1. Puasa Membentuk AKhlak Mulya
Banyak ulama yang menguraikan pengaruh puasa terhadap kepribadian, salah
satunya adalah Imam Khusairi. Beliau menyatakanbahwa puasa yang dilakukan
dengan baik dan benar akan berpengaruh terhadap pelakunya (shoimin dan
shoimah)yangpada gilirannyananti akanterwujudke dalam bentukakhlak yang
terpuji.
Akhlak mulia yang dihasilkan oleh pelaksanaan ibadah puasa antara lain;
Tawadhu’, Qona’ah, Wara’ dan Yaqin.
1. Tawadhu’
Tawadhu’ artinya rendah hati (tidak sombong, tidak angkuh, tidak congkak).
Orang yang tawadhu’ tidak melonjak menjadi sombong dan angkuh karena
memperoleh sedikit kelebihan dan memperoleh sedikit keberhasilan. Puasa
sebagai satu ibadah melatih pribadi agar tidak sombong, puasa sebagai satu
ibadah melatih jiwa agar mampumenundukkankeangkuhan. Puasamelatihkita
agar menjadi orang yang tawadhu’.
Ketikamelaksanakan puasa, kita dihadapkan dengan satu kenyataanbahwakita
adalah lemah. Barutidak makandan minum setengahharikitasudah merasakan
lemah/ payah. Apa yang mau disombongkan dihadapan Allah.
Allah benci dengan sifat sombong (apapun bentuknya). Lantaran sombong
inilah maka syetan diusir oleh Allah dari surga. Firman Allah dalam Al Qur’an
menerangkan;
“Allah berfirman; Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepadaAdam)
di waktuAkumenyuruhmu?Menjawablblis;Sayalebihbaikdaripadanya. Engkau
ciptakansayadari api sedangia Engkau ciptakandari tanah“. (QS. AlMaidah :12)
“Allah berfirman; Turunlah kamu dari surga itu, karena kamu tidak sepatutnya
menyombongkan diri didalamnya. Maka ia keluarlah, sesungguhnya kamu
termasuk orang-orang yang hina”. (QS. Al Maidah :13)
KarenaituRasulullah SAWbersabda;“Tidakakan masuksurgabarangsiapayang
dihatinya terdapat kesombongan kendatipun sekecil zarrah”. (HR. Muslim)
2. Sejarah membuktikan bahwa tidak ada orang yang sombong yang berakhir
(yang mengakhiri episode kehidupannya) dengan khusnul khotimah, semuanya
su’ul khotimah, mengakhiri kehidupannya dengan adzab Allah.
Lihat Fir’aun yang semakin berkuasa semakin merajalela, semakin berkuasa
semakin aniaya, semakin berkuasa semakin lupa pada Allah, semakin berkuasa
semakin tidak mau beribadah. Fir’aun sombong, saking sombongnya sampai-
sampai ia memproklamirkan diri sebagai Tuhan. Karena sombong, Fir’aun dan
segenap bala tentaranya ditenggelamkan oleh Allah di laut Merah.
Lihat Qorun yang semakin kaya semakinlupa daratan, semakinberduit semakin
pelit, semakin kaya semakin lupa pada Allah. Ketika ditanya, “Wahai Qorun,
hartamu banyak sekali darimana kau mendapatkannya? Qorun menjawab;
Hartaku adalah usahaku, tidak ada urusannya dengan Tuhan”. Qorunsombong.
Karena sombong ia dan seluruh hartanya disapu bersih oleh Malaikat dengan
bencana gempa bumi.
Puasa melatih kita untuk tidak sombong, puasa melatih kita untuk mampu
menundukkan keangkuhan. Jika kita termasukorangyangberduit (orangkaya),
mudah-mudahan kekayaan itu tidak membuat kita menjadi sombong, semakin
kaya semakin lupa kepada Allah, semakin kaya semakin tidak mau beribadah,
semakin kaya semakin sulit untuk berderma padahal kita tahu bahwa pada
sebagian kekayaan kita didalamnya ada hak mereka yang dhu’afa.
Jika kita termasuk orang yang berpangkat (penguasa), mudah-mudahan
kekuasaan itu tidak membuat kita menjadi sombong.
2. Qona’ah
Qona’ah adalah merasacukup denganapa yang telahdiberikan olehAllah, tidak
rakus, tidak serakah, tidak tamak.
Mengenakan pakaian qona’ah tidak semudah mengenakan pakaian kemeja,
diperlukan pembinaan demi pembinaan. Karena setiap manusia memiliki
kecenderungan dasar sebagai makhluk yang tamak (rakus dan serakah).
Dalam salah satu riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda;
“Sekiranya anak cucu Adam telah mendapat satu lembah emas, maka ia
3. menginginkan lembah kedua, dan jika telah mendapatkan dua lembah dia
menghendaki yang ketigadan seterusnya. Kecualidia telah menjaditanah (mati
terkubur)”.
lnilah sifat manusia, rakus, serakah, tamak. Puasa melatih kita untuk terhindar
dari sifat mazmumahsepertiini. Dengan puasa kita dilatih agar dapat memiliki
sifat qona’ah.
Marikita ingat kembalihari-hariketikakita melaksanakan puasa. Dipagi harikita
masih terasa segar. Tengah hari mulai sedikit loyo. Menjelang Ashar mulai
mengatur strategi, jam lima sudah berjejer segala macam makanan dan
minuman, sepertinya orang lain tidak usah kebagian, semua untuk kita. Tapi
tatkala Maghrib datang, tatkala waktu berbuka tiba ternyata hanya dengan
setegukair manis dan dua atau tiga butir kurmakita sudah merasalega bahkan
kenyang. Kemana keinginan yang tadi begitu menggebu-gebu. ltulah nafsu.
Nafsu tidak pernah mengenal titik, nafsu tidak pernah mengenal cukup, nafsu
mengajakkita untukmenjadiorangserakah, rakus dan tamak. Nafsumenggiring
kita untuk menjadi monyet/kera.
Dengan puasa kita dilatih untuk menjadi orang yang bersifat qona’ah. Jika
qona’ah sudah menjadi pakaian semua orang beriman, pemerataan pasti tidak
sulit untuk diwujudkan.
Islam menghendaki pemerataan, Islam tidak menginginkan kekayaan hanya
bergulir di tangan sebagian orang-orang tertentu saja. Sedemikian besarnya
perhatian Islam terhadap pemerataan sampai-sampai Rasulullah menyatakan
bahwa; “Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak
beriman.Kamutidur nyenyakkarenakekenyangansementaratetanggamutidak
dapat tidur karena tidak punya makanan, kamu tahu kamu mampu tapi tidak
kamu bantu”.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa; “Kau tidak dinyatakan beriman
sehingga kamu mengasihi saudaramu sama seperti kamu mengasihi dirimu
sendiri”. (HR. Muslim)
Jika manusia-manusia yang bermental monyet (tamak, rakus, dan serakah)
masih bertebaran diatas muka bumi ini maka pemerataan pasti tidak pernah
akan terwujud.
4. 3. Waro’
Waro’ adalah terpeliharadari hal-hat yang syubhat (yang tidak jelas kedudukan
hukumnya).
Puasamelatih kita untukmenjadi waro’. Selamabulanpuasakita ditempauntuk
tidak makan, tidak minum, tidak berhubunganseksual suami isteri di siang hari
walaupunkedudukan hukumnyahalal. Jangankan yangharam, hal-hal yanghalal
sepertiitumenjadiharam dan kita bersediamentaatinya. Apabilayanghalal saja
dapat kita hindari apalagi yangtidak jelas statusnya. lnilah latihan untuk menjadi
waro’. Dengan sifat waro’ kita rela menjalani kehidupan ini dengan peraturan-
peraturan Allah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim ada satu kejadian
yang dialami Rasulullah; “Anas r.a. berkata; bahwa Nabi SAW mendapat kurma
dijalan. Maka ia bersabda; Andaikan saya tidak khawatir kurma itu, termasuk
sedekah niscaya saya makan”.
Inilah contoh dari waro’, menghindari sesuatu yang masih diragukan
menghindari sesuatu yang syubhat.
4. Yaqin
Berpuasa karena keyakinan, rasa lapar jadi indah, haus jadi nikmat. Berpuasa
diterik panasnya matahari tidak menjadi masalah. Mengapa? Karena kita
melakukannya untuk sebuah keyakinan. Kalau orang berbuat sesuatu karena
keyakinan(keimanan)makayang jauhmenjadidekat, yangtakut menjadiberani,
yang lemah menjadi kuat. Untuk sebuah keyakinan penjara bisa menjadi lebih
indah dari istana. Untuk sebuah keyakinan tiang gantungan laksana lambaian
tangan bidadari. Kalau keyakinansudah bicara,jangankan hujan air, hujanpeluru
sekalipun tidak akan pernah ada kata mundur.
Bulan puasa adalah bulan pembinaan nilai-nilai keimanan kepada Allah SWT.
Bulan puasa adalah bulan pemupukkan semangat keyakinan.
Inilah beberapa sifat atau akhlak mahmudah (terpuji) yang dihasilkan dari
tempaan puasa, sifat orang-orangyang taqwa. Semoga semangat puasa tetap
5. dapat kita pertahankan dan kita tingkatkan di sebelas bulan di luar bulan
Ramadhan.
Taqoballallahu minna waminkum.