Ruang Kolaborasi Kelompok 2 LK 1.8 Pembelajaran Sosial Emosional.pdf
1. RUANG KOLABORASI
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL (PSE)
LK 1.8
Kelompok 2 :
1. Meria Latifatun Nisa Azira
2. Rizka Arum Puspita
3. Salvinia Salvy Prihanta
Ruang Lingkup
Kompetensi
Pembelajaran Sosial dan
Emosional
Teknik Pembelajaran Kse SMK
Protokol
(Budaya atau
Tata Tertib)
Kesadaran diri pengenalan
emosi
1. Teknik :
a) Aktivitas refleksi pribadi : guru dapat mengintegrasikan refleksi pribadi seperti jurnal
emosi atau catatan perasaan dengan meminta siswa untuk mencatat pengalaman
emosional sehari-hari guna mengenali dan memahami emosi mereka.
b) Diskusi kelompok : berfokus pada pengenalan emosi dengan berbagi pengalaman tentang
tata tertib dan norma sosial untuk membangun pemahaman yang lebih baik dalam
mengelola emosi yang beragam
c) Penggunaan materi pembelajaran kontekstual : sesuai realitas budaya dan tata tertub
sekolah. Misalnya memilih studi kasus yang mencerminkan situasi kehidupan sehari-hari
2. di SMK untuk memperkuat pemahaman siswa tentang pengenalan emosi yang lebih
konkret
d) Pelatihan keterampilan sosial : siswa dilibatkan dalam peran bermain, peran atau
aktivitas berbasis tim yang mendukung pengembangan keterampilan komunikasi dan
Kerjasama.
2. Penjelasan tentang apa yang dilakukan guru :
a) Guru dapat mengadopsi pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pengalaman
langsung dan situasi nyata yang relevan dengan budaya atau tata tertib sekolah sehingga
dapat melibatkan kegiatan observasi, refleksi, dan diskusi terbuka yang memungkinkan
siswa mengidentifikasi emosi mereka dalam konteks spesifik.
b) Guru dapat menggunakan alat bantu pembelajaran seperti film, cerita, atau rekaman
suara yang menggambarkan situasi emosional dalam kehidupan sehari-hari siswa di
SMK. Hal ini membantu siswa mengenali dan memahami berbagai ekspresi emosi dalam
konteks budaya yang dikenalinya.
c) Mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan tata tertib sekolah dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Guru dapat menunjukkan bagaimana pemahaman emosi dan kesadaran
diri dapat diaplikasikan dalam konteks norma-norma dan aturan sekolah.
d) Melakukan evaluasi secara berkala terhadap kemajuan siswa dalam mengembangkan
kesadaran diri dan keterampilan pengenalan emosi. Guru dapat memberikan umpan balik
konstruktif dan mengidentifikasi area yang masih perlu diperkuat.
3. Penjelasan tentang apa yang dikatakan pada murid :
3. Dalam pembelajaran sosial emosional di SMK, guru perlu memberikan pesan yang
mendukung kesadaran diri dan pengenalan emosi sesuai dengan budaya atau tata tertib
sekolah. Guru dapat mengatakan kepada murid, "Hari ini kita akan menjelajahi perasaan kita
dalam konteks budaya sekolah. Mari kita berbagi pengalaman dan diskusikan bagaimana
emosi kita dapat memengaruhi interaksi sosial. Penting untuk memahami diri sendiri dan
orang lain dengan lebih baik. Ingatlah, setiap emosi memiliki tempatnya, dan kita bisa belajar
mengelolanya dengan bijaksana. Mari jadikan kelas ini sebagai ruang aman untuk tumbuh
bersama dan memahami diri kita dalam konteks budaya yang kita alami bersama."
4. Penjelasan tentang tujuan :
Tujuan pembelajaran sosial emosional di SMK pada kompetensi kesadaran diri dan
pengenalan emosi dalam ruang lingkup budaya atau tata tertib adalah mengembangkan siswa
sebagai individu yang matang secara emosional dan sosial. Guru bertujuan untuk membantu
siswa memahami dan mengelola emosi mereka dengan bijaksana dalam konteks budaya atau
norma sekolah. Dengan mengacu pada kesadaran diri, tujuan utama adalah membantu siswa
mengenali perasaan mereka sendiri, mengidentifikasi faktor-faktor pemicu emosi, dan
memahami dampaknya pada perilaku. Pengenalan emosi dalam ruang lingkup budaya atau
tata tertib sekolah bertujuan untuk melibatkan siswa dalam proses belajar yang kontekstual.
Tujuan ini mencakup pemahaman siswa terhadap cara berinteraksi dengan sesama sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan aturan sekolah. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat
membangun keterampilan sosial yang kuat, menghormati keberagaman budaya, dan menjadi
individu yang dapat berkontribusi positif dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.
4. Keseluruhan, tujuan pembelajaran sosial emosional di SMK adalah membekali siswa dengan
keterampilan dan pemahaman yang mendalam tentang diri mereka sendiri, serta mendorong
pengembangan sikap positif terhadap lingkungan budaya dan norma tata tertib sekolah.
Pengelolaan diri -
mengelola emosi dan
fokus
1. Teknik :
Dalam pembelajaran sosial emosional di SMK, guru dapat menerapkan teknik pengelolaan
diri yang fokus pada mengelola emosi dan meningkatkan ketahanan terhadap distraksi,
dengan mempertimbangkan budaya atau tata tertib sekolah. Salah satu tekniknya adalah
melibatkan siswa dalam praktik meditasi atau mindfulness yang terkait dengan nilai-nilai
budaya. Dalam sesi ini, siswa diajak untuk meresapi momen dan mengenali emosi mereka,
sekaligus memahami bagaimana budaya atau aturan sekolah dapat memengaruhi tanggapan
emosional. Selain itu, guru dapat mengintegrasikan metode pelatihan keterampilan
manajemen stres yang dikemas dengan nilai-nilai lokal atau tradisional. Misalnya,
mengajarkan siswa teknik pernapasan dalam konteks seni bela diri tradisional yang
mencerminkan kebijaksanaan budaya lokal. Penting juga untuk memfasilitasi diskusi reflektif
mengenai bagaimana siswa dapat mempertahankan fokus mereka dalam belajar, sambil
memahami dampak budaya atau norma sekolah pada tingkah laku dan sikap. Dengan
demikian, teknik ini bukan hanya mengajarkan keterampilan pengelolaan diri, tetapi juga
memperkuat koneksi antara aspek emosional dan nilai-nilai budaya dalam pengalaman
belajar siswa di SMK.
2. Penjelasan tentang apa yang dilakukan guru :
5. Guru harus memainkan peran kunci dalam membimbing siswa pada kompetensi pengelolaan
diri, khususnya dalam mengelola emosi dan fokus, dengan mempertimbangkan budaya atau
tata tertib sekolah. Guru dapat merencanakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam refleksi diri, diskusi kelompok, dan latihan praktis yang terintegrasi dengan nilai-nilai
budaya setempat. Selain itu, guru perlu menciptakan lingkungan kelas yang mendukung dan
memotivasi siswa untuk mengembangkan keterampilan pengelolaan emosi. Hal ini dapat
melibatkan penggunaan contoh kasus atau situasi kehidupan nyata yang relevan dengan
budaya atau norma sekolah, sehingga siswa dapat mengenali dan mengelola emosi mereka
dengan cara yang sesuai dan konstruktif. Dengan memberikan umpan balik positif dan
memberikan dukungan, guru membantu siswa mengatasi hambatan emosional dan fokus
pada perkembangan pribadi mereka dalam konteks budaya dan tata tertib yang ada.
3. Penjelasan tentang apa yang dikatakan pada murid :
Guru menyampaikan pesan kepada murid di SMK dalam pembelajaran sosial emosional,
"Hari ini kita akan fokus pada pengelolaan diri, khususnya mengelola emosi dan
meningkatkan fokus. Mari kita refleksikan bagaimana budaya sekolah memengaruhi respons
emosional kita. Penting untuk mengenali perasaan dan mengeksplorasi cara yang positif
dalam mengatasi tantangan. Saya akan memandu kita melalui latihan-latihan praktis dan
diskusi kelompok yang terkait dengan budaya kita. Ingat, pengelolaan emosi adalah kunci
untuk menghadapi pelajaran dan tantangan hidup. Mari bersama-sama membangun
keterampilan ini agar kita dapat tumbuh bersama sebagai individu yang lebih kuat secara
emosional dalam lingkungan sekolah kita."
6. 4. Penjelasan tentang tujuan :
Tujuan dalam pembelajaran sosial emosional di SMK pada kompetensi pengelolaan diri,
khususnya mengelola emosi dan fokus dalam ruang lingkup budaya atau tata tertib, adalah
membentuk siswa menjadi individu yang matang secara emosional dan mampu beradaptasi
dengan lingkungan budaya sekolah. Guru bertujuan untuk mengajarkan siswa cara
mengidentifikasi, mengelola, dan mengarahkan emosi mereka secara positif, dengan
mempertimbangkan nilai-nilai budaya yang berlaku. Selain itu, tujuan ini mencakup
pengembangan keterampilan fokus dan ketahanan terhadap distraksi dalam konteks tata tertib
sekolah. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu menghadapi tantangan dengan baik,
menjaga keseimbangan emosional, dan berkontribusi positif dalam menjaga harmoni dalam
budaya atau tata tertib lingkungan belajar mereka.
Kesadaran sosial –
keterampilan berempati
1. Teknik :
Teknik yang efektif untuk mengembangkan kompetensi kesadaran sosial dan keterampilan
berempati dalam ruang lingkup budaya atau tata tertib dapat dilakukan melalui pendekatan
praktis. Guru dapat memanfaatkan studi kasus yang relevan dengan lingkungan sekitar
sekolah atau budaya lokal. Siswa diajak untuk menganalisis situasi sosial dan
mengidentifikasi nilai-nilai budaya serta tata tertib yang berlaku. Melalui diskusi kelompok,
simulasi, dan role-playing, mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik
tentang bagaimana berinteraksi secara positif dalam masyarakat. Selain itu, kegiatan
ekstrakurikuler yang mendukung kerja sama tim dan kepedulian terhadap keberagaman
7. budaya dapat memperkuat aspek kesadaran sosial dan empati dalam konteks kehidupan
sehari-hari di SMK.
2. Penjelasan tentang apa yang dilakukan guru :
Guru dapat memulai dengan membuka diskusi mengenai nilai-nilai budaya yang berlaku di
masyarakat atau lingkungan sekitar sekolah. Dengan membawa studi kasus konkret, guru
memberikan contoh situasi sosial yang melibatkan aspek budaya atau tata tertib, mendorong
siswa untuk menganalisis dampaknya. Melalui kegiatan kelompok, guru memfasilitasi
diskusi mendalam untuk memahami perspektif beragam dan merangsang keterampilan
berempati. Siswa juga dapat diajak berpartisipasi dalam simulasi atau role-playing,
memungkinkan mereka mengalami secara langsung interaksi budaya yang berbeda. Guru
berperan sebagai fasilitator, memberikan umpan balik konstruktif, dan mengarahkan refleksi
siswa tentang pengalaman tersebut. Selain itu, guru dapat mengintegrasikan kegiatan
ekstrakurikuler atau proyek kolaboratif yang menekankan nilai-nilai sosial dan budaya,
menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan kesadaran sosial dan
keterampilan berempati siswa di SMK.
3. Penjelasan tentang apa yang dikatakan pada murid :
Guru secara penuh perhatian menyampaikan pesan kepada murid mengenai pentingnya
pengembangan kesadaran sosial dan keterampilan berempati dalam konteks budaya atau tata
tertib. Guru mengajak murid untuk merenung tentang nilai-nilai budaya yang mendefinisikan
masyarakat di sekitar mereka. Dalam diskusi kelompok, guru mendorong murid untuk
berbagi pengalaman dan pandangan mereka terkait perbedaan budaya serta mencari
8. pemahaman bersama. Guru memberikan contoh konkret melalui studi kasus,
mengilustrasikan bagaimana keberagaman budaya dapat memperkaya interaksi sosial.
Dengan penuh dukungan, guru mengajarkan murid untuk mendengarkan dengan empati,
menghargai perbedaan, dan membangun hubungan positif dengan orang-orang yang
memiliki latar belakang budaya berbeda. Pesan tersebut didorong melalui kegiatan praktis di
mana murid dapat merasakan secara langsung tantangan dan keberagaman dalam ruang
lingkup budaya atau tata tertib, memperkuat pemahaman dan keterampilan sosial emosional
mereka.
4. Penjelasan tentang tujuan :
Tujuan dalam pembelajaran sosial emosional di SMK, khususnya pada kompetensi kesadaran
sosial dan keterampilan berempati dalam ruang lingkup budaya atau tata tertib, adalah
mengembangkan siswa menjadi individu yang memiliki pemahaman mendalam tentang
keberagaman, menghargai perbedaan budaya, dan mampu berinteraksi secara positif dalam
masyarakat. Melalui pembelajaran ini, SMK bertujuan membentuk siswa yang memiliki
kesadaran sosial tinggi, keterampilan berempati yang kuat, serta dapat menjalin hubungan
yang harmonis dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya, sehingga mereka
siap menghadapi tantangan dunia kerja yang multikultural.
Keterampilan
berhubungan sosial – daya
lenting (resiliensi)
1. Teknik :
Pembelajaran sosial emosional di SMK, khususnya dalam kompetensi keterampilan
berhubungan sosial, mengedepankan teknik daya lenting atau resiliensi dalam konteks
budaya dan tata tertib sekolah. Guru dan siswa dilibatkan dalam kegiatan yang mendorong
9. pemahaman dan pengembangan resiliensi, seperti diskusi kelompok tentang tantangan
sehari-hari di sekolah, peran model positif, dan simulasi situasi konflik. Selain itu,
pembelajaran juga melibatkan unsur budaya sekolah, dengan memfokuskan pada nilai-nilai
yang diterapkan dalam tata tertib. Guru memfasilitasi pembelajaran adaptif, mengajarkan
siswa untuk menghadapi ketidakpastian dengan positif, dan membangun rasa tanggung jawab
terhadap budaya sekolah. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan kemampuan
beradaptasi, menyelesaikan konflik dengan bijak, dan memperkuat hubungan sosial yang
positif dalam lingkungan belajar mereka.
2. Penjelasan tentang apa yang dilakukan guru :
Guru perlu memfokuskan pada keterampilan berhubungan sosial, terutama daya lenting
(resiliensi), dengan mengintegrasikan budaya dan tata tertib sekolah. Guru harus
menciptakan lingkungan yang mendukung, mengajarkan siswa untuk mengatasi rintangan,
dan mengidentifikasi nilai-nilai budaya yang dapat memperkuat resiliensi. Melalui diskusi,
simulasi, dan peran model positif, guru membimbing siswa dalam memahami dan mengatasi
konflik serta membangun hubungan positif. Dengan demikian, guru berperan kunci dalam
membentuk siswa SMK yang memiliki keterampilan berhubungan sosial dan daya lenting
yang kokoh dalam konteks budaya dan tata tertib sekolah.
3. Penjelasan tentang apa yang dilakukan pada murid :
Murid diajak untuk aktif mengembangkan keterampilan berhubungan sosial, khususnya daya
lenting atau resiliensi, dengan mempertimbangkan budaya dan tata tertib sekolah. Melalui
kegiatan diskusi, permainan peran, dan refleksi pribadi, murid belajar mengidentifikasi
10. tantangan dalam lingkungan sekolah dan mengembangkan strategi mengatasi masalah.
Mereka diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang membangun solidaritas
dan pengertian terhadap budaya sekolah. Dengan demikian, murid tidak hanya meningkatkan
kemampuan interpersonal, tetapi juga mampu memperkuat daya lentingnya dalam konteks
nilai dan norma yang berlaku di sekolah.
4. Penjelasan tentang tujuan :
Tujuan pembelajaran sosial emosional di SMK, khususnya dalam keterampilan berhubungan
sosial dan daya lenting (resiliensi), adalah membekali murid dengan keterampilan
interpersonal dan ketahanan dalam menghadapi tantangan. Melalui pemahaman budaya dan
tata tertib sekolah, siswa diajarkan untuk membangun hubungan yang positif, menangani
konflik dengan bijak, dan menghadapi ketidakpastian dengan ketenangan. Tujuan ini tidak
hanya menciptakan lingkungan belajar yang harmonis, tetapi juga membantu siswa
mengembangkan kemampuan adaptasi yang diperlukan di dunia kerja. Dengan demikian,
pembelajaran sosial emosional bertujuan mendukung pertumbuhan holistik siswa SMK agar
menjadi individu yang tangguh dan dapat berkontribusi positif dalam masyarakat.
Pengambilan keputusan
yang bertanggung jawab
1. Teknik :
Teknik yang efektif untuk mengembangkan kompetensi pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab dalam konteks budaya atau tata tertib sekolah melibatkan beberapa aspek.
Guru dapat memanfaatkan pendekatan kelas yang berpusat pada siswa, mempromosikan
kerjasama antar siswa, dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam setiap aktivitas
pembelajaran. Pertama, guru dapat mendorong diskusi kelompok yang melibatkan siswa
11. dalam merinci situasi keputusan yang berkaitan dengan budaya atau tata tertib sekolah.
Melalui dialog terbuka, siswa dapat mengidentifikasi nilai-nilai budaya yang relevan dan
merumuskan keputusan yang bertanggung jawab. Selanjutnya, simulasi situasi nyata yang
terkait dengan tata tertib sekolah dapat membantu siswa mempraktikkan keterampilan
pengambilan keputusan secara kontekstual. Dengan mendekatkan pembelajaran pada realitas
budaya dan tata tertib sekolah, siswa dapat mengasah keterampilan sosial emosional mereka,
membentuk karakter yang tanggung jawab, dan mengembangkan kemampuan membuat
keputusan yang bijak.
2. Penjelasan tentang apa yang dilakukan guru :
Guru dalam pembelajaran sosial emosional di SMK fokus pada kompetensi pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelompok.
Mereka membimbing siswa untuk menganalisis situasi keputusan yang berkaitan dengan
budaya atau tata tertib sekolah, mempromosikan pemahaman nilai-nilai budaya, dan
mendorong siswa merumuskan keputusan yang tepat. Melalui simulasi situasi nyata, guru
memfasilitasi pengalaman praktis siswa dalam menghadapi tantangan keputusan sehari-hari
yang terkait dengan norma-norma budaya di sekolah. Pendekatan ini memberikan landasan
kuat bagi siswa SMK untuk mengembangkan keterampilan sosial emosional dan karakter
yang bertanggung jawab.
3. Penjelasan tentang apa yang dikatakan pada murid :
Guru pada pembelajaran sosial emosional di SMK seharusnya memberikan arahan kepada
murid dengan mengedepankan nilai-nilai tanggung jawab dan budaya sekolah. Mereka dapat
12. mengatakan kepada murid bahwa pengambilan keputusan yang bijak harus
mempertimbangkan norma-norma budaya dan tata tertib di sekolah. Pesan-pesan seperti
menghargai keragaman, mematuhi aturan, dan memahami dampak keputusan terhadap
lingkungan sekolah menjadi fokus utama. Dengan mendukung dialog terbuka dan
simulasinya, guru mendorong murid untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran,
membentuk karakter yang bertanggung jawab, dan memahami pentingnya keputusan yang
sesuai dengan nilai-nilai budaya dan norma sekolah.
4. Penjelasan tentang Tujuan :
Tujuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab terutama dengan fokus pada budaya
dan tata tertib sekolah, adalah membentuk siswa yang memiliki karakter tanggung jawab dan
sensitivitas terhadap nilai-nilai budaya. Melalui pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat
mengembangkan keterampilan interpersonal, memahami konsekuensi keputusan terhadap
lingkungan sekolah, dan merespons dengan bijaksana terhadap norma-norma budaya.
Dengan demikian, tujuan tersebut bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung perkembangan sosial emosional siswa, membekali mereka dengan keterampilan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dalam konteks budaya dan tata tertib di
sekolah.