SlideShare a Scribd company logo
PETUNJUK TEKNIS TATALAKSANA
PROGRAM PROFILAKSIS PRA-PAJANAN (PREP) ORAL
UNTUK ORANG BERISIKO TINGGI TERINFEKSI HIV
DI INDONESIA
Sesi 1 - Pelatihan PrEP 2023
Petunjuk Teknis Tatalaksana PrEP
Pendahuluan
Latar belakang, tujuan,
kebijakan program PrEP
05
Tata Kelola Farmasi dan
Logistik PrEP
Informasi farmasi, distribusi, dan
permintaan logistik obat PrEP
04
Pemantauan dan Evaluasi
Program PrEP
Indikator, pencatatan dan
pelaporan Program PrEP
01 02
Profilaksis
Pra-Pajanan (PrEP)
Informasi program PrEP di
Indonesia, dan perbedaan PPP
dengan PrEP dan ARV
03
Pelaksanaan
Program PrEP
Alur dan penjelasan tahapan
program PrEP, penanganan PrEP
dalam situasi, dan penggunaan
PrEP dengan kondisi tertentu.
Petunjuk Teknis Tatalaksana PrEP
01
Pendahuluan
02
Profilaksis
Pra-Pajanan (PrEP)
Informasi program PrEP di
Indonesia, dan perbedaan PPP
dengan PrEP dan ARV
Latar belakang, tujuan,
kebijakan program PrEP
03
Pelaksanaan
Program PrEP
Alur dan penjelasan tahapan
program PrEP, penanganan PrEP
dalam situasi, dan penggunaan
PrEP dengan kondisi tertentu.
Pada bagian ini akan membahas mengenai:
Pendahuluan
01
Pre-Exposure Prophylaxis /
Profilaksis Pra Pajanan (PrEP)
“Penggunaan obat antiretroviral (ARV) yang bertujuan
agar tidak terinfeksi HIV.”
PrEP diminum selama seseorang berada dalam risiko tinggi
terinfeksi HIV. PrEP dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV hingga
lebih dari 90%, jika dikonsumsi dengan dosis yang tepat.
PrEP di Indonesia, merupakan:
● Rekomendasi WHO untuk pencegahan HIV menggunakan obat ARV
● PrEP tidak untuk semua orang. Target PrEP adalah kelompok berisiko tinggi
tertular HIV.
● PrEP diberikan dalam bentuk paket pencegahan yang komprehensif:
○ Tidak bertujuan untuk menggantikan metoda pencegahan penularan HIV lainnya
○ Tidak dapat mencegah penularan IMS, pemakaian kondom tetap dianjurkan
● PrEP dapat meningkatkan cakupan :
○ Layanan tes HIV rutin pada kelompok risiko tinggi
○ Skrining dan pengobatan IMS
○ Layanan pencegahan HIV termasuk kondom
○ Layanan kesehatan seksual reproduksi yang terintegrasi
● Untuk saat ini, pencatatan dan pelaporan dilakukan dalam aplikasi tersendiri.
Profilaksis
Pra-Pajanan (PrEP)
02
Kelompok sasaran PrEP
• Kelompok sasaran PrEP terdiri dari 6 kelompok:
1. LSL
2. WPS
3. Waria/Transgender
4. Penasun
5. Pasangan ODHIV
6. Pasangan risiko tinggi
Catatan:
• Kelompok 1-4 merupakan populasi kelompok sasaran yang diprioritaskan dalam
program PrEP sampai tahun 2026.
• Penggalian faktor risiko akan dilakukan oleh nakes
• Definisi operasional pasangan risti (sesuai SIHA): seseorang yang memiliki pasangan
LSL, WPS, TG, atau penasun
Kriteria Sasaran PrEP
Kriteria kelompok populasi risiko yang menjadi sasaran ditawarkan PrEP:
a. Memiliki pasangan seksual lebih dari satu
b. Tidak menggunakan kondom secara konsisten
c. Melakukan hubungan seksual melalui anus (anal sex) tanpa kondom
d. Terdapat riwayat IMS dalam 3 bulan terakhir
e. Pernah menggunakan PrEP
f. Memiliki pasangan HIV positif dengan kondisi berikut (minimal salah satu):
• Belum menggunakan ARV,
• Penggunaan ARV yang tidak teratur dalam 6 bulan terakhir,
• Jumlah viral load belum diketahui,
• Viral load tidak tersupresi (>1000 kopi/mL) setelah pengobatan ARV minimal selama 6 bulan,
• Berencana memiliki anak dengan pasangan HIV positif yang viral loadnya masih terdeteksi.
Jika salah satu kriteria di atas telah terpenuhi, maka orang tersebut disarankan untuk mengakses program PrEP.
Syarat Mendapatkan PrEP
1. Berstatus HIV negatif berdasarkan hasil tes HIV dengan SOP yang berlaku di
Indonesia
2. Warga Negara Indonesia
3. Tidak ada tanda klinis infeksi HIV akut
Catatan terkait usia sasaran PrEP:
● Kelompok sasaran yang berusia 18 tahun ke bawah harus didampingi oleh
pengantar/pendamping untuk mengakses PrEP.
Kriteria Faskes Penyedia Program PrEP
1. Memiliki layanan tes, PDP, dan IMS diutamakan puskesmas, klinik
swasta, dan klinik berbasis komunitas.
2. Memiliki jejaring dengan LSM yang bekerja dalam penanganan dan
penanggulangan HIV dan PIMS.
3. Memiliki jejaring untuk pemeriksaan laboratorium penunjang.
4. Telah mendapatkan peningkatan kapasitas (pelatihan, lokakarya,
orientasi, OJT) mengenai tatalaksana PrEP.
5. Mampu melakukan pencatatan dan pelaporan.
TDF + 3TC
Tenofovir Disoproxil Fumarate
(TDF) / Lamivudine (3TC)
300 mg TDF dan 300 mg 3TC
TDF + FTC
Tenofovir Disoproxil Fumarate
(TDF) / Emtricitabine (FTC)
300 mg TDF dan 200 mg FTC
Rejimen PrEP
Kombinasi obat ARV yang digunakan dalam program PrEP di Indonesia
Metode Penggunaan PrEP (1)
Metode penggunaan tidak ditentukan berdasarkan jenis hubungan seksual (vaginal
atau anal sex), namun berdasarkan jenis kelamin dan kondisi pengguna PrEP.
Individu yang dinyatakan berjenis kelamin laki-laki saat lahir yang
berhubungan seksual berisiko dan tidak dalam terapi hormon
berbasis exogenous estradiol
Menggunakan PrEP dengan
metode harian atau Event-
Driven (ED)
• Individu yang dinyatakan berjenis kelamin perempuan saat lahir
• Semua individu yang dinyatakan berjenis kelamin laki-laki saat
lahir yang tengah menjalani terapi hormon berbasis exogenous
estradiol
• Pengguna Napza suntik
Menggunakan PrEP dengan
metode harian
Metode Penggunaan PrEP (2)
Terdapat 2 metode penggunaan PrEP, yaitu penggunaan harian & event-driven (ED).
Populasi Metode Penggunaan Dosis Mulai Dosis Lanjutan Dosis Berhenti
1 pil
Laki-laki yang
berhubunganseksual
berisiko dan tidak dalam
terapi hormon berbasis
exogenous estradiol
Harian
2 pil
dalam 2-24 jam
sebelum hubungan
seksual berisiko
1 pil
setiap harinya
setiap hari sampai 2 hari
setelah hubungan seksual
berisiko terakhir
Event-Driven (ED)
1 pil
setiap hari sampai 2 hari setelah hubungan seksual
berisiko terakhir
• Perempuan
• Laki-laki yang tengah
1 pil
setiap harinya hingga
1 pil
setiap harinya
1 pil
setiap hari hingga 7 hari
menjalani terapi
hormon berbasis
exogenous estradiol
• Penasun
Harian 7 hari sebelum
hubungan seksual
berisiko
setelah hubungan seksual
berisiko terakhir
Catatan:
Pengguna PrEP ED dapat berubah menjadi PrEP harian jika frekuensi hubungan seksual dilakukan lebih sering (lebih dari 1 kali dalam seminggu)
Metode Penggunaan PrEP (3)
Building Blocks
Sebelum Memulai PrEP Memulai PrEP Kelanjutan PrEP
Promosi & Edukasi Tes & Konseling HIV Kunjungan Pertama Kunjungan Ulang Pertama Kunjungan Ulang
Kapan
(Frekuensi)
Pada promosi& edukasi
pencegahan HIV
Harike-0 Harike-1 Bulan ke-1
Bulan ke-3 dan rutin setiap 3
bulan setelahnyaatau insidental
Dimana
(Lokasi)
Komunitas, fasilitas kesehatan,
web/aplikasi/mediasosial
Komunitas, fasilitas
kesehatan
Dalam Gedung (Faskes/LayananPDP) & Luar Gedung (mobile)
Siapa
(Pelaksana
Layanan)
Petugas penjangkau/pendidik
sebaya di komunitas atau
konselor HIV
Petugas penjangkau/
pendidik sebaya di
komunitas, tenaga kesehatan
(dokter, perawat,petugas
lab, petugas RR)
Tenaga kesehatan
(dokter, perawat,
petugas lab, farmasi,
petugas RR)
Tenaga kesehatan (dokter, perawat, petugas lab, farmasi,
petugas RR, konselor HIV/pendidiksebaya)
Apa
(Paket Layanan)
Paket KIE mengenai PrEPyang
terintegrasidengan paket
pencegahan HIV
Tes HIV, konseling HIV
Formulirkesediaan
memulai PrEP, obat
PrEP, konseling &
edukasi penggunaan
PrEP, rujukan tes (IMS,
Hep B, Hep C, Kreatinin
dengan kriteria)
Pemberian obat PrEP,
pemeriksaan efek samping,
penilaiankepatuhan,
konseling (sesuai
kebutuhan), rujukan tes
(IMS, Hep B, Hep C, Kreatinin
dengan kriteria).
Tes HIV, tes IMS, tes Kreatinin
(opsional,dengan kriteria),
pemberian obat PrEP,
pemeriksaan efek samping,
penilaiankepatuhan, konseling
(sesuai kebutuhan).
Bagaimana
(Pemberian
Layanan)
Kampanyedi media sosial,
melalui komunitas
Sesuai juknis PrEP, App/Website untuk Pencatatandan Pelaporan
Perbedaan PrEP dengan PPP dan ARV
Pelaksanaan
Program PrEP
03
Tes laboratorium
berikut dianjurkan
untuk dilakukan
selama periode waktu
ini*:
- Tes IMS
- Tes Hep B
- Tes Hep C
- Tes Kreatinin
TES HIV
Positif Negatif
Diberi
pengobatan
ARV
Memulai PrEP
Kunjungan Ulang
Bulan ke- 1
Kunjungan Ulang
Bulan ke-3
Kunjungan Ulang
Setiap 3 Bulan
*Tes tidak menjadi syarat mendapatkan PrEP. Dilakukan untuk monitoring
kesehatan pengguna PrEP
Alur Program Percontohan PrEP (sebelumnya) ALUR PROGRAM PREP
(SAAT INI)
Tes HIV
● Tes HIV yang optimal perlu dilakukan untuk memastikan status HIV pengguna PrEP.
○ Memastikan tidak terjadinya resistensi terhadap ARV jika ternyata pengguna PrEP mulai
menggunakan PrEPdalam kondisi berstatus HIV positif
● Bisa dilakukan di layanan (terutama layanan tes HIV sameday). Pencatatan dilakukan
secara langsung.
● Bisa menerima hasil HIV dari luar layanan, dengan kondisi:
○ Lokasi tempat tes HIV harus laboratorium klinik atau laboratorium kesehatan masyarakat.
○ Membawa hasil tes HIV dalam bentuk fisik/cetak.
○ Berlaku dalam waktu 14 hari dari waktu pengambilan sampel, tidak ada perilaku berisiko,
dan tidak ada indikasi IHA berdasarkan asesmen dokter.
○ Bila di fasyankes yang diakses tersedia layanan tes HIV sameday, tes HIV akan diulang.
Tes IMS
● Bisa dilakukan langsung di fasyankes dengan mengikuti
ketentuan tes IMS nasional, apabila tersedia dan
memungkinkan.
● Hasil tes IMS tidak perlu ditunggu untuk memulai PrEP.
● Bisa menerima hasil IMS dari luar fasyankes penyedia PrEP
yang sedang diakses, dalam 1 bulan terakhir.
Tes Laboratorium
● Tes Hepatitis B, Hepatitis C,dan Kreatinin bisa dilakukan di
antara periode waktu memulai PrEP hingga kunjungan bulan
ke-3.
○ Pencatatan dilakukan secara langsung setelah hasil keluar.
○ Bisa menerima hasil tes dari luar fasyankes/lab lain.
■ Lokasi tempat tes harus laboratorium klinik atau laboratorium
kesehatan masyarakat. Hasil tes akan dicatatkan sebagai capaian tes
pada fasyankes penyedia PrEP yang diakses & fasyankes tempat
pelaksanaan tes.
■ Hasil lab diberikan dalam bentuk fisik/cetak.
Tes Laboratorium
No PemeriksaanMedis Sifat Tes Saat Memulai PrEP Keterangan
1 Tes HIV Wajib. Prasyarat untuk
mendapatkan PrEP
Semua pengguna PrEP harus berstatus HIV negatif. Calon pengguna
PrEP bisa menggunakan hasil tes HIV dalam 14 hari (dari sampel
diambil) terakhir yang dilakukan di luar layanan yang sedang diakses
untuk PrEP.
2 Tes IMS Tidak menjadi syarat
mendapatkanPrEP
Tes IMS dianjurkan dilakukan bersamaan dengan tes HIV, jika
memungkinkan.
3 Hepatitis B Tidak menjadi syarat
mendapatkanPrEP
Hepatitis B bukan merupakan kontraindikasi untuk PrEP. Semua
individu(dengan atau tanpa Hepatitis B) boleh mendapatkan PrEP
4 Hepatitis C Tidak menjadi syarat
mendapatkan PrEP
Hepatitis C bukan merupakan kontraindikasi untuk PrEP. Semua
individu(dengan atau tanpa Hepatitis C) boleh mendapatkan PrEP
5 Tes Kreatinin Sesuai kriteria. Tidak menjadi
syarat mendapatkan PrEP
Terdapat beberapa kriteria khusus kapan tes kreatinin perlu dilakukan,
namun semua klien bisa memulai PrEP tanpa menunggu hasil tes
kreatinin keluar
Populasi
Tes Hepatitis B
Saat memulai Saat kunjungan ulang
Seluruh
calon
pengguna
PrEP
∙ Dapat dilakukan di bulan 1-3 setelah memulai
PrEP
∙ Tidak menjadi prasyarat dalam memulai PrEP (baik
untuk rejimen harian maupun Event-Driven)
∙ Jika hasil menunjukkan positif Hepatitis B, maka
pengobatanbisa diberikan
∙ Jika hasil menunjukkan negatif, maka dianjurkan
untuk mendapatkan vaksin HBV
∙ Jika belum dilakukan saat memulai PrEP, maka tes bisa
dilakukan sesuai kemampuan fasyankes
∙ Jika sudah dilakukan, follow-up dapat dilakukan
(opsional)
Tes Hepatitis C
Saat memulai Saat kunjungan ulang
∙ Anjuran.Dapat dilakukan di bulan 1-3 setelah
memulai PrEP
∙ Tidak menjadi prasyarat dalam memulai PrEP (baik
untuk rejimen harian maupun Event-Driven)
∙ Jika hasil menunjukkan positif Hepatitis C, maka
pengobatanbisa diberikan
• Jika belum dilakukan saat memulai PrEP, maka tes bisa
dilakukan sesuai kemampuan fasyankes
• Jika sudah dilakukan, follow-up dilakukan setiap 12 bulan
setelah tes terakhir
Sumber: WHO - Technical Brief for PrEP 2022
Tes Laboratorium untuk Hepatitis B & C
Tes Laboratorium untuk Kreatinin
Populasi
Pengecekan fungsi ginjal/kreatinin:
Saat memulai Saat kunjungan ulang
Individu berusia < 30 tahun dan tidak memiliki
komorbiditas yang berkaitan dengan ginjal
Opsional/pilihan.
∙ Lakukan jika belum dilakukan saat memulai
PrEP; jika sudah dilakukan dan hasilnya
normal, follow-up sifatnya opsional.
∙ Jika hasil tes awal menunjukkan sedikit
penurunanfungsi ginjal, disarankan untuk
melakukan pengecekan setiap 6-12 bulan
Individu berusia 30-49 tahun dan tidak memiliki
komorbiditas yang berkaitan dengan ginjal
Opsional/Pilihan.
Lakukan satu kali saja,
saat memulai PrEP atau
di bulan 1-3 setelah
memulai PrEP
∙ Jika hasil tes awal menunjukkan angka
normal, follow-up sifatnya opsional.
∙ Jika hasil tes awal menunjukkan sedikit
penurunanfungsi ginjal, disarankan untuk
melakukan pengecekan setiap 6-12 bulan
∙ Individu berusia 50+ tahun dan tidak memiliki
komorbiditas yang berkaitan dengan ginjal
∙ Individu di usia berapa pun dengan
komorbiditas yang berkaitan dengan ginjal
∙ Individu dengan hasil tes fungsi ginjal awal
yang menunjukkan sedikit penurunan fungsi
ginjal
Lakukan tes satu kali,
saat memulai PrEP atau
di bulan 1-3 setelah
memulai PrEP
Bila memungkinakan, pengecekan fungsi ginjal
dilakukan setiap 6-12 bulan
Sumber: WHO - Technical Brief for PrEP 2022
Penanganan PrEP dalam Situasi Khusus:
Perubahan Status HIV (Serokonversi)
● Konfirmasi hasil tes HIV sesuai dengan algoritma pemeriksaan HIV yang berlaku
nasional.
● Segera rujuk untuk mendapatkan tes resistensi obat HIV.
● Segera arahkan pengguna PrEP untuk mulai terapi ARV (sesuai dengan pedoman
ARV nasional).
● Dokumentasikan serokonversi dan kemungkinan penyebab serokonversi
(ketidakpatuhan, berhenti mengonsumsi PrEP, atau kegagalan PrEP, yaitu
adanya infeksi HIV saat mengikuti PrEP secara patuh).
Penanganan PrEP dalam Situasi Khusus:
Efek Samping
● Tindakan penanganan efek samping merujuk pada Permenkes No. 23 Tahun 2022.
● Secara umum, efek samping dengan gejala ringan relatif lebih sering terjadi dan dapat
sembuh sendiri serta seringkali tidak memerlukan penghentian PrEP.
● Jika terjadi efek samping berat, hentikan konsumsi PrEP dan konsultasikan pengguna PrEP
tersebut kepada dokter spesialis penyakit dalam.
● Setiap efek samping harus dicatat dalam rekam medis tanpa memandang derajat
keparahan.
● Setelah selesai asesmen terkait efek samping, dapat diputuskan apakah pengguna PrEP
akan melanjutkan atau menghentikan PrEP.
Penanganan PrEP dalam Situasi Khusus:
Bersihan Kreatinin
● Gangguan fungsi ginjal (bersihan kreatinin <60 mL/menit) merupakan kontraindikasi untuk
penggunaan PrEP oral berbasis TDF.
● Sebelum menghentikan PrEP karena penurunan fungsi ginjal, tes kreatinin harus diulangi di
hari lain, misalnya 1 – 2 hari setelahnya dengan sampel yang berbeda.
● Fungsi ginjal biasanya kembali normal setelah menghentikan PrEP.
● Pilihan pencegahan HIV lainnya harus didiskusikan dengan klien saat menghentikan
PrEP.
● PrEP dapat dimulai kembali jika bersihan kreatinin ≥ 60 mL/menit dan tes HIV negatif dalam
1 – 3 bulan setelah menghentikan PrEP.
● Jika fungsi ginjal tidak kembali normal setelah menghentikan PrEP, kemungkinan penyebab
gangguan ginjal lainnya harus dievaluasi dan segera rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
Penggunaan PrEP dalam Kondisi Tertentu:
Kehamilan
PrEP aman digunakan pada perempuan yang sedang hamil.
○ “penggunaan PrEPbagi wanita hamil dinilai meyakinkan
untuk mengurangi risiko infeksi HIV, dan manfaat yang
didapat dari konsumsi PrEP lebih besar dibandingkan dengan
risiko yang harus diterima (WHO, 2017)”
Penggunaan PrEP dalam Kondisi Tertentu:
Terapi Rumatan Metadon
● Penggunaan PrEP aman digunakan pada populasi kunci yang sedang
menjalani terapi metadon.
○ “Kombinasi FTC/TDFyang digunakan dalam program PrEPIndonesia
saat ini tidak akan menimbulkan efek samping dan aman untuk
digunakan bagi seseorang yang sedang menjalani terapi metadon.”
Penggunaan PrEP dalam Kondisi Tertentu:
Terapi Hormon pada Transgender
● Ada interaksi obat hormon dengan PrEP yang dapat mempengaruhi
efektifitas PrEP. Namun dengan metode penggunaan Harian hal ini
dapat dihindari karena dosis obat dalam tubuh pengguna dapat lebih
terjaga.
● “…studi mengenai interaksi obat hormon bagi transgender (estradiol atau
testosteron) yang menunjukkan bahwa penggunaan PrEP oral (FTC/TDF) HARIAN
yang diamati secara langsung selama 4 minggu tidak mempengaruhi konsentrasi
estradiol pada transpuan atau konsentrasi testosteron (bebas atau total) pada
transpria (Grant et al., 2021)..”
Studi Kasus
Kasus 1
Pada waktu yang sama datang 2 orang yang mau mengakses PrEP ke
Puskesmas A. Satu orang merupakan LSL dan 1 orang lainnya adalah
pasangan WPS (kelompok risiko tinggi). Obat PrEP di Puskesmas A ternyata
hanya tersisa 1 botol lagi. Siapakah yang akan diprioritaskan untuk memulai
PrEP lebih dulu?
LSL akan diprioritaskan lebih dulu untuk memulai PrEP
karena LSL termasuk dalam populasi kelompok sasaran yang
diprioritaskan dalam program PrEP sampai tahun 2026.
Kasus 2
Seorang pengguna metode PrEP event driven (ED) berusia 45 tahun tidak
melakukan tes hepatitis B, hepatitis C, dan kreatinin pada saat memulai.
Dokter di puskesmas menyampaikan bahwa ia perlu melakukan tes tersebut
pada kunjungan 1 bulan ke depan. Namun, ternyata orang tersebut baru
datang 4 bulan kemudian untuk melanjutkan penggunaan PrEPnya.
Apa yang perlu dilakukan tenaga kesehatan?
Lakukan tes HIV kembali karena pengguna PrEP ini telah
melewati kunjungan per 3 bulan untuk tes HIV rutin. Jika hasil
tes HIV negatif, orang tersebut bisa menggunakan PrEP
kembali.
Mengingat usia pengguna termasuk dalam kelompok yang
perlu dilakukan tes kreatinin minimal 1 kali, maka lakukan tes
kreatinin saat kedatangannya kali ini. Namun, perlu diingat
bahwa hasil tes tidak perlu ditunggu untuk menentukan
penggunaan PrEPnya.
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik
Please keep this slide for attribution
Terima
Kasih

More Related Content

What's hot

Penimbangan BB dan Pengukuran TB
Penimbangan BB dan Pengukuran TBPenimbangan BB dan Pengukuran TB
Penimbangan BB dan Pengukuran TB
Health
 
format baru Lokbul Adman puskesmas
format baru Lokbul Adman puskesmasformat baru Lokbul Adman puskesmas
format baru Lokbul Adman puskesmas
sarihp
 
permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1
permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1
permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1
melodycguitarista
 
Materi 2 Tugas-tugas kader posyandu
Materi 2 Tugas-tugas kader posyanduMateri 2 Tugas-tugas kader posyandu
Materi 2 Tugas-tugas kader posyandu
Manji Lala
 
Kelas ibu hamil
Kelas ibu hamilKelas ibu hamil
Kelas ibu hamilGepy Gbu
 
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi burukStandar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
yusup firmawan
 
SOP penjaringan Pasien TB.docx
SOP penjaringan Pasien TB.docxSOP penjaringan Pasien TB.docx
SOP penjaringan Pasien TB.docx
IwaIwa7
 
Perhitungan indikator por 2019
Perhitungan indikator por 2019 Perhitungan indikator por 2019
Perhitungan indikator por 2019
Sugiyantiyanti2
 
Uu nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa
Uu nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwaUu nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa
Uu nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa
Winarto Winartoap
 
Spo identifikasi
Spo identifikasiSpo identifikasi
Spo identifikasi
SangidYahya
 
Contoh audit plan dan instrumen audit pkm
Contoh audit plan dan instrumen audit pkmContoh audit plan dan instrumen audit pkm
Contoh audit plan dan instrumen audit pkm
Novieta Parman
 
Materi-SDIDTK-2.pptx
Materi-SDIDTK-2.pptxMateri-SDIDTK-2.pptx
Materi-SDIDTK-2.pptx
HEIN10
 
4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx
4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx
4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx
Adam Superman
 
Kelompok 7 farmakologi
Kelompok 7 farmakologiKelompok 7 farmakologi
Kelompok 7 farmakologi
Anis Solihah
 
PENYUSUNAN INDIKATOR MUTU UNIT
PENYUSUNAN INDIKATOR MUTU UNITPENYUSUNAN INDIKATOR MUTU UNIT
PENYUSUNAN INDIKATOR MUTU UNIT
PuskesmasBanjarsari2
 
PPT RANCANGAN AKTUALISASI.pptx
PPT RANCANGAN AKTUALISASI.pptxPPT RANCANGAN AKTUALISASI.pptx
PPT RANCANGAN AKTUALISASI.pptx
imamatmajaya
 
Panduan manajer 2020
Panduan manajer 2020Panduan manajer 2020
Panduan manajer 2020
PusdiklatKKB
 
107 2014 sk kebijakan pelaporan nilai kritis
107 2014 sk kebijakan pelaporan nilai kritis107 2014 sk kebijakan pelaporan nilai kritis
107 2014 sk kebijakan pelaporan nilai kritis
Yain Panggalo
 
Sop sdidtk
Sop sdidtkSop sdidtk
Sop sdidtk
Igis Yazid
 
SIP (Pelaporan dan Pencatatan Posyandu)
SIP (Pelaporan dan Pencatatan Posyandu)SIP (Pelaporan dan Pencatatan Posyandu)
SIP (Pelaporan dan Pencatatan Posyandu)
kahfi akhmad
 

What's hot (20)

Penimbangan BB dan Pengukuran TB
Penimbangan BB dan Pengukuran TBPenimbangan BB dan Pengukuran TB
Penimbangan BB dan Pengukuran TB
 
format baru Lokbul Adman puskesmas
format baru Lokbul Adman puskesmasformat baru Lokbul Adman puskesmas
format baru Lokbul Adman puskesmas
 
permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1
permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1
permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1
 
Materi 2 Tugas-tugas kader posyandu
Materi 2 Tugas-tugas kader posyanduMateri 2 Tugas-tugas kader posyandu
Materi 2 Tugas-tugas kader posyandu
 
Kelas ibu hamil
Kelas ibu hamilKelas ibu hamil
Kelas ibu hamil
 
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi burukStandar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
 
SOP penjaringan Pasien TB.docx
SOP penjaringan Pasien TB.docxSOP penjaringan Pasien TB.docx
SOP penjaringan Pasien TB.docx
 
Perhitungan indikator por 2019
Perhitungan indikator por 2019 Perhitungan indikator por 2019
Perhitungan indikator por 2019
 
Uu nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa
Uu nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwaUu nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa
Uu nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa
 
Spo identifikasi
Spo identifikasiSpo identifikasi
Spo identifikasi
 
Contoh audit plan dan instrumen audit pkm
Contoh audit plan dan instrumen audit pkmContoh audit plan dan instrumen audit pkm
Contoh audit plan dan instrumen audit pkm
 
Materi-SDIDTK-2.pptx
Materi-SDIDTK-2.pptxMateri-SDIDTK-2.pptx
Materi-SDIDTK-2.pptx
 
4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx
4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx
4. Peran strategis KKB untuk Penanganan Stunting_Refreshing Fasilitator.pptx
 
Kelompok 7 farmakologi
Kelompok 7 farmakologiKelompok 7 farmakologi
Kelompok 7 farmakologi
 
PENYUSUNAN INDIKATOR MUTU UNIT
PENYUSUNAN INDIKATOR MUTU UNITPENYUSUNAN INDIKATOR MUTU UNIT
PENYUSUNAN INDIKATOR MUTU UNIT
 
PPT RANCANGAN AKTUALISASI.pptx
PPT RANCANGAN AKTUALISASI.pptxPPT RANCANGAN AKTUALISASI.pptx
PPT RANCANGAN AKTUALISASI.pptx
 
Panduan manajer 2020
Panduan manajer 2020Panduan manajer 2020
Panduan manajer 2020
 
107 2014 sk kebijakan pelaporan nilai kritis
107 2014 sk kebijakan pelaporan nilai kritis107 2014 sk kebijakan pelaporan nilai kritis
107 2014 sk kebijakan pelaporan nilai kritis
 
Sop sdidtk
Sop sdidtkSop sdidtk
Sop sdidtk
 
SIP (Pelaporan dan Pencatatan Posyandu)
SIP (Pelaporan dan Pencatatan Posyandu)SIP (Pelaporan dan Pencatatan Posyandu)
SIP (Pelaporan dan Pencatatan Posyandu)
 

Similar to Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx

LAYANAN TEST HIV (pak made).pptx
LAYANAN TEST HIV (pak made).pptxLAYANAN TEST HIV (pak made).pptx
LAYANAN TEST HIV (pak made).pptx
Egimaru1
 
Tatalaksana HIV AIDS.pptx
Tatalaksana HIV AIDS.pptxTatalaksana HIV AIDS.pptx
Tatalaksana HIV AIDS.pptx
bismillah41
 
1. Tatalaksana HIV_OJT_final.pdf
1. Tatalaksana HIV_OJT_final.pdf1. Tatalaksana HIV_OJT_final.pdf
1. Tatalaksana HIV_OJT_final.pdf
drday1
 
LAYANAN TES HIV.pptx
LAYANAN TES HIV.pptxLAYANAN TES HIV.pptx
LAYANAN TES HIV.pptx
ArmandAp1
 
2. pencegahan &amp; pengendalian infeksi (ppi)
2. pencegahan &amp; pengendalian infeksi (ppi)2. pencegahan &amp; pengendalian infeksi (ppi)
2. pencegahan &amp; pengendalian infeksi (ppi)
EkaSofia1
 
KONSELING HIV & PMS DALAM KEHAMILAN
KONSELING HIV & PMS DALAM KEHAMILANKONSELING HIV & PMS DALAM KEHAMILAN
KONSELING HIV & PMS DALAM KEHAMILAN
Melly anti
 
MI 4 - Penyerahan Obat dan Konseling Kepatuhan Minum Obat Fix 14 Oktober 2020...
MI 4 - Penyerahan Obat dan Konseling Kepatuhan Minum Obat Fix 14 Oktober 2020...MI 4 - Penyerahan Obat dan Konseling Kepatuhan Minum Obat Fix 14 Oktober 2020...
MI 4 - Penyerahan Obat dan Konseling Kepatuhan Minum Obat Fix 14 Oktober 2020...
ssuserd53bac
 
KIE & KONSELING HIV.pptx
KIE & KONSELING HIV.pptxKIE & KONSELING HIV.pptx
KIE & KONSELING HIV.pptx
KiaTauhid
 
5-PROGNAS Rev.pptx
5-PROGNAS Rev.pptx5-PROGNAS Rev.pptx
5-PROGNAS Rev.pptx
ehda2
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
PPT Sosialisasi PROGNAS.pptx
PPT Sosialisasi PROGNAS.pptxPPT Sosialisasi PROGNAS.pptx
PPT Sosialisasi PROGNAS.pptx
ZiaUlfa
 
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptxSEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
dennisetiawan022
 
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
pjj_kemenkes
 
SOSIALISASI HPV baru.pptx puskesmas panteraja
SOSIALISASI HPV baru.pptx puskesmas panterajaSOSIALISASI HPV baru.pptx puskesmas panteraja
SOSIALISASI HPV baru.pptx puskesmas panteraja
Ayu Rahayu
 
dr Alvina Widhani - Profilaksis pasca paparan HIV.pdf
dr Alvina Widhani - Profilaksis pasca paparan HIV.pdfdr Alvina Widhani - Profilaksis pasca paparan HIV.pdf
dr Alvina Widhani - Profilaksis pasca paparan HIV.pdf
AlifAdhani3
 
Standard asuhan kehamilan
Standard asuhan kehamilanStandard asuhan kehamilan
Standard asuhan kehamilanZulfina Kaffi
 
SEMINAR PROPOSAL UJIAN TESIS TA. 2023/2024
SEMINAR PROPOSAL UJIAN TESIS TA. 2023/2024SEMINAR PROPOSAL UJIAN TESIS TA. 2023/2024
SEMINAR PROPOSAL UJIAN TESIS TA. 2023/2024
yayukmarlina1989
 
Jabar_Kebijakan Labkesmas.pptx
Jabar_Kebijakan Labkesmas.pptxJabar_Kebijakan Labkesmas.pptx
Jabar_Kebijakan Labkesmas.pptx
labkesdasumber
 
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
Nur Harini Purba
 
penularan hiv dan bayinya yang sering terjadi
penularan hiv dan bayinya yang sering terjadipenularan hiv dan bayinya yang sering terjadi
penularan hiv dan bayinya yang sering terjadi
NsYuliaFebrianitaMKe
 

Similar to Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx (20)

LAYANAN TEST HIV (pak made).pptx
LAYANAN TEST HIV (pak made).pptxLAYANAN TEST HIV (pak made).pptx
LAYANAN TEST HIV (pak made).pptx
 
Tatalaksana HIV AIDS.pptx
Tatalaksana HIV AIDS.pptxTatalaksana HIV AIDS.pptx
Tatalaksana HIV AIDS.pptx
 
1. Tatalaksana HIV_OJT_final.pdf
1. Tatalaksana HIV_OJT_final.pdf1. Tatalaksana HIV_OJT_final.pdf
1. Tatalaksana HIV_OJT_final.pdf
 
LAYANAN TES HIV.pptx
LAYANAN TES HIV.pptxLAYANAN TES HIV.pptx
LAYANAN TES HIV.pptx
 
2. pencegahan &amp; pengendalian infeksi (ppi)
2. pencegahan &amp; pengendalian infeksi (ppi)2. pencegahan &amp; pengendalian infeksi (ppi)
2. pencegahan &amp; pengendalian infeksi (ppi)
 
KONSELING HIV & PMS DALAM KEHAMILAN
KONSELING HIV & PMS DALAM KEHAMILANKONSELING HIV & PMS DALAM KEHAMILAN
KONSELING HIV & PMS DALAM KEHAMILAN
 
MI 4 - Penyerahan Obat dan Konseling Kepatuhan Minum Obat Fix 14 Oktober 2020...
MI 4 - Penyerahan Obat dan Konseling Kepatuhan Minum Obat Fix 14 Oktober 2020...MI 4 - Penyerahan Obat dan Konseling Kepatuhan Minum Obat Fix 14 Oktober 2020...
MI 4 - Penyerahan Obat dan Konseling Kepatuhan Minum Obat Fix 14 Oktober 2020...
 
KIE & KONSELING HIV.pptx
KIE & KONSELING HIV.pptxKIE & KONSELING HIV.pptx
KIE & KONSELING HIV.pptx
 
5-PROGNAS Rev.pptx
5-PROGNAS Rev.pptx5-PROGNAS Rev.pptx
5-PROGNAS Rev.pptx
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
PPT Sosialisasi PROGNAS.pptx
PPT Sosialisasi PROGNAS.pptxPPT Sosialisasi PROGNAS.pptx
PPT Sosialisasi PROGNAS.pptx
 
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptxSEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
 
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
 
SOSIALISASI HPV baru.pptx puskesmas panteraja
SOSIALISASI HPV baru.pptx puskesmas panterajaSOSIALISASI HPV baru.pptx puskesmas panteraja
SOSIALISASI HPV baru.pptx puskesmas panteraja
 
dr Alvina Widhani - Profilaksis pasca paparan HIV.pdf
dr Alvina Widhani - Profilaksis pasca paparan HIV.pdfdr Alvina Widhani - Profilaksis pasca paparan HIV.pdf
dr Alvina Widhani - Profilaksis pasca paparan HIV.pdf
 
Standard asuhan kehamilan
Standard asuhan kehamilanStandard asuhan kehamilan
Standard asuhan kehamilan
 
SEMINAR PROPOSAL UJIAN TESIS TA. 2023/2024
SEMINAR PROPOSAL UJIAN TESIS TA. 2023/2024SEMINAR PROPOSAL UJIAN TESIS TA. 2023/2024
SEMINAR PROPOSAL UJIAN TESIS TA. 2023/2024
 
Jabar_Kebijakan Labkesmas.pptx
Jabar_Kebijakan Labkesmas.pptxJabar_Kebijakan Labkesmas.pptx
Jabar_Kebijakan Labkesmas.pptx
 
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
 
penularan hiv dan bayinya yang sering terjadi
penularan hiv dan bayinya yang sering terjadipenularan hiv dan bayinya yang sering terjadi
penularan hiv dan bayinya yang sering terjadi
 

Recently uploaded

lp HERNIA keperawatan medical bedah stase
lp HERNIA keperawatan medical bedah staselp HERNIA keperawatan medical bedah stase
lp HERNIA keperawatan medical bedah stase
jeanlomirihi1
 
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdfVaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
ShaoranAulia1
 
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdfBuku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
SIMRS Cendana
 
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.pptPencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Rizkiyahnovianti
 
LAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docx
LAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docxLAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docx
LAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docx
YuniAfridaniHasibuan
 
Lp persalinan normal maternitas keperawatan
Lp persalinan normal maternitas keperawatanLp persalinan normal maternitas keperawatan
Lp persalinan normal maternitas keperawatan
jeanlomirihi1
 
kesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmas
kesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmaskesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmas
kesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmas
IrmaFitriani7
 
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.pptPenanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
SuryaniAnggun2
 
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdfPanduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
AbdulWahid24425
 
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptxPMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
kartikaoktarini
 
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 202425 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
SriyantiSulaiman
 
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptxPPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
kartikaoktarini
 
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptxLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
GregoryStevanusGulto
 

Recently uploaded (13)

lp HERNIA keperawatan medical bedah stase
lp HERNIA keperawatan medical bedah staselp HERNIA keperawatan medical bedah stase
lp HERNIA keperawatan medical bedah stase
 
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdfVaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
 
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdfBuku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
 
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.pptPencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
 
LAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docx
LAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docxLAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docx
LAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docx
 
Lp persalinan normal maternitas keperawatan
Lp persalinan normal maternitas keperawatanLp persalinan normal maternitas keperawatan
Lp persalinan normal maternitas keperawatan
 
kesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmas
kesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmaskesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmas
kesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmas
 
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.pptPenanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
 
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdfPanduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
 
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptxPMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
 
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 202425 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
 
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptxPPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
 
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptxLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
 

Tata Laksana Program PrEP di Indonesia.pptx

  • 1. PETUNJUK TEKNIS TATALAKSANA PROGRAM PROFILAKSIS PRA-PAJANAN (PREP) ORAL UNTUK ORANG BERISIKO TINGGI TERINFEKSI HIV DI INDONESIA Sesi 1 - Pelatihan PrEP 2023
  • 2. Petunjuk Teknis Tatalaksana PrEP Pendahuluan Latar belakang, tujuan, kebijakan program PrEP 05 Tata Kelola Farmasi dan Logistik PrEP Informasi farmasi, distribusi, dan permintaan logistik obat PrEP 04 Pemantauan dan Evaluasi Program PrEP Indikator, pencatatan dan pelaporan Program PrEP 01 02 Profilaksis Pra-Pajanan (PrEP) Informasi program PrEP di Indonesia, dan perbedaan PPP dengan PrEP dan ARV 03 Pelaksanaan Program PrEP Alur dan penjelasan tahapan program PrEP, penanganan PrEP dalam situasi, dan penggunaan PrEP dengan kondisi tertentu.
  • 3. Petunjuk Teknis Tatalaksana PrEP 01 Pendahuluan 02 Profilaksis Pra-Pajanan (PrEP) Informasi program PrEP di Indonesia, dan perbedaan PPP dengan PrEP dan ARV Latar belakang, tujuan, kebijakan program PrEP 03 Pelaksanaan Program PrEP Alur dan penjelasan tahapan program PrEP, penanganan PrEP dalam situasi, dan penggunaan PrEP dengan kondisi tertentu. Pada bagian ini akan membahas mengenai:
  • 5. Pre-Exposure Prophylaxis / Profilaksis Pra Pajanan (PrEP) “Penggunaan obat antiretroviral (ARV) yang bertujuan agar tidak terinfeksi HIV.” PrEP diminum selama seseorang berada dalam risiko tinggi terinfeksi HIV. PrEP dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV hingga lebih dari 90%, jika dikonsumsi dengan dosis yang tepat.
  • 6. PrEP di Indonesia, merupakan: ● Rekomendasi WHO untuk pencegahan HIV menggunakan obat ARV ● PrEP tidak untuk semua orang. Target PrEP adalah kelompok berisiko tinggi tertular HIV. ● PrEP diberikan dalam bentuk paket pencegahan yang komprehensif: ○ Tidak bertujuan untuk menggantikan metoda pencegahan penularan HIV lainnya ○ Tidak dapat mencegah penularan IMS, pemakaian kondom tetap dianjurkan ● PrEP dapat meningkatkan cakupan : ○ Layanan tes HIV rutin pada kelompok risiko tinggi ○ Skrining dan pengobatan IMS ○ Layanan pencegahan HIV termasuk kondom ○ Layanan kesehatan seksual reproduksi yang terintegrasi ● Untuk saat ini, pencatatan dan pelaporan dilakukan dalam aplikasi tersendiri.
  • 8. Kelompok sasaran PrEP • Kelompok sasaran PrEP terdiri dari 6 kelompok: 1. LSL 2. WPS 3. Waria/Transgender 4. Penasun 5. Pasangan ODHIV 6. Pasangan risiko tinggi Catatan: • Kelompok 1-4 merupakan populasi kelompok sasaran yang diprioritaskan dalam program PrEP sampai tahun 2026. • Penggalian faktor risiko akan dilakukan oleh nakes • Definisi operasional pasangan risti (sesuai SIHA): seseorang yang memiliki pasangan LSL, WPS, TG, atau penasun
  • 9. Kriteria Sasaran PrEP Kriteria kelompok populasi risiko yang menjadi sasaran ditawarkan PrEP: a. Memiliki pasangan seksual lebih dari satu b. Tidak menggunakan kondom secara konsisten c. Melakukan hubungan seksual melalui anus (anal sex) tanpa kondom d. Terdapat riwayat IMS dalam 3 bulan terakhir e. Pernah menggunakan PrEP f. Memiliki pasangan HIV positif dengan kondisi berikut (minimal salah satu): • Belum menggunakan ARV, • Penggunaan ARV yang tidak teratur dalam 6 bulan terakhir, • Jumlah viral load belum diketahui, • Viral load tidak tersupresi (>1000 kopi/mL) setelah pengobatan ARV minimal selama 6 bulan, • Berencana memiliki anak dengan pasangan HIV positif yang viral loadnya masih terdeteksi. Jika salah satu kriteria di atas telah terpenuhi, maka orang tersebut disarankan untuk mengakses program PrEP.
  • 10. Syarat Mendapatkan PrEP 1. Berstatus HIV negatif berdasarkan hasil tes HIV dengan SOP yang berlaku di Indonesia 2. Warga Negara Indonesia 3. Tidak ada tanda klinis infeksi HIV akut Catatan terkait usia sasaran PrEP: ● Kelompok sasaran yang berusia 18 tahun ke bawah harus didampingi oleh pengantar/pendamping untuk mengakses PrEP.
  • 11. Kriteria Faskes Penyedia Program PrEP 1. Memiliki layanan tes, PDP, dan IMS diutamakan puskesmas, klinik swasta, dan klinik berbasis komunitas. 2. Memiliki jejaring dengan LSM yang bekerja dalam penanganan dan penanggulangan HIV dan PIMS. 3. Memiliki jejaring untuk pemeriksaan laboratorium penunjang. 4. Telah mendapatkan peningkatan kapasitas (pelatihan, lokakarya, orientasi, OJT) mengenai tatalaksana PrEP. 5. Mampu melakukan pencatatan dan pelaporan.
  • 12. TDF + 3TC Tenofovir Disoproxil Fumarate (TDF) / Lamivudine (3TC) 300 mg TDF dan 300 mg 3TC TDF + FTC Tenofovir Disoproxil Fumarate (TDF) / Emtricitabine (FTC) 300 mg TDF dan 200 mg FTC Rejimen PrEP Kombinasi obat ARV yang digunakan dalam program PrEP di Indonesia
  • 13. Metode Penggunaan PrEP (1) Metode penggunaan tidak ditentukan berdasarkan jenis hubungan seksual (vaginal atau anal sex), namun berdasarkan jenis kelamin dan kondisi pengguna PrEP. Individu yang dinyatakan berjenis kelamin laki-laki saat lahir yang berhubungan seksual berisiko dan tidak dalam terapi hormon berbasis exogenous estradiol Menggunakan PrEP dengan metode harian atau Event- Driven (ED) • Individu yang dinyatakan berjenis kelamin perempuan saat lahir • Semua individu yang dinyatakan berjenis kelamin laki-laki saat lahir yang tengah menjalani terapi hormon berbasis exogenous estradiol • Pengguna Napza suntik Menggunakan PrEP dengan metode harian
  • 14. Metode Penggunaan PrEP (2) Terdapat 2 metode penggunaan PrEP, yaitu penggunaan harian & event-driven (ED). Populasi Metode Penggunaan Dosis Mulai Dosis Lanjutan Dosis Berhenti 1 pil Laki-laki yang berhubunganseksual berisiko dan tidak dalam terapi hormon berbasis exogenous estradiol Harian 2 pil dalam 2-24 jam sebelum hubungan seksual berisiko 1 pil setiap harinya setiap hari sampai 2 hari setelah hubungan seksual berisiko terakhir Event-Driven (ED) 1 pil setiap hari sampai 2 hari setelah hubungan seksual berisiko terakhir • Perempuan • Laki-laki yang tengah 1 pil setiap harinya hingga 1 pil setiap harinya 1 pil setiap hari hingga 7 hari menjalani terapi hormon berbasis exogenous estradiol • Penasun Harian 7 hari sebelum hubungan seksual berisiko setelah hubungan seksual berisiko terakhir Catatan: Pengguna PrEP ED dapat berubah menjadi PrEP harian jika frekuensi hubungan seksual dilakukan lebih sering (lebih dari 1 kali dalam seminggu)
  • 16. Building Blocks Sebelum Memulai PrEP Memulai PrEP Kelanjutan PrEP Promosi & Edukasi Tes & Konseling HIV Kunjungan Pertama Kunjungan Ulang Pertama Kunjungan Ulang Kapan (Frekuensi) Pada promosi& edukasi pencegahan HIV Harike-0 Harike-1 Bulan ke-1 Bulan ke-3 dan rutin setiap 3 bulan setelahnyaatau insidental Dimana (Lokasi) Komunitas, fasilitas kesehatan, web/aplikasi/mediasosial Komunitas, fasilitas kesehatan Dalam Gedung (Faskes/LayananPDP) & Luar Gedung (mobile) Siapa (Pelaksana Layanan) Petugas penjangkau/pendidik sebaya di komunitas atau konselor HIV Petugas penjangkau/ pendidik sebaya di komunitas, tenaga kesehatan (dokter, perawat,petugas lab, petugas RR) Tenaga kesehatan (dokter, perawat, petugas lab, farmasi, petugas RR) Tenaga kesehatan (dokter, perawat, petugas lab, farmasi, petugas RR, konselor HIV/pendidiksebaya) Apa (Paket Layanan) Paket KIE mengenai PrEPyang terintegrasidengan paket pencegahan HIV Tes HIV, konseling HIV Formulirkesediaan memulai PrEP, obat PrEP, konseling & edukasi penggunaan PrEP, rujukan tes (IMS, Hep B, Hep C, Kreatinin dengan kriteria) Pemberian obat PrEP, pemeriksaan efek samping, penilaiankepatuhan, konseling (sesuai kebutuhan), rujukan tes (IMS, Hep B, Hep C, Kreatinin dengan kriteria). Tes HIV, tes IMS, tes Kreatinin (opsional,dengan kriteria), pemberian obat PrEP, pemeriksaan efek samping, penilaiankepatuhan, konseling (sesuai kebutuhan). Bagaimana (Pemberian Layanan) Kampanyedi media sosial, melalui komunitas Sesuai juknis PrEP, App/Website untuk Pencatatandan Pelaporan
  • 17. Perbedaan PrEP dengan PPP dan ARV
  • 19. Tes laboratorium berikut dianjurkan untuk dilakukan selama periode waktu ini*: - Tes IMS - Tes Hep B - Tes Hep C - Tes Kreatinin TES HIV Positif Negatif Diberi pengobatan ARV Memulai PrEP Kunjungan Ulang Bulan ke- 1 Kunjungan Ulang Bulan ke-3 Kunjungan Ulang Setiap 3 Bulan *Tes tidak menjadi syarat mendapatkan PrEP. Dilakukan untuk monitoring kesehatan pengguna PrEP Alur Program Percontohan PrEP (sebelumnya) ALUR PROGRAM PREP (SAAT INI)
  • 20. Tes HIV ● Tes HIV yang optimal perlu dilakukan untuk memastikan status HIV pengguna PrEP. ○ Memastikan tidak terjadinya resistensi terhadap ARV jika ternyata pengguna PrEP mulai menggunakan PrEPdalam kondisi berstatus HIV positif ● Bisa dilakukan di layanan (terutama layanan tes HIV sameday). Pencatatan dilakukan secara langsung. ● Bisa menerima hasil HIV dari luar layanan, dengan kondisi: ○ Lokasi tempat tes HIV harus laboratorium klinik atau laboratorium kesehatan masyarakat. ○ Membawa hasil tes HIV dalam bentuk fisik/cetak. ○ Berlaku dalam waktu 14 hari dari waktu pengambilan sampel, tidak ada perilaku berisiko, dan tidak ada indikasi IHA berdasarkan asesmen dokter. ○ Bila di fasyankes yang diakses tersedia layanan tes HIV sameday, tes HIV akan diulang.
  • 21. Tes IMS ● Bisa dilakukan langsung di fasyankes dengan mengikuti ketentuan tes IMS nasional, apabila tersedia dan memungkinkan. ● Hasil tes IMS tidak perlu ditunggu untuk memulai PrEP. ● Bisa menerima hasil IMS dari luar fasyankes penyedia PrEP yang sedang diakses, dalam 1 bulan terakhir.
  • 22. Tes Laboratorium ● Tes Hepatitis B, Hepatitis C,dan Kreatinin bisa dilakukan di antara periode waktu memulai PrEP hingga kunjungan bulan ke-3. ○ Pencatatan dilakukan secara langsung setelah hasil keluar. ○ Bisa menerima hasil tes dari luar fasyankes/lab lain. ■ Lokasi tempat tes harus laboratorium klinik atau laboratorium kesehatan masyarakat. Hasil tes akan dicatatkan sebagai capaian tes pada fasyankes penyedia PrEP yang diakses & fasyankes tempat pelaksanaan tes. ■ Hasil lab diberikan dalam bentuk fisik/cetak.
  • 23. Tes Laboratorium No PemeriksaanMedis Sifat Tes Saat Memulai PrEP Keterangan 1 Tes HIV Wajib. Prasyarat untuk mendapatkan PrEP Semua pengguna PrEP harus berstatus HIV negatif. Calon pengguna PrEP bisa menggunakan hasil tes HIV dalam 14 hari (dari sampel diambil) terakhir yang dilakukan di luar layanan yang sedang diakses untuk PrEP. 2 Tes IMS Tidak menjadi syarat mendapatkanPrEP Tes IMS dianjurkan dilakukan bersamaan dengan tes HIV, jika memungkinkan. 3 Hepatitis B Tidak menjadi syarat mendapatkanPrEP Hepatitis B bukan merupakan kontraindikasi untuk PrEP. Semua individu(dengan atau tanpa Hepatitis B) boleh mendapatkan PrEP 4 Hepatitis C Tidak menjadi syarat mendapatkan PrEP Hepatitis C bukan merupakan kontraindikasi untuk PrEP. Semua individu(dengan atau tanpa Hepatitis C) boleh mendapatkan PrEP 5 Tes Kreatinin Sesuai kriteria. Tidak menjadi syarat mendapatkan PrEP Terdapat beberapa kriteria khusus kapan tes kreatinin perlu dilakukan, namun semua klien bisa memulai PrEP tanpa menunggu hasil tes kreatinin keluar
  • 24. Populasi Tes Hepatitis B Saat memulai Saat kunjungan ulang Seluruh calon pengguna PrEP ∙ Dapat dilakukan di bulan 1-3 setelah memulai PrEP ∙ Tidak menjadi prasyarat dalam memulai PrEP (baik untuk rejimen harian maupun Event-Driven) ∙ Jika hasil menunjukkan positif Hepatitis B, maka pengobatanbisa diberikan ∙ Jika hasil menunjukkan negatif, maka dianjurkan untuk mendapatkan vaksin HBV ∙ Jika belum dilakukan saat memulai PrEP, maka tes bisa dilakukan sesuai kemampuan fasyankes ∙ Jika sudah dilakukan, follow-up dapat dilakukan (opsional) Tes Hepatitis C Saat memulai Saat kunjungan ulang ∙ Anjuran.Dapat dilakukan di bulan 1-3 setelah memulai PrEP ∙ Tidak menjadi prasyarat dalam memulai PrEP (baik untuk rejimen harian maupun Event-Driven) ∙ Jika hasil menunjukkan positif Hepatitis C, maka pengobatanbisa diberikan • Jika belum dilakukan saat memulai PrEP, maka tes bisa dilakukan sesuai kemampuan fasyankes • Jika sudah dilakukan, follow-up dilakukan setiap 12 bulan setelah tes terakhir Sumber: WHO - Technical Brief for PrEP 2022 Tes Laboratorium untuk Hepatitis B & C
  • 25. Tes Laboratorium untuk Kreatinin Populasi Pengecekan fungsi ginjal/kreatinin: Saat memulai Saat kunjungan ulang Individu berusia < 30 tahun dan tidak memiliki komorbiditas yang berkaitan dengan ginjal Opsional/pilihan. ∙ Lakukan jika belum dilakukan saat memulai PrEP; jika sudah dilakukan dan hasilnya normal, follow-up sifatnya opsional. ∙ Jika hasil tes awal menunjukkan sedikit penurunanfungsi ginjal, disarankan untuk melakukan pengecekan setiap 6-12 bulan Individu berusia 30-49 tahun dan tidak memiliki komorbiditas yang berkaitan dengan ginjal Opsional/Pilihan. Lakukan satu kali saja, saat memulai PrEP atau di bulan 1-3 setelah memulai PrEP ∙ Jika hasil tes awal menunjukkan angka normal, follow-up sifatnya opsional. ∙ Jika hasil tes awal menunjukkan sedikit penurunanfungsi ginjal, disarankan untuk melakukan pengecekan setiap 6-12 bulan ∙ Individu berusia 50+ tahun dan tidak memiliki komorbiditas yang berkaitan dengan ginjal ∙ Individu di usia berapa pun dengan komorbiditas yang berkaitan dengan ginjal ∙ Individu dengan hasil tes fungsi ginjal awal yang menunjukkan sedikit penurunan fungsi ginjal Lakukan tes satu kali, saat memulai PrEP atau di bulan 1-3 setelah memulai PrEP Bila memungkinakan, pengecekan fungsi ginjal dilakukan setiap 6-12 bulan Sumber: WHO - Technical Brief for PrEP 2022
  • 26. Penanganan PrEP dalam Situasi Khusus: Perubahan Status HIV (Serokonversi) ● Konfirmasi hasil tes HIV sesuai dengan algoritma pemeriksaan HIV yang berlaku nasional. ● Segera rujuk untuk mendapatkan tes resistensi obat HIV. ● Segera arahkan pengguna PrEP untuk mulai terapi ARV (sesuai dengan pedoman ARV nasional). ● Dokumentasikan serokonversi dan kemungkinan penyebab serokonversi (ketidakpatuhan, berhenti mengonsumsi PrEP, atau kegagalan PrEP, yaitu adanya infeksi HIV saat mengikuti PrEP secara patuh).
  • 27. Penanganan PrEP dalam Situasi Khusus: Efek Samping ● Tindakan penanganan efek samping merujuk pada Permenkes No. 23 Tahun 2022. ● Secara umum, efek samping dengan gejala ringan relatif lebih sering terjadi dan dapat sembuh sendiri serta seringkali tidak memerlukan penghentian PrEP. ● Jika terjadi efek samping berat, hentikan konsumsi PrEP dan konsultasikan pengguna PrEP tersebut kepada dokter spesialis penyakit dalam. ● Setiap efek samping harus dicatat dalam rekam medis tanpa memandang derajat keparahan. ● Setelah selesai asesmen terkait efek samping, dapat diputuskan apakah pengguna PrEP akan melanjutkan atau menghentikan PrEP.
  • 28. Penanganan PrEP dalam Situasi Khusus: Bersihan Kreatinin ● Gangguan fungsi ginjal (bersihan kreatinin <60 mL/menit) merupakan kontraindikasi untuk penggunaan PrEP oral berbasis TDF. ● Sebelum menghentikan PrEP karena penurunan fungsi ginjal, tes kreatinin harus diulangi di hari lain, misalnya 1 – 2 hari setelahnya dengan sampel yang berbeda. ● Fungsi ginjal biasanya kembali normal setelah menghentikan PrEP. ● Pilihan pencegahan HIV lainnya harus didiskusikan dengan klien saat menghentikan PrEP. ● PrEP dapat dimulai kembali jika bersihan kreatinin ≥ 60 mL/menit dan tes HIV negatif dalam 1 – 3 bulan setelah menghentikan PrEP. ● Jika fungsi ginjal tidak kembali normal setelah menghentikan PrEP, kemungkinan penyebab gangguan ginjal lainnya harus dievaluasi dan segera rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
  • 29. Penggunaan PrEP dalam Kondisi Tertentu: Kehamilan PrEP aman digunakan pada perempuan yang sedang hamil. ○ “penggunaan PrEPbagi wanita hamil dinilai meyakinkan untuk mengurangi risiko infeksi HIV, dan manfaat yang didapat dari konsumsi PrEP lebih besar dibandingkan dengan risiko yang harus diterima (WHO, 2017)”
  • 30. Penggunaan PrEP dalam Kondisi Tertentu: Terapi Rumatan Metadon ● Penggunaan PrEP aman digunakan pada populasi kunci yang sedang menjalani terapi metadon. ○ “Kombinasi FTC/TDFyang digunakan dalam program PrEPIndonesia saat ini tidak akan menimbulkan efek samping dan aman untuk digunakan bagi seseorang yang sedang menjalani terapi metadon.”
  • 31. Penggunaan PrEP dalam Kondisi Tertentu: Terapi Hormon pada Transgender ● Ada interaksi obat hormon dengan PrEP yang dapat mempengaruhi efektifitas PrEP. Namun dengan metode penggunaan Harian hal ini dapat dihindari karena dosis obat dalam tubuh pengguna dapat lebih terjaga. ● “…studi mengenai interaksi obat hormon bagi transgender (estradiol atau testosteron) yang menunjukkan bahwa penggunaan PrEP oral (FTC/TDF) HARIAN yang diamati secara langsung selama 4 minggu tidak mempengaruhi konsentrasi estradiol pada transpuan atau konsentrasi testosteron (bebas atau total) pada transpria (Grant et al., 2021)..”
  • 33. Kasus 1 Pada waktu yang sama datang 2 orang yang mau mengakses PrEP ke Puskesmas A. Satu orang merupakan LSL dan 1 orang lainnya adalah pasangan WPS (kelompok risiko tinggi). Obat PrEP di Puskesmas A ternyata hanya tersisa 1 botol lagi. Siapakah yang akan diprioritaskan untuk memulai PrEP lebih dulu?
  • 34. LSL akan diprioritaskan lebih dulu untuk memulai PrEP karena LSL termasuk dalam populasi kelompok sasaran yang diprioritaskan dalam program PrEP sampai tahun 2026.
  • 35. Kasus 2 Seorang pengguna metode PrEP event driven (ED) berusia 45 tahun tidak melakukan tes hepatitis B, hepatitis C, dan kreatinin pada saat memulai. Dokter di puskesmas menyampaikan bahwa ia perlu melakukan tes tersebut pada kunjungan 1 bulan ke depan. Namun, ternyata orang tersebut baru datang 4 bulan kemudian untuk melanjutkan penggunaan PrEPnya. Apa yang perlu dilakukan tenaga kesehatan?
  • 36. Lakukan tes HIV kembali karena pengguna PrEP ini telah melewati kunjungan per 3 bulan untuk tes HIV rutin. Jika hasil tes HIV negatif, orang tersebut bisa menggunakan PrEP kembali. Mengingat usia pengguna termasuk dalam kelompok yang perlu dilakukan tes kreatinin minimal 1 kali, maka lakukan tes kreatinin saat kedatangannya kali ini. Namun, perlu diingat bahwa hasil tes tidak perlu ditunggu untuk menentukan penggunaan PrEPnya.
  • 37. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik Please keep this slide for attribution Terima Kasih