SlideShare a Scribd company logo
1
PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN
PETERNAKAN KERBAU DI SUMATERA SELATAN
Penanggung Jawab : Ir. Sih Nugrahini Widiastuti
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2018
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan
Kerbau di Sumatera Selatan
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan
3. Alamat Unit Kerja : Jalan Kol. H. Barlian KM-6 Palembang
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Sumsel
5. Status Kegiatan (L/B) : Lanjutan
6. Penanggung Jawab
a. Nama
b. Pangkat/Golongan
c. Jabatan
:
:
:
Ir. Sih Nugrahini Widiastuti
Pembina Tk. I/IV-b
Penyuluh Pertanian Madya
7. Lokasi : Kabupaten Muara Enim
8. Agroekosistem : Rawa Lebak
9. Tahun Mulai : 2018
10. Tahun Selesai : 2020
11. Output Tahunan
Tahun 2018
:
: Diperolehnya satu paket teknologi pakan fermentasi
jerami padi dan meningkatnya penambahan berat badan
harian (PBBH) pada ternak sebagai dampak positif dari
pemberian pakan fermentasi pada ternak kerbau.
Koordinator Program Penanggung Jawab RDHP
Budi Raharjo, STP, M.Si
NIP. 19710828 200003 1001
Ir. Sih Nugrahini Widiastuti
NIP. NIP 19860330 200912 2 007
Mengetahui,
Kepala Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian
Dr. Ir. Haris Syabuddin, DEA
NIP. 19680415 199203 1 001
Menyetujui
Kepala BPTP Sumsel
Dr. Ir. Priatna Sasmita
NIP. 19641104 199203 1 001
3
RINGKASAN
Sumatera Selatan memiliki potensi cukup besar untuk pembangunan peternakan terutama
kerbau potong dan kerbau. Program Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan
Kerbau ini dilaksanakan melalui optimalisasi sumberdaya lokal. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan sebagai ujung tombak Badan Litbang Pertanian
mendapat mandat untuk melakukan pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan
kerbau yang ada di daerah. Untuk itu mulai tahun 2018 BPTP Sumsel melaksanakan kegiatan
pendampingan pengembangan kawasan peternakan kerbau rawa bertempat di Kecamatan
Gelumbang, Kabupaten Muara Enim. Tujuan kegiatan tahun 2018 meliputi pendampingan
teknologi pakan fermentasi untuk persiapan menghadapi musim kemarau dan
membandingkan pemberian pakan fermentasi dengan pemberian pakan sesuai kebiasaan
petani dalam hal untuk peningkatan adopsi inovasi teknologi fermentasi pakan jerami padi
dan teknologi pengolahan limbah ternak kerbau berupa pupuk organik. tujuan: (a)
pemantapan pemberian pakan fermentasi pada saat Pre dan Post Partum, (b) melakukan
pendampingan teknologi pengolahan limbah ternak kerbau (c) membentuk kelembagaan
kelompok tani ternak rawa yang kuat. Dampak dan manfaat kegiatan yang diharapkan
adalah (a) meningkatkan produktivitas ternak kerbau, (b) meningkatkan pendapatan petani
dan (c) mengurangi permasalahan yang dihadapi petani.
Kata kunci : Pendampingan, kawasan kerbau, pakan, pengolahan limbah, rawa lebak.
4
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumatera Selatan memiliki potensi cukup besar untuk pengembanga peternakan
terutama kerbau potong dan kerbau. Hal ini didukung dengan sumber daya alam yang luas
baik berupa lahan kering maupun rawa lebak untuk padang penggembalaan, limbah
pertanian dan perkebunan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Jenis ternak kerbau
yang sudah beradaptasi dan berkembang biak, antara lain yaitu kerbau rawa. Ternak
kerbau rawa merupakan salah satu plasma nutfah yang dipelihara dan dikembangkan di
sumsel, khususnya di lahan rawa.
Secara umum populasi kerbau di Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 1925
menurut Wiryosuhanto (1980) dalam Praharani L. at al. (2009) dengan laju penurunan yang
semakin besar. Berdasarkan data statistik populasi dari DITJENAK (2008), sejak tahun 2000
sampai 2008 populasi ternak kerbau tidak meningkat, bahkan cenderung menurun 8,85%
dengan rataan tingkat penurunan sebesar 1,03% per tahun selama kurun waktu delapan
tahun. Penurunan populasi ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain rendahnya
produktivitas ternak kerbau, masih tingginya angka kematian ternak, dan pemotongan betina
produktif dimana angka pemotongan betina produktif mencapai 71,77% seperti yang
dilaporkan di Nusa Tenggara Barat (Muthalib, 2006 dalam Praharani L. at al., 2009).
Kekurangan daging kerbau salah satunya disebabkan karena sistem pembibitan kerbau
potong di Indonesia, baik di tingkat nasional atau daerah masih sangat tergantung pada
peternakan rakyat. Usaha peternakan rakyat yang bersifat subsisten ini tidak dapat
menjamin kesinambungan ketersediaan ternak dan daging karena dihadapkan pada
beberapa kendala. Titik kritis dan titik ungkit yang perlu mendapatkan perhatian dalam
pengembangan kerbau potong secara berkelanjutan adalah sistem pembibitan. Oleh karena
itulah, sistem pembibitan kerbau potong harus didukung dengan berbagai cara/upaya dan
regulasi yang mendukung.
Putu et al., (1994) dalam Utomo et al., (2009) menyatakan bahwa penyebab
rendahnya produktivitas kerbau adalah sifat dari ternak yang pertumbuhannya lambat,
durasi periode birahi kembali panjang, masa kebuntingannya lama (lebih panjang dari sapi)
dan timbulnya gejala birahi yang sulit dideteksi. Di samping itu disebabkan oleh terbatasnya
bibit unggul, rendahnya kualitas pakan, kurangnya modal, dan rendahnya pengetahuan
petani terhadap reproduksi kerbau.
5
Arah pengembangan ternak kerbau potong/kerbau melalui peningkatan populasi
ternak dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain : mempercepat umur beranak
pertama, memperpendek jarak beranak, menekan angka kematian anak dan induk,
mengurangi pemotongan ternak produktif dan ternak kecil/muda, mendorong perkembangan
usaha perbibitan dan menambah populasi ternak produktif yang dapat dilakukan melalui
kegiatan off farm dan on farm.
Permasalahan yang dihadapi saat ini pada umumnya adalah jumlah bibit ternak yang
belum terpenuhi; kualitas bibit masih rendah; pengurasan betina produktif; terjadinya
pemotongan ternak betina produktif; dan upaya penyediaan bibit, keterkaitan dan saling
ketergantungan di antara pelaku pembibitan belum optimal (Dinas Peternakan Sumatera
Selatan, 2008). Permasalahan khusus yang dihadapi petani di lapangan yaitu kesulitan
pakan pada musim tertentu, sehingga berimbas pada rendahnya produktivitas. Berdasarkan
hal tersebut, upaya pemerintah dalam rangka percepatan produktivitas kerbau
potong/kerbau sejak tahun 2005 dicanangkan Program Swasembada Daging Kerbau,
kemudian direvisi tahun 2010. Dasar hukum pelaksanaan program ini yaitu Peraturan
Mentan No.59 Tahun 2007 dan Peraturan Mentan No. 60 Tahun 2007.
Untuk mendukung program tersebut maka BPTP Sumatera Selatan tahun 2018
melaksanakan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan peternakan kerbau.
Kegiatan tahun 2018 yang akan dilaksanakan adalah terdesiminasinya paket teknologi pakan
fermentasi jerami padi dan aplikasi pemberian pakan fermentasi jerami padi ke ternak
kerbau betina pada musim kemarau. Untuk melihat dampak dari hasil penerapan pakan
fermentasi tersebut maka kegiatan pendampingan tahun 2018 dengan tujuan: (a)
pemantapan pemberian pakan fermentasi pada saat Pre dan Post Partum, (b) melakukan
pendampingan teknologi pengolahan limbah ternak kerbau serta (c) membentuk
kelembagaan kelompok tani ternak perbibitan pampangan yang kuat.
6
1.2 Dasar Pertimbangan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan sebagai ujung tombak
Badan Litbang Pertanian mendapat mandat untuk melakukan pendampingan Pengembangan
Kawasan Peternakan kerbau. Ruang lingkup kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan
sapi potong dan kerbau adalah semua kegiatan di bidang peternakan yang bertujuan
meningkatkan populasi sapi potong dan kerbau (perbaikan mutu genetik, pakan, efisiensi
reproduksi maupun kelembagaan). BPTP Sumatera Selatan pada tahun 2010 sampai dengan
2014 telah melakukan pendampingan PSDSK. Pendampingan ini bertujuan untuk mewujudkan
swasembada daging di Sumatera Selatan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan melaksanakan kegiatan
Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan kerbau di Sumatera Selatan, sesuai
dengan KEPMENTAN No. 43/Kpts/PD.410/1/2015, tanggal 10 Januari 2015. Tentang
Penetapan Kawasan Sapi Potong, Kerbau, Kambing, Sapi Perah, Domba, dan Babi Nasional.
Program Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan kerbau ini
dilaksanakan melalui optimalisasi sumberdaya lokal, artinya upaya swasembada tersebut
akan lebih banyak mengoptimalkan produktivitas ternak lokal. Selain itu juga akan
mengoptimalkan segala potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya
teknologi dan sumberdaya finansial dalam negeri. Swasembada ini sepenuhnya diupayakan
untuk mengangkat pendapatan dan kesejahteraan peternak, untuk itu upaya pemberdayaan
lebih diarahkan kepada kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan daya saing, promosi dan
partisipasi masyarakat.
Operasionalisasi Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan kerbau meliputi
tujuh langkah kegiatan, yaitu: 1). optimalisasi akseptor dan kelahiran IB/KA yang diikuti
dengan pemendekan jarak kelahiran, 2). mengembangkan RPH untuk pengendalian
pemotongan betina produktif/bunting, 3). perbaikan mutu bibit dan penyediaan induk, 4).
penanganan gangguan reproduksi dan kesehatan hewan, 5). pengembangan pakan lokal, 6).
intensifikasi kawin alam dan 7). pengembangan SDM dan kelembagaan. Melalui kegiatan
Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan kerbau ini daerah ditugaskan untuk
melakukan upaya peningkatan produktivitas sapi dan kerbau yang secara bersama-sama
melakukan peningkatan penyediaan daging sapi dan kerbau, mulai dari kerjasama antar
kabupaten/kota untuk memenuhi penyediaan daging tingkat provinsi dan kerjasama antar
provinsi untuk memenuhi penyediaan daging sapi tingkat nasional. Untuk tercapainya
sasaran penyediaan daging, tentunya tidak terlepas dari dukungan kebijakan teknis yang
terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan peraturan perundang-undangan,
7
seperti pengendalian pemotongan betina produktif (bunting), pengaturan lalu lintas sapi dan
kerbau bibit dan potong, alokasi sapi dan kerbau bibit antar daerah, pemasukan dan
pengeluaran ternak (suplai/deman), pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan
menular dan sertifikasi bibit sapi dan kerbau (Direktur Jenderal Peternakan, 2008).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan 2018
- Pendampingan teknologi pakan fermentasi untuk persiapan menghadapi musim
kemarau.
- Membandingkan pemberian pakan fermentasi dengan pemberian pakan sesuai
kebiasaan petani dalam hal meningkatkan berat badan harian pada ternak kerbau
yang sedang menyusui.
- Menyediakan bahan/materi penyuluhan, bimbingan teknis dan narasumber pada
saat pelatihan/pertemuan petani dan petugas lapang
1.4. Keluaran
1.4.1 Keluaran Tahun 2018
- Diperolehnya satu paket teknologi pakan fermentasi jerami padi.
- Terdiseminasinya paket teknologi pengolahan limbah berupa pupuk organik.
- Tersedianya bahan/materi penyuluhan, bimbingan teknis dan narasumber pada
saat pelatihan/pertemuan petani dan petugas lapang
1.5. Manfaat
Terpenuhinya satu paket teknologi usahatani kerbau di lokasi pendampingan
pengembangan kawasan peternak kerbau Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan
1.6. Dampak
Meningkatkannya produktivitas ternak kerbau dan pendapatan petani di lokasi
pendampingan pengembangan kawasan peternak kerbau Kabupaten Muara Enim
Sumatera Selatan
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
Kerbau memiliki potensi cukup besar sebagai ternak penghasil daging dan
pengembangan kerbau menjadi prioritas dalam pembangunan peternakan di Sumatera
Selatan. Menurut Hermawan et al., (1996) dan Rohaeni et al., (2004, disamping berperan
sebagai penghasil daging, kerbau potong juga berperan sebagai sumber pendapatan, sarana
investasi, tabungan, fungsi sosial, sumber pupuk, sumber tenaga kerja dalam pengolahan
tanah dan pemanfaat limbah pertanian. Herdish et al., (2007) menyebutkan bahwa
peternakan kerbau potong di Indonesia masih merupakan peternakan konvensional, dimana
mutu bibit, penggunaan teknologi dan keterampilan peternak relatif masih rendah. Disisi lain,
sistem pemeliharaan ternak kerbau pada peternakan rakyat yang sudah mengarah secara
intensif dikandangkan menyebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi sangat tergantung pada
pakan yang tersedia di kandang.
Affandhy et al. (1992) dalam Umiyasih dan Anggraeny (2006) menyatakan bahwa
ada keterkaitan yang erat antara jumlah pakan yang tersedia dengan jumlah tenaga kerja
keluarga yang tersedia terhadap produktivitas ternak. Pemberian pakan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan ternak tetapi sesuai dengan kemampuan peternak merupakan salah satu
faktor penyebab rendahnya produktivitas. Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas
ternak adalah genetik, pakan dan lingkungan (Echterkamp et al., 1990 )
Rendahnya kualitas ransum dalam tiga bulan awal setelah beranak, khususnya
protein kasar (PK) yang hanya sekitar 50 – 65% dari kebutuhan merupakan faktor utama
penyebab tidak optimalnya lama waktu periode birahi kembali setelah melahirkan (Yusran et
al., 1998 dalam Winugroho, 2002). Pakan menjadi salah satu faktor penting dalam
pemeliharaan betina bunting untuk mendukung pertumbuhan anak ataupun kesehatan
induk. Menurut Winugroho (2002), produktivitas yang relatif lambat disebabkan jarak
beranak yang lama, selain itu keterlambatan estrus pertama ”post partum”. Faktor yang
mempengaruhi produktivitas salah satu diantaranya adalah pakan, sehingga dipandang
perlu untuk melakukan perbaikan pakan pada saat pre dan post partum.
2.2. Hasil – hasil Penelitian / Pengkajian
Hasil penelitian Anggraeny dan Umiyasih (2003), pada usaha peternakan kerbau
potong rakyat di Kabupaten Lumajang menunjukkan bahwa pada musim panen padi
kebutuhan nutrien ternak terpenuhi. Selanjutnya dikemukakan bahwa kekurangan BK dan
TDN ini mengakibatkan terjadinya penurunan bobot pada induk yang sedang laktasi, rata-
rata sebesar 0,36 kg/ekor/hari, serta tidak mampu meningkatkan bobot pedet.
9
Suplementasi dengan menggunakan daun tanaman leguminosa pohon dan semak
(lamtoro, gamal dan kaliandra) selama dua bulan pertama setelah beranak merupakan
upaya memperpendek periode birahi kembali setelah beranak (Yusran et al., 1998). Namun
demikian dikemukakan bahwa pola ini tidak dapat diaplikasikan tanpa terlebih dahulu
dilakukan upaya pengembangan tanaman-tanaman tersebut. Di lain pihak, Ma’sum et al.
(1998) menyatakan bahwa suplementasi konsentrat sebanyak 2 kg/ekor/ hari dengan
kandungan 16% PK pada ransum pola peternak pada kerbau induk pada tiga bulan awal
laktasi secara ekonomis tidak menguntungkan.
Ketersediaan pakan merupakan salah satu hal yang harus mendapat perhatian dalam
pengembangan usaha ternak kerbau potong. Jika ketersediaan hijauan pakan ternak hanya
mengandalkan dari alam dan musim, maka pengembangan usaha ternak kerbau potong
masih belum dapat dijamin keberhasilan dan keberlanjutannya. Upaya yang dapat dilakukan
untuk penyediaan hijauan pakan ternak adalah dengan peningkatan areal tanam hijauan
pakan ternak, namun yang menjadi pembatasnya adalah ketersediaan lahan yang bersaing
dengan usahatani lain seperti tanaman pangan atau perkebunan bahkan dengan pemukiman
dan peruntukan lainnya akibat pesatnya pertambahan penduduk dan berkembangnya
industry (Rohaeni dan Wasito, 2012; Ali et al. 2010).
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ternak adalah dengan
memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak. Pemanfaatan limbah pertanian
sebagai alternatif sumber hijauan merupakan salah satu langkah yang dapat ditempuh. Hal
ini didasarkan pada potensi yang dimiliki, yakni jumlahnya yang sangat besar setiap tahun
dan pemanfaatannya yang masih kurang. Jumlah limbah pertanian dihitung berdasarkan
jumlah jerami dari usaha pertanian komoditi penting, seperti tanaman padi, jagung, ubi jalar,
kacang tanah, kacang kedele, dan kacang hijau. Untuk menghasilkan gambaran yang riil,
maka perhitungan didasarkan pada bahan kering (Ali et al. 2010).
Kekurangan dari pemanfaatan limbah baik pertanian atau perkebunan sebagai pakan
ternak pada umumnya kurang palatabel dan memiliki kandungan nutrisi yang rendah, perlu
banyak tempat untuk penyimpanannya dan cepat rusak. Limbah pertanian/perkebunan yang
dihasilkan sebagian besar mengandung serat kasar yang tinggi, sehingga pemanfaatan
untuk ternak dapat menyebabkan kekurangan nutrien yang dapat menurunkan produktivitas.
Namun kekurangan ini dapat ditekan dengan penerapan inovasi teknologi pakan,, misalnya
dengan cara pengolahan limbah pertanian agar kualitasnya dapat ditingkatkan misalnya
dengan fermentasi jerami padi (Diwyanto dan Priyanti, 2004; Rohaeni dan Wasito, 2012).
10
III. PROSEDUR
3.1. Pendekatan
Kegiatan ini akan dilakukan melalui pendekatan partisipatif. Lokasi pendampingan
yang dipilih merupakan daerah sentra kerbau. Basis kerja pendampingan adalah kawasan
peternak. Permasalahan yang ada di lokasi digali melalui wawancara dengan peternak.
Teknologi yang dipilih akan disesuaikan dengan permasalahan yang ada di lokasi
pendampingan.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan pendampingan model pengembangan kawasan peternakan kerbau yang
akan dilakukan meliputi :
1. Pendampingan teknologi
a) optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian atau bahan pakan lokal spesifik lokasi
sebagai sumber pakan pada usaha pembibitan kerbau pampangan yang murah dan
efesien sesuai potensi yang ada,
b) Demcara pemanfaatan limbah ternak kerbau untuk dijadikan pupuk organik
2. Penyuluhan/pelatihan, dilakukan dengan sasaran kelompok tani/gapoktan sesuai
kebutuhan,
3. Sebagai narasumber di instansi terkait sesuai permintaan.
Tahapan Kegiatan
a. Koordinasi dengan Dinas Terkait :
• Menyampaikan hasil kegiatan pendampingan yang telah dilaksanakan BPTP Sumsel
dan rencana kegiatan pendampingan akan dilakukan Tahun 2018
• Lokasi pendampingan pengembangan kawasan peternakan Dasar KEPMENTAN No.
43 Tahun 2015
b. Kawasan yang didampingi :
Tahun 2018 Kelompok yang didampingi Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim
Sumatera Selatan
c. Pelaksanaan :
• Menganalisa Usahaternak demplot/demfarm
• Melakukan promosi demplot/demfarm melalui metode diseminasi.
11
d. Penentuan indikator keberhasilan pendampingan pengembanngan kawasan
peternakan :
• Peningkatan produktivitas (ADG, CI) sebelum dan sesudah pendampingan (hasil
demplot vs non demplot)
• Peningkatan pendapatan peternak sebelum dan sesudah pendampingan (hasil
demplot vs non demplot)
• Peningkatan komponen teknologi yang diterapkan oleh peternak
• Respon petani terhadap hasil demplot
• Peningkatan aktivitas poktan (frekwensi pertemuan, materi yang dibahas, aktivitas
lainnya)
• Peningkatan kinerja kelembagaan peternak
• Peningkatan jumlah petani/poktan adopter (yang mengadopsi teknologi yang
didemonstrasikan)
• Jumlah stakeholder (PPL, petugas dinas kabupaten/kecamatan) yang berkunjung
dalam temu lapang/promosi demplot.
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
Tempat dan Waktu
Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan peternakan kerbau akan
dilaksanakan antara bulan Januari – Desember 2018 di lokasi yang telah ditetapkan, yaitu
(sesuai dengan KEPMENTAN No. 43/2015) di kecamatan gelumbang Kabupaten Muara Enim.
Rancangan Kegiatan
Penentuan responden diawali dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi usaha
pembibitan kerbau potong rakyat, dan dilanjutkan dengan wawancara menggunakan metode
Focus Group Disscustion (FGD) untuk mengetahui faktor-faktor internal maupun eksternal
yang berpengaruh terhadap usaha pembibitan kerbau terutama yang terkait dengan masalah
produktivitas dan reproduksi.
Kegiatan pengembangan kawasan peternakan kerbau akan dilakukan pada lokasi
yang baru yaitu Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim. Materi yang digunakan
dalam kegiatan pendampingan adalah limbah kotoran kerbau. Pembinaan tahun 2018 yang
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kebiasaan peternak dan kelompok
perlakuan/perbaikan pakan dengan pemberian pakan fermentasi.
12
Pengamatan dan Analisis Data
Kegiatan pendampingan ini dilakukan selama satu tahun anggaran, untuk kegiatan
pendampingan pengembangan kawasan peternakan 2018 pada kerbau yang sedang lactasi
tetap diberi pakan fermentasi saat pre dan post partum. Parameter yang diukur meliputi : (a)
dampak dari hasil penerapan pakan fermentasi (b) perubahan pengetahuan sikap dan
keterampilan peternak dalam melaksanakan pengolahan limbah kotoran ternak.
IV. ANALISIS RESIKO
4.1. Daftar Risiko
No Masalah Penyebab Dampak
1 Musim Saat musim tanam/panen maka
alokasi waktu petani kurang untuk
merespon kegiatan Pendampingan
Kawasan Ternak Kerbau
Ketersediaan bahan pakan terbatas
pada musim kemarau
Pelaksanaan menjadi
terlambat, karena mengikuti
pola petani
Harus mencari pada tempat
lain
2 Kelompok
kurang
respons
Adopsi kurang maksimal dan
berkesan yang memerlukan adalah
BPTP
Petani tidak melaksanakan
dengan optimal
3 Pengamatan
tidak tuntas
Kerbau milik petani, dijual atau
dipotong atau mati sebelum
kegiatan berakhir (hari raya haji dll)
Data yang diambil menjadi
tidak lengkap
4 Perlakuan
tidak
dilaksanakan
maksimal
oleh petani
Petani kurang disiplin sehingga
pengaruh perlakuan tidak terlihat
terhadap ternak
Dampak perlakuan tidak
sesuai tujuan.
Merugikan petani sendiri,
karena tak mendapatkan
manfaat dari kegiatan
tersebut
13
4.2. Daftar Penanganan Resiko
No RESIKO Penyebab Penanganan risoko
1 Musim Kegiatan Pendampingan Kawasan
Ternak Kerbau dipengaruhi oleh
musim diantaranya saat musim
tanam/panen maka alokasi waktu
petani kurang untuk merespon
kegiatan Pendampingan Kawasan
Ternak Kerbau
Ketersediaan bahan pakan
terbatas
Kesepakatan untuk melakukan
kegiatan secara partisipatif
Menyesuaikan dengan musim
atau mencari bahan pakan yang
dapat disimpan lama.
2 Kelompok
kurang
respons
− Adopsi kurang maksimal dan
berkesan yang memerlukan
adalah BPTP
Mencari kelompok lain yang lebih
responsif
3 Pengamatan
tidak tuntas
− Kerbau milik petani, dijual atau
dipotong atau mati sebelum
kegiatan berakhir
− Berusaha untuk memberikan
penjelasan dan pemahaman
pada petani bahwa diharapkan
petani tidak menjual kerbau
sebelum pengamatan selesai
4 Perlakuan
tidak
dilaksanakan
maksimal
− Petani kurang disiplin
sehingga pengaruh perlakuan
tidak terlihat secara optimal
terhadap ternak
Melakukan pendekatan yg
intensif dengan kelompok
/PPL/tokoh
14
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN
5.1. Tenaga Yang Terlibat Dalam Kegiatan
No. Nama/NIP
Jabatan dalam
Kegiatan
Uraian Tugas
Alokasi
Waktu
(jam/mg)
1. Ir. Sih Nugrahini Widiastuti
19600527 199403 2 002
Penanggung
Jawab
1. Membuat RDHP dan RODHP
2. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan
3. Melakukan koordinasi dengan dinas
terkait
4. Menyiapkan materi pertemuan
kelompok dan pelatihan
5. Memberi materi pelatihan
6. Meliput data
7. Menyiapkan bahan laporan
8. Membuat laporan
6
2. Dr. Agung P., S.Pt., M.P.
19700318 199703 1 003
Pelaksana
kegiatan
1. Menyiapkan materi pertemuan
kelompok dan pelatihan
2. Memberi materi pelatihan
3. Meliput data
4. Menyiapkan bahan laporan
3
3. drh. Aula Evi Susanti, MP. Pelaksana
kegiatan
1. Menyiapkan materi pertemuan
kelompok
2. Meliput data
3. Menyiapkan bahan laporan
3
4. Tumarlan T.,SP. MP Pelaksana
kegiatan
1. Meliput data
2. Menyiapkan bahan laporan
3
5. Mahdalena,SP Pelaksana
kegiatan
Pengumpulan data dan menyiapkan bahan
laporan.
2
6. Tri Aster Agussalim, S.Si Administrasi Menyelesaikan administrasi 2
7. M. Arief Sidik P., S. Hut.
19740514 200812 1 001
Pelaksana
kegiatan
Membantu mendokumentasikan kegiatan 2
15
5.2. Jangka Waktu Kegiatan
Kegiatan
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan (koordinasi, konsultasi,
penyusunan RODHP, penent.lokasi
dan petani koopr dll)
2. Sosialisasi
3. Pelatihan Pembuatan pupuk
organik dan Fermentasi pakan
ternak
4. Pengumpulan data
5. Monitoring dan evaluasi
6. Pembuatan laporan
DAFTAR PUSTAKA
Affandhy, L., W.C.Pratiwi, D.Ratnawati, dan S.Grati. 2007. “Petunjuk Teknis Penanganan
Gangguan Reproduksi pada Kerbau Potong”. Loka Penelitian Kerbau Potong.
Pasuruan. 35 halaman.
Anggraeny, Y.N. dan U. Umiyasih. 2003. Tinjauan tentang karakteristik tatalaksana pakan,
kaitannya dengan limbah tanaman pangan pada usaha kerbau potong rakyat di
Kabupaten Lumajang. Pros. Seminar Nasional pengembangan kerbau local. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
Dinas Peternakan Selatan Selatan, 2007. Laporan Tahunan
Dinas Peternakan Selatan Selatan, 2008. Pelaksanaan Program Percepatan Pencapaian
Swasembada Daging Kerbau (PSDS) Tahun 2010. Makalah Temu Informasi yang
dilaksanakan BPTP Selatan Selatan tanggal 22 April 2008 di Banjarbaru.
Dinas Peternakan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Laporan Tahunan
Direktorat Jenderal Peternakan 2008. Statistik Peternakan Indonesia Jakarta
Echterkamp, S.E., Gregory, K.E., Dickerson, G.E., Cundiff, L.V., Koch, R.M., and Van Vleck,
L.D., 1990.”Twinning in cattle II. Genetic and environmental effects on ovulation rate
in puberal heifers and postpartum cows and the effects of ovulation rate on
embryonic survival” Journal of Animal Science. 68 (7):1877-1888.
16
Herdish, Ida Kusuma, Maman Surachman dan Epih R. Suhana., 2007. Peningkatan Populasi
dan Mutu Genetik Kerbau Dengan Teknologi Transfer Embrio.http:/www.iptek.net.id.
Komisarek, J. and Dorynek, Z., 2002. “Genetic aspects of twinning in cattle” Journal of
Applied Geneticts”. 43 (1): 55-68.
Rohaeni, E. S., dan A. Hamdan. 2004. Profil dan prospek pengembangan usahatani kerbau
potong di Selatan Selatan. Prosiding Lokakarya Nasional Kerbau Potong. Yogyakarta
8-9 Oktober 2004. P. 132-139.
Uum Umiyasih dan Yenny Nur Anggraeny, 2006. Respon perbaikan pakan terhadap
produktivitas kerbau potong induk periode Post-Partum di Kabupaten Probolinggo.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor.
Winugroho, M. 2002. strategi pemberian pakan tambahan untuk memperbaiki efisiensi
repoduksi induk sapu. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 2 (1). 2002.

More Related Content

What's hot

Kelompok ternak kambing
Kelompok ternak kambingKelompok ternak kambing
Kelompok ternak kambing
Zainal Sarang
 
5. bpatp retno pemanfaatan teknologi untuk kedaulatan pangan
5. bpatp retno pemanfaatan teknologi untuk kedaulatan pangan5. bpatp retno pemanfaatan teknologi untuk kedaulatan pangan
5. bpatp retno pemanfaatan teknologi untuk kedaulatan pangan
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN SUMATERA SELATAN
 
Proposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawaProposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawa
Fitrizasa Jasa Instalasi Listrik
 
Manajemen perbenihan krpl bhn ajar darmadi edit 1
Manajemen perbenihan krpl bhn ajar darmadi edit 1Manajemen perbenihan krpl bhn ajar darmadi edit 1
Manajemen perbenihan krpl bhn ajar darmadi edit 1tiwulkulo
 
Proposal bantuan ternak timbul mukti
Proposal bantuan ternak timbul muktiProposal bantuan ternak timbul mukti
Proposal bantuan ternak timbul mukti
amat dewa
 
Proposal hand traktor ok
Proposal hand traktor okProposal hand traktor ok
Proposal hand traktor ok
Raffael Net
 
Proposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawaProposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawa
fitriza SA
 
Kelompok tani ternak
Kelompok tani ternakKelompok tani ternak
Kelompok tani ternak
Naya Ti
 
Rdhp pendampingan kwsn jagung 2018
Rdhp pendampingan kwsn jagung  2018Rdhp pendampingan kwsn jagung  2018
Proposal biogas
Proposal biogasProposal biogas
Proposal biogas-
 
Pertanian Bioindustri
Pertanian BioindustriPertanian Bioindustri
Pertanian Bioindustri
IAARD/Bogor, Indonesia
 
2.0. pedoman teknis bantuan alsintan 2012
2.0. pedoman teknis bantuan alsintan 20122.0. pedoman teknis bantuan alsintan 2012
2.0. pedoman teknis bantuan alsintan 2012Aznar Ismail
 
Proposal tebu
Proposal tebu Proposal tebu
Proposal tebu
Elpara Elpara
 

What's hot (20)

Proposal ternak sapi
Proposal ternak sapiProposal ternak sapi
Proposal ternak sapi
 
Proposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten munaProposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten muna
 
Proposal tanaman padi
Proposal tanaman padiProposal tanaman padi
Proposal tanaman padi
 
Kelompok ternak kambing
Kelompok ternak kambingKelompok ternak kambing
Kelompok ternak kambing
 
5. bpatp retno pemanfaatan teknologi untuk kedaulatan pangan
5. bpatp retno pemanfaatan teknologi untuk kedaulatan pangan5. bpatp retno pemanfaatan teknologi untuk kedaulatan pangan
5. bpatp retno pemanfaatan teknologi untuk kedaulatan pangan
 
Contoh Proposal Cabe
Contoh Proposal CabeContoh Proposal Cabe
Contoh Proposal Cabe
 
Proposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawaProposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawa
 
Manajemen perbenihan krpl bhn ajar darmadi edit 1
Manajemen perbenihan krpl bhn ajar darmadi edit 1Manajemen perbenihan krpl bhn ajar darmadi edit 1
Manajemen perbenihan krpl bhn ajar darmadi edit 1
 
Rktm kp karang agung
Rktm kp karang agungRktm kp karang agung
Rktm kp karang agung
 
Proposal bantuan ternak timbul mukti
Proposal bantuan ternak timbul muktiProposal bantuan ternak timbul mukti
Proposal bantuan ternak timbul mukti
 
Proposal hand traktor ok
Proposal hand traktor okProposal hand traktor ok
Proposal hand traktor ok
 
Proposal budidaya-cabe
Proposal budidaya-cabeProposal budidaya-cabe
Proposal budidaya-cabe
 
Makalah sosial-ekonomi-budaya
Makalah sosial-ekonomi-budayaMakalah sosial-ekonomi-budaya
Makalah sosial-ekonomi-budaya
 
Proposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawaProposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawa
 
Kelompok tani ternak
Kelompok tani ternakKelompok tani ternak
Kelompok tani ternak
 
Rdhp pendampingan kwsn jagung 2018
Rdhp pendampingan kwsn jagung  2018Rdhp pendampingan kwsn jagung  2018
Rdhp pendampingan kwsn jagung 2018
 
Proposal biogas
Proposal biogasProposal biogas
Proposal biogas
 
Pertanian Bioindustri
Pertanian BioindustriPertanian Bioindustri
Pertanian Bioindustri
 
2.0. pedoman teknis bantuan alsintan 2012
2.0. pedoman teknis bantuan alsintan 20122.0. pedoman teknis bantuan alsintan 2012
2.0. pedoman teknis bantuan alsintan 2012
 
Proposal tebu
Proposal tebu Proposal tebu
Proposal tebu
 

Similar to Rdhp pendampingan kerbau 2018

Sinkronisasi rumusan 1
Sinkronisasi rumusan 1Sinkronisasi rumusan 1
PAPARAN PROG.KEG 2016 Fix DISNAKBUN.ppt
PAPARAN PROG.KEG 2016 Fix DISNAKBUN.pptPAPARAN PROG.KEG 2016 Fix DISNAKBUN.ppt
PAPARAN PROG.KEG 2016 Fix DISNAKBUN.ppt
hidayat129353
 
Proposal ulib alam makmur ulib
Proposal ulib alam makmur ulibProposal ulib alam makmur ulib
Proposal ulib alam makmur ulibsopyanudin
 
Img
ImgImg
KEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASAN
KEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASANKEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASAN
KEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASAN
heru dumadi
 
1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal
1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal
1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal
Vonny Soru
 
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayahFadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
FadhlyDzilIkram2
 
Best Practice Etika Perencanaan; Tuan Guru Bajang Muhammad Zainal Majdi
Best Practice Etika Perencanaan; Tuan Guru Bajang Muhammad Zainal MajdiBest Practice Etika Perencanaan; Tuan Guru Bajang Muhammad Zainal Majdi
Best Practice Etika Perencanaan; Tuan Guru Bajang Muhammad Zainal Majdi
Nurlina Y.
 
Rptp kajian kedelai lahan kering masam
Rptp kajian kedelai lahan kering masamRptp kajian kedelai lahan kering masam
Pendampingan penyuluh dalam mendukung upsus jatim 080415
Pendampingan penyuluh dalam mendukung upsus jatim       080415Pendampingan penyuluh dalam mendukung upsus jatim       080415
Pendampingan penyuluh dalam mendukung upsus jatim 080415Hamdan In'ami
 
MAKALAH.docx
MAKALAH.docxMAKALAH.docx
MAKALAH.docx
rboy7591
 
Analisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat edit
Analisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat editAnalisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat edit
Analisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat editBBPP_Batu
 
Edit surat penawaran 10 februari 2014
Edit surat penawaran 10 februari 2014Edit surat penawaran 10 februari 2014
Edit surat penawaran 10 februari 2014BBPP_Batu
 

Similar to Rdhp pendampingan kerbau 2018 (20)

Proposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten munaProposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten muna
 
Succes Story Transfer Prima Tani
Succes Story Transfer Prima TaniSucces Story Transfer Prima Tani
Succes Story Transfer Prima Tani
 
Sinkronisasi rumusan 1
Sinkronisasi rumusan 1Sinkronisasi rumusan 1
Sinkronisasi rumusan 1
 
Sinkronisasi rumusan 1
Sinkronisasi rumusan 1Sinkronisasi rumusan 1
Sinkronisasi rumusan 1
 
PAPARAN PROG.KEG 2016 Fix DISNAKBUN.ppt
PAPARAN PROG.KEG 2016 Fix DISNAKBUN.pptPAPARAN PROG.KEG 2016 Fix DISNAKBUN.ppt
PAPARAN PROG.KEG 2016 Fix DISNAKBUN.ppt
 
Proposal ulib alam makmur ulib
Proposal ulib alam makmur ulibProposal ulib alam makmur ulib
Proposal ulib alam makmur ulib
 
Img
ImgImg
Img
 
Rdhp upbs jagung 2018
Rdhp upbs jagung 2018Rdhp upbs jagung 2018
Rdhp upbs jagung 2018
 
KEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASAN
KEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASANKEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASAN
KEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASAN
 
1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal
1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal
1.4. pedoman budidaya pel peng kws agri unggas lokal
 
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayahFadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
 
Proposal domba-duleh
Proposal domba-dulehProposal domba-duleh
Proposal domba-duleh
 
Best Practice Etika Perencanaan; Tuan Guru Bajang Muhammad Zainal Majdi
Best Practice Etika Perencanaan; Tuan Guru Bajang Muhammad Zainal MajdiBest Practice Etika Perencanaan; Tuan Guru Bajang Muhammad Zainal Majdi
Best Practice Etika Perencanaan; Tuan Guru Bajang Muhammad Zainal Majdi
 
Rptp kajian kedelai lahan kering masam
Rptp kajian kedelai lahan kering masamRptp kajian kedelai lahan kering masam
Rptp kajian kedelai lahan kering masam
 
Pengembangan usaha tani
Pengembangan usaha taniPengembangan usaha tani
Pengembangan usaha tani
 
Pendampingan penyuluh dalam mendukung upsus jatim 080415
Pendampingan penyuluh dalam mendukung upsus jatim       080415Pendampingan penyuluh dalam mendukung upsus jatim       080415
Pendampingan penyuluh dalam mendukung upsus jatim 080415
 
MAKALAH.docx
MAKALAH.docxMAKALAH.docx
MAKALAH.docx
 
Bet
BetBet
Bet
 
Analisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat edit
Analisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat editAnalisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat edit
Analisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat edit
 
Edit surat penawaran 10 februari 2014
Edit surat penawaran 10 februari 2014Edit surat penawaran 10 februari 2014
Edit surat penawaran 10 februari 2014
 

More from BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN SUMATERA SELATAN

EVAKUASI GEMPA BUMI-SEBELUM.pdf
EVAKUASI GEMPA BUMI-SEBELUM.pdfEVAKUASI GEMPA BUMI-SEBELUM.pdf
Surat tugas Ka balai, Ka TU, Ka KSPP.pdf
Surat tugas Ka balai, Ka TU, Ka KSPP.pdfSurat tugas Ka balai, Ka TU, Ka KSPP.pdf
NOTULENSI RAPAT MARET-JUNI 2022.pdf
NOTULENSI RAPAT MARET-JUNI 2022.pdfNOTULENSI RAPAT MARET-JUNI 2022.pdf
NOTULENSI RAPAT JUL-OK 2022.pdf
NOTULENSI RAPAT JUL-OK 2022.pdfNOTULENSI RAPAT JUL-OK 2022.pdf
RealisasiAnggarantw1 2022.pdf
RealisasiAnggarantw1 2022.pdfRealisasiAnggarantw1 2022.pdf
SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...
SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...
SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN SUMATERA SELATAN
 

More from BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN SUMATERA SELATAN (20)

daftar-aset-2021.pdf
daftar-aset-2021.pdfdaftar-aset-2021.pdf
daftar-aset-2021.pdf
 
PENCEGAHAN COVID-19.pdf
PENCEGAHAN COVID-19.pdfPENCEGAHAN COVID-19.pdf
PENCEGAHAN COVID-19.pdf
 
MITIGASI BENCANA BANJIR.pdf
MITIGASI BENCANA BANJIR.pdfMITIGASI BENCANA BANJIR.pdf
MITIGASI BENCANA BANJIR.pdf
 
EVAKUASI GEMPA BUMI-SEBELUM.pdf
EVAKUASI GEMPA BUMI-SEBELUM.pdfEVAKUASI GEMPA BUMI-SEBELUM.pdf
EVAKUASI GEMPA BUMI-SEBELUM.pdf
 
Surat tugas Ka balai, Ka TU, Ka KSPP.pdf
Surat tugas Ka balai, Ka TU, Ka KSPP.pdfSurat tugas Ka balai, Ka TU, Ka KSPP.pdf
Surat tugas Ka balai, Ka TU, Ka KSPP.pdf
 
simak bmn.pdf
simak bmn.pdfsimak bmn.pdf
simak bmn.pdf
 
Laporan Keuangan 2021.pdf
Laporan Keuangan 2021.pdfLaporan Keuangan 2021.pdf
Laporan Keuangan 2021.pdf
 
NOTULENSI RAPAT MARET-JUNI 2022.pdf
NOTULENSI RAPAT MARET-JUNI 2022.pdfNOTULENSI RAPAT MARET-JUNI 2022.pdf
NOTULENSI RAPAT MARET-JUNI 2022.pdf
 
NOTULENSI RAPAT JUL-OK 2022.pdf
NOTULENSI RAPAT JUL-OK 2022.pdfNOTULENSI RAPAT JUL-OK 2022.pdf
NOTULENSI RAPAT JUL-OK 2022.pdf
 
SURAT PERNYATAAN LELANG.pdf
SURAT PERNYATAAN LELANG.pdfSURAT PERNYATAAN LELANG.pdf
SURAT PERNYATAAN LELANG.pdf
 
RealisasiAnggarantw2 2021.pdf
RealisasiAnggarantw2 2021.pdfRealisasiAnggarantw2 2021.pdf
RealisasiAnggarantw2 2021.pdf
 
RealisasiAnggarantw1 2022.pdf
RealisasiAnggarantw1 2022.pdfRealisasiAnggarantw1 2022.pdf
RealisasiAnggarantw1 2022.pdf
 
STATISTIK LAP KEU 2022.pdf
STATISTIK LAP KEU 2022.pdfSTATISTIK LAP KEU 2022.pdf
STATISTIK LAP KEU 2022.pdf
 
REKAP KEPEGAWAIAN 2022.pdf
REKAP KEPEGAWAIAN 2022.pdfREKAP KEPEGAWAIAN 2022.pdf
REKAP KEPEGAWAIAN 2022.pdf
 
JUMLAH PEGAWAI 2015-2021.pdf
JUMLAH PEGAWAI 2015-2021.pdfJUMLAH PEGAWAI 2015-2021.pdf
JUMLAH PEGAWAI 2015-2021.pdf
 
Agenda KEG INSTANSI.pdf
Agenda KEG INSTANSI.pdfAgenda KEG INSTANSI.pdf
Agenda KEG INSTANSI.pdf
 
SURAT KELUAR DAN MASUK.pdf
SURAT KELUAR DAN MASUK.pdfSURAT KELUAR DAN MASUK.pdf
SURAT KELUAR DAN MASUK.pdf
 
Daftar Rancangan Peraturan.pdf
Daftar Rancangan Peraturan.pdfDaftar Rancangan Peraturan.pdf
Daftar Rancangan Peraturan.pdf
 
SE Larangan Mudik.pdf
SE Larangan Mudik.pdfSE Larangan Mudik.pdf
SE Larangan Mudik.pdf
 
SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...
SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...
SE Sekjen Nomor 1829 tentang penyesuaian sistem kerja ASN dalam New Normal (3...
 

Rdhp pendampingan kerbau 2018

  • 1. 1 PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN KERBAU DI SUMATERA SELATAN Penanggung Jawab : Ir. Sih Nugrahini Widiastuti BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018
  • 2. 2 LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RDHP : Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau di Sumatera Selatan 2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan 3. Alamat Unit Kerja : Jalan Kol. H. Barlian KM-6 Palembang 4. Sumber Dana : DIPA BPTP Sumsel 5. Status Kegiatan (L/B) : Lanjutan 6. Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan : : : Ir. Sih Nugrahini Widiastuti Pembina Tk. I/IV-b Penyuluh Pertanian Madya 7. Lokasi : Kabupaten Muara Enim 8. Agroekosistem : Rawa Lebak 9. Tahun Mulai : 2018 10. Tahun Selesai : 2020 11. Output Tahunan Tahun 2018 : : Diperolehnya satu paket teknologi pakan fermentasi jerami padi dan meningkatnya penambahan berat badan harian (PBBH) pada ternak sebagai dampak positif dari pemberian pakan fermentasi pada ternak kerbau. Koordinator Program Penanggung Jawab RDHP Budi Raharjo, STP, M.Si NIP. 19710828 200003 1001 Ir. Sih Nugrahini Widiastuti NIP. NIP 19860330 200912 2 007 Mengetahui, Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Dr. Ir. Haris Syabuddin, DEA NIP. 19680415 199203 1 001 Menyetujui Kepala BPTP Sumsel Dr. Ir. Priatna Sasmita NIP. 19641104 199203 1 001
  • 3. 3 RINGKASAN Sumatera Selatan memiliki potensi cukup besar untuk pembangunan peternakan terutama kerbau potong dan kerbau. Program Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan Kerbau ini dilaksanakan melalui optimalisasi sumberdaya lokal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan sebagai ujung tombak Badan Litbang Pertanian mendapat mandat untuk melakukan pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan kerbau yang ada di daerah. Untuk itu mulai tahun 2018 BPTP Sumsel melaksanakan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan peternakan kerbau rawa bertempat di Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim. Tujuan kegiatan tahun 2018 meliputi pendampingan teknologi pakan fermentasi untuk persiapan menghadapi musim kemarau dan membandingkan pemberian pakan fermentasi dengan pemberian pakan sesuai kebiasaan petani dalam hal untuk peningkatan adopsi inovasi teknologi fermentasi pakan jerami padi dan teknologi pengolahan limbah ternak kerbau berupa pupuk organik. tujuan: (a) pemantapan pemberian pakan fermentasi pada saat Pre dan Post Partum, (b) melakukan pendampingan teknologi pengolahan limbah ternak kerbau (c) membentuk kelembagaan kelompok tani ternak rawa yang kuat. Dampak dan manfaat kegiatan yang diharapkan adalah (a) meningkatkan produktivitas ternak kerbau, (b) meningkatkan pendapatan petani dan (c) mengurangi permasalahan yang dihadapi petani. Kata kunci : Pendampingan, kawasan kerbau, pakan, pengolahan limbah, rawa lebak.
  • 4. 4 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Selatan memiliki potensi cukup besar untuk pengembanga peternakan terutama kerbau potong dan kerbau. Hal ini didukung dengan sumber daya alam yang luas baik berupa lahan kering maupun rawa lebak untuk padang penggembalaan, limbah pertanian dan perkebunan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Jenis ternak kerbau yang sudah beradaptasi dan berkembang biak, antara lain yaitu kerbau rawa. Ternak kerbau rawa merupakan salah satu plasma nutfah yang dipelihara dan dikembangkan di sumsel, khususnya di lahan rawa. Secara umum populasi kerbau di Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 1925 menurut Wiryosuhanto (1980) dalam Praharani L. at al. (2009) dengan laju penurunan yang semakin besar. Berdasarkan data statistik populasi dari DITJENAK (2008), sejak tahun 2000 sampai 2008 populasi ternak kerbau tidak meningkat, bahkan cenderung menurun 8,85% dengan rataan tingkat penurunan sebesar 1,03% per tahun selama kurun waktu delapan tahun. Penurunan populasi ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain rendahnya produktivitas ternak kerbau, masih tingginya angka kematian ternak, dan pemotongan betina produktif dimana angka pemotongan betina produktif mencapai 71,77% seperti yang dilaporkan di Nusa Tenggara Barat (Muthalib, 2006 dalam Praharani L. at al., 2009). Kekurangan daging kerbau salah satunya disebabkan karena sistem pembibitan kerbau potong di Indonesia, baik di tingkat nasional atau daerah masih sangat tergantung pada peternakan rakyat. Usaha peternakan rakyat yang bersifat subsisten ini tidak dapat menjamin kesinambungan ketersediaan ternak dan daging karena dihadapkan pada beberapa kendala. Titik kritis dan titik ungkit yang perlu mendapatkan perhatian dalam pengembangan kerbau potong secara berkelanjutan adalah sistem pembibitan. Oleh karena itulah, sistem pembibitan kerbau potong harus didukung dengan berbagai cara/upaya dan regulasi yang mendukung. Putu et al., (1994) dalam Utomo et al., (2009) menyatakan bahwa penyebab rendahnya produktivitas kerbau adalah sifat dari ternak yang pertumbuhannya lambat, durasi periode birahi kembali panjang, masa kebuntingannya lama (lebih panjang dari sapi) dan timbulnya gejala birahi yang sulit dideteksi. Di samping itu disebabkan oleh terbatasnya bibit unggul, rendahnya kualitas pakan, kurangnya modal, dan rendahnya pengetahuan petani terhadap reproduksi kerbau.
  • 5. 5 Arah pengembangan ternak kerbau potong/kerbau melalui peningkatan populasi ternak dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain : mempercepat umur beranak pertama, memperpendek jarak beranak, menekan angka kematian anak dan induk, mengurangi pemotongan ternak produktif dan ternak kecil/muda, mendorong perkembangan usaha perbibitan dan menambah populasi ternak produktif yang dapat dilakukan melalui kegiatan off farm dan on farm. Permasalahan yang dihadapi saat ini pada umumnya adalah jumlah bibit ternak yang belum terpenuhi; kualitas bibit masih rendah; pengurasan betina produktif; terjadinya pemotongan ternak betina produktif; dan upaya penyediaan bibit, keterkaitan dan saling ketergantungan di antara pelaku pembibitan belum optimal (Dinas Peternakan Sumatera Selatan, 2008). Permasalahan khusus yang dihadapi petani di lapangan yaitu kesulitan pakan pada musim tertentu, sehingga berimbas pada rendahnya produktivitas. Berdasarkan hal tersebut, upaya pemerintah dalam rangka percepatan produktivitas kerbau potong/kerbau sejak tahun 2005 dicanangkan Program Swasembada Daging Kerbau, kemudian direvisi tahun 2010. Dasar hukum pelaksanaan program ini yaitu Peraturan Mentan No.59 Tahun 2007 dan Peraturan Mentan No. 60 Tahun 2007. Untuk mendukung program tersebut maka BPTP Sumatera Selatan tahun 2018 melaksanakan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan peternakan kerbau. Kegiatan tahun 2018 yang akan dilaksanakan adalah terdesiminasinya paket teknologi pakan fermentasi jerami padi dan aplikasi pemberian pakan fermentasi jerami padi ke ternak kerbau betina pada musim kemarau. Untuk melihat dampak dari hasil penerapan pakan fermentasi tersebut maka kegiatan pendampingan tahun 2018 dengan tujuan: (a) pemantapan pemberian pakan fermentasi pada saat Pre dan Post Partum, (b) melakukan pendampingan teknologi pengolahan limbah ternak kerbau serta (c) membentuk kelembagaan kelompok tani ternak perbibitan pampangan yang kuat.
  • 6. 6 1.2 Dasar Pertimbangan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan sebagai ujung tombak Badan Litbang Pertanian mendapat mandat untuk melakukan pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan kerbau. Ruang lingkup kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan sapi potong dan kerbau adalah semua kegiatan di bidang peternakan yang bertujuan meningkatkan populasi sapi potong dan kerbau (perbaikan mutu genetik, pakan, efisiensi reproduksi maupun kelembagaan). BPTP Sumatera Selatan pada tahun 2010 sampai dengan 2014 telah melakukan pendampingan PSDSK. Pendampingan ini bertujuan untuk mewujudkan swasembada daging di Sumatera Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan melaksanakan kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan kerbau di Sumatera Selatan, sesuai dengan KEPMENTAN No. 43/Kpts/PD.410/1/2015, tanggal 10 Januari 2015. Tentang Penetapan Kawasan Sapi Potong, Kerbau, Kambing, Sapi Perah, Domba, dan Babi Nasional. Program Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan kerbau ini dilaksanakan melalui optimalisasi sumberdaya lokal, artinya upaya swasembada tersebut akan lebih banyak mengoptimalkan produktivitas ternak lokal. Selain itu juga akan mengoptimalkan segala potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya teknologi dan sumberdaya finansial dalam negeri. Swasembada ini sepenuhnya diupayakan untuk mengangkat pendapatan dan kesejahteraan peternak, untuk itu upaya pemberdayaan lebih diarahkan kepada kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan daya saing, promosi dan partisipasi masyarakat. Operasionalisasi Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan kerbau meliputi tujuh langkah kegiatan, yaitu: 1). optimalisasi akseptor dan kelahiran IB/KA yang diikuti dengan pemendekan jarak kelahiran, 2). mengembangkan RPH untuk pengendalian pemotongan betina produktif/bunting, 3). perbaikan mutu bibit dan penyediaan induk, 4). penanganan gangguan reproduksi dan kesehatan hewan, 5). pengembangan pakan lokal, 6). intensifikasi kawin alam dan 7). pengembangan SDM dan kelembagaan. Melalui kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan kerbau ini daerah ditugaskan untuk melakukan upaya peningkatan produktivitas sapi dan kerbau yang secara bersama-sama melakukan peningkatan penyediaan daging sapi dan kerbau, mulai dari kerjasama antar kabupaten/kota untuk memenuhi penyediaan daging tingkat provinsi dan kerjasama antar provinsi untuk memenuhi penyediaan daging sapi tingkat nasional. Untuk tercapainya sasaran penyediaan daging, tentunya tidak terlepas dari dukungan kebijakan teknis yang terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan peraturan perundang-undangan,
  • 7. 7 seperti pengendalian pemotongan betina produktif (bunting), pengaturan lalu lintas sapi dan kerbau bibit dan potong, alokasi sapi dan kerbau bibit antar daerah, pemasukan dan pengeluaran ternak (suplai/deman), pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular dan sertifikasi bibit sapi dan kerbau (Direktur Jenderal Peternakan, 2008). 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan 2018 - Pendampingan teknologi pakan fermentasi untuk persiapan menghadapi musim kemarau. - Membandingkan pemberian pakan fermentasi dengan pemberian pakan sesuai kebiasaan petani dalam hal meningkatkan berat badan harian pada ternak kerbau yang sedang menyusui. - Menyediakan bahan/materi penyuluhan, bimbingan teknis dan narasumber pada saat pelatihan/pertemuan petani dan petugas lapang 1.4. Keluaran 1.4.1 Keluaran Tahun 2018 - Diperolehnya satu paket teknologi pakan fermentasi jerami padi. - Terdiseminasinya paket teknologi pengolahan limbah berupa pupuk organik. - Tersedianya bahan/materi penyuluhan, bimbingan teknis dan narasumber pada saat pelatihan/pertemuan petani dan petugas lapang 1.5. Manfaat Terpenuhinya satu paket teknologi usahatani kerbau di lokasi pendampingan pengembangan kawasan peternak kerbau Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan 1.6. Dampak Meningkatkannya produktivitas ternak kerbau dan pendapatan petani di lokasi pendampingan pengembangan kawasan peternak kerbau Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan
  • 8. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Kerbau memiliki potensi cukup besar sebagai ternak penghasil daging dan pengembangan kerbau menjadi prioritas dalam pembangunan peternakan di Sumatera Selatan. Menurut Hermawan et al., (1996) dan Rohaeni et al., (2004, disamping berperan sebagai penghasil daging, kerbau potong juga berperan sebagai sumber pendapatan, sarana investasi, tabungan, fungsi sosial, sumber pupuk, sumber tenaga kerja dalam pengolahan tanah dan pemanfaat limbah pertanian. Herdish et al., (2007) menyebutkan bahwa peternakan kerbau potong di Indonesia masih merupakan peternakan konvensional, dimana mutu bibit, penggunaan teknologi dan keterampilan peternak relatif masih rendah. Disisi lain, sistem pemeliharaan ternak kerbau pada peternakan rakyat yang sudah mengarah secara intensif dikandangkan menyebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi sangat tergantung pada pakan yang tersedia di kandang. Affandhy et al. (1992) dalam Umiyasih dan Anggraeny (2006) menyatakan bahwa ada keterkaitan yang erat antara jumlah pakan yang tersedia dengan jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia terhadap produktivitas ternak. Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan ternak tetapi sesuai dengan kemampuan peternak merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas. Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak adalah genetik, pakan dan lingkungan (Echterkamp et al., 1990 ) Rendahnya kualitas ransum dalam tiga bulan awal setelah beranak, khususnya protein kasar (PK) yang hanya sekitar 50 – 65% dari kebutuhan merupakan faktor utama penyebab tidak optimalnya lama waktu periode birahi kembali setelah melahirkan (Yusran et al., 1998 dalam Winugroho, 2002). Pakan menjadi salah satu faktor penting dalam pemeliharaan betina bunting untuk mendukung pertumbuhan anak ataupun kesehatan induk. Menurut Winugroho (2002), produktivitas yang relatif lambat disebabkan jarak beranak yang lama, selain itu keterlambatan estrus pertama ”post partum”. Faktor yang mempengaruhi produktivitas salah satu diantaranya adalah pakan, sehingga dipandang perlu untuk melakukan perbaikan pakan pada saat pre dan post partum. 2.2. Hasil – hasil Penelitian / Pengkajian Hasil penelitian Anggraeny dan Umiyasih (2003), pada usaha peternakan kerbau potong rakyat di Kabupaten Lumajang menunjukkan bahwa pada musim panen padi kebutuhan nutrien ternak terpenuhi. Selanjutnya dikemukakan bahwa kekurangan BK dan TDN ini mengakibatkan terjadinya penurunan bobot pada induk yang sedang laktasi, rata- rata sebesar 0,36 kg/ekor/hari, serta tidak mampu meningkatkan bobot pedet.
  • 9. 9 Suplementasi dengan menggunakan daun tanaman leguminosa pohon dan semak (lamtoro, gamal dan kaliandra) selama dua bulan pertama setelah beranak merupakan upaya memperpendek periode birahi kembali setelah beranak (Yusran et al., 1998). Namun demikian dikemukakan bahwa pola ini tidak dapat diaplikasikan tanpa terlebih dahulu dilakukan upaya pengembangan tanaman-tanaman tersebut. Di lain pihak, Ma’sum et al. (1998) menyatakan bahwa suplementasi konsentrat sebanyak 2 kg/ekor/ hari dengan kandungan 16% PK pada ransum pola peternak pada kerbau induk pada tiga bulan awal laktasi secara ekonomis tidak menguntungkan. Ketersediaan pakan merupakan salah satu hal yang harus mendapat perhatian dalam pengembangan usaha ternak kerbau potong. Jika ketersediaan hijauan pakan ternak hanya mengandalkan dari alam dan musim, maka pengembangan usaha ternak kerbau potong masih belum dapat dijamin keberhasilan dan keberlanjutannya. Upaya yang dapat dilakukan untuk penyediaan hijauan pakan ternak adalah dengan peningkatan areal tanam hijauan pakan ternak, namun yang menjadi pembatasnya adalah ketersediaan lahan yang bersaing dengan usahatani lain seperti tanaman pangan atau perkebunan bahkan dengan pemukiman dan peruntukan lainnya akibat pesatnya pertambahan penduduk dan berkembangnya industry (Rohaeni dan Wasito, 2012; Ali et al. 2010). Upaya lain yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ternak adalah dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai alternatif sumber hijauan merupakan salah satu langkah yang dapat ditempuh. Hal ini didasarkan pada potensi yang dimiliki, yakni jumlahnya yang sangat besar setiap tahun dan pemanfaatannya yang masih kurang. Jumlah limbah pertanian dihitung berdasarkan jumlah jerami dari usaha pertanian komoditi penting, seperti tanaman padi, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedele, dan kacang hijau. Untuk menghasilkan gambaran yang riil, maka perhitungan didasarkan pada bahan kering (Ali et al. 2010). Kekurangan dari pemanfaatan limbah baik pertanian atau perkebunan sebagai pakan ternak pada umumnya kurang palatabel dan memiliki kandungan nutrisi yang rendah, perlu banyak tempat untuk penyimpanannya dan cepat rusak. Limbah pertanian/perkebunan yang dihasilkan sebagian besar mengandung serat kasar yang tinggi, sehingga pemanfaatan untuk ternak dapat menyebabkan kekurangan nutrien yang dapat menurunkan produktivitas. Namun kekurangan ini dapat ditekan dengan penerapan inovasi teknologi pakan,, misalnya dengan cara pengolahan limbah pertanian agar kualitasnya dapat ditingkatkan misalnya dengan fermentasi jerami padi (Diwyanto dan Priyanti, 2004; Rohaeni dan Wasito, 2012).
  • 10. 10 III. PROSEDUR 3.1. Pendekatan Kegiatan ini akan dilakukan melalui pendekatan partisipatif. Lokasi pendampingan yang dipilih merupakan daerah sentra kerbau. Basis kerja pendampingan adalah kawasan peternak. Permasalahan yang ada di lokasi digali melalui wawancara dengan peternak. Teknologi yang dipilih akan disesuaikan dengan permasalahan yang ada di lokasi pendampingan. 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan Kegiatan pendampingan model pengembangan kawasan peternakan kerbau yang akan dilakukan meliputi : 1. Pendampingan teknologi a) optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian atau bahan pakan lokal spesifik lokasi sebagai sumber pakan pada usaha pembibitan kerbau pampangan yang murah dan efesien sesuai potensi yang ada, b) Demcara pemanfaatan limbah ternak kerbau untuk dijadikan pupuk organik 2. Penyuluhan/pelatihan, dilakukan dengan sasaran kelompok tani/gapoktan sesuai kebutuhan, 3. Sebagai narasumber di instansi terkait sesuai permintaan. Tahapan Kegiatan a. Koordinasi dengan Dinas Terkait : • Menyampaikan hasil kegiatan pendampingan yang telah dilaksanakan BPTP Sumsel dan rencana kegiatan pendampingan akan dilakukan Tahun 2018 • Lokasi pendampingan pengembangan kawasan peternakan Dasar KEPMENTAN No. 43 Tahun 2015 b. Kawasan yang didampingi : Tahun 2018 Kelompok yang didampingi Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan c. Pelaksanaan : • Menganalisa Usahaternak demplot/demfarm • Melakukan promosi demplot/demfarm melalui metode diseminasi.
  • 11. 11 d. Penentuan indikator keberhasilan pendampingan pengembanngan kawasan peternakan : • Peningkatan produktivitas (ADG, CI) sebelum dan sesudah pendampingan (hasil demplot vs non demplot) • Peningkatan pendapatan peternak sebelum dan sesudah pendampingan (hasil demplot vs non demplot) • Peningkatan komponen teknologi yang diterapkan oleh peternak • Respon petani terhadap hasil demplot • Peningkatan aktivitas poktan (frekwensi pertemuan, materi yang dibahas, aktivitas lainnya) • Peningkatan kinerja kelembagaan peternak • Peningkatan jumlah petani/poktan adopter (yang mengadopsi teknologi yang didemonstrasikan) • Jumlah stakeholder (PPL, petugas dinas kabupaten/kecamatan) yang berkunjung dalam temu lapang/promosi demplot. 3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan Tempat dan Waktu Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan peternakan kerbau akan dilaksanakan antara bulan Januari – Desember 2018 di lokasi yang telah ditetapkan, yaitu (sesuai dengan KEPMENTAN No. 43/2015) di kecamatan gelumbang Kabupaten Muara Enim. Rancangan Kegiatan Penentuan responden diawali dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi usaha pembibitan kerbau potong rakyat, dan dilanjutkan dengan wawancara menggunakan metode Focus Group Disscustion (FGD) untuk mengetahui faktor-faktor internal maupun eksternal yang berpengaruh terhadap usaha pembibitan kerbau terutama yang terkait dengan masalah produktivitas dan reproduksi. Kegiatan pengembangan kawasan peternakan kerbau akan dilakukan pada lokasi yang baru yaitu Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim. Materi yang digunakan dalam kegiatan pendampingan adalah limbah kotoran kerbau. Pembinaan tahun 2018 yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kebiasaan peternak dan kelompok perlakuan/perbaikan pakan dengan pemberian pakan fermentasi.
  • 12. 12 Pengamatan dan Analisis Data Kegiatan pendampingan ini dilakukan selama satu tahun anggaran, untuk kegiatan pendampingan pengembangan kawasan peternakan 2018 pada kerbau yang sedang lactasi tetap diberi pakan fermentasi saat pre dan post partum. Parameter yang diukur meliputi : (a) dampak dari hasil penerapan pakan fermentasi (b) perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan peternak dalam melaksanakan pengolahan limbah kotoran ternak. IV. ANALISIS RESIKO 4.1. Daftar Risiko No Masalah Penyebab Dampak 1 Musim Saat musim tanam/panen maka alokasi waktu petani kurang untuk merespon kegiatan Pendampingan Kawasan Ternak Kerbau Ketersediaan bahan pakan terbatas pada musim kemarau Pelaksanaan menjadi terlambat, karena mengikuti pola petani Harus mencari pada tempat lain 2 Kelompok kurang respons Adopsi kurang maksimal dan berkesan yang memerlukan adalah BPTP Petani tidak melaksanakan dengan optimal 3 Pengamatan tidak tuntas Kerbau milik petani, dijual atau dipotong atau mati sebelum kegiatan berakhir (hari raya haji dll) Data yang diambil menjadi tidak lengkap 4 Perlakuan tidak dilaksanakan maksimal oleh petani Petani kurang disiplin sehingga pengaruh perlakuan tidak terlihat terhadap ternak Dampak perlakuan tidak sesuai tujuan. Merugikan petani sendiri, karena tak mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut
  • 13. 13 4.2. Daftar Penanganan Resiko No RESIKO Penyebab Penanganan risoko 1 Musim Kegiatan Pendampingan Kawasan Ternak Kerbau dipengaruhi oleh musim diantaranya saat musim tanam/panen maka alokasi waktu petani kurang untuk merespon kegiatan Pendampingan Kawasan Ternak Kerbau Ketersediaan bahan pakan terbatas Kesepakatan untuk melakukan kegiatan secara partisipatif Menyesuaikan dengan musim atau mencari bahan pakan yang dapat disimpan lama. 2 Kelompok kurang respons − Adopsi kurang maksimal dan berkesan yang memerlukan adalah BPTP Mencari kelompok lain yang lebih responsif 3 Pengamatan tidak tuntas − Kerbau milik petani, dijual atau dipotong atau mati sebelum kegiatan berakhir − Berusaha untuk memberikan penjelasan dan pemahaman pada petani bahwa diharapkan petani tidak menjual kerbau sebelum pengamatan selesai 4 Perlakuan tidak dilaksanakan maksimal − Petani kurang disiplin sehingga pengaruh perlakuan tidak terlihat secara optimal terhadap ternak Melakukan pendekatan yg intensif dengan kelompok /PPL/tokoh
  • 14. 14 V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN 5.1. Tenaga Yang Terlibat Dalam Kegiatan No. Nama/NIP Jabatan dalam Kegiatan Uraian Tugas Alokasi Waktu (jam/mg) 1. Ir. Sih Nugrahini Widiastuti 19600527 199403 2 002 Penanggung Jawab 1. Membuat RDHP dan RODHP 2. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan 3. Melakukan koordinasi dengan dinas terkait 4. Menyiapkan materi pertemuan kelompok dan pelatihan 5. Memberi materi pelatihan 6. Meliput data 7. Menyiapkan bahan laporan 8. Membuat laporan 6 2. Dr. Agung P., S.Pt., M.P. 19700318 199703 1 003 Pelaksana kegiatan 1. Menyiapkan materi pertemuan kelompok dan pelatihan 2. Memberi materi pelatihan 3. Meliput data 4. Menyiapkan bahan laporan 3 3. drh. Aula Evi Susanti, MP. Pelaksana kegiatan 1. Menyiapkan materi pertemuan kelompok 2. Meliput data 3. Menyiapkan bahan laporan 3 4. Tumarlan T.,SP. MP Pelaksana kegiatan 1. Meliput data 2. Menyiapkan bahan laporan 3 5. Mahdalena,SP Pelaksana kegiatan Pengumpulan data dan menyiapkan bahan laporan. 2 6. Tri Aster Agussalim, S.Si Administrasi Menyelesaikan administrasi 2 7. M. Arief Sidik P., S. Hut. 19740514 200812 1 001 Pelaksana kegiatan Membantu mendokumentasikan kegiatan 2
  • 15. 15 5.2. Jangka Waktu Kegiatan Kegiatan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan (koordinasi, konsultasi, penyusunan RODHP, penent.lokasi dan petani koopr dll) 2. Sosialisasi 3. Pelatihan Pembuatan pupuk organik dan Fermentasi pakan ternak 4. Pengumpulan data 5. Monitoring dan evaluasi 6. Pembuatan laporan DAFTAR PUSTAKA Affandhy, L., W.C.Pratiwi, D.Ratnawati, dan S.Grati. 2007. “Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi pada Kerbau Potong”. Loka Penelitian Kerbau Potong. Pasuruan. 35 halaman. Anggraeny, Y.N. dan U. Umiyasih. 2003. Tinjauan tentang karakteristik tatalaksana pakan, kaitannya dengan limbah tanaman pangan pada usaha kerbau potong rakyat di Kabupaten Lumajang. Pros. Seminar Nasional pengembangan kerbau local. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Dinas Peternakan Selatan Selatan, 2007. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Selatan Selatan, 2008. Pelaksanaan Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Kerbau (PSDS) Tahun 2010. Makalah Temu Informasi yang dilaksanakan BPTP Selatan Selatan tanggal 22 April 2008 di Banjarbaru. Dinas Peternakan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Peternakan 2008. Statistik Peternakan Indonesia Jakarta Echterkamp, S.E., Gregory, K.E., Dickerson, G.E., Cundiff, L.V., Koch, R.M., and Van Vleck, L.D., 1990.”Twinning in cattle II. Genetic and environmental effects on ovulation rate in puberal heifers and postpartum cows and the effects of ovulation rate on embryonic survival” Journal of Animal Science. 68 (7):1877-1888.
  • 16. 16 Herdish, Ida Kusuma, Maman Surachman dan Epih R. Suhana., 2007. Peningkatan Populasi dan Mutu Genetik Kerbau Dengan Teknologi Transfer Embrio.http:/www.iptek.net.id. Komisarek, J. and Dorynek, Z., 2002. “Genetic aspects of twinning in cattle” Journal of Applied Geneticts”. 43 (1): 55-68. Rohaeni, E. S., dan A. Hamdan. 2004. Profil dan prospek pengembangan usahatani kerbau potong di Selatan Selatan. Prosiding Lokakarya Nasional Kerbau Potong. Yogyakarta 8-9 Oktober 2004. P. 132-139. Uum Umiyasih dan Yenny Nur Anggraeny, 2006. Respon perbaikan pakan terhadap produktivitas kerbau potong induk periode Post-Partum di Kabupaten Probolinggo. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor. Winugroho, M. 2002. strategi pemberian pakan tambahan untuk memperbaiki efisiensi repoduksi induk sapu. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 2 (1). 2002.