AHLUL BAYT DIKASIHI BAGINDA ﷺ , DIMULIAKAN ALLAH underitan
Kalau disebut Ahlul Bayt – apakah yang akan terdetik di benak fikiran anda? Kalau SYIAH- mungkin doktrin dan agenda mereka telah berjaya.
Ketahuilah sekiranya kita memuliakan dan mengutamaan AHLUL BAYT BAGINDA ﷺ kita BUKAN SYIAH, tetapi kita menjaga warisan Baginda ﷺ yang amat Baginda ﷺ cintai.
Mari kita telusuri 20 hadith tentang kemuliaan AHLUL BAYT
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
AHLUL BAYT DIKASIHI BAGINDA ﷺ , DIMULIAKAN ALLAH underitan
Kalau disebut Ahlul Bayt – apakah yang akan terdetik di benak fikiran anda? Kalau SYIAH- mungkin doktrin dan agenda mereka telah berjaya.
Ketahuilah sekiranya kita memuliakan dan mengutamaan AHLUL BAYT BAGINDA ﷺ kita BUKAN SYIAH, tetapi kita menjaga warisan Baginda ﷺ yang amat Baginda ﷺ cintai.
Mari kita telusuri 20 hadith tentang kemuliaan AHLUL BAYT
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
"Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan
tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima
taubat orang yang berdosa pada waktu siang dan
Dia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang
untuk menerima taubat orang yang berdosa pada
waktu malam hingga terbitnya matahari dari
tempat terbenamnya"
1. Tafsir al-Quran
QS al-Hujurât [49]: 9
Membangun Kembali Spirit Ishlâh
Spirit Ishlâh, yang pada zaman keemasan Islam menjadi 'andalan' untuk merajut
ukhuwah, kini semakin pudar. Hingga rajutan ukhuwah yang pernah terjalin, kini
lepas 'bak' benang-benang yang tengah terurai; bahkan ada pula yang sudah berwujud
benang kusut yang sangat sulit untuk diurai kembali. Oleh karenanya, kini saatnya
kita -- umat Islam -- merajut kembali benang-benang itu dengan spirit Ishlâh yang
baru, agar ukhuwah yang pernah terajut bisa terwujud kembali. Ingat pepatah Jawa:
“Rukun Agawe Santoso, Crah Agawe Bubrah”, atau dalam bahasa Indonesia sering
dikatakan: “Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh”.
Berkaitan dengan artipentingnya Ishlâh, Allah berfirman:
ْ إَ ْنِ ب ْ ْنِ إَ ْنِ ْنِ إَ ب ْ امُ ب ْ ْنِ إَ ب ْ إَ إَامُ إَإَ ب ْ ْنِ امُ إَ ب ْ إَ امُ إَ ْنِ ب
و إن طائفتان من الام فؤمنين اقتتلففاوا فأص فلحاوا بينهامففا ف فإن
َإَ ىَّف إَ ف إ
بيغت إحاداهاما علت ى الخىرى فاقاتلاوا التي تبيغي حتفت ى تففي ء
ْ إَ إَ ب ْ ْنِ ب ْ امُ إَإَ امُب ْ ب ْ إَ ْنِامُ ىَّ إَ ب
إلت ى أمىر الل فإن فاءت فأصلحاوا بينهامففا بالعفادل و أقسفطاوا
ُْنِ إَ ب ْ ْنِ ىَّ إَْنِ ب ْ إَ ب ْ إَإَ ب ْْنِ امُ إَ ب ْ إَ امُ ْنِ ب ْ إَ ب ْ ْنِ إَ إَ ب ْ ْنِ ام
ِْن
َْنِ ىَّ ىَّ امُ ْنِ ُّ ب ْامب ْ ْنِ إ
إن الل يحب ال امُاقسطين
َإ
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah
olehmu antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya itu berbuat aniaya, maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya tersebut, sehingga golongan itu kembali
kepada Allah. Jika golongan tersebut telah kembali, maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil, dan berlaku adilllah kamu sekalian, (karena) sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS al-Hujurât [49]: 9).
Tafsîr al-Mufradât:
ُإَإَ ب ْل ام
فأصْنِح
اوا
: Maka kamu sekalian (orang-orang yang beriman) memiliki kewajiban
dan tanggung jawab untuk mendamaikan antarmereka (orang-orang
yang beriman). Kalimat ini berasal dari kata kerja shaluha, yang berarti
“terhentinya kerusakan atau diraihnya manfaat”. Perintah dengan
menggunakan kata ashlih, berasal dari fi’il mâdhi “ashlaha”, yang
bermakna: “hentikan kerusakan atau tingkatkan kualitas kebaikan,
sehingga bisa memberi manfaat lebih banyak”. Dalam konteks
hubungan antarmanusia, nilai kebaikan itu tercermin dalam
keharmonisan hubungan antarmereka. Oleh karenanya, jika ada
keretakan hubungan antarmereka, mereka sendirilah yang berkewajiban
dan bertanggung jawab untuk memerbaikinya, agar hubungan yang
1
2. (pernah) harmonis -- yang kini retak - itu (menjadi) pulih kembali.
Inilah yang disebut dengan spirit/ruh/semangat ishlâh (perbaikan), agar
hubungan yang harmonis itu tetap tumbuh subur, dan terhindar dari
konflik yang bisa berakibat retaknya hubungan antar-mereka.
ِ0 َ0ِ ِلْ ْد
بلالعدِلْل
: Dengan adil; Dalam melakukan ishlâh, tidak boleh ada keberpihakan
kepada salah satu pihak, sehingga pihak yang lain mungkin ‘bisa’
terzalimi karenanya. Ishlâh yang dilakukan oleh siapa pun untuk siapa
pun – idealnya – harus mendatangkan kemashlahatan bagi kedua pihak
yang bermasalah (berseteru) dalam berbagai ragamnya.
أقسطاو
ُْدَ ِلْ 0ِ او
ا
: Berasal dari kata al-qisth, yang semakna dengan kata al-‘adl; sehingga
bermakna (perintah) “berbuat adillah kamu sekalian” – hai orangorang yang beriman – kepada siapa pun (orang-orang yang beriman)
yang tengah berseteru di antara mereka. Dalam menafsirkan kata alqisth, para ulama menyatakan bahwa al-Qisth adalah keadilan yang
diterapkan atas dua pihak atau lebih, keadilan yang yang menjadikan
mereka senang dan puas. Sedang al-‘adl adalah “menempatkan sesuatu
pada tempatnya, walaupun tidak menyenangkan dan (tidak)
memuaskan antarpihak yang berseteru. Dengan demikian, perintah
untuk berbuat adil dengan kalimat “aqsithû”, bermakna perintah untuk
menciptakan win-win solution (pemecahan masalah yang dapat
memberikan keuntungan semua pihak yang berseteru, tanpa merugikan
satu pihak pun), sehingga bangunan harmoni yang pernah tercipta
akan selalu tercipta setelah adanya ishlâh, tanpa ada satu pihak pun yang
merasa tercederai atau tersakiti.
Penjelasan (Tafsîr) Ayat
Dalam bahasa Arab, ishlâh berarti berdamai atau perdamaian.
Menurut ayat di atas, terjadinya perselisihan, keributan, maupun tawuran
antara dua kelompok harus didamaikan melalui tindakan ishlâh. Apabila
terdapat kelompok yang tidak mau diajak berdamai (ishlâh), maka kelompok
tersebut harus ditekan, agar mau melaksanakan ishlâh.
Islam sebagai agama yang membawa kedamaian, bebas dari ajaran
yang mengajarkan tentang (pemeliharaan) sikap dendam dan rasa sakit hati.
Bahkan menekankan agar kegiatan ishlâh ini senantiasa (harus)
dikumandangkan dan diterapkan dalam upaya untuk membangun harmoni
dalam kehidupan bermasyarakat dalam arti luas. Apa saja masalah yang
dihadapi serta kapan saja perselisihan itu muncul, maka ishlâh harus
menjadi pilihan untuk diadakan, sehingga keutuhan Ukhuwwah Islâmiyyah
dalam pengertian yang luas akan tetap terjaga, dan perseteruan dalam
berbagai ragamnya akan selalu sirna .
2
3. Sudah seharusnya Umat Islam menjadi trend-setter (pemrakarsa
yang pertama dan utama) dalam tindakan ishlâh ini, sebagaimana firman
Allah yang substansinya memberikan motivasi kepada semua orang yang
beriman, tanpa perkecualian:
َ َعَل
َُّحِ هَّ َعَل َ و ْ اوُ و ْ ُحِ اوُ َعَل َ ُحِ و ْ َعَل َ ف ٌ َعَل ََعَل َ و ُْحِ اوُ َعَل َ و ْ َعَل َ َعَل َ َعَل َ َعَل َ و ْ اوُ و ْ َعَل َ هَّ اوُ ه
إنم ا المؤمناون إخاوة فأصلحاوا بين أخاويكم واتقاوا الل
َ َعَل َ َعَل َهَّ اوُ و ْ اوُ و ْ َعَل َ اوُ َعَل
لعلكم ترحماون
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat.”' (QS al-Hujurât [49]: 10).
Betapa pentingnya ishlâh ini, sehingga Rasulullah s.a.w. mencela
seseorang muslim yang tidak saling bertutur-sapa dengan sesamanya lebih
dari tiga hari. Sebagaimana sabda beliau,
ٍ ََ ِ َ َ ْ ُ َ َ ُ ْ َ ْ ٍ ِْ ُ ِ ّ ِ َ
ل َ يحل لمسلم أ َن يهجر أَخاه فَوق ثل َث ليال
يلتقيان فيعرض هذا ويعرض هذا وخيرهما
َ ُ ُ َْ َ َ َ ُ ِ ْ َُ َ َ ُ ِ ْ َُ ِ َِ ََْ
ِ.الذى يبْدأ ُ بالسل َم
ّ ِ َ َ ِ ّ
“Tidak halal bagi seorang muslim untuk membiarkan saudaranya lebih dari tiga
hari, keduanya bertemu tetapi saling memalingkan muka. Dan yang terbaik dari
keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.” (HR al-Bukhari, Shahîh alBukhâriy, VIII/65, hadits nomor 6237 dan HR Muslim, Shahîh Muslim,
VII/9, hadits nomor 6697, dari Abu Ayyub al-Anshari)
Bahkan, dalam kehidupan berumah tangga pun Allah menekankan
arti penting ishlâh ini, sebagaimana firman-Nya:
َ وإ ِن امرأَة خافت من بعلها نشوزا أ َو إ ِعراضا فل
َ ً َ ْ ْ ً ُ ُ َ ِْ َ ِ ْ َ َ ٌ َ ْ ِ َ
ٌجناح عليهما أن يصلحا بينهما صلْحا والصلْح خير
َْ ُ ّ َ ً ُ َ ُ ََْ َ ِْ ُ َ َ ِ ََْ َ َُْ
ّوأ ُحضرت النفس الشح وإن تحسِنواْ وتتّقواْ فإن
َِ ُ ََ ُ ْ ُ َِ ّ ّ
ُ ُ َ ِ َ ِ ْ َ
الله كان بما تعملون خبيرا
ً َِ َ َُ ْ َ َ ِ َ َ َ ّ
“Dan jika wanita khawatir akan dimusuhi atau sikap acuh tak acuh suaminya,
maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya,
dan perdamaian itu lebih baik bagi mereka, walaupun manusia itu menurutkan
tabiat kikirnya.” (QS an-Nisâ' [4]: 128).
Ibnu Katsir – dalam kitab tafsirnya Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm, II/426,
menjelaskan, bahwa ayat di atas berkisah tentang seorang isteri yang
3
4. khawatir akan diceraikan suaminya, sebab suaminya tidak mencintai
dirinya lagi atau karena memiliki utang kepada dirinya. Jalan ishlâh yang
dilakukan sang isteri ialah mengurangi tuntutan haknya kepada suami.
Lantaran hal itu, suaminya membatalkan rencana untuk menceraikan Sang
Isteri. Akhirnya keharmonisan serta keutuhan keluarga mereka tetap terjaga,
Karena solusi dengan cara itu. Islam pun memerintahkan, agar perceraian
harus dihindari dengan jalan ishlâh, karena perceraian merupakan pekerjaan
yang – meskipun – halal, tetapi dibenci (dimurkai) oleh Allah SWT.
Sehingga, kalau pun perceraian itu harus terjadi, sebaiknya dipilih untuk
menjadi alternatif terakhir.
Inilah uraian tentang artipenting Ishlâh. Mudah-mudahan doktrin
Islam tentang ishlâh ini dapat dijadikan sebagai sebuah solusi yang terpilih
bagi kita, agar kita selalu berupaya untuk menyelesaikan setiap perselisihan
yang terjadi di antara kita; sehingga ketenangan, ketenteraman, serta
kekhusyu’an kita dalam beribadah akan menjadi ‘warna kita’ dalam
menjalani samudera kehidupan ini.
Âmîn Yâ Rabbal ‘Âlamîn.
4