SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
PELATIHAN SURVEILANS PENYAKIT YANG DAPAT
DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
BAGI PETUGAS SURVEILANS
DI KABUPATEN/KOTA
MPI 1: PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
di Indonesia saat ini..
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Polio
Diphteria
Pertusis
Japanese Ensefalitis
Diare Rotavirus
Tetanus
Tuberculosis
Pneumonia Measles Rubella
Hepatitis B
Cervical Cancer
PD3I pada program
SURVEILANS PD3I:
•Polio(AFP)
•Campak-Rubela
•Congenital Rubela
Syndrome
•Difteri
•Pertusis
•Tetanus Neonatorum
CAMPAK
Penyebab: virus campak
Penularan: melalui droplet (percikan ludah saat
batuk, bersin, bicara) atau melalui cairan hidung
Sangat menular pada 4 hari sebelum dan 4 hari
sesudah munculnya bintik-bintik (ruam) kemerahan
Gejala:
oGejala awal: Demam, batuk, pilek, radang mata
(konjungtivitis)
oBintik-bintik kemerahan (ruam maculopapular)
muncul 2-4 hari setelah gejala awal.
CAMPAK
•Untukm
endukungELIMINASI CAMP
AK, m
aka definisiyangdigunakanadalah
definisiyangsensitif:
• S
U
S
P
E
KC
A
M
P
A
K setiapkasuspada
• SEM
U
AUSIAdengangejala:
 D
E
M
A
MD
A
N
 R
U
A
Mm
akulopapular
CAMPAK
 Komplikasi : diare, pneumonia (radang
paru), ensefalitis (radang otak),
kebutaan.
Berat-ringannya tergantung usia (usia
muda), status gizi (malnutrisi) dan
gangguan kekebalan tubuh  KEMATIAN
Cara penularan :
Droplet yang keluar dari hidung, mulut atau tenggorokan
orang yang terinfeksi virus campak pada saat bicara, batuk,
bersin atau melalui sekresi hidung.
Masa penularan: empat (4) hari sebelum timbul rash
sampai dengan empat (4) hari setelah timbul rash.
Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal),
yaitu pada 1-3 hari pertama sakit.
Masa inkubasi:
7 – 18 hari, rata-rata 10 hari
Komplikasi:
 Sering terjadi pada anak usia < 5 tahun
 Komplikasi yang sering terjadi yaitu: diare, ulkus
mukosa mulut, malnutrisi, otitis media, kebutaan,
bronchopneumonia, pneumonia, encephalitis,
subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).
 Kasus campak pada penderita malnutrisi/defisiensi
vitamin A/immune defisiency (HIV)  komplikasi
campak yang lebih berat atau fatal.
UNTUK MENDUKUNG UPAYA ELIMINASI CAMPAK-RUBELA/CRS:
SETIAP DITEMUKAN KASUS SUSPEK CAMPAK YAITU SETIAP ORANG
DARI BERBAGAI USIA YANG MENGALAMI DEMAM DAN RUAM
MACULOPAPULAR HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN
SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM
• semua kelumpuhan yang terjadi secara akut dan sifatnya
flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada
• poliomielitis. Penyakit-penyakit ini—yang mempunyai sifat
kelumpuhan
• seperti poliomielitis—disebut kasus Acute Flaccid
Paralysis (AFP)
AFP/POLIO
pengamatan yang dilakukan
terhadap semua kasus lumpuh layuh akut
(AFP) pada
anak usia < 15 tahun yang merupakan
kelompok yang
rentan terhadap penyakit polio.
POLIOMYELITIS Penularan: melalui makanan
atau minuman (orofecal)
GEJALA AWAL seperti flu
(demam, lemas)
Pada 1% kasus dapat
menyebabkan KELUMPUHAN
PERMANEN (MENETAP)
Komplikasi berat : Kelumpuhan dan cacat seumur hidup
Pencegahan:
Polio dapat dicegah secara efektif dengan imunisasi menggunakan
oral poliovirus vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine (IPV).
WHO menganjurkan semua negara menggunakan OPV dalam
program imunisasi rutin dan minimal satu dosis IPV, (sedang
direncanakan untuk pemberian dosis ke-2 IPV bersamaan dengan
MR).
UNTUK MENDUKUNG UPAYA ERADIKASI POLIO:
SETIAP DITEMUKAN KASUS AFP YAITU SETIAP ANAK YANG BERUSIA KURANG DARI
15 TAHUN YANG MENGALAMI KELUMPUHAN MENDADAK DAN BERSIFAT LAYUH,
SERTA BUKAN DISEBABKAN OLEH RUDAPAKSA HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL
SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM
RUBELLA
 Penyebab: virus rubela  dapat
menembus plasenta dan menginfeksi
janin.
 Penularan: melalui droplet (percikan
ludah saat batuk, bersin, bicara) atau
melalui cairan hidung
 Sangat menular pada 7 hari sebelum dan
7 hari sesudah munculnya bintik-bintik
(ruam) kemerahan
RUBELLA
 Risiko tinggi jika menginfeksi ibu
hamil trimester 1 : abortus, lahir
mati atau cacat berat bawaan
(Congenital Rubella Syndrome/CRS
 gangguan jantung, kebutaan,
gangguan pendengaran)
Masa inkubasi : 14 – 21 hari
Ruam
Manifestasi Klinis
Gejala prodromal bervariasi sesuai umur,
Pada anak : ruam, coryza ringan, diare sebelum timbul ruam.
Ruam eritematous, makulopapula, dan diskretapertama muka
kemudian lengan, badan, dan tungkai.
Progresif, luas, dan lama timbulnya ruam bervariasi.
Limfadenopati: pembesaran kelenjar suboksipital, aurikular posterior, dan servikal.,
1-7 hari sebelum timbul ruam dan menetap selama satu minggu atau lebih
Panas badan bervariasi dan biasanya peninggian
temperatur minimal, timbul bersamaan dengan timbulnya ruam dan akan
kembali normal sesudah ruam hilang.
Arthralgia dan arthritis transien umum terjadi pada anak
perempuan yang sudah cukup besar.
CONGENITAL RUBELLA SYNDROME (CRS)
 Congenital Rubella Syndrome (CRS) adalah suatu
kumpulan gejala yang merupakan akibat infeksi virus
rubela selama kehamilan.
 Bila infeksi rubela terjadi pada masa awal kehamilan akan
menyebabkan abortus atau lahir mati
 Apabila bayi tetap hidup akan terjadi cacat berat (birth
defect).
 Risiko infeksi dan cacat congenital paling besar terjadi
selama trimester pertama kehamilan
DIFTERI
KASUS DIFTERI
 Penyebab : Bakteri difteri yang menghasilkan toksin
difteri
 Penularan: melalui droplet (percikan ludah) sewaktu
batuk, bersin, muntah, atau melalui alat makan
 Gejala:
o Demam atau tanpa demam
o Munculnya pseudomembran putih keabuan, sulit
lepas dan mudah berdarah jika dilepas/
dimanipulasi
o Sakit waktu menelan  94% kasus Difteri
mengenai tonsil dan faring
o Leher membengkak (bullneck)
o Sesak nafas disertai bunyi
DIFTERI
KASUS DIFTERI  Komplikasi: tersumbatnya saluran pernafasan,
peradangan dan kelumpuhan otot jantung 
KEMATIAN
 Penyebab : Bakteri Corynebacterium
Diphtheriae yang menghasilkan toksin difteri
 Cara Penularan: melalui udara (batuk / bersin)
PERTUSIS
• Penyebab : Bakteri pertusis
• Penularan: melalui droplet (percikan
ludah) sewaktu batuk, bersin, muntah
• Sangat menular; Kasus yang tidak
diobati dapat menularkan penyakit
sampai dengan tiga minggu setelah
batuk yang khas timbul
PERTUSIS
• Gejala:
o sepuluh hari setelah seseorang terinfeksi 
gejala ILI (influenzae like illness)
o batuk terus menerus (> 2 minggu), tanpa jeda
& diakhiri dg napas dalam, serta muntah
selama /setelah batuk (whooping cough)
o kadang hingga muka kebiruan dan pendarahan
di mata
• Komplikasi: Radang paru, henti napas 
KEMATIAN
PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI
Cara penularan :
percikan ludah (droplet infection) yang
keluar dari batuk atau bersin
sangat menular, terutama menyerang
anak-anak yang belum di imunisasi
penderita yang tidak diobati dapat
menularkan penyakit sampai dengan tiga
minggu setelah batuk yang khas timbul
pada penderita.
PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI (2)
• Gejala :
 sepuluh hari setelah seseorang terinfeksi  gejala ILI (influenzae like
illness)
 batuk terus menerus (> 2 minggu), tanpa jeda & diakhiri dg napas
dalam, serta muntah selama /setelah batuk (whooping cough)
 kadang hingga muka kebiruan dan pendarahan di mata
• Komplikasi berat : Radang paru, henti napas, kematian mendadak
• Pengobatan: Antibiotika
• Pencegahan:
 Imunisasi lengkap sesuai usia: DPT-HB-Hib
 Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
 Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
TETANUS NEONATORUM
 Penyebab : bakteri tetanus yang menghasilkan neurotoksin
(tetanospasmin)  neurotoksin menyebabkan rasa sakit yang berat dan
kejang pada otot  dapat menyebabkan kematian
 Gejala :
 Pada anak dan orang dewasa  gejala rahang terkunci (trismus
atau lock jaw) umum terjadi  diikuti oleh kaku pada otot leher,
otot perut atau otot punggung (opisthotonus), sulit menelan, kejang
otot, berkeringat dan panas badan.
 Pada bayi (tetanus neonatorum) terdapat juga gejala berhenti
menetek antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir  Gejala
berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.
TETANUS NEONATORUM
Komplikasi:
o Otot pernafasan terkena  kesulitan bernafas 
KEMATIAN
o Pneumonia
o Tulang belakang dan tulang lainnya terpengaruh posturnya
 akibat otot spasmus & kejang
o Kelainan saraf pada orang-orang yg bertahan hidup dari
tetanus neonatorum
Cara penularan :
tidak menyebar langsung dari orang ke orang
masuk ke luka yang tak bersih, kuku yang kotor,
luka dalam akibat gigitan binatang,
pemotongan tali pusat bayi yang tidak steril,
pisau, peralatan persalinan yang tidak steril
pada saat bayi lahir
Masa inkubasi :
sekitar 21 hari dan dapat juga sampai beberapa
bulan tergantung keadaan lukanya.

More Related Content

Similar to surveilans mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmKIKI.pptx

Buku Saku Imunisasi PCV.pdf
Buku Saku Imunisasi PCV.pdfBuku Saku Imunisasi PCV.pdf
Buku Saku Imunisasi PCV.pdf
imunsebabi
 
Demam Typhoid, disentri, difteri
Demam Typhoid, disentri, difteriDemam Typhoid, disentri, difteri
Demam Typhoid, disentri, difteri
AndiMardiyani
 

Similar to surveilans mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmKIKI.pptx (20)

KONSEP IMUNISASI.ppt
KONSEP IMUNISASI.pptKONSEP IMUNISASI.ppt
KONSEP IMUNISASI.ppt
 
Imunisasi_Dasar_dan_Imunisasi_Tambahan.pptx
Imunisasi_Dasar_dan_Imunisasi_Tambahan.pptxImunisasi_Dasar_dan_Imunisasi_Tambahan.pptx
Imunisasi_Dasar_dan_Imunisasi_Tambahan.pptx
 
Imunisasi biokimia
Imunisasi biokimiaImunisasi biokimia
Imunisasi biokimia
 
Askep Anak dengan ISPA
Askep Anak dengan ISPAAskep Anak dengan ISPA
Askep Anak dengan ISPA
 
Semoga Bermamfaat :) Penyakit
Semoga Bermamfaat :) PenyakitSemoga Bermamfaat :) Penyakit
Semoga Bermamfaat :) Penyakit
 
Imunisasi yunita
Imunisasi yunitaImunisasi yunita
Imunisasi yunita
 
Imunisasi pgra
Imunisasi pgraImunisasi pgra
Imunisasi pgra
 
POLIOMIELITIS_PP (1).ppt
POLIOMIELITIS_PP (1).pptPOLIOMIELITIS_PP (1).ppt
POLIOMIELITIS_PP (1).ppt
 
POLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.pptPOLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.ppt
 
POLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.pptPOLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.ppt
 
Present ispa
Present ispaPresent ispa
Present ispa
 
Infeksi Neonatus
Infeksi NeonatusInfeksi Neonatus
Infeksi Neonatus
 
polio_ppt.ppt
polio_ppt.pptpolio_ppt.ppt
polio_ppt.ppt
 
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
 
imunisasi measles rubella indonesia puskesmas
imunisasi measles rubella indonesia puskesmasimunisasi measles rubella indonesia puskesmas
imunisasi measles rubella indonesia puskesmas
 
Imunisasi PCV.pptx
Imunisasi PCV.pptxImunisasi PCV.pptx
Imunisasi PCV.pptx
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
Buku Saku Imunisasi PCV.pdf
Buku Saku Imunisasi PCV.pdfBuku Saku Imunisasi PCV.pdf
Buku Saku Imunisasi PCV.pdf
 
Pelatihan kader pin polio 2016
Pelatihan kader pin polio 2016Pelatihan kader pin polio 2016
Pelatihan kader pin polio 2016
 
Demam Typhoid, disentri, difteri
Demam Typhoid, disentri, difteriDemam Typhoid, disentri, difteri
Demam Typhoid, disentri, difteri
 

surveilans mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmKIKI.pptx

  • 1. PELATIHAN SURVEILANS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) BAGI PETUGAS SURVEILANS DI KABUPATEN/KOTA MPI 1: PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI
  • 2. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di Indonesia saat ini.. Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat Polio Diphteria Pertusis Japanese Ensefalitis Diare Rotavirus Tetanus Tuberculosis Pneumonia Measles Rubella Hepatitis B Cervical Cancer PD3I pada program SURVEILANS PD3I: •Polio(AFP) •Campak-Rubela •Congenital Rubela Syndrome •Difteri •Pertusis •Tetanus Neonatorum
  • 3. CAMPAK Penyebab: virus campak Penularan: melalui droplet (percikan ludah saat batuk, bersin, bicara) atau melalui cairan hidung Sangat menular pada 4 hari sebelum dan 4 hari sesudah munculnya bintik-bintik (ruam) kemerahan Gejala: oGejala awal: Demam, batuk, pilek, radang mata (konjungtivitis) oBintik-bintik kemerahan (ruam maculopapular) muncul 2-4 hari setelah gejala awal.
  • 4. CAMPAK •Untukm endukungELIMINASI CAMP AK, m aka definisiyangdigunakanadalah definisiyangsensitif: • S U S P E KC A M P A K setiapkasuspada • SEM U AUSIAdengangejala:  D E M A MD A N  R U A Mm akulopapular
  • 5. CAMPAK  Komplikasi : diare, pneumonia (radang paru), ensefalitis (radang otak), kebutaan. Berat-ringannya tergantung usia (usia muda), status gizi (malnutrisi) dan gangguan kekebalan tubuh  KEMATIAN
  • 6. Cara penularan : Droplet yang keluar dari hidung, mulut atau tenggorokan orang yang terinfeksi virus campak pada saat bicara, batuk, bersin atau melalui sekresi hidung. Masa penularan: empat (4) hari sebelum timbul rash sampai dengan empat (4) hari setelah timbul rash. Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit. Masa inkubasi: 7 – 18 hari, rata-rata 10 hari
  • 7. Komplikasi:  Sering terjadi pada anak usia < 5 tahun  Komplikasi yang sering terjadi yaitu: diare, ulkus mukosa mulut, malnutrisi, otitis media, kebutaan, bronchopneumonia, pneumonia, encephalitis, subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).  Kasus campak pada penderita malnutrisi/defisiensi vitamin A/immune defisiency (HIV)  komplikasi campak yang lebih berat atau fatal. UNTUK MENDUKUNG UPAYA ELIMINASI CAMPAK-RUBELA/CRS: SETIAP DITEMUKAN KASUS SUSPEK CAMPAK YAITU SETIAP ORANG DARI BERBAGAI USIA YANG MENGALAMI DEMAM DAN RUAM MACULOPAPULAR HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM
  • 8. • semua kelumpuhan yang terjadi secara akut dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada • poliomielitis. Penyakit-penyakit ini—yang mempunyai sifat kelumpuhan • seperti poliomielitis—disebut kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) AFP/POLIO
  • 9. pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus lumpuh layuh akut (AFP) pada anak usia < 15 tahun yang merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit polio.
  • 10. POLIOMYELITIS Penularan: melalui makanan atau minuman (orofecal) GEJALA AWAL seperti flu (demam, lemas) Pada 1% kasus dapat menyebabkan KELUMPUHAN PERMANEN (MENETAP)
  • 11. Komplikasi berat : Kelumpuhan dan cacat seumur hidup Pencegahan: Polio dapat dicegah secara efektif dengan imunisasi menggunakan oral poliovirus vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine (IPV). WHO menganjurkan semua negara menggunakan OPV dalam program imunisasi rutin dan minimal satu dosis IPV, (sedang direncanakan untuk pemberian dosis ke-2 IPV bersamaan dengan MR). UNTUK MENDUKUNG UPAYA ERADIKASI POLIO: SETIAP DITEMUKAN KASUS AFP YAITU SETIAP ANAK YANG BERUSIA KURANG DARI 15 TAHUN YANG MENGALAMI KELUMPUHAN MENDADAK DAN BERSIFAT LAYUH, SERTA BUKAN DISEBABKAN OLEH RUDAPAKSA HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM
  • 12. RUBELLA  Penyebab: virus rubela  dapat menembus plasenta dan menginfeksi janin.  Penularan: melalui droplet (percikan ludah saat batuk, bersin, bicara) atau melalui cairan hidung  Sangat menular pada 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah munculnya bintik-bintik (ruam) kemerahan
  • 13. RUBELLA  Risiko tinggi jika menginfeksi ibu hamil trimester 1 : abortus, lahir mati atau cacat berat bawaan (Congenital Rubella Syndrome/CRS  gangguan jantung, kebutaan, gangguan pendengaran) Masa inkubasi : 14 – 21 hari Ruam
  • 14. Manifestasi Klinis Gejala prodromal bervariasi sesuai umur, Pada anak : ruam, coryza ringan, diare sebelum timbul ruam. Ruam eritematous, makulopapula, dan diskretapertama muka kemudian lengan, badan, dan tungkai. Progresif, luas, dan lama timbulnya ruam bervariasi. Limfadenopati: pembesaran kelenjar suboksipital, aurikular posterior, dan servikal., 1-7 hari sebelum timbul ruam dan menetap selama satu minggu atau lebih Panas badan bervariasi dan biasanya peninggian temperatur minimal, timbul bersamaan dengan timbulnya ruam dan akan kembali normal sesudah ruam hilang. Arthralgia dan arthritis transien umum terjadi pada anak perempuan yang sudah cukup besar.
  • 15. CONGENITAL RUBELLA SYNDROME (CRS)  Congenital Rubella Syndrome (CRS) adalah suatu kumpulan gejala yang merupakan akibat infeksi virus rubela selama kehamilan.  Bila infeksi rubela terjadi pada masa awal kehamilan akan menyebabkan abortus atau lahir mati  Apabila bayi tetap hidup akan terjadi cacat berat (birth defect).  Risiko infeksi dan cacat congenital paling besar terjadi selama trimester pertama kehamilan
  • 16. DIFTERI KASUS DIFTERI  Penyebab : Bakteri difteri yang menghasilkan toksin difteri  Penularan: melalui droplet (percikan ludah) sewaktu batuk, bersin, muntah, atau melalui alat makan  Gejala: o Demam atau tanpa demam o Munculnya pseudomembran putih keabuan, sulit lepas dan mudah berdarah jika dilepas/ dimanipulasi o Sakit waktu menelan  94% kasus Difteri mengenai tonsil dan faring o Leher membengkak (bullneck) o Sesak nafas disertai bunyi
  • 17. DIFTERI KASUS DIFTERI  Komplikasi: tersumbatnya saluran pernafasan, peradangan dan kelumpuhan otot jantung  KEMATIAN  Penyebab : Bakteri Corynebacterium Diphtheriae yang menghasilkan toksin difteri  Cara Penularan: melalui udara (batuk / bersin)
  • 18. PERTUSIS • Penyebab : Bakteri pertusis • Penularan: melalui droplet (percikan ludah) sewaktu batuk, bersin, muntah • Sangat menular; Kasus yang tidak diobati dapat menularkan penyakit sampai dengan tiga minggu setelah batuk yang khas timbul
  • 19. PERTUSIS • Gejala: o sepuluh hari setelah seseorang terinfeksi  gejala ILI (influenzae like illness) o batuk terus menerus (> 2 minggu), tanpa jeda & diakhiri dg napas dalam, serta muntah selama /setelah batuk (whooping cough) o kadang hingga muka kebiruan dan pendarahan di mata • Komplikasi: Radang paru, henti napas  KEMATIAN
  • 20. PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI Cara penularan : percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari batuk atau bersin sangat menular, terutama menyerang anak-anak yang belum di imunisasi penderita yang tidak diobati dapat menularkan penyakit sampai dengan tiga minggu setelah batuk yang khas timbul pada penderita.
  • 21. PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI (2) • Gejala :  sepuluh hari setelah seseorang terinfeksi  gejala ILI (influenzae like illness)  batuk terus menerus (> 2 minggu), tanpa jeda & diakhiri dg napas dalam, serta muntah selama /setelah batuk (whooping cough)  kadang hingga muka kebiruan dan pendarahan di mata • Komplikasi berat : Radang paru, henti napas, kematian mendadak • Pengobatan: Antibiotika • Pencegahan:  Imunisasi lengkap sesuai usia: DPT-HB-Hib  Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)  Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
  • 22. TETANUS NEONATORUM  Penyebab : bakteri tetanus yang menghasilkan neurotoksin (tetanospasmin)  neurotoksin menyebabkan rasa sakit yang berat dan kejang pada otot  dapat menyebabkan kematian  Gejala :  Pada anak dan orang dewasa  gejala rahang terkunci (trismus atau lock jaw) umum terjadi  diikuti oleh kaku pada otot leher, otot perut atau otot punggung (opisthotonus), sulit menelan, kejang otot, berkeringat dan panas badan.  Pada bayi (tetanus neonatorum) terdapat juga gejala berhenti menetek antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir  Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.
  • 23. TETANUS NEONATORUM Komplikasi: o Otot pernafasan terkena  kesulitan bernafas  KEMATIAN o Pneumonia o Tulang belakang dan tulang lainnya terpengaruh posturnya  akibat otot spasmus & kejang o Kelainan saraf pada orang-orang yg bertahan hidup dari tetanus neonatorum
  • 24. Cara penularan : tidak menyebar langsung dari orang ke orang masuk ke luka yang tak bersih, kuku yang kotor, luka dalam akibat gigitan binatang, pemotongan tali pusat bayi yang tidak steril, pisau, peralatan persalinan yang tidak steril pada saat bayi lahir Masa inkubasi : sekitar 21 hari dan dapat juga sampai beberapa bulan tergantung keadaan lukanya.

Editor's Notes

  1. Terdapat banyak penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, baik imunisasi yang termasuk program imunisasi nasional maupun imunisasi pilihan. Pemantauan terhadap kejadian PD3I dilakukan sesuai dengan PMK no 45 tahun 2014, yang menyatakan bahwa penyelenggaraan surveilans kesehatan dilakukan oleh masing-masing pengelola program. Dalam hal belum ada pengelola program dari suatu PD3I tertentu maka penyelenggaraan surveilans PD3I tertentu tersebut dilaksanakan oleh unit kerja surveilans. Saat ini terdapat beberapa PD3I yang penyelengaraannya dilakukan oleh unit kerja surveilans, melalui program surveilans PD3I, yaitu penyakit Polio, Campak-Rubela/CRS, Difteri, Pertusis dan Tetanus Neonatorum.
  2. Untuk menentukan apakah suatu daerah telah bebas dari penyakit Polio dilakukan melalui pelaksanaan surveilans AFP, yaitu melalui penemuan kasus lumpuh layuh akut pada anak usia <15 tahun, untuk dibuktikan bahwa bukan diakibatkan oleh virus Polio
  3. Rubela pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sementara jika infeksi rubela pada wanita hamil, terutama pada kehamilan trimester pertama, dapat mengakibatkan abortus, lahir mati atau bayi lahir dengan CRS.
  4. Rubela pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sementara jika infeksi rubela pada wanita hamil, terutama pada kehamilan trimester pertama, dapat mengakibatkan abortus, lahir mati atau bayi lahir dengan CRS.
  5. Edit font