Dokumen tersebut membahas tentang Aplikasi Keluarga Sehat yang digunakan untuk pendataan keluarga sehat di Puskesmas. Aplikasi ini dapat diakses secara online maupun offline dan menyediakan fitur untuk input data, dashboard, serta unduhan data."
SOP ini memberikan panduan tentang pencatatan dan pelaporan kegiatan program PISPK di Puskesmas Plumbon Gambang. Meliputi langkah-langkah pencatatan data kegiatan, pengecekan laporan, pengumpulan dan pengiriman laporan ke tingkat kabupaten. Tujuannya sebagai acuan bagi petugas kesehatan dalam mendokumentasikan kegiatan program PISPK.
Pedoman ini menjelaskan cara penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menguraikan jenis data yang dibutuhkan, sumber data, mekanisme pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data secara sistematis beserta contoh-contohnya dalam rangka memantau capaian program kesehatan dan pencapaian Kabupaten/Kota Sehat.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer memberikan panduan implementasi integrasi pelayanan kesehatan primer di tingkat puskesmas, pustu, posyandu, dan masyarakat. Dokumen ini menjelaskan konsep integrasi pelayanan yang menitikberatkan pada penguatan promotif dan preventif melalui sistem jejaring hingga tingkat dusun/RT/RW serta pemantauan wilayah setempat. Integrasi pelayanan dilaksanakan di empat klaster utama yaitu manaj
Dokumen tersebut membahas tentang Aplikasi Keluarga Sehat yang digunakan untuk pendataan keluarga sehat di Puskesmas. Aplikasi ini dapat diakses secara online maupun offline dan menyediakan fitur untuk input data, dashboard, serta unduhan data."
SOP ini memberikan panduan tentang pencatatan dan pelaporan kegiatan program PISPK di Puskesmas Plumbon Gambang. Meliputi langkah-langkah pencatatan data kegiatan, pengecekan laporan, pengumpulan dan pengiriman laporan ke tingkat kabupaten. Tujuannya sebagai acuan bagi petugas kesehatan dalam mendokumentasikan kegiatan program PISPK.
Pedoman ini menjelaskan cara penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menguraikan jenis data yang dibutuhkan, sumber data, mekanisme pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data secara sistematis beserta contoh-contohnya dalam rangka memantau capaian program kesehatan dan pencapaian Kabupaten/Kota Sehat.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer memberikan panduan implementasi integrasi pelayanan kesehatan primer di tingkat puskesmas, pustu, posyandu, dan masyarakat. Dokumen ini menjelaskan konsep integrasi pelayanan yang menitikberatkan pada penguatan promotif dan preventif melalui sistem jejaring hingga tingkat dusun/RT/RW serta pemantauan wilayah setempat. Integrasi pelayanan dilaksanakan di empat klaster utama yaitu manaj
Lokakarya mini bulanan administrasi manajemen Puskesmas Arcamanik membahas pencapaian kinerja, manajemen sumber daya, keuangan, dan barang milik negara/daerah. Topik lainnya termasuk sistem informasi, kunjungan pasien, dan jejaring fasilitas kesehatan.
Peraturan ini mengatur klasifikasi rumah sakit di Indonesia berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanannya. Rumah sakit dikelompokkan menjadi Kelas A, B, C, dan D, di mana Kelas A merupakan rumah sakit dengan fasilitas dan kapasitas pelayanan tertinggi. Kriteria pengklasifikasian meliputi pelayanan medis, sumber daya manusia, peralatan, sarana prasarana, dan administrasi manajemen.
Dokumen tersebut membahas tentang tugas-tugas kader posyandu yang meliputi persiapan sebelum, pelaksanaan saat, dan evaluasi sesudah kegiatan posyandu, serta paket pelayanan minimal dan pilihan yang harus diselenggarakan kader.
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi burukyusup firmawan
Dokumen ini memberikan standar operasional prosedur untuk penatalaksanaan balita gizi buruk di Puskesmas Kalimanggis. Prosedur ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita yang gizinya buruk dan menargetkan balita berusia 0-59 bulan yang mengalami gizi buruk. Prosedur yang dijelaskan meliputi persiapan, pelaksanaan yang terdiri dari pemeriksaan medis, anamnesa, penentuan kebutuhan gizi, pemberian p
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa mengatur tentang upaya kesehatan jiwa yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif guna menjamin hak setiap orang atas kesehatan jiwa dan pelayanan kesehatan jiwa yang optimal serta melindungi hak-hak orang dengan gangguan jiwa.
Dokumen tersebut membahas tentang penilaian tumbuh kembang bayi dan balita melalui Stimulasi Dini Deteksi Dini dan Tindakan Dini (SDIDTK). SDIDTK bertujuan untuk mendeteksi penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan sejak dini agar dapat segera ditangani dan mencegah gangguan. Dokumen ini menjelaskan pelaksanaan dan tantangan SDIDTK di fasilitas kesehatan serta saranan untuk meningkatkan program tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang administrasi obat di tingkat kabupaten/kota yang mencakup peran setiap tingkatan dalam pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, sumber dana, organisasi unit pengelola, serta tugas pokok dan fungsi unit pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan di tingkat provinsi/kabupaten/kota."
Rangkuman dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut merupakan rencana optimalisasi pelaksanaan retensi berkas rekam medis di UPT Puskesmas Kampung Bali Kota Pontianak
2. Terdapat 6 kegiatan utama yang direncanakan yaitu koordinasi, pemilahan berkas, pembuatan daftar, pemindahan berkas, pembuatan informasi rak, dan pembuatan SOP
3. Keenam kegiatan tersebut diren
107 2014 sk kebijakan pelaporan nilai kritisYain Panggalo
Surat keputusan ini menetapkan kebijakan laboratorium tentang pelaporan nilai kritis di Rumah Sakit Umum Elim Rantepao dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Kebijakan baru ini mewajibkan laboratorium untuk segera melaporkan hasil uji yang menunjukkan nilai kritis kepada dokter penanggung jawab, serta mengatur penetapan dan monitoring pelaksanaan pelaporan nilai kritis.
Dokumen ini membahas stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang pada anak usia 0-5 tahun di puskesmas. Mencakup pengertian, tujuan, kebijakan, persiapan peralatan dan langkah-langkah prosedur pelaksanaannya seperti pemeriksaan fisik, skrining perkembangan, tes daya dengar, lihat, deteksi gangguan dan merujuk jika ditemukan kelainan.
Dokumen tersebut membahas tentang layanan tes HIV, mulai dari konsepnya, prinsip-prinsipnya seperti persetujuan, kerahasiaan, konseling, hasil yang benar, dan koneksi dengan perawatan. Juga dibahas tentang cara menawarkan tes HIV kepada berbagai kelompok pasien dan cara melakukan skrining HIV menggunakan tes cepat.
Dokumen tersebut membahas tentang penemuan kasus, diagnosis, dan terapi HIV. Secara ringkas, dibahas tentang prinsip-prinsip layanan tes HIV seperti persetujuan, kerahasiaan, konseling, hasil tes yang akurat, dan koneksi dengan layanan perawatan. Selanjutnya dibahas tentang penemuan kasus melalui skrining, diagnosis melalui metode tes, dan tindak lanjut hasil tes seperti informasi, rujukan, dan terapi bagi k
Lokakarya mini bulanan administrasi manajemen Puskesmas Arcamanik membahas pencapaian kinerja, manajemen sumber daya, keuangan, dan barang milik negara/daerah. Topik lainnya termasuk sistem informasi, kunjungan pasien, dan jejaring fasilitas kesehatan.
Peraturan ini mengatur klasifikasi rumah sakit di Indonesia berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanannya. Rumah sakit dikelompokkan menjadi Kelas A, B, C, dan D, di mana Kelas A merupakan rumah sakit dengan fasilitas dan kapasitas pelayanan tertinggi. Kriteria pengklasifikasian meliputi pelayanan medis, sumber daya manusia, peralatan, sarana prasarana, dan administrasi manajemen.
Dokumen tersebut membahas tentang tugas-tugas kader posyandu yang meliputi persiapan sebelum, pelaksanaan saat, dan evaluasi sesudah kegiatan posyandu, serta paket pelayanan minimal dan pilihan yang harus diselenggarakan kader.
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi burukyusup firmawan
Dokumen ini memberikan standar operasional prosedur untuk penatalaksanaan balita gizi buruk di Puskesmas Kalimanggis. Prosedur ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita yang gizinya buruk dan menargetkan balita berusia 0-59 bulan yang mengalami gizi buruk. Prosedur yang dijelaskan meliputi persiapan, pelaksanaan yang terdiri dari pemeriksaan medis, anamnesa, penentuan kebutuhan gizi, pemberian p
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa mengatur tentang upaya kesehatan jiwa yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif guna menjamin hak setiap orang atas kesehatan jiwa dan pelayanan kesehatan jiwa yang optimal serta melindungi hak-hak orang dengan gangguan jiwa.
Dokumen tersebut membahas tentang penilaian tumbuh kembang bayi dan balita melalui Stimulasi Dini Deteksi Dini dan Tindakan Dini (SDIDTK). SDIDTK bertujuan untuk mendeteksi penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan sejak dini agar dapat segera ditangani dan mencegah gangguan. Dokumen ini menjelaskan pelaksanaan dan tantangan SDIDTK di fasilitas kesehatan serta saranan untuk meningkatkan program tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang administrasi obat di tingkat kabupaten/kota yang mencakup peran setiap tingkatan dalam pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, sumber dana, organisasi unit pengelola, serta tugas pokok dan fungsi unit pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan di tingkat provinsi/kabupaten/kota."
Rangkuman dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut merupakan rencana optimalisasi pelaksanaan retensi berkas rekam medis di UPT Puskesmas Kampung Bali Kota Pontianak
2. Terdapat 6 kegiatan utama yang direncanakan yaitu koordinasi, pemilahan berkas, pembuatan daftar, pemindahan berkas, pembuatan informasi rak, dan pembuatan SOP
3. Keenam kegiatan tersebut diren
107 2014 sk kebijakan pelaporan nilai kritisYain Panggalo
Surat keputusan ini menetapkan kebijakan laboratorium tentang pelaporan nilai kritis di Rumah Sakit Umum Elim Rantepao dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Kebijakan baru ini mewajibkan laboratorium untuk segera melaporkan hasil uji yang menunjukkan nilai kritis kepada dokter penanggung jawab, serta mengatur penetapan dan monitoring pelaksanaan pelaporan nilai kritis.
Dokumen ini membahas stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang pada anak usia 0-5 tahun di puskesmas. Mencakup pengertian, tujuan, kebijakan, persiapan peralatan dan langkah-langkah prosedur pelaksanaannya seperti pemeriksaan fisik, skrining perkembangan, tes daya dengar, lihat, deteksi gangguan dan merujuk jika ditemukan kelainan.
Dokumen tersebut membahas tentang layanan tes HIV, mulai dari konsepnya, prinsip-prinsipnya seperti persetujuan, kerahasiaan, konseling, hasil yang benar, dan koneksi dengan perawatan. Juga dibahas tentang cara menawarkan tes HIV kepada berbagai kelompok pasien dan cara melakukan skrining HIV menggunakan tes cepat.
Dokumen tersebut membahas tentang penemuan kasus, diagnosis, dan terapi HIV. Secara ringkas, dibahas tentang prinsip-prinsip layanan tes HIV seperti persetujuan, kerahasiaan, konseling, hasil tes yang akurat, dan koneksi dengan layanan perawatan. Selanjutnya dibahas tentang penemuan kasus melalui skrining, diagnosis melalui metode tes, dan tindak lanjut hasil tes seperti informasi, rujukan, dan terapi bagi k
Dokumen tersebut membahas berbagai aspek terkait konseling HIV dan pencegahan penularan HIV, termasuk definisi dan tujuan konseling HIV, jenis-jenis konseling seperti VCT dan PITC, serta program PMTCT untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.
Dokumen tersebut membahas tentang Program Nasional (Prognas) yang dijalankan oleh rumah sakit untuk mendukung pencapaian target pembangunan kesehatan nasional. Lima fokus Prognas yang dijelaskan meliputi peningkatan kesehatan ibu dan bayi, penurunan angka kesakitan TB dan HIV/AIDS, penurunan stunting dan wasting, serta pelayanan KB di rumah sakit."
Program Nasional (PROGNAS) di rumah sakit mencakup 5 sasaran yaitu: 1) peningkatan kesehatan ibu dan bayi melalui pelayanan PONEK 24 jam, 2) penurunan angka tuberkulosis, 3) penurunan HIV/AIDS, 4) penurunan stunting dan wasting, 5) pelayanan keluarga berencana. Tujuan PROGNAS adalah meningkatkan pencapaian target kesehatan nasional.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) yang bertujuan untuk memantau cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terus-menerus di setiap wilayah. PWS KIA meliputi pemantauan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan ibu nifas, pelayanan neonatus, serta deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
powerpoint puskesmas panjteraja sosialisasi hpv disekolah panteraja sd negri 1 panteraja dan min mesjid panteraja human papiloma virus dan vaksin campak disekolah sd dan min nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjdisuntikkan dlengan kanan dengan posisi 90 derajat agar obat masuk secara maksimalmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmpuskesmas panteraja cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc
dr Alvina Widhani - Profilaksis pasca paparan HIV.pdfAlifAdhani3
Dokumen tersebut membahas tentang profilaksis pasca paparan HIV pada petugas kesehatan. Terdapat 3 kasus yang dijelaskan yaitu tentang dokter yang tertusuk jarum infus bekas pasien, pekerja yang tertusuk jarum ketika membuang jarum bekas, dan perawat yang tertusuk jarum insulin dari pasien HIV positif. Dokumen ini memberikan panduan tata laksana profilaksis berdasarkan jenis dan risiko paparan serta status pasien dan petugas kesehatan.
Dokumen tersebut membahas rencana penataan Laboratorium Kesehatan Masyarakat di Indonesia untuk mencapai layanan laboratorium yang terintegrasi dan bermutu guna mendukung upaya deteksi dini penyakit, surveilans berbasis laboratorium, serta peningkatan kesehatan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang perjalanan penyakit tuberculosis (TB) dan peran puskesmas dalam program pengendalian TB, meliputi penemuan terduga kasus, diagnosis, pemantauan pengobatan, serta pengelolaan logistik dan pencatatan/pelaporan. Dokumen tersebut juga membahas peran puskesmas dalam program pengendalian TB yang resisten obat.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx
1. PETUNJUK TEKNIS TATALAKSANA
PROGRAM PROFILAKSIS PRA-PAJANAN (PREP) ORAL
UNTUK ORANG BERISIKO TINGGI TERINFEKSI HIV
DI INDONESIA
Sesi 1 - Pelatihan PrEP 2023
2. Petunjuk Teknis Tatalaksana PrEP
Pendahuluan
Latar belakang, tujuan,
kebijakan program PrEP
05
Tata Kelola Farmasi dan
Logistik PrEP
Informasi farmasi, distribusi, dan
permintaan logistik obat PrEP
04
Pemantauan dan Evaluasi
Program PrEP
Indikator, pencatatan dan
pelaporan Program PrEP
01 02
Profilaksis
Pra-Pajanan (PrEP)
Informasi program PrEP di
Indonesia, dan perbedaan PPP
dengan PrEP dan ARV
03
Pelaksanaan
Program PrEP
Alur dan penjelasan tahapan
program PrEP, penanganan PrEP
dalam situasi, dan penggunaan
PrEP dengan kondisi tertentu.
3. Petunjuk Teknis Tatalaksana PrEP
01
Pendahuluan
02
Profilaksis
Pra-Pajanan (PrEP)
Informasi program PrEP di
Indonesia, dan perbedaan PPP
dengan PrEP dan ARV
Latar belakang, tujuan,
kebijakan program PrEP
03
Pelaksanaan
Program PrEP
Alur dan penjelasan tahapan
program PrEP, penanganan PrEP
dalam situasi, dan penggunaan
PrEP dengan kondisi tertentu.
Pada bagian ini akan membahas mengenai:
5. Pre-Exposure Prophylaxis /
Profilaksis Pra Pajanan (PrEP)
“Penggunaan obat antiretroviral (ARV) yang bertujuan
agar tidak terinfeksi HIV.”
PrEP diminum selama seseorang berada dalam risiko tinggi
terinfeksi HIV. PrEP dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV hingga
lebih dari 90%, jika dikonsumsi dengan dosis yang tepat.
6. PrEP di Indonesia, merupakan:
● Rekomendasi WHO untuk pencegahan HIV menggunakan obat ARV
● PrEP tidak untuk semua orang. Target PrEP adalah kelompok berisiko tinggi
tertular HIV.
● PrEP diberikan dalam bentuk paket pencegahan yang komprehensif:
○ Tidak bertujuan untuk menggantikan metoda pencegahan penularan HIV lainnya
○ Tidak dapat mencegah penularan IMS, pemakaian kondom tetap dianjurkan
● PrEP dapat meningkatkan cakupan :
○ Layanan tes HIV rutin pada kelompok risiko tinggi
○ Skrining dan pengobatan IMS
○ Layanan pencegahan HIV termasuk kondom
○ Layanan kesehatan seksual reproduksi yang terintegrasi
● Untuk saat ini, pencatatan dan pelaporan dilakukan dalam aplikasi tersendiri.
8. Kelompok sasaran PrEP
• Kelompok sasaran PrEP terdiri dari 6 kelompok:
1. LSL
2. WPS
3. Waria/Transgender
4. Penasun
5. Pasangan ODHIV
6. Pasangan risiko tinggi
Catatan:
• Kelompok 1-4 merupakan populasi kelompok sasaran yang diprioritaskan dalam
program PrEP sampai tahun 2026.
• Penggalian faktor risiko akan dilakukan oleh nakes
• Definisi operasional pasangan risti (sesuai SIHA): seseorang yang memiliki pasangan
LSL, WPS, TG, atau penasun
9. Kriteria Sasaran PrEP
Kriteria kelompok populasi risiko yang menjadi sasaran ditawarkan PrEP:
a. Memiliki pasangan seksual lebih dari satu
b. Tidak menggunakan kondom secara konsisten
c. Melakukan hubungan seksual melalui anus (anal sex) tanpa kondom
d. Terdapat riwayat IMS dalam 3 bulan terakhir
e. Pernah menggunakan PrEP
f. Memiliki pasangan HIV positif dengan kondisi berikut (minimal salah satu):
• Belum menggunakan ARV,
• Penggunaan ARV yang tidak teratur dalam 6 bulan terakhir,
• Jumlah viral load belum diketahui,
• Viral load tidak tersupresi (>1000 kopi/mL) setelah pengobatan ARV minimal selama 6 bulan,
• Berencana memiliki anak dengan pasangan HIV positif yang viral loadnya masih terdeteksi.
Jika salah satu kriteria di atas telah terpenuhi, maka orang tersebut disarankan untuk mengakses program PrEP.
10. Syarat Mendapatkan PrEP
1. Berstatus HIV negatif berdasarkan hasil tes HIV dengan SOP yang berlaku di
Indonesia
2. Warga Negara Indonesia
3. Tidak ada tanda klinis infeksi HIV akut
Catatan terkait usia sasaran PrEP:
● Kelompok sasaran yang berusia 18 tahun ke bawah harus didampingi oleh
pengantar/pendamping untuk mengakses PrEP.
11. Kriteria Faskes Penyedia Program PrEP
1. Memiliki layanan tes, PDP, dan IMS diutamakan puskesmas, klinik
swasta, dan klinik berbasis komunitas.
2. Memiliki jejaring dengan LSM yang bekerja dalam penanganan dan
penanggulangan HIV dan PIMS.
3. Memiliki jejaring untuk pemeriksaan laboratorium penunjang.
4. Telah mendapatkan peningkatan kapasitas (pelatihan, lokakarya,
orientasi, OJT) mengenai tatalaksana PrEP.
5. Mampu melakukan pencatatan dan pelaporan.
12. TDF + 3TC
Tenofovir Disoproxil Fumarate
(TDF) / Lamivudine (3TC)
300 mg TDF dan 300 mg 3TC
TDF + FTC
Tenofovir Disoproxil Fumarate
(TDF) / Emtricitabine (FTC)
300 mg TDF dan 200 mg FTC
Rejimen PrEP
Kombinasi obat ARV yang digunakan dalam program PrEP di Indonesia
13. Metode Penggunaan PrEP (1)
Metode penggunaan tidak ditentukan berdasarkan jenis hubungan seksual (vaginal
atau anal sex), namun berdasarkan jenis kelamin dan kondisi pengguna PrEP.
Individu yang dinyatakan berjenis kelamin laki-laki saat lahir yang
berhubungan seksual berisiko dan tidak dalam terapi hormon
berbasis exogenous estradiol
Menggunakan PrEP dengan
metode harian atau Event-
Driven (ED)
• Individu yang dinyatakan berjenis kelamin perempuan saat lahir
• Semua individu yang dinyatakan berjenis kelamin laki-laki saat
lahir yang tengah menjalani terapi hormon berbasis exogenous
estradiol
• Pengguna Napza suntik
Menggunakan PrEP dengan
metode harian
14. Metode Penggunaan PrEP (2)
Terdapat 2 metode penggunaan PrEP, yaitu penggunaan harian & event-driven (ED).
Populasi Metode Penggunaan Dosis Mulai Dosis Lanjutan Dosis Berhenti
1 pil
Laki-laki yang
berhubunganseksual
berisiko dan tidak dalam
terapi hormon berbasis
exogenous estradiol
Harian
2 pil
dalam 2-24 jam
sebelum hubungan
seksual berisiko
1 pil
setiap harinya
setiap hari sampai 2 hari
setelah hubungan seksual
berisiko terakhir
Event-Driven (ED)
1 pil
setiap hari sampai 2 hari setelah hubungan seksual
berisiko terakhir
• Perempuan
• Laki-laki yang tengah
1 pil
setiap harinya hingga
1 pil
setiap harinya
1 pil
setiap hari hingga 7 hari
menjalani terapi
hormon berbasis
exogenous estradiol
• Penasun
Harian 7 hari sebelum
hubungan seksual
berisiko
setelah hubungan seksual
berisiko terakhir
Catatan:
Pengguna PrEP ED dapat berubah menjadi PrEP harian jika frekuensi hubungan seksual dilakukan lebih sering (lebih dari 1 kali dalam seminggu)
16. Building Blocks
Sebelum Memulai PrEP Memulai PrEP Kelanjutan PrEP
Promosi & Edukasi Tes & Konseling HIV Kunjungan Pertama Kunjungan Ulang Pertama Kunjungan Ulang
Kapan
(Frekuensi)
Pada promosi& edukasi
pencegahan HIV
Harike-0 Harike-1 Bulan ke-1
Bulan ke-3 dan rutin setiap 3
bulan setelahnyaatau insidental
Dimana
(Lokasi)
Komunitas, fasilitas kesehatan,
web/aplikasi/mediasosial
Komunitas, fasilitas
kesehatan
Dalam Gedung (Faskes/LayananPDP) & Luar Gedung (mobile)
Siapa
(Pelaksana
Layanan)
Petugas penjangkau/pendidik
sebaya di komunitas atau
konselor HIV
Petugas penjangkau/
pendidik sebaya di
komunitas, tenaga kesehatan
(dokter, perawat,petugas
lab, petugas RR)
Tenaga kesehatan
(dokter, perawat,
petugas lab, farmasi,
petugas RR)
Tenaga kesehatan (dokter, perawat, petugas lab, farmasi,
petugas RR, konselor HIV/pendidiksebaya)
Apa
(Paket Layanan)
Paket KIE mengenai PrEPyang
terintegrasidengan paket
pencegahan HIV
Tes HIV, konseling HIV
Formulirkesediaan
memulai PrEP, obat
PrEP, konseling &
edukasi penggunaan
PrEP, rujukan tes (IMS,
Hep B, Hep C, Kreatinin
dengan kriteria)
Pemberian obat PrEP,
pemeriksaan efek samping,
penilaiankepatuhan,
konseling (sesuai
kebutuhan), rujukan tes
(IMS, Hep B, Hep C, Kreatinin
dengan kriteria).
Tes HIV, tes IMS, tes Kreatinin
(opsional,dengan kriteria),
pemberian obat PrEP,
pemeriksaan efek samping,
penilaiankepatuhan, konseling
(sesuai kebutuhan).
Bagaimana
(Pemberian
Layanan)
Kampanyedi media sosial,
melalui komunitas
Sesuai juknis PrEP, App/Website untuk Pencatatandan Pelaporan
19. Tes laboratorium
berikut dianjurkan
untuk dilakukan
selama periode waktu
ini*:
- Tes IMS
- Tes Hep B
- Tes Hep C
- Tes Kreatinin
TES HIV
Positif Negatif
Diberi
pengobatan
ARV
Memulai PrEP
Kunjungan Ulang
Bulan ke- 1
Kunjungan Ulang
Bulan ke-3
Kunjungan Ulang
Setiap 3 Bulan
*Tes tidak menjadi syarat mendapatkan PrEP. Dilakukan untuk monitoring
kesehatan pengguna PrEP
Alur Program Percontohan PrEP (sebelumnya) ALUR PROGRAM PREP
(SAAT INI)
20. Tes HIV
● Tes HIV yang optimal perlu dilakukan untuk memastikan status HIV pengguna PrEP.
○ Memastikan tidak terjadinya resistensi terhadap ARV jika ternyata pengguna PrEP mulai
menggunakan PrEPdalam kondisi berstatus HIV positif
● Bisa dilakukan di layanan (terutama layanan tes HIV sameday). Pencatatan dilakukan
secara langsung.
● Bisa menerima hasil HIV dari luar layanan, dengan kondisi:
○ Lokasi tempat tes HIV harus laboratorium klinik atau laboratorium kesehatan masyarakat.
○ Membawa hasil tes HIV dalam bentuk fisik/cetak.
○ Berlaku dalam waktu 14 hari dari waktu pengambilan sampel, tidak ada perilaku berisiko,
dan tidak ada indikasi IHA berdasarkan asesmen dokter.
○ Bila di fasyankes yang diakses tersedia layanan tes HIV sameday, tes HIV akan diulang.
21. Tes IMS
● Bisa dilakukan langsung di fasyankes dengan mengikuti
ketentuan tes IMS nasional, apabila tersedia dan
memungkinkan.
● Hasil tes IMS tidak perlu ditunggu untuk memulai PrEP.
● Bisa menerima hasil IMS dari luar fasyankes penyedia PrEP
yang sedang diakses, dalam 1 bulan terakhir.
22. Tes Laboratorium
● Tes Hepatitis B, Hepatitis C,dan Kreatinin bisa dilakukan di
antara periode waktu memulai PrEP hingga kunjungan bulan
ke-3.
○ Pencatatan dilakukan secara langsung setelah hasil keluar.
○ Bisa menerima hasil tes dari luar fasyankes/lab lain.
■ Lokasi tempat tes harus laboratorium klinik atau laboratorium
kesehatan masyarakat. Hasil tes akan dicatatkan sebagai capaian tes
pada fasyankes penyedia PrEP yang diakses & fasyankes tempat
pelaksanaan tes.
■ Hasil lab diberikan dalam bentuk fisik/cetak.
23. Tes Laboratorium
No PemeriksaanMedis Sifat Tes Saat Memulai PrEP Keterangan
1 Tes HIV Wajib. Prasyarat untuk
mendapatkan PrEP
Semua pengguna PrEP harus berstatus HIV negatif. Calon pengguna
PrEP bisa menggunakan hasil tes HIV dalam 14 hari (dari sampel
diambil) terakhir yang dilakukan di luar layanan yang sedang diakses
untuk PrEP.
2 Tes IMS Tidak menjadi syarat
mendapatkanPrEP
Tes IMS dianjurkan dilakukan bersamaan dengan tes HIV, jika
memungkinkan.
3 Hepatitis B Tidak menjadi syarat
mendapatkanPrEP
Hepatitis B bukan merupakan kontraindikasi untuk PrEP. Semua
individu(dengan atau tanpa Hepatitis B) boleh mendapatkan PrEP
4 Hepatitis C Tidak menjadi syarat
mendapatkan PrEP
Hepatitis C bukan merupakan kontraindikasi untuk PrEP. Semua
individu(dengan atau tanpa Hepatitis C) boleh mendapatkan PrEP
5 Tes Kreatinin Sesuai kriteria. Tidak menjadi
syarat mendapatkan PrEP
Terdapat beberapa kriteria khusus kapan tes kreatinin perlu dilakukan,
namun semua klien bisa memulai PrEP tanpa menunggu hasil tes
kreatinin keluar
24. Populasi
Tes Hepatitis B
Saat memulai Saat kunjungan ulang
Seluruh
calon
pengguna
PrEP
∙ Dapat dilakukan di bulan 1-3 setelah memulai
PrEP
∙ Tidak menjadi prasyarat dalam memulai PrEP (baik
untuk rejimen harian maupun Event-Driven)
∙ Jika hasil menunjukkan positif Hepatitis B, maka
pengobatanbisa diberikan
∙ Jika hasil menunjukkan negatif, maka dianjurkan
untuk mendapatkan vaksin HBV
∙ Jika belum dilakukan saat memulai PrEP, maka tes bisa
dilakukan sesuai kemampuan fasyankes
∙ Jika sudah dilakukan, follow-up dapat dilakukan
(opsional)
Tes Hepatitis C
Saat memulai Saat kunjungan ulang
∙ Anjuran.Dapat dilakukan di bulan 1-3 setelah
memulai PrEP
∙ Tidak menjadi prasyarat dalam memulai PrEP (baik
untuk rejimen harian maupun Event-Driven)
∙ Jika hasil menunjukkan positif Hepatitis C, maka
pengobatanbisa diberikan
• Jika belum dilakukan saat memulai PrEP, maka tes bisa
dilakukan sesuai kemampuan fasyankes
• Jika sudah dilakukan, follow-up dilakukan setiap 12 bulan
setelah tes terakhir
Sumber: WHO - Technical Brief for PrEP 2022
Tes Laboratorium untuk Hepatitis B & C
25. Tes Laboratorium untuk Kreatinin
Populasi
Pengecekan fungsi ginjal/kreatinin:
Saat memulai Saat kunjungan ulang
Individu berusia < 30 tahun dan tidak memiliki
komorbiditas yang berkaitan dengan ginjal
Opsional/pilihan.
∙ Lakukan jika belum dilakukan saat memulai
PrEP; jika sudah dilakukan dan hasilnya
normal, follow-up sifatnya opsional.
∙ Jika hasil tes awal menunjukkan sedikit
penurunanfungsi ginjal, disarankan untuk
melakukan pengecekan setiap 6-12 bulan
Individu berusia 30-49 tahun dan tidak memiliki
komorbiditas yang berkaitan dengan ginjal
Opsional/Pilihan.
Lakukan satu kali saja,
saat memulai PrEP atau
di bulan 1-3 setelah
memulai PrEP
∙ Jika hasil tes awal menunjukkan angka
normal, follow-up sifatnya opsional.
∙ Jika hasil tes awal menunjukkan sedikit
penurunanfungsi ginjal, disarankan untuk
melakukan pengecekan setiap 6-12 bulan
∙ Individu berusia 50+ tahun dan tidak memiliki
komorbiditas yang berkaitan dengan ginjal
∙ Individu di usia berapa pun dengan
komorbiditas yang berkaitan dengan ginjal
∙ Individu dengan hasil tes fungsi ginjal awal
yang menunjukkan sedikit penurunan fungsi
ginjal
Lakukan tes satu kali,
saat memulai PrEP atau
di bulan 1-3 setelah
memulai PrEP
Bila memungkinakan, pengecekan fungsi ginjal
dilakukan setiap 6-12 bulan
Sumber: WHO - Technical Brief for PrEP 2022
26. Penanganan PrEP dalam Situasi Khusus:
Perubahan Status HIV (Serokonversi)
● Konfirmasi hasil tes HIV sesuai dengan algoritma pemeriksaan HIV yang berlaku
nasional.
● Segera rujuk untuk mendapatkan tes resistensi obat HIV.
● Segera arahkan pengguna PrEP untuk mulai terapi ARV (sesuai dengan pedoman
ARV nasional).
● Dokumentasikan serokonversi dan kemungkinan penyebab serokonversi
(ketidakpatuhan, berhenti mengonsumsi PrEP, atau kegagalan PrEP, yaitu
adanya infeksi HIV saat mengikuti PrEP secara patuh).
27. Penanganan PrEP dalam Situasi Khusus:
Efek Samping
● Tindakan penanganan efek samping merujuk pada Permenkes No. 23 Tahun 2022.
● Secara umum, efek samping dengan gejala ringan relatif lebih sering terjadi dan dapat
sembuh sendiri serta seringkali tidak memerlukan penghentian PrEP.
● Jika terjadi efek samping berat, hentikan konsumsi PrEP dan konsultasikan pengguna PrEP
tersebut kepada dokter spesialis penyakit dalam.
● Setiap efek samping harus dicatat dalam rekam medis tanpa memandang derajat
keparahan.
● Setelah selesai asesmen terkait efek samping, dapat diputuskan apakah pengguna PrEP
akan melanjutkan atau menghentikan PrEP.
28. Penanganan PrEP dalam Situasi Khusus:
Bersihan Kreatinin
● Gangguan fungsi ginjal (bersihan kreatinin <60 mL/menit) merupakan kontraindikasi untuk
penggunaan PrEP oral berbasis TDF.
● Sebelum menghentikan PrEP karena penurunan fungsi ginjal, tes kreatinin harus diulangi di
hari lain, misalnya 1 – 2 hari setelahnya dengan sampel yang berbeda.
● Fungsi ginjal biasanya kembali normal setelah menghentikan PrEP.
● Pilihan pencegahan HIV lainnya harus didiskusikan dengan klien saat menghentikan
PrEP.
● PrEP dapat dimulai kembali jika bersihan kreatinin ≥ 60 mL/menit dan tes HIV negatif dalam
1 – 3 bulan setelah menghentikan PrEP.
● Jika fungsi ginjal tidak kembali normal setelah menghentikan PrEP, kemungkinan penyebab
gangguan ginjal lainnya harus dievaluasi dan segera rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
29. Penggunaan PrEP dalam Kondisi Tertentu:
Kehamilan
PrEP aman digunakan pada perempuan yang sedang hamil.
○ “penggunaan PrEPbagi wanita hamil dinilai meyakinkan
untuk mengurangi risiko infeksi HIV, dan manfaat yang
didapat dari konsumsi PrEP lebih besar dibandingkan dengan
risiko yang harus diterima (WHO, 2017)”
30. Penggunaan PrEP dalam Kondisi Tertentu:
Terapi Rumatan Metadon
● Penggunaan PrEP aman digunakan pada populasi kunci yang sedang
menjalani terapi metadon.
○ “Kombinasi FTC/TDFyang digunakan dalam program PrEPIndonesia
saat ini tidak akan menimbulkan efek samping dan aman untuk
digunakan bagi seseorang yang sedang menjalani terapi metadon.”
31. Penggunaan PrEP dalam Kondisi Tertentu:
Terapi Hormon pada Transgender
● Ada interaksi obat hormon dengan PrEP yang dapat mempengaruhi
efektifitas PrEP. Namun dengan metode penggunaan Harian hal ini
dapat dihindari karena dosis obat dalam tubuh pengguna dapat lebih
terjaga.
● “…studi mengenai interaksi obat hormon bagi transgender (estradiol atau
testosteron) yang menunjukkan bahwa penggunaan PrEP oral (FTC/TDF) HARIAN
yang diamati secara langsung selama 4 minggu tidak mempengaruhi konsentrasi
estradiol pada transpuan atau konsentrasi testosteron (bebas atau total) pada
transpria (Grant et al., 2021)..”
33. Kasus 1
Pada waktu yang sama datang 2 orang yang mau mengakses PrEP ke
Puskesmas A. Satu orang merupakan LSL dan 1 orang lainnya adalah
pasangan WPS (kelompok risiko tinggi). Obat PrEP di Puskesmas A ternyata
hanya tersisa 1 botol lagi. Siapakah yang akan diprioritaskan untuk memulai
PrEP lebih dulu?
34. LSL akan diprioritaskan lebih dulu untuk memulai PrEP
karena LSL termasuk dalam populasi kelompok sasaran yang
diprioritaskan dalam program PrEP sampai tahun 2026.
35. Kasus 2
Seorang pengguna metode PrEP event driven (ED) berusia 45 tahun tidak
melakukan tes hepatitis B, hepatitis C, dan kreatinin pada saat memulai.
Dokter di puskesmas menyampaikan bahwa ia perlu melakukan tes tersebut
pada kunjungan 1 bulan ke depan. Namun, ternyata orang tersebut baru
datang 4 bulan kemudian untuk melanjutkan penggunaan PrEPnya.
Apa yang perlu dilakukan tenaga kesehatan?
36. Lakukan tes HIV kembali karena pengguna PrEP ini telah
melewati kunjungan per 3 bulan untuk tes HIV rutin. Jika hasil
tes HIV negatif, orang tersebut bisa menggunakan PrEP
kembali.
Mengingat usia pengguna termasuk dalam kelompok yang
perlu dilakukan tes kreatinin minimal 1 kali, maka lakukan tes
kreatinin saat kedatangannya kali ini. Namun, perlu diingat
bahwa hasil tes tidak perlu ditunggu untuk menentukan
penggunaan PrEPnya.
37. CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik
Please keep this slide for attribution
Terima
Kasih