Berikut beberapa bukti nyata yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan profesionalitas pendidik melalui lembaga pendidikan:
1. Meningkatkan kompetensi dan kualifikasi pendidik melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh LPTK.
2. Meningkatkan kesejahteraan pendidik dengan menyesuaikan gaji dan tunjangan sesuai kualifikasi dan kompetensi.
3. Mendorong terciptanya lingkun
Fungsionalisme: Mempelajari fungsi tingkah laku dan proses mental.
Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme ini dikenal dengan nama Metode Observasi Tingkah Laku yang terdiri dari dua bagian yaitu Metode Fisiologi dan Metode Variasi Kondisi.
Metode Fisiologi: Menguraikan tingkah laku dari sudut anatomi dan ilmu faal.
Metode Variasi Kondisi: Tidak semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan anatomi dan fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku. Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Mengetahui suatu konseptualisasi suatu penelitian akan menjadikan anda memahami apa yang akan anda lakukan.
yang terbaik adalah konseptual tersebut di jabarkan dalam bentuk real, menggunakan peta konsep yang benar.
akhirnya penelitian yang anda lakukan menjadikan anda asyik dalam menyelesaikan masalah
"(Dan) Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada Al Khair (Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran 104)
Ayat yang mulia ini merupakan seruan yang sangat jelas kepada umat Islam untuk membentuk suatu jama'ah, kelompok da'wah atau sebuah partai politik Islam, sekaligus membatasi aktivitasnya ke dalam dua kegiatan: pertama, berda'wah kepada Islam (terhadap pengikut agama lain); dan kedua, melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar di tengah-tengah kaum Muslimin.
Fungsionalisme: Mempelajari fungsi tingkah laku dan proses mental.
Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme ini dikenal dengan nama Metode Observasi Tingkah Laku yang terdiri dari dua bagian yaitu Metode Fisiologi dan Metode Variasi Kondisi.
Metode Fisiologi: Menguraikan tingkah laku dari sudut anatomi dan ilmu faal.
Metode Variasi Kondisi: Tidak semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan anatomi dan fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku. Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Mengetahui suatu konseptualisasi suatu penelitian akan menjadikan anda memahami apa yang akan anda lakukan.
yang terbaik adalah konseptual tersebut di jabarkan dalam bentuk real, menggunakan peta konsep yang benar.
akhirnya penelitian yang anda lakukan menjadikan anda asyik dalam menyelesaikan masalah
"(Dan) Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada Al Khair (Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran 104)
Ayat yang mulia ini merupakan seruan yang sangat jelas kepada umat Islam untuk membentuk suatu jama'ah, kelompok da'wah atau sebuah partai politik Islam, sekaligus membatasi aktivitasnya ke dalam dua kegiatan: pertama, berda'wah kepada Islam (terhadap pengikut agama lain); dan kedua, melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar di tengah-tengah kaum Muslimin.
2. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau. Karena
jumlah pulau yang banyak menyebabkan pendidikan pada pelosok negeripun menjadi
terabaikan. Para pemerintah pusat dan daerah kebanyakan hanya memperhatikan sekolah
pada daerah yang dapat dijangkau, atau dapat dikatakan pada daerah perkotaan. Banyak
sekolah pada daerah terpencil yang sarana dan prasarana sebagai pendukung kegiatan
belajar mengajar tidak layak untuk digunakan. Misalnya atap sekolah yang sudah hampir
roboh, dinding sekolah yang sudah retak, meja dan bangku yang di gunakan peserta didik
hampir patah, serta kurangnya tenaga pengajar. Kurangnya perhatian pemerintah
terhadap masalah tersebut mencerminkan bahwa kurangnya pemerataan pendidikan yang
ada di Indonesia.
3. Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN 1999-2004
mengenai kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama menyebutkan
“Mengupayakan perluasan dan pemeraatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi
bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi
dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti”. Dan pada salah satu tujuan
pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah untuk pemerataan kesempatan mengikuti
pendidikan bagi setiap warga negara. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945
pasal 31:
1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan,
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
4. Pada kenyataannya, banyak sekolah di pelosok negeri atau daerah tedepan, terluar,
dan tertinggal (3T) yang kekurangan tenaga pengajar. Padahal lulusan guru pada LPTK
seharusnya memenuhi jumlah guru yang dibutuhkan di Indonesia. Hasil pemetaan SDM
Kemristekdikti yang termuat dalam Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya Iptek Dikti
Sektor Pendidikan 2016 - 2024, lulusan sarjana pendidikan dari lembaga pendidikan dan
tenaga kependidikan (LPTK) negeri dan swasta sudah melampaui kebutuhan perekrutan
guru secara nasional. Sesuai data Kemristek, pada 2016 terdapat 245.669 lulusan sarjana
pendidikan. Kebutuhan guru tahun 2016 sekitar 43.000 orang dan pada tahun 2024 berkisar
126.000 orang. Akan tetapi dari 245.669 lulusan LPTK banyak yang enggan untuk mengabdi
menjadi tenaga kependidikan pada daerah sangat terpencil (DST) dengan berbagai alasan.
5. Penyebab kurangnya tenaga pendidik di daerah pedalaman, diantaranya:
1. Kurangnya fasilitas di daerah pedalaman,
2. Kurangnya apresiasi bagi para tenaga pendidik yang mengajar di daerah pedalaman,
3. Biaya hidup di daerah pedalaman rata-rata terlalu tinggi jika dibandingkan daerah yang lain,
4. Banyak tenaga pendidik yang seharusnya ditempatkan di daerah tersebut menolak dan memilih ditempatkan di daerah
lain yang kondisinya lebih baik dari daerah tersebut.
Di Indonesia guru yang mengajar di daerah terpencil tidak betah dikarenakan fasilitas di daerah terpencil tidak
memadai, pada daerah terpencil guru yang berasal dari kota harus menempuh jarak yang jauh untuk mencapai ke sekolah,
jika harus tinggal di desa tersebut tenaga pendidik harus mengeluarkan uang yang tidak sesuai dengan apa yang didapatkan,
pemerintah juga tidak menyediakan fasilitas tempat tinggal, akibatnya banyak guru yang mengajukan pindah ke sekolah yang
berada diperkotaan. Sedangkan tenaga pendidik yang berasan dari daerah terpencil enggan untuk mengabdikan diri
didaerahnya, dikarenakan fasilitas sarana prasarana pendidikan di daerah terpencil yang kurang.
6. Solusi pemecahan masalah dari fenomena kekurangan tenaga pendidik pada daerah terpencil dan
mengurangi julah pengangguran lulusan sarjana pendidikan, diantaranya:
1. Mendata sekolah pada daerah terpencil yang kekurangan guru
Pendataan tersebut guna mengetahui daerah mana yang kekurangan tenaga pendidikan
sehingga pemerintah dapat mengirimkan guru pada daerah tersebut.
2. Meningkatkan kesejahteraan guru yang mengajar di daerah pedalaman
Guru yang mengajar didaerah terpencil diberikan fasilitas yaitu rumah tunggal, sehingga
jarak antara rumah dan sekolah tidak terlalu jauh.
3. Program bangun desa
Para lulusan kependidikan yang berasal dari daerah terpencil dikembalikan ke daerahnya
untuk membangun daerah tersebut.
4. Mengadakan Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM3T)
Program SM3T adalah program pengabdian sarjana pendidikan untuk berpartisipasi
dalam percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T selama satu tahun.
7. 5. Pemberian intensif yang memadai
Pemberian intensif dapat berupa gaji dan tunjangan yang sesuai dengan kebutuhan
hidup pada daerah terpencil dan sebuah penghargaan karena telah mau untuk mengajar pada
daerah terpencil.
6. Program guru garis depan (GGD)
Guru garis depan diperlukan dengan syarat sudah memenuhi pendidikan profesi guru
(PPG), guru tersebut akan menyandang status calon pegawai negeri sipil (CPNS) setelah lulus
program GGD.
7. Mengangkat guru honorer menjadi tenaga kependidikan CPNS, jika sudah memenuhi kualifikasi
Program ini dijadikan sebagai apresiasi atas kerja keras guru honorer.
8. Penerapan sanksi CPNSD
Penerapan sanksi diberlakukan kepada para CPNSD yang menolak ditempatkan
didaerah 3T dengan berabagai alasan, padahal awalnya bersedia untuk ditempatkan dimana saja.
8. Kesimpulan
Daerah terpencil adalah daerah yang jauh dari pusat kota dan pusat pemerintahan. Hal
tersebut yang menjadi kendala dalam pemerataan pendidikan, pada daerah terdepan, terluar, dan
tertinggal (3T) pendidikan masih minim dan tenaga kependidikan seperti guru juga masih langka.
Karena hal tersebut pemerintah harus lebih peduli terhadap pemerataan pendidikan diseluruh pelosok
negeri, salah satu solusinya yaitu adalah melakukan program guru garis depan (GGD) yang dapat
membantu masalah kekurangan guru pada daerah terpencil, pemerintah juga perlu peduli dengan
menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh sekolah pelosok negeri atau daerah
terpencil. Hal tersebut diharapkan menjadikan pendidikan di daerah terpencil tidak akan tertinggal
dan akan lebih layak.
9. Daftar Pustaka
Agustino, Landung. 2014. Tenaga Pendidik di Daerah Terpencil. Online,
(http://edukasi.kompasiana.com/2014/08/27/tenaga-pendidik-di-daerah-terpencil-675467.html,
diakses 20 Maret 2018).
N.K, Roestiyah. 1986. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Suparlan, 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat.
Tirtarahardja, Umar dan Sulo, La. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Utomo, Udi. 2018. Ancaman bagi Sarjana Kependidikan. Online,
(https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/72924/ancaman-bagi-sarjana-kependidikan,
diakses 20 Maret 2018).
11.  Persoalan mendasar pendidikan Indonesia adalah minimnya guru di daerah
pedalaman atau daerah 3T(Terluar, Terdepan, Tertinggal)
 Ketimpangan jumlah guru terjadi antara sekolah perkotaan dengan sekolah
pedesaan, sekolah di Jawa dengan luar Jawa, sekolah di Jakarta dengan luar
Jakarta.
 Peserta didik di daerah 3T tidak mendapatkan pendidikan standar, mulai dari
guru, kelas, fasilitas, hingga sumber belajar(Jejen Musfah:2016)
12. Berdasarkan desain pengembangan guru pembelajar yang dirumuskan Kemendikbud
(2016), maka peran LPTK dalam mengembangkan guru pembelajar yang professional
adalah dengan model pendampingan yang berupa:
1). Seminar, dengan cara menyelenggarakan kegiatan seminar dengan tema dan
perkembangan yang baru yang mendukung tentang kompetensi guru pembelajar.
2). Workshop berkelanjutan, mengadakan pelatihan-pelatihan yang berkelanjutan terkait
dengan permasalahan yang dihadapi guru pembelajar
3). Konsultasi reguler, mengadakan konsultasi secara berkala dalam pertemuan rutin
yang diadakan KKG maupun MGMP khususnya terkait dengan penelitian yang dilakukan
oleh guru pembelajar
4). Lokakarya, mengadakan pemaparan-pemaparan dari hasil-hasil penelitian yang
berkaitan dengan temuan-temuan baru yang dilakukan oleh guru pembelajar(Tri Nur
Wahyudi:2016)
Peran LPTK
13. Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) memegang
peranan dalam mengembangkan teknologi pendidikan itu sendiri melalui
penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara mendalam, terprogram dan
berkelanjutan. Sehingga dapat menghasilkan produk penelitian teknologi
pendidikan yang tepat guna dan mampu menyelesaikan masalah pendidikan
secara esensial. Maka dari itu, kunci dari teknologi yang tepat guna itu harus
berangkat dari kualitas penelitian yang diselenggarakan oleh LPTK(Dessy
Alfindasari: )
14. Agar penyediaan guru di negara kita tidak terlalu berlebihan, maka dengan otonomi daerah tidak
harus diartikan bahwa setiap daerah harus menyelenggarakan pendidikan guru sendiri untuk
memenuhi kebutuhan guru di daerah itu, akan tetapi dapat juga memanfaatkan lembaga pendidikan
guru yang telah ada di manapun pendidikan guru diselenggarakan.
Namun, perlu ada koordinasi yang rapi antara lembaga penghasil guru dengan lembaga pengguna
guru, melalui LPMP.
Prinsip otonomi LPTK terkait penyelenggaraan pendidikan guru, seharusnya tetap terkendali tidak
hanya mementingkan besarnya jumlah mahasiswa yang diterima, akan tetapi harus tetap
memperhatikan proporsi lulusan dengan kebutuhan tenaga guru(Prof. Dr. Djohar, MS, 2006:47).
15. Peta nasional tentang kebutuhan guru harus disediakan, agar penyediaan
kebutuhan guru dapat dikendalikan termasuk mengendalikan jumlah LPTK
penghasil guru.
Oleh karena itu koordinasi dan kerjasama antar daerah untuk mengatasi
kebutuhan tenaga guru ini perlu diadakan melalui lembaga dan instansi yang jelas,
sehingga tiap daerah dapat berhubungan dengan lembaga dan instansi itu dengan
jelas dan mudah yang dapat mendekatkan antara pengguna guru dengan penghasil
guru termasuk lulusannya itu sendiri(Prof. Dr. Djohar, MS, 2006:49).
16. Menyiapan putera terbaik daerah sebagai calon mahasiswa guru.
Pemda bekerjasama dengan SMA/MA di wilayahnya dan LPTK terdekat
dengan mengirimkan putera-puteri terbaiknya untuk kuliah sebagai calon
guru dengan beasiswa penuh. Mata kuliah tentang budaya dan karakter
masyarakat pedalaman perlu diajarkan. Mahasiswa ini berstatus ikatan dinas.
Pemda dengan PAD yang rendah bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah
pusat(Jejen Musfah:2016)
17. Berdasarkan kajian pustaka dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk
mendapatkan tenaga pendidik atau guru yang profesional dan memiliki budaya
mengajar yang baik, LPTK masih memegang peranan penting di dalamnya. Namun
melihat adanya ketimpangan fasilitas pendidikan di beberapa daerah, maka perlu
adanya kerjasama antara berbagai pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Hal ini
wajar karena tugas pokok LPTK adalah sebagai lembaga yang mempersiapkan calon
guru yang kelak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
18. Dessy Alfindasari, dkk. Sumber Daya Manusia Dan Pendidikan di Era Global, Sebuah Tinjauan
Terhadap Penelitian Teknologi Pendidikan di LPTK. Di akses 19 Maret 2019
Jejen Musfah, 2016. Pemerataan Guru di Indonesia. Jakarta: Repository UIN Jakarta
Prof Dr H Djohar, Ms. 2006. Guru Pendidikan & Pembinaannya. Yogyakarta: CV. Grafika Indah
Tri Nur Wahyudi. 2016. Peran Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan(LPTK) Dalam
Mempromosikan Guru Pembelajar Untuk Meningkatkan Profesional Guru. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
20. Sebelum melihat apa saja bukti nyata yang dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan mengenai profesionalitas pendidik melalui lembaga pendidikan, kita
dapat melihat faktor lingkungan, bentuk, struktur, dan kinerja lembaga, kekuasaan, politik,
wewenang, tanggung jawab, dan kebijakan sebuah lembaga pendidikan, motivasi,
pengambilan, keputusan dan komunikasi sebuah lembaga pendidikan
21. 1. Dalam penataan kelembagaan pemerintahan terutama lembaga pendidikan, baik pusat
maupun daerah lebih diarahkan pada upaya penyederhanaan birokrasi pemerintah
untuk menyempurnakan dan mengembangkan lembaga pendidikanlebih proporsional,
datar, transparan, hierarki yang pendek, serta terdesentralisasi kewenangannya.
2. Adanya aturan aturan yang terdiri dari aturan formal dan informal, serta proses
penegakkan aturan tersebut. aturan diciptakan untuk membuat tatanan yang baik dan
mengurangi ketidakpastian didalam proses kelembagaan.
3. Sertifikasi guru adalah salah satu ukuran guru profesional. Hal ini jika ditinjau dari sisi
formalnya.
22. 4. Adanya dana yang cukup untuk pengembangan pendidikan.
5. Pelaksanaan pendidikan karakter bisa dikatakan bentuk interaksi dan dialog kekuasaan
yang melibatkan individu, masyarakat yang mengacu pada nilai.
6. Dengan menekankan pendidikan karakter pada visi dan misi lembaga pendidikan guru.
Dalam perumusan visi dan misi ini harus melibatkan seluruh elemen perguruan tinggi
dan stakeholders.
7. Sosialisasi pendidikaan perlu dilakukan terhadap individu-individu dalam tataran kerja.
Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan organisasi yang sehat dan pondasi awal
pendidikan.
8. Lembaga pendidikan guru sebaiknya berperan serta secara aktif dalam menjalin
hubungan dengan lembaga lainnya; keluarga, masyarakat, dan Negara.
9. Adanya integrasi pendidikan karakter dalam pendidikan disiplin ilmu.
23. Pendidikan karakter dalam Lembaga Pendidikan Guru dapat ditanamkan melalui:
1. setiap interaksi yang terjadi
2. masa orientasi mahasiswa
3. manajemen kelas
4. penegakan kedisiplinan
5. Pendampingan perwalian
6. terintegrasi pada Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Pendidikan Kewarganegaraan, dan
agama
7. pengembangan kurikulum yang memuat pendidikan karakter.
24. Masalah internal berupa stress atau konflik dapat diselesaikan dengan
relaksasi otot, hiburan, biofeedback, meditasi, dan melakukan hal positif yang
membuat suasana menjadi baik kembali.
25. 1. Efektivitas keseluruhan
2. Kualitas
3. Pertumbuhan
4. Pemanfaatan lingkungan
5. Stabilitas
6. Semangat kerja
7. Motivasi
8. Kepuasan
9. Penerimaan tujuan organisasi
10. Kepaduan konflik
11. Keluwesan adaptasi
12. Penilaian oleh pihak luar
26. Dari kendala yang dihadapi, tentu saja terdapat tindakan nyata yang dilakukan oleh
pemerintah, lembaga, dan individu didalam sebuah lembaga itu sendiri. Sikap untuk
menyelesaikan sebuah masalah dapat menjadi pengembangan sebuah institusi atau lembaga
agar dapat menciptakan sebuah inovasi baru dan terjadinya perubahan yang lebih baik dengan
memperhatikan resiko yang nantinya akan dihadapi. Perhatian pemerintah juga tidak lepas agar
terjaminnya stabilitas di lembaga itu sendiri.
27. Rusdiana, 2016. Pengembangan Organisasi Lembaga Pendidikan.Bandung.Pustaka Setia
Aldi Al Bani.Peningkatan Profesionalisme Guru Di Lembaga Pendidikan Islam .Malang
Danasasmita.E.Kosasih,2010. Peran Lembaga Pendidikan Guru Dalam Menyiapkan Guru Yang
Berkarakter .Universitas Pendidikan Indonesia
28. KAMPUS
GURU CIKAL
MAULADY AN NURUL ISLAMI
18302244021
PENDIDIKAN FISIKA D 2018
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
29.  RUMUSAN MASALAH
You can simply
impress your
audience and add
a unique zing.
Your Text Here
You can simply
impress your
audience and add
a unique zing.
Your Text Here
You can simply
impress your
audience and add
a unique zing.
Your Text Here
You can simply
impress your
audience and add
a unique zing.
Your Text Here
You can simply
impress your
audience and add
a unique zing.
Your Text Here
Bagaimana peran
lembaga sosial guru yang
bernama “Kampus Guru
Cikal’’ sejauh ini?
30. Kampus guru cikal adalah
lembaga pengembangan karier guru yang
percaya dengan kemerdekaan belajar
adalah kunci perubahan pendidikan
untuk mewujudkan pelajar yang
kompeten, ekosistem pendidikan yang
kolaboratif dan Indonesia yang
demokratis. (Panduan Komunitas Guru
Belajar, 2015)
31. Guru malas belajar kecuali bila ada
insenitifeks internal dalam bentuk
tujangan atau hadiah. Kenyataannya,
guru secara alami mempunyai
kebutuhan internal untuk belajar.
1
Guru hanya perlu tahu cara
melakukan sesuatu tidak perlu dan
tidak bisa paham mengapa
melakukan sesuatu. Padahal,
kesadaran mengapa melakukan
sesuatu bisa menjadi motivasi
yang luar biasa bagi guru belajar.2
Kompetensi guru adalah kompetensi
yang bisa diukur, diinterpretasikan dan
ditingkatkan secara individual tanpa
mempertimbangkan konteks ekosistem.
Kenyataannya, pembelajaran guru
bersifat sosial, iklim yang positif
dibutuhkan guru belajar. (Najeela
Shihab, 2015)
3
TIGA SALAH KAPRAH YANG MENGHAMBAT GURU BELAJAR
32. Kemerdekaan01
Dalam pengembangan guru tidak hanya sebatas
pengembangan kompetensinya.
Pengembangan guru secara utuh melibatkan 4 kunci =
Kompetensi02
Kolaborasi03
Karier
04
33. SOLUSI YANG DITAWARKAN KAMPUS GURU CIKAL =
• Komunitas Guru Belajar
Pengembangan Komunitas Guru Belajar yang telah ada di 145 daerah di
Indonesia
• Pengembangan Guru
Serangkaian diskusi, pelatihan, pendampingan dan penulisan praktik
pengajaran untuk mengembangkan kompetensi guru
• Konten Pendidikan Berkualitas
Penerbitan buku, surat kabar guru belajar dan alat peraga pendidikan
yang mudah dipahami dan dapat dipraktikkan guru.
• Beasiswa Guru Belajar
Penyediaan beasiswa guru belajar bagi guru untuk mengikuti program
pengembangan guru dan Temu Pendidik Nusantara.
https://www.kampusgurucikal.com/
m.
34. Cara Terlibat di Kampus Guru Cikal
• Menjadi Guru Belajar
Mengundang rekan calon guru dan guru di seluruh Indonesia
untuk belajar bersama melalui berbagai pelatihan, program pengembangan,
pendidikan guru maupun berbagai kanal media sosial Kampus Guru Cikal
• Menjadi penggerak komunitas
Mengundang rekan guru dan pendidik menjadi penggerak
komunitas Guru Belajar yang mengembangkan ekosistem berbagi praktik
cerdas pengajaran dan pendidikan.
• Menjadi Donatur
Mengundang individu dan lembaga yang peduli pendidikan
Indonesia menjadi donatur beasiswa bagi guru dari berbagai daerah di
Indonesia melalui pelatihan, program pengembangan maupun pendidikan
guru
• Menjadi mitra Program
Mengundang perusahaan, yayasan dan lembaga pemerintah
untuk menjadi mitra program pendidikan guru baik program berkala kami
maupun program yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi anda
m.
35. Lembaga sosial sangat berpengaruh dalam pengembangan
pendidikan karena mengambil peran yang sangat berpengaruh
dalam peningkatan kualitas pendidik. Dimana pendidik sebagai
aktor utama dalam pembentukan karakter penerus bangsa.
Kampus guru cikal merupakan salah satu lembaga yang
berperan aktif dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan
kualitas dan profesionalitas pendidik. Untuk mewujudkan
pendidikan yang berkualitas diantaranya mewujudkan pendidik
yang berkompeten, ekosistem yang kolaboratif untuk mewujudkan
Indonesia yang demokratis.
KESIMPULAN
36. Shihab, Najeela. 2015. Kampus Cikal Motivasi Guru
Moivasi Guru Untuk Belajar.
https://www.kampusgurucikal.com/
https://.kampusgurucikal.com/panduan-komunitas-guru
-belajar-2-0/
https://tpn.kampusgurucikal.com/
Buku panduan kampus cikal guru 2.0
38. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, lembaga pendidikan
tenaga kependidikan adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh Pemerintahan untuk menyelenggarakan
program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan/atau pendidikan menengah serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan
nonkependidikan.
Jadi, LPTK adalah lembaga yang diberi tugas untuk mempersiapkan tenaga guru di Indonesia,
mulai dari program diploma maupun strata satu, dua dan tiga (Mintarsih, 2014: 122).
LPTK memiliki peran yang amat besar dan bahkan mendasar dalam pengembangan karakter-
cerdas peserta didik dan segenap individu warga masyarakat bangsa secara menyeluruh (Prayitno &
Belferik, 2011: 190).
39. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dalam masyarakat kita “guru” dipandang sebagai orang yang harus “diguru dan
ditiru” (dituruti dan ditiru). Pengaruh guru terhadap para siswanya sangat besar. Faktor-
faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati, misalnya, memegang peran penting
dalam interaksi sosial (Gerungan, 1967: 62).
40. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas
sebagai pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi
belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil-tidaknya proses belajar,
dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping mengusai materi yang
akan diajarkan. Dengan kata lain: guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar
yang sebaik-baiknya (Oemar, 2002: 33).
Kita mengetahui bahwa guru merupakan key person dalam kelas. Guru yang memimpin
dan mengarahkan kegiatan belajar para siswanya. Guru yang paling banyak berhubungan dengan
para siswa dibandingkan dengan personel sekolah lainnya. Seorang guru tidak hanya dituntut
menguasai bidang studi yang akan diajarkannya, melainkan juga kompetensi pedagogi, sosial,
akademik, dan kepribadian sebagai pendidik.
41. Pengertian era globalisasi dapat dijelaskan dari dua kata yang membangunnya
yakni kata “era” dan “globalisasi”. Era berarti zaman atau kurun waktu, sementara
globalisasi berarti proses mengglobal atau mendunia. Dengan demikian era globalisasi
berarti zaman yang di dalamnya terjadi proses mendunia.
Proses mendunia ini terjadi sejak tahun 1980-an, itu terjadi di berbagai bidang
atau aspek kehidupan manusia, misalnya di bidang politik, sosial, ekonomi, agama, dan
terutama sekali globalisasi di bidang teknologi.
42. Dewasa ini arus globalisasi telah melanda pada hampir seluruh aspek kehidupan
masyarakat. Dalam kaitan ini, globalisasi dipandang sebagai suatu tantangan sekaligus sebagai
suatu proses yang dapat menimbulkan banyak akibat.
Sebagai akibatnya pengangguran meningkat dan di pihak lain terbuka kesempatan kerja
yang sangat luas, yang tidak dapat dijangkau oleh sebagian besar anggota masyarakat kita karena
menuntut kualifikasi tingkat tinggi. Dari sinilah kemudian muncul istilah the loser and the
winner, yang menempatkan masyarakat negara berkembang sebagai pecundang dan masyarakat
negara maju sebagai pemenang (Darmadi, 2018: 3).
43. Untuk dapat menempatkan diri sebagai pemenang, maka penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi menjadi sesuatu yang sangat penting artinya sebagai prasyarat mengantisipasi
perubahan-perubahan agar suatu bangsa tidak ketinggalan. Perlu pula dinyatakan, bahwa
eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi sangat diwarnai oleh perlombaan untuk mencapai
puncak ilmu pengetahuan dan mencapai keprofesionalitas dalam hal pekerjaan dan lainnya.
Tuntutan untuk menghasilkan guru yang profesional, mengharuskan LPTK
penyelenggara memiliki visi yang jelas dengan dilandasi prinsip “good governance” dan
memiliki kapasitas yang menjamin keprofesionalan lulusannya. Di samping itu, harus disiapkan
secara sungguh-sungguh hal-hal lain yang menjamin mutu suatu program pendidikan termasuk
seleksi calon mahasiswa, kurikulum, suasana akademik, penetapan tuntutan kelulusan dan
prosedur evaluasi yang obyektif dan transparan dengan didukung oleh suatu sistem penjaminan
mutu Pendidikan Profesi Guru.
44. Seiring dengan perubahan zaman yang cepat, serta persaingan pasar tenaga kerja yang
sangat ketat, maka LPTK dituntut melakukan pembaharuan di segala aspek pendidikan
khususnya pembaharuan kurikulum.
Pengajar di LPTK harus meng-up date pengetahuan tentang peraturan-peraturan yang
terkait dengan kode etik guru, menjadikannya sebagai bagian dari materi proses belajar mengajar
sehingga kelak tidak ada lagi pelanggaran kode etik oleh guru profesional
Adanya program magang yang diselenggarakan oleh kurikulum dari LPTK untuk
menghasilkan guru yang memiliki kompetensi pedagogik khususnya keterampilan mengelola
pembelajaran dan penghayatan terhadap profesi keguruan.
Mahasiswa dipersiapkan sesuai kondisi obyektif ketika dididik, sesuai kemampuan
LPTK. Apa yang didapat di LPTK jangan dijadikan sesuatu yang permanen. Harus ada in service
training.
45. Danumiharja, Mintarsih. 2014. Profesi Tenaga Kependidikan. Yogyakarta: Deepublish
Darmadi. 2018. Guru Jembatan Revolusi. Surakarta: Kekata Publisher
Gerungan, W. A.. 1967. Psikologi Sosial. Bandung: PT Eresco
Isjoni. 2006. Pendidikan sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Prayitno, dan Belferik Manullang. 2011. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa.
Grasindo
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen. Jakarta
Selatan: Visimedia. 2008
47. 1. Tujuan Pembelajaran
2. Kondisi Anak Didik
3. Situasi Pembelajaran
4. Fasilitas Pendidikan
5. Pribadi Guru
(Winarno,1979)
48. 1. Tujuan Pembelajaran
Seorang ahli pendidikan lebih mengutamakan metode serta kondisi yang
mempertimbangkan efisinsi belajar. Untuk ini dia harus memperhatikan tujuan
belajar (Winarno, 1979).
Tujuan pembelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu agar guru memiliki
patokan akan dibawa kemana pembelajaran berlangsung.
49. 2. Kondisi Anak Didik
Para siswa akan lebih mudah mengerti konsep-konsep baru bila mereka mempunyai
kesempatan untuk memproses informasi tersebut dengan cara yang masuk akal bagi mereka
dan itu kemudian akan menjadi sangat mudah bagi mereka(Martha,2005).
Para guru harus memahami kecerdasan apa yang dimiliki masing-masing siswa agar
guru pun mampu memberikan metode yang bagaimana agar para siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik.
50. 3. Situasi Pembelajaran
Guru perlu mengontrol situasi pembelajaran dalam kelas sehingga lingkungan
kelas kondusif dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
4. Fasilitas Pendidikan
Guru perlu memahami fasilitas apa yang ada di sekolahan sehingga guru
dituntut untuk mampu menggunakan fasilitas tersebut semaksimal mungkin agar
pembelajaran berjalan efektif.
51. 5. Pribadi Guru
Karakter guru tidak dapat dipungkiri juga berpengaruh pada pribadi siswa, guru
dituntut agar selalu bersikap bijak dan menunjukan perilaku positif agar para peserta
didik termotivasi dan secara tidak langsung juga dapat membentuk karakter siswa
yang baik.
52. Guru perlu memahami berbagai faktor metode interaksi edukatif tersebut yang nantinya
menjadi bekal para guru untuk mengambil suatu keputusan dan menentukan arah pembelajaran.
Apabila guru sudah memahami berbagai faktor tersebut maka guru dapat mengambil langkah
yang tepat dan nantinya juga akan berpengaruh terhadap perbaikan budaya mengajar guru.
Faktor ini menekankan bahwa setiap guru harus memiliki pemahaman tentang berbagai
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan bagaimana cara mengatasinya. Dari
penguraian metode pada presentasi sebelumnya, kami mencoba mengedukasi para guru untuk
lebih mampu memahami berbagai faktor dan bagaimana cara mengambil keputusan yang tepat
agar budaya mengajar guru menjadi lebih baik lagi.
53. Surakhmad, Winarno. 1979. Metodelogi Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars.
Kaufeldt, Martha. 2005. Wahai Para Guru Ubahlah Cara Mengajarmu. Jakarta :
Indeks.