SlideShare a Scribd company logo
1 of 94
Download to read offline
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAPORAN KHUSUS
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN
RISIKO DI UNIT DESTILASI ATMOSFERIS
PENGOLAHAN MINYAK PUSDIKLAT
MIGAS CEPU
Oktavianus Roy Abrianto
R.0008060
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan judul : Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak
Pusdiklat Migas Cepu
Oktavianus Roy Abrianto, NIM : R0008060, Tahun : 2011
Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan
Penguji Tugas Akhir
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Pada Hari..............Tanggal.........................20.......
Pembimbing I Pembimbing II
Lusi Ismayenti, ST., M.Kes Live Setyaningsih, SKM
NIP. 19720322 200812 2 001 NIP. 19850811 201101 2 020
Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
Sumardiyono, SKM., M.Kes
NIP. 19650706 198803 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi
Atmosferis Pengolahan Minyak
Pusdiklat Migas Cepu
dengan peneliti :
Oktavianus Roy Abrianto
R0008060
Laporan ini telah disetujui dan disahkan oleh :
PUSDIKLAT MIGAS CEPU
2011
Kepala Sub Bidang Kilang dan Utilitas Pembimbing Lapangan LK3
Ir. M. Syaiful Anam, MT Putut Prasetyo, ST, MT
NIP. 19630316 199003 1 001 NIP. 19581218 198303 1 001
Mengetahui,
Kepala Bidang Program dan Kerjasama
Ir. Henk Subekti, Dipl. Eng
NIP. 19620602 199303 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO
DI UNIT DESTILASI ATMOSFERIS PENGOLAHAN MINYAK
PUSDIKLAT MIGAS CEPU
Oktavianus Roy Abrianto1
, Lusi Ismayenti2
, dan Live Setyaningsih’3
Tujuan : Pusdiklat Migas Cepu merupakan pusat pendidikan minyak dan gas
bumi serta pengolahan minyak mentah menjadi produk jadi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya perusahaan dalam
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit kerja dengan mengidentifikasi bahaya
yang ada, menetapkan risiko dan mengupayakan metode pengendalian yang tepat
pada Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pudiklat Migas Cepu.
Metode : Kerangka penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang
memberikan gambaran jelas tentang identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko pada Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat
Migas Cepu. Data yang digunakan berasal dari data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dari observasi langsng ditempat kerja. Sedangkan data sekunder
diperoleh melalui dokumen dan catatan perusahaan, serta studi kepustakaan.
Hasil : Hasil yang diperoleh di Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu
diketahui bahwa tingkat bahaya tinggi adalah peledakan dan kebakaran, tingkat
bahaya sedang adalah terpeleset, terjatuh, tersengat aliran listrik dan terpapar
panas, dan tingkat bahaya tinggi adalah tersandung, terciprat oli kiriman, dan
kebocoran minyak. Serta telah dilakukan upaya pengendalian bahaya dan
pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Simpulan : Perusahaan belum melaksanakan identifikasi bahaya dan penilaian
risiko pada Unit Destilasi Atmosferis, tetapi telah melakukan pengendalian risiko.
Saran yang diberikan adalah perlu dibuat form IBPR secara berkala untuk
memonitoring potensi dan faktor bahaya setiap unit pendukung dan unit proses
dari proses Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu.
Kata Kunci : Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian Risiko
1.
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2.
Fakultas Kesehatan Kerja, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
3.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan dengan judul ”Identifikasi Bahaya,
Penilaian, dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan
Minyak Pusdiklat Migas Cepu”. Tak terlupakan sujud syukur atas lindungan dan
karunia Yesus Kristus dan Bunda Maria yang tak pernah sedetikpun
meninggalkan hamba-Nya.
Laporan ini dibuat dalam rangka tugas akhir dan syarat dalam
menyelesaikan pendidikan sebagai mahasiswa program Diploma III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan sukses dan berhasi
tanpa bantuan dari semua pihak baik bersifat material maupun spiritual. Untuk itu,
penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakulatas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku Dekan Fakulatas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta (Periode Mei 2011).
3. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
4. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program Studi
Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja (Periode Juni 2011).
5. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kes selaku dosen pembimbing I.
6. Ibu Live Setyaningsih, SKM selaku dosen pembimbing II.
7. Bapak Kastur, S. Ag beserta staff yang telah memberikan banyak bantuannya.
8. Bapak Putut Prasetyo, ST, MT, selaku Ketua LK3 Pusdiklat Migas Cepu.
9. Bapak Wahyudi, selaku Kepala Unit Safety dan Bapak Adi Purnomo serta
Bapak Wiyanto selaku staff yang telah memberikan arahan, informasi, dan
bimbingannya.
10. Bapak Suharto, Edi Suyanto, Bapak Suyanto, Bapak Zaenudin, Bapak Budi
W dan rekan-rekan Fire Safety yang telah memberi bimbingan.
11. Bapak Yoga beserta staff dari Unit Lindung Lingkungan yang banyak
membantu penulis memperoleh informasi.
12. Alm Bapak, Almh. Ibu, Almh. Bude, Papi, Mas Toki, Mas Yus, Mbak Evi,
Mbak Dona, Mbak Siza, Mas Nono, Mbak Dian, dan para keponakan yang
tercinta. Terima kasih atas restu, doa, dan dukungan yang diberikan selama
ini.
13. Kepada Septian W.S, Yanuar K, dan Arie Suprayitno, teman seperjuangan,
sepenanggungan, tapi tidak senasib yang telah memberi dukungan.
14. Bapak Heru Prayitno beserta keluarga.
15. Simbah Gun beserta keluarga.
16. Bapak Matturkam beserta keluarga.
17. Teman-teman mahasiswa Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
angkatan 2008.
18. Teman-teman mahasiswa dari berbagai universitas dan perguruan tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan dan
penyelesaian laporan ini.
Surakarta, 22 Juni 2011
Penulis,
Oktavianus Roy Abrianto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ......................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka.................................................................. 25
B. Kerangka Pemikiran............................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 26
A. Metode Penelitian................................................................. 26
B. Lokasi Penelitian.................................................................. 26
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ................................... 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
D. Sumber Data ........................................................................ 26
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 27
F. Pelaksanaan.......................................................................... 28
G. Analisa Data......................................................................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 30
A. Hasil Penelitian .................................................................... 30
B. Pembahasan ......................................................................... 55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN........................................................ 75
A. Simpulan.............................................................................. 75
B. Saran.................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 82
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Kemungkinan (Probability) .................................................... 18
Tabel 2. Nilai Keparahan (Saverity) .............................................................. 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Penentuan Tingkat Risiko. ................................................ 15
Gambar 2. Risk Matrik Peringkat Risiko....................................................... 20
Gambar 3. Kerangka Pemikiran .................................................................... 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan Magang/PKL di Pusdiklat Migas Cepu
Lampiran 2 : Daftar Presensi Mahasiswa Magang/Praktek
Lampiran 3 : Struktur Organigram LK3
Lampiran 4 : Kebijakan Lingkungan Pusdiklat Migas
Lampiran 5 : Diagram Alir Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pembangunan dewasa ini, telah mendorong kita untuk
berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan Era
Industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan
mekanisme elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka
penggunaan mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan
berbahaya semakin meningkat. Kemajuan ini tentunya membawa dampak
positif bagi kehidupan manusia, selain itu juga menambah jumlah dan ragam
sumber bahaya apabila dalam pelaksanaannya tidak menggunakan sistem yang
terkontrol, antara lain akan terjadi lingkungan kerja yang kurang memenuhi
syarat, proses, dan sifat pekerjaan yang berbahaya, serta peningkatan jumlah
maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
pencemaran lingkungan (Depnaker dan Transmigrasi RI, 2003).
Smart people learn from experience, wise people learn from
experience of others. Kalimat bijak ini jika dikaitkan dengan industri minyak,
berarti menghendaki kita bukan saja menimba pengalaman dari insiden-insiden
yang terjadi agar tidak terulang kembali, tetapi menambah ilmu-ilmu lainnya
agar menjadi orang bijak yang dapat mengidentifikasi bahaya sebelum menjadi
insiden (Gunawan, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Bahaya yang ada oleh karena unsafe act dan unsafe condition
dilakukan identifikasi tidak hanya agar kecelakaan tidak terulang lagi, tetapi
masih ada faktor-faktor yang mempunyai kontribusi terhadap terjadinya
kecelakaan tersebut. Adanya penyelidikan tambahan agar menjadi evaluasi
sehingga dihasilkan langkah koreksi yang lebih sempurna dan tepat. Bahkan
hampir celaka (near miss incident) harus dibuat dan didukung data yang
lengkap, agar menjadi perbaikan di kemudian hari (Gunawan, 1998).
IBPR (Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko) dan Pengendalian
Risiko merupakan elemen pokok dalam sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan
pengendalian bahaya. IBPR dilakukan diseluruh aktivitas organisasi untuk
menentukan kegiatan organisasi mengandung potensi bahaya dan
menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (Ramli,
2009).
Selanjutnya hasil IBPR menjadi masukan untuk penyusunan obyektif
dan target K3 yang akan dicapai yang dituangkan dalam program kerja.
Dimana IBPR merupakan titik pangkal dari pengelolaan K3. Jika IBPR tidak
dilakukan dengan baik maka penerapan K3 akan salah arah (misguided), acak
atau virtual karena tidak mampu menangani isu pokok yang ada dalam
organisasi (Ramli, 2009).
Pusdiklat Migas Cepu merupakan tempat pengolahan minyak mentah
menjadi bahan bakar seperti pertasol, kerosin, solar, PH solar dan residu.
Selain itu Pusdiklat Migas juga menghasilkan produksi non minyak, misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
wax (lilin). Dalam proses produksinya terdapat berbagai potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh faktor pekerjaan pada manusia, peralatan atau mesin dan
lingkungan. Hal tersebut berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Maka dari itu perlu penetapan risiko yang signifikan untuk
menentukan langkah pengendalian yang tepat.
Melalui kegiatan observasi dan survey di Unit Destilasi Atmosferis
Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu, penulis mencoba untuk
mengidentifikasi sumber-sumber yang berpotensi bahaya yang ada, menilai
risiko dan mengendalikannya melalui laporan dengan judul ”Identifikasi
Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis
Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu” .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bahaya apa saja yang terdapat di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan
Minyak Pusdiklat Migas Cepu?
2. Bagaimanakah cara penilaian risiko di Unit Destilasi Atmosferis
Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu?
3. Bagaimanakah metode pengendalian risiko yang tepat dan sesuai untuk
menurunkan atau menghilangkan risiko bahaya di tempat kerja supaya dapat
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Destilasi Atmosferis
Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui potensi bahaya dan faktor bahaya yang terdapat di Unit
Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu.
2. Untuk mengetahui penilaian risiko mana yang dapat menimbulkan risiko
bahaya yang signifikan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Untuk mengetahui cara pengendalian yang tepat dilakukan untuk
menurunkan dan menghilangkan risiko bahaya di tempat kerja.
D. Manfaat Penelitian
1. Perusahaan
Memberikan gambaran tentang potensi bahaya dan faktor bahaya
yang ada di tempat kerjanya secara lebih jelas dan mengusahakan upaya
pengendalian potensi bahaya dan faktor bahaya tersebut
2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya
tentang identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya di
tempat kerja.
b. Sebagai bentuk kerjasama antar institusi, yakni antara Pusdiklat Migas
Cepu dengan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja agar
tercipta suatu penerapan ilmu yang sinkron dan sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Penulis
a. Dapat menambah pengetahuan di bidang keselamatan kerja khususnya
mengenai identifikasi faktor bahaya dan potensi bahaya yang ada di
tempat kerja.
b. Dapat merencanakan tindakan pengendalian secara praktis agar penyakit
akibat kerja dan kecelakaan kerja tidak terjadi.
c. Dapat mengetahui cara penilaian terhadap dampak kegiatan di suatu
tempat kerja.
d. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan saat
perkuliahan.
4. Pembaca
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
khususnya mengenai Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas
Cepu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Identifikasi Bahaya
Menurut Tarwaka (2008), potensi bahaya adalah sesuatu yang
berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit,
kecelakaan atau bahkan dapat menyebabkan kematian yang berhubungan
dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya dapat dikelompokkan
berdasarkan katagori-katagori umum atau di dalam bab lain juga disebut
sebagai energi potensi bahaya sebagai berikut :
a. Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya (Hazardous Substances)
b. Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure Hazards)
c. Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazards)
d. Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazards)
e. Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazards)
f. Potensi bahaya gravitasi dan akselerasi (Gravitational and Acceleration
Hazards)
g. Potensi bahaya radiasi (Radiation Hazards)
h. Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazards)
i. Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi (Vibration and Noise Hazards)
j. Potensi bahaya ergonomi (Hazards relating to human Factors)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
k. Potensi bahaya lingkungan kerja (Enviromental Hazards)
l. Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan jasa,
proses produksi, properti, image publik, dan lain-lain.
Menurut Ramli (2009), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi
atas tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada
manusia, kerusakan atau gangguan lainnya.
a. Jenis bahaya, antara lain :
1) Bahaya Mekanis
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda
bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual
maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong,
press, tempa, pengaduk dan lain-lain.
Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti
gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan
bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan
cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong atau
terkelupas.
2) Bahaya Listrik
Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi
listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti
kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan
kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik
maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3) Bahaya Kimiawi
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai
dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat
bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan
kimia antara lain keracunan yang bersifat racun (toxic), iritasi,
kebakaran, peledakan, polusi dan pencemaran lingkungan.
4) Bahaya Fisis
Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :
a) Bising
b) Tekanan
c) Getaran
d) Suhu panas atau dingin
e) Cahaya atau penerangan
f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultraviolet atau infra merah.
5) Bahaya Biologis
Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber
dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan
kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Faktor bahaya ini ditemukan
dalam industri makanan, farmasi, pertanian, kimia, pertambangan,
pengolahan minyak dan gas bumi.
b. Sumber Informasi Bahaya
Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai
sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang terjadi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di
lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan
bahan (material safety data sheet) dan lainnya (Ramli, 2009).
Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada proses
produksi harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk
memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu, harus
ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. Sumber bahaya yang teridentifikasi
harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif untuk
mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem (Ramli,
2009).
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan
untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin
timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008).
Langkah pertama untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya
adalah dengan mengidentifikasi atau mengenali kehadiran bahaya di tempat
kerja. (Tarwaka, 2008)
Menurut Soehatman Ramli (2009) teknik identifikasi bahaya ada
berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
a. Teknik Pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalami secara
langsung. Metoda ini sangat rawan, karena tidak semua bahan dapat
menunjukan eksistensi sehingga dapat terlihat. Sebagai contoh, di dalam
suatu pabrik bahan kimia, terdapat berbagai jenis bahan dan peralatan.
Melakukan identifikasi pasif, ibarat menyimpan bom waktu yang dapat
meledak setiap saat.
b. Teknik Semi Proaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena
kita tidak perlu mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya
bahaya. Namun kurang efektif karena :
1) Tidak semua bahaya telah diketahui
2) Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan ke pihak lain
3) Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian.
c. Teknik Proaktif
Teknik terbaik untuk mengidentifikasi bahaya dengan mencari
bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang
merugikan. Teknik proaktif memiliki kelebihan :
1) Bersifat preventif
2) Bersifat Peningkatan berkelanjutan karena dengan mengenal bahaya
dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.
3) Meningkatkan kepedulian
4) Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan :
a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya
b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi
Kegiatan ini dilaksanakan melalui :
a. Konsultasi orang yang mempunyai pengalaman dalam bidang pekerjaan
yang mereka sukai dan menimbulkan kegiatan bahaya.
b. Pemeriksaan-pemeriksaan fisik lingkungan kerja.
c. Catatan sakit dan cidera-cidera insiden waktu yang lalu yang
mengakibatkan cidera dan sakit, menjelaskan sumber bahaya yang
potensial.
d. Informasi identifikasi bahaya memerlukan nasehat, penelitian dan
informasi dari seseorang ahli.
e. Analisa tugas dengan membagi kedalam unsur-unsurnya maka bahaya
yang berhubungan dengan tugas dapat diidentifikasikan.
f. Sistem formal analisa bahaya, misalnya Hazop atau Hazard (Depnaker,
1996).
Kegunaan identifikasi bahaya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bahaya-bahaya yang ada.
b. Untuk mengetahui potensi bahaya tersebut, baik akibat maupun frekuensi
terjadinya.
c. Untuk mengetahui lokasi bahaya.
d. Untuk menunjukkan bahwa bahaya-bahaya tersebut telah dapat
memberikan perlindungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
e. Untuk menunjukkan bahwa bahaya tertentu tidak akan menimbulkan
akibat kecelakaan sehingga tidak diberikan perlindungan.
f. Untuk analisa lebih lanjut (PT. Bukit Makmur, 2003).
Untuk dapat mengidentifikasi bahaya dengan baik dan dapat
menangkap sebanyak mungkin bahaya, kita harus melakukannya dengan
teknik yang benar. Di bawah ini adalah beberapa contoh teknik dalam
mengidentifikasi bahaya :
a. Berjalanlah berkeliling dan perhatikan hal-hal yang dapat menjadi
sumber kecelakaan.
b. Jangan hiraukan hal-hal yang sepele, pusatkan perhatian pada sesuatu
yang dapat menyebabkan insiden serius.
c. Tanyakan kepada pekerja mengenai pendapat mereka tentang bahaya dari
pekerjaan yang dilakukan.
d. Cermati instruksi kerja yang dibuat oleh pabrik.
e. Pelajari catatan insiden dan catatan kesehatan pekerja di tempat tersebut.
f. Pelajari hasil temuan inspeksi terdahulu.
g. Lakukan pengamatan, terutama pada sumber-sumber energi.
h. Cermati semua jenis pekerjaan yang ada di lokasi tersebut.
i. Pertimbangkan keberadaan orang lain yang tidak selalu berada di lokasi
tersebut.
j. Perkirakan semua orang yang dimungkinkan bisa terluka akibat dari
kegiatan di lokasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
k. Dari setiap bahaya yang teridentifikasi, perhatikan jumlah orang dan
lamanya terkena paparan bahaya tersebut ( PT. Bukit Makmur, 2003).
Kita dapat mengidentifikasi bahaya dengan melihat catatan-catatan
insiden yang pernah terjadi dan catatan hasil inspeksi terdahulu di lokasi
tersebut. Pokok-pokok yang harus dicermati dari catatan insiden, antara lain:
a. Benda yang menjadi sumber kecelakaan (palu, sling, plat besi, dump
truck, dan lain-lain).
b. Jenis kecelakaan yang terjadi (terjepit, jatuh, tabrakan, dan lain-lain).
c. Kondisi tidak standar yang menimbulkan insiden (licin, tajam, sempit,
berdebu, dan lain-lain).
d. Tindakan tidak aman yang menimbulkan insiden (tidak pakai APD, tidak
melaksanakan prosedur, dan lain-lain).
e. Bagian tubuh yang cedera (kepala, tubuh, kaki, tangan, dan lain-lain).
f. Seksi-seksi mana yang sering ditemukan penyimpangan / deviasi pada
catatan inspeksi terdahulu,
g. Jenis-jenis deviasi / penyimpangan yang ditemukan dari hasil inspeksi
terdahulu,
h. Daerah-daerah kritis mana yang sering terlepas dari pengawasan
supervisor.
Dengan bantuan catatan insiden dan inspeksi terdahulu, kita dapat
lebih fokus dalam mengidentifikasi bahaya ( PT. Bukit Makmur, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Penilaian Risiko
Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian
pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu (Tarwaka, 2008).
Setiap pekerjaan perlu dilakukan penilaian risiko untuk megetahui
kemungkinan terjadi kecelakaan pada tempat kerja, sehingga dapat
menetapkan pencegahan dan pengendalian keselamatan kerja. Tingkat
resiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan
keparahan (consequence/severity) dari suatu kejadian yang dapat
menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cidera dan sakit yang mungkin
timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja. Hazard banyak ditemui
di tempat kerja dan harus segera dikendalikan secepat mungkin supaya tidak
terjadi kesalahan yang fatal atau risiko bahaya yang lebih besar, karena ada
beberapa diantaranya yang dapat dikendalikan dengan sedikit biaya atau
tanpa biaya. Apabila kita akan mengendalikan suatu risiko bahaya, maka
kita harus menentukan mana yang pertama kali dilakukan untuk
mengendalikanya. Untuk menentukkan prioritas hazard yang serius atau
sangat serius maka harus dilakukan penilaian risiko untuk menentukan
pengendalian yang tepat terhadap potensi bahaya di tempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Gambar 1. Bagan Penentuan Tingkat Risiko
Sumber : Tarwaka, 2008
Hasil dari penilaian risiko akan memudahkan kita dalam melihat
tingkat kekritisan dari bahaya, sehingga kita dapat mendudukkan bahaya-
bahaya tersebut sesuai urut-urutan dari yang memiliki tingkat kekritisan
tinggi sampai yang memiliki kekritisan rendah (PT. Bukit Makmur, 2003).
Penilaian risiko terutama ditujukan untuk menyusun prioritas
pengendalian bahaya yang telah diidentifikasi. Semakin tinggi nilai risiko
yang dikandung suatu bahaya, semakin kritis sifat bahaya tersebut, dan
berarti menuntut tindakan perbaikan atau pengendalian yang sesegera
mungkin (PT. Bukit Makmur, 2003).
Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian
risiko meliputi :
a. Menentukan personil penilai
Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh
petugas lain di luar perusahaan yang berkompeten baik dalam
pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan.
TINGKAT
RESIKO
KEKERAPAN
Kemungkinan terjadinya
kecelakaan atau sakit :
Dinilai dari frekuensi
atau durasi paparan
hazard
KEPARAHAN
Tingkat keparahan
kecelakaan atau sakit :
Dinilai dari jumlah
orang yang terpapar
hazard pada periode
tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Tergantung dari kebutuhan, pada tempat kerja yang luas, personil penilai
dapat merupakan suatu tim yang terdiri dari beberapa orang.
b. Menentukan obyek/bagian yang akan dinilai
Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut
bagian atau departemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan
sebagainya. Penentuan obyek ini sangat membantu dalam sistematika
kerja penilai.
c. Kunjungan/Inspeksi tempat kerja
Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu “walk through survey /
Inspection” yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih
detail. Dalam kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar
dan mencatat semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian
kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja,
teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait.
d. Identifikasi potensi bahaya
Berbagai cara dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi
bahaya di tempat kerja, misalnya melalui :
1) Inspeksi/survey tempat kerja rutin.
2) Informasi mengenai data kecelakaan kerja dan penyakit, absensi.
3) Laporan dari P2K3 (Panitia Pengawas Kesehatan dan Keselamatan
Kerja), supervisor atau keluhan pekerja.
4) Lembar data keselamatan bahan (material safety data sheet)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Selanjutnya diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi
bahaya tersebut untuk memprediksi langkah atau tindakan selanjutnya
terutama pada kemungkinan potensi bahaya tersebut menjadi suatu
risiko.
e. Mencari informasi/data potensi bahaya
Upaya ini dapat dilakukan misalnya melalui kepustakaan,
mempelajari MSDS, petunjuk teknis, standar, pengalaman atau informasi
lain yang relevan.
f. Analisis Risiko
Dalam kegiatan ini, semua jenis risiko, akibat yang bisa terjadi,
tingkat keparahan (saverity) frekuensi kejadian, cara pencegahannya,
atau rencana tindakan untuk mengatasi resiko tersebut dibahas secara
rinci dan dicatat selengkap mungkin. Ketidaksempurnaan dapat juga
terjadi, namun melalui upaya sistematik, perbaikan senantiasa akan
diperoleh.
g. Evaluasi risiko
Memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat
merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian
resiko. Kualifikasi dan kuantifikasi risiko, dikembangkan dalam proses
tersebut. Konsultasi dan nasehat dari para ahli seringkali dibutuhkan pada
tahap analisis dan evaluasi risiko.
Metode evaluasi resiko antara lain adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Menghitung peluang insiden (probability)
Dalam menentukan peluang insiden yang terjadi di tempat kerja
kita dapat menggunakan skala berdasarkan tingkat potensinya.
Tabel 1. Nilai Kemungkinan
Nilai Kemungkinan
Tingkat Uraian Contoh Rinci
5 Hampir Pasti
Terjadi
Dapat terjadi setiap saat dalam kondisi
normal, akan terjadi pada semua kondisi
(90%) terjadi (selalu terjadi sampai 1
kali dalam seminggu)
4 Sering Terjadi Terjadi beberapa kali dalam periode
waktu tertentu, (kurang dari 1 kali
dalam satu minggu sampai 1 kali dalam
satu bulan)
3 Dapat Terjadi Risiko dapat terjadi namun tidak sering,
(kurang dari 1 kali dalam satu bulan
sampai 1 kali dalam tiga bulan)
2 Kadang-kadang Kadang-kadang terjadi (kurang dari 1
kali dalam tiga bulan sampai 1 kali
dalam satu tahun)
1 Jarang Sekali Dapat terjadi dalam keadaan tertentu,
pada suatu kondisi khusus/luar
biasa/bertahun-tahun, (kurang dari 1
kali dalam satu tahun)
Sumber : Ramli, 2009
2) Menghitung tingkat keparahan (saverity)
Tabel 2. Nilai Keparahan (Saverity)
Bersambung
Nilai Keparahan
Tingkat Uraian Contoh Rinci
1 Tidak Signifikan Tidak menimbulkan kerugian/ cedara pada
manusia, tidak mengganggu kesehatan, dan
berdampak pada tempat kejadian
2 Kecil Menimbulkan cedera ringan, kerugian
kecil, menimbulkan dampak serius terhadap
kelangsungan bisnis, dan berdampak pada
lingkungan unit kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Sambungan
Nilai Keparahan
Tingkat Uraian Contoh Rinci
3 Sedang Cedera berat dan dirawat di rumah
sakit, tidak menimbulkan cacat tetap,
kerugian finansial sedang, berdampak
pencemaran pada lingkungan tempat
usaha.
4 Berat Menimbulkan cedera parah dan cacat
tetap dan kerugian finansial besar,
menimbulkan dampak serius terhadap
kelangsungan usaha serta berdampak
pencemaran pada lingkungan besar
perusahaan dan masyarakat disekitar.
5 Bencana Mengakibatkan korban meninggal dan
kerugian parah bahkan menghentikan
kegiatan usaha selamanya serta
berdampak pada lingkungan sangat
besar dan masyarakat luas.
Sumber : Ramli, 2009
3) Mengkombinasikan perhitungan peluang dan konsekuensi untuk
menentukan tingkat resiko. Level atau tingkatan resiko ditentukan oleh
hubungan antara nilai hasil identifikasi peluang bahaya dan konsekuensi.
Hubungan ini dapat kita gambarkan dalam matriks berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Saverity
Probability
1 2 3 4 5
5 M H H E E
4 L M H H E
3 L M M H H
2 L L M M H
1 L L L L M
Gambar 2. Risk Matrik Peringkat Risiko
Sumber : Ramli, 2009
Keterangan :
E : Extreme (Sangat Tinggi) M : Medium (sedang)
H : High (tinggi) L : Low (rendah)
Berdasarkan matrik rangking tersebut kita dapat mengidentifikasi
atau menentukan tindakan yang akan kita lakukan terhadap setiap risiko.
Ketentuan tindak lanjutnya sebagai berikut :
a) Risiko rendah
Risiko dapat diterima, pengendalian tambahan tidak perlu
dilakukan. Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa
pengendalian telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar.
b) Risiko sedang
Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya
pencegahan yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan
dibatasi. Pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan dalam
jangka waktu yang ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c) Risiko tinggi
Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah direduksi.
Perlu pertimbangan sumber daya yang akan dialokasikan untuk
mereduksi risiko. Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan
yang masih berlangsung, maka tindakan harus segera dilakukan.
d) Ekstrim
Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan sampai
risiko telah direduksi. Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi
risiko dengan sumber daya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat
dilaksanakan (Ramli, 2009).
Penilaian risiko ini bersifat subyektif. Tetapi pengelompokan angka
nilai risiko seperti diatas akan mengurangi tingkat kesubyektifan dari
penilaian ini. Dan jika penilaian risiko dilakukan oleh tim atau kelompok,
akan lebih memperkecil kesubyektifan (PT. Bukit Makmur, 2003).
Hal terpenting dalam melakukan penilaian risiko adalah berpikir logis,
artinya tidak melebih-lebihkan kekhawatiran kita akan bahaya yang kita
nilai, tetapi jangan pula menganggap sepele dari bahaya tersebut (PT. Bukit
Makmur, 2003).
Dalam penilaian risiko, ada beberapa hal yang harus kita
memperhatikan antara lain :
a) Bahaya mempunyai sifat spesifik, tergantung pada ruang/tempat, waktu,
dan massa. Sehingga satu jenis bahaya, dapat mempunyai nilai risiko
yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b) Besarnya angka dari risiko tidak begitu penting. Yang terpenting adalah
langkah pengendalian risiko yang kita lakukan.
c) Lakukan tindakan perbaikan segera, jika ditemukan bahaya dengan
tingkat kekritisan sangat tinggi (PT. Bukit Makmur, 2003).
3. Pengendalian Risiko
Bahaya yang sudah diidentifikasi dan dinilai, maka selanjutnya harus
dilakukan perencanaan pengendalian risiko untuk mengurangi risiko sampai
batas maksimal.
Pengendalian risiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki
Pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki pengedalian risiko adalah suatu
urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin
timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Di dalam
hirarki pengendalian risiko terdapat 2 (dua) pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan ”Long Term Gain” yaitu pengendalian berorientasi jangka
panjang dan bersifat permanen dimulai dari pengendalian substitusi,
eliminasi, rekayasa teknik, isolasi atau pembatasan, administrasi dan
terakhir jatuh pada pilihan penggunaan alat pelindung diri.
b. Pendekatan ”Short Term Gain”, yaitu pengendalian berorientasi jangka
pendek dan bersifat temporari atau sementara. Pendekatan pengendalian
ini diimplementasikan selama pengendalian yag bersifat lebih permanen
belum dapat diterapkan. Pilihan pengendalian risiko ini dimulai dari
penggunaan alat pelindung diri menuju ke atas sampai dengan substitusi
(Tarwaka, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Hirarki Pengendalian Risiko merupakan suatu urutan-urutan dalam
pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari
beberapa tingkatan secara berurutan. Salah satunya dengan membuat
rencana pengendalian antara lain :
a. Eliminasi (Elimination)
Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat
permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas
utama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja atau
sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang tidak dapat
diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Cara
pengendalian yang baik dilakukan adalah dengan eliminasi karena
potensi bahaya dapat ditiadakan.
b. Substitusi (Substitution)
Cara pengendalian substitusi adalah dengan menggantikan bahan-
bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan
peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman.
c. Rekayasa Teknik (Engineering Control)
Pengendalian rekayasa teknik termasuk merubah struktur obyek
kerja untuk mencegah seseorang terpapar potensi bahaya. Cara
pengendalian yang dilakukan adalah dengan pemberian pengaman mesin,
penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorber suara pada
dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi, dan lain-lain.
d. Isolasi (Isolation)
Cara pengendalian yang dilakukan dengan memisahkan seseorang
dari obyek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat
tertutup (control room) menggunakan remote control.
e. Pengendalian Administrasi (Admistration Control)
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyediakan suatu
sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar
potensi bahaya yang tergantung dari perilaku pekerjanya dan
memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian
administrasi ini. Metode ini meliputi penerimaan tenaga kerja baru sesuai
jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan,
penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training
keahlian dan training K3.
f. Alat Pelindung Diri (Administration Control)
Alat pelindung diri yang digunakan untuk membatasi antara
terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima oleh tubuh.
Menurut modul IBPR PT. Bukit Makmur (2003), dalam
menentukan pengendalian risiko atas bahaya yang kita identifikasi, harus
diperhatikan hal-hal di bawah ini :
1).Apakah telah ada control / pengendalian resiko yang telah lalu?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Jika telah ada, apakah kontrol tersebut telah memadai atau belum?
2).Jika belum memadai, tentukan tindakan pengendalian baru untuk
menghilangkan atau menekan resiko sampai pada tingkat serendah
mungkin.
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Unit Destilasi Atmosferis
Pusdiklat Migas Cepu
Potensi Bahaya dan
Faktor Bahya
Identifikasi Bahaya
Penilaian Risiko
Kondisi Aman
Pengendalian Risiko
Tidak ada Identifikasi
Bahaya
 Penyakit Akibat Kerja
 Kecelakaan Kerja
Kerugian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Potensi Bahaya
Identifikasi Potensi Bahaya
Penilaian Risiko
Pengendalian Risiko
Kondisi Aman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian diskritif. Menurut
Nurbuko (2005), metode diskritif yaitu memberikan gambaran secara jelas suatu
masalah dan keadaan berdasarkan data-data yang sebenarnya, sehingga hanya
merupakan penyingkapan suatu fakta dan data yang diperoleh serta digunakan
sebagai bahan penulisan laporan.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusiklat Migas yang terletak di Jl. Sorogo No. 1
Cepu 58315, Blora, Jawa Tengah dengan mengambil lokasi di Unit Destilasi
Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu.
C. Obyek Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian
Obyek penelitian ini adalah manusia, peralatan atau mesin dan lingkungan
sebagai sumber bahaya.
D. Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari melakukan observasi ke tempat
kerja/lapangan, wawancara tenaga kerja dan konsultasi dengan pembimbing
lapangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data perusahaan serta literatur lain sebagai
sumber data. Data sekunder diperoleh di Perpustakaan Diploma III Hiperkes
dan KK, Pusdiklat Migas Cepu dan AKAMIGAS Cepu.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi Lapangan
Teknik pengumpulan data dengan observasi langsung ke lapangan ini
dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya, penilaian risiko, dan
pengendalian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak
Pusdiklat Migas Cepu.
2. Wawancara
Peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung dengan karyawan
yang berwenang dan berkaitan dengan potensi bahaya, penilaian risiko, dan
pengendalian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak
Pusdiklat Migas Cepu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3. Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan penulis dengan membaca buku-buku
yang ada hubungannya dengan masalah identifikasi potensi bahaya,
penilaian risiko, dan pengendalian risiko di Unit Destilasi Atmosferis
Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu, laporan-laporan penelitian yang
sudah ada, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan objek
penelitian baik dari perpustakaan Pusdiklat Migas Cepu maupun
AKAMIGAS Cepu yang dapat menunjang tentang higene perusahaan,
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen
terkendali maupun tidak terkendali yang ada di perusahaan serta catatan-
catatan perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian.
F. Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Pengajuan proposal magang pada tanggal 5 Oktober 2010 yang ditujukan
kepada Kepala Bidang Program dan Kerja Sama Pusdiklat Migas Cepu.
b. Mendapatkan surat jawaban resmi pada bulan Januari dari Kepala Bidang
Program dan Kerja Sama Pusdiklat Migas Cepu melalui faximilie.
c. Membaca referensi berupa buku-buku di perpustakaan Diploma III
Hiperkes dan KK dan literatur dari internet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Pelaksanaan
a. Observasi ke semua unit di Pusdiklat Migas Cepu.
b. Observasi ke objek yang bersangkutan dengan judul laporan yaitu khusus
di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu.
c. Tanya jawab dengan pembimbing, staff perusahaan maupun tenaga kerja
atau operator di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat
Migas Cepu.
d. Mencari data sebagai pelengkap baik data primer maupun data sekunder.
G. Analisa Data
Dari data penelitian yang sudah diperoleh, maka penulis berusaha untuk
menganalisa hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko
dengan membandingkan data yang diperoleh dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku seperti UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, Kepmenaker No.51/MEN/1999 tentang Faktor Fisik Tempat Kerja,
Permenaker No. Per-02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Automatik, Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi No.
87.K/38/DDJM/1996 tentang Tata Cara Penilaian dan Pemberian tanda
Penghargaan dalam Bidang Keselamatan Kerja Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi dan Pengusaha Sumber Daya Panas Bumi, dan Peraturan Pemerintah No.
11 tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Diskripsi Proses Pengolahan Minyak Secara Destilasi Atmosferis
Proses pengolahan minyak mentah (crude oil) di Pusdiklat Migas
Cepu dengan menggunakan proses destilasi atmosferis. Minyak mentah
(crude oil) merupakan campuran yang sangat kompleks dari senyawa-
senyawa hidrokarbon sebagi penyusun utamanya dan sedikit unsur
Belerang, Nitrogen Oksigen, Logam-logam dan garam mineral. Sebelum
proses masuk ke kilang bahan/material ikutan tersebut harus dipisahkan
lebih dahulu agar tidak menganggu proses dan mengurangi mutu produk
yang dihasilkan.
Minyak mentah (crude oil) sebagai suatu hasil tambang
dikelompokkan beberapa jenis antara lain :
a. Crude Oil Parafinis
Crude Oil Parafinis adalah crude oil atau minyak mentah yang
susunan hidrokarbonnya sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon
yang sederhana, ditandai dengan rantai atom-atom karbon yang tersusun
dalam rantai jenuh tebuka. Sifat fisik crude oil ini antara lain, fraksi
beratnya banyak mengandung lilin, sedikit mengandung aspal, dan mutu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
gasoline yang memilki spesifikasi rendah, mutu kerosene dan solarnya
baik. Minyak mentah ini banyak terdapat di daerah Kewengan.
b. Crude Oil Asphaltis
Crude Oil Asphaltis adalah crude oil atau minyak mentah yang
susunan hidrokarbonnya sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon
tertutup / cyclisss (nefthenis maupun aromatis) ditandai spesifikasi mutu
gasoline lebih tinggi, mutu kerosene titik asap rendah dan residu bersifat
asphaltis, cocok untuk dibuat asphalt, dan tidak mengandung lilin.
Minyak mentah ini banyak terdapat di daerah Ledok.
c. Crude Oil Campuran (Mixed)
Crude oil atau minyak mentah ini merupakan campuran dari crude
oil parafinis dan asphaltis, dan juga mengandung aromatis. Sedangkan
yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan crude oil di Unit
Destilasi Pusdiklat Migas Cepu berupa crude oil campuran.
Prinsip dasar destilasi atmosferis adalah pemisahan fraksi-fraksi yang
dikehendaki didasarkan atas perbedaan trayek didih (boiling range) masing-
masing fraksi tersebut, dan berlangsung melalui proses pemanasan,
penguapan, pemisahan, pengembunan dan pendinginan. Proses berlangsung
pada tekanan sedikit di atas atmosfer sehingga disebut Destilasi Atmosferis.
Sebelum minyak mentah diolah dalam kilang, terlebih dahulu kedua
jenis crude oil ini diproses di tangki penampungan crude oil. Adapun
peralatan penting yang digunakan di Unit Destilasi Atmosferis Kilang
Pusdiklat Migas Cepu antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
1) Pompa
Pompa berfungsi untuk mengalirkan zat cair melalui sistem
perpipaan dari suatu unit ke unit lain dengan jalan menambahkan energi
pada zat cair tersebut. Selain memindahkan cairan, pompa juga berfungsi
untuk menambahkan kecepatan alir cairan tersebut. Jenis pompa yang
dipakai di Unit Kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah jenis pompa torak,
pompa sentrifugal, dan pompa ulir.
2) Heat Exchanger
Heat Exchanger berfungsi sebagai pemanasan awal dari umpan
minyak mentah (crude oil) sebelum masuk ke furnace dengan jalan
mengambil panas dari aliran produk residu dan solar yang akan
didinginkan.
3) Furnace
Furnace berfungsi untuk memanaskan minyak mentah sampai suhu
yang ditentukan. Tipe furnace di Unit Kilang Pusdiklat Migas Cepu
adalah model box dengan tube terletak pada posisi horizontal. Setiap
furnace mempunyai satu burner dengan menggunakan sistem natural
draf. Minyak mentah mengalir melalu tube-tube yang berada di bagian
bawah dan mendapatkan panas secara konveksi dengan adanya gas buang
yang keluar melalui cerobong. Untuk mengatur flue gas yang keluar
diperlukan damper stack.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4) Evaporator
Evaporator berfungsi untuk memisahkan antara uap dan cairan dari
minyak mentah yang telah dipanaskan di dalam furnace. Evaporator
berupa bejana tegak yang dilengkapi dengan lubang injeksi steam pada
bagian dasarnya. Injeksi steam bertujuan untuk menyempurnakan proses
pemisahan di dalam evaporator, sehingga fraksi ringan yang masih
bercampur dengan fraksi berat diharapkan akan keluar dari dasar
evaporator dan naik bersama-sama steam menuju puncak evaporator.
Evaporator ini memisahkan residu dengan campuran fraksi-fraksi seperti
gasoline, kerosene, dan solar.
5) Kolom Fraksinasi
Kolom fraksinasi berfungsi untuk memisahkan masing-masing
fraksi yang dikehendaki sesuai dengan jarak titik didih masing-masing
fraksi tersebut.
6) Kolom stripper
Kolom stripper berfungsi untuk menguapkan kembali fraksi-fraksi
ringan yang masih bercampur dengan produk. Untuk menguapkan
diberikan steam dengan cara menginjeksikan pada bagian dasar stripper.
7) Cooler
Cooler berfungsi utuk mendinginkan produk panas sebelum
disalurkan ke tangki penampungan tetapi tidak merubah fase. Jenis
cooler yang digunakan di unit kilang antara lain :
a) Tipe shell and tube dengan media pendingin air (16 unit)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b) Tipe cooling box dengan media pendingin air (6 unit)
8) Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mengembunkan produk uap dari
puncak fraksinasi. Media pendinginnya berupa air. Produk jadi
dilewatkan pada bagian shell sedang air berada di bagian tube.
9) Separator
Separator berfungsi untuk memisahkan air dan gas yang tercampur
di dalam produk. Terdapat 8 unit separator yang dioperasikan.
10) Tangki Penampungan
Tangki penampungan berfungsi untuk menampung produk jadi
maupun residu. Untuk tangki minyak berat (PH Solar dan residu)
dilengkapi dengan pemanas agar tidak membeku dengan menginjeksikan
steam agar tetap cair.
Urutan jalannya proses pengolahan minyak mentah secara destilasi
atmosferis di unit kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah sebagai berikut :
a) Minyak mentah dalam tangki penampungan minyak mentah dihisap dan
disalurkan oleh feed pump Heat Exchanger (HE) untuk mengalami
pemanasan awal sampai menjadi antara 100-1400
C. Kemudian masuk ke
dalam furnace untuk dilakukan pemanasan lanjut hingga mencapai suhu
antara 300-3400
C berdasarkan karakteristik produk. Selanjutnya masuk
evaporator untuk memisahkan antara uap produk dan residu. Residunya
kemudian menuju residu stripper, HE, Box Coooler, kemudian masuk ke
dalam tangki residu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b) Dari top evaporator, uap minyak yang merupakan campuran dari fraksi-
fraksi solvent (petrasol), kerosene, solar dan PH Solar masuk ke kolom
fraksinasi C-1 untuk dipisahkan sesuai fraksi-fraksi tersebut, yaitu dari top
kolom C-1 keluar produk Petrasol yang diumpankan kembali ke kolom C-2
untuk Petrasol CA yang keluar melalui top kolom C-2 dicairkan di
kondensor dan didinginkan di cooler kemudian masuk separator menuju
tangki penampungan produk Petrasol CA di T-114, T-115, T-116, dan T-
117
c) Dari side stream kolom C-2 dan bottom kolom C-2 diambil sebagai produk
Petrasol CB, kemudian masuk separator menuju tangki penampungan
Petrasol CB di T-109 dan T-110.
d) Dari side stream paling atas kolom C-1 diambil produk Petrasol CC,
kemudian masuk cooler, selanjutnya separator hingga menuju tangki
penampungan Petrasol CC di T-112 dan T-113.
e) Dari side stream tengah kolom C-1, dimabil produk kerosene kemudian
masuk ke stripper kerosene. Dari bottom stripper, kerosene masuk ke dalam
cooler menuju separator hingga masuk ke tangki penampung kerosene di T-
106, T-124, T-125, dan T-126.
f) Dari side stream bagian bawah kolom C-1 diambil produk solar kemudian
masuk hingga tangki penampung produk solar di T-111, T-120 dan T-127.
g) Dari bagian bawah kolom fraksinasi C-1 keluar produk PH-Solar langsung
disalurkan ke tangki penampung PH-Solar yaitu T-118 dan T-119.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Selanjutnya dipompakan ke unit Wax Plant untuk diproses dan diambil lilin
atau wax.
Produk-produk utama yang dihasilkan di Unit Destilasi Atmosferis
Kilang Pusdiklat Migas Cepu antara lain :
(1). Solvent ringan atau Petrasol CA ( Pertamina solvent Cepu kualitas A)
(2). Solvent sedang atau Petrasol CB ( Pertamina solvent Cepu kulaitas B)
(3). Naptha
(4). Solvent berat atau Petrasol CC ( Pertamina solvent Cepu kualitas C)
(5). Kerosene ( minyak tanah)
(6). PH-Solar
(7). Solar
(8). Residu
Kapasitas dari Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu sekitar
600 m3
/hari dengan pengoperasian 4 unit furnace. Untuk saat ini hanya
dioperasikan 1 unit furnace dengan kapasitas sekitar 170 m3
/hari sesuai dengan
permintaan dari PERTAMINA EP Region Jawa Tengah (Cepu).
2. Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi
Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu
Di Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu belum
dilaksanakan IBPR. Oleh karena itu peneliti membuat form IBPR berdasarkan
kriteria Kemugkinan (Probability), Keparahan (Saverity), Penilaian Risiko dan
Signifikan Risiko menurut Permenaker No.PER 05/MEN/1996 Lampiran I
point 3.3 Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko.
37
37
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR)
Instansi : Pusdiklat Migas Cepu Tanggal : 16 Februari 2011
Area : Pengolahan Minyak (Kilang) Sumber : Data Primer
Proses : Destilasi Atmosferis Dibuat oleh : Oktavianus Roy Abrianto
Keterangan : P (Probability) atau Kemungkinan
S (Saverity) atau Keparahan
R (Risiko)
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
1. Tangki-101
dan Tangki-
102
a. Penampungan crude
oil
1) Kebakaran jika
adanya nyala api
3 4 12 Tinggi Pemasangan sistem peringatan di
depan pagar unit seperti dilarang
membuat bunga api dan proteksi
kebakaran dengan pemasangan
water drenching, hydrant dan alat
pemadam tangki seperti foam
chamber
Bersambung
38
38
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
1. Tangki-101
dan Tangki-
102
a. Penampungan crude
oil
2) Terjatuh dari atas
tangki saat
pengecekan
1 5 5 Rendah Pengecekan dan pembersihan
lantai tangga belum rutin
dilaksanakan, tetapi untuk APD
saat menaiki tangga sudah sesuai
dengan memakai safety shoes,
safety helmet, dan safety belt
3) Terpeleset
tumpahan minyak
4 1 4 Rendah Pembersihan rutin dilakukan, bila
ada bocoran atau ceceran segera
ditangani dan memakai APD saat
bekerja seperti safety shoes, safety
helmet dan safety google, tetapi
spesifikasi dari alas karet safety
shoes belum sesuai dengan
karakteristik minyak sehingga
operator masih sering terpeleset
4) Kebocoran
minyak pada pipa
yang bocor saat
pengisian
menimbulkan
ceceran minyak
1 2 2 Rendah Memastikan pipa saluran tidak
ada yang bocor, memakai APD
(safety shoes, safety helmet,
sarung tangan karet dan safety
googles) dan bila terkena minyak
terdapat tempat cuci tangan.
bersambung
39
39
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
1. Tangki-101
dan Tangki-
102
b. Pemisahan air dan
crude oil
Terpleset ceceran
minyak yang
tercampur air
4 1 4 Rendah Pembersihan rutin dilakukan, bila
ada bocoran atau ceceran segera
ditangani dan memakai APD
(safety shoes, safety helmet dan
safety googles) tetapi spesifikasi
dari alas karet safety shoes belum
sesuai dengan karakteristik
minyak sehingga operator masih
sering terpeleset
c. Penetralan listrik
statis pada setiap
tangki timbun
1) Kebakaran
apabila ada bunga
api oleh karena
listrik statis
akibat beda
potensial antar
pipa atau petir
3 4 12 Tinggi Pemasangan penetral listrik statis
yang dipasang pada tiap tangki
timbun dan persambungan pipa
yang langsung dihubungkan ke
tanah untuk mencegah terjadi
listrik statis, serta terdapat water
drenching untuk mendinginkan
tangki dan alat pemadam tangki
seperti foam chamber untuk
menanggulangi apabila terjadi
kebakaran
bersambung
40
40
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
2. Rumah
Pompa
a. Menyalurkan crude
oil ke HE
1) Tersengat aliran
listrik oleh mesin
saat
pengoperasian
1 5 5 Sedang Pemasangan instalasi listrik sudah
sesuai hanya kurang rutin dalam
pengecekan dan penggantian
komponen secara berkala,
penggunaan APD saat bekerja
seperti safety shoes dan sarung
tangan kulit pada saat
mengoperasikan.
2) Kebocoran crude
oil pada
sambungan pipa
penyalur ke HE
1 2 2 Rendah Pemeriksaan rutin pada setiap
pipa penyalur crude oil dari tangki
timbun sampai HE sebelum
operasional.
b. Sampling point 1) Ceceran minyak
di washtafel dan
lantai bila terkena
kulit akan
menyebabkan
gatal-gatal
4 2 8 Sedang Pembersihan secara rutin
dilakukan, penyediaan tempat
cuci tangan di control room,
penggunaan APD seperti sarung
tangan karet saat bekerja.
bersambung
41
41
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
2. Rumah
Pompa
b. Sampling point 2) Bau crude oil
yang dapat
mengganggu
pernafasan
3 2 6 Sedang Pemakaian APD seperti respirator
saat bekerja dalam waktu yang
lama, tetapi letak sampling point
dekat area terbuka sehingga bau
crude oil tidak terlalu menyengat.
3) Cipratan minyak
yang dapat
mengenai mata
dan kulit dapat
menimbulkan
gatal-gatal
2 2 4 Rendah Membuka kran sampling dengan
hati-hati, penggunaan APD
penutup muka atau safety googles
serta sarung tangan karet saat
berada di tempat yang
mengeluarkan percikan minyak,
dan penyediaan tempat cuci di
control room
c. Pemisahan air dan
minyak di separator
1) Terdapat ceceran
minyak yang
terkoagulasi
dengan air yang
menyebabkan
licin
4 2 8 Sedang Pembersihan rutin dilakukan, bila
ada ceceran minyak segera
dibersihkan dan penggunaan
APD saat bekerja seperti safety
shoes tetapi spesifikasi dari alas
karet safety shoes belum sesuai
dengan karakteristik minyak
sehingga operator masih sering
terpleset
bersambung
42
42
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
2. Rumah
Pompa
c. Pemisahan air dan
minyak di separator
2) Terperosok ke
dalam parit
(sering terjadi
pada malam hari)
4 2 8 Sedang Pemasangan pengaman besi di
atas parit, tetapi banyak yang
hilang dicuri sehingga kaki
operator sering terperosok ke
dalam parit terutama pada saat
shift malam
3) Cipratan minyak
yang dapat
mengenai mata
2 2 4 Rendah Pembukaan kran pemisah minyak
dan air secara hati-hati,
penggunaan APD seperti safety
googles atau kacamata
3. Furnace a. Pompa pengisian
bahan bakar
1) Kebakaran bila
ada bunga api
3 4 12 Tinggi Pengaturan tekanan pompa bahan
bakar serta pemasangan alat
proteksi kebakaran seperti APAR
di setiap tiang penyangga.
2) Konsleting
Listrik
1 5 5 Sedang Pemasangan instalasi pompa
listrik sudah sesuai hanya kurang
rutin dalam pengecekan dan
penggantian komponen secara
berkala sehingga pernah terjadi
percikan api karena konsleting
listrik
bersambung
43
43
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
3. Furnace b. Pemasakan minyak di
Furnace
1) Ledakan karena
tekanan berlebih
3 5 15 Tinggi Memastikan tekanan stabil dan
pengoperasian sesuai SOP
2) Uap minyak yang
keluar dari
cerobong
pemantauan pilot
flare
3 3 9 Sedang Menggunakan APD
(respirator/masker gas) tetapi
jumlahnya tidak banyak dan
operator jarang menggunakan
karena merasa kurang nyaman.
3) Paparan panas
saat pemantauan
pilot flare
3 2 6 Sedang Dapur pembakaran terbuat dari
bau bata sebagai salah satu
isolator dan menggunakan APD
(sarung tangan dari kain) saat
membuka tutup cerobong untuk
pengecekan api pembakaran
4) Bising dari dapur
pembakaran
sebesar 90 dB
selama 2 jam
1 5 5 Sedang Dapur pembakaran dekat dengan
ruang terbuka sehingga sekilas
tidak terdengar bising,
penggunaan APD (ear plug / ear
muff) bila dalam waktu yang lama
(lebih dari 2 jam), tetapi operator
kurang sadar dalam pemakaiannya
karena merasa kurang nyaman.
Bersambung
44
44
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
3. Furnace b. Pemasakan minyak di
Furnace
5) Terkena tetesan
steam
2 2 4 Rendah Diberikan steam trap untuk
disalurkan ke parit, tetapi sudah
rusak sehingga untuk menampung
tetesan dengan wadah dari besi.
6) Terpeleset
ceceran air
4 1 4 Rendah Pembersihan belum rutin
dilakukan, operator menggunakan
APD seperti safety shoes
c. Penggunaan gas flare
dan gas LPG sebagai
pilot fire
1) Kebakaran
karena bunga api
yang berlebihan
3 5 15 Tinggi Peletak tabung gas jauh dari
pematik api dan penyediaan
APAR pada setiap sudut dan tiang
penyangga.
2) Kebocoran gas di
saluran pipa
2 2 4 Rendah Pengecekan pipa rutin dilakukan
tetapi perbaikan pipa yang bocor
cenderung lambat serta
penggunaan APD seperti
respirator gas tetapi jumlahnya
tidak banyak dan jarang
dilakukan operator karena merasa
kurang nyaman.
bersambung
45
45
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
4. Fraksinasi
a. Lantai
Dasar
1) Pemanasan awal di
HE
a) Kebakaran oleh
karena bunga api
3 4 12 Tinggi Pemasangan APAR yang sangat
mudah di jangkau dan sudah
sesuai kebutuhan
b) Paparan panas
dari produk
maupun steam
4 2 8 Sedang Pemberian isolator pada setiap
pipa, tetapi banyak isolator yang
lepas dan penggunan APD seperti
sarung tangan dari kain.
c) Terpeset ceceran
minyak di lantai
4 2 8 Sedang Pembersihan secara rutin dan
penggunaan APD seperti safety
shoes
2) Pipa-pipa penyalur
minyak ke HE
a) Kebakaran bila
ada bunga api
3 4 12 Tinggi Pemasangan APAR yang tidak
jauh jaraknya dan sesuai
kebutuhan
b) Tersandung oleh
pipa-pipa
2 2 4 Rendah Penggunaan APD safety shoes
dan safety helmet
3) Peletakan Amoniak
untuk injeksi top
kolom agar tidak
berkarat
Bau dari uap
yang dapat
mengganggu
pernafasan dan
keracunan
2 4 8 Sedang Penggunaan APD seperti masker
gas bila dalam waktu yang lama
bersambung
46
46
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
4. b. Lantai I Terdapat bagian bawah
dari kolom C-2, C-3, C4
dan C5 untuk
memisahkan fraksi-fraksi
minyak
a) Ledakan kerena
tekanan berlebih
3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin
tekanannya bila berlebih
tekanannya dibuang lewat relief
valve
Terdapat Akumulator
(facial steam) untuk
menyimpan steam
sementara dari boiler
b) Kebakaran
karena bunga api
3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR
dan pipa hydrant di tiap ujung
tangga dan injeksi steam untuk
mencegah timbulnya api
Evaporator memisahkan
fasa uap dan fasa cair
(bagian bawah)
c) Tersandung pipa
bisa
menyebabkan
jatuh
2 3 6 Sedang Pemberian pembatas pagar dan
penggunaan APD seperti safety
shoes dan safety helmet
d) Kebocoran uap
minyak atau
steam di
sambungan pipa
2 4 8 Sedang Proteksi dengan pengadaan APAR
di tiap ujung tangga dan injeksi
steam untuk mencegah timbulnya
api Pemberian isolasi terhadap
sambungan pipa tetapi ada
beberapa sambungan pipa yang
bocor karena korosif dan
penggunaan APD seperti
respirator dan safety googles
bersambung
47
47
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
4. b. Lantai I e) Terpapar panas
produk dan steam
2 3 6 Sedang Pemberian isolasi di seluruh pipa
tetapi banyak isolator yang lepas
dan penggunaan APD seperti
sarung tangan kain.
f) Terpleset ceceran
minyak atau air
2 1 2 Rendah Penggunaan APD safety shoes
dan safety helmet saat bekerja
c. Lantai 2 Terdapat kolom C-1
untuk memisahkan fraksi
minyak
a) Ledakan karena
tekanan berlebih
3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin
tekanannya bila berlebih
tekanannya dibuang lewat relief
valve
b) Kebakaran oleh
karena bunga api
3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR
dan pipa hydrant di tiap ujung
tangga dan injeksi steam untuk
mencegah timbulnya api.
c) Kebocoran uap
minyak atau
steam di
sambungan pipa
2 4 8 Sedang Pemberian isolator terhadap
sambungan pipa tetapi ada
beberapa sambungan pipa yang
bocor karena korosif dan
penggunaan APD seperti
respirator dan safety googles
bersambung
48
48
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
4. c. Lantai 2 Terdapat kolom C-1
untuk memisahkan fraksi
minyak
d) Terpapar panas
oleh karena
produk dan steam
1 5 5 Sedang Pemberian isolator di seluruh pipa
tetapi banyak isolator yang lepas
dan penggunaan APD seperti
sarung tangan kain.
e) Tersandung
sehingga terjatuh
2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD
safety shoes dan safety helmet
f) Terpleset ceceran
minyak atau air
3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes
dan safety helmet saat bekerja.
d. Lantai 3 Terdapat kolom C-2, C-
3, C-4, dan C-5 untuk
memisahkan fraksi
minyak
a) Ledakan karena
tekanan berlebih
3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin
tekanannya bila berlebih
tekanannya dibuang lewat relief
valve
b) Kebakaran oleh
karena bunga api
3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR
dan pipa hydrant di tiap ujung
tangga dan injeksi steam untuk
mencegah timbulnya api.
c) Kebocoran uap
minyak atau
steam di
sambungan pipa
2 4 8 Sedang Pemberian isolator terhadap
sambungan pipa tetapi ada
beberapa sambungan pipa yang
bocor karena korosif dan
penggunaan APD seperti
respirator dan safety googles
bersambung
49
49
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
4. d. Lantai 3 Terdapat kolom C-2, C-
3, C-4, dan C-5 untuk
memisahkan fraksi
minyak
d) Terpapar panas
oleh karena
produk dan steam
1 5 5 Sedang Pemberian isolator di seluruh pipa
tetapi banyak isolator yang lepas
dan penggunaan APD seperti
sarung tangan kain.
e) Tersandung
sehingga terjatuh
2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD
safety shoes dan safety helmet
f) Terpleset ceceran
minyak atau air
3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes
dan safety helmet saat bekerja.
e. Lantai 4 Terdapat evaporator (top
coulom)
a) Ledakan karena
tekanan berlebih
3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin
tekanannya bila berlebih
tekanannya dibuang lewat relief
valve
Pengambilan produk
(side steam) no. 4, 5, 6
b) Kebakaran oleh
karena bunga api
3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR
dan pipa hydrant di tiap ujung
tangga dan injeksi steam untuk
mencegah timbulnya api.
c) Kebocoran uap
minyak atau
steam di
sambungan pipa
2 4 8 Sedang Pemberian isolator terhadap
sambungan pipa tetapi ada
beberapa sambungan pipa yang
bocor karena korosif dan
penggunaan APD seperti
respirator dan safety googles
Bersambung
50
50
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
4. e. Lantai 4 Terdapat evaporator (top
coulom)
d) Terpapar panas
oleh karena
produk dan steam
1 5 5 Sedang Pemberian isolator di seluruh pipa
tetapi banyak isolator yang lepas
dan penggunaan APD seperti
sarung tangan kain.
Pengambilan produk
(side steam) no. 4, 5, 6
e) Tersandung
sehingga terjatuh
2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD
safety shoes dan safety helmet
f) Terpleset ceceran
minyak atau air
3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes
dan safety helmet saat bekerja.
f. Lantai 5 Terdapat kolom C-1A
dan C-1B
a) Ledakan oleh
karena tekanan
berlebih
3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin
tekanannya bila berlebih
tekanannya dibuang lewat relief
valve
Pengambilan produk
(side steam) no. 7 dan 8
b) Kebakaran
karena timbulnya
bunga api
3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR
dan pipa hydrant di tiap ujung
tangga dan injeksi steam untuk
mencegah timbulnya api.
c) Kebocoran uap
minyak atau
steam di
sambungan pipa
2 4 8 Sedang Pemberian isolator terhadap
sambungan pipa tetapi ada
beberapa sambungan pipa yang
bocor karena korosif dan
penggunaan APD seperti
respirator dan safety googles
Bersambung
51
51
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
4. f. Lantai 5 Terdapat kolom C-1A
dan C-1B
d) Terpapar panas
oleh karena
produk dan steam
1 5 5 Sedang Pemberian isolator di seluruh pipa
tetapi banyak isolator yang lepas
dan penggunaan APD seperti
sarung tangan kain.
Pengambilan produk
(side steam) no. 7 dan 8
e) Tersandung
sehingga terjatuh
2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD
safety shoes dan safety helmet
f) Terpleset ceceran
minyak atau air
3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes
dan safety helmet saat bekerja.
g. Lantai 6 Terdapat top kolom C1A
dan C-1B
a) Ledakan oleh
karena tekanan
berlebih
3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin
tekanannya bila berlebih
tekanannya dibuang lewat relief
valve
b) Kebakaran
karena timbulnya
bunga api
3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR
di tiap ujung tangga dan injeksi
steam untuk mencegah timbulnya
api.
c) Kebocoran uap
minyak atau
steam di
sambungan pipa
2 4 8 Sedang Pemberian isolator terhadap
sambungan pipa tetapi ada
beberapa sambungan pipa yang
bocor karena korosif dan
penggunaan APD seperti
respirator dan safety googles
bersambung
52
52
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
4. g. Lantai 6 Terdapat top kolom C1A
dan C-1B
d) Terpapar panas
oleh karena
produk dan steam
1 5 5 Sedang Pemberian isolator di seluruh pipa
tetapi banyak isolator yang lepas
dan penggunaan APD seperti
sarung tangan kain.
e) Tersandung
sehingga terjatuh
2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD
safety shoes dan safety helmet
f) Terpleset ceceran
minyak atau air
3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes
dan safety helmet saat bekerja.
5. Kondesor
dan cooler
Kondesor melakukan
pengembunan uap
(kondensasi) minyak dari
puncak kolom fraksinasi
a) Terjadi
kebocoran pipa
sehingga minyak
tercampur air
2 1 2 Rendah Pengecekan serta perbaikan harus
sesuai SOP / Work Permit,
pembuangan air saat pengurasan
lebih hati-hati dan penggunaan
APD seperti safety shoes dan
safey helmet saat bekerja
Cooler digunakan untuk
mendinginkan produk
panas tetapi tidak
merubah fase
b) Terpleset
sehingga bisa
menyebabkan
jatuh dari tangga
1 4 4 Rendah Terdapat pembatas, saat
pengecekan serta perbaikan harus
sesuai SOP/Work Permit dan
memakai APD seperti safety
shoes dan safey helmet
Bersambung
53
53
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
6. Tangki
Produk 106-
144
a. Penyimpanan hasil
produk
1) Kebakaran jika
adanya nyala api
3 4 12 Tinggi Pemasangan sistem peringatan di
depan pagar unit seperti dilarang
membuat bunga api dan proteksi
kebakaran dengan pemasangan
water drenching, hydrant dan alat
pemadam tangki seperti foam
chamber
2) Kebocoran
minyak saat
pengisisan
menyebabkan
ceceran minyak
2 2 4 Rendah Memastikan pipa saluran tidak
ada yang bocor, memakai APD
(safety shoes, safety helmet,
sarung tangan karet dan safety
googles)
3) Terpeleset
tumpahan minyak
2 2 4 Rendah Pembersihan rutin dilakukan, bila
ada bocoran atau ceceran segera
ditangani dan memakai APD saat
bekerja seperti safety shoes, safety
helmet dan safety google
4) Terjatuh dari atas
tangki saat
pengecekan
1 4 4 Rendah Pengecekan dan pembersihan
lantai tangga belum rutin
dilaksanakan, tetapi untuk APD
saat menaiki tangga sudah sesuai
dengan memakai safety shoes,
safety helmet, dan safety belt
bersambung
54
54
sambungan
No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan
Risiko
Pelaksanaan
6. Tangki
Produk 106-
144
b. Penetral listrik statis
pada setiap tangki
timbun
1) Kebakaran
apabila ada bunga
api oleh karena
listrik statis
akibat beda
potensial antar
pipa atau petir
3 4 12 Tinggi Pemasangan penetral listrik statis
yang dipasang pada tiap tangki
timbun dan persambungan pipa
yang langsung dihubungkan ke
tanah untuk mencegah terjadi
listrik statis, serta terdapat water
drenching untuk mendinginkan
tangki dan alat pemadam tangki
seperti foam chamber untuk
menanggulangi apabila terjadi
kebakaran
7. Control
Room
Pengawasan,
pengendalian proses dan
administrasi sementara
1) Tersengat aliran
listrik
1 4 4 Rendah Pemasangan instalasi kabel sudah
baik hanya penataan yang kurang
rapi dan belum diberikan isolasi.
2) Oli kiriman dari
bolier sehingga
terciprat keluar
2 1 2 Rendah Bila ada ceceran minyak segara
dibersihkan oleh pegawai
instrument mesin
3) Terpeleset
ceceran minyak
yang menempel
di sepatu
operator
4 1 4 Rendah Pembersihan rutin dilakukan
tetapi operator dari unit masuk ke
control room tidak melepas safety
shoes sehingga lantai licin karena
minyak yang menempel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
55
B. Pembahasan
Dari hasil observasi langsung dan wawancara kepada beberapa operator
didapatkan penilaian dan signifikan risiko identifikasi bahaya serta
pengendalian bahaya yang telah dilakukan di Unit Destilasi Atmosferis
Pusdiklat Migas Cepu dalam upaya peningkatan kesehatan dan keselamatan
kerja sehingga dapat kita ketahui bahwa :
1. Unit Tangki-101 dan Tangki-102
Terdapat proses penampungan minyak mentah (crude oil) dan pemisahan air
dengan minyak mentah (crude oil).
Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa :
a. Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi di proses penampungan minyak
mentah yaitu kebakaran dari timbulnya nyala api maupun loncatan listrik
statis.
Bahaya kebakaran dapat menyebabkan bencana yang berakibat
fatal bila terjadi. Tidak hanya menimbulkan korban jiwa tetapi juga dapat
meghancurkan seluruh aset instansi. Untuk itu Pusdiklat Migas Cepu
melakukan tindakan pengendalian antara lain pemasangan penetral listrik
statis pada setiap tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung
dihubungkan ke tanah untuk mencegah timbulnya listrik statis (loncatan
listrik) yang sudah sesuai dengan UU No.28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung pasal 20 ayat 1 berbunyi “ Pengamanan terhadap
bahaya petir melalui sistem penangkal petir”, PP No.11 Tahun 1979
tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
56
Gas Bumi pasal 5 ayat (7) “ Semua peralatan, bangunan dan instalasi
yang dapat menimbulkan kemungkian terjadinya arus listrik yang
diakibatkan oleh petir, arus liar, muatan statis dan sebagainya, harus
dilangkapi dengan suatu sistim untuk meniadakannya” dan lebih spesifik
pada Kep. 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) nomor 04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dan pemasangan
alarm system sebagai peringatan awal, water drenching untuk
mendinginkan tangki dan terdapat alat pemadam seperti foam chamber
dan hydrant. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Per-02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik dan
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja
Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. Pada Bab XIX
pasal 34 (3), “Instalasi pemadam kebakaran yang permanen disamping
dilengkapi dengan sistim pemompaan utama harus dilengkapi pula
dengan sistim pemompaan tambahan yang tidak tergantung pada jaringan
pusat tenaga listrik tempat pemurnian dan pengolahan”.
b. Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang tidak ada.
c. Bahaya di proses penampungan dan pemisahan air dengan minyak
mentah yang memiliki tingkat rendah yaitu kebocoran pipa saat pengisian
ke tangki minyak metah, dan terpeleset ceceran minyak mentah saat
pembuangan air dari tangki penampungan minyak mentah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
57
Untuk pengendalian atau penurunan risiko dari bahaya terpleset
ceceran minyak mentah yang tercampur air dengan cara pembersihan
ketika terjadi ceceran telah sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas
Bumi pasal 8 ayat (1) “Tempat kerja harus bersih dan dipelihara dengan
baik” dan harus memakai APD pakaian kerja, safety shoes, safety helmet,
telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 13 yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11
Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan
dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang
jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-
masing pekerja”, hanya saja spesifikasi dari alas karet safety shoes belum
sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering
terpeleset.
Bahaya yang mempunyai nilai risiko rendah seperti kebocoran pipa
saat pengisian, tersengat listrik apabila ada perbedaan potensial antara
grounding dengan pipa dan terjatuh dari tangga saat pengecekan tidak
memerlukan tindakan pengendalian dan penurunan risiko yang spesifik.
Dikarenakan sudah dilengkapi dengan perlindungan di tangga dan harus
memakai APD pakaian kerja, safety shoes, safety helmet, dan kaca mata
yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang
Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
58
No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib
menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan
pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang
dilakukan oleh masing-masing pekerja”. Pada pencegahan bahaya
terjatuh dari tangga sudah dilakukan dengan memberikan pegangan
tangan dan memakai sabuk pengaman saat menaiki tangki, hal ini sudah
sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada
Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (6)
“Geladag kerja, lantai dan lorong, termasuk titian untuk berjalan,
jembatan tangga dan lubang yang dibuat dengan memenuhi syarat-syarat
keselamatan kerja, serta apabila dianggap perlu, dilindungi dengan pagar
yang aman untuk mencegah terjadinya bahaya atau kecelakaan”. Hanya
saja pemeriksaan dan pembersihan lantai tangga tangki yang belum rutin
dilakukan, hal ini belum sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas
Bumi pasal 8 ayat (1) “Tempat kerja harus bersih dan dipelihara dengan
baik”.
2. Unit Rumah Pompa
Di unit ini terdapat berbagai kegiatan antara lain :
a. Penyaluran minyak mentah ke HE (Heat Exchanger)
b. Tempat pengambilan sampel baik sampel minyak mentah maupun
produk untuk dianalisa lebih lanjut di laboratorium kilang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
59
c. Pemisahan air dengan minyak yang terbawa oleh produk
Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa :
1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi tidak ada.
2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang antara lain tersengat listrik
pada mesin pompa, ceceran minyak di washteful dan lantai bila mengenai
kulit akan menimbulkan gatal-gatal, bau crude oil yang dapat
mengganggu pernafasan, terdapat ceceran minyak yang terkoagulasi
dengan air yang menyebabkan licin jika terkena kulit bisa menjadi gatal-
gatal, dan terperosok ke dalam parit.
Untuk penurunan atau pengendalian nilai risiko pada tersengat
listrik saat pengoperasian mesin pompa dilakukan pemasangan instalasi
listrik yang baik yang memang telah sesuai dengan Kep. 75/MEN/2002
tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 04-0225-
2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di
tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada
Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 29 ayat (4)
“Pegaman kawat atau kabel baik disalut maupun tidak, termasuk jarak
antara kawat atau kabel tersebut pada dinding, baik di luar maupun di
dalam bangunan, tingginya dari permukaan tanah dan jarak antara kawat
atau kabel masing-masing harus cukup. Luas penampang kawat atau
kabel tersebut harus sesuai dengan kekuatan arus listrik yang mengalir di
dalamnya untuk mencegah timbulnya bahaya”. Hanya saja belum rutin
dalam pegecekan dan pergantian komponen instalasi listrik sesuai masa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
60
kadaluarsanya. Sedangkan untuk pengendalian bahaya terperosok ke
dalam parit sebenarnya telah dilakukan pemasangan pengaman dari besi
tetapi sudah banyak yang hilang, sehingga perlu pergantian pengaman
yang baru agar tidak sering terjadi operator masuk parit apalagi saat
malam hari kejadian ini sering terjadi. Sebenarnya pemasangan
pengaman parit dari besi telah sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979
tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan
Gas Bumi pasal 7 ayat (6) “Geladag kerja, lantai dan lorong, termasuk
titian untuk berjalan, jembatan tangga dan lubang yang dibuat dengan
memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, serta apabila dianggap perlu,
dilindungi dengan pagar yang aman untuk mencegah terjadinya bahaya
atau kecelakaan”, hanya saja penggantian pengaman parit dari besi yang
belum terlaksana.
Untuk penurunan atau pengendalian risiko ceceran minyak di
washteful dan lantai, bau crude oil yang dapat mengganggu pernafasan,
dan terdapat ceceran minyak yang terkoagulasi dengan air yang
menyebabkan licin jika terkena kulit akan menjadi gatal dilakukan
pembersihan secara rutin dan disediakan tempat untuk mencuci tangan
dan membersikan badan di kamar mandi control room yang telah sesuai
dengan Kepmentamben No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pasal 48 tentang Ruang Ganti
Pakaian. Pemakaian alat pelindung diri (APD) seperti safety shoes, safety
helmet, dan masker yang telah sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970 pasal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
61
13 tentang Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat
kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada
Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1)
“Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat
penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat
pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”.
3) Sedangkan untuk bahaya yang mempunyai nilai risiko rendah yaitu
terciprat ceceran minyak sehingga dapat mengenai mata dan mengenai
kulit tidak memerlukan tindakan pengendalian dan penurunan risiko yang
spesifik hanya dilengkapi dengan safety googles ataupun kaca mata yang
telah sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970 pasal 13 tentang Keselamatan
Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun
1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan
dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang
jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-
masing pekerja”..
3. Unit Furnace
Di unit furnace terdapat kegiatan antara lain :
a. Pemanasan lebih lanjut minyak mentah (kegiatan utama)
b. Pompa pengisian bahan bakar furnace
c. Penggunaan gas flare dan gas LPG sebagai pilot fire
Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
62
1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi adalah ledakan karena tekanan
berlebih dan kebakaran karena timbulnya nyala api.
Untuk mengendalikan bahaya ledakan dan kebakaran usaha yang
dilakukan adalah saat pengoperasian furnace harus sesuai dengan suhu
dan tekanan yang diperbolehkan oleh SOP Pengoperasian Furnace yang
telah sesuai dengan Permenakertrans No. 01/MEN/1982 pasal 9 ayat 3
tentang Bejana Tekanan dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan
Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab VIII
Tungku Pemanas pasal 18 dan 19. Perlindungan kebakaran dengan
mengatur tekanan pompa bahan bakar furnace dan menempatkan APAR
dan pipa hydrant di tempat yang mudah di jangkau sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-
04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat
Pemadam Api Ringan dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan
Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 34
ayat (4) Pada tempat-tempat tertentu harus disediakan alat pemadam
kebakaran yang portabel dalam jumlah yang cukup yang jenisnya
disesuaikan dengan sifat kebakaran yang mungkin timbul, serta pekerja
yang bekerja di tempat bersangkutan harus melayani atau menggunakan
alat tersebut”
2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang adalah kebisingan, konsleting
listrik, terpapar panas dan uap gas yang keluar di dapur pembakaran
dapat menyebabkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
63
Kebisingan sebesar 90 dB pada setiap unit dapur pembakaran yang
beroperasi dan apabila berada di sana dalam waktu dalam waktu 2
jam/hari, sehingga masih di bawah nilai ambang batas menurut Kepmen
No.51 tahun 1999 tentang NAB Faktor Fisik di Tempat Kerja Lampiran
II yang menyebutkan NAB Kebisingan 91 dB untuk lama paparan
2jam/hari. Untuk penurunan tingkat risiko, letak furnace dekat dengan
ruang bebas serta pemberlakuan shift kerja operator, yang dimana
operator hanya melakukan pengecekan tidak sering, hanya sesekali untuk
melihat pembakaran hingga menjadi sempurna dan saat pengoperasian
harus sesuai SOP (Standart Operation Procedure) di unit furnace yang
berpedoman kepada Kepmenaker No. 51/MEN/1999 adalah 91 dB untuk
pemaparan selama 2 jam/hari. Hal ini dilakukan oleh Pusdiklat Migas
Cepu untuk melindungi tenaga kerjanya dari bahaya kebisingan. Tetapi
apabila harus berada di furnace dalam waktu lebih dari 2 jam maka perlu
dilengkapi alat pelindung diri (APD) ear plug atau ear muff yang telah
sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang Keselamatan Kerja
yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979
tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan
Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam
jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya
disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing
pekerja”. Sebaiknya ditambah dengan pemasangan safety sign untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
64
adanya bahaya kebisingan dan wajib menggunakan alat pelindung telinga
bila dalam waktu yang lama.
Untuk mengurangi atau menurunkan nilai risiko maka dilakukan
pemasangan instalasi listrik yang baik yang memang telah sesuai dengan
Kep. 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
(SNI) nomor 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik
2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas
Bumi pasal 29 ayat (4) “Pegaman kawat atau kabel baik disalut maupun
tidak, termasuk jarak antara kawat atau kabel tersebut pada dinding, baik
di luar maupun di dalam bangunan, tingginya dari permukaan tanah dan
jarak antara kawat atau kabel masing-masing harus cukup. Luas
penampang kawat atau kabel tersebut harus sesuai dengan kekuatan arus
listrik yang mengalir di dalamnya untuk mencegah timbulnya bahaya”,
hanya saja belum dilakukan pemeriksaan dan pergantian rutin komponen
instalasi listrik sesuai masa kadaluarsanya. Untuk melindungi tenaga
kerja dari paparan panas maupun uap gas diberikan alat pelindung diri
safety shoes, safety helmet, pakaian kerja, masker gas dan safety googles
yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang
keselamatan kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP
No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat
dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
65
dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang
jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-
masing pekerja”.
Bahaya yang mempunyai nilai risiko rendah yaitu terkena tetesan
steam, kebocoran saluran pipa gas flare atau gas LPG dan terpeleset
ceceran air. Tindakan penanggulangan untuk tetesan steam harusnya
dengan steam trap, tetapi dikarenakan rusak maka diganti dengan
pemberian wadah dari besi untuk menampung tetesan steam yang apabila
penuh akan meluber keluar. Hal ini kurang sesuai dengan PP No.11
Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi pasal 18 ayat (3) “Pada tungku pemanas harus
dipasang alat-lat pengaman yang selalu dapat bekerja dengan baik”.
Sebaiknya dibuatkan steam trap yang baru untuk menyalurkan ke parit
agar operator tidak terkena panas steam dan tidak ada ceceran air yang
tercecer di lantai serta pengecekan saluran gas LPG secara rutin.
4. Unit Fraksinasi
Di unit fraksinasi terdapat berbagai kegiatan antara lain :
a. Lantai dasar terdapat pemanasan awal di HE, dan pemberian amoniak
untuk injeksi top kolom agar tidak berkarat.
b. Lantai I terdapat terdapat bagian bawah dari kolom C-2, C-3, C4 dan C5
untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak, Akumulator (facial steam)
untukmenyimpan steam sementara dari boiler, dan Evaporator
memisahkan fasa uap dan fasa cair (bagian bawah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
66
c. Lantai II terdapat kolom C-1 untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak.
d. Lantai III terdapat Terdapat kolom C-2, C-3, C-4, dan C-5 untuk
memisahkan fraksi minyak.
e. Lantai IV terdapat evaporator (top coulom), pengambilan produk (side
steam) no. 4, 5, 6
f. Lantai V terdapat kolom C-1A dan C-1B, pengambilan produk (side
steam) no. 7 dan 8.
g. Lantai VI terdapat top kolom C1A dan C-1B.
Dari keseluruhan penilaian risiko bahaya yang ada di unit fraksinasi
antara lain :
1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi adalah ledakan karena tekanan
berlebih dan kebakaran oleh karena timbulnya nyala api.
Tindakan pengendalian bahaya ledakan oleh karena tekanan
berlebih yaitu pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih
tekanannya dibuang lewat relief valve. Hal ini sesuai dengan PP No.11
Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (9) “Bejana, resivoir dan bak yang
terbuka yang berisikan bahan cair, termasuk yang mendidih, panas atau
yang dapat melukai, sepanjang dapat menimbulkan bahaya, harus
dikelilingi dengan pagar yang aman dibuat usaha-usaha lainnya untuk
mencegah kecelakaan”
Untuk sistem proteksi tehadap kebakaran, unit fraksinasi telah
dilengkapi oleh APAR dan pipa hydrant di setiap lantai yang terletak di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
67
ujung-ujung tangga, hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980 tentang Syarat-
syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan dan
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja
Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. Pada Bab XIX
pasal 34 (3), “Instalasi pemadam kebakaran yang permanen disamping
dilengkapi dengan sistim pemompaan utama harus dilengkapi pula
dengan sistim pemompaan tambahan yang tidak tergantung pada jaringan
pusat tenaga listrik tempat pemurnian dan pengolahan”.
2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang antara lain terpapar panas,
terpeleset dan kebocoran uap minyak dari bocoran pipa bocor yang dapat
menimbulkan bau menggaggu saluran pernafasan.
Bahaya terkena paparan panas dari pipa-pipa steam dan kolom
yang isolatornya terlepas yang dapat melukai ataupun membakar kulit
operator. Untuk itu dilakukan tindakan pencegahan dengan pemasangan
isolator pada setiap pipa steam maupun kolom fraksinasi tetapi banyak
yang lepas dan belum dipasang kembali isolator yang baru tetapi hal ini
belum sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja
pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (9)
“Bejana, resivoir dan bak yang terbuka yang berisikan bahan cair,
termasuk yang mendidih, panas atau yang dapat melukai, sepanjang
dapat menimbulkan bahaya, harus dikelilingi dengan pagar yang aman
dibuat usaha-usaha lainnya untuk mencegah kecelakaan” dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
68
Kepmenaker No. 51/MEN/1999 tentang NAB Faktor Fisika di Tempat
Kerja dan Selain itu untuk melindungi tenaga kerja dari paparan panas
diberikan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan yang telah
sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja
yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979
tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan
Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal
40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup
alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan
sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”.
Mengurangi bahaya terpeleset dan bau dari bocoran uap minyak
maka operator dilengkapi dengan APD seperti, safety shoes, safety
helmet, safety googles dan masker gas yang telah sesuai dengan UU No.
1 Tahun 1970 pasal 13 tentang Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila
memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan
Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII
Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1)
“Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat
penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat
pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”, tetapi untuk
safety shoes spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan
karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpleset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
69
3) Untuk bahaya dengan nilai risiko rendah yaitu tersandung pipa-pipa tidak
memerlukan teknik khusus dikarenakan operator diwajibkan memakai
APD safety shoes dan safety helmet ketika masuk Unit Kilang yang telah
sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja
yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979
tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan
Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal
40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup
alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan
sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”.
5. Unit Kondesor dan Cooler
Di unit ini terdapat berbagai macam kegiatan antara lain :
a. Kondesor melakukan pengembunan uap (kondensasi) minyak dari
puncak kolom fraksinasi.
b. Cooler digunakan untuk mendinginkan produk panas tetapi tidak
merubah fase.
Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui
bahwa tingkat bahaya di kondensor dan cooler hanya rendah yaitu
kebocoran pipa sehingga minyak tercampur air dan terpleset sehingga bisa
menyebabkan jatuh dari tangga. Dikarenakan unit Kilang telah terdapat
pagar pegangan tangan pada tangga box cooler yang telah sesuai dengan PP
No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (9) “Bejana, resivoir dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
70
bak yang terbuka yang berisikan bahan cair, termasuk yang mendidih, panas
atau yang dapat melukai, sepanjang dapat menimbulkan bahaya, harus
dikelilingi dengan pagar yang aman dibuat usaha-usaha lainnya untuk
mencegah kecelakaan”. SOP dan Work Permit saat pengecekan serta
perbaikan, pembuangan air saat pengurasan lebih hati-hati yang telah sesuai
dengan Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi No.
87.K/38/DDJM/1996 tentang Tata Cara Penilaian dan Pemberian tanda
Penghargaan dalam Bidang Keselamatan Kerja Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi dan Pengusaha Sumber Daya Panas Bumi ayat 2 tentang
Pengendalian Bahaya. Penggunaan APD seperti safety shoes dan safey
helmet saat pengecekan sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13
tentang keselamatan kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan
PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat
dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam
jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya
disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing
pekerja”. Tetapi untuk spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai
dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpleset
sehingga operator harus lebih hati-hati saat menaiki kondesor dan cooler.
6. Unit Tangki Produk 106-144
Di dalam unit ini terdapat kegiatan penampungan produk jadi sesuai
dengan jenisnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
71
Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa :
a. Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi yaitu kebakaran.
Untuk itu unit kilang telah melakukan proteksi terhadap bahaya
kebakaran antara lain pemasangan penetral listrik statis pada setiap
tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung dihubungkan ke
tanah untuk mencegah timbulnya listrik statis (loncatan listrik) yang
sudah sesuai dengan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
pasal 20 ayat 1 berbunyi “ Pengamanan terhadap bahaya petir melalui
sistem penangkal petir”, PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan
Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 5
ayat (7) “ Semua peralatan, bangunan dan instalasi yang dapat
menimbulkan kemungkian terjadinya arus listrik yang diakibatkan oleh
petir, arus liar, muatan statis dan sebagainya, harus dilangkapi dengan
suatu sistim untuk meniadakannya” dan lebih spesifik pada Kep.
75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI)
nomor 04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000) di tempat kerja dan pemasangan alarm system sebagai
peringatan awal, water drenching untuk mendinginkan tangki dan
terdapat alat pemadam seperti foam chamber dan hydrant. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1983 tentang
Instalasi Alarm Kebakaran Automatik dan Peraturan Pemerintah No. 11
Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi. Pada Bab XIX pasal 34 (3), “Instalasi pemadam
189771011201109521
189771011201109521
189771011201109521
189771011201109521
189771011201109521
189771011201109521
189771011201109521
189771011201109521
189771011201109521
189771011201109521
189771011201109521

More Related Content

Similar to 189771011201109521

Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologiSkrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologilenalda febriany
 
163182708201011241
163182708201011241163182708201011241
163182708201011241Agus Witono
 
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001frisca maulida
 
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...Uofa_Unsada
 
420197195-Makalah-Laboratorium-Mikrobiologi.docx
420197195-Makalah-Laboratorium-Mikrobiologi.docx420197195-Makalah-Laboratorium-Mikrobiologi.docx
420197195-Makalah-Laboratorium-Mikrobiologi.docxHariskhrisnamurti
 
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...mariaseptiamemorini
 
Prosiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeni
Prosiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeniProsiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeni
Prosiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeniiankurniawan019
 
Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident R...
Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident R...Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident R...
Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident R...Tyo SBS
 
makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...
makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...
makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...Pujiati Puu
 
Makalah epidemiologi kel5
Makalah epidemiologi kel5Makalah epidemiologi kel5
Makalah epidemiologi kel5azizahrahmasari
 
1.4.1.A KAK Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).docx
1.4.1.A KAK Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).docx1.4.1.A KAK Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).docx
1.4.1.A KAK Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).docxkharisma211593
 
K3 tugas 1 kelas va_made kamayanti putri
K3 tugas 1 kelas va_made kamayanti putriK3 tugas 1 kelas va_made kamayanti putri
K3 tugas 1 kelas va_made kamayanti putriKamayanti Putri
 
Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)
Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)
Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)indra herlangga
 
Tugasakhirindraherlangga1305030029 090829023233-phpapp01
Tugasakhirindraherlangga1305030029 090829023233-phpapp01Tugasakhirindraherlangga1305030029 090829023233-phpapp01
Tugasakhirindraherlangga1305030029 090829023233-phpapp01Yohanes Agusanto
 
STUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
STUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATANSTUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
STUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATANmariaseptiamemorini
 
Laporan akhir ian kurniawan
Laporan akhir ian kurniawanLaporan akhir ian kurniawan
Laporan akhir ian kurniawaniankurniawan019
 
Laporan praktikum simriver - Protista
Laporan praktikum simriver - ProtistaLaporan praktikum simriver - Protista
Laporan praktikum simriver - ProtistaDewi Ayu Maryati
 

Similar to 189771011201109521 (20)

Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologiSkrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
 
163182708201011241
163182708201011241163182708201011241
163182708201011241
 
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
 
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
 
tesis.pdf
tesis.pdftesis.pdf
tesis.pdf
 
420197195-Makalah-Laboratorium-Mikrobiologi.docx
420197195-Makalah-Laboratorium-Mikrobiologi.docx420197195-Makalah-Laboratorium-Mikrobiologi.docx
420197195-Makalah-Laboratorium-Mikrobiologi.docx
 
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
 
Prosiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeni
Prosiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeniProsiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeni
Prosiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeni
 
Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident R...
Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident R...Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident R...
Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident R...
 
Skripsi kelompok 3 epidemiologi
Skripsi kelompok 3 epidemiologiSkripsi kelompok 3 epidemiologi
Skripsi kelompok 3 epidemiologi
 
makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...
makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...
makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bahan Berbahaya dan Beracun kimia org...
 
Makalah epidemiologi kel5
Makalah epidemiologi kel5Makalah epidemiologi kel5
Makalah epidemiologi kel5
 
1.4.1.A KAK Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).docx
1.4.1.A KAK Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).docx1.4.1.A KAK Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).docx
1.4.1.A KAK Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).docx
 
ICRA FKTP LAFKESPRI.pptx
ICRA FKTP LAFKESPRI.pptxICRA FKTP LAFKESPRI.pptx
ICRA FKTP LAFKESPRI.pptx
 
K3 tugas 1 kelas va_made kamayanti putri
K3 tugas 1 kelas va_made kamayanti putriK3 tugas 1 kelas va_made kamayanti putri
K3 tugas 1 kelas va_made kamayanti putri
 
Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)
Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)
Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)
 
Tugasakhirindraherlangga1305030029 090829023233-phpapp01
Tugasakhirindraherlangga1305030029 090829023233-phpapp01Tugasakhirindraherlangga1305030029 090829023233-phpapp01
Tugasakhirindraherlangga1305030029 090829023233-phpapp01
 
STUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
STUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATANSTUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
STUDI KASUS TENTANG PENYAKIT TYPOID DI RSUD BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
 
Laporan akhir ian kurniawan
Laporan akhir ian kurniawanLaporan akhir ian kurniawan
Laporan akhir ian kurniawan
 
Laporan praktikum simriver - Protista
Laporan praktikum simriver - ProtistaLaporan praktikum simriver - Protista
Laporan praktikum simriver - Protista
 

More from Agus Witono

Hazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manual
Hazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manualHazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manual
Hazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manualAgus Witono
 
Protap dalkarhutlah sumsel 2007
Protap dalkarhutlah sumsel 2007Protap dalkarhutlah sumsel 2007
Protap dalkarhutlah sumsel 2007Agus Witono
 
Digital 20297367 s-sri rezeki
Digital 20297367 s-sri rezekiDigital 20297367 s-sri rezeki
Digital 20297367 s-sri rezekiAgus Witono
 
Emergency response planning guide for public wastewater syst
Emergency response planning guide for public wastewater systEmergency response planning guide for public wastewater syst
Emergency response planning guide for public wastewater systAgus Witono
 
Fireemergegencyman 2
Fireemergegencyman 2Fireemergegencyman 2
Fireemergegencyman 2Agus Witono
 
Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3
Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3
Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3Agus Witono
 
Bnpb update on lombok earthquake
Bnpb update on lombok earthquakeBnpb update on lombok earthquake
Bnpb update on lombok earthquakeAgus Witono
 
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4Agus Witono
 
190371290 tanggap-darurat
190371290 tanggap-darurat190371290 tanggap-darurat
190371290 tanggap-daruratAgus Witono
 
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoranTanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoranAgus Witono
 
Training & konsultasi_hse
Training & konsultasi_hseTraining & konsultasi_hse
Training & konsultasi_hseAgus Witono
 
Osha 3114-hazwoper
Osha 3114-hazwoperOsha 3114-hazwoper
Osha 3114-hazwoperAgus Witono
 
Petunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasional
Petunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasionalPetunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasional
Petunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasionalAgus Witono
 
Social compliance manual
Social compliance manualSocial compliance manual
Social compliance manualAgus Witono
 
Better work-indonesia-synthesis-report-en
Better work-indonesia-synthesis-report-enBetter work-indonesia-synthesis-report-en
Better work-indonesia-synthesis-report-enAgus Witono
 
Ijiem vol4 no3_10
Ijiem vol4 no3_10Ijiem vol4 no3_10
Ijiem vol4 no3_10Agus Witono
 

More from Agus Witono (20)

Hazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manual
Hazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manualHazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manual
Hazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manual
 
Ar2011
Ar2011Ar2011
Ar2011
 
Trblgn25
Trblgn25Trblgn25
Trblgn25
 
9100 mhav
9100 mhav9100 mhav
9100 mhav
 
Protap dalkarhutlah sumsel 2007
Protap dalkarhutlah sumsel 2007Protap dalkarhutlah sumsel 2007
Protap dalkarhutlah sumsel 2007
 
Digital 20297367 s-sri rezeki
Digital 20297367 s-sri rezekiDigital 20297367 s-sri rezeki
Digital 20297367 s-sri rezeki
 
Emergency response planning guide for public wastewater syst
Emergency response planning guide for public wastewater systEmergency response planning guide for public wastewater syst
Emergency response planning guide for public wastewater syst
 
Fireemergegencyman 2
Fireemergegencyman 2Fireemergegencyman 2
Fireemergegencyman 2
 
Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3
Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3
Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3
 
Bnpb update on lombok earthquake
Bnpb update on lombok earthquakeBnpb update on lombok earthquake
Bnpb update on lombok earthquake
 
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
 
190371290 tanggap-darurat
190371290 tanggap-darurat190371290 tanggap-darurat
190371290 tanggap-darurat
 
Bencana11
Bencana11Bencana11
Bencana11
 
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoranTanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoran
 
Training & konsultasi_hse
Training & konsultasi_hseTraining & konsultasi_hse
Training & konsultasi_hse
 
Osha 3114-hazwoper
Osha 3114-hazwoperOsha 3114-hazwoper
Osha 3114-hazwoper
 
Petunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasional
Petunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasionalPetunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasional
Petunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasional
 
Social compliance manual
Social compliance manualSocial compliance manual
Social compliance manual
 
Better work-indonesia-synthesis-report-en
Better work-indonesia-synthesis-report-enBetter work-indonesia-synthesis-report-en
Better work-indonesia-synthesis-report-en
 
Ijiem vol4 no3_10
Ijiem vol4 no3_10Ijiem vol4 no3_10
Ijiem vol4 no3_10
 

189771011201109521

  • 1. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user LAPORAN KHUSUS IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI UNIT DESTILASI ATMOSFERIS PENGOLAHAN MINYAK PUSDIKLAT MIGAS CEPU Oktavianus Roy Abrianto R.0008060 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011
  • 2. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PENGESAHAN Tugas Akhir dengan judul : Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu Oktavianus Roy Abrianto, NIM : R0008060, Tahun : 2011 Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Penguji Tugas Akhir Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta Pada Hari..............Tanggal.........................20....... Pembimbing I Pembimbing II Lusi Ismayenti, ST., M.Kes Live Setyaningsih, SKM NIP. 19720322 200812 2 001 NIP. 19850811 201101 2 020 Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS Sumardiyono, SKM., M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002
  • 3. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu dengan peneliti : Oktavianus Roy Abrianto R0008060 Laporan ini telah disetujui dan disahkan oleh : PUSDIKLAT MIGAS CEPU 2011 Kepala Sub Bidang Kilang dan Utilitas Pembimbing Lapangan LK3 Ir. M. Syaiful Anam, MT Putut Prasetyo, ST, MT NIP. 19630316 199003 1 001 NIP. 19581218 198303 1 001 Mengetahui, Kepala Bidang Program dan Kerjasama Ir. Henk Subekti, Dipl. Eng NIP. 19620602 199303 1 001
  • 4. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI UNIT DESTILASI ATMOSFERIS PENGOLAHAN MINYAK PUSDIKLAT MIGAS CEPU Oktavianus Roy Abrianto1 , Lusi Ismayenti2 , dan Live Setyaningsih’3 Tujuan : Pusdiklat Migas Cepu merupakan pusat pendidikan minyak dan gas bumi serta pengolahan minyak mentah menjadi produk jadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya perusahaan dalam mencegah kecelakaan kerja dan penyakit kerja dengan mengidentifikasi bahaya yang ada, menetapkan risiko dan mengupayakan metode pengendalian yang tepat pada Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pudiklat Migas Cepu. Metode : Kerangka penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang memberikan gambaran jelas tentang identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. Data yang digunakan berasal dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsng ditempat kerja. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumen dan catatan perusahaan, serta studi kepustakaan. Hasil : Hasil yang diperoleh di Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu diketahui bahwa tingkat bahaya tinggi adalah peledakan dan kebakaran, tingkat bahaya sedang adalah terpeleset, terjatuh, tersengat aliran listrik dan terpapar panas, dan tingkat bahaya tinggi adalah tersandung, terciprat oli kiriman, dan kebocoran minyak. Serta telah dilakukan upaya pengendalian bahaya dan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Simpulan : Perusahaan belum melaksanakan identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada Unit Destilasi Atmosferis, tetapi telah melakukan pengendalian risiko. Saran yang diberikan adalah perlu dibuat form IBPR secara berkala untuk memonitoring potensi dan faktor bahaya setiap unit pendukung dan unit proses dari proses Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. Kata Kunci : Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian Risiko 1. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2. Fakultas Kesehatan Kerja, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 3. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang.
  • 5. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan dengan judul ”Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu”. Tak terlupakan sujud syukur atas lindungan dan karunia Yesus Kristus dan Bunda Maria yang tak pernah sedetikpun meninggalkan hamba-Nya. Laporan ini dibuat dalam rangka tugas akhir dan syarat dalam menyelesaikan pendidikan sebagai mahasiswa program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan sukses dan berhasi tanpa bantuan dari semua pihak baik bersifat material maupun spiritual. Untuk itu, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakulatas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku Dekan Fakulatas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (Periode Mei 2011). 3. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja. 4. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja (Periode Juni 2011). 5. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kes selaku dosen pembimbing I. 6. Ibu Live Setyaningsih, SKM selaku dosen pembimbing II. 7. Bapak Kastur, S. Ag beserta staff yang telah memberikan banyak bantuannya. 8. Bapak Putut Prasetyo, ST, MT, selaku Ketua LK3 Pusdiklat Migas Cepu. 9. Bapak Wahyudi, selaku Kepala Unit Safety dan Bapak Adi Purnomo serta Bapak Wiyanto selaku staff yang telah memberikan arahan, informasi, dan bimbingannya. 10. Bapak Suharto, Edi Suyanto, Bapak Suyanto, Bapak Zaenudin, Bapak Budi W dan rekan-rekan Fire Safety yang telah memberi bimbingan. 11. Bapak Yoga beserta staff dari Unit Lindung Lingkungan yang banyak membantu penulis memperoleh informasi. 12. Alm Bapak, Almh. Ibu, Almh. Bude, Papi, Mas Toki, Mas Yus, Mbak Evi, Mbak Dona, Mbak Siza, Mas Nono, Mbak Dian, dan para keponakan yang tercinta. Terima kasih atas restu, doa, dan dukungan yang diberikan selama ini. 13. Kepada Septian W.S, Yanuar K, dan Arie Suprayitno, teman seperjuangan, sepenanggungan, tapi tidak senasib yang telah memberi dukungan. 14. Bapak Heru Prayitno beserta keluarga. 15. Simbah Gun beserta keluarga. 16. Bapak Matturkam beserta keluarga. 17. Teman-teman mahasiswa Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2008. 18. Teman-teman mahasiswa dari berbagai universitas dan perguruan tinggi.
  • 6. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vi 19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan dan penyelesaian laporan ini. Surakarta, 22 Juni 2011 Penulis, Oktavianus Roy Abrianto
  • 7. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ......................................... iii ABSTRAK ................................................................................................ iv KATA PENGANTAR ............................................................................... v DAFTAR ISI ............................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. x BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4 BAB II LANDASAN TEORI.................................................................. 6 A. Tinjauan Pustaka.................................................................. 25 B. Kerangka Pemikiran............................................................. 25 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 26 A. Metode Penelitian................................................................. 26 B. Lokasi Penelitian.................................................................. 26 C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ................................... 26
  • 8. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user viii D. Sumber Data ........................................................................ 26 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 27 F. Pelaksanaan.......................................................................... 28 G. Analisa Data......................................................................... 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 30 A. Hasil Penelitian .................................................................... 30 B. Pembahasan ......................................................................... 55 BAB V SIMPULAN DAN SARAN........................................................ 75 A. Simpulan.............................................................................. 75 B. Saran.................................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 82 LAMPIRAN
  • 9. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix DAFTAR TABEL Tabel 1. Nilai Kemungkinan (Probability) .................................................... 18 Tabel 2. Nilai Keparahan (Saverity) .............................................................. 18
  • 10. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user x DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bagan Penentuan Tingkat Risiko. ................................................ 15 Gambar 2. Risk Matrik Peringkat Risiko....................................................... 20 Gambar 3. Kerangka Pemikiran .................................................................... 25
  • 11. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user xi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Keterangan Magang/PKL di Pusdiklat Migas Cepu Lampiran 2 : Daftar Presensi Mahasiswa Magang/Praktek Lampiran 3 : Struktur Organigram LK3 Lampiran 4 : Kebijakan Lingkungan Pusdiklat Migas Lampiran 5 : Diagram Alir Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu
  • 12. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan dewasa ini, telah mendorong kita untuk berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan Era Industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya semakin meningkat. Kemajuan ini tentunya membawa dampak positif bagi kehidupan manusia, selain itu juga menambah jumlah dan ragam sumber bahaya apabila dalam pelaksanaannya tidak menggunakan sistem yang terkontrol, antara lain akan terjadi lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses, dan sifat pekerjaan yang berbahaya, serta peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan (Depnaker dan Transmigrasi RI, 2003). Smart people learn from experience, wise people learn from experience of others. Kalimat bijak ini jika dikaitkan dengan industri minyak, berarti menghendaki kita bukan saja menimba pengalaman dari insiden-insiden yang terjadi agar tidak terulang kembali, tetapi menambah ilmu-ilmu lainnya agar menjadi orang bijak yang dapat mengidentifikasi bahaya sebelum menjadi insiden (Gunawan, 2008).
  • 13. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 Bahaya yang ada oleh karena unsafe act dan unsafe condition dilakukan identifikasi tidak hanya agar kecelakaan tidak terulang lagi, tetapi masih ada faktor-faktor yang mempunyai kontribusi terhadap terjadinya kecelakaan tersebut. Adanya penyelidikan tambahan agar menjadi evaluasi sehingga dihasilkan langkah koreksi yang lebih sempurna dan tepat. Bahkan hampir celaka (near miss incident) harus dibuat dan didukung data yang lengkap, agar menjadi perbaikan di kemudian hari (Gunawan, 1998). IBPR (Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko) dan Pengendalian Risiko merupakan elemen pokok dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. IBPR dilakukan diseluruh aktivitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (Ramli, 2009). Selanjutnya hasil IBPR menjadi masukan untuk penyusunan obyektif dan target K3 yang akan dicapai yang dituangkan dalam program kerja. Dimana IBPR merupakan titik pangkal dari pengelolaan K3. Jika IBPR tidak dilakukan dengan baik maka penerapan K3 akan salah arah (misguided), acak atau virtual karena tidak mampu menangani isu pokok yang ada dalam organisasi (Ramli, 2009). Pusdiklat Migas Cepu merupakan tempat pengolahan minyak mentah menjadi bahan bakar seperti pertasol, kerosin, solar, PH solar dan residu. Selain itu Pusdiklat Migas juga menghasilkan produksi non minyak, misalnya
  • 14. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 3 wax (lilin). Dalam proses produksinya terdapat berbagai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh faktor pekerjaan pada manusia, peralatan atau mesin dan lingkungan. Hal tersebut berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Maka dari itu perlu penetapan risiko yang signifikan untuk menentukan langkah pengendalian yang tepat. Melalui kegiatan observasi dan survey di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu, penulis mencoba untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang berpotensi bahaya yang ada, menilai risiko dan mengendalikannya melalui laporan dengan judul ”Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu” . B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti yang diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bahaya apa saja yang terdapat di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu? 2. Bagaimanakah cara penilaian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu? 3. Bagaimanakah metode pengendalian risiko yang tepat dan sesuai untuk menurunkan atau menghilangkan risiko bahaya di tempat kerja supaya dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu?
  • 15. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 4 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui potensi bahaya dan faktor bahaya yang terdapat di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. 2. Untuk mengetahui penilaian risiko mana yang dapat menimbulkan risiko bahaya yang signifikan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Untuk mengetahui cara pengendalian yang tepat dilakukan untuk menurunkan dan menghilangkan risiko bahaya di tempat kerja. D. Manfaat Penelitian 1. Perusahaan Memberikan gambaran tentang potensi bahaya dan faktor bahaya yang ada di tempat kerjanya secara lebih jelas dan mengusahakan upaya pengendalian potensi bahaya dan faktor bahaya tersebut 2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja a. Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya tentang identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya di tempat kerja. b. Sebagai bentuk kerjasama antar institusi, yakni antara Pusdiklat Migas Cepu dengan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja agar tercipta suatu penerapan ilmu yang sinkron dan sesuai
  • 16. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 5 3. Penulis a. Dapat menambah pengetahuan di bidang keselamatan kerja khususnya mengenai identifikasi faktor bahaya dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja. b. Dapat merencanakan tindakan pengendalian secara praktis agar penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja tidak terjadi. c. Dapat mengetahui cara penilaian terhadap dampak kegiatan di suatu tempat kerja. d. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan saat perkuliahan. 4. Pembaca Dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca khususnya mengenai Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu.
  • 17. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Identifikasi Bahaya Menurut Tarwaka (2008), potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat menyebabkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya dapat dikelompokkan berdasarkan katagori-katagori umum atau di dalam bab lain juga disebut sebagai energi potensi bahaya sebagai berikut : a. Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya (Hazardous Substances) b. Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure Hazards) c. Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazards) d. Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazards) e. Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazards) f. Potensi bahaya gravitasi dan akselerasi (Gravitational and Acceleration Hazards) g. Potensi bahaya radiasi (Radiation Hazards) h. Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazards) i. Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi (Vibration and Noise Hazards) j. Potensi bahaya ergonomi (Hazards relating to human Factors)
  • 18. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 7 k. Potensi bahaya lingkungan kerja (Enviromental Hazards) l. Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan jasa, proses produksi, properti, image publik, dan lain-lain. Menurut Ramli (2009), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atas tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. a. Jenis bahaya, antara lain : 1) Bahaya Mekanis Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong, press, tempa, pengaduk dan lain-lain. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong atau terkelupas. 2) Bahaya Listrik Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.
  • 19. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 8 3) Bahaya Kimiawi Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain keracunan yang bersifat racun (toxic), iritasi, kebakaran, peledakan, polusi dan pencemaran lingkungan. 4) Bahaya Fisis Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain : a) Bising b) Tekanan c) Getaran d) Suhu panas atau dingin e) Cahaya atau penerangan f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultraviolet atau infra merah. 5) Bahaya Biologis Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Faktor bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian, kimia, pertambangan, pengolahan minyak dan gas bumi. b. Sumber Informasi Bahaya Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang terjadi,
  • 20. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan (material safety data sheet) dan lainnya (Ramli, 2009). Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada proses produksi harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu, harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem (Ramli, 2009). Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008). Langkah pertama untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya adalah dengan mengidentifikasi atau mengenali kehadiran bahaya di tempat kerja. (Tarwaka, 2008) Menurut Soehatman Ramli (2009) teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas :
  • 21. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 10 a. Teknik Pasif Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalami secara langsung. Metoda ini sangat rawan, karena tidak semua bahan dapat menunjukan eksistensi sehingga dapat terlihat. Sebagai contoh, di dalam suatu pabrik bahan kimia, terdapat berbagai jenis bahan dan peralatan. Melakukan identifikasi pasif, ibarat menyimpan bom waktu yang dapat meledak setiap saat. b. Teknik Semi Proaktif Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya. Namun kurang efektif karena : 1) Tidak semua bahaya telah diketahui 2) Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan ke pihak lain 3) Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian. c. Teknik Proaktif Teknik terbaik untuk mengidentifikasi bahaya dengan mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Teknik proaktif memiliki kelebihan : 1) Bersifat preventif 2) Bersifat Peningkatan berkelanjutan karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan. 3) Meningkatkan kepedulian 4) Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan.
  • 22. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 11 Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan : a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi Kegiatan ini dilaksanakan melalui : a. Konsultasi orang yang mempunyai pengalaman dalam bidang pekerjaan yang mereka sukai dan menimbulkan kegiatan bahaya. b. Pemeriksaan-pemeriksaan fisik lingkungan kerja. c. Catatan sakit dan cidera-cidera insiden waktu yang lalu yang mengakibatkan cidera dan sakit, menjelaskan sumber bahaya yang potensial. d. Informasi identifikasi bahaya memerlukan nasehat, penelitian dan informasi dari seseorang ahli. e. Analisa tugas dengan membagi kedalam unsur-unsurnya maka bahaya yang berhubungan dengan tugas dapat diidentifikasikan. f. Sistem formal analisa bahaya, misalnya Hazop atau Hazard (Depnaker, 1996). Kegunaan identifikasi bahaya adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bahaya-bahaya yang ada. b. Untuk mengetahui potensi bahaya tersebut, baik akibat maupun frekuensi terjadinya. c. Untuk mengetahui lokasi bahaya. d. Untuk menunjukkan bahwa bahaya-bahaya tersebut telah dapat memberikan perlindungan.
  • 23. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 12 e. Untuk menunjukkan bahwa bahaya tertentu tidak akan menimbulkan akibat kecelakaan sehingga tidak diberikan perlindungan. f. Untuk analisa lebih lanjut (PT. Bukit Makmur, 2003). Untuk dapat mengidentifikasi bahaya dengan baik dan dapat menangkap sebanyak mungkin bahaya, kita harus melakukannya dengan teknik yang benar. Di bawah ini adalah beberapa contoh teknik dalam mengidentifikasi bahaya : a. Berjalanlah berkeliling dan perhatikan hal-hal yang dapat menjadi sumber kecelakaan. b. Jangan hiraukan hal-hal yang sepele, pusatkan perhatian pada sesuatu yang dapat menyebabkan insiden serius. c. Tanyakan kepada pekerja mengenai pendapat mereka tentang bahaya dari pekerjaan yang dilakukan. d. Cermati instruksi kerja yang dibuat oleh pabrik. e. Pelajari catatan insiden dan catatan kesehatan pekerja di tempat tersebut. f. Pelajari hasil temuan inspeksi terdahulu. g. Lakukan pengamatan, terutama pada sumber-sumber energi. h. Cermati semua jenis pekerjaan yang ada di lokasi tersebut. i. Pertimbangkan keberadaan orang lain yang tidak selalu berada di lokasi tersebut. j. Perkirakan semua orang yang dimungkinkan bisa terluka akibat dari kegiatan di lokasi tersebut.
  • 24. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 13 k. Dari setiap bahaya yang teridentifikasi, perhatikan jumlah orang dan lamanya terkena paparan bahaya tersebut ( PT. Bukit Makmur, 2003). Kita dapat mengidentifikasi bahaya dengan melihat catatan-catatan insiden yang pernah terjadi dan catatan hasil inspeksi terdahulu di lokasi tersebut. Pokok-pokok yang harus dicermati dari catatan insiden, antara lain: a. Benda yang menjadi sumber kecelakaan (palu, sling, plat besi, dump truck, dan lain-lain). b. Jenis kecelakaan yang terjadi (terjepit, jatuh, tabrakan, dan lain-lain). c. Kondisi tidak standar yang menimbulkan insiden (licin, tajam, sempit, berdebu, dan lain-lain). d. Tindakan tidak aman yang menimbulkan insiden (tidak pakai APD, tidak melaksanakan prosedur, dan lain-lain). e. Bagian tubuh yang cedera (kepala, tubuh, kaki, tangan, dan lain-lain). f. Seksi-seksi mana yang sering ditemukan penyimpangan / deviasi pada catatan inspeksi terdahulu, g. Jenis-jenis deviasi / penyimpangan yang ditemukan dari hasil inspeksi terdahulu, h. Daerah-daerah kritis mana yang sering terlepas dari pengawasan supervisor. Dengan bantuan catatan insiden dan inspeksi terdahulu, kita dapat lebih fokus dalam mengidentifikasi bahaya ( PT. Bukit Makmur, 2003).
  • 25. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 14 2. Penilaian Risiko Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu (Tarwaka, 2008). Setiap pekerjaan perlu dilakukan penilaian risiko untuk megetahui kemungkinan terjadi kecelakaan pada tempat kerja, sehingga dapat menetapkan pencegahan dan pengendalian keselamatan kerja. Tingkat resiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan keparahan (consequence/severity) dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cidera dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja. Hazard banyak ditemui di tempat kerja dan harus segera dikendalikan secepat mungkin supaya tidak terjadi kesalahan yang fatal atau risiko bahaya yang lebih besar, karena ada beberapa diantaranya yang dapat dikendalikan dengan sedikit biaya atau tanpa biaya. Apabila kita akan mengendalikan suatu risiko bahaya, maka kita harus menentukan mana yang pertama kali dilakukan untuk mengendalikanya. Untuk menentukkan prioritas hazard yang serius atau sangat serius maka harus dilakukan penilaian risiko untuk menentukan pengendalian yang tepat terhadap potensi bahaya di tempat kerja.
  • 26. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 15 Gambar 1. Bagan Penentuan Tingkat Risiko Sumber : Tarwaka, 2008 Hasil dari penilaian risiko akan memudahkan kita dalam melihat tingkat kekritisan dari bahaya, sehingga kita dapat mendudukkan bahaya- bahaya tersebut sesuai urut-urutan dari yang memiliki tingkat kekritisan tinggi sampai yang memiliki kekritisan rendah (PT. Bukit Makmur, 2003). Penilaian risiko terutama ditujukan untuk menyusun prioritas pengendalian bahaya yang telah diidentifikasi. Semakin tinggi nilai risiko yang dikandung suatu bahaya, semakin kritis sifat bahaya tersebut, dan berarti menuntut tindakan perbaikan atau pengendalian yang sesegera mungkin (PT. Bukit Makmur, 2003). Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian risiko meliputi : a. Menentukan personil penilai Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh petugas lain di luar perusahaan yang berkompeten baik dalam pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan. TINGKAT RESIKO KEKERAPAN Kemungkinan terjadinya kecelakaan atau sakit : Dinilai dari frekuensi atau durasi paparan hazard KEPARAHAN Tingkat keparahan kecelakaan atau sakit : Dinilai dari jumlah orang yang terpapar hazard pada periode tertentu
  • 27. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 16 Tergantung dari kebutuhan, pada tempat kerja yang luas, personil penilai dapat merupakan suatu tim yang terdiri dari beberapa orang. b. Menentukan obyek/bagian yang akan dinilai Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian atau departemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan sebagainya. Penentuan obyek ini sangat membantu dalam sistematika kerja penilai. c. Kunjungan/Inspeksi tempat kerja Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu “walk through survey / Inspection” yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih detail. Dalam kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar dan mencatat semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja, teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait. d. Identifikasi potensi bahaya Berbagai cara dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja, misalnya melalui : 1) Inspeksi/survey tempat kerja rutin. 2) Informasi mengenai data kecelakaan kerja dan penyakit, absensi. 3) Laporan dari P2K3 (Panitia Pengawas Kesehatan dan Keselamatan Kerja), supervisor atau keluhan pekerja. 4) Lembar data keselamatan bahan (material safety data sheet)
  • 28. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 17 Selanjutnya diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi bahaya tersebut untuk memprediksi langkah atau tindakan selanjutnya terutama pada kemungkinan potensi bahaya tersebut menjadi suatu risiko. e. Mencari informasi/data potensi bahaya Upaya ini dapat dilakukan misalnya melalui kepustakaan, mempelajari MSDS, petunjuk teknis, standar, pengalaman atau informasi lain yang relevan. f. Analisis Risiko Dalam kegiatan ini, semua jenis risiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat keparahan (saverity) frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana tindakan untuk mengatasi resiko tersebut dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin. Ketidaksempurnaan dapat juga terjadi, namun melalui upaya sistematik, perbaikan senantiasa akan diperoleh. g. Evaluasi risiko Memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian resiko. Kualifikasi dan kuantifikasi risiko, dikembangkan dalam proses tersebut. Konsultasi dan nasehat dari para ahli seringkali dibutuhkan pada tahap analisis dan evaluasi risiko. Metode evaluasi resiko antara lain adalah :
  • 29. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 18 1) Menghitung peluang insiden (probability) Dalam menentukan peluang insiden yang terjadi di tempat kerja kita dapat menggunakan skala berdasarkan tingkat potensinya. Tabel 1. Nilai Kemungkinan Nilai Kemungkinan Tingkat Uraian Contoh Rinci 5 Hampir Pasti Terjadi Dapat terjadi setiap saat dalam kondisi normal, akan terjadi pada semua kondisi (90%) terjadi (selalu terjadi sampai 1 kali dalam seminggu) 4 Sering Terjadi Terjadi beberapa kali dalam periode waktu tertentu, (kurang dari 1 kali dalam satu minggu sampai 1 kali dalam satu bulan) 3 Dapat Terjadi Risiko dapat terjadi namun tidak sering, (kurang dari 1 kali dalam satu bulan sampai 1 kali dalam tiga bulan) 2 Kadang-kadang Kadang-kadang terjadi (kurang dari 1 kali dalam tiga bulan sampai 1 kali dalam satu tahun) 1 Jarang Sekali Dapat terjadi dalam keadaan tertentu, pada suatu kondisi khusus/luar biasa/bertahun-tahun, (kurang dari 1 kali dalam satu tahun) Sumber : Ramli, 2009 2) Menghitung tingkat keparahan (saverity) Tabel 2. Nilai Keparahan (Saverity) Bersambung Nilai Keparahan Tingkat Uraian Contoh Rinci 1 Tidak Signifikan Tidak menimbulkan kerugian/ cedara pada manusia, tidak mengganggu kesehatan, dan berdampak pada tempat kejadian 2 Kecil Menimbulkan cedera ringan, kerugian kecil, menimbulkan dampak serius terhadap kelangsungan bisnis, dan berdampak pada lingkungan unit kerja
  • 30. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 19 Sambungan Nilai Keparahan Tingkat Uraian Contoh Rinci 3 Sedang Cedera berat dan dirawat di rumah sakit, tidak menimbulkan cacat tetap, kerugian finansial sedang, berdampak pencemaran pada lingkungan tempat usaha. 4 Berat Menimbulkan cedera parah dan cacat tetap dan kerugian finansial besar, menimbulkan dampak serius terhadap kelangsungan usaha serta berdampak pencemaran pada lingkungan besar perusahaan dan masyarakat disekitar. 5 Bencana Mengakibatkan korban meninggal dan kerugian parah bahkan menghentikan kegiatan usaha selamanya serta berdampak pada lingkungan sangat besar dan masyarakat luas. Sumber : Ramli, 2009 3) Mengkombinasikan perhitungan peluang dan konsekuensi untuk menentukan tingkat resiko. Level atau tingkatan resiko ditentukan oleh hubungan antara nilai hasil identifikasi peluang bahaya dan konsekuensi. Hubungan ini dapat kita gambarkan dalam matriks berikut :
  • 31. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 20 Saverity Probability 1 2 3 4 5 5 M H H E E 4 L M H H E 3 L M M H H 2 L L M M H 1 L L L L M Gambar 2. Risk Matrik Peringkat Risiko Sumber : Ramli, 2009 Keterangan : E : Extreme (Sangat Tinggi) M : Medium (sedang) H : High (tinggi) L : Low (rendah) Berdasarkan matrik rangking tersebut kita dapat mengidentifikasi atau menentukan tindakan yang akan kita lakukan terhadap setiap risiko. Ketentuan tindak lanjutnya sebagai berikut : a) Risiko rendah Risiko dapat diterima, pengendalian tambahan tidak perlu dilakukan. Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar. b) Risiko sedang Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi. Pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan dalam jangka waktu yang ditentukan.
  • 32. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 21 c) Risiko tinggi Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah direduksi. Perlu pertimbangan sumber daya yang akan dialokasikan untuk mereduksi risiko. Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih berlangsung, maka tindakan harus segera dilakukan. d) Ekstrim Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan sampai risiko telah direduksi. Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi risiko dengan sumber daya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat dilaksanakan (Ramli, 2009). Penilaian risiko ini bersifat subyektif. Tetapi pengelompokan angka nilai risiko seperti diatas akan mengurangi tingkat kesubyektifan dari penilaian ini. Dan jika penilaian risiko dilakukan oleh tim atau kelompok, akan lebih memperkecil kesubyektifan (PT. Bukit Makmur, 2003). Hal terpenting dalam melakukan penilaian risiko adalah berpikir logis, artinya tidak melebih-lebihkan kekhawatiran kita akan bahaya yang kita nilai, tetapi jangan pula menganggap sepele dari bahaya tersebut (PT. Bukit Makmur, 2003). Dalam penilaian risiko, ada beberapa hal yang harus kita memperhatikan antara lain : a) Bahaya mempunyai sifat spesifik, tergantung pada ruang/tempat, waktu, dan massa. Sehingga satu jenis bahaya, dapat mempunyai nilai risiko yang berbeda.
  • 33. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 22 b) Besarnya angka dari risiko tidak begitu penting. Yang terpenting adalah langkah pengendalian risiko yang kita lakukan. c) Lakukan tindakan perbaikan segera, jika ditemukan bahaya dengan tingkat kekritisan sangat tinggi (PT. Bukit Makmur, 2003). 3. Pengendalian Risiko Bahaya yang sudah diidentifikasi dan dinilai, maka selanjutnya harus dilakukan perencanaan pengendalian risiko untuk mengurangi risiko sampai batas maksimal. Pengendalian risiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki pengedalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Di dalam hirarki pengendalian risiko terdapat 2 (dua) pendekatan, yaitu : a. Pendekatan ”Long Term Gain” yaitu pengendalian berorientasi jangka panjang dan bersifat permanen dimulai dari pengendalian substitusi, eliminasi, rekayasa teknik, isolasi atau pembatasan, administrasi dan terakhir jatuh pada pilihan penggunaan alat pelindung diri. b. Pendekatan ”Short Term Gain”, yaitu pengendalian berorientasi jangka pendek dan bersifat temporari atau sementara. Pendekatan pengendalian ini diimplementasikan selama pengendalian yag bersifat lebih permanen belum dapat diterapkan. Pilihan pengendalian risiko ini dimulai dari penggunaan alat pelindung diri menuju ke atas sampai dengan substitusi (Tarwaka, 2008).
  • 34. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 23 Hirarki Pengendalian Risiko merupakan suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Salah satunya dengan membuat rencana pengendalian antara lain : a. Eliminasi (Elimination) Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Cara pengendalian yang baik dilakukan adalah dengan eliminasi karena potensi bahaya dapat ditiadakan. b. Substitusi (Substitution) Cara pengendalian substitusi adalah dengan menggantikan bahan- bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman. c. Rekayasa Teknik (Engineering Control) Pengendalian rekayasa teknik termasuk merubah struktur obyek kerja untuk mencegah seseorang terpapar potensi bahaya. Cara pengendalian yang dilakukan adalah dengan pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor
  • 35. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 24 beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorber suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi, dan lain-lain. d. Isolasi (Isolation) Cara pengendalian yang dilakukan dengan memisahkan seseorang dari obyek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup (control room) menggunakan remote control. e. Pengendalian Administrasi (Admistration Control) Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya yang tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode ini meliputi penerimaan tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian dan training K3. f. Alat Pelindung Diri (Administration Control) Alat pelindung diri yang digunakan untuk membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima oleh tubuh. Menurut modul IBPR PT. Bukit Makmur (2003), dalam menentukan pengendalian risiko atas bahaya yang kita identifikasi, harus diperhatikan hal-hal di bawah ini : 1).Apakah telah ada control / pengendalian resiko yang telah lalu?
  • 36. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 25 Jika telah ada, apakah kontrol tersebut telah memadai atau belum? 2).Jika belum memadai, tentukan tindakan pengendalian baru untuk menghilangkan atau menekan resiko sampai pada tingkat serendah mungkin. B. Kerangka Pemikiran Gambar 3. Kerangka Pemikiran Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu Potensi Bahaya dan Faktor Bahya Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Kondisi Aman Pengendalian Risiko Tidak ada Identifikasi Bahaya  Penyakit Akibat Kerja  Kecelakaan Kerja Kerugian
  • 37. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 26 Gambar 3. Kerangka Pemikiran Potensi Bahaya Identifikasi Potensi Bahaya Penilaian Risiko Pengendalian Risiko Kondisi Aman
  • 38. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian diskritif. Menurut Nurbuko (2005), metode diskritif yaitu memberikan gambaran secara jelas suatu masalah dan keadaan berdasarkan data-data yang sebenarnya, sehingga hanya merupakan penyingkapan suatu fakta dan data yang diperoleh serta digunakan sebagai bahan penulisan laporan. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pusiklat Migas yang terletak di Jl. Sorogo No. 1 Cepu 58315, Blora, Jawa Tengah dengan mengambil lokasi di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. C. Obyek Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian Obyek penelitian ini adalah manusia, peralatan atau mesin dan lingkungan sebagai sumber bahaya. D. Sumber Data Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai berikut :
  • 39. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 27 1. Data Primer Data primer diperoleh dari melakukan observasi ke tempat kerja/lapangan, wawancara tenaga kerja dan konsultasi dengan pembimbing lapangan. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data perusahaan serta literatur lain sebagai sumber data. Data sekunder diperoleh di Perpustakaan Diploma III Hiperkes dan KK, Pusdiklat Migas Cepu dan AKAMIGAS Cepu. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Lapangan Teknik pengumpulan data dengan observasi langsung ke lapangan ini dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. 2. Wawancara Peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung dengan karyawan yang berwenang dan berkaitan dengan potensi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu.
  • 40. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 28 3. Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan penulis dengan membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah identifikasi potensi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu, laporan-laporan penelitian yang sudah ada, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian baik dari perpustakaan Pusdiklat Migas Cepu maupun AKAMIGAS Cepu yang dapat menunjang tentang higene perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Dokumentasi Pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen terkendali maupun tidak terkendali yang ada di perusahaan serta catatan- catatan perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian. F. Pelaksanaan 1. Persiapan a. Pengajuan proposal magang pada tanggal 5 Oktober 2010 yang ditujukan kepada Kepala Bidang Program dan Kerja Sama Pusdiklat Migas Cepu. b. Mendapatkan surat jawaban resmi pada bulan Januari dari Kepala Bidang Program dan Kerja Sama Pusdiklat Migas Cepu melalui faximilie. c. Membaca referensi berupa buku-buku di perpustakaan Diploma III Hiperkes dan KK dan literatur dari internet.
  • 41. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 29 2. Pelaksanaan a. Observasi ke semua unit di Pusdiklat Migas Cepu. b. Observasi ke objek yang bersangkutan dengan judul laporan yaitu khusus di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. c. Tanya jawab dengan pembimbing, staff perusahaan maupun tenaga kerja atau operator di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. d. Mencari data sebagai pelengkap baik data primer maupun data sekunder. G. Analisa Data Dari data penelitian yang sudah diperoleh, maka penulis berusaha untuk menganalisa hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko dengan membandingkan data yang diperoleh dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku seperti UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Kepmenaker No.51/MEN/1999 tentang Faktor Fisik Tempat Kerja, Permenaker No. Per-02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik, Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi No. 87.K/38/DDJM/1996 tentang Tata Cara Penilaian dan Pemberian tanda Penghargaan dalam Bidang Keselamatan Kerja Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusaha Sumber Daya Panas Bumi, dan Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
  • 42. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Diskripsi Proses Pengolahan Minyak Secara Destilasi Atmosferis Proses pengolahan minyak mentah (crude oil) di Pusdiklat Migas Cepu dengan menggunakan proses destilasi atmosferis. Minyak mentah (crude oil) merupakan campuran yang sangat kompleks dari senyawa- senyawa hidrokarbon sebagi penyusun utamanya dan sedikit unsur Belerang, Nitrogen Oksigen, Logam-logam dan garam mineral. Sebelum proses masuk ke kilang bahan/material ikutan tersebut harus dipisahkan lebih dahulu agar tidak menganggu proses dan mengurangi mutu produk yang dihasilkan. Minyak mentah (crude oil) sebagai suatu hasil tambang dikelompokkan beberapa jenis antara lain : a. Crude Oil Parafinis Crude Oil Parafinis adalah crude oil atau minyak mentah yang susunan hidrokarbonnya sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon yang sederhana, ditandai dengan rantai atom-atom karbon yang tersusun dalam rantai jenuh tebuka. Sifat fisik crude oil ini antara lain, fraksi beratnya banyak mengandung lilin, sedikit mengandung aspal, dan mutu
  • 43. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 31 gasoline yang memilki spesifikasi rendah, mutu kerosene dan solarnya baik. Minyak mentah ini banyak terdapat di daerah Kewengan. b. Crude Oil Asphaltis Crude Oil Asphaltis adalah crude oil atau minyak mentah yang susunan hidrokarbonnya sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon tertutup / cyclisss (nefthenis maupun aromatis) ditandai spesifikasi mutu gasoline lebih tinggi, mutu kerosene titik asap rendah dan residu bersifat asphaltis, cocok untuk dibuat asphalt, dan tidak mengandung lilin. Minyak mentah ini banyak terdapat di daerah Ledok. c. Crude Oil Campuran (Mixed) Crude oil atau minyak mentah ini merupakan campuran dari crude oil parafinis dan asphaltis, dan juga mengandung aromatis. Sedangkan yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan crude oil di Unit Destilasi Pusdiklat Migas Cepu berupa crude oil campuran. Prinsip dasar destilasi atmosferis adalah pemisahan fraksi-fraksi yang dikehendaki didasarkan atas perbedaan trayek didih (boiling range) masing- masing fraksi tersebut, dan berlangsung melalui proses pemanasan, penguapan, pemisahan, pengembunan dan pendinginan. Proses berlangsung pada tekanan sedikit di atas atmosfer sehingga disebut Destilasi Atmosferis. Sebelum minyak mentah diolah dalam kilang, terlebih dahulu kedua jenis crude oil ini diproses di tangki penampungan crude oil. Adapun peralatan penting yang digunakan di Unit Destilasi Atmosferis Kilang Pusdiklat Migas Cepu antara lain :
  • 44. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 32 1) Pompa Pompa berfungsi untuk mengalirkan zat cair melalui sistem perpipaan dari suatu unit ke unit lain dengan jalan menambahkan energi pada zat cair tersebut. Selain memindahkan cairan, pompa juga berfungsi untuk menambahkan kecepatan alir cairan tersebut. Jenis pompa yang dipakai di Unit Kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah jenis pompa torak, pompa sentrifugal, dan pompa ulir. 2) Heat Exchanger Heat Exchanger berfungsi sebagai pemanasan awal dari umpan minyak mentah (crude oil) sebelum masuk ke furnace dengan jalan mengambil panas dari aliran produk residu dan solar yang akan didinginkan. 3) Furnace Furnace berfungsi untuk memanaskan minyak mentah sampai suhu yang ditentukan. Tipe furnace di Unit Kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah model box dengan tube terletak pada posisi horizontal. Setiap furnace mempunyai satu burner dengan menggunakan sistem natural draf. Minyak mentah mengalir melalu tube-tube yang berada di bagian bawah dan mendapatkan panas secara konveksi dengan adanya gas buang yang keluar melalui cerobong. Untuk mengatur flue gas yang keluar diperlukan damper stack.
  • 45. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 33 4) Evaporator Evaporator berfungsi untuk memisahkan antara uap dan cairan dari minyak mentah yang telah dipanaskan di dalam furnace. Evaporator berupa bejana tegak yang dilengkapi dengan lubang injeksi steam pada bagian dasarnya. Injeksi steam bertujuan untuk menyempurnakan proses pemisahan di dalam evaporator, sehingga fraksi ringan yang masih bercampur dengan fraksi berat diharapkan akan keluar dari dasar evaporator dan naik bersama-sama steam menuju puncak evaporator. Evaporator ini memisahkan residu dengan campuran fraksi-fraksi seperti gasoline, kerosene, dan solar. 5) Kolom Fraksinasi Kolom fraksinasi berfungsi untuk memisahkan masing-masing fraksi yang dikehendaki sesuai dengan jarak titik didih masing-masing fraksi tersebut. 6) Kolom stripper Kolom stripper berfungsi untuk menguapkan kembali fraksi-fraksi ringan yang masih bercampur dengan produk. Untuk menguapkan diberikan steam dengan cara menginjeksikan pada bagian dasar stripper. 7) Cooler Cooler berfungsi utuk mendinginkan produk panas sebelum disalurkan ke tangki penampungan tetapi tidak merubah fase. Jenis cooler yang digunakan di unit kilang antara lain : a) Tipe shell and tube dengan media pendingin air (16 unit)
  • 46. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 34 b) Tipe cooling box dengan media pendingin air (6 unit) 8) Kondensor Kondensor berfungsi untuk mengembunkan produk uap dari puncak fraksinasi. Media pendinginnya berupa air. Produk jadi dilewatkan pada bagian shell sedang air berada di bagian tube. 9) Separator Separator berfungsi untuk memisahkan air dan gas yang tercampur di dalam produk. Terdapat 8 unit separator yang dioperasikan. 10) Tangki Penampungan Tangki penampungan berfungsi untuk menampung produk jadi maupun residu. Untuk tangki minyak berat (PH Solar dan residu) dilengkapi dengan pemanas agar tidak membeku dengan menginjeksikan steam agar tetap cair. Urutan jalannya proses pengolahan minyak mentah secara destilasi atmosferis di unit kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah sebagai berikut : a) Minyak mentah dalam tangki penampungan minyak mentah dihisap dan disalurkan oleh feed pump Heat Exchanger (HE) untuk mengalami pemanasan awal sampai menjadi antara 100-1400 C. Kemudian masuk ke dalam furnace untuk dilakukan pemanasan lanjut hingga mencapai suhu antara 300-3400 C berdasarkan karakteristik produk. Selanjutnya masuk evaporator untuk memisahkan antara uap produk dan residu. Residunya kemudian menuju residu stripper, HE, Box Coooler, kemudian masuk ke dalam tangki residu.
  • 47. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 35 b) Dari top evaporator, uap minyak yang merupakan campuran dari fraksi- fraksi solvent (petrasol), kerosene, solar dan PH Solar masuk ke kolom fraksinasi C-1 untuk dipisahkan sesuai fraksi-fraksi tersebut, yaitu dari top kolom C-1 keluar produk Petrasol yang diumpankan kembali ke kolom C-2 untuk Petrasol CA yang keluar melalui top kolom C-2 dicairkan di kondensor dan didinginkan di cooler kemudian masuk separator menuju tangki penampungan produk Petrasol CA di T-114, T-115, T-116, dan T- 117 c) Dari side stream kolom C-2 dan bottom kolom C-2 diambil sebagai produk Petrasol CB, kemudian masuk separator menuju tangki penampungan Petrasol CB di T-109 dan T-110. d) Dari side stream paling atas kolom C-1 diambil produk Petrasol CC, kemudian masuk cooler, selanjutnya separator hingga menuju tangki penampungan Petrasol CC di T-112 dan T-113. e) Dari side stream tengah kolom C-1, dimabil produk kerosene kemudian masuk ke stripper kerosene. Dari bottom stripper, kerosene masuk ke dalam cooler menuju separator hingga masuk ke tangki penampung kerosene di T- 106, T-124, T-125, dan T-126. f) Dari side stream bagian bawah kolom C-1 diambil produk solar kemudian masuk hingga tangki penampung produk solar di T-111, T-120 dan T-127. g) Dari bagian bawah kolom fraksinasi C-1 keluar produk PH-Solar langsung disalurkan ke tangki penampung PH-Solar yaitu T-118 dan T-119.
  • 48. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 36 Selanjutnya dipompakan ke unit Wax Plant untuk diproses dan diambil lilin atau wax. Produk-produk utama yang dihasilkan di Unit Destilasi Atmosferis Kilang Pusdiklat Migas Cepu antara lain : (1). Solvent ringan atau Petrasol CA ( Pertamina solvent Cepu kualitas A) (2). Solvent sedang atau Petrasol CB ( Pertamina solvent Cepu kulaitas B) (3). Naptha (4). Solvent berat atau Petrasol CC ( Pertamina solvent Cepu kualitas C) (5). Kerosene ( minyak tanah) (6). PH-Solar (7). Solar (8). Residu Kapasitas dari Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu sekitar 600 m3 /hari dengan pengoperasian 4 unit furnace. Untuk saat ini hanya dioperasikan 1 unit furnace dengan kapasitas sekitar 170 m3 /hari sesuai dengan permintaan dari PERTAMINA EP Region Jawa Tengah (Cepu). 2. Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu Di Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu belum dilaksanakan IBPR. Oleh karena itu peneliti membuat form IBPR berdasarkan kriteria Kemugkinan (Probability), Keparahan (Saverity), Penilaian Risiko dan Signifikan Risiko menurut Permenaker No.PER 05/MEN/1996 Lampiran I point 3.3 Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko.
  • 49. 37 37 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR) Instansi : Pusdiklat Migas Cepu Tanggal : 16 Februari 2011 Area : Pengolahan Minyak (Kilang) Sumber : Data Primer Proses : Destilasi Atmosferis Dibuat oleh : Oktavianus Roy Abrianto Keterangan : P (Probability) atau Kemungkinan S (Saverity) atau Keparahan R (Risiko) No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 1. Tangki-101 dan Tangki- 102 a. Penampungan crude oil 1) Kebakaran jika adanya nyala api 3 4 12 Tinggi Pemasangan sistem peringatan di depan pagar unit seperti dilarang membuat bunga api dan proteksi kebakaran dengan pemasangan water drenching, hydrant dan alat pemadam tangki seperti foam chamber Bersambung
  • 50. 38 38 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 1. Tangki-101 dan Tangki- 102 a. Penampungan crude oil 2) Terjatuh dari atas tangki saat pengecekan 1 5 5 Rendah Pengecekan dan pembersihan lantai tangga belum rutin dilaksanakan, tetapi untuk APD saat menaiki tangga sudah sesuai dengan memakai safety shoes, safety helmet, dan safety belt 3) Terpeleset tumpahan minyak 4 1 4 Rendah Pembersihan rutin dilakukan, bila ada bocoran atau ceceran segera ditangani dan memakai APD saat bekerja seperti safety shoes, safety helmet dan safety google, tetapi spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpeleset 4) Kebocoran minyak pada pipa yang bocor saat pengisian menimbulkan ceceran minyak 1 2 2 Rendah Memastikan pipa saluran tidak ada yang bocor, memakai APD (safety shoes, safety helmet, sarung tangan karet dan safety googles) dan bila terkena minyak terdapat tempat cuci tangan. bersambung
  • 51. 39 39 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 1. Tangki-101 dan Tangki- 102 b. Pemisahan air dan crude oil Terpleset ceceran minyak yang tercampur air 4 1 4 Rendah Pembersihan rutin dilakukan, bila ada bocoran atau ceceran segera ditangani dan memakai APD (safety shoes, safety helmet dan safety googles) tetapi spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpeleset c. Penetralan listrik statis pada setiap tangki timbun 1) Kebakaran apabila ada bunga api oleh karena listrik statis akibat beda potensial antar pipa atau petir 3 4 12 Tinggi Pemasangan penetral listrik statis yang dipasang pada tiap tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung dihubungkan ke tanah untuk mencegah terjadi listrik statis, serta terdapat water drenching untuk mendinginkan tangki dan alat pemadam tangki seperti foam chamber untuk menanggulangi apabila terjadi kebakaran bersambung
  • 52. 40 40 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 2. Rumah Pompa a. Menyalurkan crude oil ke HE 1) Tersengat aliran listrik oleh mesin saat pengoperasian 1 5 5 Sedang Pemasangan instalasi listrik sudah sesuai hanya kurang rutin dalam pengecekan dan penggantian komponen secara berkala, penggunaan APD saat bekerja seperti safety shoes dan sarung tangan kulit pada saat mengoperasikan. 2) Kebocoran crude oil pada sambungan pipa penyalur ke HE 1 2 2 Rendah Pemeriksaan rutin pada setiap pipa penyalur crude oil dari tangki timbun sampai HE sebelum operasional. b. Sampling point 1) Ceceran minyak di washtafel dan lantai bila terkena kulit akan menyebabkan gatal-gatal 4 2 8 Sedang Pembersihan secara rutin dilakukan, penyediaan tempat cuci tangan di control room, penggunaan APD seperti sarung tangan karet saat bekerja. bersambung
  • 53. 41 41 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 2. Rumah Pompa b. Sampling point 2) Bau crude oil yang dapat mengganggu pernafasan 3 2 6 Sedang Pemakaian APD seperti respirator saat bekerja dalam waktu yang lama, tetapi letak sampling point dekat area terbuka sehingga bau crude oil tidak terlalu menyengat. 3) Cipratan minyak yang dapat mengenai mata dan kulit dapat menimbulkan gatal-gatal 2 2 4 Rendah Membuka kran sampling dengan hati-hati, penggunaan APD penutup muka atau safety googles serta sarung tangan karet saat berada di tempat yang mengeluarkan percikan minyak, dan penyediaan tempat cuci di control room c. Pemisahan air dan minyak di separator 1) Terdapat ceceran minyak yang terkoagulasi dengan air yang menyebabkan licin 4 2 8 Sedang Pembersihan rutin dilakukan, bila ada ceceran minyak segera dibersihkan dan penggunaan APD saat bekerja seperti safety shoes tetapi spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpleset bersambung
  • 54. 42 42 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 2. Rumah Pompa c. Pemisahan air dan minyak di separator 2) Terperosok ke dalam parit (sering terjadi pada malam hari) 4 2 8 Sedang Pemasangan pengaman besi di atas parit, tetapi banyak yang hilang dicuri sehingga kaki operator sering terperosok ke dalam parit terutama pada saat shift malam 3) Cipratan minyak yang dapat mengenai mata 2 2 4 Rendah Pembukaan kran pemisah minyak dan air secara hati-hati, penggunaan APD seperti safety googles atau kacamata 3. Furnace a. Pompa pengisian bahan bakar 1) Kebakaran bila ada bunga api 3 4 12 Tinggi Pengaturan tekanan pompa bahan bakar serta pemasangan alat proteksi kebakaran seperti APAR di setiap tiang penyangga. 2) Konsleting Listrik 1 5 5 Sedang Pemasangan instalasi pompa listrik sudah sesuai hanya kurang rutin dalam pengecekan dan penggantian komponen secara berkala sehingga pernah terjadi percikan api karena konsleting listrik bersambung
  • 55. 43 43 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 3. Furnace b. Pemasakan minyak di Furnace 1) Ledakan karena tekanan berlebih 3 5 15 Tinggi Memastikan tekanan stabil dan pengoperasian sesuai SOP 2) Uap minyak yang keluar dari cerobong pemantauan pilot flare 3 3 9 Sedang Menggunakan APD (respirator/masker gas) tetapi jumlahnya tidak banyak dan operator jarang menggunakan karena merasa kurang nyaman. 3) Paparan panas saat pemantauan pilot flare 3 2 6 Sedang Dapur pembakaran terbuat dari bau bata sebagai salah satu isolator dan menggunakan APD (sarung tangan dari kain) saat membuka tutup cerobong untuk pengecekan api pembakaran 4) Bising dari dapur pembakaran sebesar 90 dB selama 2 jam 1 5 5 Sedang Dapur pembakaran dekat dengan ruang terbuka sehingga sekilas tidak terdengar bising, penggunaan APD (ear plug / ear muff) bila dalam waktu yang lama (lebih dari 2 jam), tetapi operator kurang sadar dalam pemakaiannya karena merasa kurang nyaman. Bersambung
  • 56. 44 44 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 3. Furnace b. Pemasakan minyak di Furnace 5) Terkena tetesan steam 2 2 4 Rendah Diberikan steam trap untuk disalurkan ke parit, tetapi sudah rusak sehingga untuk menampung tetesan dengan wadah dari besi. 6) Terpeleset ceceran air 4 1 4 Rendah Pembersihan belum rutin dilakukan, operator menggunakan APD seperti safety shoes c. Penggunaan gas flare dan gas LPG sebagai pilot fire 1) Kebakaran karena bunga api yang berlebihan 3 5 15 Tinggi Peletak tabung gas jauh dari pematik api dan penyediaan APAR pada setiap sudut dan tiang penyangga. 2) Kebocoran gas di saluran pipa 2 2 4 Rendah Pengecekan pipa rutin dilakukan tetapi perbaikan pipa yang bocor cenderung lambat serta penggunaan APD seperti respirator gas tetapi jumlahnya tidak banyak dan jarang dilakukan operator karena merasa kurang nyaman. bersambung
  • 57. 45 45 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 4. Fraksinasi a. Lantai Dasar 1) Pemanasan awal di HE a) Kebakaran oleh karena bunga api 3 4 12 Tinggi Pemasangan APAR yang sangat mudah di jangkau dan sudah sesuai kebutuhan b) Paparan panas dari produk maupun steam 4 2 8 Sedang Pemberian isolator pada setiap pipa, tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunan APD seperti sarung tangan dari kain. c) Terpeset ceceran minyak di lantai 4 2 8 Sedang Pembersihan secara rutin dan penggunaan APD seperti safety shoes 2) Pipa-pipa penyalur minyak ke HE a) Kebakaran bila ada bunga api 3 4 12 Tinggi Pemasangan APAR yang tidak jauh jaraknya dan sesuai kebutuhan b) Tersandung oleh pipa-pipa 2 2 4 Rendah Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet 3) Peletakan Amoniak untuk injeksi top kolom agar tidak berkarat Bau dari uap yang dapat mengganggu pernafasan dan keracunan 2 4 8 Sedang Penggunaan APD seperti masker gas bila dalam waktu yang lama bersambung
  • 58. 46 46 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 4. b. Lantai I Terdapat bagian bawah dari kolom C-2, C-3, C4 dan C5 untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak a) Ledakan kerena tekanan berlebih 3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve Terdapat Akumulator (facial steam) untuk menyimpan steam sementara dari boiler b) Kebakaran karena bunga api 3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR dan pipa hydrant di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api Evaporator memisahkan fasa uap dan fasa cair (bagian bawah) c) Tersandung pipa bisa menyebabkan jatuh 2 3 6 Sedang Pemberian pembatas pagar dan penggunaan APD seperti safety shoes dan safety helmet d) Kebocoran uap minyak atau steam di sambungan pipa 2 4 8 Sedang Proteksi dengan pengadaan APAR di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api Pemberian isolasi terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles bersambung
  • 59. 47 47 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 4. b. Lantai I e) Terpapar panas produk dan steam 2 3 6 Sedang Pemberian isolasi di seluruh pipa tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain. f) Terpleset ceceran minyak atau air 2 1 2 Rendah Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet saat bekerja c. Lantai 2 Terdapat kolom C-1 untuk memisahkan fraksi minyak a) Ledakan karena tekanan berlebih 3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve b) Kebakaran oleh karena bunga api 3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR dan pipa hydrant di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. c) Kebocoran uap minyak atau steam di sambungan pipa 2 4 8 Sedang Pemberian isolator terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles bersambung
  • 60. 48 48 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 4. c. Lantai 2 Terdapat kolom C-1 untuk memisahkan fraksi minyak d) Terpapar panas oleh karena produk dan steam 1 5 5 Sedang Pemberian isolator di seluruh pipa tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain. e) Tersandung sehingga terjatuh 2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD safety shoes dan safety helmet f) Terpleset ceceran minyak atau air 3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet saat bekerja. d. Lantai 3 Terdapat kolom C-2, C- 3, C-4, dan C-5 untuk memisahkan fraksi minyak a) Ledakan karena tekanan berlebih 3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve b) Kebakaran oleh karena bunga api 3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR dan pipa hydrant di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. c) Kebocoran uap minyak atau steam di sambungan pipa 2 4 8 Sedang Pemberian isolator terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles bersambung
  • 61. 49 49 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 4. d. Lantai 3 Terdapat kolom C-2, C- 3, C-4, dan C-5 untuk memisahkan fraksi minyak d) Terpapar panas oleh karena produk dan steam 1 5 5 Sedang Pemberian isolator di seluruh pipa tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain. e) Tersandung sehingga terjatuh 2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD safety shoes dan safety helmet f) Terpleset ceceran minyak atau air 3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet saat bekerja. e. Lantai 4 Terdapat evaporator (top coulom) a) Ledakan karena tekanan berlebih 3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve Pengambilan produk (side steam) no. 4, 5, 6 b) Kebakaran oleh karena bunga api 3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR dan pipa hydrant di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. c) Kebocoran uap minyak atau steam di sambungan pipa 2 4 8 Sedang Pemberian isolator terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles Bersambung
  • 62. 50 50 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 4. e. Lantai 4 Terdapat evaporator (top coulom) d) Terpapar panas oleh karena produk dan steam 1 5 5 Sedang Pemberian isolator di seluruh pipa tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain. Pengambilan produk (side steam) no. 4, 5, 6 e) Tersandung sehingga terjatuh 2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD safety shoes dan safety helmet f) Terpleset ceceran minyak atau air 3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet saat bekerja. f. Lantai 5 Terdapat kolom C-1A dan C-1B a) Ledakan oleh karena tekanan berlebih 3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve Pengambilan produk (side steam) no. 7 dan 8 b) Kebakaran karena timbulnya bunga api 3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR dan pipa hydrant di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. c) Kebocoran uap minyak atau steam di sambungan pipa 2 4 8 Sedang Pemberian isolator terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles Bersambung
  • 63. 51 51 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 4. f. Lantai 5 Terdapat kolom C-1A dan C-1B d) Terpapar panas oleh karena produk dan steam 1 5 5 Sedang Pemberian isolator di seluruh pipa tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain. Pengambilan produk (side steam) no. 7 dan 8 e) Tersandung sehingga terjatuh 2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD safety shoes dan safety helmet f) Terpleset ceceran minyak atau air 3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet saat bekerja. g. Lantai 6 Terdapat top kolom C1A dan C-1B a) Ledakan oleh karena tekanan berlebih 3 5 15 Tinggi Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve b) Kebakaran karena timbulnya bunga api 3 5 15 Tinggi Proteksi dengan pengadaan APAR di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. c) Kebocoran uap minyak atau steam di sambungan pipa 2 4 8 Sedang Pemberian isolator terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles bersambung
  • 64. 52 52 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 4. g. Lantai 6 Terdapat top kolom C1A dan C-1B d) Terpapar panas oleh karena produk dan steam 1 5 5 Sedang Pemberian isolator di seluruh pipa tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain. e) Tersandung sehingga terjatuh 2 3 6 Sedang Diberi pembatas pagar dan APD safety shoes dan safety helmet f) Terpleset ceceran minyak atau air 3 1 3 Rendah Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet saat bekerja. 5. Kondesor dan cooler Kondesor melakukan pengembunan uap (kondensasi) minyak dari puncak kolom fraksinasi a) Terjadi kebocoran pipa sehingga minyak tercampur air 2 1 2 Rendah Pengecekan serta perbaikan harus sesuai SOP / Work Permit, pembuangan air saat pengurasan lebih hati-hati dan penggunaan APD seperti safety shoes dan safey helmet saat bekerja Cooler digunakan untuk mendinginkan produk panas tetapi tidak merubah fase b) Terpleset sehingga bisa menyebabkan jatuh dari tangga 1 4 4 Rendah Terdapat pembatas, saat pengecekan serta perbaikan harus sesuai SOP/Work Permit dan memakai APD seperti safety shoes dan safey helmet Bersambung
  • 65. 53 53 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 6. Tangki Produk 106- 144 a. Penyimpanan hasil produk 1) Kebakaran jika adanya nyala api 3 4 12 Tinggi Pemasangan sistem peringatan di depan pagar unit seperti dilarang membuat bunga api dan proteksi kebakaran dengan pemasangan water drenching, hydrant dan alat pemadam tangki seperti foam chamber 2) Kebocoran minyak saat pengisisan menyebabkan ceceran minyak 2 2 4 Rendah Memastikan pipa saluran tidak ada yang bocor, memakai APD (safety shoes, safety helmet, sarung tangan karet dan safety googles) 3) Terpeleset tumpahan minyak 2 2 4 Rendah Pembersihan rutin dilakukan, bila ada bocoran atau ceceran segera ditangani dan memakai APD saat bekerja seperti safety shoes, safety helmet dan safety google 4) Terjatuh dari atas tangki saat pengecekan 1 4 4 Rendah Pengecekan dan pembersihan lantai tangga belum rutin dilaksanakan, tetapi untuk APD saat menaiki tangga sudah sesuai dengan memakai safety shoes, safety helmet, dan safety belt bersambung
  • 66. 54 54 sambungan No. Unit Kegiatan Bahaya P S R Signifikan Risiko Pelaksanaan 6. Tangki Produk 106- 144 b. Penetral listrik statis pada setiap tangki timbun 1) Kebakaran apabila ada bunga api oleh karena listrik statis akibat beda potensial antar pipa atau petir 3 4 12 Tinggi Pemasangan penetral listrik statis yang dipasang pada tiap tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung dihubungkan ke tanah untuk mencegah terjadi listrik statis, serta terdapat water drenching untuk mendinginkan tangki dan alat pemadam tangki seperti foam chamber untuk menanggulangi apabila terjadi kebakaran 7. Control Room Pengawasan, pengendalian proses dan administrasi sementara 1) Tersengat aliran listrik 1 4 4 Rendah Pemasangan instalasi kabel sudah baik hanya penataan yang kurang rapi dan belum diberikan isolasi. 2) Oli kiriman dari bolier sehingga terciprat keluar 2 1 2 Rendah Bila ada ceceran minyak segara dibersihkan oleh pegawai instrument mesin 3) Terpeleset ceceran minyak yang menempel di sepatu operator 4 1 4 Rendah Pembersihan rutin dilakukan tetapi operator dari unit masuk ke control room tidak melepas safety shoes sehingga lantai licin karena minyak yang menempel
  • 67. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 55 55 B. Pembahasan Dari hasil observasi langsung dan wawancara kepada beberapa operator didapatkan penilaian dan signifikan risiko identifikasi bahaya serta pengendalian bahaya yang telah dilakukan di Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu dalam upaya peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga dapat kita ketahui bahwa : 1. Unit Tangki-101 dan Tangki-102 Terdapat proses penampungan minyak mentah (crude oil) dan pemisahan air dengan minyak mentah (crude oil). Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa : a. Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi di proses penampungan minyak mentah yaitu kebakaran dari timbulnya nyala api maupun loncatan listrik statis. Bahaya kebakaran dapat menyebabkan bencana yang berakibat fatal bila terjadi. Tidak hanya menimbulkan korban jiwa tetapi juga dapat meghancurkan seluruh aset instansi. Untuk itu Pusdiklat Migas Cepu melakukan tindakan pengendalian antara lain pemasangan penetral listrik statis pada setiap tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung dihubungkan ke tanah untuk mencegah timbulnya listrik statis (loncatan listrik) yang sudah sesuai dengan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 20 ayat 1 berbunyi “ Pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir”, PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan
  • 68. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 56 56 Gas Bumi pasal 5 ayat (7) “ Semua peralatan, bangunan dan instalasi yang dapat menimbulkan kemungkian terjadinya arus listrik yang diakibatkan oleh petir, arus liar, muatan statis dan sebagainya, harus dilangkapi dengan suatu sistim untuk meniadakannya” dan lebih spesifik pada Kep. 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dan pemasangan alarm system sebagai peringatan awal, water drenching untuk mendinginkan tangki dan terdapat alat pemadam seperti foam chamber dan hydrant. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik dan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. Pada Bab XIX pasal 34 (3), “Instalasi pemadam kebakaran yang permanen disamping dilengkapi dengan sistim pemompaan utama harus dilengkapi pula dengan sistim pemompaan tambahan yang tidak tergantung pada jaringan pusat tenaga listrik tempat pemurnian dan pengolahan”. b. Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang tidak ada. c. Bahaya di proses penampungan dan pemisahan air dengan minyak mentah yang memiliki tingkat rendah yaitu kebocoran pipa saat pengisian ke tangki minyak metah, dan terpeleset ceceran minyak mentah saat pembuangan air dari tangki penampungan minyak mentah.
  • 69. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 57 57 Untuk pengendalian atau penurunan risiko dari bahaya terpleset ceceran minyak mentah yang tercampur air dengan cara pembersihan ketika terjadi ceceran telah sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 8 ayat (1) “Tempat kerja harus bersih dan dipelihara dengan baik” dan harus memakai APD pakaian kerja, safety shoes, safety helmet, telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 13 yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing- masing pekerja”, hanya saja spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpeleset. Bahaya yang mempunyai nilai risiko rendah seperti kebocoran pipa saat pengisian, tersengat listrik apabila ada perbedaan potensial antara grounding dengan pipa dan terjatuh dari tangga saat pengecekan tidak memerlukan tindakan pengendalian dan penurunan risiko yang spesifik. Dikarenakan sudah dilengkapi dengan perlindungan di tangga dan harus memakai APD pakaian kerja, safety shoes, safety helmet, dan kaca mata yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP
  • 70. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 58 58 No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. Pada pencegahan bahaya terjatuh dari tangga sudah dilakukan dengan memberikan pegangan tangan dan memakai sabuk pengaman saat menaiki tangki, hal ini sudah sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (6) “Geladag kerja, lantai dan lorong, termasuk titian untuk berjalan, jembatan tangga dan lubang yang dibuat dengan memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, serta apabila dianggap perlu, dilindungi dengan pagar yang aman untuk mencegah terjadinya bahaya atau kecelakaan”. Hanya saja pemeriksaan dan pembersihan lantai tangga tangki yang belum rutin dilakukan, hal ini belum sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 8 ayat (1) “Tempat kerja harus bersih dan dipelihara dengan baik”. 2. Unit Rumah Pompa Di unit ini terdapat berbagai kegiatan antara lain : a. Penyaluran minyak mentah ke HE (Heat Exchanger) b. Tempat pengambilan sampel baik sampel minyak mentah maupun produk untuk dianalisa lebih lanjut di laboratorium kilang.
  • 71. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 59 59 c. Pemisahan air dengan minyak yang terbawa oleh produk Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa : 1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi tidak ada. 2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang antara lain tersengat listrik pada mesin pompa, ceceran minyak di washteful dan lantai bila mengenai kulit akan menimbulkan gatal-gatal, bau crude oil yang dapat mengganggu pernafasan, terdapat ceceran minyak yang terkoagulasi dengan air yang menyebabkan licin jika terkena kulit bisa menjadi gatal- gatal, dan terperosok ke dalam parit. Untuk penurunan atau pengendalian nilai risiko pada tersengat listrik saat pengoperasian mesin pompa dilakukan pemasangan instalasi listrik yang baik yang memang telah sesuai dengan Kep. 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 04-0225- 2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 29 ayat (4) “Pegaman kawat atau kabel baik disalut maupun tidak, termasuk jarak antara kawat atau kabel tersebut pada dinding, baik di luar maupun di dalam bangunan, tingginya dari permukaan tanah dan jarak antara kawat atau kabel masing-masing harus cukup. Luas penampang kawat atau kabel tersebut harus sesuai dengan kekuatan arus listrik yang mengalir di dalamnya untuk mencegah timbulnya bahaya”. Hanya saja belum rutin dalam pegecekan dan pergantian komponen instalasi listrik sesuai masa
  • 72. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 60 60 kadaluarsanya. Sedangkan untuk pengendalian bahaya terperosok ke dalam parit sebenarnya telah dilakukan pemasangan pengaman dari besi tetapi sudah banyak yang hilang, sehingga perlu pergantian pengaman yang baru agar tidak sering terjadi operator masuk parit apalagi saat malam hari kejadian ini sering terjadi. Sebenarnya pemasangan pengaman parit dari besi telah sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (6) “Geladag kerja, lantai dan lorong, termasuk titian untuk berjalan, jembatan tangga dan lubang yang dibuat dengan memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, serta apabila dianggap perlu, dilindungi dengan pagar yang aman untuk mencegah terjadinya bahaya atau kecelakaan”, hanya saja penggantian pengaman parit dari besi yang belum terlaksana. Untuk penurunan atau pengendalian risiko ceceran minyak di washteful dan lantai, bau crude oil yang dapat mengganggu pernafasan, dan terdapat ceceran minyak yang terkoagulasi dengan air yang menyebabkan licin jika terkena kulit akan menjadi gatal dilakukan pembersihan secara rutin dan disediakan tempat untuk mencuci tangan dan membersikan badan di kamar mandi control room yang telah sesuai dengan Kepmentamben No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pasal 48 tentang Ruang Ganti Pakaian. Pemakaian alat pelindung diri (APD) seperti safety shoes, safety helmet, dan masker yang telah sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970 pasal
  • 73. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 61 61 13 tentang Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. 3) Sedangkan untuk bahaya yang mempunyai nilai risiko rendah yaitu terciprat ceceran minyak sehingga dapat mengenai mata dan mengenai kulit tidak memerlukan tindakan pengendalian dan penurunan risiko yang spesifik hanya dilengkapi dengan safety googles ataupun kaca mata yang telah sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970 pasal 13 tentang Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing- masing pekerja”.. 3. Unit Furnace Di unit furnace terdapat kegiatan antara lain : a. Pemanasan lebih lanjut minyak mentah (kegiatan utama) b. Pompa pengisian bahan bakar furnace c. Penggunaan gas flare dan gas LPG sebagai pilot fire Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa :
  • 74. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 62 62 1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi adalah ledakan karena tekanan berlebih dan kebakaran karena timbulnya nyala api. Untuk mengendalikan bahaya ledakan dan kebakaran usaha yang dilakukan adalah saat pengoperasian furnace harus sesuai dengan suhu dan tekanan yang diperbolehkan oleh SOP Pengoperasian Furnace yang telah sesuai dengan Permenakertrans No. 01/MEN/1982 pasal 9 ayat 3 tentang Bejana Tekanan dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab VIII Tungku Pemanas pasal 18 dan 19. Perlindungan kebakaran dengan mengatur tekanan pompa bahan bakar furnace dan menempatkan APAR dan pipa hydrant di tempat yang mudah di jangkau sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per- 04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 34 ayat (4) Pada tempat-tempat tertentu harus disediakan alat pemadam kebakaran yang portabel dalam jumlah yang cukup yang jenisnya disesuaikan dengan sifat kebakaran yang mungkin timbul, serta pekerja yang bekerja di tempat bersangkutan harus melayani atau menggunakan alat tersebut” 2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang adalah kebisingan, konsleting listrik, terpapar panas dan uap gas yang keluar di dapur pembakaran dapat menyebabkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.
  • 75. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 63 63 Kebisingan sebesar 90 dB pada setiap unit dapur pembakaran yang beroperasi dan apabila berada di sana dalam waktu dalam waktu 2 jam/hari, sehingga masih di bawah nilai ambang batas menurut Kepmen No.51 tahun 1999 tentang NAB Faktor Fisik di Tempat Kerja Lampiran II yang menyebutkan NAB Kebisingan 91 dB untuk lama paparan 2jam/hari. Untuk penurunan tingkat risiko, letak furnace dekat dengan ruang bebas serta pemberlakuan shift kerja operator, yang dimana operator hanya melakukan pengecekan tidak sering, hanya sesekali untuk melihat pembakaran hingga menjadi sempurna dan saat pengoperasian harus sesuai SOP (Standart Operation Procedure) di unit furnace yang berpedoman kepada Kepmenaker No. 51/MEN/1999 adalah 91 dB untuk pemaparan selama 2 jam/hari. Hal ini dilakukan oleh Pusdiklat Migas Cepu untuk melindungi tenaga kerjanya dari bahaya kebisingan. Tetapi apabila harus berada di furnace dalam waktu lebih dari 2 jam maka perlu dilengkapi alat pelindung diri (APD) ear plug atau ear muff yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. Sebaiknya ditambah dengan pemasangan safety sign untuk
  • 76. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 64 64 adanya bahaya kebisingan dan wajib menggunakan alat pelindung telinga bila dalam waktu yang lama. Untuk mengurangi atau menurunkan nilai risiko maka dilakukan pemasangan instalasi listrik yang baik yang memang telah sesuai dengan Kep. 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 29 ayat (4) “Pegaman kawat atau kabel baik disalut maupun tidak, termasuk jarak antara kawat atau kabel tersebut pada dinding, baik di luar maupun di dalam bangunan, tingginya dari permukaan tanah dan jarak antara kawat atau kabel masing-masing harus cukup. Luas penampang kawat atau kabel tersebut harus sesuai dengan kekuatan arus listrik yang mengalir di dalamnya untuk mencegah timbulnya bahaya”, hanya saja belum dilakukan pemeriksaan dan pergantian rutin komponen instalasi listrik sesuai masa kadaluarsanya. Untuk melindungi tenaga kerja dari paparan panas maupun uap gas diberikan alat pelindung diri safety shoes, safety helmet, pakaian kerja, masker gas dan safety googles yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan
  • 77. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 65 65 dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing- masing pekerja”. Bahaya yang mempunyai nilai risiko rendah yaitu terkena tetesan steam, kebocoran saluran pipa gas flare atau gas LPG dan terpeleset ceceran air. Tindakan penanggulangan untuk tetesan steam harusnya dengan steam trap, tetapi dikarenakan rusak maka diganti dengan pemberian wadah dari besi untuk menampung tetesan steam yang apabila penuh akan meluber keluar. Hal ini kurang sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 18 ayat (3) “Pada tungku pemanas harus dipasang alat-lat pengaman yang selalu dapat bekerja dengan baik”. Sebaiknya dibuatkan steam trap yang baru untuk menyalurkan ke parit agar operator tidak terkena panas steam dan tidak ada ceceran air yang tercecer di lantai serta pengecekan saluran gas LPG secara rutin. 4. Unit Fraksinasi Di unit fraksinasi terdapat berbagai kegiatan antara lain : a. Lantai dasar terdapat pemanasan awal di HE, dan pemberian amoniak untuk injeksi top kolom agar tidak berkarat. b. Lantai I terdapat terdapat bagian bawah dari kolom C-2, C-3, C4 dan C5 untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak, Akumulator (facial steam) untukmenyimpan steam sementara dari boiler, dan Evaporator memisahkan fasa uap dan fasa cair (bagian bawah).
  • 78. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 66 66 c. Lantai II terdapat kolom C-1 untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak. d. Lantai III terdapat Terdapat kolom C-2, C-3, C-4, dan C-5 untuk memisahkan fraksi minyak. e. Lantai IV terdapat evaporator (top coulom), pengambilan produk (side steam) no. 4, 5, 6 f. Lantai V terdapat kolom C-1A dan C-1B, pengambilan produk (side steam) no. 7 dan 8. g. Lantai VI terdapat top kolom C1A dan C-1B. Dari keseluruhan penilaian risiko bahaya yang ada di unit fraksinasi antara lain : 1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi adalah ledakan karena tekanan berlebih dan kebakaran oleh karena timbulnya nyala api. Tindakan pengendalian bahaya ledakan oleh karena tekanan berlebih yaitu pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve. Hal ini sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (9) “Bejana, resivoir dan bak yang terbuka yang berisikan bahan cair, termasuk yang mendidih, panas atau yang dapat melukai, sepanjang dapat menimbulkan bahaya, harus dikelilingi dengan pagar yang aman dibuat usaha-usaha lainnya untuk mencegah kecelakaan” Untuk sistem proteksi tehadap kebakaran, unit fraksinasi telah dilengkapi oleh APAR dan pipa hydrant di setiap lantai yang terletak di
  • 79. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 67 67 ujung-ujung tangga, hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980 tentang Syarat- syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan dan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. Pada Bab XIX pasal 34 (3), “Instalasi pemadam kebakaran yang permanen disamping dilengkapi dengan sistim pemompaan utama harus dilengkapi pula dengan sistim pemompaan tambahan yang tidak tergantung pada jaringan pusat tenaga listrik tempat pemurnian dan pengolahan”. 2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang antara lain terpapar panas, terpeleset dan kebocoran uap minyak dari bocoran pipa bocor yang dapat menimbulkan bau menggaggu saluran pernafasan. Bahaya terkena paparan panas dari pipa-pipa steam dan kolom yang isolatornya terlepas yang dapat melukai ataupun membakar kulit operator. Untuk itu dilakukan tindakan pencegahan dengan pemasangan isolator pada setiap pipa steam maupun kolom fraksinasi tetapi banyak yang lepas dan belum dipasang kembali isolator yang baru tetapi hal ini belum sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (9) “Bejana, resivoir dan bak yang terbuka yang berisikan bahan cair, termasuk yang mendidih, panas atau yang dapat melukai, sepanjang dapat menimbulkan bahaya, harus dikelilingi dengan pagar yang aman dibuat usaha-usaha lainnya untuk mencegah kecelakaan” dan
  • 80. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 68 68 Kepmenaker No. 51/MEN/1999 tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja dan Selain itu untuk melindungi tenaga kerja dari paparan panas diberikan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. Mengurangi bahaya terpeleset dan bau dari bocoran uap minyak maka operator dilengkapi dengan APD seperti, safety shoes, safety helmet, safety googles dan masker gas yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”, tetapi untuk safety shoes spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpleset.
  • 81. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 69 69 3) Untuk bahaya dengan nilai risiko rendah yaitu tersandung pipa-pipa tidak memerlukan teknik khusus dikarenakan operator diwajibkan memakai APD safety shoes dan safety helmet ketika masuk Unit Kilang yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. 5. Unit Kondesor dan Cooler Di unit ini terdapat berbagai macam kegiatan antara lain : a. Kondesor melakukan pengembunan uap (kondensasi) minyak dari puncak kolom fraksinasi. b. Cooler digunakan untuk mendinginkan produk panas tetapi tidak merubah fase. Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa tingkat bahaya di kondensor dan cooler hanya rendah yaitu kebocoran pipa sehingga minyak tercampur air dan terpleset sehingga bisa menyebabkan jatuh dari tangga. Dikarenakan unit Kilang telah terdapat pagar pegangan tangan pada tangga box cooler yang telah sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (9) “Bejana, resivoir dan
  • 82. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 70 70 bak yang terbuka yang berisikan bahan cair, termasuk yang mendidih, panas atau yang dapat melukai, sepanjang dapat menimbulkan bahaya, harus dikelilingi dengan pagar yang aman dibuat usaha-usaha lainnya untuk mencegah kecelakaan”. SOP dan Work Permit saat pengecekan serta perbaikan, pembuangan air saat pengurasan lebih hati-hati yang telah sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi No. 87.K/38/DDJM/1996 tentang Tata Cara Penilaian dan Pemberian tanda Penghargaan dalam Bidang Keselamatan Kerja Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusaha Sumber Daya Panas Bumi ayat 2 tentang Pengendalian Bahaya. Penggunaan APD seperti safety shoes dan safey helmet saat pengecekan sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. Tetapi untuk spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpleset sehingga operator harus lebih hati-hati saat menaiki kondesor dan cooler. 6. Unit Tangki Produk 106-144 Di dalam unit ini terdapat kegiatan penampungan produk jadi sesuai dengan jenisnya.
  • 83. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 71 71 Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa : a. Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi yaitu kebakaran. Untuk itu unit kilang telah melakukan proteksi terhadap bahaya kebakaran antara lain pemasangan penetral listrik statis pada setiap tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung dihubungkan ke tanah untuk mencegah timbulnya listrik statis (loncatan listrik) yang sudah sesuai dengan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 20 ayat 1 berbunyi “ Pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir”, PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 5 ayat (7) “ Semua peralatan, bangunan dan instalasi yang dapat menimbulkan kemungkian terjadinya arus listrik yang diakibatkan oleh petir, arus liar, muatan statis dan sebagainya, harus dilangkapi dengan suatu sistim untuk meniadakannya” dan lebih spesifik pada Kep. 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dan pemasangan alarm system sebagai peringatan awal, water drenching untuk mendinginkan tangki dan terdapat alat pemadam seperti foam chamber dan hydrant. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik dan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. Pada Bab XIX pasal 34 (3), “Instalasi pemadam