Raja Muna bernama Omputusangia menikahi istrinya selama tujuh puluh tahun namun tidak mendapatkan keturunan. Suatu hari, pulau Muna dikunjungi Saidhi Raba, seorang saudagar Arab yang ingin menyebarkan agama Islam. Raja menguji kemampuan Saidhi Raba dan masuk Islam setelah istrinya hamil berkat doa Saidhi Raba. Anak yang lahir bernama La Ode Muna memiliki tubuh setengah manusia setengah
Sejarah masuknya islam di muna dan munculnya kangkilo apomienowuna
1. Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja Muna
berna Omputusangia, nama asli dari Omputusangia adalah La Ode Husaeni.
Omputusangian memiliki seorang istri yang sudah dinikahinya selama tujuh puluh
tahun. Setiap hari, Omputusangia hanya disibukkan dengan masalah-masalah
kerajaan karena kerajaan adalah sebuah pusat penyimpanan semua hal-hal
penting, boleh dibilang semua yang ada dalam kerajaan adalah panutan atau
pedoman yang dibutuhkan dan diinginkan oleh rakyat Muna. Tiba pada suatu
malam, Omputusangia duduk di tempat peristirahatannya, ia pun berpikir bahwa
sudah tujuh puluh tahun menikahi istrinya namun Omputusangian belum juga
mendapatkan keturunan, lelah berpikir akhirnya raja terlelap tidur karena sudah
larut malam.
Pagi hari, Omputusangia mendapat kabar dari pengawal kerajaan bahwa pulau
Muna didatangi seorang saudagar dari Arab dengan niat untuk menyebarkan
agama Islam, saudagar itu bernama Saidhi Raba. Pengawal kerajaan itu
menambahkan lagi bahwa Saidhi Raba memiliki kemampuan hebat seperti sebuah
kesaktian karena Saidhi Raba datang di pulau Muna lewat udara. Mendengar
berita itu, Omputusangia memerintahkan pengawalnya untuk memanggil Saidhi
Raba datang ke kerajaan. Pergilah pengawal kerajaan tersebut ke tempat Saidhi
Raba. Setelah raja menunggu seharian di istana, pengawal yang disuruhnya tadi
kembali, namun tidak bersama Saidhi Raba. Melihat wajah raja yang kelihatan
marah, pengawal tersebut menjelaskan alasannya tidak membawa Saidhi Raba.
Pengawal itu mengatakan bahwa Saidhi Raba tidak ingin datang ke Istana karena
raja memelihara babi, dan menurut ajaran agama Saidhi Raba yakni Islam, babi
adalah hewan yang haram.
Demi kedatangan Saidhi Raba, Raja Muna rela melepas semua babinya. Disurulah
kembali pengawal untuk pergi menjemput Saidhi Raba. Sore harinya, Saidhi Raba
datang ke Istana dan bertanya pada Raja tentang maksud Raja memanggil
dirinya. Omputusangia pun berkata bahwa ia ingin menguji kesaktian dari Saidhi
2. Raba, hingga ia mampu menyebarkan ajaran agama Islam di Muna. Pertama-tama,
Raja menguji Saidhi Raba untuk membaca isi hatinya, apabila Sidhi Raba dapat
membaca apa yang diinginkan oleh Raja saat itu maka Raja akan masuk dalam
ajarannya yakni Islam. Dengan kemampuan yang dimilikinya, Sidhi Raba pun
mengatakan bahwa Raja ingin sekali memiliki seorang anak karena istrinya
mandul. Berdoalah Saidhi Raba kepada Tuhan namun doanya belum dikabulkan.
Muncul kecurigaan dari Raja bahwa Saidhi Raba tidaklah sehebat seperti apa
yang dibicarakan. Saidhi Raba rupanya tidak berhenti disitu, dilanjutkannya lagi
untuk berdoa yang kedua kalinya, akhirnya doa Saidhi Raba diterima. Istri Raja
pun mengandung dan Raja masuk agama Islam karena senang melihat istrinya
telah mengandung. Sebelum pulang, Saidhi Raba berkata pada Raja bahwa roh
yang ada dalam kandungan istrinya adalah roh yang terpaksa diberikan Tuhan
karena umur istri Raja Muna sudah sangat tua.
Perkataan Saidhi Raba rupanya terus dipikirkan oleh Omputosangia. Tibalah
waktunya untuk istri Raja melahirkan. Ternyata perkataan Saidhi Raba benar,
anak yang dilahirkan oleh istri Raja Muna berbadan setengah manusia dan
setengah ular. Raja pun sedih melihat kondisi anaknya namun ia harus berterima
kasih karena ia telah meminta anak itu dari kesaktian Saidhi Raba. Setiap hari,
apabila ada kunjungan tamu dari Bugis ataupun Minangkabau, anaknya yang diberi
nama La ode Muna selalu disembunyikan dalam guci karena Raja malu dengan
keadaan fisik yang dialami oleh anaknya.
Lima belas tahun kemudian, La ode Muna tumbuh menjadi dewasa. Mulailah ia
menggoda para gadis yang ada dalam lingkungan istana. Ia pun menyampaikan
niatnya untuk memiliki seorang pacar, namun Raja tidak menhendaki dan
melarangnya karena tidak mungkin La Ode Muna dapat menikahi seorang gadis
bila kondisi fisiknya setengah manusia dan setengah ular. Sampai pada suatu hari,
Omputosangia memutuskan untuk membuang La Ode Muna agar ia tidak
mendapatkan malu dari anak jadi-jadian itu. Raja membuang La Ode Muna di
3. Unggumora dengan bekal 44 biji telur dan 44 biji ketupat. Setelah empat puluh
hari di buang di tempat itu, La Ode Muna terbang ke langit dengan badan yang
menyala dan mengatakan bahwa saya telah terbang. Sampai sekarang rakyat
Muna tidak mengetahui arah La Ode Muna terbang. Ada pula yang mengatakan
bahwa La Ode Muna terbang ke Ternate. La Ode Muna dianggap sebagai seorang
yang memiliki ilmu ataupun kemampuan. Jadi, rakyat Muna mengistimewakan La
Ode Muna karena ia manusia yang berkah karena disamping memiliki kekurangan
ia juga mempunyai kelebihan yakni setiap yang ia ucapkan akan menjadi
kenyataan.
Ladhe Wuna
Dhamani wawono, te liwuntomu witeno wuna nando seghonu lambu dokonae kamali
be dhumaganie semie omputo nokonano Omputosangiano wuna, neano La Ode
Husaeni. Omputusangia nohakui Omputorimbi padamo nokawinie salamponano
fitufulu fitu taghumu. Sesegholeo, Omputosangia dowuleane be aru-aruhino
okafehumpuha maitu. Norato sewakutu karondoha, Omputosangia nongkora we
kamali kafewulehano tamaka Omputosangia minaho dokoana. Anoa nofikirie
namedahae sodokoanagho, no wule no fikiri tandano tano lodo rampano nobalamu
alo.Rato nomentae, Omputosangia nopoghawawo barita neneangkano welo kamali
nandomu mie mengkaratono maeghono we Arabu be patudhuno mefolilino agama
Islam. Neano saudagar itu Saidhi Raba. Omputosangia notudu ana buahino sobasi
Saidhi Raba rampano Saidhi Raba nodhagani nepandehauno. Pada itu niontagi
oraja welo kamali, ana buahino nosulimo ne kamali nadha sikalaha be Saidhi Raba
nosuli moisano. Omputosangia nomara rampano mina narumato Saidhi Raba. Ana
buahino itu nobisaragho rampano Saidhi Raba nanahumunda nokumala we lambuno
Omputosangia rampano Omputusangia nepiara o wewi, Saidhi Raba mina nokumala
rampano notimbula wewi ane welo agama Islam no haram.
Bemkaratohano Saidhi RabA, Omputosangia no relamo nofifelei wewino sumano
nopoghawa be Saidhi Raba. Notudu tora ana buahino namoghawagho Saidhi Raba.
4. Kapandano gholeo, noratomu Saidhi Raba we lambuno. Nofenagho noafa
Omputosangia noniati namena fikirino Saidhi Raba, pasino nopondeimo nokomohea
agama Islam se witeno wuna. Pakatandano, Omputosangia notudu Saidhi Raba sa
nabasa we totono lolono. Saidhi nobisara, Omputosangia nopindalo nokoana
rampano mie lambuno noghafa. Nobasamo doa Saidhi Raba nesalo nekakawasa
tamak minahu notarimae, Saidhi Raba nobasa doa ferapakumo maka notarimae.
Miendo lambuno Omputosangia no pangidamo be nobalamo taghino. Oputosangia
nopesuamo agama Islam rampano notumpu lalono nobalamo taghimo miendo
lambuno. Naho nasumuli nobisara Saidhi Raba ne Omputo, rohi welo kandungano
ituokasalo-salo nekakawasa rampano umuruno mieno lambuno notughamo.
Wambano Saidhi Raba dhadhi fikiri Omputosangia. Noratumu wakutuno
sokalentehano anano Omputo. Nokotughumu wambano Saidhi Raba. Anano nolente
sebera manusia sebera ghule dokonaemu neano Adhe wuna (La Ode Wuna).
Omputosangia nobela lalono nowora anano, ano notarimae rampano maeghonomu
wekakawasa. Sesegholeo, pedahae ane norato tamu maeghono we Bugis be
Minanggkabau, anano sadhia nefebunie welo guci rampano noambanu.
Ompulu lima taghu tewise, La Ode Wuna nobalamo. Notandamo dua nopogau be
kalambe welo kamali. Adh Wuna nopindalomu dua noguma semia robine,
nobisaramo ne Omputo tamaka Omputo nanamindalo ane Adhe Wuna noguma.
Sampe norato segholeo, Omputo nobutuemo so Adhe Wuna noghomoroemu
rampano noambanu. Omputo noghoroe Adhe Wuna we onggumora we pola, be
bakuluno
fatofulu
fatoghonu
ghunteli
be
fatofulu
fatoghulu
katupa.
Fatofulughami doghoroe we onggumora, La Ode Wuna nohoro telani be norende
badhano be nobisara inodi ahoromu telani. Sampe ampahiaitu, omieno liwu minamo
damendahane bahi nehamai Adhe Wuna, maka nando dua nobisarana nohoro we
Ternate. Meindo Wuna, dokonahae La Ode Wuna semie mandahauno kanandono.
Dhadi, miendo Wuna doghondofane Adhe Wuna rampano mie barakati, rampano
hamai nobesarane nokotughu.