SlideShare a Scribd company logo
FEBRUARI 2014/RABIUL AWWAL 1435 21
A
wal Desember
2013, Menteri
Kesehatan
Nafsiah Mboi
mengeluarkan
pernyataan, bahwa
hampir 90 persen
bahan baku produk
farmasi berasal dari
babi dan bahan-bahan
haram lainnya.
	Berbarengan
dengan itu, Lembaga
Pengkajian Pangan,
Obat-obatan, dan
Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia
(LPPOM MUI)
mendesak agar produk
farmasi harus segera
dilabelisasi halal.
Namun, Menteri
Kesehatan menolak
jika obat-obatan dan
vaksinasi diberi label
halal.
	 Sebenarnya bahan-
bahan haram apa saja
yang terkandung pada
obat-obatan? Titik
kritis halal mana yang
perlu kita waspadai
pada produk farmasi?
	 Laporan Utama
Suara Hidayatullah
edisi kali ini membahas
masalah yang menuai
pro-kontra tersebut.
Berikut laporannya
untuk Anda.
LAPORAN UTAMA
Titik Kritis
Kehalalan
Produk
Farmasi TIM LAPORAN UTAMA
Penanggungjawab/Koordinator:
NIESKY HAFUR PERMANA
Reporter:
ABU GAZA
SURYA FACHRIZAL
Ngadiman
FOTOGRAFer:
MUH. ABDUS SYAKUR
Editor:
Dadang Kusmayadi
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com22
M
usim haji tahun 2007
sudah di depan mata. Bagi
Ummu Salamah, salah satu
rukun Islam tersebut telah dinantinya
sejak lama. Ia ingin khusyuk dalam
ibadah ini. Namun kekhusyukan
yang diharapkan tersebut sedikit
ternodai. Pasalnya, ia dipaksa untuk
disuntik vaksin meningitis. Padahal,
dirinya saat itu sudah membuat
pernyataan tertulis ke Dinas Ke­
sehatan Tangerang, Banten, bahwa ia
menolak untuk divaksin.
	 “Saya sudah menolak dan pulang,
tapi dikejar, tangan saya dipegang,
saya meronta dan berteriak. Seten-
gah tube vaksin masuk ke tubuh
saya,” kenang Ummu Salamah kepada
Suara Hidayatullah, Januari lalu.
	 Ia melihat sendiri bahwa vaksin
itu berlabel merah dengan merek
Glaxo Smith Kline (GSK), vaksin
yang telah difatwakan haram oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Pusat.
	 Miris melihat kejadian di atas.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sampai
detik ini, masyarakat masih belum
bisa mengetahui secara jelas bahan-
bahan apa saja yang digunakan untuk
membuat obat-0batan dan vaksin.
	 Terlebih ketika Desember 2013
lalu, Menteri Kesehatan (Men-
kes), Nafsiah Mboi dengan gamblang
mengeluarkan pernyataan, kalau
bahan-bahan yang dipakai untuk
membuat obat dan vaksin mengan­
dung babi.
	 Ketua Harian MUI Pusat, KH
Ma’ruf Amin membenarkan per­
nyataan Menkes, kalau obatan-
obatan yang telah disertifikasi halal
hanya sedikit sekali jumlahnya di
Indonesia.
	 “Hanya nol sekian persen, tidak
sampai satu persen,” kata Ma’ruf
Amin kepada Suara Hidayatullah
saat ditemui di kediamannya, Tan-
jung Priok, Jakarta Utara.
	 Jika kondisinya sudah separah
ini, seharusnya obat-obatan dan
produk farmasi lainnya dilabelisasi
halal dengan segera. Sebab, dengan
mencantumkan logo halal, umat
akan terjamin dari mengosumsi
yang haram.
	 Sementara itu, pernyataan MUI
ini bertolak belakang dengan Men-
kes yang menolak obat-obatan dan
vaksin diberi label halal. Alasannya,
produk farmasi bukan makanan atau
minuman yang wajib disertifikasi
halal.
	 “Mohon dipertimbangkan su­pa­ya
obat dan vaksin jangan dimasukkan
sama dengan makanan dan minu-
man,” tegas Menkes di Jakarta, seperti
dikutip detik.com, (9/12/2013).
	 Pendapat Ikatan Dokter Indo-
nesia (IDI) berbeda dengan Ke-
menterian Kesehatan (Kemenkes).
LAPORAN UTAMA
IDI justru mendesak supaya dalam
waktu dekat Lembaga Pengkajian
Pangan, Obat-Obatan dan Kosme-
tika Majelis Ulama Indonesia (LP-
POM MUI) memberikan labelisasi
halal pada produk farmasi, termasuk
obat-obatan dan vaksin.
	 “Kami menyambut baik ren-
cana LPPOM MUI, karena kami
juga pengguna obat bukan produsen.
Informasi bahan obat itu penting
bagi dokter untuk disampaikan ke
pasien,” kata Ketua Umum Pengurus
Besar IDI, Zainal Abidin saat ditemui
Suara Hidayatullah di kantornya
daerah Menteng, Jakarta Pusat.
	 Zainal mengatakan, dokter di tan-
ah air kebanyakan tidak mengetahui
bahan-bahan apa saja yang terdapat
dalam obat-obatan. Pasalnya, sam-
bung Zainal, Kemenkes dan produsen
obat tidak pernah memberi tahu
kandungan zat yang ada di dalamnya.
Padahal, itu sangat diperlukan sebagai
informasi kepada pasien.
	 ”Kalau kita ingin melindungi
masyarakat seharusnya diberi tahu
Obat Halal Kurang dari Satu Persen
Bukan masyarakat awam saja yang tidak tahu kehalalan obat-obatan, tetapi dokter juga
banyak yang tidak mengerti.
Toko obat Pasar Pramuka, Jakarta.
FEBRUARI 2014/RABIUL AWWAL 1435 23
haram atau tidak benda yang dikon-
sumsi,” tutur politisi Partai Keadilan
Sejahtera ini saat ditemui Suara Hi-
dayatullah di Bandung, Jawa Barat,
Desember lalu.
Pertahankan Pasal
	 Draft RUU JPH saat ini masih
digodok di DPR. Beberapa lembaga,
salah satunya Kemenkes disebut-
sebut tidak setuju jika labelisasi halal
obat-obatan masuk dalam RUU yang
telah masuk prolegnas sejak 2007
silam.
	 Ketua LPPOM MUI, Lukmanul
Hakim mengatakan, jika pasal terse-
but ditiadakan, maka ini merupakan
pelanggaran hak atas umat Islam.
kandungan obat dan vaksin itu apa
saja,” sambungnya.
	 Pria yang menamatkan S1 dan
S2-nya di Universitas Hasanudin,
Makassar, Sulawesi Selatan ini juga
mengatakan, bahwa dalam kode etik
dokter Indonesia, hak pasien untuk
mengetahui apa yang dikosumsi juga
dijelaskan.
	 Walaupun bunyi pasal tersebut
tidak langsung, tapi itu termasuk
salah satu maknanya. “Seorang
dokter harus menghormati keyaki-
nan agama pasien, begitu bunyi
pasalnya,” imbuh Zainal.
	 Selain dokter, para pedagang
grosir di toko obat Pasar Pramuka,
Jakarta Timur juga mengaku tidak
tahu obat-obatan yang mengandung
bahan-bahan haram. “Kami tidak
tahu, kami hanya pedagang yang
menjual dan membeli saja,” kata
Evaldi salah seorang pedagang di
Pasar Pramuka.
	 “Labelisasi halal itu lebih bagus, jadi
umatIslambisaterjaga.Asalhargaobat
jangan naik jika nanti ada labelisasi,”
ucap pria asal Padang tersebut.
	 Sementara itu, Ketua Umum
Halal Wacth, Rachmat Os Halawa
mengatakan, bahwa regulasi yang
mengatur tentang labelisasi halal
produk farmasi tersebut harus segera
dibuat oleh pemerintah.
	 Jadi, ketika sudah dibuat undang-
undang, maka sifat dari sertifikasi
halal obat-obatan itu menjadi sebuah
keharusan. Saat ini, sifatnya masih
secara sukarela dan bukan kewa-
jiban.
	 “Nantinya kalau sudah ada
undang-undang, maka produsen
obat-obatan jika tidak mendaftar itu
bisa dikenai sanksi hukum pidana
atau perdata,” kata Rachmat kepada
Suara Hidayatullah.
	 Menurutnya, saat ini Indonesia
belum mempunyai standar halal. Ia
berpendapat LPPOM MUI sifatnya
masih sukarela, belum kewajiban.
“Kita belum punya payung hukum,
kalah dengan Singapura dan Malay-
sia.”
	 Senada dengan Zainal dan Rach-
mat, Wakil Ketua Komisi VIII DPR
RI, Ledia Hanifah Amalia mengata-
kan, labelisasi halal obat-obatan dan
produk farmasi lainnya sangat dibu-
tuhkan. Semua itu bertujuan untuk
melindungi konsumen, apalagi pen-
duduk Indonesia mayoritas Islam.
	 “Dalam undang-undang kon-
sumen juga tertera pasal yang
menerangkan konsumen harus tahu
“Secara substansif, itu telah melang-
gar hak asasi konsumen Islam dan
hak konstutisional yang ada pada
Undang-undang Dasar,” ucap Luk-
man.
	 Sementara itu, Ledia Hanifah
mengatakan, memang ada wacana
kalau pasal yang berkaitan dengan
produk farmasi akan dihapus.
	 Tetapi, Ledia dan anggota Komisi
VIII lainnya berjanji akan berupaya
pasal itu tidak dihilangkan. “Sejak
awal DPR sudah berkomitmen tidak
akan mencabut klausul itu,” tegasnya.
	Menurut Rachmat, undang-
undang yang mengatur pangan yang
ada saat ini di Indonesia tidak men-
cakup soal halal. “Pasal-pasalnya
hanya untuk makanan yang thayyib
(baik) atau layak konsumsi, bukan
melihat halal tidaknya,” ujar Rahmat.
Ketua Harian
MUI Pusat,
KH Ma’ruf
Amin
Obat herbal
“Labelisasihalalitulebih
bagus,jadiumatIslambisa
terjaga.Asalhargaobat
jangannaikjikanantiada
labelisasi.”
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com24
LAPORAN UTAMA
H
ari belum terlalu siang,
namun kesibukan di pusat
grosir obat Pasar Pramuka,
Jakarta Timur sudah tampak. Lalu
lalang pembeli mulai mendatangi
beberapa kios yang buka. Kios khu-
sus yang menjual obatan-obatan dan
produk farmasi menempati lantai 1
dan lantai 2.
	 Mereka yang berbelanja keba­
nyakan untuk memenuhi kebutuhan
obat-obatan yang sudah habis di
warungnya. Obat yang dibeli akan
dijual kembali. Tapi, tidak sedikit
yang mencari obat untuk dikonsumsi
sendiri.
	 Berbagai obat dijual di pasar yang
sudah ada sejak tahun 1975 ini. Mulai
dari obat murah, sejenis obat-obatan
warung, obat generik, bahkan obat
paten, yang penggunaannya harus
memakai resep dokter juga tersedia
di sini.
	 Pusat grosir obat-obatan ini
dikunjungi bukan saja dari rakyat
golongan ekonomi menengah ke
bawah, tetapi juga mahasiswa Fakul-
tas Kedokteran, sampai apoteker
pun ada yang berbelanja di sini.
	 Pernyataan Menkes yang me­
ngatakan hampir semua obat-obatan
terdapat bahan haram tidak menyu-
rutkan pembeli di grosir obat Pasar
Pramuka ini. “Tidak berpengaruh,”
	Ma’ruf Amin mengatakan,
masyarakat atau lembaga yang
ingin menghapus pasal mengenai
obat-obatan dalam RUU JPH tidak
perlu khawatir. Sebab, klausul itu
sangat bermanfaat bagi umat.
	 “Mengapa Kemenkes harus takut.
Jangan sampai ada pernyataan tidak
perlu sertifikasi halal obat-obatan, itu
pernyataan menyesatkan,” tegasnya.
Fatwa Darurat Hanya Milik Ulama
kata Evaldi, Sekretaris Himpunan
Pedagang Farmasi Pasar Pramuka,
Jakarta Timur.
	 Direktur LPPOM MUI, Luk-
manul Hakim mengatakan, bahwa
obat yang dikategorikan sebagai obat
untuk rakyat dan berharga murah ini
juga bisa mengandung bahan-bahan
haram.
	 “Obatpatendanobatgeneriksama-
samaberpeluangterdapatbahan-bahan
haram,” kata Lukmanul Hakim.
	 Bahan-bahan yang dipakai untuk
obat-obatan saat ini, kata Lukman,
hampir 90 persen dari luar negeri.
Hal tersebut yang dijadikan alasan
mengapa obat-obatan generik tidak
menutup kemungkinan bisa terkon-
taminasi bahan-bahan haram.
	 Kata Lukman, proses pengolahan
sangat mempengaruhi kehalalan
sebuah obat. Semua cara bisa berpe-
luang menjadi haram, baik itu diolah
memakai bahan alami, sintetika,
biokimia, atau mikrobiologi.
	 Jika memakai bahan mikrobi-
ologi produk, selain dilihat bahan
bakunya dari awal, medianya juga
sangat mempengaruhi. Misalnya
media itu seperti apa, dari apa, dan
pertumbuhan bakterinya diperoleh
dengan cara seperti apa.
	 Kalau medianya pernah ber-
sentuhan dengan babi walau hanya
sedikit, maka itu sudah tidak halal.
“Itu sudah dikategorikan haram,”
katanya.
	 Tetapi, menurut Ketua Umum
IDI, Zainal Abidin, obat-obatan tidak
semuanya harus disertifikasi halal.
Terutama yang sudah jelas bahan
baku dan bahan dasarnya berasal
dari tumbuhan dan ikan. “Antibiotik
kan dari jamur, bahan obat yang
berasal dari ikan atau hewan laut
itu juga kan halal, jadi tidak perlu
disertifikasi lagi,” ujarnya.
	 Permasalahan lain yang timbul
saat membahas tentang kehalalan
obat dan produk farmasi adalah fak-
tor darurat.
	 MenteriKesehatan,NafsiahMboi
dan Guru Besar Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
Hasbullah Thabrany mengatakan,
obat-obatan berbahan haram tidak
apa-apa karena sifatnya darurat.
	 “Karena keterbatasan, terkadang
dokterharusmemberikanobat-obatan
untuk pasien meski di dalamnya me-
miliki unsur dari tubuh babi. Menurut
saya dalam keadaan darurat boleh
dipakai dan itu tidak masalah,” kata
Hasbullah Tha­brany seperti dikutip
antaranews.com (17/12/2013).
	 Pernyataan guru besar ini diban-
tah oleh Ketua Harian MUI Pusat,
KH Ma’ruf Amin. Menurutnya,
siapapun tidak berhak mengatakan
halal atau haram karena kedaan
darurat. Hanya ulama yang meng-
etahui ilmu agama dan fikih yang
Negara dan perusahaan farmasi mempunyai cukup dana
untuk meracik formula bahan obat halal.
Direktur LPPOM MUI,
Lukmanul Hakim
FEBRUARI 2014/RABIUL AWWAL 1435 25
TITIK KRITIS
KEHALALAN
PRODUK-PRODUK
FARMASI
Protein, asam amino, vitamin, mineral,
Enzim, asam lemak dan turunannya, khondroi�nn,
Darah, serum, plasma, hormon hingga karbon ak��.
Penggunaanya dari tulang, kulit, lemak hingga jeroannya,
Termasuk penggunaan bahan pewarna. Gela�nn beasal
Dari tulang maupun kulit babi. Media untuk pembuatan vaksin
BAHAN AKTIF OBAT YANG BERASAL DARI BABI
BAHAN AKTIF
LAIN YANG
BERASAL
DARI MANUSIA
Keratin rambut,
Untuk pembentukan
Sistein, placenta manusia,
Sebagai bahan obat
Luka bakar
Dan yang lainnya.
Ari-ari atau placenta
Untuk obat leukemia,
Kanker,
Kelainan darah, stroke,
Liver, diabetes dan
Jantung.
PRODUK-PRODUK FARMASI YANG
RENTAN BERBAHAN HARAM
ALKOHOL UNTUK
MENGISOLASI BAHAN
AKTIF YANG BERASAL DARI
TUMBUHAN ALKALOID,
GLIKOSIDA
Dari ke 28 jenis bahan farmaseutik tersebut
terdapat beberapa bahan yang memiliki titik kritis
kehalalan. Yakni bahan pengemulsi, bahan
pewarna, bahan perisa, bahan pengisi tablet,
bahan pengkilap, bahan pemanis, bahan pelarut
dan bahan enkapsulasi. Bahan tersebut memiliki
titik kritis kehalalannya sebab bisa saja berasal
dari bahan haram dan najis seperti babi, alcohol,
organ manusia maupun bahan hewani lain yang
tidak jelas asal-usul maupun proses
penyembelihannya.
BAHAN
FARMASEUTIK
(BAHAN TAMBAHAN OBAT
AGAR MUDAH DISERAP
TUBUH)
BAHAN PENGASAM
BAHAN PEMBASAH
BAHAN PENJERAP
BAHAN AEROSOL
BAHAN PENGAWET
ANTIOKSIDAN
BAHAN PENDAPAR
BAHAN PENGKHELAT
BAHAN PENGEMULSI
BAHAN PEWARNA
BAHAN PERISA
BAHAN PELEMBAB
BAHAN PELEMBUT
BAHAN DASAR SALEP
BAHAN PENGERAS
BAHAN PEMANIS
BAHAN PENSUSPENSI
BAHAN PENGHANCUR
TABLET
BAHAN PENGISI
TABLET
BAHAN PENYALUT
BAHAN PELINCIR
TABLET
BAHAN PEREKAT
TABLET
BAHAN PELUMAS
BAHAN PENGKILAP
BAHAN
PENGISOTONIS
LARUTAN
PELARUT/PEMBAWA
BAHAN ENKAPSULASI
PENGGANTI UDARA
Demikian halnya
penggunaan
protein darah
manusia dalam
obat injeksi. Etanol
dan gliserin pun
dapat digunakan
dalam obat-
berbentuk suntik
tersebut. Contoh
lain adalah Insulin
yang bisa berasal
dari pankreas
babi, atau lovenox
(obat injeksi anti
penggumpalan
darah) yang juga
bisa berasal dari
babi.
Obat berbentuk pil
injeksi (suntik) ,
bahan penyusun
obat seperti
gliserin,bisa
berasal dari
turunan lemak dan
ini harus
diperhatikan.
Termasuk juga
penggunaan
bahan gelatin
yang banyak
digunakan.
Cangkang kapsul,
dalam proses
pembuatannya
menggunakan
gelatin.
Obat cair atau
liquid , bahan
tambahan
memakai etanol
atau alkohol dan
flavor (perasa)
yang digunakan.
Flavor bisa
terbuat dari bahan
penyusun
(ingredient) dan
pelarut yang tidak
jelas
kehalalannya.
Obat tablet
memakai
magnesium stearat,
monogliserida yang
berasal dari
turunan lemak Obat
serbuk dan kaplet,
penggunaan
laktosa dalam
proses produksi
obat serbuk harus
diperhatikan
diperhatikan.Enzim
hewani bisa saja
berperan dalam
pembuatan laktosa
ini. Termasuk
penggunaan bahan
pewarna.
Gelatin berasal dari
tulang maupun kulit
hewan, seperti
babi, sapi atau
ikan.
DARI 18 RIBU JENIS
PRODUK FARMASI,
22 JENIS YANG
BERSERTIFIKASI HALAL
sumber:www.halalmui.org
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com26
LAPORAN UTAMA
26
Saatnya Kurangi
Minum Obat Sintetis
Klinik pengobatan ala Nabi SAW, Pondok Sehat Anabawiyah milik Ummu Sala-
mah di Ciputat, Tangerang Selatan setiap hari selalu ramai dikunjungi pasien.
Selain berobat, banyak juga pasien yang berkonsultasi mengenai kesehatan.
	 Terlebih ketika Menteri Kesehatan mengatakan kebanyakan obat-obatan kimia
mengandung bahan haram. Pasien yang datang banyak menanyakan dampak
negatif dan bahan-bahan yang dikandung dari obat kimia sintetis.
	 Wanita yang juga penulis buku Imunisasi, Dampak, Konspirasi dan Solusi Sehat
Ala Rasulullah SAW ini, sejak tahun 2005 tidak mengonsumsi obat-obatan kimia
sintetis. Ia telah merasakan hidup sehat dengan pengobatan cara Nabi SAW.
	 Ummu Salamah pernah memiliki pengalaman dengan obat-obatan kimia
sintetis. Tahun 2002, ia bolak-balik ke sebuah rumah sakit di kawasan Bintaro,
Tangerang untuk berobat. Namun, kesembuhan tak kunjung datang. “Tidak ada
perubahan selama satu tahun berobat,” katanya.
	 Akhirnya, seorang tem annya memberitahu pengobatan cara lain. “Setelah rutin
berbekam, perlahan tapi pasti, alhamdulillah ada perubahan,” katanya.
	 Seperti juga yang dialami Muhammad Ro’inul Balad, asal Bandung, Jawa Barat.
Roin, demikian ia akrab dipanggil, bercerita bahwa beberapa tahun lalu kesehatan-
nya terganggu dengan keluhan pada lambungnya. Aktivitasnya yang padat sebagai
dai dan aktivis Islam membuat dirinya sering telat makan. Setelah diperiksa, dokter
menyimpulkan bahwa Roin menderita sakit maag.
	 “Dokter menyarankan untuk berobat rutin dengan mengonsumsi obat-obatan
kimia sintetis yang saya sendiri tidak tahu kehalalannya. Namun sebagai Muslim kita
harus berbaik sangka kepada orang lain termasuk dokter,” katanya.
	 Selama beberapa bulan ayah dari lima anak ini rutin kontrol dan mengonsumsi
obat resep dokter tersebut. Setelah itu, lambungnya terasa lebih baik. Tetapi, akibat
adanya pantangan terhadap makanan tertentu, maka terjadi sedikit penyumbatan
pembuluh darah sebagai akibat tingginya kadar kolesterol. “Saya didiagnosa terkena
penyakit jantung,” ujarnya.
	 Singkat cerita, Roin berusaha berobat ke sebuah rumah sakit yang melakukan
pengobatan dengan herbal. Meski menggunakan herbal, namun rumah sakit
tersebut telah menggunakan standar modern. Mulai dari labotarium, perawat,
dokter ahli, dan apotekernya.
	 Roin mengakui, pengobatan dengan herbal waktunya lebih lama jika diband-
ingkan dengan pengobatan kimia sintetis. Kata dokternya, tutur Roin, pengobatan
dengan herbal sifatnya holistik. Tidak hanya mengobati penyakitnya, tetapi juga
menguatkan organ lain sebagai pendukung proses penyembuhan penyakit tersebut.
	 “Berbeda dengan pengobatan konvensional yang justru menimbulkan penyakit
baru sebagai dampak dari penggunaan obat tertentu. Sakitnya mungkin sembuh
tetapi ada penurunan fungsi organ lain,” jelas Roin yang menjabat Sekretaris Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jawa Barat.
	 Kendati penyembuhan cukup lama dan berbiaya agak mahal, tetapi Roin cukup
puas. Setelah melakukan pengobatan dengan herbal secara rutin, ia merasakan ada
perubahan mendasar pada kesehatannya selain penyakitnya berangsur sembuh juga
membaiknya fungsi organ lainnya.
	 “Bagi saya berobat bukan sekadar mencari kesembuhan, namun yang lebih pent-
ing berikhtiar dengan cara yang halal termasuk obatnya. Sehingga dalam berobat
tidak sampai jatuh pada hal yang haram baik cara maupun obatnya,” tegas Roin.
pantas mengatakan halal atau
tidaknya. “Masalah halal itu
soal hukum agama dan ulama saja
yang bisa mengatakan, jadi jangan
seenaknya,” tegas Ma’ruf.
	 Ia menjelaskan bahwa kondisi
darurat tidak boleh berlangsung
selamanya. Harus ada usaha yang
dilakukan sehingga jangan selalu
mempunyai alasan karena darurat,
maka boleh memakan barang yang
haram.
	 “Saat ini MUI sedang merumus-
kan working group dengan Kemen-
trian Kesehatan, Asosiasi Farmasi,
dan Ikatan Dokter Indonesia untuk
memverifikasi obat-obatan yang
halal dan yang darurat,” ujarnya.
	 Syarat darurat, tambah Ma’ruf,
diperlukan saat tidak ada obat lain
yang halal. Juga, jika tidak diminum
akan bertambah sakit dan membuat
mati. Namun, status obat itu tidak
menjadi halal.
	 Kiai berusia 70 tahun itu menya­
yangkan ilmuwan di Indonesia yang
enggan mencari bahan pengganti
obat-obatan yang haram. Padahal,
bahan tersebut banyak tersedia di
tanah air. “Dalam al-Qur`an jelas
Allah Ta’ala tidak menjadikan obat
dari sesuatu yang haram, berarti
yang halal ada,” katanya.
	 Namun, sambung Ma’ruf, kita
belum mampu, karena kiblat dokter
dan peneliti kita kebanyakan ke Barat.
	 Ketua Umum IDI, Zainal Abidin
juga menyatakan hal serupa. Negara
harus mencari jalan lain supaya ja­
ngan selalu mengedepankan alasan
darurat. “Negara wajib melindungi
warganya dalam mengonsumsi obat,
jangan pakai isu darurat terus, harus
ada upaya jalan keluar. Saya yakin
ada unsur yang bisa dipakai selain
babi,” katanya.
	 Sementara itu, Wakil Ketua
Komisi VIII DPR RI, Ledia Hanifa
Amalia menyarankan dan mengim-
bau ke pemerintah supaya membuat
terobosan baru mencari bahan yang
halal untuk produk farmasi.
	 “Perusahaan farmasi dan ne-
gara punya dana untuk meneliti dan
pengembangan, sampai kapan kita
mau mengatakan darurat?” kata
Ledia.
FEBRUARI 2014/RABIUL AWWAL 1435 27
B
ulan Desember lalu, Menteri
Kesehatan, Nafsiah Mboi
membuat resah masyarakat. Ia
menyatakan tidak setuju jika
produk farmasi disertifikasi
halal. Menurutnya, obat-obatan dan
produk farmasi jangan disamakan de­
ngan makanan atau minuman.
	Majalah Suara Hidayatullah men­
coba mengkonfirmasi pernyataan
Men­­­kes tersebut. Nafsiah Mboi men-
jawab pertanyaan Suara Hidayatullah
melalui surat elektronik. Berikut petikan
wawancaranya.
	Bagaimana perhatian Kemenkes
terhadap status kehalalan produk-
produk farmasi di Indonesia?
	 Kementrian Kesehatan RI men-
dukung sepenuhnya upaya-upaya
dalam memberikan jaminan, perlin­
dungan, dan kepastian kehalalan
produk yang akan dikonsumsi dan atau
digunakan masyarakat. Oleh karena itu,
pada tahun 1996 ditandatangani pia­
gam kerjasama Departemen Kesehatan,
Departemen Agama, dan MUI tentang
pelaksanaan pencantuman label halal.
	Di bidang obat, sampai saat ini tidak
ada landasan hukum yang mewajibkan
sertifikasi halal untuk produk obat
maupun vaksin. Sertifikasi halal untuk
produk obat kepada MUI diajukan oleh
pemilik produk dan bersifat sukarela.
	 Obat yang beredar di Indonesia
harus didaftarkan terlebih dahulu
atau disertifikasi. Hal ini sesuai dengan
mandat UU No. 36 Thn 2009 tentang
kesehatan, bahwa tugas pemerintah di
bidang obat adalah menjamin keterse-
diaan obat esensial, pengawasan obat,
dan penggunaan obat yang rasional.
Seluruh obat yang beredar di Indonesia
harus didaftarkan dahulu atau diserti-
fikasi oleh BPOM sebagai bagian dari
pengawasan pre-market yang dilakukan
sebelum obat beredar. Hal ini dilakukan
untuk memastikan keamanan, khasiat,
mutu, dan kebenaran informasi yang
tercantum pada label penandaan obat.
Obat yang lulus pre-market mendapat
sertifikat Nomer Izin Edar (NIE).
	 Sejauh mana Kemenkes meng-
etahui bahan-bahan untuk membuat
obat-obatan?
	 Saat ini tidak banyak obat-obatan
yang mengandung bahan tertentu atau
sesuatu yang tidak halal, seperti babi
atau bahan bersumber babi. Contoh,
ada tiga jenis heparin berat molekul
rendah sebagai obat pengencer darah,
produk-produk ini mengandung DNA
babi, berasal dari usus babi dan belum
ada yang dari sapi.
	Bagaimana sikap Kemenkes
terhadap upaya sertifikasi halal obat-
obatan yang beredar di Indonesia?
	 Penemuan dan pengembangan
obat baru dilakukan melalui penelitian
yang lama, 10-20 tahun dan umumnya
dilakukan di luar negeri. Pada pengem-
bangan obat harus dilakukan studi
pre-klinik dan studi klinik, formulasi
dan teknologi untuk membuktikan dan
memastikan keamanan, khasiat, dan
mutu produk tersebut. Penemuan obat
yang berasal dari binatang akan riskan
dengan sesuatu yang tidak halal, mi­
salnya kandungan aktifnya berasal dari
babi atau pada proses pembuatannya
pernah bersinggungan dengan bahan
bersumber babi.
	Dalam hal ini prinsip penerimaan
obat tersebut di Indonesia adalah
kedaruratan, apabila tidak ada alternatif
lain.
	 Apakah sertifikasi ini diperlukan?
	 Apabila masih ada alternatif lain,
misalnya tersedia bahan bersumber
sapi, maka terhadap obat tersebut
tidak dapat diberikan izin edar. Apabila
tidak ada alternatif lain, maka akan di-
kaji manfaat secara medis dan diberikan
transparansi pada label produk.
	 RUU Jaminan Produk Halal (JPH)
yang saat ini sedang digodok di DPR
salah satunya mengatur masalah ini,
bagaimana tanggapan Anda?
	 Kementrian Kesehatan sepenuhnya
mendukung upaya-upaya dalam mem­
be­rikan jaminan perlindungan dan
kepastian kehalalan produk yang akan
dikonsumsi atau digunakan masyarakat.
Salah satu pasal dalam RUU JPH men-
gatakan bahwa bahan yang berasal dari
mikroba dan bahan yang dihasilkan
melalui proses kimia, proses biologi
atau proses rekayasa genetika diharam-
kan jika proses pertumbuhan dan atau
pembuatannya tercampur, terkandung,
dan atau terkontaminasi dengan bahan
yang diharamkan.
	 Oleh karena itu, Kemenkes me-
mandang perlu dan telah mengusulkan
agarprodukberupaobattermasukproduk
biologi (vaksin) dan produk rekayasa
genetik yang digunakan untuk diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
dan peningkatan kesehatan manusia
dikecualikan dalam RUU JPH. Bahkan, di
seluruh dunia tidak ada yang menerapkan
itu, termasuk negara-negar Arab, sekalipun
tidak masuk masalah obat-obatan dalam
sertifikasi halal mereka.
	 Apakah dalam peraturan atau
Undang-Undang Kesehatan menga-
tur mengenai bahan baku yang dipe-
runtukan bagi obat-obatan?
	 Sesuai dengan UU No.36 tahun
2009 tentang kesehatan, obat adalah
bahan atau paduan bahan, termasuk
produk biologi (vaksin) yang diguna-
kan untuk mempengaruhi atau me-
nyelidiki sitem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembu-
han pemulihan dan peningkatan
kesehatan untuk manusia.
Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan RI
“Prinsip Penerimaan Obat
Berbahan Babi karena Darurat”
SURYAFACHRIZAL
Kantor Kementrian Kesehatan RI

More Related Content

Similar to RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH - Titik Kritis Kehalalan Produk Farmasi

Bahan debat
Bahan debatBahan debat
BPOM RI dan Sanofi Adakan Seminar Waspadai Penggunaan dan Peredaran Obat Palsu
BPOM RI dan Sanofi Adakan Seminar Waspadai Penggunaan dan Peredaran Obat PalsuBPOM RI dan Sanofi Adakan Seminar Waspadai Penggunaan dan Peredaran Obat Palsu
BPOM RI dan Sanofi Adakan Seminar Waspadai Penggunaan dan Peredaran Obat PalsuNefertiti Karismaida
 
MPH KEL 3.pptx
MPH KEL 3.pptxMPH KEL 3.pptx
MPH KEL 3.pptx
ALFINNAJID
 
asuhan kefarmasian.ppt
asuhan kefarmasian.pptasuhan kefarmasian.ppt
asuhan kefarmasian.ppt
FitriAyuWahyuni1
 
kaitan antara undang-undang, PP,PMK
kaitan antara undang-undang, PP,PMKkaitan antara undang-undang, PP,PMK
kaitan antara undang-undang, PP,PMK
mataram indonesia
 
Aspek hukum dalam ekonomi (perilaku konsumen)
Aspek hukum dalam ekonomi (perilaku konsumen)Aspek hukum dalam ekonomi (perilaku konsumen)
Aspek hukum dalam ekonomi (perilaku konsumen)nur_intan
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Ulfah Hanum
 
Buku sakti-ujian-profesi
Buku sakti-ujian-profesiBuku sakti-ujian-profesi
Buku sakti-ujian-profesiAbdul Mutholib
 
MATERI PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MEMILIH OBAT BAGI T...
MATERI PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MEMILIH OBAT BAGI T...MATERI PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MEMILIH OBAT BAGI T...
MATERI PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MEMILIH OBAT BAGI T...
Sainal Edi Kamal
 
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptxPPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
MIqbal650540
 
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptx
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptxHUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptx
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptx
FitrianiChairunnisaa
 
BEGG, Hadi Saputra maska, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika Bisnis di P...
BEGG, Hadi Saputra maska, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika Bisnis di P...BEGG, Hadi Saputra maska, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika Bisnis di P...
BEGG, Hadi Saputra maska, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika Bisnis di P...
Hadi saputra Maska
 
Be gg, hadi saputra maska, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis di...
Be  gg, hadi saputra maska, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis di...Be  gg, hadi saputra maska, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis di...
Be gg, hadi saputra maska, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis di...
Hadi saputra Maska
 
Pertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.ppt
Pertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.pptPertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.ppt
Pertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.ppt
ErinFarlina
 
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Ida Part II
 
ppt present
ppt presentppt present
ppt present
GudangObat1
 
Bpom
BpomBpom
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Nesha Mutiara
 
Etika_Dokter-Iklan-Sponsor-Dr_Bahtiar.pdf
Etika_Dokter-Iklan-Sponsor-Dr_Bahtiar.pdfEtika_Dokter-Iklan-Sponsor-Dr_Bahtiar.pdf
Etika_Dokter-Iklan-Sponsor-Dr_Bahtiar.pdf
rizaltuesday
 

Similar to RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH - Titik Kritis Kehalalan Produk Farmasi (20)

Bahan debat
Bahan debatBahan debat
Bahan debat
 
BPOM RI dan Sanofi Adakan Seminar Waspadai Penggunaan dan Peredaran Obat Palsu
BPOM RI dan Sanofi Adakan Seminar Waspadai Penggunaan dan Peredaran Obat PalsuBPOM RI dan Sanofi Adakan Seminar Waspadai Penggunaan dan Peredaran Obat Palsu
BPOM RI dan Sanofi Adakan Seminar Waspadai Penggunaan dan Peredaran Obat Palsu
 
MPH KEL 3.pptx
MPH KEL 3.pptxMPH KEL 3.pptx
MPH KEL 3.pptx
 
asuhan kefarmasian.ppt
asuhan kefarmasian.pptasuhan kefarmasian.ppt
asuhan kefarmasian.ppt
 
kaitan antara undang-undang, PP,PMK
kaitan antara undang-undang, PP,PMKkaitan antara undang-undang, PP,PMK
kaitan antara undang-undang, PP,PMK
 
Aspek hukum dalam ekonomi (perilaku konsumen)
Aspek hukum dalam ekonomi (perilaku konsumen)Aspek hukum dalam ekonomi (perilaku konsumen)
Aspek hukum dalam ekonomi (perilaku konsumen)
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
 
Buku sakti-ujian-profesi
Buku sakti-ujian-profesiBuku sakti-ujian-profesi
Buku sakti-ujian-profesi
 
MATERI PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MEMILIH OBAT BAGI T...
MATERI PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MEMILIH OBAT BAGI T...MATERI PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MEMILIH OBAT BAGI T...
MATERI PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MEMILIH OBAT BAGI T...
 
Obat murah bikin gerah
Obat murah bikin gerahObat murah bikin gerah
Obat murah bikin gerah
 
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptxPPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
 
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptx
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptxHUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptx
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DENGAN FARMASI.pptx
 
BEGG, Hadi Saputra maska, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika Bisnis di P...
BEGG, Hadi Saputra maska, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika Bisnis di P...BEGG, Hadi Saputra maska, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika Bisnis di P...
BEGG, Hadi Saputra maska, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika Bisnis di P...
 
Be gg, hadi saputra maska, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis di...
Be  gg, hadi saputra maska, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis di...Be  gg, hadi saputra maska, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis di...
Be gg, hadi saputra maska, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis di...
 
Pertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.ppt
Pertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.pptPertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.ppt
Pertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.ppt
 
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
 
ppt present
ppt presentppt present
ppt present
 
Bpom
BpomBpom
Bpom
 
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
Kapita Selekta Apoteker - Kompetensi Apoteker Sebagai Pendukung Kemajuan Indu...
 
Etika_Dokter-Iklan-Sponsor-Dr_Bahtiar.pdf
Etika_Dokter-Iklan-Sponsor-Dr_Bahtiar.pdfEtika_Dokter-Iklan-Sponsor-Dr_Bahtiar.pdf
Etika_Dokter-Iklan-Sponsor-Dr_Bahtiar.pdf
 

More from MAJALAH HIDAYATULLAH

Generari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIALGenerari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIAL
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH
 

More from MAJALAH HIDAYATULLAH (20)

Generari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIALGenerari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIAL
 
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
 
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
 
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
 
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
 
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
 
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
 

RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH - Titik Kritis Kehalalan Produk Farmasi

  • 1. FEBRUARI 2014/RABIUL AWWAL 1435 21 A wal Desember 2013, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengeluarkan pernyataan, bahwa hampir 90 persen bahan baku produk farmasi berasal dari babi dan bahan-bahan haram lainnya. Berbarengan dengan itu, Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) mendesak agar produk farmasi harus segera dilabelisasi halal. Namun, Menteri Kesehatan menolak jika obat-obatan dan vaksinasi diberi label halal. Sebenarnya bahan- bahan haram apa saja yang terkandung pada obat-obatan? Titik kritis halal mana yang perlu kita waspadai pada produk farmasi? Laporan Utama Suara Hidayatullah edisi kali ini membahas masalah yang menuai pro-kontra tersebut. Berikut laporannya untuk Anda. LAPORAN UTAMA Titik Kritis Kehalalan Produk Farmasi TIM LAPORAN UTAMA Penanggungjawab/Koordinator: NIESKY HAFUR PERMANA Reporter: ABU GAZA SURYA FACHRIZAL Ngadiman FOTOGRAFer: MUH. ABDUS SYAKUR Editor: Dadang Kusmayadi
  • 2. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com22 M usim haji tahun 2007 sudah di depan mata. Bagi Ummu Salamah, salah satu rukun Islam tersebut telah dinantinya sejak lama. Ia ingin khusyuk dalam ibadah ini. Namun kekhusyukan yang diharapkan tersebut sedikit ternodai. Pasalnya, ia dipaksa untuk disuntik vaksin meningitis. Padahal, dirinya saat itu sudah membuat pernyataan tertulis ke Dinas Ke­ sehatan Tangerang, Banten, bahwa ia menolak untuk divaksin. “Saya sudah menolak dan pulang, tapi dikejar, tangan saya dipegang, saya meronta dan berteriak. Seten- gah tube vaksin masuk ke tubuh saya,” kenang Ummu Salamah kepada Suara Hidayatullah, Januari lalu. Ia melihat sendiri bahwa vaksin itu berlabel merah dengan merek Glaxo Smith Kline (GSK), vaksin yang telah difatwakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Miris melihat kejadian di atas. Tidak bisa dipungkiri bahwa sampai detik ini, masyarakat masih belum bisa mengetahui secara jelas bahan- bahan apa saja yang digunakan untuk membuat obat-0batan dan vaksin. Terlebih ketika Desember 2013 lalu, Menteri Kesehatan (Men- kes), Nafsiah Mboi dengan gamblang mengeluarkan pernyataan, kalau bahan-bahan yang dipakai untuk membuat obat dan vaksin mengan­ dung babi. Ketua Harian MUI Pusat, KH Ma’ruf Amin membenarkan per­ nyataan Menkes, kalau obatan- obatan yang telah disertifikasi halal hanya sedikit sekali jumlahnya di Indonesia. “Hanya nol sekian persen, tidak sampai satu persen,” kata Ma’ruf Amin kepada Suara Hidayatullah saat ditemui di kediamannya, Tan- jung Priok, Jakarta Utara. Jika kondisinya sudah separah ini, seharusnya obat-obatan dan produk farmasi lainnya dilabelisasi halal dengan segera. Sebab, dengan mencantumkan logo halal, umat akan terjamin dari mengosumsi yang haram. Sementara itu, pernyataan MUI ini bertolak belakang dengan Men- kes yang menolak obat-obatan dan vaksin diberi label halal. Alasannya, produk farmasi bukan makanan atau minuman yang wajib disertifikasi halal. “Mohon dipertimbangkan su­pa­ya obat dan vaksin jangan dimasukkan sama dengan makanan dan minu- man,” tegas Menkes di Jakarta, seperti dikutip detik.com, (9/12/2013). Pendapat Ikatan Dokter Indo- nesia (IDI) berbeda dengan Ke- menterian Kesehatan (Kemenkes). LAPORAN UTAMA IDI justru mendesak supaya dalam waktu dekat Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosme- tika Majelis Ulama Indonesia (LP- POM MUI) memberikan labelisasi halal pada produk farmasi, termasuk obat-obatan dan vaksin. “Kami menyambut baik ren- cana LPPOM MUI, karena kami juga pengguna obat bukan produsen. Informasi bahan obat itu penting bagi dokter untuk disampaikan ke pasien,” kata Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Zainal Abidin saat ditemui Suara Hidayatullah di kantornya daerah Menteng, Jakarta Pusat. Zainal mengatakan, dokter di tan- ah air kebanyakan tidak mengetahui bahan-bahan apa saja yang terdapat dalam obat-obatan. Pasalnya, sam- bung Zainal, Kemenkes dan produsen obat tidak pernah memberi tahu kandungan zat yang ada di dalamnya. Padahal, itu sangat diperlukan sebagai informasi kepada pasien. ”Kalau kita ingin melindungi masyarakat seharusnya diberi tahu Obat Halal Kurang dari Satu Persen Bukan masyarakat awam saja yang tidak tahu kehalalan obat-obatan, tetapi dokter juga banyak yang tidak mengerti. Toko obat Pasar Pramuka, Jakarta.
  • 3. FEBRUARI 2014/RABIUL AWWAL 1435 23 haram atau tidak benda yang dikon- sumsi,” tutur politisi Partai Keadilan Sejahtera ini saat ditemui Suara Hi- dayatullah di Bandung, Jawa Barat, Desember lalu. Pertahankan Pasal Draft RUU JPH saat ini masih digodok di DPR. Beberapa lembaga, salah satunya Kemenkes disebut- sebut tidak setuju jika labelisasi halal obat-obatan masuk dalam RUU yang telah masuk prolegnas sejak 2007 silam. Ketua LPPOM MUI, Lukmanul Hakim mengatakan, jika pasal terse- but ditiadakan, maka ini merupakan pelanggaran hak atas umat Islam. kandungan obat dan vaksin itu apa saja,” sambungnya. Pria yang menamatkan S1 dan S2-nya di Universitas Hasanudin, Makassar, Sulawesi Selatan ini juga mengatakan, bahwa dalam kode etik dokter Indonesia, hak pasien untuk mengetahui apa yang dikosumsi juga dijelaskan. Walaupun bunyi pasal tersebut tidak langsung, tapi itu termasuk salah satu maknanya. “Seorang dokter harus menghormati keyaki- nan agama pasien, begitu bunyi pasalnya,” imbuh Zainal. Selain dokter, para pedagang grosir di toko obat Pasar Pramuka, Jakarta Timur juga mengaku tidak tahu obat-obatan yang mengandung bahan-bahan haram. “Kami tidak tahu, kami hanya pedagang yang menjual dan membeli saja,” kata Evaldi salah seorang pedagang di Pasar Pramuka. “Labelisasi halal itu lebih bagus, jadi umatIslambisaterjaga.Asalhargaobat jangan naik jika nanti ada labelisasi,” ucap pria asal Padang tersebut. Sementara itu, Ketua Umum Halal Wacth, Rachmat Os Halawa mengatakan, bahwa regulasi yang mengatur tentang labelisasi halal produk farmasi tersebut harus segera dibuat oleh pemerintah. Jadi, ketika sudah dibuat undang- undang, maka sifat dari sertifikasi halal obat-obatan itu menjadi sebuah keharusan. Saat ini, sifatnya masih secara sukarela dan bukan kewa- jiban. “Nantinya kalau sudah ada undang-undang, maka produsen obat-obatan jika tidak mendaftar itu bisa dikenai sanksi hukum pidana atau perdata,” kata Rachmat kepada Suara Hidayatullah. Menurutnya, saat ini Indonesia belum mempunyai standar halal. Ia berpendapat LPPOM MUI sifatnya masih sukarela, belum kewajiban. “Kita belum punya payung hukum, kalah dengan Singapura dan Malay- sia.” Senada dengan Zainal dan Rach- mat, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ledia Hanifah Amalia mengata- kan, labelisasi halal obat-obatan dan produk farmasi lainnya sangat dibu- tuhkan. Semua itu bertujuan untuk melindungi konsumen, apalagi pen- duduk Indonesia mayoritas Islam. “Dalam undang-undang kon- sumen juga tertera pasal yang menerangkan konsumen harus tahu “Secara substansif, itu telah melang- gar hak asasi konsumen Islam dan hak konstutisional yang ada pada Undang-undang Dasar,” ucap Luk- man. Sementara itu, Ledia Hanifah mengatakan, memang ada wacana kalau pasal yang berkaitan dengan produk farmasi akan dihapus. Tetapi, Ledia dan anggota Komisi VIII lainnya berjanji akan berupaya pasal itu tidak dihilangkan. “Sejak awal DPR sudah berkomitmen tidak akan mencabut klausul itu,” tegasnya. Menurut Rachmat, undang- undang yang mengatur pangan yang ada saat ini di Indonesia tidak men- cakup soal halal. “Pasal-pasalnya hanya untuk makanan yang thayyib (baik) atau layak konsumsi, bukan melihat halal tidaknya,” ujar Rahmat. Ketua Harian MUI Pusat, KH Ma’ruf Amin Obat herbal “Labelisasihalalitulebih bagus,jadiumatIslambisa terjaga.Asalhargaobat jangannaikjikanantiada labelisasi.”
  • 4. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com24 LAPORAN UTAMA H ari belum terlalu siang, namun kesibukan di pusat grosir obat Pasar Pramuka, Jakarta Timur sudah tampak. Lalu lalang pembeli mulai mendatangi beberapa kios yang buka. Kios khu- sus yang menjual obatan-obatan dan produk farmasi menempati lantai 1 dan lantai 2. Mereka yang berbelanja keba­ nyakan untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan yang sudah habis di warungnya. Obat yang dibeli akan dijual kembali. Tapi, tidak sedikit yang mencari obat untuk dikonsumsi sendiri. Berbagai obat dijual di pasar yang sudah ada sejak tahun 1975 ini. Mulai dari obat murah, sejenis obat-obatan warung, obat generik, bahkan obat paten, yang penggunaannya harus memakai resep dokter juga tersedia di sini. Pusat grosir obat-obatan ini dikunjungi bukan saja dari rakyat golongan ekonomi menengah ke bawah, tetapi juga mahasiswa Fakul- tas Kedokteran, sampai apoteker pun ada yang berbelanja di sini. Pernyataan Menkes yang me­ ngatakan hampir semua obat-obatan terdapat bahan haram tidak menyu- rutkan pembeli di grosir obat Pasar Pramuka ini. “Tidak berpengaruh,” Ma’ruf Amin mengatakan, masyarakat atau lembaga yang ingin menghapus pasal mengenai obat-obatan dalam RUU JPH tidak perlu khawatir. Sebab, klausul itu sangat bermanfaat bagi umat. “Mengapa Kemenkes harus takut. Jangan sampai ada pernyataan tidak perlu sertifikasi halal obat-obatan, itu pernyataan menyesatkan,” tegasnya. Fatwa Darurat Hanya Milik Ulama kata Evaldi, Sekretaris Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka, Jakarta Timur. Direktur LPPOM MUI, Luk- manul Hakim mengatakan, bahwa obat yang dikategorikan sebagai obat untuk rakyat dan berharga murah ini juga bisa mengandung bahan-bahan haram. “Obatpatendanobatgeneriksama- samaberpeluangterdapatbahan-bahan haram,” kata Lukmanul Hakim. Bahan-bahan yang dipakai untuk obat-obatan saat ini, kata Lukman, hampir 90 persen dari luar negeri. Hal tersebut yang dijadikan alasan mengapa obat-obatan generik tidak menutup kemungkinan bisa terkon- taminasi bahan-bahan haram. Kata Lukman, proses pengolahan sangat mempengaruhi kehalalan sebuah obat. Semua cara bisa berpe- luang menjadi haram, baik itu diolah memakai bahan alami, sintetika, biokimia, atau mikrobiologi. Jika memakai bahan mikrobi- ologi produk, selain dilihat bahan bakunya dari awal, medianya juga sangat mempengaruhi. Misalnya media itu seperti apa, dari apa, dan pertumbuhan bakterinya diperoleh dengan cara seperti apa. Kalau medianya pernah ber- sentuhan dengan babi walau hanya sedikit, maka itu sudah tidak halal. “Itu sudah dikategorikan haram,” katanya. Tetapi, menurut Ketua Umum IDI, Zainal Abidin, obat-obatan tidak semuanya harus disertifikasi halal. Terutama yang sudah jelas bahan baku dan bahan dasarnya berasal dari tumbuhan dan ikan. “Antibiotik kan dari jamur, bahan obat yang berasal dari ikan atau hewan laut itu juga kan halal, jadi tidak perlu disertifikasi lagi,” ujarnya. Permasalahan lain yang timbul saat membahas tentang kehalalan obat dan produk farmasi adalah fak- tor darurat. MenteriKesehatan,NafsiahMboi dan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany mengatakan, obat-obatan berbahan haram tidak apa-apa karena sifatnya darurat. “Karena keterbatasan, terkadang dokterharusmemberikanobat-obatan untuk pasien meski di dalamnya me- miliki unsur dari tubuh babi. Menurut saya dalam keadaan darurat boleh dipakai dan itu tidak masalah,” kata Hasbullah Tha­brany seperti dikutip antaranews.com (17/12/2013). Pernyataan guru besar ini diban- tah oleh Ketua Harian MUI Pusat, KH Ma’ruf Amin. Menurutnya, siapapun tidak berhak mengatakan halal atau haram karena kedaan darurat. Hanya ulama yang meng- etahui ilmu agama dan fikih yang Negara dan perusahaan farmasi mempunyai cukup dana untuk meracik formula bahan obat halal. Direktur LPPOM MUI, Lukmanul Hakim
  • 5. FEBRUARI 2014/RABIUL AWWAL 1435 25 TITIK KRITIS KEHALALAN PRODUK-PRODUK FARMASI Protein, asam amino, vitamin, mineral, Enzim, asam lemak dan turunannya, khondroi�nn, Darah, serum, plasma, hormon hingga karbon ak��. Penggunaanya dari tulang, kulit, lemak hingga jeroannya, Termasuk penggunaan bahan pewarna. Gela�nn beasal Dari tulang maupun kulit babi. Media untuk pembuatan vaksin BAHAN AKTIF OBAT YANG BERASAL DARI BABI BAHAN AKTIF LAIN YANG BERASAL DARI MANUSIA Keratin rambut, Untuk pembentukan Sistein, placenta manusia, Sebagai bahan obat Luka bakar Dan yang lainnya. Ari-ari atau placenta Untuk obat leukemia, Kanker, Kelainan darah, stroke, Liver, diabetes dan Jantung. PRODUK-PRODUK FARMASI YANG RENTAN BERBAHAN HARAM ALKOHOL UNTUK MENGISOLASI BAHAN AKTIF YANG BERASAL DARI TUMBUHAN ALKALOID, GLIKOSIDA Dari ke 28 jenis bahan farmaseutik tersebut terdapat beberapa bahan yang memiliki titik kritis kehalalan. Yakni bahan pengemulsi, bahan pewarna, bahan perisa, bahan pengisi tablet, bahan pengkilap, bahan pemanis, bahan pelarut dan bahan enkapsulasi. Bahan tersebut memiliki titik kritis kehalalannya sebab bisa saja berasal dari bahan haram dan najis seperti babi, alcohol, organ manusia maupun bahan hewani lain yang tidak jelas asal-usul maupun proses penyembelihannya. BAHAN FARMASEUTIK (BAHAN TAMBAHAN OBAT AGAR MUDAH DISERAP TUBUH) BAHAN PENGASAM BAHAN PEMBASAH BAHAN PENJERAP BAHAN AEROSOL BAHAN PENGAWET ANTIOKSIDAN BAHAN PENDAPAR BAHAN PENGKHELAT BAHAN PENGEMULSI BAHAN PEWARNA BAHAN PERISA BAHAN PELEMBAB BAHAN PELEMBUT BAHAN DASAR SALEP BAHAN PENGERAS BAHAN PEMANIS BAHAN PENSUSPENSI BAHAN PENGHANCUR TABLET BAHAN PENGISI TABLET BAHAN PENYALUT BAHAN PELINCIR TABLET BAHAN PEREKAT TABLET BAHAN PELUMAS BAHAN PENGKILAP BAHAN PENGISOTONIS LARUTAN PELARUT/PEMBAWA BAHAN ENKAPSULASI PENGGANTI UDARA Demikian halnya penggunaan protein darah manusia dalam obat injeksi. Etanol dan gliserin pun dapat digunakan dalam obat- berbentuk suntik tersebut. Contoh lain adalah Insulin yang bisa berasal dari pankreas babi, atau lovenox (obat injeksi anti penggumpalan darah) yang juga bisa berasal dari babi. Obat berbentuk pil injeksi (suntik) , bahan penyusun obat seperti gliserin,bisa berasal dari turunan lemak dan ini harus diperhatikan. Termasuk juga penggunaan bahan gelatin yang banyak digunakan. Cangkang kapsul, dalam proses pembuatannya menggunakan gelatin. Obat cair atau liquid , bahan tambahan memakai etanol atau alkohol dan flavor (perasa) yang digunakan. Flavor bisa terbuat dari bahan penyusun (ingredient) dan pelarut yang tidak jelas kehalalannya. Obat tablet memakai magnesium stearat, monogliserida yang berasal dari turunan lemak Obat serbuk dan kaplet, penggunaan laktosa dalam proses produksi obat serbuk harus diperhatikan diperhatikan.Enzim hewani bisa saja berperan dalam pembuatan laktosa ini. Termasuk penggunaan bahan pewarna. Gelatin berasal dari tulang maupun kulit hewan, seperti babi, sapi atau ikan. DARI 18 RIBU JENIS PRODUK FARMASI, 22 JENIS YANG BERSERTIFIKASI HALAL sumber:www.halalmui.org
  • 6. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com26 LAPORAN UTAMA 26 Saatnya Kurangi Minum Obat Sintetis Klinik pengobatan ala Nabi SAW, Pondok Sehat Anabawiyah milik Ummu Sala- mah di Ciputat, Tangerang Selatan setiap hari selalu ramai dikunjungi pasien. Selain berobat, banyak juga pasien yang berkonsultasi mengenai kesehatan. Terlebih ketika Menteri Kesehatan mengatakan kebanyakan obat-obatan kimia mengandung bahan haram. Pasien yang datang banyak menanyakan dampak negatif dan bahan-bahan yang dikandung dari obat kimia sintetis. Wanita yang juga penulis buku Imunisasi, Dampak, Konspirasi dan Solusi Sehat Ala Rasulullah SAW ini, sejak tahun 2005 tidak mengonsumsi obat-obatan kimia sintetis. Ia telah merasakan hidup sehat dengan pengobatan cara Nabi SAW. Ummu Salamah pernah memiliki pengalaman dengan obat-obatan kimia sintetis. Tahun 2002, ia bolak-balik ke sebuah rumah sakit di kawasan Bintaro, Tangerang untuk berobat. Namun, kesembuhan tak kunjung datang. “Tidak ada perubahan selama satu tahun berobat,” katanya. Akhirnya, seorang tem annya memberitahu pengobatan cara lain. “Setelah rutin berbekam, perlahan tapi pasti, alhamdulillah ada perubahan,” katanya. Seperti juga yang dialami Muhammad Ro’inul Balad, asal Bandung, Jawa Barat. Roin, demikian ia akrab dipanggil, bercerita bahwa beberapa tahun lalu kesehatan- nya terganggu dengan keluhan pada lambungnya. Aktivitasnya yang padat sebagai dai dan aktivis Islam membuat dirinya sering telat makan. Setelah diperiksa, dokter menyimpulkan bahwa Roin menderita sakit maag. “Dokter menyarankan untuk berobat rutin dengan mengonsumsi obat-obatan kimia sintetis yang saya sendiri tidak tahu kehalalannya. Namun sebagai Muslim kita harus berbaik sangka kepada orang lain termasuk dokter,” katanya. Selama beberapa bulan ayah dari lima anak ini rutin kontrol dan mengonsumsi obat resep dokter tersebut. Setelah itu, lambungnya terasa lebih baik. Tetapi, akibat adanya pantangan terhadap makanan tertentu, maka terjadi sedikit penyumbatan pembuluh darah sebagai akibat tingginya kadar kolesterol. “Saya didiagnosa terkena penyakit jantung,” ujarnya. Singkat cerita, Roin berusaha berobat ke sebuah rumah sakit yang melakukan pengobatan dengan herbal. Meski menggunakan herbal, namun rumah sakit tersebut telah menggunakan standar modern. Mulai dari labotarium, perawat, dokter ahli, dan apotekernya. Roin mengakui, pengobatan dengan herbal waktunya lebih lama jika diband- ingkan dengan pengobatan kimia sintetis. Kata dokternya, tutur Roin, pengobatan dengan herbal sifatnya holistik. Tidak hanya mengobati penyakitnya, tetapi juga menguatkan organ lain sebagai pendukung proses penyembuhan penyakit tersebut. “Berbeda dengan pengobatan konvensional yang justru menimbulkan penyakit baru sebagai dampak dari penggunaan obat tertentu. Sakitnya mungkin sembuh tetapi ada penurunan fungsi organ lain,” jelas Roin yang menjabat Sekretaris Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jawa Barat. Kendati penyembuhan cukup lama dan berbiaya agak mahal, tetapi Roin cukup puas. Setelah melakukan pengobatan dengan herbal secara rutin, ia merasakan ada perubahan mendasar pada kesehatannya selain penyakitnya berangsur sembuh juga membaiknya fungsi organ lainnya. “Bagi saya berobat bukan sekadar mencari kesembuhan, namun yang lebih pent- ing berikhtiar dengan cara yang halal termasuk obatnya. Sehingga dalam berobat tidak sampai jatuh pada hal yang haram baik cara maupun obatnya,” tegas Roin. pantas mengatakan halal atau tidaknya. “Masalah halal itu soal hukum agama dan ulama saja yang bisa mengatakan, jadi jangan seenaknya,” tegas Ma’ruf. Ia menjelaskan bahwa kondisi darurat tidak boleh berlangsung selamanya. Harus ada usaha yang dilakukan sehingga jangan selalu mempunyai alasan karena darurat, maka boleh memakan barang yang haram. “Saat ini MUI sedang merumus- kan working group dengan Kemen- trian Kesehatan, Asosiasi Farmasi, dan Ikatan Dokter Indonesia untuk memverifikasi obat-obatan yang halal dan yang darurat,” ujarnya. Syarat darurat, tambah Ma’ruf, diperlukan saat tidak ada obat lain yang halal. Juga, jika tidak diminum akan bertambah sakit dan membuat mati. Namun, status obat itu tidak menjadi halal. Kiai berusia 70 tahun itu menya­ yangkan ilmuwan di Indonesia yang enggan mencari bahan pengganti obat-obatan yang haram. Padahal, bahan tersebut banyak tersedia di tanah air. “Dalam al-Qur`an jelas Allah Ta’ala tidak menjadikan obat dari sesuatu yang haram, berarti yang halal ada,” katanya. Namun, sambung Ma’ruf, kita belum mampu, karena kiblat dokter dan peneliti kita kebanyakan ke Barat. Ketua Umum IDI, Zainal Abidin juga menyatakan hal serupa. Negara harus mencari jalan lain supaya ja­ ngan selalu mengedepankan alasan darurat. “Negara wajib melindungi warganya dalam mengonsumsi obat, jangan pakai isu darurat terus, harus ada upaya jalan keluar. Saya yakin ada unsur yang bisa dipakai selain babi,” katanya. Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ledia Hanifa Amalia menyarankan dan mengim- bau ke pemerintah supaya membuat terobosan baru mencari bahan yang halal untuk produk farmasi. “Perusahaan farmasi dan ne- gara punya dana untuk meneliti dan pengembangan, sampai kapan kita mau mengatakan darurat?” kata Ledia.
  • 7. FEBRUARI 2014/RABIUL AWWAL 1435 27 B ulan Desember lalu, Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi membuat resah masyarakat. Ia menyatakan tidak setuju jika produk farmasi disertifikasi halal. Menurutnya, obat-obatan dan produk farmasi jangan disamakan de­ ngan makanan atau minuman. Majalah Suara Hidayatullah men­ coba mengkonfirmasi pernyataan Men­­­kes tersebut. Nafsiah Mboi men- jawab pertanyaan Suara Hidayatullah melalui surat elektronik. Berikut petikan wawancaranya. Bagaimana perhatian Kemenkes terhadap status kehalalan produk- produk farmasi di Indonesia? Kementrian Kesehatan RI men- dukung sepenuhnya upaya-upaya dalam memberikan jaminan, perlin­ dungan, dan kepastian kehalalan produk yang akan dikonsumsi dan atau digunakan masyarakat. Oleh karena itu, pada tahun 1996 ditandatangani pia­ gam kerjasama Departemen Kesehatan, Departemen Agama, dan MUI tentang pelaksanaan pencantuman label halal. Di bidang obat, sampai saat ini tidak ada landasan hukum yang mewajibkan sertifikasi halal untuk produk obat maupun vaksin. Sertifikasi halal untuk produk obat kepada MUI diajukan oleh pemilik produk dan bersifat sukarela. Obat yang beredar di Indonesia harus didaftarkan terlebih dahulu atau disertifikasi. Hal ini sesuai dengan mandat UU No. 36 Thn 2009 tentang kesehatan, bahwa tugas pemerintah di bidang obat adalah menjamin keterse- diaan obat esensial, pengawasan obat, dan penggunaan obat yang rasional. Seluruh obat yang beredar di Indonesia harus didaftarkan dahulu atau diserti- fikasi oleh BPOM sebagai bagian dari pengawasan pre-market yang dilakukan sebelum obat beredar. Hal ini dilakukan untuk memastikan keamanan, khasiat, mutu, dan kebenaran informasi yang tercantum pada label penandaan obat. Obat yang lulus pre-market mendapat sertifikat Nomer Izin Edar (NIE). Sejauh mana Kemenkes meng- etahui bahan-bahan untuk membuat obat-obatan? Saat ini tidak banyak obat-obatan yang mengandung bahan tertentu atau sesuatu yang tidak halal, seperti babi atau bahan bersumber babi. Contoh, ada tiga jenis heparin berat molekul rendah sebagai obat pengencer darah, produk-produk ini mengandung DNA babi, berasal dari usus babi dan belum ada yang dari sapi. Bagaimana sikap Kemenkes terhadap upaya sertifikasi halal obat- obatan yang beredar di Indonesia? Penemuan dan pengembangan obat baru dilakukan melalui penelitian yang lama, 10-20 tahun dan umumnya dilakukan di luar negeri. Pada pengem- bangan obat harus dilakukan studi pre-klinik dan studi klinik, formulasi dan teknologi untuk membuktikan dan memastikan keamanan, khasiat, dan mutu produk tersebut. Penemuan obat yang berasal dari binatang akan riskan dengan sesuatu yang tidak halal, mi­ salnya kandungan aktifnya berasal dari babi atau pada proses pembuatannya pernah bersinggungan dengan bahan bersumber babi. Dalam hal ini prinsip penerimaan obat tersebut di Indonesia adalah kedaruratan, apabila tidak ada alternatif lain. Apakah sertifikasi ini diperlukan? Apabila masih ada alternatif lain, misalnya tersedia bahan bersumber sapi, maka terhadap obat tersebut tidak dapat diberikan izin edar. Apabila tidak ada alternatif lain, maka akan di- kaji manfaat secara medis dan diberikan transparansi pada label produk. RUU Jaminan Produk Halal (JPH) yang saat ini sedang digodok di DPR salah satunya mengatur masalah ini, bagaimana tanggapan Anda? Kementrian Kesehatan sepenuhnya mendukung upaya-upaya dalam mem­ be­rikan jaminan perlindungan dan kepastian kehalalan produk yang akan dikonsumsi atau digunakan masyarakat. Salah satu pasal dalam RUU JPH men- gatakan bahwa bahan yang berasal dari mikroba dan bahan yang dihasilkan melalui proses kimia, proses biologi atau proses rekayasa genetika diharam- kan jika proses pertumbuhan dan atau pembuatannya tercampur, terkandung, dan atau terkontaminasi dengan bahan yang diharamkan. Oleh karena itu, Kemenkes me- mandang perlu dan telah mengusulkan agarprodukberupaobattermasukproduk biologi (vaksin) dan produk rekayasa genetik yang digunakan untuk diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan manusia dikecualikan dalam RUU JPH. Bahkan, di seluruh dunia tidak ada yang menerapkan itu, termasuk negara-negar Arab, sekalipun tidak masuk masalah obat-obatan dalam sertifikasi halal mereka. Apakah dalam peraturan atau Undang-Undang Kesehatan menga- tur mengenai bahan baku yang dipe- runtukan bagi obat-obatan? Sesuai dengan UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi (vaksin) yang diguna- kan untuk mempengaruhi atau me- nyelidiki sitem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembu- han pemulihan dan peningkatan kesehatan untuk manusia. Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan RI “Prinsip Penerimaan Obat Berbahan Babi karena Darurat” SURYAFACHRIZAL Kantor Kementrian Kesehatan RI