SlideShare a Scribd company logo
Kevin Ferdiawan Fatah
(44222010198)
MEDIA MASSA DAN MASALAH-
MASALAH SOSIAL
Sosiologi Komunikasi
Public Relations
Gadis Octory S.Ikom, M.Ikom
Tahun Ajaran 2023/2024
A. Pelecehan Seksual dan Pornomedia
Pada awalnya ketika masyarakat belum terbuka seperti sekarang ini, begitu pula media massa dan teknologi
komunikasi belum berkembang seperti saat ini, semua bentuk pencabulan atau tindakan-tindakan yang jorok dengan
menonjolkan objek seks disebut dengan kata porno. Kemudian ketika ide-ide porno itu sudah dapat dilukis atau diukir
pada lembaran-lembaran kertas atau kanvas dan terutama ketika penemuan mesin cetak di abad ke-14 sehingga
masyarakat telah dapat memproduksi hasil-hasil cetakan termasuk gambar-gambar porno, maka istilah pornografi
menjadi sangat sering digunakan untuk menandai gambar-gambar porno saat itu sampai saat ini.
Saat ini ketika masyarakat sudah terbuka, kemajuan teknologi komunikasi terus berkembang, maka konsep
pornografi juga telah bergeser dan berkembang. Karena itu secara garis besar, dalam wacana porno atau
penggambaran tindakan pencabulan (pornografi) kontemporer, ada beberapa varian pemahaman porno yang dapat
dikonseptualisasikan, seperti pornografi, pornoteks, pornoSuara, pornoaksi. Dalam kasus tertentu semua kategori
konseptual itu dapat menjadi sajian dalam satu media, sehingga melahirkan konsep baru yang dinamakan
pornomedia.
Masalah tubuh perempuan sebagai objek porno, sebenarnya telah lama menjadi polemik dihampir semua
masyarakat disebabkan karena adanya dua kutub dalam menilai tubuh manusia (terutama perempuan) sebagai objek
seks.
Pertama : kelompok yang memuja-muja tubuh sebagai objek seks serta merupakan sumber kebahagiaan,
kesenangan, keintiman, status sosial, dan seni. Kelompok ini memuliakan seks sebagai karunia Tuhan kepada
manusia. Seks juga dipandang sebagai sumber ketenangan batin, sumber inspirasi bahkan salah satu tujuan akhir
perjuangan manusia.
Kedua : Kelompok yang menuduh seks sebagai objek maupun subjek dari sumber malapetaka bagi kaum
perempuan itu sendiri. Kelompok ini diwakili pula oleh dua aliran pemikiran.
Pornografi
Pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak
menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. Sifatnya yang seronoh, jorok, vulgar, membuat
orang yang melihatnya terangsang secara seksual. Pornografi dapat diperoleh dalam bentuk
foto, poster, lieflet, gambar video, film, dan gambar VCD, termasuk pula dalam bentuk alat
visual lainnya yang
memuat gambar atau kegiatan pencabulan (porno).
Pornoteks
Adalah karya pencabulan (porno) yang ditulis sebagai naskah cerita atau berita dalam
berbagai versi hubungan seksual, dalam berbagai bentuk narasi, konstruksi cerita,
testimonial, atau pengalaman pribadi secara detail dan vulgar, termasuk pula cerita porno
dalam buku-buku komik, sehingga pembaca merasa seakan-akan ia menyaksikan sendiri,
mengalami atau melakukan sendiri peristiwa hubungan-hubungan seks itu. Penggambaran
yang detail secara narasi terhadap hubungan seks ini menyebabkan terciptanya theatre of the
mind pembaca tentang arena seksual yang sedang berlangsung, sehingga fantasi seksual
pembaca menjadi “menggebu-gebu” terhadap objek hubungan seks yang digambarkan itu.
Pornosuara
Pornosuara, yaitu suara, tuturan, kata-kata dan kalimat-kalimat yang
diucapkan seseorang, yang langsung atau tidak langsung, bahkan secara halus atau
vulgar melakukan rayuan seksual, suara atau tuturan tentang obyek seksual atau
aktivitas seksual. Pornosuara ini secara langsung atau hdak memberi
penggambaran tentang objek seksual maupun aktivitas seksual kepada lawan bicara
atau pendengar, sehingga berakibat kepada efek rangsangan seksual terhadap
orang yang mendengar atau penerima informasi seksual itu.
Pornoaksi
Adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh,
penonjolan bagian-bagian tubuh yang dominan memberi rangsangan seksual
sampai dengan aksi mempertontonkan payudara dan alat vital yang tidak disengaja
atau disengaja untuk memancing bangkitnya nafsu seksual bagi yang melihatnya.
Pornoaksi awalnya adalah aksi-aksi subjek-objek seksual yang
dipertontonkan secara langsung dari seseorang kepada orang lain, sehingga
menimbulkan rangsangan seksual bagi seseorang termasuk menimbulkan histeria
seksual di masyarakat.
Pornomedia
Dalam konteks media massa, pornografi, pornoteks, porno| suara, dan pornoaksi menjadi bagian-bagian
yang saling berhubungan sesuai dengan karakter media yang menyiarkan porno itu. Namun dalam banyak
kasus, pornografi (cetak-visual) memiliki kedekatan dengan pornoteks, karena gambar dan teks dapat disatukan
dalam media cetak. Sedangkan pornoaksi dapat persamaan pemunculannya dengan pornografi (elektronik)
karena ditayangkan di televisi. Kemudian pornosuara dapat bersamaan muncul dalam media audio-visual,
seperti televisi, ataupun media audio semacam radio dan media telekomunikasi lainnya seperti telepon. Bahkan
varian-varian porno ini menjadi satu dalam media jaringan, seperti internet yaitu yang sering dikenal dengan
cybersex, cyberporno, dan sebagainya. Agenda media tentang varian pencabulan (porno) dan penggunaan
media massa dan telekomunikasi ini untuk menyebarkan pencabulan tersebut inilah yang dimaksud dengan
pornomedia.
Pada kenyataannya institusi media massa adalah komunitas sosial yang kadang penuh dengan
persaingan dan permusuhan, Sebagaimana juga institusi sosial lainnya, media massa bukanlah unit-unit sosial
yang lepas dari nilai masyarakatnya secara umum. Namun ketika mereka harus memilih antara nilai dan
persaingan, kadang media massa terlepas pula dari kontrol-kontrol moral. Suatu saat, ketika media massa
harus menggeliat, maka perempuan menjadi salah satu objek eksploitasi yang sebenarnya memiliki risiko paling
ringan. Jadi, menurunkan pemberitaan pornomedia, pornoteks dan sebagainya itu bukan tindakan yang
dilakukan tanpa sengaja, namun melalui pertimbangan-pertimbangan redaksional yang matang. Sehingga
pemberitaan pornomedia tidak bisa lepas dari tanggung jawab media massa itu sendiri.
 Alasan pornomedia sebagai kekerasan (eksploitasi) terhadap manusia
terbesar di media massa adalah:
(a) Media dengan sengaja menggunakan objek perempuan untuk keuntungan bisnis
mereka, dengan demikian penggunaan pornomedia dilakukan secara terencana untuk
mengabaikan, menistakan dan mencampakkan harkat manusia, khususnya perempuan. |
(b) Objek pornomedia (umumnya tubuh perempuan) dijadikan sumber kapital yang dapat
mendatangkan uang, sementara perempuan sendiri menjadi subjek yang disalahkan.
(c) Media massa telah mengabaikan aspek-aspek moral dan perusakan terhadap nilai-nilai
pendidikan dan agama serta tidak bertanggung jawab terhadap efek-efek negatif yang
terjadi di masyarakat. |
(d) Selama ini berbagai pendapat yang menyudutkan perempuan sebagai subjek yang
bertanggung jawab atas pornomedia tidak pernah mendapat pembelaan dari media massa
dengan alasan pemberitaan dari media harus berimbang.
(e) Media massa secara politik menempatkan perempuan sebagai bagian kekuasaan
mereka secara umum.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis pun menunjukkan adanya tingkat penerimaan
perilaku seks di kalang pelajar dan: . mahasiswa, dan kenaikannya dalam lima tahun
menunjukkan “angka signifikan seperti pada tahun 1995 ada 18,5 % yang menerima
perilaku seks di luar perkawinan, pada tahun 2000 angka itu naik menjadi 22 % dan pada
tahun 2005 penelitian yang dilakukan oleh penulis dan mahasiswa penulis menunjukkan
angka sekitar 34% yang menerima seks diluar ikatan perkawinan.
Masalah sosial yang ada di kehidupan masyarakat selanjutnya ialah character assasination atau pembunuhan karakter. Sering
pula media massa melakukan pengadilan media massa, yaitu mengadili seseorang melalui pemberitaan media massa. Modus
pemberitaan macam ini adalah media memberitakan seseorang telah melakukan kejahatan tanpa melakukan konfirmasi dan bersifat
tendensius untuk memojokkan orang itu. Mengadili seseorang melalui media massa adalah bentuk kekerasan terhadap orang lain,
karena yang berhak menyatakan orang itu bersalah adalah pengadilan. Sasaran mengadili seseorang melalui media massa adalah
membunuh karakter seseorang agar supaya reputasi orang tersebut menjadi rusak di depan publik, terhambat kariernya serta akibat
yang lebih besar adalah orang tersebut dipecat dari jabatan atau tugas dan pekerjaannya.
Pembunuhan karakter (character assassination) adalah juga kejahatan seseorang atas orang lain, karena tidak seorang pun
berhak menghalangi seseorang untuk mengkarya mengekspresikan diri dan mengembangkan karakternya di masyarakat. Dampak
kejahatan semacam ini sangat luas, setiap upaya membunuh karakter seseorang apalagi melalui media massa pasti berdampak kepada
keluarga orang itu, berdampak bagi lingkungannya, dan apabila kejahatan ini dilakukan dalam skala internasional, maka akan merusak
citra bangsa itu pada skala internasional.
Sering kali pemberitaan semacam ini lepas dari kendali media massa karena media merasa telah melalukan prinsip-prinsip
jurnalisme, namun kadang pula karena kualitas wartawan dan reportasi yang tidak memadai dan memenuhi persyaratan jurnalisme,
maka akibatnya menjadi buruk bari semua pihak. Bagi media massa yang menggunakan paradigma war jurnalism pembunuhan karater
ini adalah model produksi jurnalisnya, tanpa memandang apa pun akibat dari pemberitaannya bagi semua pihak.
Namun bagi media massa yang menggunakan paradigma love jurnalism, pemilihan terhadap berita-berita yang dapat merusak
reputasi orang lain, karier orang lain, nama baik orang dan kelompoknya akan dilakukan dengan sangat hati-hati, dan apabila hal itu
harus dilakukan karena pembacanya menghendaki, maka akan diberitakan dengan santun, menyejukkan, dan berupaya tidak
merugikan semua pihak.
B. Pembunuhan Karakter (Character Assasination)
Media masa selain jelas jelas menyebarkan kekerasan, pornomedia maupun sering melakukan pembunuhan karakter
seseorang, juga acapkali menayangkan atau memberitakan informasi-informasi yang tak bermutu, sampah, dan tak bermanfaat bagi
masyarakat. Contoh saja umpamanya tayangan-tayangan “humor jahil”, seperti spontan dan sebagainya atau film-film sejenis Dono
Kasino, acara tengah malam “Fenomena”, “Life Style”, Sulap, tayangan iklan mistik iklan jodoh, dan semacamnya, semua-nya tak
bermutu untuk pemirsa, beberapa sinetron juga hanya mengejar iklan dari mencerdaskan dan memberi moral kepada pemirsa,
seperti umpamanya sinetron Terlanjur Cinta dan Sinetron Cinta Fitri3 dan 4, semuanya hanya mengejar iklan dengan mengabaikan
moral keluarga dengan menyajikan tayangan-tayangan yang tidak mendidik, tidak memberi rasa hormat kepada orang tua serta
penuh konflik keluarga yang dilebih-lebihkan.
Sebagaimana telah diketahui bahwa semua aktivitas manusia di masyarakatnya harus bermanfaat bagi manusia pada
umumnya, baik itu ilmu pengetahuan, seni, kreativitas dan budaya, semuanya harus mendukung bagi berkembangnya sifat-sifat
budaya manusia - yang bermoral dan beradab. Dengan demikian, maka berbagai kreativitas, seni, budaya dan ilmu pengetahuan
yang sengaja menjerumuskan manusia kepada sifat-sifat kehewanan, menjadi sesuatu yang buruk bagi masyarakatnya.
Demikian pula media massa apabila menonjolkan tayangan-tayangan yang mendorong tumbuhnya sifat-sifat kehewanan, maka pasti
informasi-informasi dan pemberitaan itu menjadi tak bermutu untuk meningkatkan kualitas nilai dan budaya manusia dan
masyarakatnya.
Persoalan axiologi informasi menjadi sangat penting ketimbang persoalan epistemoligi-nya, karena pertanyaan mengapa harus
tayangan itu yang disiarkan, mengapa tayangan semacam ini yang blow up media habis-habisan, padahal tayangan itu tak memberi
apa-apa bagi masyarakat kecuali masyarakat mengonsumsi sifat-sifat buruk dari informasi itu, menjadi pertanyaan yang sangat
mendasar dalam paragraf ini. Namun tentu orang media memiliki sejumlah jawaban yang oleh mereka benar dan subjektif bagi
masyarakat umum, namun kembali kepada penjelasan-penjelasan sebelum ini bahwa media massa telah teralienasi pada pilihannya
sendiri menjadi media kapitalis, sehingga mau ataupun tidak, media harus menjadi unit produksi kapitalis, yang hanya mencari
keuntungan dari melipatgandakan modal yang ada, tanpa harus melihat persoalan axiologi itu sendiri.
C. Tayangan dan Pemberitaan yang Tidak
Bermutu
D. Kekerasan dan Sadisme
Media massa benar-benar ingin menunjukkan kepada masyarakat konsumennya bahwa ia adalah benar-benar replikasi dari
masyarakatnya, karena itu media massa juga harus tampil dalam bentuk kekerasan dan sadistis, media massa harus punya wajah
seram yang membuat masyarakat merinding dan mengelus dada. Padahal secara empiris, replikasi media massa akan terulang oleh
konsumen medianya, yaitu masyarakat mereplikasi informasi media massa dalam proses konstruksi-rekonstruksi. Kekerasan dan
sadisme media massa dapat disaksikan mulai dari film kekerasan, film horor sampai dengan tayangan kriminalitas, seperti Derap
Hukum, Patroli, Tikam, dan sebagainya.
Kekerasan media massa bisa muncul secara fisik maupun verbal bagi media televisi, dari kekerasan dengan kata-kata kasar
sampai dengan siaran-siaran rekonstruksi kekerasan yang dapat ditonton di televisi (Muchtar: 2006 dalam Pudjiastuti: 2006). Bentuk
kekerasan dan sadisme media massa dengan modus yang sama di semua media massa baik cetak maupun elektronika, yaitu lebih
banyak menonjolkan kengerian dan keseraman di mana tujuan pemberitaan itu sendiri
Kejahatan di media massa terdiri dari beberapa macam, seperti (1) kekerasan terhadap diri sendiri, seperti bunuh diri, meracuni diri
sendiri, menyakiti diri sendiri. (2) Kekerasan kepada orang lain, seperti menganiaya orang lain, membentak orang lain, sampai
dengan membunuh orang. (3) Kekerasan kolektif, seperti perkelahian massal, komplotan melakukan kejahatan maupun sindikat
perampokan (Pudjiastuti: 2006). (4) Kekerasan dengan skala yang lebih besar, seperti peperangan dan terorisme yang dampaknya
memberi rasa ketakutan dan kengerian yang luar biasa kepada pemirsanya.
Tujuan menonjolkan kengerian dan keseraman, yaitu agar media massa dapat membangkitkan emosi pemirsa dan pembaca,
emosi ini menjadi daya tarik luar biasa untuk membaca atau menonton kembali acara yang sama setiap disiarkan. Emosi juga bisa
berupa empati dan simpati terhadap objek pemberitaan sehingga mendorong pemirsa dan pembaca mencurahkan perhatian lebih
terhadap acara tersebut.
Bagi media massa elektronik, membangun emosi melalui acara seperti ini merupakan upaya yang tidak sulit, karena dengan
gambar-gambar yang menyeramkan dan sedikit komentar yang cenderung memilukan, emosi masyarakat akan mencapai puncaknya
Seperti, ketika peristiwa Tsunami melanda Aceh, berkali-kali stasiun televisi menyairkan gambar-gambar yang sama, berkali-kali
televisi menyiarkan gambar-gambar close up mayat-mayat di selokan, di atas rumah dan sebagainya yang sudah membusuk,
sehingga dengan mudah menimbulkan kengerian yang luar biasa kepada pemirsa televisi. Semakin menyeramkan, maka semakin
ditonton oleh pemirsa, lalu dengan penuh antusias mereka bercerita kepada orang lain sehingga orang itu ingin menyaksikannya di
televisi pula, terus seperti itu.
E. Penyalahgunaan Handphone dan Runtuhnya Media
Cetak
Telepon genggam (HP) adalah media komunikasi modern yang bermanfaat kepada umat manusia. Namun akhir-akhir ini, HP
berkembang ke arah yang mencemaskan. Pertama, kuantitas HP berkembang dalam jumlah yang sangat besar seirama dengan
produsen-produsen HP memproduksi HP. murah yang masa penggunaannya terbatas sehingga diperkirakan akan menjadi limbah
yang mengkhawatirkan di dunia. Di Indonesia, HP sampah ini selain diprpduksi sendiri dari limbah masyarakat juga dimasukkan
melalui Singapura dan Malaysia yang masih dapat di jual kembali ke masyarakat Indonesia dengan masa pakai sekitar 1 tahun.
Kedua, HP berkembang ke arah disfungsi sosial, di mana penggunakan HP dapat merusak sendi-sendi hubungan sosial masyarakat.
Seperti umpamanya HP di pakai sebagai alat pemantik bom yang dapat meneror masyarakat. Dengan menggunakan SMS pun dapat
digunakan untuk meneror anggota masyarakat lain, termasuk pula melalui HP juga dapat melakukan penipuan, perampokan bank,
dan sebagainya.
HP dapat pula digunakan sebagai media komunikasi dan informasi, namun di masyarakat HP juga dapat digunakan sebagai
media “selingkuh”, membohongi orang lain, membohongi suami atau istri, mahasiswa dapat menggunakan HP untuk menyontek di
kelas atau menjoki ujian orang lain bahkan digunakan untuk berbagai macam bentuk penipuan.
. Seiring perkembangan teknologi, akhir-akhir ini sekitar 5 tahun terakhir, kita menyaksikan berbagai media cetak ramai-ramai
menerbitkan edisi online di dunia maya. Berbagai redaksi media cetak seperti telah diberi tahu bahwa ada ancaman besar
terhadap media-media konvensiona! media.
Pada 2 tahun terakhir ini ternyata, mimpi buruk itu benar-benar terjadi. Media cetak mulai berguguran. Di negara-negara
maju dengan tingkat kesadaran membacanya sangat tinggi, justru media keguguran media cetak sangat signifikan, sebaliknya di
negaranegara yang kegemaran membaca masyarakat rendah (katakanlah seperti Indonesia) justru media cetak masih dapat
bertahan. Suatu contoh, media cetak sebesar Chicago Tribune sekarang gulung tikar dan memutuskan hanya menerbitkan versi
online-nya, bahkan
seniornya yang sudah berumur 176 tahun, Seattle Post Intelegencier juga mengikuti langkah tribune.
Berbagai analis memperkirakan bahwa salah satu pemicu kehancuran media cetak adalah faktor televisi dan Internet.
Pendengar televisi di Amerika sebesar 70% dan sebanyak 40% warga Amerika berusia di bawah 30 tahun menggunakan referensi
Internet (media online) untuk mendapatkan berita nasional dan internasional.
TERIMAKASIH

More Related Content

Similar to Sosiologi Komunikasi_Kevin Ferdiawan Fatah_44222010198.pptx

Teori Semiotika Media
Teori Semiotika MediaTeori Semiotika Media
Teori Semiotika Media
mankoma2012
 
Hirarki Gender dalam Media
Hirarki Gender dalam MediaHirarki Gender dalam Media
Hirarki Gender dalam Media
Milliyya Milliyya
 
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaRealitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
iwayan suta
 
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat PropagandaDunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
LSP3I
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif GenderKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
Diana Amelia Bagti
 
Kelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media
Kelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media
Kelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media
digilib2023
 
Citra Perempuan dalam Film dan Internet.pptx
Citra Perempuan dalam Film dan Internet.pptxCitra Perempuan dalam Film dan Internet.pptx
Citra Perempuan dalam Film dan Internet.pptx
MaxwellKenway
 
Etika komunikasi massa
Etika komunikasi massaEtika komunikasi massa
Etika komunikasi massa
Hafiza .h
 
KONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARU
KONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARUKONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARU
KONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARU
bina76
 
Handout Science Class Kriminologi 2020
Handout Science Class Kriminologi 2020Handout Science Class Kriminologi 2020
Handout Science Class Kriminologi 2020
MohammadAnandaRezaKu
 
valen resum mas
valen resum masvalen resum mas
valen resum mas
Valenjel Nikitadelvi
 
pemerintah dan masyaerakat terhadap public shepere
pemerintah dan masyaerakat terhadap public sheperepemerintah dan masyaerakat terhadap public shepere
pemerintah dan masyaerakat terhadap public shepere
penugasanupn
 
Komunikasi sosial
Komunikasi sosialKomunikasi sosial
Komunikasi sosial
Bahrur Rosyidi Duraisy
 
Komunikasi sosial
Komunikasi sosialKomunikasi sosial
Komunikasi sosial
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Pornografi menghancurkan umat, mengundang bencana
Pornografi  menghancurkan umat, mengundang bencanaPornografi  menghancurkan umat, mengundang bencana
Pornografi menghancurkan umat, mengundang bencana
Jual Kerajinan Tangan
 
Teori kultivasi kultivasi, teori ilmu komunikasi
Teori kultivasi kultivasi, teori ilmu komunikasiTeori kultivasi kultivasi, teori ilmu komunikasi
Teori kultivasi kultivasi, teori ilmu komunikasi
AlifiaLatifatulHusna1
 
Telepon genggam yang mencemaskan
Telepon genggam yang mencemaskanTelepon genggam yang mencemaskan
Telepon genggam yang mencemaskan
Khairunisa Wulandari
 
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...
RegitaWyartiningtyaz
 
Substansiasi agama dan banalitas media revisi
Substansiasi agama dan banalitas media   revisiSubstansiasi agama dan banalitas media   revisi
Substansiasi agama dan banalitas media revisi
arief permadi arief
 
Gender
GenderGender

Similar to Sosiologi Komunikasi_Kevin Ferdiawan Fatah_44222010198.pptx (20)

Teori Semiotika Media
Teori Semiotika MediaTeori Semiotika Media
Teori Semiotika Media
 
Hirarki Gender dalam Media
Hirarki Gender dalam MediaHirarki Gender dalam Media
Hirarki Gender dalam Media
 
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaRealitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
 
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat PropagandaDunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif GenderKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
 
Kelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media
Kelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media
Kelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media
 
Citra Perempuan dalam Film dan Internet.pptx
Citra Perempuan dalam Film dan Internet.pptxCitra Perempuan dalam Film dan Internet.pptx
Citra Perempuan dalam Film dan Internet.pptx
 
Etika komunikasi massa
Etika komunikasi massaEtika komunikasi massa
Etika komunikasi massa
 
KONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARU
KONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARUKONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARU
KONFLIK PADA PENGGUNAAN MEDIA BARU
 
Handout Science Class Kriminologi 2020
Handout Science Class Kriminologi 2020Handout Science Class Kriminologi 2020
Handout Science Class Kriminologi 2020
 
valen resum mas
valen resum masvalen resum mas
valen resum mas
 
pemerintah dan masyaerakat terhadap public shepere
pemerintah dan masyaerakat terhadap public sheperepemerintah dan masyaerakat terhadap public shepere
pemerintah dan masyaerakat terhadap public shepere
 
Komunikasi sosial
Komunikasi sosialKomunikasi sosial
Komunikasi sosial
 
Komunikasi sosial
Komunikasi sosialKomunikasi sosial
Komunikasi sosial
 
Pornografi menghancurkan umat, mengundang bencana
Pornografi  menghancurkan umat, mengundang bencanaPornografi  menghancurkan umat, mengundang bencana
Pornografi menghancurkan umat, mengundang bencana
 
Teori kultivasi kultivasi, teori ilmu komunikasi
Teori kultivasi kultivasi, teori ilmu komunikasiTeori kultivasi kultivasi, teori ilmu komunikasi
Teori kultivasi kultivasi, teori ilmu komunikasi
 
Telepon genggam yang mencemaskan
Telepon genggam yang mencemaskanTelepon genggam yang mencemaskan
Telepon genggam yang mencemaskan
 
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...
 
Substansiasi agama dan banalitas media revisi
Substansiasi agama dan banalitas media   revisiSubstansiasi agama dan banalitas media   revisi
Substansiasi agama dan banalitas media revisi
 
Gender
GenderGender
Gender
 

Recently uploaded

Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
johan199969
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
SDNBotoputih
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
sriwulandari723
 
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
PutraDwitara
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Thahir9
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
anikdwihariyanti
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
OswaldusDiwaDoka
 
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
opkcibungbulang
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
SriKuntjoro1
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docxLAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
moh3315
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
Kanaidi ken
 
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdfTugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Thahir9
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 

Recently uploaded (20)

Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
 
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
 
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docxLAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
 
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdfTugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 

Sosiologi Komunikasi_Kevin Ferdiawan Fatah_44222010198.pptx

  • 1. Kevin Ferdiawan Fatah (44222010198) MEDIA MASSA DAN MASALAH- MASALAH SOSIAL Sosiologi Komunikasi Public Relations Gadis Octory S.Ikom, M.Ikom Tahun Ajaran 2023/2024
  • 2. A. Pelecehan Seksual dan Pornomedia Pada awalnya ketika masyarakat belum terbuka seperti sekarang ini, begitu pula media massa dan teknologi komunikasi belum berkembang seperti saat ini, semua bentuk pencabulan atau tindakan-tindakan yang jorok dengan menonjolkan objek seks disebut dengan kata porno. Kemudian ketika ide-ide porno itu sudah dapat dilukis atau diukir pada lembaran-lembaran kertas atau kanvas dan terutama ketika penemuan mesin cetak di abad ke-14 sehingga masyarakat telah dapat memproduksi hasil-hasil cetakan termasuk gambar-gambar porno, maka istilah pornografi menjadi sangat sering digunakan untuk menandai gambar-gambar porno saat itu sampai saat ini. Saat ini ketika masyarakat sudah terbuka, kemajuan teknologi komunikasi terus berkembang, maka konsep pornografi juga telah bergeser dan berkembang. Karena itu secara garis besar, dalam wacana porno atau penggambaran tindakan pencabulan (pornografi) kontemporer, ada beberapa varian pemahaman porno yang dapat dikonseptualisasikan, seperti pornografi, pornoteks, pornoSuara, pornoaksi. Dalam kasus tertentu semua kategori konseptual itu dapat menjadi sajian dalam satu media, sehingga melahirkan konsep baru yang dinamakan pornomedia. Masalah tubuh perempuan sebagai objek porno, sebenarnya telah lama menjadi polemik dihampir semua masyarakat disebabkan karena adanya dua kutub dalam menilai tubuh manusia (terutama perempuan) sebagai objek seks. Pertama : kelompok yang memuja-muja tubuh sebagai objek seks serta merupakan sumber kebahagiaan, kesenangan, keintiman, status sosial, dan seni. Kelompok ini memuliakan seks sebagai karunia Tuhan kepada manusia. Seks juga dipandang sebagai sumber ketenangan batin, sumber inspirasi bahkan salah satu tujuan akhir perjuangan manusia. Kedua : Kelompok yang menuduh seks sebagai objek maupun subjek dari sumber malapetaka bagi kaum perempuan itu sendiri. Kelompok ini diwakili pula oleh dua aliran pemikiran.
  • 3. Pornografi Pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. Sifatnya yang seronoh, jorok, vulgar, membuat orang yang melihatnya terangsang secara seksual. Pornografi dapat diperoleh dalam bentuk foto, poster, lieflet, gambar video, film, dan gambar VCD, termasuk pula dalam bentuk alat visual lainnya yang memuat gambar atau kegiatan pencabulan (porno). Pornoteks Adalah karya pencabulan (porno) yang ditulis sebagai naskah cerita atau berita dalam berbagai versi hubungan seksual, dalam berbagai bentuk narasi, konstruksi cerita, testimonial, atau pengalaman pribadi secara detail dan vulgar, termasuk pula cerita porno dalam buku-buku komik, sehingga pembaca merasa seakan-akan ia menyaksikan sendiri, mengalami atau melakukan sendiri peristiwa hubungan-hubungan seks itu. Penggambaran yang detail secara narasi terhadap hubungan seks ini menyebabkan terciptanya theatre of the mind pembaca tentang arena seksual yang sedang berlangsung, sehingga fantasi seksual pembaca menjadi “menggebu-gebu” terhadap objek hubungan seks yang digambarkan itu.
  • 4. Pornosuara Pornosuara, yaitu suara, tuturan, kata-kata dan kalimat-kalimat yang diucapkan seseorang, yang langsung atau tidak langsung, bahkan secara halus atau vulgar melakukan rayuan seksual, suara atau tuturan tentang obyek seksual atau aktivitas seksual. Pornosuara ini secara langsung atau hdak memberi penggambaran tentang objek seksual maupun aktivitas seksual kepada lawan bicara atau pendengar, sehingga berakibat kepada efek rangsangan seksual terhadap orang yang mendengar atau penerima informasi seksual itu. Pornoaksi Adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang dominan memberi rangsangan seksual sampai dengan aksi mempertontonkan payudara dan alat vital yang tidak disengaja atau disengaja untuk memancing bangkitnya nafsu seksual bagi yang melihatnya. Pornoaksi awalnya adalah aksi-aksi subjek-objek seksual yang dipertontonkan secara langsung dari seseorang kepada orang lain, sehingga menimbulkan rangsangan seksual bagi seseorang termasuk menimbulkan histeria seksual di masyarakat.
  • 5. Pornomedia Dalam konteks media massa, pornografi, pornoteks, porno| suara, dan pornoaksi menjadi bagian-bagian yang saling berhubungan sesuai dengan karakter media yang menyiarkan porno itu. Namun dalam banyak kasus, pornografi (cetak-visual) memiliki kedekatan dengan pornoteks, karena gambar dan teks dapat disatukan dalam media cetak. Sedangkan pornoaksi dapat persamaan pemunculannya dengan pornografi (elektronik) karena ditayangkan di televisi. Kemudian pornosuara dapat bersamaan muncul dalam media audio-visual, seperti televisi, ataupun media audio semacam radio dan media telekomunikasi lainnya seperti telepon. Bahkan varian-varian porno ini menjadi satu dalam media jaringan, seperti internet yaitu yang sering dikenal dengan cybersex, cyberporno, dan sebagainya. Agenda media tentang varian pencabulan (porno) dan penggunaan media massa dan telekomunikasi ini untuk menyebarkan pencabulan tersebut inilah yang dimaksud dengan pornomedia. Pada kenyataannya institusi media massa adalah komunitas sosial yang kadang penuh dengan persaingan dan permusuhan, Sebagaimana juga institusi sosial lainnya, media massa bukanlah unit-unit sosial yang lepas dari nilai masyarakatnya secara umum. Namun ketika mereka harus memilih antara nilai dan persaingan, kadang media massa terlepas pula dari kontrol-kontrol moral. Suatu saat, ketika media massa harus menggeliat, maka perempuan menjadi salah satu objek eksploitasi yang sebenarnya memiliki risiko paling ringan. Jadi, menurunkan pemberitaan pornomedia, pornoteks dan sebagainya itu bukan tindakan yang dilakukan tanpa sengaja, namun melalui pertimbangan-pertimbangan redaksional yang matang. Sehingga pemberitaan pornomedia tidak bisa lepas dari tanggung jawab media massa itu sendiri.
  • 6.  Alasan pornomedia sebagai kekerasan (eksploitasi) terhadap manusia terbesar di media massa adalah: (a) Media dengan sengaja menggunakan objek perempuan untuk keuntungan bisnis mereka, dengan demikian penggunaan pornomedia dilakukan secara terencana untuk mengabaikan, menistakan dan mencampakkan harkat manusia, khususnya perempuan. | (b) Objek pornomedia (umumnya tubuh perempuan) dijadikan sumber kapital yang dapat mendatangkan uang, sementara perempuan sendiri menjadi subjek yang disalahkan. (c) Media massa telah mengabaikan aspek-aspek moral dan perusakan terhadap nilai-nilai pendidikan dan agama serta tidak bertanggung jawab terhadap efek-efek negatif yang terjadi di masyarakat. | (d) Selama ini berbagai pendapat yang menyudutkan perempuan sebagai subjek yang bertanggung jawab atas pornomedia tidak pernah mendapat pembelaan dari media massa dengan alasan pemberitaan dari media harus berimbang. (e) Media massa secara politik menempatkan perempuan sebagai bagian kekuasaan mereka secara umum. Penelitian yang dilakukan oleh penulis pun menunjukkan adanya tingkat penerimaan perilaku seks di kalang pelajar dan: . mahasiswa, dan kenaikannya dalam lima tahun menunjukkan “angka signifikan seperti pada tahun 1995 ada 18,5 % yang menerima perilaku seks di luar perkawinan, pada tahun 2000 angka itu naik menjadi 22 % dan pada tahun 2005 penelitian yang dilakukan oleh penulis dan mahasiswa penulis menunjukkan angka sekitar 34% yang menerima seks diluar ikatan perkawinan.
  • 7. Masalah sosial yang ada di kehidupan masyarakat selanjutnya ialah character assasination atau pembunuhan karakter. Sering pula media massa melakukan pengadilan media massa, yaitu mengadili seseorang melalui pemberitaan media massa. Modus pemberitaan macam ini adalah media memberitakan seseorang telah melakukan kejahatan tanpa melakukan konfirmasi dan bersifat tendensius untuk memojokkan orang itu. Mengadili seseorang melalui media massa adalah bentuk kekerasan terhadap orang lain, karena yang berhak menyatakan orang itu bersalah adalah pengadilan. Sasaran mengadili seseorang melalui media massa adalah membunuh karakter seseorang agar supaya reputasi orang tersebut menjadi rusak di depan publik, terhambat kariernya serta akibat yang lebih besar adalah orang tersebut dipecat dari jabatan atau tugas dan pekerjaannya. Pembunuhan karakter (character assassination) adalah juga kejahatan seseorang atas orang lain, karena tidak seorang pun berhak menghalangi seseorang untuk mengkarya mengekspresikan diri dan mengembangkan karakternya di masyarakat. Dampak kejahatan semacam ini sangat luas, setiap upaya membunuh karakter seseorang apalagi melalui media massa pasti berdampak kepada keluarga orang itu, berdampak bagi lingkungannya, dan apabila kejahatan ini dilakukan dalam skala internasional, maka akan merusak citra bangsa itu pada skala internasional. Sering kali pemberitaan semacam ini lepas dari kendali media massa karena media merasa telah melalukan prinsip-prinsip jurnalisme, namun kadang pula karena kualitas wartawan dan reportasi yang tidak memadai dan memenuhi persyaratan jurnalisme, maka akibatnya menjadi buruk bari semua pihak. Bagi media massa yang menggunakan paradigma war jurnalism pembunuhan karater ini adalah model produksi jurnalisnya, tanpa memandang apa pun akibat dari pemberitaannya bagi semua pihak. Namun bagi media massa yang menggunakan paradigma love jurnalism, pemilihan terhadap berita-berita yang dapat merusak reputasi orang lain, karier orang lain, nama baik orang dan kelompoknya akan dilakukan dengan sangat hati-hati, dan apabila hal itu harus dilakukan karena pembacanya menghendaki, maka akan diberitakan dengan santun, menyejukkan, dan berupaya tidak merugikan semua pihak. B. Pembunuhan Karakter (Character Assasination)
  • 8. Media masa selain jelas jelas menyebarkan kekerasan, pornomedia maupun sering melakukan pembunuhan karakter seseorang, juga acapkali menayangkan atau memberitakan informasi-informasi yang tak bermutu, sampah, dan tak bermanfaat bagi masyarakat. Contoh saja umpamanya tayangan-tayangan “humor jahil”, seperti spontan dan sebagainya atau film-film sejenis Dono Kasino, acara tengah malam “Fenomena”, “Life Style”, Sulap, tayangan iklan mistik iklan jodoh, dan semacamnya, semua-nya tak bermutu untuk pemirsa, beberapa sinetron juga hanya mengejar iklan dari mencerdaskan dan memberi moral kepada pemirsa, seperti umpamanya sinetron Terlanjur Cinta dan Sinetron Cinta Fitri3 dan 4, semuanya hanya mengejar iklan dengan mengabaikan moral keluarga dengan menyajikan tayangan-tayangan yang tidak mendidik, tidak memberi rasa hormat kepada orang tua serta penuh konflik keluarga yang dilebih-lebihkan. Sebagaimana telah diketahui bahwa semua aktivitas manusia di masyarakatnya harus bermanfaat bagi manusia pada umumnya, baik itu ilmu pengetahuan, seni, kreativitas dan budaya, semuanya harus mendukung bagi berkembangnya sifat-sifat budaya manusia - yang bermoral dan beradab. Dengan demikian, maka berbagai kreativitas, seni, budaya dan ilmu pengetahuan yang sengaja menjerumuskan manusia kepada sifat-sifat kehewanan, menjadi sesuatu yang buruk bagi masyarakatnya. Demikian pula media massa apabila menonjolkan tayangan-tayangan yang mendorong tumbuhnya sifat-sifat kehewanan, maka pasti informasi-informasi dan pemberitaan itu menjadi tak bermutu untuk meningkatkan kualitas nilai dan budaya manusia dan masyarakatnya. Persoalan axiologi informasi menjadi sangat penting ketimbang persoalan epistemoligi-nya, karena pertanyaan mengapa harus tayangan itu yang disiarkan, mengapa tayangan semacam ini yang blow up media habis-habisan, padahal tayangan itu tak memberi apa-apa bagi masyarakat kecuali masyarakat mengonsumsi sifat-sifat buruk dari informasi itu, menjadi pertanyaan yang sangat mendasar dalam paragraf ini. Namun tentu orang media memiliki sejumlah jawaban yang oleh mereka benar dan subjektif bagi masyarakat umum, namun kembali kepada penjelasan-penjelasan sebelum ini bahwa media massa telah teralienasi pada pilihannya sendiri menjadi media kapitalis, sehingga mau ataupun tidak, media harus menjadi unit produksi kapitalis, yang hanya mencari keuntungan dari melipatgandakan modal yang ada, tanpa harus melihat persoalan axiologi itu sendiri. C. Tayangan dan Pemberitaan yang Tidak Bermutu
  • 9. D. Kekerasan dan Sadisme Media massa benar-benar ingin menunjukkan kepada masyarakat konsumennya bahwa ia adalah benar-benar replikasi dari masyarakatnya, karena itu media massa juga harus tampil dalam bentuk kekerasan dan sadistis, media massa harus punya wajah seram yang membuat masyarakat merinding dan mengelus dada. Padahal secara empiris, replikasi media massa akan terulang oleh konsumen medianya, yaitu masyarakat mereplikasi informasi media massa dalam proses konstruksi-rekonstruksi. Kekerasan dan sadisme media massa dapat disaksikan mulai dari film kekerasan, film horor sampai dengan tayangan kriminalitas, seperti Derap Hukum, Patroli, Tikam, dan sebagainya. Kekerasan media massa bisa muncul secara fisik maupun verbal bagi media televisi, dari kekerasan dengan kata-kata kasar sampai dengan siaran-siaran rekonstruksi kekerasan yang dapat ditonton di televisi (Muchtar: 2006 dalam Pudjiastuti: 2006). Bentuk kekerasan dan sadisme media massa dengan modus yang sama di semua media massa baik cetak maupun elektronika, yaitu lebih banyak menonjolkan kengerian dan keseraman di mana tujuan pemberitaan itu sendiri Kejahatan di media massa terdiri dari beberapa macam, seperti (1) kekerasan terhadap diri sendiri, seperti bunuh diri, meracuni diri sendiri, menyakiti diri sendiri. (2) Kekerasan kepada orang lain, seperti menganiaya orang lain, membentak orang lain, sampai dengan membunuh orang. (3) Kekerasan kolektif, seperti perkelahian massal, komplotan melakukan kejahatan maupun sindikat perampokan (Pudjiastuti: 2006). (4) Kekerasan dengan skala yang lebih besar, seperti peperangan dan terorisme yang dampaknya memberi rasa ketakutan dan kengerian yang luar biasa kepada pemirsanya. Tujuan menonjolkan kengerian dan keseraman, yaitu agar media massa dapat membangkitkan emosi pemirsa dan pembaca, emosi ini menjadi daya tarik luar biasa untuk membaca atau menonton kembali acara yang sama setiap disiarkan. Emosi juga bisa berupa empati dan simpati terhadap objek pemberitaan sehingga mendorong pemirsa dan pembaca mencurahkan perhatian lebih terhadap acara tersebut. Bagi media massa elektronik, membangun emosi melalui acara seperti ini merupakan upaya yang tidak sulit, karena dengan gambar-gambar yang menyeramkan dan sedikit komentar yang cenderung memilukan, emosi masyarakat akan mencapai puncaknya Seperti, ketika peristiwa Tsunami melanda Aceh, berkali-kali stasiun televisi menyairkan gambar-gambar yang sama, berkali-kali televisi menyiarkan gambar-gambar close up mayat-mayat di selokan, di atas rumah dan sebagainya yang sudah membusuk, sehingga dengan mudah menimbulkan kengerian yang luar biasa kepada pemirsa televisi. Semakin menyeramkan, maka semakin ditonton oleh pemirsa, lalu dengan penuh antusias mereka bercerita kepada orang lain sehingga orang itu ingin menyaksikannya di televisi pula, terus seperti itu.
  • 10. E. Penyalahgunaan Handphone dan Runtuhnya Media Cetak Telepon genggam (HP) adalah media komunikasi modern yang bermanfaat kepada umat manusia. Namun akhir-akhir ini, HP berkembang ke arah yang mencemaskan. Pertama, kuantitas HP berkembang dalam jumlah yang sangat besar seirama dengan produsen-produsen HP memproduksi HP. murah yang masa penggunaannya terbatas sehingga diperkirakan akan menjadi limbah yang mengkhawatirkan di dunia. Di Indonesia, HP sampah ini selain diprpduksi sendiri dari limbah masyarakat juga dimasukkan melalui Singapura dan Malaysia yang masih dapat di jual kembali ke masyarakat Indonesia dengan masa pakai sekitar 1 tahun. Kedua, HP berkembang ke arah disfungsi sosial, di mana penggunakan HP dapat merusak sendi-sendi hubungan sosial masyarakat. Seperti umpamanya HP di pakai sebagai alat pemantik bom yang dapat meneror masyarakat. Dengan menggunakan SMS pun dapat digunakan untuk meneror anggota masyarakat lain, termasuk pula melalui HP juga dapat melakukan penipuan, perampokan bank, dan sebagainya. HP dapat pula digunakan sebagai media komunikasi dan informasi, namun di masyarakat HP juga dapat digunakan sebagai media “selingkuh”, membohongi orang lain, membohongi suami atau istri, mahasiswa dapat menggunakan HP untuk menyontek di kelas atau menjoki ujian orang lain bahkan digunakan untuk berbagai macam bentuk penipuan. . Seiring perkembangan teknologi, akhir-akhir ini sekitar 5 tahun terakhir, kita menyaksikan berbagai media cetak ramai-ramai menerbitkan edisi online di dunia maya. Berbagai redaksi media cetak seperti telah diberi tahu bahwa ada ancaman besar terhadap media-media konvensiona! media. Pada 2 tahun terakhir ini ternyata, mimpi buruk itu benar-benar terjadi. Media cetak mulai berguguran. Di negara-negara maju dengan tingkat kesadaran membacanya sangat tinggi, justru media keguguran media cetak sangat signifikan, sebaliknya di negaranegara yang kegemaran membaca masyarakat rendah (katakanlah seperti Indonesia) justru media cetak masih dapat bertahan. Suatu contoh, media cetak sebesar Chicago Tribune sekarang gulung tikar dan memutuskan hanya menerbitkan versi online-nya, bahkan seniornya yang sudah berumur 176 tahun, Seattle Post Intelegencier juga mengikuti langkah tribune. Berbagai analis memperkirakan bahwa salah satu pemicu kehancuran media cetak adalah faktor televisi dan Internet. Pendengar televisi di Amerika sebesar 70% dan sebanyak 40% warga Amerika berusia di bawah 30 tahun menggunakan referensi Internet (media online) untuk mendapatkan berita nasional dan internasional.