Buku ini membahas tentang karakteristik dan pengelolaan lahan rawa di Indonesia. Lahan rawa dibagi menjadi 3 zona berdasarkan pengaruh air pasang surut, yaitu zona rawa pasang surut air asin, zona rawa pasang surut air tawar, dan zona rawa lebak. Dijelaskan pula jenis-jenis lahan rawa seperti swamp, marsh, bog, dan fed beserta ciri khasnya.
Dokumen tersebut membahas sistem surjan dalam perspektif perubahan iklim. Sistem surjan merupakan sistem pertanian yang adaptif dan mitigatif terhadap perubahan iklim melalui teknologi seperti pengelolaan air, penggunaan varietas tahan cuaca ekstrem, dan bahan organik untuk meningkatkan produktivitas tanah serta mengurangi emisi gas rumah kaca. Sistem ini juga mampu mengurangi emisi metana dari lahan rawa dengan pembentuk
Makalah ini membahas tentang pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan, dimulai dari penjelasan tentang tanah gambut dan sifat-sifat fisikanya serta kimianya, kemudian dijelaskan berbagai cara pengelolaan lahan gambut untuk pertanian dan hutan secara berkelanjutan seperti pengurangan emisi GRK, pengendalian muka air tanah, persiapan lahan tanpa bakar, dan penggunaan tanaman penutup tanah
[New Upload] Kelompok 1 Tugas Pelestarian Sumber Daya Lahan RawaMuhammadTeguh8
Lahan rawa merupakan lahan yang tergenang secara periodik atau terus-menerus karena drainase yang terhambat. Lahan ini masih ditumbuhi tumbuhan meskipun tergenang. Pengelolaan lahan rawa meliputi konservasi, pengembangan, dan pengendalian daya rusak air melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Lahan rawa berpotensi menjadi tumpuan produksi pangan dan energi.
Dokumen tersebut membahas sejarah pengelolaan konservasi sumberdaya alam perairan di Indonesia sejak abad ke-19 hingga pengertian, klasifikasi, nilai, kendala, dan identifikasi lahan basah serta konservasi lahan gambut dan mangrove.
Buku ini membahas tentang karakteristik dan pengelolaan lahan rawa di Indonesia. Lahan rawa dibagi menjadi 3 zona berdasarkan pengaruh air pasang surut, yaitu zona rawa pasang surut air asin, zona rawa pasang surut air tawar, dan zona rawa lebak. Dijelaskan pula jenis-jenis lahan rawa seperti swamp, marsh, bog, dan fed beserta ciri khasnya.
Dokumen tersebut membahas sistem surjan dalam perspektif perubahan iklim. Sistem surjan merupakan sistem pertanian yang adaptif dan mitigatif terhadap perubahan iklim melalui teknologi seperti pengelolaan air, penggunaan varietas tahan cuaca ekstrem, dan bahan organik untuk meningkatkan produktivitas tanah serta mengurangi emisi gas rumah kaca. Sistem ini juga mampu mengurangi emisi metana dari lahan rawa dengan pembentuk
Makalah ini membahas tentang pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan, dimulai dari penjelasan tentang tanah gambut dan sifat-sifat fisikanya serta kimianya, kemudian dijelaskan berbagai cara pengelolaan lahan gambut untuk pertanian dan hutan secara berkelanjutan seperti pengurangan emisi GRK, pengendalian muka air tanah, persiapan lahan tanpa bakar, dan penggunaan tanaman penutup tanah
[New Upload] Kelompok 1 Tugas Pelestarian Sumber Daya Lahan RawaMuhammadTeguh8
Lahan rawa merupakan lahan yang tergenang secara periodik atau terus-menerus karena drainase yang terhambat. Lahan ini masih ditumbuhi tumbuhan meskipun tergenang. Pengelolaan lahan rawa meliputi konservasi, pengembangan, dan pengendalian daya rusak air melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Lahan rawa berpotensi menjadi tumpuan produksi pangan dan energi.
Dokumen tersebut membahas sejarah pengelolaan konservasi sumberdaya alam perairan di Indonesia sejak abad ke-19 hingga pengertian, klasifikasi, nilai, kendala, dan identifikasi lahan basah serta konservasi lahan gambut dan mangrove.
Dokumen tersebut membahas perencanaan konstruksi bangunan revetment di pantai Desa Teluk Makmur Kota Dumai untuk mencegah abrasi akibat kenaikan muka air laut dan gelombang. Tujuan rencana ini adalah merancang revetment yang efektif untuk menstabilkan bangunan, menahan gaya geser dan dukung tanah. Lokasi ini sering terkena erosi dan abrasi yang menggerus garis pantai.
Dokumen tersebut membahas solusi untuk membangun bangunan di lahan rawa dengan menggunakan pondasi Strauss Pile atau Bor Pile. Metode ini memungkinkan pembangunan bangunan di atas lahan rawa tanpa merusak fungsi resapan air dari rawa.
Makalah ini membahas tentang wanamina (silvofishery) sebagai modifikasi iklim mikro di tambak berbasis konservasi. Wanamina merupakan budidaya tumpangsari antara ikan dan mangrove yang dapat memodifikasi iklim lokal agar tetap ideal untuk budidaya ikan/udang serta berperan dalam konservasi mangrove. Makalah ini juga membahas masalah yang terjadi di daerah pesisir seperti kerusakan lingkungan dan dampak perubahan iklim
Dokumen tersebut membahas perkembangan budidaya ikan di perairan umum Sumatera Selatan. Ia menjelaskan bahwa produksi ikan dari tangkapan alami telah menurun, sehingga mendorong pertumbuhan budidaya ikan. Dokumen ini menganalisis kondisi geografis, hidrologi, dan jenis ikan di perairan umum serta tantangan dalam pond engineering untuk budidaya ikan."
Rawa adalah dataran rendah yang tergenang air, biasanya terdapat di sekitar muara sungai besar yang merupakan tanah lumpur dengan kadar air tinggi. Terdapat beberapa jenis rawa seperti rawa abadi yang selalu tergenang air, rawa sungai yang terbentuk saat banjir, dan rawa pantai di muara sungai.
Pertambangan merupakan opsi menarik untuk optimalisasi penggunaan lahan, menambah lapangan kerja, memenuhi kebutuhan dalam negeri dan penerimaan negara.
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIRepository Ipb
Penelitian ini membandingkan efektivitas dua jenis embung, yaitu embung permanen dan semi permanen, untuk menyediakan air irigasi tanaman hortikultura pada musim kemarau. Hasilnya, embung permanen memiliki volume air yang lebih besar rata-rata 34% dari embung semi permanen. Penggunaan rumus empiris untuk memprediksi volume air yang tertampung embung juga menghasilkan perkiraan yang mirip dengan hasil pengukuran lapangan.
Perencanaan Pembangunan Prasarana Air untuk Lahan PerkebunanDasapta Erwin Irawan
Slide ini kami susun untuk disampaikan dalam acara sumbang saran Perencanaan Pembangunan Prasarana Air untuk Lahan Perkebunan. Acara dilaksanakan oleh Dinas Perkebunan Jawa Barat tanggal 26 Feb 2016.
Ditulis oleh: Dasapta Erwin Irawan, Aditya Pratama, dan Adi Andika
Dokumen tersebut membahas perencanaan konstruksi bangunan revetment di pantai Desa Teluk Makmur Kota Dumai untuk mencegah abrasi akibat kenaikan muka air laut dan gelombang. Tujuan rencana ini adalah merancang revetment yang efektif untuk menstabilkan bangunan, menahan gaya geser dan dukung tanah. Lokasi ini sering terkena erosi dan abrasi yang menggerus garis pantai.
Dokumen tersebut membahas solusi untuk membangun bangunan di lahan rawa dengan menggunakan pondasi Strauss Pile atau Bor Pile. Metode ini memungkinkan pembangunan bangunan di atas lahan rawa tanpa merusak fungsi resapan air dari rawa.
Makalah ini membahas tentang wanamina (silvofishery) sebagai modifikasi iklim mikro di tambak berbasis konservasi. Wanamina merupakan budidaya tumpangsari antara ikan dan mangrove yang dapat memodifikasi iklim lokal agar tetap ideal untuk budidaya ikan/udang serta berperan dalam konservasi mangrove. Makalah ini juga membahas masalah yang terjadi di daerah pesisir seperti kerusakan lingkungan dan dampak perubahan iklim
Dokumen tersebut membahas perkembangan budidaya ikan di perairan umum Sumatera Selatan. Ia menjelaskan bahwa produksi ikan dari tangkapan alami telah menurun, sehingga mendorong pertumbuhan budidaya ikan. Dokumen ini menganalisis kondisi geografis, hidrologi, dan jenis ikan di perairan umum serta tantangan dalam pond engineering untuk budidaya ikan."
Rawa adalah dataran rendah yang tergenang air, biasanya terdapat di sekitar muara sungai besar yang merupakan tanah lumpur dengan kadar air tinggi. Terdapat beberapa jenis rawa seperti rawa abadi yang selalu tergenang air, rawa sungai yang terbentuk saat banjir, dan rawa pantai di muara sungai.
Pertambangan merupakan opsi menarik untuk optimalisasi penggunaan lahan, menambah lapangan kerja, memenuhi kebutuhan dalam negeri dan penerimaan negara.
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIRepository Ipb
Penelitian ini membandingkan efektivitas dua jenis embung, yaitu embung permanen dan semi permanen, untuk menyediakan air irigasi tanaman hortikultura pada musim kemarau. Hasilnya, embung permanen memiliki volume air yang lebih besar rata-rata 34% dari embung semi permanen. Penggunaan rumus empiris untuk memprediksi volume air yang tertampung embung juga menghasilkan perkiraan yang mirip dengan hasil pengukuran lapangan.
Perencanaan Pembangunan Prasarana Air untuk Lahan PerkebunanDasapta Erwin Irawan
Slide ini kami susun untuk disampaikan dalam acara sumbang saran Perencanaan Pembangunan Prasarana Air untuk Lahan Perkebunan. Acara dilaksanakan oleh Dinas Perkebunan Jawa Barat tanggal 26 Feb 2016.
Ditulis oleh: Dasapta Erwin Irawan, Aditya Pratama, dan Adi Andika
Underground River Engineering (Teknik Sungai Bawah Tanah)Ariza Julian Hakim
The document discusses techniques for surveying and exploring underground rivers and karst aquifers. It describes how most rainwater infiltrates into the ground, with some excess flowing into rivers and eventually the sea. It also explains that groundwater is part of the hydrological cycle and is a renewable natural resource if sustainably managed. The document then focuses on methods for determining if an aquifer is confined or unconfined, including making flownet maps and using tracer tests. Tracer tests involve introducing a non-toxic, detectable substance into the water flow and tracking its movement. Geophysics techniques like resistivity testing can also distinguish compact carbonate rocks and locate saturated areas.
Dokumen tersebut membahas tentang waduk, termasuk definisi, komponen, manfaat, dan permasalahan yang ditimbulkan oleh waduk. Waduk dijelaskan sebagai danau buatan yang besar yang digunakan untuk menampung air dan memiliki berbagai komponen seperti bendungan, pelimpah, dan rumah pembangkit listrik. Manfaat waduk meliputi penyediaan air, irigasi, pengendalian banjir, dan pariwisata. Namun waduk juga
Kegiatan belajar 1 membahas konstruksi bangunan air dan pengairan, termasuk jenis konstruksi saluran air, tujuan pembuatan bangunan air, dan cara menghitung dimensi saluran. Siswa diajarkan menggambar konstruksi tersebut dengan AutoCAD.
Pemetaan, Survei dan Penyajian Gambar Sistem Pengelolaan Air Limbah TerpusatJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Tokoalatuji.com - Menurut kamu apa sih lahan gambut itu? Lahan gambut merupakan sebuah type tanah atau lahan basah yang berasal dari tanaman seperti pepohonan dan graminoid ( sejenis rerumputan ) yang mati dan tidak membusuk sepenuhnya lalu menghasilkan bahan organic yang sangat banyak secara natural/alami yang disebabkan oleh keadaan area yang memiliki kadar keasaman yang tinggi dan berair.
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009walhiaceh
Pedoman ini mengatur pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit dengan tujuan mengembangkan budidaya kelapa sawit, memelihara kelestarian lahan gambut, dan meningkatkan produksi petani kelapa sawit. Lahan gambut yang dapat digunakan harus berada di kawasan budidaya, memiliki ketebalan gambut kurang dari 3 meter, dan memiliki substrat tanah mineral di bawahnya selain pasir kuarsa atau tanah sulfat masam. Pemanfaat
1. Dokumen tersebut membahas tentang manfaat ekonomi dan lingkungan dari tanaman ramah gambut dan teknologi rewetting untuk masyarakat dan lingkungan.
2. Beberapa teknik rewetting yang dijelaskan adalah membangun bendungan di saluran untuk menaikkan muka air tanah, membangun saluran buntu, serta manfaatkan areal tersebut untuk budidaya paludikultur dan perikanan.
3. Rewetting gambut dapat mencegah
1. Dokumen tersebut membahas tentang pemilihan lokasi yang tepat untuk budidaya udang di tambak. Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan meliputi topografi, elevasi, pasang surut, dan kualitas tanah setempat.
2. Jenis tanah liat berpasir merupakan kondisi tanah yang paling baik untuk pembangunan tanggul tambak. Selain itu, lokasi yang datar dan tidak terlalu tinggi dari pasang surut akan memudah
Konservasi lahan gambut sangat penting untuk menjaga fungsi ekosistem dan mengurangi emisi karbon. Upaya konservasi meliputi mencegah kebakaran, penanaman kembali dengan tanaman penambat karbon tinggi, pengaturan tingkat air tanah, dan rehabilitasi lahan yang rusak. Aspek hukum dan pengelolaan lahan gambut diatur dalam Peraturan Pemerintah untuk melindungi lingkungan dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Luhur Moekti Prayogo
Tugas 2 Mata Kuliah Desalinasi (3 SKS)
Nama : Muhammad Tezar
NIM : 1310180001
Dosen Pengampu:
Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng
Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas PGRI Ronggolawe Tuban
2022
Bab VI membahas tentang hidrosfer dan perairan darat seperti danau, sungai, rawa, dan air tanah. Danau dan sungai memiliki berbagai manfaat seperti sumber air untuk irigasi, pembangkit listrik, rekreasi, dan perikanan. Pelestarian sumber daya air tawar sangat penting untuk menjaga kelangsungan fungsinya.
Dokumen tersebut membahas tentang tanah gambut, termasuk karakteristiknya, klasifikasi, sifat fisik, kimia, dan biologi, serta interaksinya. Juga dibahas mengenai pengelolaan tanah gambut untuk pertanian dan kehutanan secara berkelanjutan agar dapat meminimalkan kerusakan lingkungan.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
3. 5.4 Embung Atau Waduk Kecil
5.4.1 Umum
Embung adalah bangunan artifisial yang berfungsi
untuk menampung dan menyimpan air dengan
kapasitas volume kecil
Fungsi : Untuk menampung air pada waktu air berlebih
di musim hujan dan dipakai pada waktu kekurangan air
di musim kemarau untuk berbagai
kepentingan, misalnya air
minum, irigasi, pariwisata, pengendali banjir, dll.
4. 5.4 Embung Atau Waduk Kecil
5.4.1 Umum
Batasan-batasan kolam embung (Kasiro dkk., 1997) :
Tinggi tubuh maks. = 10,00 m tipe urugan
= 6,00 m tipe graviti
Kapasitas maks. 100.000 m3
Luas daerah tadah hujan maks. 100 ha
5. 5.4 Embung Atau Waduk Kecil
5.4.1 Umum
Contoh embung
Embung Tambak Boyo di
condongcatur depok sleman
yogyakarta
6. 5.4 Embung Atau Waduk Kecil
5.4.1 Umum
Ilustrasi sederhana embung
7. 5.4 Embung Atau Waduk Kecil
5.4.2 Proses Perencanaan dan Pelaksanaan
Beberapa hal substansi penting dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan pembuatan embung :
Tahap dan proses pembuatan embung/waduk
kecil
(Novak dkk., 1990)
8. 5.4 Embung Atau Waduk Kecil
5.4.2 Proses Perencanaan dan Pelaksanaan
EmbungFungsi Tampungan air
Menampung sedimen
(Karena sumber air biasanya dari aliran
sungai)
Akibat
Memperkecil tampungan,
konsekuensinya adalah berkurangnya
umur embung/waduk
9. 5.4 Embung Atau Waduk Kecil
5.4.2 Proses Perencanaan dan Pelaksanaan
Prinsip konsekuensi persoalan sedimen pada embung
dapat dibagi dua (Fan dan Morris, 1998), yaitu :
1. Konsekuensi di bagian hulu (upstream)
o Kehilangan kapasitas
o Delta deposition
o Navigation
o Polusi udara
o Bahaya gempa
o Abrasi
o Kehilangan Energi
o Pengaruh pada intake & outlet
10. 5.4 Embung Atau Waduk Kecil
5.4.2 Proses Perencanaan dan Pelaksanaan
Prinsip konsekuensi persoalan sedimen pada embung
dapat dibagi dua (Fan dan Morris, 1998), yaitu :
2. Konsekuensi di bagian hilir (downstream)
o Timbul persoalan gerusan (scouring) dan degradasi
(pengurangan) sedimen
o Penurunan muka air di bagian pengambilan (intake)
o Pengurangan kedalaman air untuk navigasi
o Penurunan muka air tanah
o Pengaruh negatif kepada lahan basah (wetland) dan
daerah pertanian
12. 5.5 Rawa
Rawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang
terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang
terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika,
kimiawi dan biologis. (Wikipedia, 2009)
Rawa adalah kawasan yang terletak di zona peralihan
antara daratan yang kering secara permanen dan perairan
yang berair secara permanen. (Maltby, 1992)
Rawa adalah ekositem bumi yang paling penting yang
sebagian besar lahannya tergenangi air secara permanen,
sebagai pengisi air tanah dan pelindung banjir. (Mitch &
Gosselink, 2007)
13. 5.5 Rawa
Untuk dapat disebut sebagai rawa, ada tiga kondisi yang
harus terpenuhi :
1. Tanah dapat mendukung tumbuhan hidrofita (tanaman
yang hidup dalam lingkungan air)
2. Wilayah yang didominasi oleh lahan basah/cukup
basah untuk periode yang agak panjang
3. Wilayah yang terdiri dari media bukan tanah seperti
pasir, kerikil dan batu yang jenuh dengan air
14. 5.5 Rawa
Adapun keterangan dalam RPP tentang rawa (Agustus
2008) menjelaskan bahwa rawa mempunyai ciri-ciri
khusus.
o Ciri fisik, umumnya kondisi tanahnya cekung dengan
topografi relatif datar.
o Ciri kimiawi, umumnya derajat keasaman airnya
rendah, dan/atau tanahnya bersifat anorganik atau
mengandung pirit.
o Ciri biologis, terdapat flora dan fauna yang spesifik.
15. 5.5 Rawa
5.5.1 Jenis Lahan Rawa
Umumnya, lahan rawa dapat dibedakan menjadi 3 (Dit.
Rawa Pantai, 2008), yaitu :
1. Lahan rawa pasang surut. Lokasinya berada di sepanjang
pesisir dan di sepanajang ruas sungai bagian hilir pada rezim
sungai yang dipengaruhi fluktuasi muka air pasang surut harian
2. Lahan rawa non pasang surut, letaknya berada di luar zona
pasang surut, seringkali disebut sebagai lahan rawa lebak.
3. Lahan rawa pedalaman, adalah lahan yang tidak termasuk
dalam klasifikasi di atas. Biasanya kawasan sekitar rawa ini
adalah lahan kering (uplands).
16. 5.5 Rawa
5.5.2 Fungsi Lahan Rawa
Lahan rawa mempunyai bermacam-macam fungsi yang
dikelompokkan menjadi (Dit. Rawa Pantai, 2008) :
1. Fungsi hidrologis
2. Fungsi pelindung lingkungan
3. Fungsi kawasan lindung
4. Fungsi kawasan budidaya
5. Fungsi strategis rawa
6. Fungsi Lingkungan hidup
7. Fungsi sosial Menurut Pasal 4 RPP Rawa
8. Fungsi ekonomi
17. 5.5 Rawa
5.5.3 Potensi dan Kondisi Rawa di Indonesia
Rawa di Indonesia banyak terdapat di Pulau-Pulau
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Kondisi ini
dikarenakan Indonesia memiliki
- Temperatur harian rata-rata berkisar 25º-30º C
- Kelembaban udara pada umumnya diatas 80 %
- Besarnya evapotranspirasi bervariasi antara 3,5-4,5
mm/hari
- Curah hujan tahunan rata-rata berkisar 2000-2500 mm
18. 5.5 Rawa
5.5.3 Potensi dan Kondisi Rawa di Indonesia
19. 5.5 Rawa
5.5.3 Potensi dan Kondisi Rawa di Indonesia
20. 5.5 Rawa
5.5.3 Potensi dan Kondisi Rawa di Indonesia
21. 5.5 Rawa
5.5.3 Potensi dan Kondisi Rawa di Indonesia
22. 5.5 Rawa
5.5.3.1 Pengembangan Potensi Rawa Untuk
Kebutuhan Beras
Jika menggunakan angka kebutuhan makanan pokok
per hari per orang beras 370 gram, maka dalam satu tahun
kebutuhan beras per orang = 370 x 365 = 135050 gram
atau =135 kg.
23. 5.5 Rawa
5.5.3.1 Pengembangan Potensi Rawa Untuk
Kebutuhan Beras
24. 5.5 Rawa
5.5.3.1 Pengembangan Potensi Rawa Untuk
Kebutuhan Beras
Namun perlu diketahui bahwa pengelolaan rawa
terpadu dan pengelolaan irigasi terpadu adalah kompleks,
tidak sesederhana seperti perhitungan tersebut. Alih fungsi
lahan, alih budi daya, para pemangku kepentingan
(stakeholders) dan aspek-aspek lain menjadikan
pengelolaan rawa dan irigasi menjadi kompleks.
25. 5.5 Rawa
5.5.3.2 Permasalahan Pengembangan Rawa di
Indonesia
Berikut adalah beberapa aspek yang menghambat pengembangan
lahan rawa, antara lain
1. Aspek Air
a. Tata air
b. Banjir
c. Kekeringan
d. pH
e. salinitas
26. 5.5 Rawa
5.5.3.2 Permasalahan Pengembangan Rawa di
Indonesia
Berikut adalah beberapa aspek yang menghambat pengembangan
lahan rawa, antara lain
2. Aspek Tanah
a. Pirit
b. Gambut
c. Gulma
27. 5.5 Rawa
5.5.3.2 Permasalahan Pengembangan Rawa di
Indonesia
Berikut adalah beberapa aspek yang menghambat pengembangan
lahan rawa, antara lain
3. Aspek Sosial Budaya Ekonomi
a. Permukiman
b. Pemasaran
c. Penggarap
d. Sarana Transportasi
e. Pengetahuan dan permodalan petani
f. Hubungan antar transmigran/petani lahan rawa
g. Waktu pembangunan yang lama
28. 5.5 Rawa
5.5.3.2 Permasalahan Pengembangan Rawa di
Indonesia
Berikut adalah beberapa aspek yang menghambat pengembangan
lahan rawa, antara lain
4. Aspek Lingkungan
Daerah rawa adalah daerah marginal sehingga perubahan yang
terjadi dengan cepat akan menimbulkan maslah seperti
hama, gulma dan penyakit manusia.