Gerakan online masyarakat adat menghadapi tantangan akses telematika yang tidak merata dan dominasi konten media oleh kelompok besar di Jawa serta ancaman pasal karet pencemaran nama baik dalam UU ITE.
2. MEDIA DI INDONESIA DI ERA ORDE
BARU
1.Rejim Orde Baru
menggunakan media untuk
mendominasi wacana
pembangunan.
2.Pihak yang mengkritisi
wacana pembangunan
diberikan stigma (komunis,
anti pembangunan, setan
gundul, organisasi tanpa
bentuk, gerakan pengacau
keamanan dsb)
Sumber gambar: https://maulinniam.wordpress.com/2013/06/08/pripun-kabare-mbah-
suharto-31harimenulis/suharto-kontra/
3. STIGMA ORDE BARU TERHADAP
MASYARAKAT ADAT
1. Orde Baru memaknai masyarakat adat
sebagai adat tradisi, ritual, perilaku yang
sesuai, dan peraturan atau praktek-
praktek kehidupan sosial.
Bagaimana dengan hak atas wilayah
adat (hutan, pesisir dan sumberdaya
alam yang terkandung di atas dan di
dalam wilayah komunal masyarakat
adat)?
2. Untuk memuluskan “Pembangunan”
rejim Orde Baru mencoba memisahkan
masyarakat adat dengan wilayah
kelolanya.
Sumber gambar
http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/03/18/85290/hari_k
ebangkitan_masyarakat_adat/
4. STIGMA ORDE BARU TERHADAP
MASYARAKAT ADAT
Pada masa rezim Orde Baru juga banyak digunakan
beragam istilah untuk menyebut ataupun memaknai
keberadaan masyarakat adat di Indonesia. Seperti
masyarakat terpencil,
masyarakat tertinggal,
masyarakat pedalaman,
masyarakat tradisional,
suku primitif.
5. STIGMA ORDE BARU
TERHADAP MASYARAKAT
ADAT
•Stigma negatif terhadap
masyarakat adat tidak bisa
dilepaskan dari kebijakan
ekonomi-politik Orde Baru yang
membuka lebar-lebar investasi.
•Stempel dilekatkan seiring
dengan perebutan wilayah-
wilayah kelola masyarakat adat
untuk berbagai bisnis tambang,
hutan, perkebunan dan juga
konservasi alam.
Sumber gambar:http://www.uang-antik.com/2012/10/uang-soeharto-
tahun-1995.html
6. MEDIA MASSA PASCA ORDE BARU
•Setelah rejim Orde Baru tumbang,
bermunculanlah banyak media massa
di Indonesia, baik cetak hingga
elektronik.
•Namun dari sekian banyak media
yang ada, ternyata memunculkan
hanya 12 group media besar (Mapping
the Landscape of The Media
Industry in Contemporary Indonesia,
CIPG-HIVOS-Ford).
•Sebagian besar ‘Penguasa Media’ ada
di Jakarta atau Pulau Jawa (Riset
Yayasan SatuDunia)
•Sementara sebagian besar
masyarakat adat berada di luar Jawa
7. BAGAIMANA MEDIA MASSA PASCA
ORDE BARU MENGGAMBARKAN
MASYARAKAT ADAT?
Program rality show “Primitive
Runaway” di televisi swasta
nasional di Indonesia.
“Primitive Runaway” menempatkan
interaksi yang terjadi antara selebriti
(dalam posisi yang tinggi) dengan
masyarakat adat (dalam posisi yang
rendah).Adat kebiasan di dalam
masyarakat adat tersebut dipergunakan
sebagai bahan olok-olok selebriti yang
menjadi pemeran utama dalam tayangan
tersebut
8. BAGAIMANA MEDIA MASSA PASCA ORDE
BARU MENGGAMBARKAN MASYARAKAT
ADAT?
Pada tanggal 6 Mei 2013 di kolom regionalnya, kompas.com juga menaikkan tulisan
tentang Komunitas Adat Polahi dengan judul “Suku Polahi di Gorontalo Ini,
Setengah ManusiaSetengah Hewan”yang kemudian dirubah judulnya menjadi
“Warga Polahi, Terpinggirkan di Hutan Boliyohuto”[1].
Berdasarkan sumber dari kompas.com tersebut tribun-timur.com juga menaikkan
berita dengan judul dan konten yang sama “Suku Polahi di Gorontalo Ini, Setengah
Manusia Setengah Hewan”[2].
Pada 22 Januari 2013 kompas.com juga memuat artikel tentang suku di Timur
Tengah Selatan, dengan menyebutkan suku tersebut sebagai suku primitive[3].
[1] http://regional.kompas.com/read/2013/05/0609551746/Suku.Polahi.Setengah. Manusia .Setengah.hewan
[2] http://makassar.tribunnews.com/2013/05/06/Suku.Polahi.Setengah.Manusia. Setengah.hewan
[3] http://regional.kompas.com/ read/2013/01/22/11512553/Suku.Boti.Harus.Dipertahankan
9. HIPER REALITAS MEDIA TERHADAP
MASYARAKAT ADAT
Hal yang sama juga dialami oleh masyarakat adat
Gorontalo Suku Polahi di lereng gunung Boliyohuto. Pihak
televisi bahkan membayar warga suku tersebut untuk
telanjang. Padahal masyarakat tersebut sudah sangat
lama mengenal pakaian. Bahkan menurut Mama Tanio,
tayangan sebuah TV swasta nasional beberapa waktu lalu
yang memperlihatkan mereka dalam keadaan telanjang,
tidak lagi murni seperti itu. “Baba Taniodibayar untuk
telanjang waktu itu” aku Mama Tanio yang merupakan
istri Baba Tanio, kepala suku mereka[1]
[1] http://regional.kompas.com/read/2013/05/07/11091556/Polahi.dan.CeritaMistis.yang.Melingkupinya
11. GERAKAN ONLINE MASYARAKAT
ADAT
Kenapa Harus Online?
Terbukanya peluang menjadi produsen konten
informasi dan pengetahuan bukan sekedar
konsumen
Jangkauan luas, melewati batas-batas teritorial
wilayah
Peningkatan jumlah pengguna internet di
Indonesia, sehingga terbuka peluang konten dari
masyarakat adat dibaca, lihat dan didengar
berbagai kalangan
12. Studi Kasus Media AMAN
RADIO ONLINE
Kolaborasi Radio Komunitas dan
Radio Streaming Gaung AMAN
Ada 5 radio komunitas yang
dibangun oleh AMAN di berbagai
daerah :
Cek Bocek
Enggano
Secanggang
Togean
Meratus
Pada bulan Oktober 2014, Telah
dibangun website radio dengan
alamat: http://radio.aman.or.id/.
Tujuan pembuatan website radio ini
adalah untuk mempublikasikan file-
file dalam format audio terkait
beberapa isu,
aktivitas,program,iklan produk
masyarakat adat dll
Kolaborasi konten dengan radio
komunitas. Konten yang berasal
dari radio komunitas
disebarluaskan via radio oniline dan
sebaliknya
13. Studi Kasus Media AMAN:
SMS GATEWAY
SMS ADAT (SMS Gateway)
Ada sekitar 2000 nomor SMS dari
jaringan masyarakat adat nusantara
yang dipegang oleh admin SMS adat.
Contoh pada kasus penangkapan terhadap
16 warga masyarakat adat Pandumaan
Sipituhuta di Sumatera Utara, maka
SMS adat menyebarkan pesan kepada
jaringannya untuk menekan pihak
kepolisian dengan cara mengirimkan
SMS kepada Kapolda Sumatera Utara
untuk segera membebaskan warga yang
ditangkap terkait konflik dengan PT
Toba Pulp Lestari. Penyebaran pesan ini
juga disalurkan melalui twitter, facebook,
dan email. Adanya aksi demo di Jakarta
dan Medan, serta video proses
penangkapan yang disebarkan melalui
media massa cukup mempengaruhi
publik dan media nasional. Metro TV lalu
membuat liputan khusus mengenai kasus
Pandumaan Sipituhuta sehingga daya
jangkau pemberitaannya lebih luas
secara nasional. Berbagai tekanan
melalui media ini membuahkan hasil
dengan dibebaskannya 16 warga dengan
status penangguhan penahanan.
Sumber gambar:
https://dennytobing.wordpress.com/2010/01/10/sms-gateway-
gammu-di-windows-xp/
14. Studi Kasus AMAN:
BLOG DAN WEBSITE MASYARAKAT ADAT
Blog dan Website
Dari 21 PW AMAN yang
dimonitoring ada 11 yang telah
memiliki media online sendiri,
baik berupa blog ataupun
website. Namun dari 11 blog
dan website itu hanya beberapa
yang pengelolaannya baik
(tulisannya sudah memenuhi
kaidah jurnalistik 5W 1H dan
secara periodik diupdate).
Beberapa media PW AMAN
yang aktif itu antara lain:
http://amannusabunga.blogspot.
com/,
http://amantanobatak.wordpress
.com/, http://aman-kalteng.or.id,
http://amankaltim.blogspot.com/
,
http://amanmalut.blogspot.com/,
http://amanbengkulu.or.id
Sumber Gambar:
http://www.newmediafest.net/savepersebaya-dan-
savekbs-gerakan-online-untuk-masalah-offline/
15. Studi Kasus AMAN:
BLOG DAN WEBSITE MASYARAKAT
ADAT
Pada tahun 2014, AMAN Maluku Utara
mengembangkan aplikasi berbasiskan website
untuk memantau hutan Adat. Website dapat
dilihat di http://lapor.amanmalut.or.id/
Pada tahun 2014, Pengurus Besar (PB) AMAN
juga mempublikasikan peta indikatif masyarakat
adat di website.Untuk sementara, hanya wilayah
Sumatera dan Sulawesi. Peta dapat dilihat di
http://www.aman.or.id/peta-interaktif-sumatera/
16. SOCIAL MEDIA MASAYRAKAT ADAT
Group di Facebook
Group Aliansi Masyarakat Adat Nusantara memiliki
4000 an anggota. Group berisi tentang berita-berita,
artikel, foto, video terkait dengan isu masyarakat
adat.
https://www.facebook.com/groups/160452592456/
Group Aliansi Masyarakat Adat Nusantara di tingkat
wilayah, antara lain:
AMAN Kaltim
AMAN Kalbar
AMAN Jawa
AMAN Sulteng
AMAN Tana Luwu
AMAN Kaltara
17. JARINGAN BERITA MASYARAKAT
ADAT
Di akhir 2014, AMAN
menggagas sebuah media
jaringan berita
masyarakat adat.
Kontributor Gaung
AMAN Online adalah
aktivis masyarkaat adat
yang ada di wilayah dan
telah menedapatkan
pelatihan jurnalisme
warga. Website dapat
dilihat di
http://gaung.aman.or.id/
19. TANTANGAN GERAKAN ONLINE
MASYARAKAT ADAT : KESENJANGAN
AKSES TELEMATIKA
Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan hingga 2008, desa di wilayah
Jawa merupakan kawasan yang paling banyak memiliki infrastruktur telepon kabel. Kemudian
menyusul wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Papua dan
Maluku
Menurut buku putih Kementerian Komunikasi dan Informatika, wilayah Jawa masih merupakan
wilayah penerima sinyal seluler terbanyak dibandingkan daerah lain di Indonesia. Tak heran pula
pada 2008, kepemilikan telepon genggam paling banyak (81,57%) berada di Jawa dan Sumatera.
Di sisi lain, data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika juga menyebutkan sebanyak
65,2% infrastruktur backbone serat optik terkonsentrasi di Jawa, diikuti Sumatera (20,31%) dan
Kalimantan (6,13%). Sementara wilayah Indonesia timur (Nusa Tenggara, Maluku dan Papua)
belum terjangkau infrastruktur ini. Pengertian backbone serat optik adalah saluran atau koneksi
berkecepatan tinggi yang menjadi lintasan utama dalam sebuah jaringan telematika.
Kondisi infrastruktur telematika yang seperti tersebut di atas juga menyebabkan pengguna
internet terpusat di Jawa. Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional 2006-2008, Badan Pusat
Statistik memperlihatkan bahwa selama 2007 hingga 2008 akses internet dalam rumah tangga di
Indonesia mengalami kenaikan. Pada 2007, persentase rumah tangga yang memiliki akses
internet sebanyak 5,58%. Pada 2008 meningkat menjadi 8,56%. Dan sekali lagi rumah tangga di
Jawa masih memiliki akses tertinggi dibandingkan dengan rumah tangga di seluruh Indonesia.
(Sisi Lain Liberalisasi Telematika, Firdaus Cahyadi, Yayasan SatuDunia, http://www.aepi.or.id/site/index.php?option=com_content&view=article&id=130:sisi-lain-
liberalisasi-telematika&catid=38:pengurus-dan-anggota-aepi&Itemid=57)
20. Pengguna Facebook di Indonesia berdasarkan
Kota
(Indonesia Social Media Landscape a snapshot of Indonesian user behavior, 2011)
50,33%
5,02%
3,23% 3,09% 3,04% 2,23% 2,18% 1,90% 1,04% 0,49% 0,28% 0,12% 0,10% 0,07% 0,03% 0,01% 0,01%
26,83%
21. Kota Paling ‘Cerewet’ di Twitter
(Indonesia Social Media Landscape a snapshot of Indonesian user behavior, 2011)
16,33%
13,79%
11,05%
8,92%
8,21%
7,41%7,25%
6,01%
4,66%
3,62%3,24%
2,68%
2,23%2,14%
0,96%0,71%0,35%0,23%0,14%
23. TANTANGAN GERAKAN ONLINE
MASYARAKAT ADAT: PASAL KARET
PENCEMARAN NAMA BAIK
Pasal 27 ayat 3 Undang Undang
(UU) Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) terkait
pencemaran nama baik.
Pasal karet pencemaran nama
baik di UU ITE tersebut
menjadi pintu masuk baru bagi
kriminalisasi gerakan online
masyarakat adat. Terlebih
dalam situasi konflik
masyarakat adat yang terjadi di
lapangan.
Tanpa UU ITE saja sudah ratusan
masyarakat adat yang menjadi
korban kriminalisasi. UU ITE
akan menambah peluang
kriminalisasi masyarakat adat
yang mengekspresikan dirinya
via online.
Sumber gambar: http://blog.politwika.com/uu-
ite/
24. Korban Pasal Karet Pencemaran Nama
Baik UU ITE
(sumber: “Internet untuk Semua, Mengintegrasikan Prinsip HAM dalam Pengaturan Internet di Indonesia”, ELSAM)
Waktu Korban Perbuatan Materiil Media
11/5/2009 Prita Mulyasari Mencemarkan nama baik RS
Omni krn dinilai tidak
memberikan layanan yg baik
(Hak konsumen)
Miling list
25/1/2012 Ira Simatupang Menyebarkan berita ttg
pelecehen sex yg dialaminya di
tempat kerja
Email
29/1/2013 Rahayu Kandiwati dan
Siti Rubaidah
Memberikan pernyataan di
media massa serta dalam situs
change.org.
Situs
Change.org
24/2/2013 Beryl Cholif Arrahman Mengkritik Guru di SMA Negeri
Pamekasan
Facebook
13/3/2014 Harus Mushroomer Pencemaran nama baik Bupati
Kutai Timur akibat kemiskinan di
wilayahnya
Faceebok
25. TANTANGAN GERAKAN ONLINE
MASYARAKAT ADAT: GODAAN MENJADI
SEKEDAR KONSUMEN
Seiring dengan
perkembangan ICT,
goodaan untuk menjadi
sekedar konsumen
produk-produk ICT juga
semakin tinggi. Hal ini
menjadi fenomena
umum, tak terkecuali di
tengah-tengah aktifis
masyarakat adat.
Dampaknya, ICT justru
menjadi alat untuk
sekedar narsis, gengsi
dsb. Sementara konten-
konten yang menarik
terkait isu masyarakat
adat.
26. TAWARAN SOLUSI
Perubahan kebijakan media dan telematika
Pengaturan kepemilikan media
Penguatan lembaga penyiaran publik
Penguatan media ‘milik’ masyarakat adat
Revisi UU ITE, terkait pasal karet Pencemaran Nama Baik
Revisi UU Telekomunikasi (Konvergensi) terkait
pemenuhan hak warga atas infrastruktur telematika
Pendidikan publik internet literasi
Perpaduan Gerakan Offline-Online
Improvement Strategi Media (Perpaduan
penggalangan keterlibatan media mainstream
dan sosial)
27. Menyusun lagi Strategi Gerakan Online
Masyarakat Adat
Membangun kedekatan isu dgn netizen
belajar pd kasus Prita Mulyasari dan Gerakan
Mahasiswa 98
Membangun mekanisme keterlibatan netizen
yang mudah dan aman
Belajar pada gerakan Prita dan Change.org
Membangun sinergi antara gerakan online dgn
media mainstream
Belajar pada pembentukan Group Tolak SP3 Kasus
Lapindo
Memperkuat sinergi gerakan online dan offline