SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
SMA SELAMAT PAGI INDONESIA
Tanpa banyak pencitraan, semboyan bangsa “berbeda-beda, tapi tetap satu jua”
dipraktekkan bertahun-tahun di sebuah sekolah di lereng Pegunungan Panderman, Batu, Jawa
Timur. Puluhan murid remaja dari berbagai daerah, suku, dan agama bersama-sama
menyambut masa depan dengan gembira dan hebatnya; tanpa biaya.
Hamparan lapangan basket dengan dua gedung tiga lantai warna oranye menjulang,
menyambut setiap pengunjung yang memasuki kompleks SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI)
di Bumiaji, Batu. Embusan angin segar pegunungan dan hijau sawah di belakangnya membuat
siapa saja betah berlama-lama di kompleks sekolah seluas enam hektare itu. Namun, apa yang
tampak tersebut hanya sebagian kecil dari karunia Tuhan yang ditunjukkan di kawasan
pendidikan yang berdiri pada 2007 itu. Saat melangkah masuk lebih jauh, terlihat remajaremaja dengan aneka “bentuk rupa” berseliweran. Mereka selalu ramah tersenyum dan
mengajak bersalaman sambil mencium tangan jika berpapasan dengan siapa saja pengunjung
yang usianya dirasa lebih tua dari mereka.
Menurut Julianto Eka Putra alias Ko Jul, penggagas berdirinya SMA Selamat
Pagi Indonesia, walaupun 90 murid yang belajar berasal dari beragam daerah, agama,
dan suku, nilai-nilai sopan santun ketimuran dan toleransi kepada siapa saja memang
menjadi dasar semua kegiatan dan pelajaran. “Prinsip kami memberikan life skill
(kecakapan hidup). Murid bisa pintar, tapi kalau tidak punya sopan santun dan saling
menghargai sesama, tidak ada gunanya,” ujar pengusaha muda yang sukses di bisnis
multilevel marketing High Desert (HD) tersebut.
Prinsip yang ditekankan Ko Jul itu memang terlihat nyata saat menengok aktivitas
belajar mengajar di kelas-kelas. Di salah satu kelas yang didatangi, yakni kelas III IPS,
misalnya, Sarah dan Charles asal Jayapura bercanda lepas dengan Martha asal Semarang dan
Fitri asal Kalimantan Timur, saat menunggu pelajaran dimulai. Keceriaan juga terlihat di kelas
I. Umay asal Batam, Daud asal Papua, dan Ardhi asal Bandung, bersama teman-temannya
memberikan surprise (kejutan) kepada Bu Guru Ria yang berulang tahun. Perbedaan
penampilan fisik, tingkah laku, dan logat bicara malah membuat ruang kelas yang sempit
karena hanya berukuran 3 x 4 meter, penuh dengan keriangan. Tak hanya dalam bergaul,
dalam perilaku sehari-hari, kerukunan juga selalu dijaga. Yulita, siswi kelas II asal Senawar,
Kalimantan Timur, mengungkapkan, mereka saling mengingatkan jika ada teman lupa
beribadah. “Saya akan tegur jika ada kawan Islam yang lupa salat,” ujar dara 17 tahun
penganut Katolik itu.
Mewujudkan keindahan perbedaan itu, diakui Ko Jul tidak mudah. Dia mengaku butuh
waktu 10 tahun untuk mendirikan SPI. “Setelah menyaksikan dahsyatnya dampak kerusuhan
Mei 1998, saya membuat visi membangun sekolah gratis untuk semua golongan,” ungkapnya.
Visi itu sempat disepelekan oleh kolega dan keluarga Ko Jul. “Wajar saja, sebab gaji saya
masih pas-pasan, kok mau bikin sekolah gratis untuk anak se-Indonesia,” kenangnya, lantas
tertawa.
Namun, tekad dan kerja keras arek Suroboyo asli yang lahir 39 tahun lalu itu perlahanlahan membuat orang-orang terdekatnya yakin. “Dari semula menentang jadi mendukung,
bahkan rela memotong lima persen penghasilan untuk sekolah ini,” ungkapnya.
Untuk membeli tanah dan bangunan, Ko Jul mengaku menghabiskan dana sekitar Rp 9
miliar. Ketika fisik sekolah sudah siap, kendala lain muncul. Izin dari Dinas Pendidikan
sempat terkatung-katung hampir satu tahun. Penyebabnya, muncul isu bahwa Ko Jul dan
teman-teman melakukan gerakan Kristenisasi. “Namun, Tuhan selalu punya cara menolong
kami. Atas bantuan tokoh-tokoh pendidikan dan pemuka Muhammadiyah dari Universitas
Negeri Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang, seperti Ibu Ratih Juliati dan Profesor
Nyoman Degeng, isu itu hilang dan izin keluar,” ujarnya.
Akhirnya SPI bisa memulai kegiatan pada tahun ajaran 2007/2008. Namun, beberapa
bulan beroperasi, lagi-lagi rumor tak sedap kembali muncul. Karena lokasi sekolah di lereng
bukit dan tidak tampak langsung dari jalan utama Bumiaji–Selecta, kembali ada rumor bahwa
SPI adalah sekolah eksklusif Islam garis keras. Maklum saja, Kota Batu sempat menjadi berita
seantero nusantara karena dijadikan persembunyian gembong teroris Dr Azhari. “Lagi-lagi
dengan pendekatan kekeluargaan dan membuka diri kepada siapa saja yang ingin tahu, isu itu
akhirnya hilang,” ujar Ko Jul.
Terbantahkannya aneka isu negatif itu membuat SPI semakin diterima masyarakat.
Kini, Ko Jul dan pengurus sekolah serta para donatur fokus agar SPI terus berkembang.
Maklum saja, biaya operasional SPI sangat besar. Itu karena para murid didatangkan dari
seluruh provinsi di Indonesia tanpa biaya. “Kami tidak pakai kriteria-kriteriaan, seperti harus
pintar, harus ganteng, dari agama apa, golongan apa, dan sebagainya. Yang penting, mereka
dari keluarga tidak mampu dan punya motivasi kuat ingin maju,” ujarnya.
Rekan-rekan usaha Ko Jul yang melakukan verifikasi dan merekomendasikan untuk
diterima di SPI. “Setiap tahun kami menargetkan terima 35 murid baru,” ujarnya. Murid yang
terpilih akan mendapat biaya pendidikan dan kebutuhan hidup mulai makan, pakaian, dan
tempat tinggal selama mereka menuntut ilmu hingga lulus. Tahun lalu SPI berhasil meluluskan
26 siswa angkatan pertama. Dari jumlah itu 19 anak pulang ke kampung halaman dan tujuh
siswa bertahan di

SPI untuk

mengembangkan

unit-unit

usaha.

“Kami

memang

mengembangkan produksi keripik snack, minyak angin, pelatihan SDM, serta kawasan
rekreasi edukatif Kampung Kidz,” urai Ko Jul. Aktivitas di unit usaha itu dilakukan setelah
kegiatan belajar serta pada saat libur Sabtu, Minggu, dan hari besar nasional.
Rupiah dari unit usaha itu sebagian untuk menambah biaya operasional sekolah dan
sebagian kecil untuk uang saku para murid yang bekerja. “Konsep sekolah wirausaha itu
membuat sebagian murid dan alumni sudah bisa mandiri, bahkan membantu keluarga,” ujar
Ko Jul. Dia mencontohkan Haris, salah satu murid asal Madura yang ayahnya bekerja sebagai
tukang becak. Dari uang saku di SPI, Haris kini bisa membantu biaya sekolah adiknya.
Ke depan, Ko Jul berangan-angan SPI menjadi teladan bagi siapa saja yang mendambakan
kedamaian dari perbedaan. “Kalau mau membantu, nggak usah lihat agamanya apa, sukunya
dari mana. Asal dia manusia, mari kita bantu,” ajaknya.
LAMPIRAN

Foto bersama siswa siswi SMA Selamat Pagi Indonesia.

Foto siswa siswi SMA Selamat Pagi Indonesia saat
outdoor class.

Foto siswa siswi SMA Selamat Pagi Indonesia bersama Julianto Putra Eka dan
menteri BUMN, Dahlan Iskan.

More Related Content

What's hot

Darul Syahdanul-Indonesia Mengajar
Darul Syahdanul-Indonesia MengajarDarul Syahdanul-Indonesia Mengajar
Darul Syahdanul-Indonesia MengajarDarul Syahdanul
 
Laporan Kelas Inspirasi Mamuju
Laporan Kelas Inspirasi Mamuju Laporan Kelas Inspirasi Mamuju
Laporan Kelas Inspirasi Mamuju Muh Saleh
 
Biografi Pendek Pak Widyatmoko
Biografi Pendek Pak WidyatmokoBiografi Pendek Pak Widyatmoko
Biografi Pendek Pak WidyatmokoRochimudin
 
Tugas ansos power point
Tugas ansos power pointTugas ansos power point
Tugas ansos power pointandreasdesta
 
Slide presentasi ACIKITA 2019
Slide presentasi ACIKITA 2019Slide presentasi ACIKITA 2019
Slide presentasi ACIKITA 2019Jumiarti Agus
 
Lap. Diklat Penanggulangan Masalah Kepemudaan 2013
Lap. Diklat Penanggulangan Masalah Kepemudaan 2013Lap. Diklat Penanggulangan Masalah Kepemudaan 2013
Lap. Diklat Penanggulangan Masalah Kepemudaan 2013Nasruddin Asnah
 
Aktivitas Parent Teachers Association
Aktivitas Parent Teachers AssociationAktivitas Parent Teachers Association
Aktivitas Parent Teachers AssociationJumiarti Agus
 
Monthly Report LAZNas Chevron Edisi Agustus 2020
Monthly Report LAZNas Chevron Edisi Agustus 2020Monthly Report LAZNas Chevron Edisi Agustus 2020
Monthly Report LAZNas Chevron Edisi Agustus 2020LAZNas Chevron
 
PROFILE SD NEGERI 08 CURUP TIMUR
PROFILE SD NEGERI 08 CURUP TIMURPROFILE SD NEGERI 08 CURUP TIMUR
PROFILE SD NEGERI 08 CURUP TIMURHardian Firdaus
 
ACIKITA Short Studies to japan and Abroad 2020
ACIKITA Short Studies to japan and Abroad 2020ACIKITA Short Studies to japan and Abroad 2020
ACIKITA Short Studies to japan and Abroad 2020Jumiarti Agus
 
Laporan Pengabdian Gerakan Sumut Mengajar Kelompok 21 Batch 7
Laporan Pengabdian Gerakan Sumut Mengajar Kelompok 21 Batch 7 Laporan Pengabdian Gerakan Sumut Mengajar Kelompok 21 Batch 7
Laporan Pengabdian Gerakan Sumut Mengajar Kelompok 21 Batch 7 endahnurfebriyanti
 

What's hot (20)

Darul Syahdanul-Indonesia Mengajar
Darul Syahdanul-Indonesia MengajarDarul Syahdanul-Indonesia Mengajar
Darul Syahdanul-Indonesia Mengajar
 
Laporan Kelas Inspirasi Mamuju
Laporan Kelas Inspirasi Mamuju Laporan Kelas Inspirasi Mamuju
Laporan Kelas Inspirasi Mamuju
 
Biografi Pendek Pak Widyatmoko
Biografi Pendek Pak WidyatmokoBiografi Pendek Pak Widyatmoko
Biografi Pendek Pak Widyatmoko
 
Proposal book for kahuripan
Proposal book for kahuripanProposal book for kahuripan
Proposal book for kahuripan
 
Tugas ansos power point
Tugas ansos power pointTugas ansos power point
Tugas ansos power point
 
Kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakat
Kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakatKemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakat
Kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakat
 
Slide presentasi ACIKITA 2019
Slide presentasi ACIKITA 2019Slide presentasi ACIKITA 2019
Slide presentasi ACIKITA 2019
 
Lap. Diklat Penanggulangan Masalah Kepemudaan 2013
Lap. Diklat Penanggulangan Masalah Kepemudaan 2013Lap. Diklat Penanggulangan Masalah Kepemudaan 2013
Lap. Diklat Penanggulangan Masalah Kepemudaan 2013
 
Aktivitas Parent Teachers Association
Aktivitas Parent Teachers AssociationAktivitas Parent Teachers Association
Aktivitas Parent Teachers Association
 
Kliping pendidikan
Kliping pendidikanKliping pendidikan
Kliping pendidikan
 
1
11
1
 
Monthly Report LAZNas Chevron Edisi Agustus 2020
Monthly Report LAZNas Chevron Edisi Agustus 2020Monthly Report LAZNas Chevron Edisi Agustus 2020
Monthly Report LAZNas Chevron Edisi Agustus 2020
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
PROFILE SD NEGERI 08 CURUP TIMUR
PROFILE SD NEGERI 08 CURUP TIMURPROFILE SD NEGERI 08 CURUP TIMUR
PROFILE SD NEGERI 08 CURUP TIMUR
 
ACIKITA Short Studies to japan and Abroad 2020
ACIKITA Short Studies to japan and Abroad 2020ACIKITA Short Studies to japan and Abroad 2020
ACIKITA Short Studies to japan and Abroad 2020
 
Laporan Pengabdian Gerakan Sumut Mengajar Kelompok 21 Batch 7
Laporan Pengabdian Gerakan Sumut Mengajar Kelompok 21 Batch 7 Laporan Pengabdian Gerakan Sumut Mengajar Kelompok 21 Batch 7
Laporan Pengabdian Gerakan Sumut Mengajar Kelompok 21 Batch 7
 
Panduan Orang Tua
Panduan Orang TuaPanduan Orang Tua
Panduan Orang Tua
 
Mapel terlalu padat
Mapel terlalu padatMapel terlalu padat
Mapel terlalu padat
 
Annual report YSK 2018
Annual report YSK 2018Annual report YSK 2018
Annual report YSK 2018
 
POTENTIA VI
POTENTIA VIPOTENTIA VI
POTENTIA VI
 

Similar to SMA SELAMAT PAGI INDONESIA - SOSIOLOGI -

Sekolah alternatif qaryah thayyibah di salatiga
Sekolah alternatif qaryah thayyibah di salatigaSekolah alternatif qaryah thayyibah di salatiga
Sekolah alternatif qaryah thayyibah di salatigaMuhsin Hariyanto
 
Teks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasTeks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasstepen arman
 
Teks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasTeks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasstepen arman
 
Teks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasTeks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasstepen arman
 
Kolom Swara Kampus Koran Kedaulatan Rakyat 7 juli 2015
Kolom Swara Kampus Koran Kedaulatan Rakyat 7 juli 2015Kolom Swara Kampus Koran Kedaulatan Rakyat 7 juli 2015
Kolom Swara Kampus Koran Kedaulatan Rakyat 7 juli 2015puspaparadisa
 
Save street child (selamatkan anak jalanan)
Save street child (selamatkan anak jalanan)Save street child (selamatkan anak jalanan)
Save street child (selamatkan anak jalanan)Chandra Irawan
 
Epaper Surya 17 Juli 2013
Epaper Surya 17 Juli 2013Epaper Surya 17 Juli 2013
Epaper Surya 17 Juli 2013Portal Surya
 
Weekly Newsletter LAZNas Chevron Duri Edisi November 2015 Week #2
Weekly Newsletter LAZNas Chevron Duri Edisi November 2015 Week #2Weekly Newsletter LAZNas Chevron Duri Edisi November 2015 Week #2
Weekly Newsletter LAZNas Chevron Duri Edisi November 2015 Week #2LAZNas Chevron
 
Rz magz Edisi Januari 2014
Rz magz  Edisi Januari 2014Rz magz  Edisi Januari 2014
Rz magz Edisi Januari 2014Rumah Zakat
 
9.7. PRAMUKA MASIH DIPERLUKAN (E).ppt
9.7. PRAMUKA MASIH DIPERLUKAN  (E).ppt9.7. PRAMUKA MASIH DIPERLUKAN  (E).ppt
9.7. PRAMUKA MASIH DIPERLUKAN (E).pptdede392325
 

Similar to SMA SELAMAT PAGI INDONESIA - SOSIOLOGI - (20)

Sekolah alternatif qaryah thayyibah di salatiga
Sekolah alternatif qaryah thayyibah di salatigaSekolah alternatif qaryah thayyibah di salatiga
Sekolah alternatif qaryah thayyibah di salatiga
 
Teks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasTeks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinas
 
Teks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasTeks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinas
 
Teks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinasTeks amanat pembina upacara hardinas
Teks amanat pembina upacara hardinas
 
Laporan tengah tahun 2018
Laporan tengah tahun 2018Laporan tengah tahun 2018
Laporan tengah tahun 2018
 
Buku mpls 2020
Buku mpls 2020Buku mpls 2020
Buku mpls 2020
 
Kolom Swara Kampus Koran Kedaulatan Rakyat 7 juli 2015
Kolom Swara Kampus Koran Kedaulatan Rakyat 7 juli 2015Kolom Swara Kampus Koran Kedaulatan Rakyat 7 juli 2015
Kolom Swara Kampus Koran Kedaulatan Rakyat 7 juli 2015
 
Kabar Alumni #10
Kabar Alumni #10Kabar Alumni #10
Kabar Alumni #10
 
Save street child (selamatkan anak jalanan)
Save street child (selamatkan anak jalanan)Save street child (selamatkan anak jalanan)
Save street child (selamatkan anak jalanan)
 
Edisi 58
Edisi 58Edisi 58
Edisi 58
 
Epaper Surya 17 Juli 2013
Epaper Surya 17 Juli 2013Epaper Surya 17 Juli 2013
Epaper Surya 17 Juli 2013
 
Weekly Newsletter LAZNas Chevron Duri Edisi November 2015 Week #2
Weekly Newsletter LAZNas Chevron Duri Edisi November 2015 Week #2Weekly Newsletter LAZNas Chevron Duri Edisi November 2015 Week #2
Weekly Newsletter LAZNas Chevron Duri Edisi November 2015 Week #2
 
Rz magz Edisi Januari 2014
Rz magz  Edisi Januari 2014Rz magz  Edisi Januari 2014
Rz magz Edisi Januari 2014
 
SOS Desa Taruna
SOS Desa TarunaSOS Desa Taruna
SOS Desa Taruna
 
Guru
GuruGuru
Guru
 
IMilestone 2017
IMilestone 2017IMilestone 2017
IMilestone 2017
 
9.7. PRAMUKA MASIH DIPERLUKAN (E).ppt
9.7. PRAMUKA MASIH DIPERLUKAN  (E).ppt9.7. PRAMUKA MASIH DIPERLUKAN  (E).ppt
9.7. PRAMUKA MASIH DIPERLUKAN (E).ppt
 
Buku KCPKLB.pdf
Buku KCPKLB.pdfBuku KCPKLB.pdf
Buku KCPKLB.pdf
 
Potentia edisi 11
Potentia edisi 11Potentia edisi 11
Potentia edisi 11
 
POTENTIA edisi 1
POTENTIA edisi 1POTENTIA edisi 1
POTENTIA edisi 1
 

SMA SELAMAT PAGI INDONESIA - SOSIOLOGI -

  • 1. SMA SELAMAT PAGI INDONESIA Tanpa banyak pencitraan, semboyan bangsa “berbeda-beda, tapi tetap satu jua” dipraktekkan bertahun-tahun di sebuah sekolah di lereng Pegunungan Panderman, Batu, Jawa Timur. Puluhan murid remaja dari berbagai daerah, suku, dan agama bersama-sama menyambut masa depan dengan gembira dan hebatnya; tanpa biaya. Hamparan lapangan basket dengan dua gedung tiga lantai warna oranye menjulang, menyambut setiap pengunjung yang memasuki kompleks SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) di Bumiaji, Batu. Embusan angin segar pegunungan dan hijau sawah di belakangnya membuat siapa saja betah berlama-lama di kompleks sekolah seluas enam hektare itu. Namun, apa yang tampak tersebut hanya sebagian kecil dari karunia Tuhan yang ditunjukkan di kawasan pendidikan yang berdiri pada 2007 itu. Saat melangkah masuk lebih jauh, terlihat remajaremaja dengan aneka “bentuk rupa” berseliweran. Mereka selalu ramah tersenyum dan mengajak bersalaman sambil mencium tangan jika berpapasan dengan siapa saja pengunjung yang usianya dirasa lebih tua dari mereka. Menurut Julianto Eka Putra alias Ko Jul, penggagas berdirinya SMA Selamat Pagi Indonesia, walaupun 90 murid yang belajar berasal dari beragam daerah, agama, dan suku, nilai-nilai sopan santun ketimuran dan toleransi kepada siapa saja memang menjadi dasar semua kegiatan dan pelajaran. “Prinsip kami memberikan life skill (kecakapan hidup). Murid bisa pintar, tapi kalau tidak punya sopan santun dan saling menghargai sesama, tidak ada gunanya,” ujar pengusaha muda yang sukses di bisnis multilevel marketing High Desert (HD) tersebut. Prinsip yang ditekankan Ko Jul itu memang terlihat nyata saat menengok aktivitas belajar mengajar di kelas-kelas. Di salah satu kelas yang didatangi, yakni kelas III IPS, misalnya, Sarah dan Charles asal Jayapura bercanda lepas dengan Martha asal Semarang dan Fitri asal Kalimantan Timur, saat menunggu pelajaran dimulai. Keceriaan juga terlihat di kelas I. Umay asal Batam, Daud asal Papua, dan Ardhi asal Bandung, bersama teman-temannya memberikan surprise (kejutan) kepada Bu Guru Ria yang berulang tahun. Perbedaan penampilan fisik, tingkah laku, dan logat bicara malah membuat ruang kelas yang sempit karena hanya berukuran 3 x 4 meter, penuh dengan keriangan. Tak hanya dalam bergaul, dalam perilaku sehari-hari, kerukunan juga selalu dijaga. Yulita, siswi kelas II asal Senawar,
  • 2. Kalimantan Timur, mengungkapkan, mereka saling mengingatkan jika ada teman lupa beribadah. “Saya akan tegur jika ada kawan Islam yang lupa salat,” ujar dara 17 tahun penganut Katolik itu. Mewujudkan keindahan perbedaan itu, diakui Ko Jul tidak mudah. Dia mengaku butuh waktu 10 tahun untuk mendirikan SPI. “Setelah menyaksikan dahsyatnya dampak kerusuhan Mei 1998, saya membuat visi membangun sekolah gratis untuk semua golongan,” ungkapnya. Visi itu sempat disepelekan oleh kolega dan keluarga Ko Jul. “Wajar saja, sebab gaji saya masih pas-pasan, kok mau bikin sekolah gratis untuk anak se-Indonesia,” kenangnya, lantas tertawa. Namun, tekad dan kerja keras arek Suroboyo asli yang lahir 39 tahun lalu itu perlahanlahan membuat orang-orang terdekatnya yakin. “Dari semula menentang jadi mendukung, bahkan rela memotong lima persen penghasilan untuk sekolah ini,” ungkapnya. Untuk membeli tanah dan bangunan, Ko Jul mengaku menghabiskan dana sekitar Rp 9 miliar. Ketika fisik sekolah sudah siap, kendala lain muncul. Izin dari Dinas Pendidikan sempat terkatung-katung hampir satu tahun. Penyebabnya, muncul isu bahwa Ko Jul dan teman-teman melakukan gerakan Kristenisasi. “Namun, Tuhan selalu punya cara menolong kami. Atas bantuan tokoh-tokoh pendidikan dan pemuka Muhammadiyah dari Universitas Negeri Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang, seperti Ibu Ratih Juliati dan Profesor Nyoman Degeng, isu itu hilang dan izin keluar,” ujarnya. Akhirnya SPI bisa memulai kegiatan pada tahun ajaran 2007/2008. Namun, beberapa bulan beroperasi, lagi-lagi rumor tak sedap kembali muncul. Karena lokasi sekolah di lereng bukit dan tidak tampak langsung dari jalan utama Bumiaji–Selecta, kembali ada rumor bahwa SPI adalah sekolah eksklusif Islam garis keras. Maklum saja, Kota Batu sempat menjadi berita seantero nusantara karena dijadikan persembunyian gembong teroris Dr Azhari. “Lagi-lagi dengan pendekatan kekeluargaan dan membuka diri kepada siapa saja yang ingin tahu, isu itu akhirnya hilang,” ujar Ko Jul. Terbantahkannya aneka isu negatif itu membuat SPI semakin diterima masyarakat. Kini, Ko Jul dan pengurus sekolah serta para donatur fokus agar SPI terus berkembang. Maklum saja, biaya operasional SPI sangat besar. Itu karena para murid didatangkan dari seluruh provinsi di Indonesia tanpa biaya. “Kami tidak pakai kriteria-kriteriaan, seperti harus
  • 3. pintar, harus ganteng, dari agama apa, golongan apa, dan sebagainya. Yang penting, mereka dari keluarga tidak mampu dan punya motivasi kuat ingin maju,” ujarnya. Rekan-rekan usaha Ko Jul yang melakukan verifikasi dan merekomendasikan untuk diterima di SPI. “Setiap tahun kami menargetkan terima 35 murid baru,” ujarnya. Murid yang terpilih akan mendapat biaya pendidikan dan kebutuhan hidup mulai makan, pakaian, dan tempat tinggal selama mereka menuntut ilmu hingga lulus. Tahun lalu SPI berhasil meluluskan 26 siswa angkatan pertama. Dari jumlah itu 19 anak pulang ke kampung halaman dan tujuh siswa bertahan di SPI untuk mengembangkan unit-unit usaha. “Kami memang mengembangkan produksi keripik snack, minyak angin, pelatihan SDM, serta kawasan rekreasi edukatif Kampung Kidz,” urai Ko Jul. Aktivitas di unit usaha itu dilakukan setelah kegiatan belajar serta pada saat libur Sabtu, Minggu, dan hari besar nasional. Rupiah dari unit usaha itu sebagian untuk menambah biaya operasional sekolah dan sebagian kecil untuk uang saku para murid yang bekerja. “Konsep sekolah wirausaha itu membuat sebagian murid dan alumni sudah bisa mandiri, bahkan membantu keluarga,” ujar Ko Jul. Dia mencontohkan Haris, salah satu murid asal Madura yang ayahnya bekerja sebagai tukang becak. Dari uang saku di SPI, Haris kini bisa membantu biaya sekolah adiknya. Ke depan, Ko Jul berangan-angan SPI menjadi teladan bagi siapa saja yang mendambakan kedamaian dari perbedaan. “Kalau mau membantu, nggak usah lihat agamanya apa, sukunya dari mana. Asal dia manusia, mari kita bantu,” ajaknya.
  • 4. LAMPIRAN Foto bersama siswa siswi SMA Selamat Pagi Indonesia. Foto siswa siswi SMA Selamat Pagi Indonesia saat outdoor class. Foto siswa siswi SMA Selamat Pagi Indonesia bersama Julianto Putra Eka dan menteri BUMN, Dahlan Iskan.