Nila88 Link Situs Slot Anti Rungkad Paling Viral Hari Ini
Roso bab 3
1. BAB III
KEDUDUKAN NIAT DALAM IBADAH
A. Penafsiran NIAT
Kata hasrat ُ لا
نِّ
َّیة dengan tasydid pada huruf ya merupakan wujud mashdar dari
kata kerjaى ِوِنَِیى َوَن. komentar inilah yang masyhur digolongan pakar bahasa. Ada
pula yang membaca hasrat dengan ringan, tanpa tasydid, menjadi niat1(ُةَیَاِن.( 1AlJauhari
berkomentar kalau ungkapanُى ِوِیَنatauُتَیَن ِوِیَنmempunyai kesamaan makna,
ialah saya bernazar. Hasrat sendiri berarti kesengajaan ataupun iktikad al- qasd, karena ia
yang suatu melaksanakan sengajaَناَوَیِیَیییََنی ِِوىverb dari kata pecahan merupakan
diyakininya.2
Imam Qulyubi membagikan pengetian secara bahasa dengan
penafsiran selaku berikut:
ََََُُِِْةُلَ ِیََِِلغََُلییََیََُلَِْیَُِْ
Maksudnya:“ Hasrat bagi bahasa merupakan al- azam ataupun al- qasd”. 3
Disebutkan dalam Lisan al-‘ Arabipada bab Nun, orang yang berniat
merupakan orang yang berniat bundar ataupun berketetapan hati buat menuju pada
suatu, ialah bermaksud buat melaksanakan sesuatu aksi serta arah yang
dituju. 4
Imam Suyuthi serta Ibnu Nujaim sependapat dengan pengertian niat bagi bahasa
ialahَِ ْ ََ maksudnya menyengaja.5Berdasarkan analisis linguistik di
1 1Al-Hafizh Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-Asqalani,Fathual-Bari ‘alaShahihial-Bukhari,cet. ke-1, (tt.th), jilid 1,h.
19.
2 2Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawaid Fiqhiyyah Judul Asli al -Madkhal
fi Qawaid al-Fiqhiyah wa Atsaruha fi al-Ahkami as-Syar’iyah,(Jakarta:Amzah, 2009),cet. ke-2, h. 28.
3 3Qulyubi dan ‘Amirah, Qulyubi wa ‘Amirah ‘Ala Syarh Minhajul ‘Abidin,(Semarang: Toha Putra,t. th), h. 45.
4 Ibnu Manzhur, Lisanu al-‘Arabi,(al-Qahirah:Darul Hadits,th), h. 757.
5 5 Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr al-Suyuthi,al-Asybah wa an-Nadzair,(Semarang:Toha Putra, th), h.
22. Zainu al-‘Abidin bin Ibrahimbin Nujaim,al-Asybahu wa an- Nazhair,(Bairut:Darul Kutub al-‘Alamiyah,th),
cet. ke-1, h. 29.
2. atas, bisa disimpulkan kalau kata niat bagi penafsiran etimologis adalah
“ melaksanakan sesuatu serta menyengajakan dari ketetapan hati buat melaksanakannya”.
Sebaliknya secara terminologi bagi sebagian komentar selaku berikut:
1) Bagi Ibnu Nujaim
َصَیَاََََعیَِِاَتیَاِنَیِیِىَنیَلِنََتایىِْیىََ ِةَلِدییلََََُُِِ
Maksudnya:“ Qasd mematuhi perintah serta mendekatkan diri kepada Allah swt
dalam memperbuat perbuatan”.6
2) Ibrahim al- Bajuri
َنَلَیَاَایِى َ
ىِىََُِْیَییَََََُِِِ
Maksudnya:“ Qasd kepada suatu beriringan dengan perbuatan”.7
3) Ibnu Qudamah
َقَصیىلََِلِى ِیلُِْلُلَیََیَِیى َوُصِىَىُُِق َِِا ِوَقَلََِْیَاََََُِِْ َ
َىی
6 Zainu al-‘Abidin bin Ibrahimbin Nujaim,loc.cit
7 Ibrahimal-Bajuri,Hasyiyatal-Bajuri,(Semarang : Toha Putra,t.th), jilid I,h.47.
3. Maksudnya:“ Bermaksud di dalam hati serta harus hasrat diiringi dengan
takbiratul ihram”.8
4) Bagi Qulyubi
َصَیَاَلَلَى َ
یلَََََََُُِِِِْْ
Maksudnya:“ Qasd yang beriringan untuk perbuatan”. 9
5) Hasan Ayyub
نَلَیَایَاََ َوُشَََّیِیَِِیَییََیِنلِیُل َ ِیََ
Bernazar suatu beserta masuknya waktu penerapannya.10
Kesimpulanbisadiambildari pengertian"ulama"di atastujuannyaniatadalah
menyengajakankehendakhati untukmenurutikehendakatautaatkepadaAllah. Dengan tindakan
yang dijalankanbersamaandenganeksekusi.JikaniatnyadijelaskanMenurutperspektifmasing-
masing,niatbisamenjadi rukundanbisajugamenjadi syaratatau penyempurna.Hal ini disebabkan
adanyaperbedaanantara "ulama"dalammemahami haditstentangniatyaitu :
یِِیى َُیَِِدِ َ َایییََیَیَا، یِِیىَمِة ََصُصََ مْ َ
ىَلَ یِل نِِوى
8 A. Djazuli,Kaidah-Kaidah Fikih,(Jakarta:Kencana,2010),cet. ke-3, h. 34.
9 Qulyubi dan ‘Amirah, loc.cit.
10 Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah,(tt: Daru as-Salam,th), h. 161