1. PELATIHAN SURVEILANS PENYAKIT YANG DAPAT
DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
BAGI PETUGAS SURVEILANS
DI KABUPATEN/KOTA
MPI 1: PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI
2. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
di Indonesia saat ini..
Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat
Polio
Diphteria
Pertusis
Japanese Ensefalitis
Diare Rotavirus
Tetanus
Tuberculosis
Pneumonia Measles Rubella
Hepatitis B
Cervical Cancer
PD3I pada program
SURVEILANS PD3I:
•Polio(AFP)
•Campak-Rubela
•Congenital Rubela
Syndrome
•Difteri
•Pertusis
•Tetanus Neonatorum
3. CAMPAK
Penyebab: virus campak
Penularan: melalui droplet (percikan ludah saat
batuk, bersin, bicara) atau melalui cairan hidung
Sangat menular pada 4 hari sebelum dan 4 hari
sesudah munculnya bintik-bintik (ruam) kemerahan
Gejala:
oGejala awal: Demam, batuk, pilek, radang mata
(konjungtivitis)
oBintik-bintik kemerahan (ruam maculopapular)
muncul 2-4 hari setelah gejala awal.
4. CAMPAK
•Untukm
endukungELIMINASI CAMP
AK, m
aka definisiyangdigunakanadalah
definisiyangsensitif:
• S
U
S
P
E
KC
A
M
P
A
K setiapkasuspada
• SEM
U
AUSIAdengangejala:
D
E
M
A
MD
A
N
R
U
A
Mm
akulopapular
5. CAMPAK
Komplikasi : diare, pneumonia (radang
paru), ensefalitis (radang otak),
kebutaan.
Berat-ringannya tergantung usia (usia
muda), status gizi (malnutrisi) dan
gangguan kekebalan tubuh KEMATIAN
6. Cara penularan :
Droplet yang keluar dari hidung, mulut atau tenggorokan
orang yang terinfeksi virus campak pada saat bicara, batuk,
bersin atau melalui sekresi hidung.
Masa penularan: empat (4) hari sebelum timbul rash
sampai dengan empat (4) hari setelah timbul rash.
Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal),
yaitu pada 1-3 hari pertama sakit.
Masa inkubasi:
7 – 18 hari, rata-rata 10 hari
7. Komplikasi:
Sering terjadi pada anak usia < 5 tahun
Komplikasi yang sering terjadi yaitu: diare, ulkus
mukosa mulut, malnutrisi, otitis media, kebutaan,
bronchopneumonia, pneumonia, encephalitis,
subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).
Kasus campak pada penderita malnutrisi/defisiensi
vitamin A/immune defisiency (HIV) komplikasi
campak yang lebih berat atau fatal.
UNTUK MENDUKUNG UPAYA ELIMINASI CAMPAK-RUBELA/CRS:
SETIAP DITEMUKAN KASUS SUSPEK CAMPAK YAITU SETIAP ORANG
DARI BERBAGAI USIA YANG MENGALAMI DEMAM DAN RUAM
MACULOPAPULAR HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL SPESIMEN
SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM
8. • semua kelumpuhan yang terjadi secara akut dan sifatnya
flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada
• poliomielitis. Penyakit-penyakit ini—yang mempunyai sifat
kelumpuhan
• seperti poliomielitis—disebut kasus Acute Flaccid
Paralysis (AFP)
AFP/POLIO
9. pengamatan yang dilakukan
terhadap semua kasus lumpuh layuh akut
(AFP) pada
anak usia < 15 tahun yang merupakan
kelompok yang
rentan terhadap penyakit polio.
10. POLIOMYELITIS Penularan: melalui makanan
atau minuman (orofecal)
GEJALA AWAL seperti flu
(demam, lemas)
Pada 1% kasus dapat
menyebabkan KELUMPUHAN
PERMANEN (MENETAP)
11. Komplikasi berat : Kelumpuhan dan cacat seumur hidup
Pencegahan:
Polio dapat dicegah secara efektif dengan imunisasi menggunakan
oral poliovirus vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine (IPV).
WHO menganjurkan semua negara menggunakan OPV dalam
program imunisasi rutin dan minimal satu dosis IPV, (sedang
direncanakan untuk pemberian dosis ke-2 IPV bersamaan dengan
MR).
UNTUK MENDUKUNG UPAYA ERADIKASI POLIO:
SETIAP DITEMUKAN KASUS AFP YAITU SETIAP ANAK YANG BERUSIA KURANG DARI
15 TAHUN YANG MENGALAMI KELUMPUHAN MENDADAK DAN BERSIFAT LAYUH,
SERTA BUKAN DISEBABKAN OLEH RUDAPAKSA HARUS DILAPORKAN DAN DIAMBIL
SPESIMEN SERUMNYA UNTUK DIPERIKSA LABORATORIUM
12. RUBELLA
Penyebab: virus rubela dapat
menembus plasenta dan menginfeksi
janin.
Penularan: melalui droplet (percikan
ludah saat batuk, bersin, bicara) atau
melalui cairan hidung
Sangat menular pada 7 hari sebelum dan
7 hari sesudah munculnya bintik-bintik
(ruam) kemerahan
13. RUBELLA
Risiko tinggi jika menginfeksi ibu
hamil trimester 1 : abortus, lahir
mati atau cacat berat bawaan
(Congenital Rubella Syndrome/CRS
gangguan jantung, kebutaan,
gangguan pendengaran)
Masa inkubasi : 14 – 21 hari
Ruam
14. Manifestasi Klinis
Gejala prodromal bervariasi sesuai umur,
Pada anak : ruam, coryza ringan, diare sebelum timbul ruam.
Ruam eritematous, makulopapula, dan diskretapertama muka
kemudian lengan, badan, dan tungkai.
Progresif, luas, dan lama timbulnya ruam bervariasi.
Limfadenopati: pembesaran kelenjar suboksipital, aurikular posterior, dan servikal.,
1-7 hari sebelum timbul ruam dan menetap selama satu minggu atau lebih
Panas badan bervariasi dan biasanya peninggian
temperatur minimal, timbul bersamaan dengan timbulnya ruam dan akan
kembali normal sesudah ruam hilang.
Arthralgia dan arthritis transien umum terjadi pada anak
perempuan yang sudah cukup besar.
15. CONGENITAL RUBELLA SYNDROME (CRS)
Congenital Rubella Syndrome (CRS) adalah suatu
kumpulan gejala yang merupakan akibat infeksi virus
rubela selama kehamilan.
Bila infeksi rubela terjadi pada masa awal kehamilan akan
menyebabkan abortus atau lahir mati
Apabila bayi tetap hidup akan terjadi cacat berat (birth
defect).
Risiko infeksi dan cacat congenital paling besar terjadi
selama trimester pertama kehamilan
16. DIFTERI
KASUS DIFTERI
Penyebab : Bakteri difteri yang menghasilkan toksin
difteri
Penularan: melalui droplet (percikan ludah) sewaktu
batuk, bersin, muntah, atau melalui alat makan
Gejala:
o Demam atau tanpa demam
o Munculnya pseudomembran putih keabuan, sulit
lepas dan mudah berdarah jika dilepas/
dimanipulasi
o Sakit waktu menelan 94% kasus Difteri
mengenai tonsil dan faring
o Leher membengkak (bullneck)
o Sesak nafas disertai bunyi
17. DIFTERI
KASUS DIFTERI Komplikasi: tersumbatnya saluran pernafasan,
peradangan dan kelumpuhan otot jantung
KEMATIAN
Penyebab : Bakteri Corynebacterium
Diphtheriae yang menghasilkan toksin difteri
Cara Penularan: melalui udara (batuk / bersin)
18. PERTUSIS
• Penyebab : Bakteri pertusis
• Penularan: melalui droplet (percikan
ludah) sewaktu batuk, bersin, muntah
• Sangat menular; Kasus yang tidak
diobati dapat menularkan penyakit
sampai dengan tiga minggu setelah
batuk yang khas timbul
19. PERTUSIS
• Gejala:
o sepuluh hari setelah seseorang terinfeksi
gejala ILI (influenzae like illness)
o batuk terus menerus (> 2 minggu), tanpa jeda
& diakhiri dg napas dalam, serta muntah
selama /setelah batuk (whooping cough)
o kadang hingga muka kebiruan dan pendarahan
di mata
• Komplikasi: Radang paru, henti napas
KEMATIAN
20. PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI
Cara penularan :
percikan ludah (droplet infection) yang
keluar dari batuk atau bersin
sangat menular, terutama menyerang
anak-anak yang belum di imunisasi
penderita yang tidak diobati dapat
menularkan penyakit sampai dengan tiga
minggu setelah batuk yang khas timbul
pada penderita.
21. PERTUSIS/BATUK REJAN/BATUK 100 HARI (2)
• Gejala :
sepuluh hari setelah seseorang terinfeksi gejala ILI (influenzae like
illness)
batuk terus menerus (> 2 minggu), tanpa jeda & diakhiri dg napas
dalam, serta muntah selama /setelah batuk (whooping cough)
kadang hingga muka kebiruan dan pendarahan di mata
• Komplikasi berat : Radang paru, henti napas, kematian mendadak
• Pengobatan: Antibiotika
• Pencegahan:
Imunisasi lengkap sesuai usia: DPT-HB-Hib
Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
22. TETANUS NEONATORUM
Penyebab : bakteri tetanus yang menghasilkan neurotoksin
(tetanospasmin) neurotoksin menyebabkan rasa sakit yang berat dan
kejang pada otot dapat menyebabkan kematian
Gejala :
Pada anak dan orang dewasa gejala rahang terkunci (trismus
atau lock jaw) umum terjadi diikuti oleh kaku pada otot leher,
otot perut atau otot punggung (opisthotonus), sulit menelan, kejang
otot, berkeringat dan panas badan.
Pada bayi (tetanus neonatorum) terdapat juga gejala berhenti
menetek antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir Gejala
berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.
23. TETANUS NEONATORUM
Komplikasi:
o Otot pernafasan terkena kesulitan bernafas
KEMATIAN
o Pneumonia
o Tulang belakang dan tulang lainnya terpengaruh posturnya
akibat otot spasmus & kejang
o Kelainan saraf pada orang-orang yg bertahan hidup dari
tetanus neonatorum
24. Cara penularan :
tidak menyebar langsung dari orang ke orang
masuk ke luka yang tak bersih, kuku yang kotor,
luka dalam akibat gigitan binatang,
pemotongan tali pusat bayi yang tidak steril,
pisau, peralatan persalinan yang tidak steril
pada saat bayi lahir
Masa inkubasi :
sekitar 21 hari dan dapat juga sampai beberapa
bulan tergantung keadaan lukanya.
Editor's Notes
Terdapat banyak penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, baik imunisasi yang termasuk program imunisasi nasional maupun imunisasi pilihan.
Pemantauan terhadap kejadian PD3I dilakukan sesuai dengan PMK no 45 tahun 2014, yang menyatakan bahwa penyelenggaraan surveilans kesehatan dilakukan oleh masing-masing pengelola program. Dalam hal belum ada pengelola program dari suatu PD3I tertentu maka penyelenggaraan surveilans PD3I tertentu tersebut dilaksanakan oleh unit kerja surveilans.
Saat ini terdapat beberapa PD3I yang penyelengaraannya dilakukan oleh unit kerja surveilans, melalui program surveilans PD3I, yaitu penyakit Polio, Campak-Rubela/CRS, Difteri, Pertusis dan Tetanus Neonatorum.
Untuk menentukan apakah suatu daerah telah bebas dari penyakit Polio dilakukan melalui pelaksanaan surveilans AFP, yaitu melalui penemuan kasus lumpuh layuh akut pada anak usia <15 tahun, untuk dibuktikan bahwa bukan diakibatkan oleh virus Polio
Rubela pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan.
Sementara jika infeksi rubela pada wanita hamil, terutama pada kehamilan trimester pertama, dapat mengakibatkan abortus, lahir mati atau bayi lahir dengan CRS.
Rubela pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan.
Sementara jika infeksi rubela pada wanita hamil, terutama pada kehamilan trimester pertama, dapat mengakibatkan abortus, lahir mati atau bayi lahir dengan CRS.