SlideShare a Scribd company logo
“ “ “Menyesali nasib takkan mengubah keadaan. 
Terus berkarya & bekerjalah, itu yg membuat kita berharga” 
KH. Abdurrahman Wahid 
M e n g g e r a k k a n Tr a d i s i , M e n e g u h k a n I n d o n e s i a 
Redaksi menerima tulisan dari pembaca berupa artikel, opini, berita melalui selasar.redaksi@gmail. 
com. Redaksi tidak bertanggung jawab atas isi tulisan.Tulisan itu adalah pandangan pribadi penulis. 
Newsletter ini adalah produk nonprofit. 
E d i s i 1 4 / S e p t e m b e r 2 0 1 4 
Penanggung jawab 
SekNas JGD 
Penasihat 
Alissa QM Wahid 
Heru Prasetia 
Pemimpin Redaksi 
Nabilah Munsyarihah 
Redaksi 
Zahrotien, Ahmad, Afan, Isna, 
Haris, Joko, Purwanto, Rifqiya, 
Uzi, Yani 
Editor 
AS Ndari, Kindi, Zia 
Tata letak dan ilustrator 
Muhammad Nabil 
Kontributor 
GUSDURian di berbagai daerah 
Sirkulasi 
Manajemen Informasi Jaringan 
GUSDURian 
Tahun duka cita layak disematkan pada tahun ini. Selama setahun ini 
kalangan Pesantren ditinggalkan oleh sejumlah ulama di berbagai daerah. 
Tercerabutnya ulama berarti tercerabut pula ilmunya dari bumi. Sementara, 
keberlangsungan Islam rahmatan lil ‘alamin di Indonesia ditopang oleh 
pesantren. 
Regenerasi ulama, seperti yang ditulis Awy A. Qolawun, tidak mudah karena tugas 
sebagai pewaris para Nabi ini tidak hanya mencetak intelektual keagamaan, melainkan 
juga pembimbing kehidupan umat. KH. Malik Madani, Katib ‘Aam Syuriah PBNU, juga 
menekankan aspek spiritualitas dan kemandirian dalam nilai keulamaan. 
Sebagai santri, sejauh apa persiapan kita menghadapi zaman ini? 
Sekadar Mendahului 
S
2 E d i s i 1 4 / S e p t e m b e r 2 0 1 4 
Sebelum penulis memulai catatan pendek ini, 
jika kita semua memperhatikan satu fenomena 
aneh yang tak biasa sejak awal tahun 2012, dan 
sampai saat ini, kita akan menyadari lalu merenung 
sangat dalam bahwa apa sebenarnya yang sedang 
dan akan terjadi terhadap bangsa ini. Yaitu fenomena 
banyaknya para Kyai sepuh dan Bu Nyai yang 
meninggal berturut-turut dari daerah ke daerah. 
Siapkah Kita dengan 
Oleh: Awy A. Qolawun 
Regenerasi Ulama? 
Menggerakkan Tradisi 
Ilustrasi: Muhammad Nabil
3 
Apakah ini semisal bagian proses seleksi 
alam atau proses regenerasi namun fenomena 
alamnya cukup ganjil karena yang meninggal 
tidak cuma satu atau dua, namun belasan 
bahkan puluhan dan dalam tempo yang begitu 
dekat. Belum lekang kesedihan ditinggal Kyai 
sepuh dari daerah B, esoknya mendengar 
lagi ada Kyai sepuh dari daerah D yang wafat. 
Baru saja sejenak menghela nafas, datang 
lagi pemberitahuan ada kalau Kyai sepuh dari 
daerah G menyusul. Terlalu cepat bahkan jika 
dilogikakan seolah yang ditinggal belum ada 
persiapan apapun. Tentu saja bisa membuat 
yang ditinggal tercepuk-cepuk dan gugup 
menghadapi perubahan mendadak yang 
berlangsung sangat cepat. 
Pertanyaan sederhananya dari wafatnya 
para kyai sepuh itu (dengan kacamata 
manusia, tanpa membicarakan kekuasaan 
Allah), sudah siapkah para dzurriyyah 
kyai-kyai yang mangkat itu meneruskan 
perjuangan para pendahulunya yang sering kali 
meninggalkannya dengan cukup mendadak 
tanpa ada tanda panjang lebih dahulu? Terlebih 
lagi harus kita akui bahwa saat ini kebanyakan 
para dzurriyyah itu kerap kali belum tersiapkan 
dengan matang mengingat masih terobsesi 
dengan menikmati masa muda. Tentu saja pasti 
ada kegugupan saat dzurriyyah yang belum siap 
tadi tiba-tiba menerima tongkat estafet yang 
pada dasarnya tidak ringan. 
Karena jika hal seperti ini tidak 
diantisipasi dengan baik sejak dini oleh 
para pengelola pesantren dan mereka yang 
berkompeten dengan dunia pesantren, bisa-bisa 
eksistensi masa depan suatu pesantren 
itu akan terganggu, jika tak boleh kita katakan 
terancam. Sebab mempersiapkan penerus 
dalam dunia pesantren itu tidak semudah 
membalikkan tangan. Tidak semudah mencetak 
sarjana bahkan doktor. Karena penerus yang 
dipersiapkan itu adalah penerus pengajar 
kehidupan, bahkan pewaris para Nabi yang 
secara tabiat alamiahnya oleh Allah sendiri 
dipersiapkan dengan waktu yang cukup lama 
untuk memikul beban risalah yang sama sekali 
tidak ringan. 
Dalam peribahasa pesantrennya 
dikatakan bahwa dadi kyai iku ora gampang 
(menjadi kyai itu tidak mudah), sebab 
keberadaan seorang kyai dalam suatu 
masyarakat di samping sebagai pembimbing 
kehidupan, ia juga berfungsi sebagai semacam 
penenang bagi masyarakat. Dan itu memang 
nyata, masyarakat suatu daerah selalu 
mengalami kegoncangan rohani saat ditinggal 
mangkat kyainya. Dari sini bisa diambil 
kesimpulan bahwa penerus seorang kyaipun 
harus mempunyai kualitas ilmiah dan rohani 
minimal sama dengan pendahulunya atau lebih 
baik. 
Maka seperti yang diketahui, Kyai atau 
penerus dengan latar pendidikan non formal/ 
murni pesantren tetap menjadi pilihan utama. 
Dengan kata lain masyarakat tetap mantap 
dengan kyai/penerus model “kuno” daripada 
penerus yang sudah “terkontaminasi” oleh 
pendidikan umum/formal. 
Artinya, jika sekarang (tanpa menafikan 
apalagi mengkritik) banyak dzurriyyah 
yang menempuh jalur ilmiah tak sama 
dengan pendahulunya, maka kekhawatiran-kekhawatiran 
masa depan itu adalah suatu hal 
yang cukup wajar. Paling tidak setiap pesantren 
mesti mempersiapkan minimal satu penerus 
dengan model pendidikan “kuno” seperti yang 
diterima pendahulunya. 
Jika tidak seperti itu maka regenerasi 
ulama yang diharapkan tidak akan berjalan 
sesuai harapan dan para kyai-kyai sepuh yang 
sudah mangkat itu hanya akan jadi kenangan 
dalam sejarah dengan segala jasa-jasanya 
yang hanya akan jadi cerita yang cuma bisa 
diulang para dzurriyyah-nya tanpa bisa 
melakukan apapun untuk mengembalikan 
atau meneruskan kejayaan yang telah dirintis 
oleh pendahulunya. Paling parah adalah saat 
pendahulunya hanya terpajang sebagai potret 
di ruang utama keluarga tanpa ada jejak 
pemikiran dan idenya yang terestafetkan oleh 
keluarganya sendiri. 
Berbicara seperti ini belum menyentuh 
pada permasalahan konflik yang potensi terjadi 
saat vakumnya generasi penerus yang kuat. 
Pada akhirnya, semoga Allah tetap menjaga 
kelangsungan perjuangan Islam ala pesantren 
yang pada dasarnya lebih cocok buat bangsa 
dengan budaya seperti Indonesia ini. Wallahu 
a’lam (*) 
Lamongan, 5 Ramadhan 1435 H
4 E d i s i 1 4 / S e p t e m b e r 2 0 1 4 
Tahun kesedihan, begitu sebagian 
kalangan Pesantren menyebut tahun 
2014. Hal ini cukup beralasan karena 
banyak para ulama pengasuh pesantren yang 
wafat. Sebagaimana Rasulullah menyebut 
tahun kewafatan Abu Thalib, pamannya, 
dan Khadijah, istrinya, dengan ‘Aam al-Huzn 
(Tahun Duka Cita). Umat Islam, khususnya 
warga Nahdliyyin merasakan kehilangan yang 
serupa atas wafatnya sosok-sosok pengayom 
masyarakat. 
Lalu bagaimana regenerasi yang terjadi 
di kalangan pesantren, khususnya lingkungan 
Nahdlatul Ulama? Berikut ini cuplikan 
wawancara redaksi Selasar bersama KH Dr. 
Malik Madani, MA (Katib ‘Aam Syuriyah 
PBNU) tentang regenerasi ulama di lingkungan 
pesantren Nahdlatul Ulama. 
Bagaimana sebenarnya proses regenerasi 
keulamaan yang terjadi dari zaman 
Rasulullah hingga sekarang? 
Estafet keilmuan dalam Islam selalu 
terjaga dari generasi ke generasi. Mulai 
dari masa Rasulullah kepada para sahabat, 
kemudian dilanjutkan oleh para tabi’in, terus 
hingga para tabi’u at-tabi’in. begitu seterusnya 
dari guru ke murid hingga hari ini. Proses 
tersebut terjadi secara langsung dengan 
interaksi antara guru dan murid dalam berbagai 
aspek, terutama transfer ilmu pengetahuan. 
Namun yang perlu kita cermati adalah 
bahwa proses ini tidak sekadar transfer ilmu 
pengetahuan atau nilai-nilai intelektual, 
tetapi juga aspek spiritual. Apalagi masalah 
keulamaan adalah masalah ilmu agama, kan. 
Sedangkan ilmu agama itu jelas tidak hanya 
mengandalkan kemampuan rasional tetapi juga 
kemampuan spiritual yang perlu diasah. 
Maka dalam dunia keulamaan, kita 
harus memperhatikan faktor-faktor spiritual di 
samping aspek-aspek rasional yang bisa diukur. 
Regenerasi semacam itu juga terjadi di 
pesantren? 
Ya. Itu tidak hanya terjadi di lingkungan 
ulama-ulama sufi. Tetapi dalam tradisi ulama-ulama 
non-tasawwuf pun regenerasi yang 
memperhatikan masalah pengembangan 
aspek spiritual juga dilakukan. Inilah rahasianya 
mengapa regenerasi di lingkungan ulama 
pesantren bisa berlangsung sampai hari ini. 
Ada faktor spiritual yang bisa 
memperkuat proses regenerasi itu agar berjalan 
dengan baik. Antara lain adalah doa dari 
seorang guru untuk muridnya. Dari seorang kiai 
untuk santrinya, untuk anak cucunya. Ini sangat 
penting, hal inilah yang menjadi sebab pondok-pondok 
pesantren kita bisa bertahan hingga 
hari ini. Sampai ratusan tahun bisa selamat 
dari berbagai bencana, tentu sebab doa kiai 
terhadap anak cucu yang kelak akan mengasuh 
pesantren itu. 
Memang ini adalah faktor yang sangat 
penting. Mengapa cendekiawan-cendekiawan 
dan ahli agama yang tidak berakar di pesantren 
tidak bisa melakukan regenerasi dengan baik. 
Beda dengan kiai di pesantren. Kiai-kiai di 
pesantren itu, karena ada lembaga pendidikan 
yang membutuhkan kehadiran sosok kiai, tentu 
akan berusaha mendidik dan mengkader anak 
cucu dan santrinya untuk bisa menjadi penerus 
ketika dirinya kelak sudah meninggal dunia. 
Maka hubungan spiritual antara kiai dengan 
santri mapun anak keturunannya ini sangat 
penting untuk menjaga keberlangsungan 
pesantren. 
Bagaimana kualitas dan kuantitas para 
ulama dahulu dan sekarang di Indonesia? 
Dari segi fisik, banyak peningkatan. Bisa 
dilihat dari banyaknya bermunculan pesantren 
baru, dalam bentuk lembaga-lembaga 
pendidikan dengan bangunan membanggakan. 
Kalau dilihat dari segi ini ya pesantren sekarang 
lebih maju daripada pesantren masa silam. 
Tetapi kita melihat pesantren tidak boleh hanya 
Spiritualitas; Aspek Penting 
dalamRegenerasi Keulamaan 
Forum
5 
terpaku pada aspek fisiknya. Kita harus melihat 
substansi dari pesantren, yaitu nilai-nilai 
yang mendasari adanya pesantren tersebut. 
Antara lain seperti nilai kesederhanaan dan 
nilai kemandirian. Itulah yang menyebabkan 
para ulama kita di masa lalu memiliki haibah 
atau wibawa yang begitu besar di tengah 
masyarakat. 
Sekarang nilai-nilai itu sudah banyak yang 
terkikis di sebagian pesantren kita. Padahal 
nilai kemandirian yang dilambangkan dengan 
semboyan “al-i’timaadu ‘ala an-nafsi asaasu an-najaah”, 
berdiri tegak di atas kaki sendiri adalah 
landasan bagi kesuksesan. Itu dulu sangat 
dipegang erat oleh para kiai kita. Sehingga para 
kiai dahulu menjadi orang-orang yang sangat 
independen. Mereka tidak menggantungkan 
diri kepada kekuasaan maupun orang-orang 
kaya. 
Makanya ketika berhadapan dengan 
penjajah, kecenderungan yang diambil para kiai 
kita adalah non-kooperasi dengan penjajah. 
Bahkan mereka mempopulerkan sikap-sikap 
yang menjadi simbol perlawanan terhadap 
penjajah, seperti mangharamkan memakai dasi 
maupun pantalon atau celana. 
Seperti Hadratus Syaikh Kiai Hasyim 
Asy’ari? 
Ya! Fatwa-fatwa perjuangan seperti itu 
menunjukkan kemandirian yang luar biasa 
dipegang teguh oleh para kiai. Demi umat. 
Mereka bisa besar bukan sebab penguasa, 
apalagi saat itu penguasanya adalah pihak 
penjajah. Itulah contoh bagaimana para kiai 
kita dahulu memegang teguh nilai kemandirian. 
Namun itu saat ini mulai kikis. Begitu pula nilai 
kesederhanaan. Hal ini juga sudah mulai tidak 
dihiraukan oleh kiai-kiai kita sekarang. Kiai kita 
banyak yang merasa bangga kalau bisa dekat 
dengan kekuasaan. 
Apa penyebab dekadensi nilai-nilai dalam 
keulamaan? 
Ya sebab adanya pergeseran nilai-nilai 
itu di masyarakat kita, termasuk yang dialami 
masyarakat pesantren kita. Karena kondisi 
pesantren tidak terlepas dengan kondisi 
masyarakat luas secara umum. Yakni adanya 
kecenderungan masyarakat terhadap materi. 
Diibaratkan sebuah syi’ir menyatakan: 
“Ro-aytu an-naasa qod dzahabuu, ilaa man 
‘indahu dzahabu. Ro-aytu an-naasa qod maaluu, 
ilaa man ‘indahu maalu. Aku lihat orang-orang 
sudah pergi menyongsong mereka yang 
memiliki emas permata. Aku lihat orang-orang 
sudah pada gandrung kepada orang-orang yang 
berharta.” 
Jadi sudah ada pergeseran yang melanda 
masyarakat kita sehingga menjadi sangat 
materialistis. Segalanya diukur dengan 
kemampuan materi. Ini telah masuk pula di 
kalangan pesantren kita. Sehingga nilai-nilai 
kemandirian dan prinsip-prinsip kesederhanaan 
itu sudah mengalami distorsi. Inilah yang 
menyebabkan mereka sangat membutuhkan 
dukungan dari kekuasaan, dukungan dari 
orang-orang kaya dan sebagainya. 
Maka dalam hal ini saya sangat 
respect kepada almarhum almaghfurlah KH 
Abdurrahman Wahid. Beliau saya anggap 
sebagai orang yang benar-benar menginginkan 
terciptanya civil society. Ide civil society 
membuat masyarakat tidak membutuhkan 
pengakuan dari kekuasaan. Saya kagum 
dengan Gus Dur karena beliau telah mendidik 
kita tentang hal penting itu. 
Beliau ketika menjadi ketua umum PBNU 
tidak ambil pusing apakah PBNU setelah 
muktamar di Cipasung diakui oleh penguasa 
Orde Baru atau tidak. Beliau tidak ambil pusing 
dan itu adalah bentuk kemandirian yang luar 
biasa menurut saya. 
Apa yang semestinya diupayakan 
untuk menghidupkan kembali nilai-nilai 
substansial pesantren dan bisa tetap 
menjaga keberlangsungan regenerasi 
keulamaan di dalamnya? 
Saya kira, para ulama dan para pemangku 
pesantren perlu melakukan muhasabah. 
Evaluasi diri terhadap nilai-nilai luhur yang 
menjadi substansi pesanten, apakah masih 
ada dalam diri mereka atau tidak. Kalau 
ternyata ada penyimpangan-penyimpangan 
ya harus segera mengoreksi diri dan kembali 
kepada nilai-nilai luhur itu. Harus ada revolusi 
mentalitas dalam masyarakat kita, khususnya 
masyarakat pesantren. Hal ini tentu musti 
dilakukan secara jujur sehingga bisa diketahui 
apakah sudah menyimpang atau tidak untuk 
dikoreksi dan dikembalikan ke jalur serta nilai-nila 
yang semestinya. Saya kira itu. []
6 E d i s i 1 4 / S e p t e m b e r 2 0 1 4 
“Jaman wis akhir,” seperti itulah 
pepatah yang tepat untuk saat 
ini. Ketika dunia akan segera 
berakhir jika semua ulama telah diambil oleh 
Yang Maha Empunya. 
Setelah sebagian ulama telah berpulang 
begitu cepat, tentu diperlukan pengganti 
yang minimal mempunyai kemampuan yang 
sama dengan pendahulunya atau bahkan bisa 
melebihinya. 
Jika para dzurriyah saat ini masih 
tenggelam dengan masa mudanya 
dan pesantren tidak sungguh-sungguh 
mempersiapkan kadernya, maka tidak 
menutup kemungkinan kita tidak akan 
pernah siap menghadapi proses regenerasi 
ini. 
Maka untuk memperlambat 
berakhirnya dunia, perlu adanya regenerasi 
ulama. Jika tidak, segera terwujudlah 
pepatah singkat di atas! 
Wallahu a’lam. 
Parepare, 10 Ramadhan 1435 H 
Ini guyonan Gus Dur sewaktu masih menjadi 
Presiden RI, saat berkunjung ke Kuba dan 
bertemu dengan Fidel Castro. Saat itu Fidel 
Castro mendatangi hotel tempat Gus Dur dan 
rombongannya menginap selama di Kuba. 
Dan mereka pun terlibat pembicaraan hangat, 
menjurus serius. 
Agar pembicaraan tidak terlalu membosankan, 
Gus Dur pun mengeluarkan jurus andalannya, 
yaitu guyonan. Gus Dur bercerita pada 
pemimpin Kuba, Fidel Castro, bahwa ada 3 
orang tahanan yang berada dalam satu sel. Para 
tahanan itu saling memberitahu bagaimana 
mereka bisa sampai ditahan di situ. 
Tahanan pertama bercerita, "Saya dipenjara 
karena saya anti dengan Che Guevara." Seperti 
diketahui Che Guevara memimpin perjuangan 
kaum sosialis di Kuba. 
Tahanan kedua berkata geram, "Oh kalau saya 
dipenjara karena saya pengikut Che Guevara!" 
Lalu mereka berdua terlibat perang mulut. Tapi 
mendadak mereka teringat tahanan ketiga 
yang belum ditanya. 
"Kalau kamu kenapa sampai dipenjara di sini?" 
tanya mereka berdua kepada tahanan ketiga. 
Lalu tahanan ketiga itu menjawab dengan berat 
hati, "Karena saya Che Guevara." 
Fidel Castro pun tertawa tergelak-gelak 
mendengar guyonan Gus Dur tersebut. 
Merdeka.com 
Mati Ketawa 
Pergulatan 
Siapkah Kita dengan 
Regenerasi Ulama?
7 
BOGOR: Dialog 
Kerukunan Antariman 
Dialog publik digelar Jaringan Muda Lintas 
Iman Bogor (JMLIB) pada Sabtu, 14 Juni 
2014 di STAINU PARTUNG Kec. Kemang 
Bogor. Jaringan tersebut menjadi wadah 
untuk saling mengenal satu sama lain dengan 
semangat menciptakan kerukunan antar umat. 
Hadir dalam kesempatan ini Sugeng 
Teguh Santoso, SH (LBH Bogor Raya) yang 
membahas pluralisme dalam perspektif 
konstitusi. Bahwasanya konstitusi melindungi 
setiap pemeluk agama dan keyakinan untuk 
melakukan ritual ibadah yang diyakininya. 
Terkait kasus-kasus sengketa pendirian rumah 
ibadah di kabupaten Bogor, papar H.Yopti 
Nugraha (Staf Kemenag Kab. Bogor), kemenag 
berperan untuk memoderasi kelompok-kelompok 
agama yang bersengketa. 
Ahmad Suaidy (Abdurrahman 
Wahid Center) menyinggung bahwa masa 
depan pluralisme dipengaruhi pula oleh 
kepemimpinan nasional. Sedangkan Inayah 
Wahid (Possitive Movement) menegaskan 
bahwa pluralisme jangan hanya dipahami 
semata-mata soal keberagaman dalam agama 
dan keyakinan, namun juga keberagaman 
dalam ekonomi (pendapatan rakyat), sosial dan 
budaya. Dengan pemahaman demikian, maka 
upaya-upaya yang dilakukan pun akan beragam 
dan multiaspek. 
Menerima Hasil Pilpres 
Jombang - Hj Sinta Nuriyah hadir di 
Jombang dalam menghadiri acara buka 
bersama yang diselenggarakan oleh Forum 
Kerukunan Masyarakat Jombang (FKMJ) di 
Markas Kodim 0814 Jombang. Sebanyak 34 
organisasi di Jombang yang berasal dari lintas 
agama, etnis dan suku tergabung dalam FKMJ. 
Buka bersama di Markas Kodim, dihadiri 
GUSDURian, elemen FKMJ, masyarakat dari 
tukang becak, pemulung, serta masyarakat 
miskin kota yang ada di Kabupaten Jombang. 
Dalam momentum ini Ibu Sinta 
menghimbau agar seluruh elemen masyarakat 
Indonesia menerima presiden terpilih. 
Hasil Pilpres, lanjut Sinta Nuriyah, harus 
diterima semua pihak harus legowo. Sikap itu 
ditunjukkan dengan turut serta berpartisipasi 
dalam pembangunan bangsa. “Kewajiban dari 
rakyat adalah mendukung program-program 
pemerintah dalam membangun bangsa 
Indonesia,” pungkasnya (20/7). 
Setiap tahun Ibu Sinta tidak pernah 
absen berkeliling ke berbagai daerah untuk 
mendatangi sahur dan buka bersama yang diisi 
dengan dialog kebangsaan. (bangsaonline)
Selasar 14

More Related Content

What's hot

31 buletin rabithah-30-april2010-slide
31 buletin rabithah-30-april2010-slide31 buletin rabithah-30-april2010-slide
31 buletin rabithah-30-april2010-slide
imuska
 
2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...
2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...
2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...
IsroqGagah
 
Uas muhen
Uas muhenUas muhen
Uas muhen
FikriAhmad19
 
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas IX
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas IXModul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas IX
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas IX
ruangkuliahpai6f
 
Nabi daud, Nabi Musa, Nabi Sulaiman
Nabi daud, Nabi Musa, Nabi SulaimanNabi daud, Nabi Musa, Nabi Sulaiman
Nabi daud, Nabi Musa, Nabi Sulaiman
Ratih Aini
 
BUKU PELAJARAN PAI
BUKU PELAJARAN PAIBUKU PELAJARAN PAI
BUKU PELAJARAN PAI
2805khusna
 
uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?)
 uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?) uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?)
uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?)
umma Indonesia
 
Ketika cahayahidayahmenerangikalbu
Ketika cahayahidayahmenerangikalbuKetika cahayahidayahmenerangikalbu
Ketika cahayahidayahmenerangikalbuYasir Partomo
 
Materi PAI Kelas 7 Bab II
Materi PAI Kelas 7 Bab IIMateri PAI Kelas 7 Bab II
Materi PAI Kelas 7 Bab II
FaridAtoz
 
Sukatan pelajaran pendidikan islam kbsm
Sukatan pelajaran pendidikan islam kbsmSukatan pelajaran pendidikan islam kbsm
Sukatan pelajaran pendidikan islam kbsm
WNOORAIZAH
 
Bab viii
Bab viiiBab viii
Bab viii
FaridAtoz
 
Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat Yusuf
Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat YusufNilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat Yusuf
Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat Yusuf
Rizkia Sabilla
 
Rpt pai t1 2014
Rpt pai t1 2014Rpt pai t1 2014
Rpt pai t1 2014
ustazahain
 
Adab Murid Dengan Syeikh [Pengantar Tawasuf (EP 20713)]
Adab Murid Dengan Syeikh [Pengantar Tawasuf (EP 20713)]Adab Murid Dengan Syeikh [Pengantar Tawasuf (EP 20713)]
Adab Murid Dengan Syeikh [Pengantar Tawasuf (EP 20713)]
akmalmustafakamal
 

What's hot (15)

31 buletin rabithah-30-april2010-slide
31 buletin rabithah-30-april2010-slide31 buletin rabithah-30-april2010-slide
31 buletin rabithah-30-april2010-slide
 
2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...
2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...
2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...
 
Uas muhen
Uas muhenUas muhen
Uas muhen
 
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas IX
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas IXModul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas IX
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas IX
 
Nabi daud, Nabi Musa, Nabi Sulaiman
Nabi daud, Nabi Musa, Nabi SulaimanNabi daud, Nabi Musa, Nabi Sulaiman
Nabi daud, Nabi Musa, Nabi Sulaiman
 
BUKU PELAJARAN PAI
BUKU PELAJARAN PAIBUKU PELAJARAN PAI
BUKU PELAJARAN PAI
 
uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?)
 uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?) uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?)
uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?)
 
Ketika cahayahidayahmenerangikalbu
Ketika cahayahidayahmenerangikalbuKetika cahayahidayahmenerangikalbu
Ketika cahayahidayahmenerangikalbu
 
Materi PAI Kelas 7 Bab II
Materi PAI Kelas 7 Bab IIMateri PAI Kelas 7 Bab II
Materi PAI Kelas 7 Bab II
 
Sukatan pelajaran pendidikan islam kbsm
Sukatan pelajaran pendidikan islam kbsmSukatan pelajaran pendidikan islam kbsm
Sukatan pelajaran pendidikan islam kbsm
 
Bab viii
Bab viiiBab viii
Bab viii
 
Sp%20 pendidikan%20islam%20kbsm
Sp%20 pendidikan%20islam%20kbsmSp%20 pendidikan%20islam%20kbsm
Sp%20 pendidikan%20islam%20kbsm
 
Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat Yusuf
Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat YusufNilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat Yusuf
Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat Yusuf
 
Rpt pai t1 2014
Rpt pai t1 2014Rpt pai t1 2014
Rpt pai t1 2014
 
Adab Murid Dengan Syeikh [Pengantar Tawasuf (EP 20713)]
Adab Murid Dengan Syeikh [Pengantar Tawasuf (EP 20713)]Adab Murid Dengan Syeikh [Pengantar Tawasuf (EP 20713)]
Adab Murid Dengan Syeikh [Pengantar Tawasuf (EP 20713)]
 

Viewers also liked

Wayruru 2009
Wayruru 2009Wayruru 2009
Wayruru 2009
clau on
 
Energias renováveis
Energias renováveisEnergias renováveis
Energias renováveis
Daniel Estima
 
Mayte Alonso Acebes
Mayte Alonso AcebesMayte Alonso Acebes
Mayte Alonso Acebes
Proyecto Integrado
 
4 Operaciones BáSicas Tr.
4 Operaciones BáSicas Tr.4 Operaciones BáSicas Tr.
4 Operaciones BáSicas Tr.
guest876e6f
 
Inacreditavel 1
Inacreditavel 1Inacreditavel 1
Inacreditavel 1
CARLOS CAVALLINI
 
Arte Terapia
Arte TerapiaArte Terapia
Arte Terapia
clau on
 
Rivadeneyraji Aprendizaje Competencias
Rivadeneyraji Aprendizaje CompetenciasRivadeneyraji Aprendizaje Competencias
Rivadeneyraji Aprendizaje Competencias
cuetzalan010
 
20110128 avaliacaodaaprendizagem ead
20110128 avaliacaodaaprendizagem ead20110128 avaliacaodaaprendizagem ead
20110128 avaliacaodaaprendizagem ead
Marcelo Santos
 
Desastres naturals terra
Desastres naturals terra Desastres naturals terra
Desastres naturals terra
carme tribo berga
 

Viewers also liked (9)

Wayruru 2009
Wayruru 2009Wayruru 2009
Wayruru 2009
 
Energias renováveis
Energias renováveisEnergias renováveis
Energias renováveis
 
Mayte Alonso Acebes
Mayte Alonso AcebesMayte Alonso Acebes
Mayte Alonso Acebes
 
4 Operaciones BáSicas Tr.
4 Operaciones BáSicas Tr.4 Operaciones BáSicas Tr.
4 Operaciones BáSicas Tr.
 
Inacreditavel 1
Inacreditavel 1Inacreditavel 1
Inacreditavel 1
 
Arte Terapia
Arte TerapiaArte Terapia
Arte Terapia
 
Rivadeneyraji Aprendizaje Competencias
Rivadeneyraji Aprendizaje CompetenciasRivadeneyraji Aprendizaje Competencias
Rivadeneyraji Aprendizaje Competencias
 
20110128 avaliacaodaaprendizagem ead
20110128 avaliacaodaaprendizagem ead20110128 avaliacaodaaprendizagem ead
20110128 avaliacaodaaprendizagem ead
 
Desastres naturals terra
Desastres naturals terra Desastres naturals terra
Desastres naturals terra
 

Similar to Selasar 14

Pesantren dan Perbaikan Moral
Pesantren dan Perbaikan MoralPesantren dan Perbaikan Moral
Pesantren dan Perbaikan Moral
Alvin Lazuardy
 
Writer's week
Writer's weekWriter's week
Writer's week
Hafizh Suprihatna
 
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnalKelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Ricky Ramadhan
 
Kebudayaan islam
Kebudayaan islamKebudayaan islam
Kebudayaan islam
muhfachrul3
 
Pesantren dan tantangan masa depan
Pesantren dan tantangan masa depanPesantren dan tantangan masa depan
Pesantren dan tantangan masa depan
Bagoes Bhaghazkharaa
 
1. al manar post april edisi I
1. al manar post april edisi I1. al manar post april edisi I
1. al manar post april edisi I
Ijal ElSelatany
 
Slamettt
SlametttSlamettt
Slamettt
Dadank S Manaf
 
Writer's week
Writer's weekWriter's week
Writer's week
Hafizh Suprihatna
 
Bahan ajar SKI rekonstruktif
Bahan ajar SKI rekonstruktifBahan ajar SKI rekonstruktif
Bahan ajar SKI rekonstruktif
Hofur Biruni
 
Jurnal karomah kh khotib, pdf 2
Jurnal karomah kh khotib, pdf 2Jurnal karomah kh khotib, pdf 2
Dinamika pesantren11 55-1-pb
Dinamika pesantren11 55-1-pbDinamika pesantren11 55-1-pb
Dinamika pesantren11 55-1-pb
ahmad al haris
 
Tarby magazine salafiyah kajen
Tarby magazine  salafiyah kajenTarby magazine  salafiyah kajen
Tarby magazine salafiyah kajen
Roziq Bahtiar
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
MellaSyafitri
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
iwan Alit
 
Makalah 1.docx
Makalah 1.docxMakalah 1.docx
Makalah 1.docx
AyuPermataChandra
 
K8 bs pa islam
K8 bs pa   islamK8 bs pa   islam
K8 bs pa islam
Fasta Qoirita
 
K8 bs pa islam
K8 bs pa   islamK8 bs pa   islam
K8 bs pa islam
sinaunet
 
Buku Pendidikan Agama Islam kelas 8 kurikulum 2013
Buku Pendidikan Agama Islam kelas 8 kurikulum 2013Buku Pendidikan Agama Islam kelas 8 kurikulum 2013
Buku Pendidikan Agama Islam kelas 8 kurikulum 2013
Farah Aqilah Azzah
 
Pendidikan agama islam dan budi pekerti (buku siswa)
Pendidikan agama islam dan budi pekerti (buku siswa)Pendidikan agama islam dan budi pekerti (buku siswa)
Pendidikan agama islam dan budi pekerti (buku siswa)
siti sundari
 
bos agama
bos agamabos agama
bos agama
riantismdw
 

Similar to Selasar 14 (20)

Pesantren dan Perbaikan Moral
Pesantren dan Perbaikan MoralPesantren dan Perbaikan Moral
Pesantren dan Perbaikan Moral
 
Writer's week
Writer's weekWriter's week
Writer's week
 
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnalKelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnal
 
Kebudayaan islam
Kebudayaan islamKebudayaan islam
Kebudayaan islam
 
Pesantren dan tantangan masa depan
Pesantren dan tantangan masa depanPesantren dan tantangan masa depan
Pesantren dan tantangan masa depan
 
1. al manar post april edisi I
1. al manar post april edisi I1. al manar post april edisi I
1. al manar post april edisi I
 
Slamettt
SlametttSlamettt
Slamettt
 
Writer's week
Writer's weekWriter's week
Writer's week
 
Bahan ajar SKI rekonstruktif
Bahan ajar SKI rekonstruktifBahan ajar SKI rekonstruktif
Bahan ajar SKI rekonstruktif
 
Jurnal karomah kh khotib, pdf 2
Jurnal karomah kh khotib, pdf 2Jurnal karomah kh khotib, pdf 2
Jurnal karomah kh khotib, pdf 2
 
Dinamika pesantren11 55-1-pb
Dinamika pesantren11 55-1-pbDinamika pesantren11 55-1-pb
Dinamika pesantren11 55-1-pb
 
Tarby magazine salafiyah kajen
Tarby magazine  salafiyah kajenTarby magazine  salafiyah kajen
Tarby magazine salafiyah kajen
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Makalah 1.docx
Makalah 1.docxMakalah 1.docx
Makalah 1.docx
 
K8 bs pa islam
K8 bs pa   islamK8 bs pa   islam
K8 bs pa islam
 
K8 bs pa islam
K8 bs pa   islamK8 bs pa   islam
K8 bs pa islam
 
Buku Pendidikan Agama Islam kelas 8 kurikulum 2013
Buku Pendidikan Agama Islam kelas 8 kurikulum 2013Buku Pendidikan Agama Islam kelas 8 kurikulum 2013
Buku Pendidikan Agama Islam kelas 8 kurikulum 2013
 
Pendidikan agama islam dan budi pekerti (buku siswa)
Pendidikan agama islam dan budi pekerti (buku siswa)Pendidikan agama islam dan budi pekerti (buku siswa)
Pendidikan agama islam dan budi pekerti (buku siswa)
 
bos agama
bos agamabos agama
bos agama
 

More from Jaringan GusDurian

Selasar edisi 17
Selasar edisi 17Selasar edisi 17
Selasar edisi 17
Jaringan GusDurian
 
Selasar edisi 15
Selasar edisi 15Selasar edisi 15
Selasar edisi 15
Jaringan GusDurian
 
Selasar edisi 13
Selasar edisi 13Selasar edisi 13
Selasar edisi 13
Jaringan GusDurian
 
Selasar edisi 11
Selasar edisi 11Selasar edisi 11
Selasar edisi 11
Jaringan GusDurian
 
Selasar edisi 10 (Spesial Haul Gus Dur)
Selasar edisi 10 (Spesial Haul Gus Dur)Selasar edisi 10 (Spesial Haul Gus Dur)
Selasar edisi 10 (Spesial Haul Gus Dur)
Jaringan GusDurian
 
Selasar edisi 08
Selasar edisi 08Selasar edisi 08
Selasar edisi 08
Jaringan GusDurian
 
SELASAR Edisi 07
SELASAR Edisi 07SELASAR Edisi 07
SELASAR Edisi 07
Jaringan GusDurian
 
Selasar Edisi 06
Selasar Edisi 06Selasar Edisi 06
Selasar Edisi 06
Jaringan GusDurian
 
Selasar edisi 05
Selasar edisi 05Selasar edisi 05
Selasar edisi 05
Jaringan GusDurian
 
Selasar03
Selasar03Selasar03
Selasar edisi 02
Selasar edisi 02Selasar edisi 02
Selasar edisi 02
Jaringan GusDurian
 
Selasar edisi 01
Selasar edisi 01Selasar edisi 01
Selasar edisi 01
Jaringan GusDurian
 

More from Jaringan GusDurian (12)

Selasar edisi 17
Selasar edisi 17Selasar edisi 17
Selasar edisi 17
 
Selasar edisi 15
Selasar edisi 15Selasar edisi 15
Selasar edisi 15
 
Selasar edisi 13
Selasar edisi 13Selasar edisi 13
Selasar edisi 13
 
Selasar edisi 11
Selasar edisi 11Selasar edisi 11
Selasar edisi 11
 
Selasar edisi 10 (Spesial Haul Gus Dur)
Selasar edisi 10 (Spesial Haul Gus Dur)Selasar edisi 10 (Spesial Haul Gus Dur)
Selasar edisi 10 (Spesial Haul Gus Dur)
 
Selasar edisi 08
Selasar edisi 08Selasar edisi 08
Selasar edisi 08
 
SELASAR Edisi 07
SELASAR Edisi 07SELASAR Edisi 07
SELASAR Edisi 07
 
Selasar Edisi 06
Selasar Edisi 06Selasar Edisi 06
Selasar Edisi 06
 
Selasar edisi 05
Selasar edisi 05Selasar edisi 05
Selasar edisi 05
 
Selasar03
Selasar03Selasar03
Selasar03
 
Selasar edisi 02
Selasar edisi 02Selasar edisi 02
Selasar edisi 02
 
Selasar edisi 01
Selasar edisi 01Selasar edisi 01
Selasar edisi 01
 

Selasar 14

  • 1. “ “ “Menyesali nasib takkan mengubah keadaan. Terus berkarya & bekerjalah, itu yg membuat kita berharga” KH. Abdurrahman Wahid M e n g g e r a k k a n Tr a d i s i , M e n e g u h k a n I n d o n e s i a Redaksi menerima tulisan dari pembaca berupa artikel, opini, berita melalui selasar.redaksi@gmail. com. Redaksi tidak bertanggung jawab atas isi tulisan.Tulisan itu adalah pandangan pribadi penulis. Newsletter ini adalah produk nonprofit. E d i s i 1 4 / S e p t e m b e r 2 0 1 4 Penanggung jawab SekNas JGD Penasihat Alissa QM Wahid Heru Prasetia Pemimpin Redaksi Nabilah Munsyarihah Redaksi Zahrotien, Ahmad, Afan, Isna, Haris, Joko, Purwanto, Rifqiya, Uzi, Yani Editor AS Ndari, Kindi, Zia Tata letak dan ilustrator Muhammad Nabil Kontributor GUSDURian di berbagai daerah Sirkulasi Manajemen Informasi Jaringan GUSDURian Tahun duka cita layak disematkan pada tahun ini. Selama setahun ini kalangan Pesantren ditinggalkan oleh sejumlah ulama di berbagai daerah. Tercerabutnya ulama berarti tercerabut pula ilmunya dari bumi. Sementara, keberlangsungan Islam rahmatan lil ‘alamin di Indonesia ditopang oleh pesantren. Regenerasi ulama, seperti yang ditulis Awy A. Qolawun, tidak mudah karena tugas sebagai pewaris para Nabi ini tidak hanya mencetak intelektual keagamaan, melainkan juga pembimbing kehidupan umat. KH. Malik Madani, Katib ‘Aam Syuriah PBNU, juga menekankan aspek spiritualitas dan kemandirian dalam nilai keulamaan. Sebagai santri, sejauh apa persiapan kita menghadapi zaman ini? Sekadar Mendahului S
  • 2. 2 E d i s i 1 4 / S e p t e m b e r 2 0 1 4 Sebelum penulis memulai catatan pendek ini, jika kita semua memperhatikan satu fenomena aneh yang tak biasa sejak awal tahun 2012, dan sampai saat ini, kita akan menyadari lalu merenung sangat dalam bahwa apa sebenarnya yang sedang dan akan terjadi terhadap bangsa ini. Yaitu fenomena banyaknya para Kyai sepuh dan Bu Nyai yang meninggal berturut-turut dari daerah ke daerah. Siapkah Kita dengan Oleh: Awy A. Qolawun Regenerasi Ulama? Menggerakkan Tradisi Ilustrasi: Muhammad Nabil
  • 3. 3 Apakah ini semisal bagian proses seleksi alam atau proses regenerasi namun fenomena alamnya cukup ganjil karena yang meninggal tidak cuma satu atau dua, namun belasan bahkan puluhan dan dalam tempo yang begitu dekat. Belum lekang kesedihan ditinggal Kyai sepuh dari daerah B, esoknya mendengar lagi ada Kyai sepuh dari daerah D yang wafat. Baru saja sejenak menghela nafas, datang lagi pemberitahuan ada kalau Kyai sepuh dari daerah G menyusul. Terlalu cepat bahkan jika dilogikakan seolah yang ditinggal belum ada persiapan apapun. Tentu saja bisa membuat yang ditinggal tercepuk-cepuk dan gugup menghadapi perubahan mendadak yang berlangsung sangat cepat. Pertanyaan sederhananya dari wafatnya para kyai sepuh itu (dengan kacamata manusia, tanpa membicarakan kekuasaan Allah), sudah siapkah para dzurriyyah kyai-kyai yang mangkat itu meneruskan perjuangan para pendahulunya yang sering kali meninggalkannya dengan cukup mendadak tanpa ada tanda panjang lebih dahulu? Terlebih lagi harus kita akui bahwa saat ini kebanyakan para dzurriyyah itu kerap kali belum tersiapkan dengan matang mengingat masih terobsesi dengan menikmati masa muda. Tentu saja pasti ada kegugupan saat dzurriyyah yang belum siap tadi tiba-tiba menerima tongkat estafet yang pada dasarnya tidak ringan. Karena jika hal seperti ini tidak diantisipasi dengan baik sejak dini oleh para pengelola pesantren dan mereka yang berkompeten dengan dunia pesantren, bisa-bisa eksistensi masa depan suatu pesantren itu akan terganggu, jika tak boleh kita katakan terancam. Sebab mempersiapkan penerus dalam dunia pesantren itu tidak semudah membalikkan tangan. Tidak semudah mencetak sarjana bahkan doktor. Karena penerus yang dipersiapkan itu adalah penerus pengajar kehidupan, bahkan pewaris para Nabi yang secara tabiat alamiahnya oleh Allah sendiri dipersiapkan dengan waktu yang cukup lama untuk memikul beban risalah yang sama sekali tidak ringan. Dalam peribahasa pesantrennya dikatakan bahwa dadi kyai iku ora gampang (menjadi kyai itu tidak mudah), sebab keberadaan seorang kyai dalam suatu masyarakat di samping sebagai pembimbing kehidupan, ia juga berfungsi sebagai semacam penenang bagi masyarakat. Dan itu memang nyata, masyarakat suatu daerah selalu mengalami kegoncangan rohani saat ditinggal mangkat kyainya. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa penerus seorang kyaipun harus mempunyai kualitas ilmiah dan rohani minimal sama dengan pendahulunya atau lebih baik. Maka seperti yang diketahui, Kyai atau penerus dengan latar pendidikan non formal/ murni pesantren tetap menjadi pilihan utama. Dengan kata lain masyarakat tetap mantap dengan kyai/penerus model “kuno” daripada penerus yang sudah “terkontaminasi” oleh pendidikan umum/formal. Artinya, jika sekarang (tanpa menafikan apalagi mengkritik) banyak dzurriyyah yang menempuh jalur ilmiah tak sama dengan pendahulunya, maka kekhawatiran-kekhawatiran masa depan itu adalah suatu hal yang cukup wajar. Paling tidak setiap pesantren mesti mempersiapkan minimal satu penerus dengan model pendidikan “kuno” seperti yang diterima pendahulunya. Jika tidak seperti itu maka regenerasi ulama yang diharapkan tidak akan berjalan sesuai harapan dan para kyai-kyai sepuh yang sudah mangkat itu hanya akan jadi kenangan dalam sejarah dengan segala jasa-jasanya yang hanya akan jadi cerita yang cuma bisa diulang para dzurriyyah-nya tanpa bisa melakukan apapun untuk mengembalikan atau meneruskan kejayaan yang telah dirintis oleh pendahulunya. Paling parah adalah saat pendahulunya hanya terpajang sebagai potret di ruang utama keluarga tanpa ada jejak pemikiran dan idenya yang terestafetkan oleh keluarganya sendiri. Berbicara seperti ini belum menyentuh pada permasalahan konflik yang potensi terjadi saat vakumnya generasi penerus yang kuat. Pada akhirnya, semoga Allah tetap menjaga kelangsungan perjuangan Islam ala pesantren yang pada dasarnya lebih cocok buat bangsa dengan budaya seperti Indonesia ini. Wallahu a’lam (*) Lamongan, 5 Ramadhan 1435 H
  • 4. 4 E d i s i 1 4 / S e p t e m b e r 2 0 1 4 Tahun kesedihan, begitu sebagian kalangan Pesantren menyebut tahun 2014. Hal ini cukup beralasan karena banyak para ulama pengasuh pesantren yang wafat. Sebagaimana Rasulullah menyebut tahun kewafatan Abu Thalib, pamannya, dan Khadijah, istrinya, dengan ‘Aam al-Huzn (Tahun Duka Cita). Umat Islam, khususnya warga Nahdliyyin merasakan kehilangan yang serupa atas wafatnya sosok-sosok pengayom masyarakat. Lalu bagaimana regenerasi yang terjadi di kalangan pesantren, khususnya lingkungan Nahdlatul Ulama? Berikut ini cuplikan wawancara redaksi Selasar bersama KH Dr. Malik Madani, MA (Katib ‘Aam Syuriyah PBNU) tentang regenerasi ulama di lingkungan pesantren Nahdlatul Ulama. Bagaimana sebenarnya proses regenerasi keulamaan yang terjadi dari zaman Rasulullah hingga sekarang? Estafet keilmuan dalam Islam selalu terjaga dari generasi ke generasi. Mulai dari masa Rasulullah kepada para sahabat, kemudian dilanjutkan oleh para tabi’in, terus hingga para tabi’u at-tabi’in. begitu seterusnya dari guru ke murid hingga hari ini. Proses tersebut terjadi secara langsung dengan interaksi antara guru dan murid dalam berbagai aspek, terutama transfer ilmu pengetahuan. Namun yang perlu kita cermati adalah bahwa proses ini tidak sekadar transfer ilmu pengetahuan atau nilai-nilai intelektual, tetapi juga aspek spiritual. Apalagi masalah keulamaan adalah masalah ilmu agama, kan. Sedangkan ilmu agama itu jelas tidak hanya mengandalkan kemampuan rasional tetapi juga kemampuan spiritual yang perlu diasah. Maka dalam dunia keulamaan, kita harus memperhatikan faktor-faktor spiritual di samping aspek-aspek rasional yang bisa diukur. Regenerasi semacam itu juga terjadi di pesantren? Ya. Itu tidak hanya terjadi di lingkungan ulama-ulama sufi. Tetapi dalam tradisi ulama-ulama non-tasawwuf pun regenerasi yang memperhatikan masalah pengembangan aspek spiritual juga dilakukan. Inilah rahasianya mengapa regenerasi di lingkungan ulama pesantren bisa berlangsung sampai hari ini. Ada faktor spiritual yang bisa memperkuat proses regenerasi itu agar berjalan dengan baik. Antara lain adalah doa dari seorang guru untuk muridnya. Dari seorang kiai untuk santrinya, untuk anak cucunya. Ini sangat penting, hal inilah yang menjadi sebab pondok-pondok pesantren kita bisa bertahan hingga hari ini. Sampai ratusan tahun bisa selamat dari berbagai bencana, tentu sebab doa kiai terhadap anak cucu yang kelak akan mengasuh pesantren itu. Memang ini adalah faktor yang sangat penting. Mengapa cendekiawan-cendekiawan dan ahli agama yang tidak berakar di pesantren tidak bisa melakukan regenerasi dengan baik. Beda dengan kiai di pesantren. Kiai-kiai di pesantren itu, karena ada lembaga pendidikan yang membutuhkan kehadiran sosok kiai, tentu akan berusaha mendidik dan mengkader anak cucu dan santrinya untuk bisa menjadi penerus ketika dirinya kelak sudah meninggal dunia. Maka hubungan spiritual antara kiai dengan santri mapun anak keturunannya ini sangat penting untuk menjaga keberlangsungan pesantren. Bagaimana kualitas dan kuantitas para ulama dahulu dan sekarang di Indonesia? Dari segi fisik, banyak peningkatan. Bisa dilihat dari banyaknya bermunculan pesantren baru, dalam bentuk lembaga-lembaga pendidikan dengan bangunan membanggakan. Kalau dilihat dari segi ini ya pesantren sekarang lebih maju daripada pesantren masa silam. Tetapi kita melihat pesantren tidak boleh hanya Spiritualitas; Aspek Penting dalamRegenerasi Keulamaan Forum
  • 5. 5 terpaku pada aspek fisiknya. Kita harus melihat substansi dari pesantren, yaitu nilai-nilai yang mendasari adanya pesantren tersebut. Antara lain seperti nilai kesederhanaan dan nilai kemandirian. Itulah yang menyebabkan para ulama kita di masa lalu memiliki haibah atau wibawa yang begitu besar di tengah masyarakat. Sekarang nilai-nilai itu sudah banyak yang terkikis di sebagian pesantren kita. Padahal nilai kemandirian yang dilambangkan dengan semboyan “al-i’timaadu ‘ala an-nafsi asaasu an-najaah”, berdiri tegak di atas kaki sendiri adalah landasan bagi kesuksesan. Itu dulu sangat dipegang erat oleh para kiai kita. Sehingga para kiai dahulu menjadi orang-orang yang sangat independen. Mereka tidak menggantungkan diri kepada kekuasaan maupun orang-orang kaya. Makanya ketika berhadapan dengan penjajah, kecenderungan yang diambil para kiai kita adalah non-kooperasi dengan penjajah. Bahkan mereka mempopulerkan sikap-sikap yang menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah, seperti mangharamkan memakai dasi maupun pantalon atau celana. Seperti Hadratus Syaikh Kiai Hasyim Asy’ari? Ya! Fatwa-fatwa perjuangan seperti itu menunjukkan kemandirian yang luar biasa dipegang teguh oleh para kiai. Demi umat. Mereka bisa besar bukan sebab penguasa, apalagi saat itu penguasanya adalah pihak penjajah. Itulah contoh bagaimana para kiai kita dahulu memegang teguh nilai kemandirian. Namun itu saat ini mulai kikis. Begitu pula nilai kesederhanaan. Hal ini juga sudah mulai tidak dihiraukan oleh kiai-kiai kita sekarang. Kiai kita banyak yang merasa bangga kalau bisa dekat dengan kekuasaan. Apa penyebab dekadensi nilai-nilai dalam keulamaan? Ya sebab adanya pergeseran nilai-nilai itu di masyarakat kita, termasuk yang dialami masyarakat pesantren kita. Karena kondisi pesantren tidak terlepas dengan kondisi masyarakat luas secara umum. Yakni adanya kecenderungan masyarakat terhadap materi. Diibaratkan sebuah syi’ir menyatakan: “Ro-aytu an-naasa qod dzahabuu, ilaa man ‘indahu dzahabu. Ro-aytu an-naasa qod maaluu, ilaa man ‘indahu maalu. Aku lihat orang-orang sudah pergi menyongsong mereka yang memiliki emas permata. Aku lihat orang-orang sudah pada gandrung kepada orang-orang yang berharta.” Jadi sudah ada pergeseran yang melanda masyarakat kita sehingga menjadi sangat materialistis. Segalanya diukur dengan kemampuan materi. Ini telah masuk pula di kalangan pesantren kita. Sehingga nilai-nilai kemandirian dan prinsip-prinsip kesederhanaan itu sudah mengalami distorsi. Inilah yang menyebabkan mereka sangat membutuhkan dukungan dari kekuasaan, dukungan dari orang-orang kaya dan sebagainya. Maka dalam hal ini saya sangat respect kepada almarhum almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid. Beliau saya anggap sebagai orang yang benar-benar menginginkan terciptanya civil society. Ide civil society membuat masyarakat tidak membutuhkan pengakuan dari kekuasaan. Saya kagum dengan Gus Dur karena beliau telah mendidik kita tentang hal penting itu. Beliau ketika menjadi ketua umum PBNU tidak ambil pusing apakah PBNU setelah muktamar di Cipasung diakui oleh penguasa Orde Baru atau tidak. Beliau tidak ambil pusing dan itu adalah bentuk kemandirian yang luar biasa menurut saya. Apa yang semestinya diupayakan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai substansial pesantren dan bisa tetap menjaga keberlangsungan regenerasi keulamaan di dalamnya? Saya kira, para ulama dan para pemangku pesantren perlu melakukan muhasabah. Evaluasi diri terhadap nilai-nilai luhur yang menjadi substansi pesanten, apakah masih ada dalam diri mereka atau tidak. Kalau ternyata ada penyimpangan-penyimpangan ya harus segera mengoreksi diri dan kembali kepada nilai-nilai luhur itu. Harus ada revolusi mentalitas dalam masyarakat kita, khususnya masyarakat pesantren. Hal ini tentu musti dilakukan secara jujur sehingga bisa diketahui apakah sudah menyimpang atau tidak untuk dikoreksi dan dikembalikan ke jalur serta nilai-nila yang semestinya. Saya kira itu. []
  • 6. 6 E d i s i 1 4 / S e p t e m b e r 2 0 1 4 “Jaman wis akhir,” seperti itulah pepatah yang tepat untuk saat ini. Ketika dunia akan segera berakhir jika semua ulama telah diambil oleh Yang Maha Empunya. Setelah sebagian ulama telah berpulang begitu cepat, tentu diperlukan pengganti yang minimal mempunyai kemampuan yang sama dengan pendahulunya atau bahkan bisa melebihinya. Jika para dzurriyah saat ini masih tenggelam dengan masa mudanya dan pesantren tidak sungguh-sungguh mempersiapkan kadernya, maka tidak menutup kemungkinan kita tidak akan pernah siap menghadapi proses regenerasi ini. Maka untuk memperlambat berakhirnya dunia, perlu adanya regenerasi ulama. Jika tidak, segera terwujudlah pepatah singkat di atas! Wallahu a’lam. Parepare, 10 Ramadhan 1435 H Ini guyonan Gus Dur sewaktu masih menjadi Presiden RI, saat berkunjung ke Kuba dan bertemu dengan Fidel Castro. Saat itu Fidel Castro mendatangi hotel tempat Gus Dur dan rombongannya menginap selama di Kuba. Dan mereka pun terlibat pembicaraan hangat, menjurus serius. Agar pembicaraan tidak terlalu membosankan, Gus Dur pun mengeluarkan jurus andalannya, yaitu guyonan. Gus Dur bercerita pada pemimpin Kuba, Fidel Castro, bahwa ada 3 orang tahanan yang berada dalam satu sel. Para tahanan itu saling memberitahu bagaimana mereka bisa sampai ditahan di situ. Tahanan pertama bercerita, "Saya dipenjara karena saya anti dengan Che Guevara." Seperti diketahui Che Guevara memimpin perjuangan kaum sosialis di Kuba. Tahanan kedua berkata geram, "Oh kalau saya dipenjara karena saya pengikut Che Guevara!" Lalu mereka berdua terlibat perang mulut. Tapi mendadak mereka teringat tahanan ketiga yang belum ditanya. "Kalau kamu kenapa sampai dipenjara di sini?" tanya mereka berdua kepada tahanan ketiga. Lalu tahanan ketiga itu menjawab dengan berat hati, "Karena saya Che Guevara." Fidel Castro pun tertawa tergelak-gelak mendengar guyonan Gus Dur tersebut. Merdeka.com Mati Ketawa Pergulatan Siapkah Kita dengan Regenerasi Ulama?
  • 7. 7 BOGOR: Dialog Kerukunan Antariman Dialog publik digelar Jaringan Muda Lintas Iman Bogor (JMLIB) pada Sabtu, 14 Juni 2014 di STAINU PARTUNG Kec. Kemang Bogor. Jaringan tersebut menjadi wadah untuk saling mengenal satu sama lain dengan semangat menciptakan kerukunan antar umat. Hadir dalam kesempatan ini Sugeng Teguh Santoso, SH (LBH Bogor Raya) yang membahas pluralisme dalam perspektif konstitusi. Bahwasanya konstitusi melindungi setiap pemeluk agama dan keyakinan untuk melakukan ritual ibadah yang diyakininya. Terkait kasus-kasus sengketa pendirian rumah ibadah di kabupaten Bogor, papar H.Yopti Nugraha (Staf Kemenag Kab. Bogor), kemenag berperan untuk memoderasi kelompok-kelompok agama yang bersengketa. Ahmad Suaidy (Abdurrahman Wahid Center) menyinggung bahwa masa depan pluralisme dipengaruhi pula oleh kepemimpinan nasional. Sedangkan Inayah Wahid (Possitive Movement) menegaskan bahwa pluralisme jangan hanya dipahami semata-mata soal keberagaman dalam agama dan keyakinan, namun juga keberagaman dalam ekonomi (pendapatan rakyat), sosial dan budaya. Dengan pemahaman demikian, maka upaya-upaya yang dilakukan pun akan beragam dan multiaspek. Menerima Hasil Pilpres Jombang - Hj Sinta Nuriyah hadir di Jombang dalam menghadiri acara buka bersama yang diselenggarakan oleh Forum Kerukunan Masyarakat Jombang (FKMJ) di Markas Kodim 0814 Jombang. Sebanyak 34 organisasi di Jombang yang berasal dari lintas agama, etnis dan suku tergabung dalam FKMJ. Buka bersama di Markas Kodim, dihadiri GUSDURian, elemen FKMJ, masyarakat dari tukang becak, pemulung, serta masyarakat miskin kota yang ada di Kabupaten Jombang. Dalam momentum ini Ibu Sinta menghimbau agar seluruh elemen masyarakat Indonesia menerima presiden terpilih. Hasil Pilpres, lanjut Sinta Nuriyah, harus diterima semua pihak harus legowo. Sikap itu ditunjukkan dengan turut serta berpartisipasi dalam pembangunan bangsa. “Kewajiban dari rakyat adalah mendukung program-program pemerintah dalam membangun bangsa Indonesia,” pungkasnya (20/7). Setiap tahun Ibu Sinta tidak pernah absen berkeliling ke berbagai daerah untuk mendatangi sahur dan buka bersama yang diisi dengan dialog kebangsaan. (bangsaonline)