1. Sa'id bin Zaid adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang pertama kali masuk Islam. Ia masuk Islam bersama istrinya sebelum Rasulullah memasuki Darul Arqam.
2. Ia dibesarkan oleh ayahnya, Zaid bin Amru, seorang penganut tauhid murni yang menolak berhala dan agama lain. Inilah yang membentuk akhlak dan pandangan hidup Sa'id.
3. Setelah mendengar dakwah Rasulullah, Sa'
Biografi Ali bin Abi Thalib mencakup kehidupan dan perjalanannya sebagai sahabat Nabi Muhammad yang paling awal memeluk Islam. Ia kemudian menjadi menantu Nabi dan khalifah keempat umat Islam menurut pandangan Sunni atau khalifah pertama menurut Syi'ah. Ali dibesarkan oleh Nabi dan belajar agama secara langsung darinya. Ia wafat dibunuh oleh kelompok Khawarij pada usia 63 tahun.
PPT sejarah islam masa Abu Bakar dan Umar Bin KhattabDewi_Sejarah
Dokumen tersebut membahas tentang masa kepemimpinan Abu Bakar dan Umar bin Khattab sebagai khalifah Islam setelah Nabi Muhammad. Isi utamanya adalah perjuangan Abu Bakar melawan pemberontakan setelah kewafatan Nabi, penaklukan wilayah baru oleh Umar, serta kontribusi besar kedua khalifah tersebut dalam memperluas dan memperkuat Islam.
Dokumen ini membahas latar belakang Perang Hunain antara kaum Muslimin melawan suku Hawazin dan Tsaqif. Perang terjadi setelah penaklukan Mekkah oleh Nabi Muhammad. Kaum Muslimin sebanyak 12.000 orang dipimpin Nabi meninggalkan Mekkah menuju lembah Hunain untuk menghadapi musuh yang bermarkas di sana dengan jumlah lebih besar. Perang dimenangkan kaum Muslimin setelah semangat mereka kembali berkat
Dakwah Nabi Muhammad SAW berhasil menyebarkan Islam ke seluruh dunia melalui upaya-upaya sabar dan ikhlasnya beserta para sahabat. Abu Bakar menjadi muslim pertama yang mendukung dakwahnya. Walaupun mengalami penolakan dari keluarga, Nabi tetap berdakwah dengan penuh kasih sayang.
Biografi Ali bin Abi Thalib mencakup kehidupan dan perjalanannya sebagai sahabat Nabi Muhammad yang paling awal memeluk Islam. Ia kemudian menjadi menantu Nabi dan khalifah keempat umat Islam menurut pandangan Sunni atau khalifah pertama menurut Syi'ah. Ali dibesarkan oleh Nabi dan belajar agama secara langsung darinya. Ia wafat dibunuh oleh kelompok Khawarij pada usia 63 tahun.
PPT sejarah islam masa Abu Bakar dan Umar Bin KhattabDewi_Sejarah
Dokumen tersebut membahas tentang masa kepemimpinan Abu Bakar dan Umar bin Khattab sebagai khalifah Islam setelah Nabi Muhammad. Isi utamanya adalah perjuangan Abu Bakar melawan pemberontakan setelah kewafatan Nabi, penaklukan wilayah baru oleh Umar, serta kontribusi besar kedua khalifah tersebut dalam memperluas dan memperkuat Islam.
Dokumen ini membahas latar belakang Perang Hunain antara kaum Muslimin melawan suku Hawazin dan Tsaqif. Perang terjadi setelah penaklukan Mekkah oleh Nabi Muhammad. Kaum Muslimin sebanyak 12.000 orang dipimpin Nabi meninggalkan Mekkah menuju lembah Hunain untuk menghadapi musuh yang bermarkas di sana dengan jumlah lebih besar. Perang dimenangkan kaum Muslimin setelah semangat mereka kembali berkat
Dakwah Nabi Muhammad SAW berhasil menyebarkan Islam ke seluruh dunia melalui upaya-upaya sabar dan ikhlasnya beserta para sahabat. Abu Bakar menjadi muslim pertama yang mendukung dakwahnya. Walaupun mengalami penolakan dari keluarga, Nabi tetap berdakwah dengan penuh kasih sayang.
Ali bin Abi Thalib adalah sepupu dan menantu Nabi Muhammad yang menjadi khalifah setelah kematian tiga khalifah sebelumnya. Ia lahir pada tahun 599 M dan wafat akibat pembunuhan pada tahun 661 M. Ali mendapat didikan langsung dari Nabi Muhammad dan ikut serta dalam semua perang kecuali perang Tabuk. Masa kekhalifahannya diwarnai oleh perang saudara melawan Muawiyah.
PPT UTSMAN BIN AFFAN-NUR INDAH MEISYA-2A.pptxindhMeisyaaa
Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga Islam setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Ia lahir dari keluarga kaya dan berpengaruh di Mekkah. Pada masa kekhalifahannya, Utsman membangun infrastruktur, memperluas wilayah Islam, dan membukukan Alquran. Namun, pemberian jabatan kepada kerabatnya menimbulkan pemberontakan yang mengakibatkan wafatnya.
Dokumen ini membahas perang Ahzab yang melibatkan Nabi Muhammad dan pasukannya melawan koalisi Quraisy dan suku-suku sekutunya yang berjumlah 10.000 orang. Pasukan Muslim hanya berjumlah 3.000 orang. Salman al-Farisi menyarankan untuk menggali parit sebagai benteng pertahanan. Pengepungan berlangsung selama 24 hari sebelum akhirnya pasukan Quraisy mundur akibat tipu muslihat dan bantuan angin kencang
Dokumen tersebut membahas tentang Ulul Azmi, yaitu para rasul yang memiliki kesabaran dan kekuatan hati yang tinggi. Termasuk dalam Ulul Azmi adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Dibahas pula sifat-sifat Ulul Azmi dan contoh kesabaran masing-masing nabi tersebut dalam menjalankan dakwahnya.
1. Menjelaskan sejarah hidup Nabi Muhammad SAW mulai dari kelahiran hingga menerima wahyu pertama.
2. Menguraikan misi Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia dan menjadikannya rahmatan lil 'alamin.
3. Memaparkan perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah hingga hijrah ke Madinah.
Sejarah singkat kehidupan nabi muhammadHelmon Chan
Nabi Muhammad SAW dipandang sebagai tokoh paling berpengaruh dalam sejarah karena berhasil menyebarkan agama Islam dan membangun peradaban umat Islam yang maju, dengan menjadikan bangsa Arab yang awalnya terbelakang menjadi kekuatan besar. Pengaruhnya yang luas terus dirasakan hingga kini melalui penyebutan namanya setiap menit dan pengikutnya yang mencapai lebih dari satu milyar orang.
Perpindahan Ibu Kota Dinasti Abbasiyah Dari Kuffah Ke Baghdad.Hikmah Didirikannya Dinasti Abbasiyah.Perjalanan Hidup Abul Abbas As-Saffah
itu yang dirangkum dalam ppt ini supaya bisa lbih spesifik lagi untuk memahaminya.
Saidatina Khadijah memberikan sumbangan besar kepada Islam pada zaman awal. Beliau membantu orang miskin dan janda, menyokong suaminya Nabi Muhammad, dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Walaupun menghadapi kesulitan, beliau terus berjuang untuk agama dengan menggunakan hartanya. Khadijah merupakan isteri yang setia kepada Nabi sehingga ajal menjemputnya.
Hijrah ke Habasyah merupakan hijrah pertama umat Islam untuk melarikan diri dari penindasan Quraisy. Nabi Muhammad menyarankan umatnya untuk hijrah ke Habasyah karena negara itu memiliki raja yang adil dan umat Islam akan aman dari ancaman. Sejumlah sahabat hijrah ke sana untuk menyebarkan agama Islam dan mendapat perlakuan baik dari raja Habasyah. Hijrah ini menjadi awal penyebaran agama Islam ke luar Jazira
Makalah ini membahas tentang sejarah peradaban Islam pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Ia menghadapi berbagai pemberontakan selama masa kepemimpinannya akibat kebijakannya memecat gubernur-gubernur yang diangkat Khalifah Usman sebelumnya dan menunda pengusutan pembunuhan Khalifah Usman. Pemberontakan utama datang dari Muawiyah bin Abu S
Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad yang setia mendampingi beliau sepanjang hidup. Beliau adalah wanita pertama yang memeluk Islam dan memberikan dukungan penuh kepada Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama baru ini.
Ali bin Abi Thalib adalah sepupu dan menantu Nabi Muhammad yang menjadi khalifah setelah kematian tiga khalifah sebelumnya. Ia lahir pada tahun 599 M dan wafat akibat pembunuhan pada tahun 661 M. Ali mendapat didikan langsung dari Nabi Muhammad dan ikut serta dalam semua perang kecuali perang Tabuk. Masa kekhalifahannya diwarnai oleh perang saudara melawan Muawiyah.
PPT UTSMAN BIN AFFAN-NUR INDAH MEISYA-2A.pptxindhMeisyaaa
Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga Islam setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Ia lahir dari keluarga kaya dan berpengaruh di Mekkah. Pada masa kekhalifahannya, Utsman membangun infrastruktur, memperluas wilayah Islam, dan membukukan Alquran. Namun, pemberian jabatan kepada kerabatnya menimbulkan pemberontakan yang mengakibatkan wafatnya.
Dokumen ini membahas perang Ahzab yang melibatkan Nabi Muhammad dan pasukannya melawan koalisi Quraisy dan suku-suku sekutunya yang berjumlah 10.000 orang. Pasukan Muslim hanya berjumlah 3.000 orang. Salman al-Farisi menyarankan untuk menggali parit sebagai benteng pertahanan. Pengepungan berlangsung selama 24 hari sebelum akhirnya pasukan Quraisy mundur akibat tipu muslihat dan bantuan angin kencang
Dokumen tersebut membahas tentang Ulul Azmi, yaitu para rasul yang memiliki kesabaran dan kekuatan hati yang tinggi. Termasuk dalam Ulul Azmi adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Dibahas pula sifat-sifat Ulul Azmi dan contoh kesabaran masing-masing nabi tersebut dalam menjalankan dakwahnya.
1. Menjelaskan sejarah hidup Nabi Muhammad SAW mulai dari kelahiran hingga menerima wahyu pertama.
2. Menguraikan misi Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia dan menjadikannya rahmatan lil 'alamin.
3. Memaparkan perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah hingga hijrah ke Madinah.
Sejarah singkat kehidupan nabi muhammadHelmon Chan
Nabi Muhammad SAW dipandang sebagai tokoh paling berpengaruh dalam sejarah karena berhasil menyebarkan agama Islam dan membangun peradaban umat Islam yang maju, dengan menjadikan bangsa Arab yang awalnya terbelakang menjadi kekuatan besar. Pengaruhnya yang luas terus dirasakan hingga kini melalui penyebutan namanya setiap menit dan pengikutnya yang mencapai lebih dari satu milyar orang.
Perpindahan Ibu Kota Dinasti Abbasiyah Dari Kuffah Ke Baghdad.Hikmah Didirikannya Dinasti Abbasiyah.Perjalanan Hidup Abul Abbas As-Saffah
itu yang dirangkum dalam ppt ini supaya bisa lbih spesifik lagi untuk memahaminya.
Saidatina Khadijah memberikan sumbangan besar kepada Islam pada zaman awal. Beliau membantu orang miskin dan janda, menyokong suaminya Nabi Muhammad, dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Walaupun menghadapi kesulitan, beliau terus berjuang untuk agama dengan menggunakan hartanya. Khadijah merupakan isteri yang setia kepada Nabi sehingga ajal menjemputnya.
Hijrah ke Habasyah merupakan hijrah pertama umat Islam untuk melarikan diri dari penindasan Quraisy. Nabi Muhammad menyarankan umatnya untuk hijrah ke Habasyah karena negara itu memiliki raja yang adil dan umat Islam akan aman dari ancaman. Sejumlah sahabat hijrah ke sana untuk menyebarkan agama Islam dan mendapat perlakuan baik dari raja Habasyah. Hijrah ini menjadi awal penyebaran agama Islam ke luar Jazira
Makalah ini membahas tentang sejarah peradaban Islam pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Ia menghadapi berbagai pemberontakan selama masa kepemimpinannya akibat kebijakannya memecat gubernur-gubernur yang diangkat Khalifah Usman sebelumnya dan menunda pengusutan pembunuhan Khalifah Usman. Pemberontakan utama datang dari Muawiyah bin Abu S
Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad yang setia mendampingi beliau sepanjang hidup. Beliau adalah wanita pertama yang memeluk Islam dan memberikan dukungan penuh kepada Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama baru ini.
1) Dokumen tersebut merangkum profil singkat Rasulullah SAW mulai dari nama lengkap, keturunan, kelahiran, keluarga, gelaran, pekerjaan, perkahwinan, isteri-isteri, kenabian, hijrah, penaklukan Makkah, haji terakhir dan wafatnya.
Dokumen tersebut membahas tentang kisah Nabi Muhammad SAW mulai dari kelahiran, masa dakwah di Mekkah dan Madinah, serta wafatnya. Dakwah Nabi SAW di Mekkah awalnya secara diam-diam selama 3 tahun sebelum dilanjutkan secara terbuka. Setelah itu beliau hijrah ke Madinah untuk mendirikan negara Islam.
Nabi Muhammad SAW lahir di Mekkah pada tahun 571 M. Setelah menerima wahyu pertama pada usia 40 tahun, beliau menjadi rasul Allah untuk menyampaikan ajaran Islam. Orang pertama yang masuk Islam adalah istrinya Khadijah dan Ali bin Abi Thalib. Walaupun mendapat tentangan, Nabi terus berdakwah selama 13 tahun di Mekkah hingga Islam menjadi agama pilihan warga Jazirah Arab.
Mush'ab bin 'Umair adalah seorang pemuda kaya di Mekkah yang menyambut dakwah Islam. Ia mengalami berbagai siksaan dari keluarga karena memeluk Islam, namun tetap teguh dalam imannya. Kemudian Nabi Muhammad mengutusnya ke Madinah untuk mendakwahkan Islam, yang berhasil menyebabkan sebagian besar penduduk Madinah memeluk agama Islam. Peranannya yang ulung dalam mendakwahkan Islam di Madin
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Ilmu fiqih adalah bidang ilmu syariat Islam yang membahas hukum-hukum kehidupan manusia. Terdiri dari beberapa cabang seperti ibadah, keluarga, muamalat, dan hukum negara. Berkembang empat mazhab utama yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali yang didirikan oleh para ulama terkemuka.
Tarikh Tasyri Zaman Rasulullah Hingga MuqollidunIzzatul Ulya
1. Dokumen tersebut membahas tentang kondisi sosial, budaya, dan hukum masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam serta pendirian dan pembentukan hukum Islam pada masa Rasulullah.
2. Masyarakat Arab pra-Islam memiliki berbagai kebiasaan buruk seperti minum khamar, berjudi, zina, dan kekejaman. Mereka juga tidak memiliki sistem hukum dan politik yang teratur.
3. Rasulullah lahir pada tah
Dokumen tersebut membahas tentang penyebaran Islam di Papua oleh Ustadz Fadzlan Garamatan yang dikenal dengan julukan "Ustadz Sabun". Ia mengajarkan kebersihan dengan membawa sabun ke pedalaman Papua dan berhasil menarik minat masyarakat setempat untuk memeluk agama Islam.
1. Sa’id Bin Zaid
Oleh: Haikal Haqiqi
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
Email: Haqiqihaikal@yahoo.com
A. PENDAHULUAN
Sa’id bin Zaid al Adawy merupkan salah seorang sahabat Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang masuk agam Islam angkatan pertama atau
paling awalmemeluk Islam. Ia memeluk Islam bersama istrinya, Fathimah binti Khattab, adik
dari Umar bin Khattab. Sejak masa remajanya di masa jahiliyah, ia tidak pernah mengikuti
perbuatan-perbuatan yang umumnya dilakukan oleh kaum Quraisy, seperti menyembah
berhala, bermain judi, minum minuman keras,main wanita dan perbuatan nista lainnya. Sikap
dan pandangan hidupnyaini ternyata diwarisi dari ayahnya, Zaid bin Amru bin Naufal.
Sejak lama Zaid bin Amru telah meyakini kebenaran agama Ibrahim, tetapi tidak
mengikuti Agama Yahudi dan Nasraniyang menurutnya telah jauh menyimpang dari agama
Ibrahim. Ia tidak segan mencela cara-cara peribadatan dan perbuatan jahiliyah dari kaum
Quraisy tanpa rasa takut sedikitpun.
B. PEMBAHASAN
1. Biografi Sa’id bin Zaid
Sa’id bin Zaid bin Amru bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth
bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin
Kinanah Al-Qurasyi Al-Adawi Al-Makki Al-Madani.
Nasabnya bertemu dengan nasabRasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada Ka’ab
bin Lu’ay, dia berasal dari Bani Adi, kerabat dari Umar bin Khaththab, dan nasab mereka
bertemu pada Nufail. Jadi Umar adalah anak dari paman ayahnya.
Di masa jahiliyah, keluar Sa’id (Bani Adi) adalah kabilah yang paling sedikit
jumlahnya disbanding kabilah-kabilah lain yang terdapat di Quraisy. Mereka tidak
mendapatkan jabatan yang penting pada masa jahiliyah, terutama yang berkenaan dengan
Ka’bah dan Baitul Haram. Tapi mereka diberikan tanggung jawab sebagai delegasi dan
negosiator antara Quraisy dengan siapa saja yang berselisih dan menggugat mereka dari
kabilah-kabilah arab lainnya. Suatu hal yang menunjukkan ketegaran dan ketabahan mereka.
2. Sa’id dijuluki Abu Al-A’war.Namun dari sekian banyak anaknya,tidak diketahui ada
yang bernama tersebut (Al-A’war). Dia berperawakan tinggi besar dan memiliki banyak bulu
ditubuhnya, dalam hal ini ia menyerupai Umar.
2. Masa Kecilnya
Kebijaksanaan takdir telah menyiapkan kebahagiaan bagi remaja ini sejak menghirup
udara pertamanya hingga hari terakhirnya di dunia. Dan pena sejarah pun telah mencatat
banyak faktor yang membuatnya mampu meraih kebahagiaan tersebut, dan tetap menjaganya
dalam perjalanan waktu dari segala hal yang mengancamnya
Benih-benih kebahagiaan telah mulai disemai ketika ayahnya memberinya nama
Sa’id (Kebahagiaan), dan setiap manusia mempunyai keberuntungannya masing-masing
dengan namanya. Dansejarahpun telah menyimpan banyak peristiwa dan perbuatannyaa yang
menjamin kebahagiaannyaa di dunia dan akhirat.
Kemudian diikuti dengan didikan, bimbingan, dan asuhan dari ayahnya, seorang laki-
laki shalih yang cerdas dan bijaksana, yaitu Zaid bin Amru bin Nufail. Seorang laki-laki yang
hidup di tengah keluarganya Bani Adi, dan di tengah kabilah besarnya yaitu Quraisy yang
berada dalam kesyirikan dan penyembahan berhala serta kondisi masyarakat jahiliyah yang
kufur. Namun demikian, ia bagaikan potret tersendiri yang terpisah dari masyarakat tersebut,
ia bukanlah gambaran dari mereka. Secara terang-terangan ia memperlihatkan perbedaannya
dengan masyarakatnya, menjauh dari mereka, dan menghindari penyembahan tuhan-tuhan
mereka maupun para leluhur. Dia menolak untuk mengundi nasib dengan anak panah
sebagaimana kebiasaankaumnya, ataupun memberikan hewan kurban untuk berhala-hala. Dia
seringkali menyelamatkan hidup anak-anak perempuan yang akan dibunuh orang tua mereka
dengan cara di kubur hidup-hidup. Ia mengambil anak-anak itu dari orang tua yang akan
membunuh mereka, kemudian mengasuh dan mendidiknya. Dia pernah ditawarkan untuk
memeluk agama nasrani, namun ia menolaknya. Begitupula dengan agama yahudi. Dia tetap
berpegang kepada agama Ibrahim Alaihissalam, dan menjalankan apa-apa yang masih tersisa
dari ajaran suci Ibrahim Alaihissalam yang pertama. Ia sering mendatangi Ka’bah,dan sangat
menunggu kedatangan seorang Nabi dari keturunan Isma’il Alaihissalam, yaitu
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam. Namun sayangnya ia tidak pernah menjumpai beliau,
karena ia wafat lima tahun sebelum beliau diutus menjadi Nabi.
Dalam pengawasan dan asuhan laki-laki cerdas yang merupakan seorang penganut
tauhid murni inilah Sa’id bin Zaid menjalani hari-hari pertamanya di dunia. Dan dari
kemurnian inilah ia mereguk minuman pertamanya, dan dalam arahan dan pola fikir ini ia
tumbuh. Kemudian, dengan mengikuti pola dan jalan yang lurus tersebut ia pun sampai pada
tujuannya.
Akhlak yang baik, akal yang cemerlang, dan fikiran yang sehat, serta kemampuan
analisa yang tajam, diwariskan kepada keturunan. Dan gen-gen tersebut diwarisi sebagaimana
mereka mewarisi ciri-ciri fisik dari orang tua mereka. Maka Sa’id pun mewarisi akhlak
ayahnya, berjalan mengikuti jalan yang pernah ditempuhnya, dan mengikuti jejak langkahnya.
Yang kemudian menerangi jalannya, dan meneguhkan langkahnya dalam meniti jalan yang
lurus.
3. 3. Masuk Islam
Begitu fajar risalah mulai terbit, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
Sallam menyampaikan dakwahnya, dan Sa’id mendengar tentangnya, ia segera mendatangi
Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam dan menyatakan keislamannya di hadapan beliau. Dengan
demikian ia turut bergabung dalam kafilah pertama yang mengemban dakwah dan menyeru
kepada kebenaran dan kebaikan.
Ibnu Sa’admeriwayatkan dari Yazid bin Ruman, ia berkata,“Sa’id bin Zaid bin Amru
bin Nufail masuk Islam sebelum Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam memasuki Darul
Arqam dan berdakwah di sana.”
Al-Imam Muhammad bin Ishaq menuturkan nama-nama mereka yang pertama kali
masuk Islam, dan menyebutkan nama Khadijah, Ali bin Abu Thalib, Zaid bin Haritsah, dan
Abu Bakar. Dan mereka yang masuk Islam melalui Abu Bakar : Utsman, Zubair, Ibnu Auf,
Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Kemudian ia berkat, “Lalu masuk Islam pula Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Abu
Salamah bin Abdul Asad,Al-Arqam, Utsman, Qudamah, dan Abdullah putra-putra Mazh’un,
Ubaidah bin Al-Harits, Sa’id bin Zaid, dan istrinya Fathimah binti Al-Khaththab saudari dari
Umar, Asma binti Abu Bakar, dan Khabbab bin Al-Arat.” Keislaman Sa’id merupakan
keislaman yang didasari oleh pendidikan yang baik, akal yang cemerlang, dan hati yang
terang.
Adapun pendidikan adalah ia tumbuh dalam asuhan Zaid bin Amru bin Nufail,
seorang laki-laki bijaksana yang mengikuti agama Ibrahim yang lurus, meninggalkan berhala-
berhala Quraisy, dan menolak agama nasrani dan yahudi yang telah diselewengkan. Seorang
laki-laki yang setia menunggu kedatangan seorang Nabi yang telah dekat masanya, namun
keinginannya tersebut terhalang oleh kematian yang menjemputnya. Adapun Sa’id, ia segera
memenuhi keinginannya dan mewujudkan cita-citanya. Ia pun meniti jalannya dan mengikuti
agama yang murni dari kotornya kesyirikan dan animism. Agama yang mengobati kerinduan
manusia, menghormati akalnya, menghargai kehormatan manusia, dan menyucikan
kemanusiaan itu sendiri.
Adapun akal yang cemerlang adalah karena ia telah mengetahui dan menyaksikan
sendiri kemuliaan akhlak Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallamm, juga keindahan
pekertinya dan kedudukannya yang terhormat di kaumnya. Kemudian ia menggunakan
kecerdasannya untuk menganalisa dakwah dan pokok-pokok ajaran beliau, lalu
membandingkannya dengan apa yang telah dicari dan ditunggu-tunggu ayahnya sejak lama,
dan ia pun menemukan kebenaran di sana. Sedikitpun ia tidak merasakan kerancuan dari apa
yang diserukan oleh Nabi yang mulia tersebut dengan fenomena yang ada di masyarakat
Quraisy saat itu.
Sa’id kemudian mengkumulasikan itu semua dengan apa yang dilihatnya, bahwa
rombongan yang pertama-tama menyambut Islam adalah tokoh-tokoh seperti Abu Bakar,
Thalhah, Zubair, Sa’ad, Abu Ubaidah, dan Ibnu Auf.
Maka ia pun tidak ragu lagi untuk menyambut dan mengulurkan tangan kanannya
memegang tangan kanan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam, berserah diri kepada
agamanya, menyatakan keimanan kepada risalahnya, dan turut membela dakwahnya.
Sedangkan hati yang terang yaitu ketenangan hati yang ia dapatkan di dalam Islam
yang berdiri di atas sikap mentauhidkan Dzat Yang Maha Tinggi. Juga apa yang ia rasakan
dalam jiwanya, yang menuntaskan dahaga kerinduannya, disbanding dengan tuhan-tuhan
4. yang terbuat dari batu dan tanah! “Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki
(hamba sahaya) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan,
dan seorang hamba sahaya yang menjadi milik penuh dari seorang (saja). Adakah kedua
hamba sahaya itu sama keadaannya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui (QS. Az-Zumar [39]:29].
Kemudian bergabung dengan mereka Khabbab bin Al-Arat yang mengajarkan mereka
Al-Qur’an di rumah mereka.Mereka semua menyembunyikan keislaman mereka karena takut
akan kekerasan sikap Bani Adi, khususnya Umar yang masih berada dalam kesyirikan.
Keislaman Sa’id merupakan baris pertama dari catatankebahagiaannya.Sebuah kunci
dari banyak kemuliaan yang akan ditorehkannya dalam kitab kehidupannya, hingga nanti ia
meninggalkan dunia ini dengan membawa kabar gembira dari Nabi tentang kehidupan yang
abadi di surga yang penuh nikmat.
4. Perjalanan hidup
Sa’id masuk Islam sejak awal kemunculan dakwah, dan bergabung dengan para
pahlawan pengusung panji dakwah yang pertama. Dia sangat menyadari akan beban berat
yang diembannya dengan pilihan yang berani tersebut. Dia juga mengetahui ancaman siksaan
beratyang telah menunggunya, dan menunggu orang-orang sepertinya yang mengikuti cahaya
baru yang muncul di Mekah, tepati di tengah kelamnya kemusyrikan dan kekufuran. Juga
terbayang di matanya siksaan kaum nya dari Bani Adi, dan yang terdepan dari mereka adalah
Umar bin Khaththab yang terkenal dengan kekerasan dan kebengisannya.
Namun ia tidak peduli dengan itu semua, ia menguatkan dirinya untuk menanggung
kesusahan, dan sabar dalam menghadapi berbagai penderitaan yang akan menimpa para
pengemban dakwah yang berjiwa besar. Ia juga mengokohkan tekadnya, dan keislaman
istrinya Fathimah bin Khaththab, adik dari Umar bin Khaththab semakin menguatkannya.
Maka ia pun berjanji untuk tetap berada di jalan dakwah, siap mengorbankan apa saja, karena
harga yang akan diperolehnya jauh lebih mahal dari apapun juga.
Sa’id adalah seorang yang berpendirian teguh, berperilaku mulia, sangat wara’,amat
menjauhi hal-hal yang berbau syubhat, apalagi yang haram. Dia telah menyimak petunjuk dan
perjalanan hidup Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam, mendengar langsung hadits-hadits beliau,
dan berakhlak dengan akhlak beliau
Ia pernah bersandar di dinding Ka’bah ketika kaum Quraisy sedang melakukan ritual-
ritual penyembahannya sambil berkata,”Wahai kaum Quraisy, apakah tidak ada di antara
kalian yang menganut agama Ibrahim selain aku?”.
Zaid bin Amru juga sangat aktif menentang kebiasaan kaum Quraisy mengubur
hidup-hidup anak-anak perempuannya,karena dianggap sebagai aib, seperti yang dilakukan
Umarbin Khattab di masa jahiliyahnya. Ia selalu menawarkandiri untuk mengasuh anak-anak
perempuan itu. Ia juga selalu menolah memakan daging yang disembelih tidak disebutkan
nama Allah saat penyembelihannya.
Seakan-akan ia memperoleh ilham, Ia pernah berkata kepada sahabat dan
kerabatnya,”Aku sedang menunggu seorang Nabi dari keturunan Ismail, hanya saja rasanya
aku tidak akan sempat melihatnya, tetapi aku beriman kepadanya dan meyakini
keberadaannya!!”
5. Zaid bin Amru sempat bertemu dan bergaul dengan Nabi Muhammad SAW sebelum
beliau dikukuhkan sebagai Nabi dan Rasul, sosok pemuda ini (yakni, Nabi Muhammad
SAW)sangat mengagumkan bagi dirinya, di samping akhlaknya yang mulia, pemuda ini juga
mempunyai pandangan yang sama dengan dirinya tentang kebiasaan dan ritual jahiliyah kaum
Quraisy. tetapi Zaid meninggal ketika Kaum Quraisy sedang memperbaiki Ka’bah, yakni
ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berusia 35 tahun.
Dengan didikan seperti itulah Sa’id bin Zain tumbuh dewasa,maka tak heran ketika
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan risalahnya, ia dan istrinya langsung
menyambut seruan beliau. Tak ada ketakutan dan kekhawatiran walau saat itu kaum Quraisy
melancarkan siksaan yang tak terperikan kepada para pemeluk Islam, termasuk Umar bin
Khattab, kakak iparnya sendiri yang merupakan jagoan duel di pasar Ukadz. Hanya saja ia
masih menyembunyikan keislamannya dan istrinya. Sampai Suatu ketika Umar yang
bertemperamen keras itu mengetahuinya juga.
Ketika itu Sa’id dan istrinya sedang mendapatkan pengajaran alQuran dari sahabat
Khabbab bin Arats,tiba-tiba terdengar gedoran di pintu rumahnya. Ketika ditanya siapa yang
mengetuk pintu seperti itu, terdengar jawaban yang garang,”UMAR!”
Suasana khusyuk dalam pengajaran AlQuran seketika menjadi kacau.Khabbabsegera
bersembunyi sambil terus berdoa memohon pertolongan Allah untuk mereka. Sa’id dan
istrinya menuju pintu sambil menyembunyikan mushaf di balik bajunya. Bagitu pintu dibuka,
Umarmelontarkan pernyataankerasdengan sorot mata yang menakutkan,”Benarkan apa yang
kudengar, kalau kalian telah murtad!”
Sebenarnya Sa’id melihat bahaya yang tampak dari sorot mata Umar. Tetapi
keimanan yang telah merasuk seolah memberikan tambahan kekuatan yang terkira. Bukannya
menolak tuduhan, ia justru berkata,”Wahai Umar, Bagaimana pendapat Anda jika kebenaran
itu ternyata berada di pihak mereka?”mendengar jawaban itu, Umar langsung menerkam
Sa’id, memutar kepalanya kemudian membantingnya ke tanah, setelah itu Umar menduduki
Sa’id. Fathimah mendekat untuk membela suaminya yang terlihat kesakitan, tetapi ia
mendapat tinju keras Umar di wajahnya sehingga terjatuh dan darah mengalir di bibirnya.
Keadaan Sa’id sangat kritis, ia bukan lawan duel sebanding dengan Umar, ia hanya pasrah
jika Umar akan menghabisinya. tetapi tiba-tiba terdengar pekikan istrinya Fathimah. Bukan
ketakutan, tetapi pekikan perlawanan dan permusuhan dengan penuh keberanian,”Hai musuh
Allah, kamu berani memukul saya karena berimn kepada Allah..! Hai Umar, berbuatlah
semaumu, karena saya akan tetapi bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa
Muhammad adalah Rasulullah…!”
Umar tersentak bagai disengat listrik, pekikan itu seakan menembus ulu hatinya,
terkejut dan heran. Umar bin Khattab seakan tidak percaya waniat yang tidak lain adalah
adiknya sendiri berani menentangnya. Tetapi justru dari keheranan dan ketidakpercayaannya
ini, amarah menjadi reda, dan kemudian menjadi titik balik ia memperoleh hidayah dan
akhirnya memeluk Islam.
Sa’id bin Zaid merupakan sosok yang banyak menghabiskan waktunya untuk
beribadah, seorang alim yang sangat zuhud. Hampir tidak pernah tertinggal dalam berbagai
pertempuran dalam menegakkan panji-panji keimanan. Ia tidak mengikuti perang Badar,
karena saat itu ia ditugaskan NabiSAW untuk tugas mata-mata ke Syam bersama Thalhah bin
Ubaidillah. Tetapi beliau menetapkannya sebagai Ahlul Badr dan memberikan bagian
ghanimah dari perang Badar,walau secara fisik tidak terjun dalam pertempuran tersebut. Ada
tujuh sahabat lainnya seperti Sa’id, tidak mengikuti perang Badar, tetapi Nabi SAW
menetapkannya sebagai Ahlul Badr.
6. Sa’id juga termasuk dalam kelompok sepuluh sahabat yang dijamin oleh Nabi SAW
akan masuk surga dalam masa hidupnya. Sembilan sahabat lainnya adalah, empat sahabat
Khulafaur Rasyidin, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqash, Zubair bin Awwam,
Thalhah bin Ubaidillah dan Abu Ubaidah bi Jarrah R.Hum.
Sa’id sempat mengalami masa kejayaan Islam, di mana wilayah makin meluas dan
makin banyak lowongan jabatan. Sesungguhnyalah ia pantas memangku salah satu dari
jabatan-jabatan tersebut, tetapi ia memilih untuk menghindarinya. Bahkan dalam banyak
pertempuran yang diterjuninya, ia lebih memilih menjadi prajurit biasa. Dalam suatu pasukan
besar yang dipimpin oleh Sa’d bin Abi Waqqash, setelah menaklukan Damaskus, Sa’d
menetapkan dirinya sebagai wali negeri/gubernur di sana. Tetapi Sa’id bin Zaid meminta
dengan sangat kepada komandannya itu untuk memilih orang lain memegang jabatan tersebut,
dan mengijinkannya untuk menjadi prajurit biasa di bawah kepemimpinannya. Ia ingin terus
berjuang menegakkan kalimat Allah dan panji-panji kebenaran,suatu keadaan yang tidak bisa
dilakukannyan jika ia memegang jabatan wali negeri.
Seperti halnya jabatan yang dihindarinya, begitu juga dengan harta dan kemewahan
dunia. Tetapi sejak masa khalifah Umar, harta kekayaan datang melimpah-ruah memenuhi
Baitul Mal (Perbendaharaan Islam), sehingga mau tidak mau, sahabat-sahabat masa awal
sepertiSa’id bin Zaid akan memperoleh bagian juga. Bahkan khalifah Umarmemberikan jatah
(bagian) lebih banyak daripada bagian sahabat yang memeluk Islam belakangan, yaitu setelah
terjadinya Fathul Makkah. Namun, setiap kali ia memperoleh pembagian harta atau uang,
segera saja ia menyedekahkannya lagi, kecuali sekedarnya saja.
Namun dengan cara hidupnya yang zuhud itu, masih juga ada orang yang memfitnah
dirinya bersikap duniawiah. Peristiwa itu terjadi pada masa pemerintahan Muawiyah, ketika
ia telah menghabiskan sisa hidupnya hanya untuk beribadah di Madinah. Seorang wanita
bernama Arwa binti Aus menuduh Sa’id telah merampas tanah miliknya. Pada mulanya Sa’id
tidak mau terlalu perduli ataumelayani tuduhan tersebut,ia hanya membantah sekedarnya dan
menasehati wanita itu untuk tidak membuat kedustaan. Tetapi wanita itu tetap saja dengan
tuduhannya, bahkan ia melaporkan kepada gubernur Madinah.
Marwan bin Hakam, gubernur Madinah yang masih paman dari Muawiyah, atas
laporan Arwa bin Aus itu memanggil Sa’id untuk mempertanggung-jawabkan tindakannya.
Setelah menghadap, Sa’id membantah tuduhan itu, ia berkata, “Apakah mungkin aku
mendzalimi wanita ini (yakni merampas tanahnya), sedangkan aku mendengar sendiri
Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang mendzalimi seseorangdengan sejengkal tanah,
maka Allah akan melilitnya dengan tujuh lingkaran bumi pada hari kiamat kelak!!”
Sa’id memang meriwayatkan beberapa hadits Nabi SAW, termasuk hadits yang
dijadikan hujjahnya itu. Ada hadits senada lainnya yang juga diriwayatkannya, yakni : Barang
siapa yang berbuat dzalim terhadap sejengkal tanah, maka akan dikalungkan kepadanya tujuh
lapis bumi, dan barang siapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia mati syahid.
Kemudian Sa’id berbalik menghadap kiblat dan berdoa, “Ya Allah, apabila dia
(wanita itu) sengaja membuat-buat kebohongan ini, janganlah engkau mematikan dirinya
kecuali setelah ia menjadi buta, dan hendaklah Engkau jadikan sumurnya sebagaikuburannya.
Beberapa waktu kemudian Arwa binti Aus menjadi buta, dan dalam keadaan seperti
itu ia terjatuh ke dalam sumur miliknya sendiri dan mati di dalamnya. Sebenarnya saat itu
Sa’id berdoa tidak terlalu keras,tetapi beberapa orang sempat mendengarnya. Mereka segera
saja mengetahui kalau Sa’id bin Zaid dalam kebenaran, dan doanya makbul. Namanya dan
kebaikannya jadi semakin dikenal, dan ia banyak didatangi orang untuk minta didoakan.
7. Seperti halnya jabatan dan harta kekayaan, ke-terkenal-an (popularitas) juga tidak
disukai oleh Sa’id bin Zaid ini. Walaupun ia sebagai sahabat as sabiqunal awwalin, selalu
berjuang dan berjihad di jalan Allah setiap kali ada kesempatan, dan menghabiskan waktu
dengan ibadah ketika sedang ‘menggantungkan pedang’, bahkan telah dijamin masuk surga
oleh Rasulullah SAW ketika masih hidup bersama (hanya) sembilan sahabat lainnya, tetapi ia
tidak terlalu menonjol dan terkenal dibanding sahabat-sahabat lainnya yang memeluk Islam
belakangan, seperti misalnya Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Salman al Farisi dan lain-
lainnya. Hal ini terjadi karena ia memang lebih suka ‘menyembunyikan diri’, lebih asyik
menyendiri dalam ibadah bersama Allah, walau secara lahiriah ia berada di antara banyak
sahabat lainnya.
Setelah peristiwa dengan Arwa bin Aus dan banyak orang yang mendatangi dirinya,
Sa’id merasa tidak nyaman. Apalagi kehidupan kaum muslimin saat itu, walau tinggal di
Madinah, tetapi makin banyak saja yang ‘mengagung-agungkan’ kemewahan dunia. Jejak
kehidupan Nabi SAW dan para sahabat masa awal, baik dari kalangan Muhajirin ataupun
Anshar,yang selalu sederhana dan zuhud terhadap dunia sedikit demi sedikit mulai memudar.
Karena itu Sa’id pindah ke daerah pedalaman, yakni di Aqiq,
3.Masa-masa akhir hidup Sa’id Bin Zaid Radhiallahu ‘Anhu
Pada masa Dinasti Bani Umayyah, Sa’id bin Zaid menangisi shahabat-shahabat Islam
yang telah meninggal sebelumnya. Tinggalah dia seorang diri menyaksikan terjadinya fitnah
(kerusuhan) dan menyaksikan bagaimana kehidupan dunia dengan segala macam
perhiasannya telah masuk ke dalam hati kaum muslimin, maka Sa’id pun lebih memilih untuk
kembali ke Madinah dan tinggal disana. Pada waktu itu yang menjadi gubernur di Madinah
adalah Marwan bin Hakam bin ‘Ash.
Saat itu seorang wanita yang bernama Arwa binti Uwais keluar, lalu dia berkata,
“Sesungguhnya Sa’id telah mencuri tanahku dan telah memasukkannya ke bagian
tanahnya.” Sungguh perkataan itu sangat menyakitkan hati Sa’id bin Zaid, shahabat
Rasulullah dan salah satu dari sepuluh orang yang mendapat kabar gembira berupa surga.
Karenanya, Sa’id pun berkata, “Ya Allah, jika dia berbohong, maka hilangkanlah
penglihatannya dan bunuhlah ia di tanahnya sendiri.”
Seketika itu pula hujan turun dari langit sampai diperbatasan tanah yang menurut
wanita itu Sa’id telah melampaui batas tersebut. Seketika mata wanita itupun menjadi buta
dan hanya selang beberapa hari, wanita itu terjatuh dalam sebuahlubang yang berada di tanah
miliknya hingga dia meninggal dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan doa
Sa’id bin Zaid yang terzhalimi dan telah dituduh sebagai seorang pembohong dan pendusta.
Pada suatu pagi penduduk Madinah dikagetkan oleh suara seorang pelayat yang
menangisi kepergian Sa’id bin Zaid radhiallahu ‘anhu. Peristiws itu terjadi pada masa
kekhalifahan Muawiyah bin Abi Sufyan, tepatny a pada tahun ke-50 Hijriyah. Dia di
kuburkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu dan ‘Abdullah bin
‘Umar radhiallahu ‘anhu. Salam sejahtera baginya.
8. 5. Perilaku yang dapat dijadikan teladani dari Said bin Zaid
A. Sejak Sa’id bin Zaid ini masih remaja, ia tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang
biasa dilakukan oleh orang-orang Quraisy, seperti menyembah berhala, meminum minuman
keras,bermain judi, bermain wanita atau perbuatan maksiat yang lain.Ternyata sikap dan
pandangan dari Sa’id ini diwarisi dari sang ayah, yaitu Zaid bin Amru bin Naufal.
B. Zaid bin Amru ini merupakan orang yang menyakini agama Ibrahim, tetapi tidak
mengikuti agama Yahudi dan Nasraniyang dianggapnya sudah menyimpang jauh dari
agama yang dibawa Ibrahim.
C. Zaid juga menentang kebiasaan dari orang-orang Quraisy yang mengubur hidup-hidup
anak-anak perempauannya, karena dianggap sebagai sebuah aib.
D. Ia juga tidak mau makan daging yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. Zaid bin
Amru juga sempat bertemu dan beriteraksi dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
sebelum Rasululullah menjadi Nabi dan Rasul.
E. Sama sekali tidak sedikitpun keraguan dan ketakutan dari Sa’id dan istrinya, meskipun
pada saat itu ora-orang Quraisy akan memberikan siksaan kepada siapa saja yang memeluk
agama Islam, termasuk kakak iparnya sendiri yaitu Umar bin Khattab.
F. Tidak gila jabatan
G. Ia juga adalah seorang yang selalu mengikuti berbagai pertempuran untuk menegakkan
agama Islam. Hanya satu pertempuran saja yg tidak ia ikuti, yaitu perang Badar.
C.KESIMPULAN
SAID bin Zaid bin Amru bin Nufail Al Adawi atau sering juga disebut sebagaiAbul
A'waar,lahir di kota Makkah 22 tahun sebelum Hijrah. Beliau termasuk sepuluh orang yang
diberi kabar gembira akan masuk surga oleh Rasulullah. Beliau memeluk Islam di awal-awal
dakwah Rasulullah Saw di kota Makkah. Saat orang-orang banyak menentang seruan
Rasulullah dan rumah Arqam bin Abil Arqam belum ditetapkan sebagaimarkas dakwah yang
pertama, Said hadir dan mewarnai kehidupan Islam Makkah bersama istrinya, Fathimah.
Ketika Rasulullah SAW menyeru orang-orang untuk memeluk Islam, Sa’id bin Zaid
segera memenuhi panggilan beliau, menjadi pelopor orang-orang yang beriman kepada Allah
dan membenarkan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Tidak mengherankan kalau Sa’id
secepat itu menerima seruan Muhammad SAW. Ia lahir dan dibesarkan dalam rumah tangga
yang mencela dan mengingkari kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy yang
sesat. Sa’id dididik dalam kamar seorang ayah yang sepanjang hidupnya giat mencari agama
yang hak. Bahkan dia mati ketika sedang berlari kepayahan mengejar agama yang hak.
Ketika dia masuk Islam, umurnya belum lebih dari 20 tahun. Selain PerangBadar,dia
turut berperang bersama-sama Rasulullah dalam setiap peperangan. Ketika itu dia sedang
melaksanakan suatu tugas penting lainnya yang ditugaskan Rasulullah kepadanya. Dia turut
mengambil bagian bersama-sama kaum Muslimin mencabut singgasana Kisra Persia dan
menggulingkan Kekaisaran Romawi. Dalam setiap peperangan yang dihadapi kaum
Muslimin, dia selalu memperlihatkan penampilan dengan reputasi terpuji. Di antara
prestasinya yang paling menakjubkan ialah apa yang tercatat dalam Perang Yarmuk