum dalam implementasi kurikulum learner centered merupakan hal penting bagi kompetensi dan pengetahuan siswa. Paradigma dimaknai sebagai seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk suatu kerangka pemikiran. Dalam trend baru strategi pembelajaran, Tugas guru adalah menciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif dan efisien melalui berbagai metode, strategi atau kiat-kiat praktis menjalani pengajaran agar menjadi menyenangkan. Sangat banyak trend baru dalam strategi pembelajaran baik dalam metode, strategi, dan sistemnya. Contohnya : homesschooling, hypnoteaching, blended learning, dan lai-lain. 3.2 Saran Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sebagai calon pendidik dan dapat menambah wawasan kita. Karena kita sebagai calon pendidik harus menjadi guru Guru Sukses yaitu guru yang paham akan perkembangan kurikulum dan guru yang akrab dengan Teknologi.