Sesajen merupakan warisan budaya Hindu dan Budha yang biasa dilakukan untuk memuja dewa, roh, atau penunggu tempat yang diyakini dapat memberi berkah. Sesajen biasanya berupa rangkaian bunga dan makanan yang dibakar dengan kemenyan. Meskipun masih dipraktikkan di beberapa daerah, Islam menolak budaya sesajen karena dianggap sebagai syirik atau menyekutukan Allah.
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Sesajen
1. SEJARAH TIMBULNYA BUDAYA SESAJEN
A. KEHIDUPAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA.
Dari sisi kehidupannya nenek moyang kita bangsa Indonesia pada masa lalu,
sangat sederhana sekali dan jumlahnya belum banyak . mereka hidup bergotong
royong. Bentuk kerja sama atau gotong royong tersebut terdapat dalam susunan
masyarakat desa. Hidup dan milik perseorangan, tidak ada. Tanah sekeliling
desa adalah hak milik desa dan dikerjakan bersama-sama. Keselamatan
bersama dijaga oleh segenap penduduk di desa.
Usaha – usaha inilah yang kemudian menimbulkan gotong-royong di desa.
Orang desa tolong-menolong apabila ada kesukaran atau malapetaka. Mereka
merasa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di desa, baik yang
baik mupun yang jahat. Inilah salah satu sifat yang mulia yang dimiliki bangsa
kita masa lalu.
Yang dipilih menjadi kepala desa, ialah orang yang terbanyak atau terkuat
semangatnya, sehingga ia dianggap “bertuah” kepala desa itulah yang menjadi
perantara dalam hubungan dengan dunia dan yang mengepalai segala upacara
dan mewakili desa ke luar.
Nenek moyang kita tidak bersama-sama meninggalkan tanah asal, akan tetapi
segolongan demi segolongan. Ada yang mendarat di Palembang, yang lain di
Kalimantan, yang lain lagi di Pilipina dan lain lagi di pulau Jawa dan seterusnya.
Karena mereka itu tidak bersama-sama meninggalkan tanah asalnya, maka
berlain-lainan tempatnya di Nusantara dan selanjutnya berlain-lainan pulalah
cara berhubungan dengan bangsa asing. Akibatnya ialah timbul perbedaan
dalam adat - istiadat dan bahasa.
BUDAYA SESAJEN PERSPEKTIF ISLAM
Dalam konteks kehidupan budaya kedudukan manusia sebagai sentral yang
mengarahkan sebuah perkembangan budaya itu sendiri. Manusia sebagai
pelaku kebudayaan, manusia menjalankan kegiat-kegiatan untuk mencapai
sesuatu yang berharga baginya, dan dengan demikian kemanusiaannya akan
lebih nyata.
Melalui proses budaya sesajen, manusia melakukan transformasi nilai-nilai yang
dirasakan, diyakini, dipegangi dalam masyarakat. Satu sistem nilai yang
berkembang dalam tatanan sosial secara tidak langsung membentuk corak dan
warna kebudayaan yang berkembang. Pengaruh yang timbul disebabkan oleh
pola-pola relasional antara manusia sebagai subyek dan pelaku kebudayaan
tersebut terhadap lingkungan serta alam di mana ia berada.
Berangkat dari realitas dan kerangka pemahaman di atas, sistem nilai budaya
sesajen yang berkambang dalam tinjauan Islam menemukan urgensinya. Maka
Islam meninjau dari beberapa sudut pandangnya sangat tidak rasional. Oleh
karenanya, Islam menolak terhadap budaya sesajen tersebut dengan beberapa
hal berikut ini :
1. ARGUMINTASI ISLAM TERHADAP BUDAYA SESAJEN.
a. Bahwa pada hakekatnya melakukan sesajen sebagai penghormatan kepada
2. roh-roh itu, meminta-minta keselamata padanya menurut perspektif Islam
termasuk suatu kegiatan yang menyekutukan Allah sebagai Pencipta Alam, yang
Maha pemberi kemanfaatan, Pemberi rizqi, Menghidupkan dan yang bisa
memberi kemadaratan dalam hidup ini . Maka menyekutukan Allah dalam
tinjauan Islam termasuk dosa besar. Sebab Allah Berfirman dalam Al-Qur’an :
1- هللا ذى ال كم ق ل خ م ث كم رزق م ث كم ت ي م ي م ث كم ي ي ح ي هل من ا شرك ء م ك من علف ي من كم ذل
من شيء بحا س ه ن و ى عال ت عما ون شرك ي ( روم ال . .4 )
Artinya : Allah lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rizqi,
kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Apakah yang
kamu sekutukan
dengan Allah itu bisa berbuat sesuatu dari yang demikian itu ?. Maha Suci Dia
dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan. ( Q.S. AR RUM : 40. )
2- ان هللا ال فر غ ي ان شرك ي ه ب فر غ وي ما دون ك ذل من ل شاء ي ومن شرك ي هلل ا ب قد ف ترى اف
ما اث يما عظ ( ساء ن ال : 48 )
Artinya : sesungguhnya Allah Tidak akan mengampuni dosa Syirikdan Dia
mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki
Nya . barang siapa yang menyekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar. ( Q.S. An Nisa’ .48 ).
b.) Budaya sesajen termasuk tindakan baru di dalam adat Islami, menyimpang
dari Sunnah Nabi Muhammad SAW. oleh sebab itu amalnya ditolak . Dalam
Hadits Nabi SAW. dijelaskan
عن ام ين ن مؤم ال ام بد ع هللا شة عائ ضي ر هللا نها ع ا ق ت ل : ال ق سول ر هللا لى ص هللا يه ل ع
لم س و . من دثاح ى ف ا امرن هذا ما يس ل نه م هو ف رد ( رواه بخاري ال لم س وم ) . ى وف ة رواي لم س م ل :
من عمل ال عم يس ل يه ل ع ا امرن هو ف رد .
Dari Ummul Mukminin Ummu Abdullah. Aisyah . R.A. Beliau telah berkata :
Rosulullah SAW. Bersabda : Barangsiapa yang mengada-ada sesuatu yang baru
dalam ( Agama ) kami ini, yang tidak kami perintahkan, maka hal itu ditolah (di
sisi Allah ) ( H.R. Bukhari dan Muslim ). Dan dalam Riwayat Muslim :
Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak sesuai dengan Syari’at
kami, maka amalnya ditolak .
Kebudayaan yang berkembang di Indonesia selain pengaruh eksternal juga
pengaru internal. Kare na itu, perlu dipahami lebih mendalam.
Nilai-nilai budaya kita perlu ditingkatkan dan dikembangkan apabila sesuai
dengan norma Agama.
Sesajen adalah adat Hindu dan Budha yang dipersembahkan pada
sesuatu yang dianggap kramat.
Adat sesajen mengandung nilai nigatif tidak sesuai dengan syari’at Islam.
Karena Islam adalah Agama yang hanya bertauhid kepada Allah.
Islam meninjau budaya sesajen sebagai Bid’ah Dlalalah (perkara baru yang
menyesatkan).
Mempersembahkan sesajen sebagai pemujaan pada benda-benda termasuk
3. menyekutukan Allah. Dan menyekutukan Allah adalah dosa besar yang harus
dihindari.
Pemeliharaan budaya sesajen itu merusak ketauhidan kepada Allah SWT.
Menurut perspektif Islam. Karena itu, dengan tegas Islam menolak.
B. SARAN - SARAN
1. Sebagai insan muslim yang berakademika khususnya, harus waspada dan
hati-hati dengan budaya yang berkembang di masyarakat jangan mudah
terpengaruh.
2. Sebagai Pendidik yang merupakan cermin anak didik dan seluruh lapisan
masyarakat, tidak cukup hanya melihat dari satu sisi saja terhadap tradisi-
tradisi yang membudaya di masyarakat, akan tetapi harus lebih memandang
dampak positif dan nigatifnya terhadap masyarakat, bangsa, negara, dan
Agama dari suatu budaya yang ada.
Sesajen
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sebuah contoh sesajen sederhana pada upacara hari pertama mengayun bayi dalam
masyarakat Suku SundaDayeuhluhur
Sesajen atau sajen adalah sejenis persembahan kepada dewa atau arwah nenek moyang pada
upacara adat di kalangan penganut kepercayaan kuno di Indonesia,[1] seperti pada Suku
Sunda, Suku Jawa, Suku Bali dan suku lainnya.[butuh rujukan]
Benda sesajen[sunting | sunting sumber]
Benda sesajen berbeda dengan benda untuk persembahan, kurban atau tumbal, di mana sesajen
hanya dibuat untuk kepentingan upacara adat skala kecil dengan tujuan yang berupa rutinitas adat
dan memiliki "tujuan baik".[butuh rujukan]
4. Benda sesajen biasanya hanya sederhana berupa rangkaian bunga dan daun yang berbau wangi
seperti melati dan irisan daun pandan, kemudian buah-buahan dan makanan jajanan pasar, yang
kemudian diiringi pembakaran kemenyan sebagai pengantar kepada nenek moyang.[butuh rujukan]
Sajen
Sesajen merupakan warisan budaya Hindu dan Budha yang biasa dilakukan untuk memuja para
dewa, roh tertentu atau penunggu tempat (pohon, batu, persimpangan) dan lain-lain yang
mereka yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan. Seperti : Upacara
menjelang panen yang mereka persembahkan kepada Dewi Sri (dewi padi dan kesuburan) yang
mungkin masih dipraktekkan di sebagian daerah Jawa, upacara Nglarung (membuang kesialan)
ke laut yang masih banyak dilakukan oleh mereka yang tinggal di pesisir pantai selatan pulau
Jawa tepatnya di tepian Samudra Indonesia.
Sesajen ini memiliki nilai yang sangat sakral bagi pandangan masyarakat yang masih
mempercayainya, tujuan dari pemberian sesajen ini untuk mencari berkah. Pemberian sesajen
ini biasanya dilakukan ditempat-tempat yang dianggap keramat dan mempunyai nilai magis
yang tinggi.
SAJEN merupakan sebuah keharusan yang pasti ada dalam setiap acara bagi orang yang masih
teguh memegang adat Jawa. Penyebutan sesajen biasanya bermacam-macam, ada yang di
sebut dengan Dang Ayu dan ada yang disebut dengan Cok Bakal. Namun pada dasarnya inti
dan tujuannya sama. Pandangan masyarakat tentang sesajen yang terjadi di sekitar
masyarakat, khususnya yang terjadi didalam masyarakat yang masih mengandung adat istiadat
yang sangat kental. sesajen mengandung arti pemberian sesajian-sesajian sebagai tanda
penghormatan atau rasa syukur terhadap semua yang terjadi dimasyarakat sesuai bisikan ghaib
yang berasal dari paranormal atau tetuah-tetuah.
Banyak orang yang mengartikan sesajen mengandung arti pemberian sesajian-sesajian sebagai
tanda penghormatan atau rasa syukur terhadap semua yang terjadi dimasyarakat sesuai bisikan
ghaib yang berasal dari paranormal atau tetuah-ehingga warisan budaya Hindu dan Budha ini
dianggap sebagai suatu kemusyrikan. Sebelum menilai demikian, ada
baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu arti simbol-simbol atau siloka kearifan lokal ini.
1. Padi, gabah, beras, dan nasi (tumpeng): melambangkan ketuntasan dan kesempurnaan.
Artinya, jika melakukan sesuatu harus dengan tuntas dan tidak setengah-setengah. Sedangkan
tumpeng berasal dari kata tumungkulo sing mempeng, artinya jika kita ingin selamat,
hendaknya kita selalu rajin beribadah.
2. Urap-urap sayur: artinya jika selama hidup harus mempunyai arti bagi sesama,
lingkungan, agama, bangsa dan negara. Bisa diartikan bahwa, dalam bermasyarakat harus bisa
berbaur dengan siapa saja agar hidup tentram.
3. Bubur merah putih: bubur beras merah, ketan hitam, bubur jagung, ketan putih,
kacang hijau. Ditempatkan di empat penjuru mata angin, satu di tengah. Melambangkan
elemen alam (air, api, udara, tanah, dan angkasa).
4. Jajanan pasar: menggambarkan kerukunan walaupun ada perbedaan, tenggang rasa.
Filosofi jajan pasar yang selalu sudah tersedia pada pukul 3 pagi di pasar tradisional bisa berarti
ketekunan dan kedisiplinan kerja yang kemudian mewarnai makna penggunaan jajan tersebut.
5. Pisang raja gandeng: pisang raja menyimbolkan agar cita-cita kita senantiasa luhur,
5. sehingga dapat membangun bangsa dan negara.
6. Ayam ingkung: melambangkan pengorbanan selama hidup, cinta kasih terhadap sesama
juga melambangkan hasil bumi (hewan darat).
7. Ikan bandeng atau ikan asin (berduri banyak): melambangkan rejeki berlimpah, ikan teri
(yang hidupnya bergerombol) melambangkan kerukunan.
8. Telur: melambangkan asal mula kehidupan yang selalu berasa dari dua sisi yang
berlainan seperti warna telur kuning putih, di antaranya laki-perempuan, siang-malam, dll. Telur
pun hanya telur ayam kampung yang dipakai sebagai makna dari kealamiahan atau naturalness
dari sajen yang dipakai. Bukan telur ayam negeri.
9. Air di gelas dan bunga: melambangkan air minum yang menjadi kebutuhan hidup
manusia.
10. Kopi pahit: melambangkan elemen air namun bukan suatu minuman pokok (kebutuhan
sekunder), dan menjadi minuman persaudaraan bila ada perkumpulan/pertemuan.
Filosofi Sesajen
Sesajen adalah warisan dari zaman Kerajaan Hindu-Buddha.. berarti umurnya sudah tua
sekali, tetapi orang-orang yang masih memegang budaya Jawa dengan erat tetap membuat
sesajen pada saat-saat spesial. Sesajen dibuat untuk mengucap syukur atau sebagai tanda
penghormatan kepada Tuhan / leluhur. Karena kaitannya dengan hal-hal paranormal/ghaib,
dan fungsinya untuk berdoa kepada leluhur, banyak yang mengatakan bahwa penggunaan
sesajen adalah hal yang musrik atau menantang nilai-nilai agama.
Nah, niat saya di postingan saya hari ini adalah untuk menjelaskan apa arti dan simbolisme
di balik sesajen, supaya semua bisa mengerti bahwa sesajen bukanlah hal yang musrik,
namun hal yang sungguh indah maknanya.
6. Sesajen terbuat dari banyak hal, biasanya nasi, kembang/bunga, telur, buah-buahan
dan lain sebagainya. Tiap bagian dari sesajen memiliki maknanya tersendiri.. apakah
itu?
1. Beras/nasi/padi: biasanya dibentuk seperti gunungan (tumpeng) - melambangkan
kesempurnaan, ke-total-an, ketuntasan. Sebagai manusia, jika melakukan sesuatu,
harus dengan sungguh-sungguh, tidak setengah-setengah, selesaikan apa yang kau
mulai. Tumpeng, adalah singkatan dari "tumungkulo sing mempeng" yang berarti,
"jika ingin selamat, rajinlah beribadah." (Selalu ingat Tuhan).
2. Urap: Selama kita hidup di dunia ini, jadilah orang yang berarti bagi masyarakat
sekitar, alam semesta, lingkungan, agama, dan negara. Kalau diartikan dengan
mudah - jadilah orang yang berguna, yang baik, yang positif. Berikan kontribusi yang
baik.
3. Bubur panca warna: (panca artinya lima/5) - Bubur jagung, ketan putih, bubur
kacang hijau, ketan hitam dan bubur beras merah - Mereka diletakkan di semua arah
mata angin, yang satu diletakkan di tengah, orang Jawa menyebutnya sebagai
"Kiblat Papat Limo Pancer". Menyimbolkan kelima elemen alam yaitu: air, udara, api,
tanah dan angkasa.
7. 4. Jajanan pasar: Representasi dari kerukunan, walaupun manusia dan komunitasnya
selalu berbeda, hendaknya selalu ada tenggang rasa.
5. Pisang Raja Gandeng: Simbolisasi dari cita-cita yang besar dan luhur. Sebagai
manusia, hendaknya kita terus membangun bangsa dan negara.
6. Ayam ingkung: Melambangkan cinta kasih dan pengorbanan. Selama kita hidup,
berilah kasih sayang, perhatian, kepedulian, pengorbanan.
7. Ikan bandeng atau ikan asin (yang berduri banyak): Artinya, rejeki berlimpah. Jika
memakai ikan teri, yang hidupnya biasa bergerombol, ini melambangkan kerukunan.
8. Telur: Simbol dari asal mula kehidupan yang selalu berada dalam dua sisi yang
berbeda seperti laki-laki / perempuan, siang / malam.
9. Air dan bunga: Melambangkan air yang menjadi kebutuhan pokok manusia sehari-
hari
10. Kopi pahit: Melambangkan elemen air tetapi juga sebagai simbol kerukunan dan
persaudaraan (karena kopi biasanya diminum pada saat pertemuan, acara sosial,
perkumpulan.
Dari sepuluh komponen sesajen yang sudah saya sebutkan, yang manakah yang
musrik? Semuanya melambangkan cinta, kerukunan, dan cita-cita yang luhur. Tidak
ada isi atau bagian dari sesajen yang melambangkan pembohongan, pembunuhan,
kehancuran, apalagi keharusan untuk merugikan orang lain atas nama Tuhan.
Mengertilah bahwa sesajen adalah hal yang indah, bukan sesuatu yang menantang
nilai agama.
Alexia. Sesajen terbuat dari banyak hal, biasanya nasi, kembang/bunga, telur, buah-
buahan dan lain sebagainya. Tiap bagian dari sesajen memiliki maknanya tersendiri..
apakah itu?
1. Beras/nasi/padi: biasanya dibentuk seperti gunungan (tumpeng) - melambangkan
kesempurnaan, ke-total-an, ketuntasan. Sebagai manusia, jika melakukan sesuatu,
harus dengan sungguh-sungguh, tidak setengah-setengah, selesaikan apa yang kau
mulai. Tumpeng, adalah singkatan dari "tumungkulo sing mempeng" yang berarti,
"jika ingin selamat, rajinlah beribadah." (Selalu ingat Tuhan).
2. Urap: Selama kita hidup di dunia ini, jadilah orang yang berarti bagi masyarakat
sekitar, alam semesta, lingkungan, agama, dan negara. Kalau diartikan dengan
mudah - jadilah orang yang berguna, yang baik, yang positif. Berikan kontribusi yang
baik.
3. Bubur panca warna: (panca artinya lima/5) - Bubur jagung, ketan putih, bubur
kacang hijau, ketan hitam dan bubur beras merah - Mereka diletakkan di semua arah
mata angin, yang satu diletakkan di tengah, orang Jawa menyebutnya sebagai
8. "Kiblat Papat Limo Pancer". Menyimbolkan kelima elemen alam yaitu: air, udara, api,
tanah dan angkasa.
4. Jajanan pasar: Representasi dari kerukunan, walaupun manusia dan komunitasnya
selalu berbeda, hendaknya selalu ada tenggang rasa.
5. Pisang Raja Gandeng: Simbolisasi dari cita-cita yang besar dan luhur. Sebagai
manusia, hendaknya kita terus membangun bangsa dan negara.
6. Ayam ingkung: Melambangkan cinta kasih dan pengorbanan. Selama kita hidup,
berilah kasih sayang, perhatian, kepedulian, pengorbanan.
7. Ikan bandeng atau ikan asin (yang berduri banyak): Artinya, rejeki berlimpah. Jika
memakai ikan teri, yang hidupnya biasa bergerombol, ini melambangkan kerukunan.
8. Telur: Simbol dari asal mula kehidupan yang selalu berada dalam dua sisi yang
berbeda seperti laki-laki / perempuan, siang / malam.
9. Air dan bunga: Melambangkan air yang menjadi kebutuhan pokok manusia sehari-
hari
10. Kopi pahit: Melambangkan elemen air tetapi juga sebagai simbol kerukunan dan
persaudaraan (karena kopi biasanya diminum pada saat pertemuan, acara sosial,
perkumpulan.
Dari sepuluh komponen sesajen yang sudah saya sebutkan, yang manakah yang
musrik? Semuanya melambangkan cinta, kerukunan, dan cita-cita yang luhur. Tidak
ada isi atau bagian dari sesajen yang melambangkan pembohongan, pembunuhan,
kehancuran, apalagi keharusan untuk merugikan orang lain atas nama Tuhan.
Mengertilah bahwa sesajen adalah hal yang indah, bukan sesuatu yang menantang
nilai agama.
Alexia.