BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada awalnya obesitas di pandang sebagai tren atau gaya hidup sebagai tanda kesuksesan seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk menandakan seseorang hidup berkecukupn. Namun sekarang obesitas telah menjadi masalah yang serius karena memicu timbulnya berbagai komplikasi penyakit yang menyertainya. Masalah obesitas kini telah menjadi perhatian khusus badan kesehatan dunia
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh.Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda.Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir.Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel.
Masalah ini yang menjadikan bahasan dalam asuhan keperawatan dengan obesitas menjadi sangat menarik untuk di angkat dan di pelajari kelompok kami, semoga apa yang kami tulis dalam karya kami dapat menjadi sesuatu yang berguba bagi kami mahasiswa keperawatan khususnya dan khalayak ramai pada umunya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi obesitas?
2. Apa saja tipe-tipe obesitas?
3. Apa gejala-gejala timbulnya obesitas?
4. Apa penyebab timbulnya obesitas?
5. Bagaimana cara pengukuran obesitas?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya Obesitas?
7. Penyakit apa saja yang timbul akibat obesitas?
8. Bagaimana pencegahan obesitas ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi obesitas
2. Untuk mengetahui tipe-tipe obesitas
3. Untuk mengetahui gejala-gejala timbulnya obesitas
4. Untuk mengetahui penyebab timbulnya obesitas
5. Untuk mengetahui cara pengukuran obesitas
6. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya Obesitas
7. Untuk mengetahui penyakit yang timbul akibat obesitas
8. Untuk mengetahui pencegahan obesitas
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada awalnya obesitas di pandang sebagai tren atau gaya hidup sebagai tanda kesuksesan seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk menandakan seseorang hidup berkecukupn. Namun sekarang obesitas telah menjadi masalah yang serius karena memicu timbulnya berbagai komplikasi penyakit yang menyertainya. Masalah obesitas kini telah menjadi perhatian khusus badan kesehatan dunia
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh.Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda.Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir.Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel.
Masalah ini yang menjadikan bahasan dalam asuhan keperawatan dengan obesitas menjadi sangat menarik untuk di angkat dan di pelajari kelompok kami, semoga apa yang kami tulis dalam karya kami dapat menjadi sesuatu yang berguba bagi kami mahasiswa keperawatan khususnya dan khalayak ramai pada umunya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi obesitas?
2. Apa saja tipe-tipe obesitas?
3. Apa gejala-gejala timbulnya obesitas?
4. Apa penyebab timbulnya obesitas?
5. Bagaimana cara pengukuran obesitas?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya Obesitas?
7. Penyakit apa saja yang timbul akibat obesitas?
8. Bagaimana pencegahan obesitas ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi obesitas
2. Untuk mengetahui tipe-tipe obesitas
3. Untuk mengetahui gejala-gejala timbulnya obesitas
4. Untuk mengetahui penyebab timbulnya obesitas
5. Untuk mengetahui cara pengukuran obesitas
6. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya Obesitas
7. Untuk mengetahui penyakit yang timbul akibat obesitas
8. Untuk mengetahui pencegahan obesitas
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
laporan pendahuluan asuhan keperawatan DM tipe 2. definisi: Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. etiologi: Factor genetic, Factor imunologi
Factor lingkungan, Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga. pathway dan masalah keperawatan. pengkajian, diagnosa intervensi rasional
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).
Selengkapnya bisa baca online atau download filenya di link berikut: http://gudangbuku.menantisenja.com/2016/12/laporan-pendahuluan-diabetes-melitus.html
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
laporan pendahuluan asuhan keperawatan DM tipe 2. definisi: Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. etiologi: Factor genetic, Factor imunologi
Factor lingkungan, Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga. pathway dan masalah keperawatan. pengkajian, diagnosa intervensi rasional
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).
Selengkapnya bisa baca online atau download filenya di link berikut: http://gudangbuku.menantisenja.com/2016/12/laporan-pendahuluan-diabetes-melitus.html
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesNiakhairani
penyakit Diabetes adalah penyakit degeneratif, di mana ada beberapa gangguan dalam metabolisme tubuh karbohidrat, lemak, protein, dan juga ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak memproduksi insulin sama sekali. Sel-sel dalam tubuh manusia membutuhkan energi dari gula (glukosa) untuk bisa berfungsi dengan normal.
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Proposal.docx
1. PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI RSUD BAJAWA KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 – Mei
2020
Diajukan ke Fakultas Kedokteran UKI
Sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat
Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran
MARIA THERESIA MOI SAY
1761050026
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERASITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2020
2. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya hiperglikemia
(kadar glukosa dalam darah yang meningkat) dan terjadi gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang berkaitan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan
atau sekresi insulin. Gejala klasik (trias DM) yang sering dikeluhkan pada penderita Diabetes
Melitus yaitu polidipsia, poliuria dan polifagia. Gejala lain yang juga dapat terjadi seperti
penurunan berat badan, baal dan kesemutan.1
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan gangguan metabolisme sistem endokrin yang ditandai
dengan ketidakseimbangan glukosa darah. Diabetes Melitus tipe 2 terjadi ketika pankreas tidak
dapat memproduksi cukup insulin untuk menjaga kadar gula darah normal atau tubuh tidak
dapat menggunakan insulin yang diproduksi (resistensi insulin).2,3
Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik, sedangkan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi seperti pola makan dan jenis makanan beserta kandungannya, jenis pekerjaan dan
aktivitas fisik dan intensitasnya yang tidak banyak mengeluarkan tenaga, kebiasaan merokok,
konsumsi alkohol serta tingkat pendidikan.4
Menurut Internasional Diabetes Federation (IDF) prevalensi Diabetes Melitus di dunia
pada tahun 2019 mencapai 463 juta, dengan perkiraan peningkatan kejadian diabetes melitus
sebesar 51 % pada tahun 2045, dan pada Asia Tenggara mencapai 88 juta, dan diperkirakan
meningkat 74% pada tahun 2045.5
Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia, angka kejadian
diabetes melitus dari tahun 2007 sampai tahun 2013 meningkat dari 5,7% menjadi 6,9% dari
250 juta penduduk indonesia. Sedangkan menurut data Riskesdas tahun 2018 prevalensi
kejadian DM sebesar 1,5%.6,7
Dari data yang di dapat di RSUD Bajawa pada tahun 2015 jumlah pasien yang mengalami
diabetes melitus tipe 2 sebanyak 101 jiwa, 2016 sebanyak 106 jiwa, 2017 sebanyak 121 jiwa,
2018 sebanyak 93 jiwa, 2019 sebanyak 2015 jiwa dan pada tahun 2020 dari bulan Januari-Mei
3. 2
sebanyak 65 jiwa, total sementara sebanyak 691 jiwa yang menderita diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Bajawa Kabupaten Ngada.
Berdasarkan data di atas, penulis ingin membuat penelitian untuk mengetahui
hubungan antara faktor faktor risiko dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD Bajawa
tahun 2015 – Mei 2020.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah ada hubungan pola makan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 – Mei 2020?
b. Apakah ada hubungan jenis pekerjaan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020?
c. Apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020?
d. Apakah ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020?
e. Apakah ada hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020?
f. Apakah ada hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015- Mei 2020?
g. Apakah ada hubungan faktor genetik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 Mei 2020?
h. Apakah ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 – Mei 2020?
i. Apakah ada hubungan usia dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD Bajawa
Kabupaten Ngada tahun 2015 – Mei 2020?
4. 3
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor risiko dengan kejadian
diabetes melitus tipe 2 di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 – Mei 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui adanya hubungan pola makan dengan kejadian diabetes melitus
tipe 2 di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
b. Untuk mengetahui adanya hubungan jenis pekerjaan dengan kejadian diabetes melitus
tipe 2 di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
c. Untuk mengetahui adanya hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus
tipe 2 di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
d. Untuk mengetahui adanya hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian diabetes
melitus tipe 2 di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
e. Untuk mengetahui adanya hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian diabetes
melitus tipe 2 di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
f. Untuk mengetahui adanya hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes
melitus tipe 2 di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
g. Untuk mengetahui adanya hubungan faktor genetik dengan kejadian diabetes melitus
tipe 2 di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
h. Untuk mengetahui adanya hubungan jenis kelamin dengan kejadian diabetes melitus
tipe 2 di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
i. Untuk mengetahui adanya hubungan usia dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
5. 4
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dari penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat memberikan informasi
tentang hubungan faktor faktor risiko dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020 kepada siapapun yang membacanya.
2. Manfaat Praktis
Apabila dari penelitian ini memberikan jawaban bahwa ada hubungan antara
faktor faktor risiko dengan kejadian diabetes melitus tipe 2, dapat dilakukan usaha
pencegahan maupun deteksi dini dan pengobatan yang tepat untuk mengurangi angka
kejadian.
6. 5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) adalah istilah umum untuk gangguan metabolisme heterogen
yang gejala utamanya ialah hiperglikemia kronis. Penyebabnya adalah gangguan sekresi
insulin atau gangguan kerja insulin atau bisa juga keduanya.8 Diabetes Mellitus merupakan
penyakit yang prevalensinya terus meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang
di dunia, sehingga dikatakan DM sudah menjadi masalah kesehatan atau penyakit global pada
masyarakat.9
2.1.1 Etiologi berdasarkan Klasifikasi Diabetes Melitus
1) Diabetes Tipe 1
Karena kegagalan produksi insulin secara parsial atau total oleh sel beta
pankreas, biasanya mengakibatkan defisensi insulin absolut.
2) Diabetes Tipe 2
Karena defek progresif pada sekresi insulin yang di latar belakangi oleh
adanya resistensi insulin.
3) Diabetes Melitus Gestasional (GDM)
Diabetes ini didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan dan
biasanya dapat sembuh setelah kehamilan.
4) Diabetes akibat penyebab lain
Seperti sindrom diabetes monogenik (diabetes neonatal dan diabetes
usia muda (MODY)), penyakit eksokrin pankreas (fibrosis kistik) dan obat
atau bahan kimia yang diinduksi diabetes (dalam pengobatan HIV/AIDS
atau setelah transplantasi organ).10
2.1.2 Faktor Risisko Diabetes Melitus Tipe 2
2.1.2.1 Dapat dimodifikasi
a. Pola makan
Pola makan yang tidak seimbang dapat menyebabkan obesitas, dimana
hal tersebut dapat memicu timbulnya DM tipe 2. Pada orang dengan obesitas
memiliki risiko menderita DM tipe 2 lebih besar dibandingkan dengan orang
yang memiliki status gizi normal.11 Makanan dalam porsi yang kecil dapat
membantu mengontrol kadar glukosa darah sebaliknya makanan dalam porsi
7. 6
yang besar dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah secara tiba-tiba,
apabila hal tersebut dilakukan berulang kali dalam jangka waktu yang lama
dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, makan sebelum lapar dan
sesuai dengan waktunya lebih baik dibandingkan makan saat lapar, karena
makan disaat lapar seringkali tidak terjadwal dan berlebihan.12
Beban glikemik memberikan gambaran respon kadar glukosa darah
terhadap makanan, terutama pada jumlah dan jenis karbohidrat tertentu dalam
makanan.13 Konsumsi total karbohidrat dari makanan utama dan makanan
selingan mempengaruhi peningkatan kadar gula darah.14 Mengkonsumsi
makanan tinggi lemak dan gula dan rendah serat juga berhubungan dengan
kadar glukosa darah.15 Makanan yang tinggi energi memiliki hubungan dengan
kejadian obesitas, resistensi insulin dimana hal tersebut dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah.16
b. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan sangat erat kaitannya dengan aktivitas fisik yang
dilakukan seseorang. Jenis pekerjaan tersebut dapat dibedakan menurut berat
ringannya aktivitas fisik yang dilakukan seperti17 :
o Ringan : Guru, satpam, ibu rumah tangga, pemuka agama, dll
o Sedang : Penyapu jalan, wartawan, pegawai kantor, dll
o Berat : Atlet, petani, dll
o Sangat berat : Kulih bangunan, pekerja tambang, dll
Dimana seseorang yang memiliki jenis pekerjaan yang berat lebih kecil
jumlah yang menderita DM dibandingkan dengan seseorang yang memiliki
jenis pekerjaan yang ringan.18 Jenis pekerjaan juga sangat erat kaitannya
dengan tingkat pendapatan seseorang. Tingkat pendapatan suatu negara dapat
mempengaruhi tingginya angkat kejadian DM di negara tersebut akibat
perubahan gaya hidup, terutama di kota-kota besar.19
c. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan gerakan yang membutuhkan energi yang
dihasilkan oleh otot rangka. Kurangnya aktivitas fisik dapat menjadi faktor
risiko independen terhadap penyakit kronis. Pengaruh aktivitas fisik atau olah
raga secara langsung berkaitan dengan peningkatan pemulihan glukosa otot
(seberapa banyak glukosa yang dserap otot dari darah). Selama berolahraga,
8. 7
otot akan mengonsumsi glukosa yang tersimpan di dalam otot. Saat glukosa
berkurang otot akan mengambil glukosa dari darah untuk mengisinya. Hal
tersebut akan mengakibatkan penurunan gula darah, sehingga meningkatkan
kontrol gula darah.20
Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan peningkatan insulin dan
kadar gula dalam darah berkurang. Pada seseorang yang jarang berolahraga atau
jarang melakukan aktivitas fisik makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak
dibakar melainkan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak dan gula.21
d. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok dapat juga memicu terjadinya DM tipe 2. Perilaku
merokok yang buruk berkaitan dengan komplikasi kronis DM tipe 2
dibandingkan dengan yang bukan merupakan perokok.22 Nikotin merupakan
bahan aktif utama pada tembakau sebagai bahan rokok yang bertanggung jawab
terhadap risiko penyakit DM tipe 2 yang berkaitan dengan asap rokok.23
Nikotin pada asap rokok berdampak pada terjadinya DM tipe 2. Efek
nikotin pada insulin antara lain penurunan pelepasan insulin yang disebabkan
oleh aktivasi hormon katekolamin, dampak negatif pada kerja insulin, disfungsi
sel beta pankreas dan perkembangan ke arah resistensi insulin. Mekanisme
potensial lain dari paparan merokok, seperti paparan merokok pada wanita
hamil dan menyusui juga berperan dalam perkembangan resistensi insulin.24
e. Konsumsi alkohol
Alkohol (dalam bentuk etanol) yang dikonsumsi seseorang akan
meningkatkan sintesis asam lemak di hati. Konsumsi etanol akan menghambat
sistem regulasi yang diperlukan untuk mendorong oksidasi asam lemak dan
menstimulasi metabolisme asam lemak. Keadaan ini merangsang respons stress
retikulum endoplasma sel. Respon stress dari retikulum endoplasma ini juga
meningkatkan kemungkinan sel hati (hepatosit) mengalami apoptosis (bunuh
diri sel). Penumpukan lemak di hati dan apoptosis hepatosit merangsang
pankreas untuk meningkatkan produksi insulin, tetapi sensitivitas sel menurun,
menyebabkan resistensi insulin yang merupakan masalah utama diabetes.25
f. Tingkat Pendidikan
Orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi lebih bisa menerima
dirinya sebagai orang sakit saat mengalami gejala yang berkaitan dengan suatu
penyakit dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah.
9. 8
Dimana orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih tanggap untuk
memeriksakan dirinya kepada para medis maupun mencari pertolongan berupa
obat-obatan saat sakit dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat
pendidikan rendah. Orang dengan tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki
pengetahuan yang lebih banyak tentang kesehatan, dengan pengetahuan
tersebut orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan.26
2.1.2.2 Tidak dapat dimodifikasi
a. Genetik
Terjadinya DM tipe 2 merupakan suatu interaksi antara faktor genetik
dan lingkungan. Faktor genetik yang dimiliki tersebut akan bermanifestasi
menjadi DM tipe 2 bila kejadian tersebut didukung oleh kondisi lingkungan
yang dapat menyebabkan penyakit ini.27 Riwayat keluarga yang menderita DM
tipe 2 memberikan risiko lima kali lebih besar untuk keturunannya menderita
penyakit tersebut.28
Pewarisan genetik orang tua terhadap keturunannya diekspresikan pada
beberapa gen yang mengalami mutasi. Pada DM tipe 2 terdapat mutasi yang
dapat meningkatkan ekspresi gen pada pulau langerhans dan berdampak pada
terganggunya sekresi insulin, berkurangnya insulin plasma, gangguan sekresi
insulin oleh stimulasi glukosa dan menurunkan sensitifitas insulin yang dapat
meningkatkan risiko berkembangnya DM tipe 2.29
b. Jenis Kelamin
Tingginya kejadian DM pada wanita disebabkan oleh adanya perbedaan
komposisi tubuh dan kadar hormon seksual antara wanita dan pria dewasa.
Jaringan adiposa yang dimiliki oleh wanita lebih banyak dibandingkan yang
dimiliki oleh pria. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan kadar lemak normal,
dimana pada pria berkisar antara 15-20% dan pada wanita berkisar antara 20-
25% dari berat badan.30
Konsentrasi hormon estrogen yang menurun pada wanita yang
mengalami menopause dapat menyebabkan peningkatan cadangan lemak tubuh
terutama pada daerah abdomen yang nantinya akan meningkatkan pengeluaran
asam lemak bebas, kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya resitensi insulin.31
10. 9
c. Usia
Seiring bertambahnya usia, terutama pada usia 40 tahun ke atas risiko
diabetes semakin meningkat karena proses penuaan menurunkan kemampuan
sel beta pankreas memproduksi insulin. Selain itu pada lansia, aktivitas
mitokondria di sel otot berkurang hingga 35%. Hal ini berkaitan dengan
peningkatan 30% kandungan lemak pada otot yang dapat memicu terjadinya
resistensi insulin.32
Hal tersebut didasarkan pada fakta bahwa usia meningkatkan kejadian
DM tipe 2 karena penuaan mengurangi sensitivitas insulin yang memengaruhi
kadar glukosa darah. Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang
menurun tajam setelah usia 40 tahun salah satunya adalah pengaruh terhadap
pankreas itu sendiri.33
2.1.3 Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2
Pada DM yang didapatkan jumlah insulin yang kurang atau keadaan kualitas
insulin yang buruk (resistensi insulin), meskipun insulin dan reseptornya ada namun
pintu masuk sel tidak dapat dibuka sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel untuk dimetabolisme akibat kelainan dari sel itu sendiri. Hal ini menyebakan
glukosa tetap berada di luar sel, sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat.34
2/3 sel manusia membutuhkan insulin untuk menyerap glukosa dalam darah.
Insulin berikatan dengan reseptornya pada dinding luar sel dan memiliki peran
sebagai kunci untuk membuka pintu masuk ke dalam sel bagi glukosa. Glukosa
disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen atau asam lemak. Selama
produksi ketika insulin tidak mencukupi atau kunci insulin sulit membuka pintu sel
maka akan banyak glukosa yang berada di dalam darah dan tidak dapat masuk ke
dalam sel, dimana hal ini akan menyebabkan hiperglikemia. Keadaan ini melebihi
ambang batas reabsorbsi ginjal pada tubulus proksimal, yang menyebabkan
sebagian glukosa dikeluarkan melalui urin. Osmolaritas urin yang meningkat
menghambat reabsorbsi air oleh ginjal. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi
urin dan glukosuria.
Tubuh manusia mengatasi hiperglikemia dengan menyerap air di dalam sel
untuk mengencerkan kadar glukosa darah yang selanjutnya akan disekresi melalui
urin. Keadaan ini mengakibatkan rasa haus yang konstan dan produksi urin yang
11. 10
berlebih. Pada kondisi yang sama terjadi puasa sel terhadap glukosa sehingga tubuh
memerlukan makanan yang lebih banyak, kondisi ini menyebabkan pasien merasa
lapar yang berlebihan.35
2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tipe 2
Gejala-gejala umum yang ditimbulkan oleh penyakin DM antara lain:
a. Poliuria
Poliuria adalah kondisi dimana jumlah urin meningkat melebihi batas
normal dalam waktu 24 jam. Poliuria dikatakan sebagai gejala DM karena
kadar gula di dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak dapat
menguraikannya dan berusaha mengeluarkannya melalui urin. Gejala ini
lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung
glukosa.36
b. Polidipsia
Polidipsia adalah rasa haus yang berlebihan yang disebabkan oleh
respon tubuh terhadap peningkatan asupan cairan karena kadar glukosa
yang terbawa dalam urin.37
c. Polifagia
Penderita DM akan merasa cepat lapar dan lemas karena kadar glukosa
dalam tubuh semakin berkurang tetapi sebaliknya kadar glukosa dalam
darah sangat tinggi.36
d. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan pada pasien DM disebabkan oleh tubuh yang
dipaksa untuk mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi.37
2.1.5 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2
Pada anamnesis sering didapatkan keluhan yang khas untuk diabetes melitus
berupa poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan yang penyebabnya
tidak jelas. Keluhan lainnya yang menyertai seperti badan lemah, kesemutan, gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi dan pruritus vulvae sering dikelukan juga.38,39
Diagnosis juga dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan kadar gula
darah :40,38,39
1. Gula darah puasa ≥ 126 mg/dL, atau
2. Gula darah 2 jam ≥ 200 mg/dL, atau
3. Gula darah acak ≥ 200 mg/dL.
12. 11
Cara lain untuk mendiagnosis bisa juga dengan mengukur HbA1c ≥ 6,5%.40
Adapun kriteria untuk mendiagnosis diabetes melitus menurut keputusan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berdasarkan kadar glukosa dengan atau yang
melampaui 11,1 mmol pada plasma vena yang sampelnya diambil secara acak
ataupun dengan kadar gula puasa dengan atau yang melebihi 7,8 mmol pada plasma
vena.41 Untuk mengetahui apakah seseorang menderita diabetes melitus atau tidak
dapat dilakukan dengan tes TTGO (tes toleransi glukosa oral) sebagai berikut :
1. Puasa 10 jam
2. Pengambilan darah pada pagi hari
3. Minum larutan glukosa 75 gram dalam kondisi puasa (tidak makan maupun
minum sebelumnya)
4. Setelah 2 jam, lakukan pengambilan darah yang kedua.
Hasil yang diperoleh dapat berupa :42
1. Kadar gula darah > 126 mg/ml sesudah puasa 8-10 jam
2. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) kadar gula darah 2 jam sesudah minum
75 gram glukosa > 200 mg/dL.
2.1.6 Tatalaksana Diabetes Melitus Tipe 2
Tatalaksana Non-medikamentosa
o Menjelaskan kepada pasien dan anggota keluarganya tentang
penyakit yang diderita dan kemungkinan komplikasi yang terjadi
o Memberikan penjelasan tentang dampak dari pola makan yang salah
terhadap penderita diabetes kepada pasien dan keluarga
o Memberikan petunjuk untuk mengatur gaya hidup dan pola makan
yang baik untuk pasien diabetes dengan memperhatikan aktivitas
fisik sehari-harinya
o Memberikan motivasi kepada pasien untuk minum obat secara
teratur dan rajin mengontrol kembali kadar gula darah jika obat yang
diberikan telah habis.43
Tatalaksana Medikamentosa
a) Pemacu sekresi insulin
o Sulfonilurea
o Glinid
b) Peningkatan sensitivitas terhadap insulin
13. 12
o Metformin
o Tiazolidinedion (TZD)
c) Penghambat Alfa Glukosidase
d) Penghambat enzim Dipeptidyl Peptidase-4 (DPP-4 inhibitor)
e) Penghambat enzim Sodium Glucose co-Transporter 2 (SGLT-2
inhibitor).44
2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2
Kondisi hiperglikemia yang sering terjadi dapat menyebabkan kerusakan pada
berbagai sistem tubuh terutama pada syaraf dan pembuluh darah. Beberapa akibat
dari diabetes yang sering terjadi :
a) Risiko penyakit jantung dan stroke yang tinggi
b) Neuropati (kerusakan syaraf) yang terjadi di kaki meningkatkan kejadian
ulkus pada kaki, infeksi dan bisa mencapai tindakan amputasi
c) Retinopati diabetikum, merupakan salah satu penyebab utama kebutaan,
dikarenakan adanya kerusakan pada pembuluh darah kecil di retina
d) Gagal ginjal
e) Risiko kematian yang tinggi pada pasien diabetes dibandingkan bukan
penderita diabetes.6
14. 13
2.2 Kerangka Teori
Bagan II.1 Kerangka Teori
Keteranngan :
: Yang di teliti
Faktor risiko yang
tidak dapat diubah
Faktor risiko yang
dapat diubah
Jenis
kelamin
perempuan
Umur diatas
40 tahun
Genetik
Kebiasaan
merokok
Tingkat
pendidikan
n
Kurangnya
aktivitas fisik
Makan
berlebih atau
tidak teratur
Jenis
pekerjaan
Konsumsi
alkohol
Resistensi Insulin
Defisiensi Insulin
Diabetes Melitus Tipe 2
15. 14
2.3 Kerangka Konsep
Bagan II.2 Kerangka Konsep
Faktor risiko:
Jenisasupanmakanan
Kadunganyang
terdapatdalam
makanan
Aktivitasfisikringan,
sedangmaupunberat
Kebiasaanmerokok
Jenispekerjaan
Kebiasaan
mengkonsumsialkohol
Tingkatpendidikan
Faktor genetik
Jeniskelamin
Usia
Kejadian DM Tipe 2
16. 15
2.4 HIPOTESIS
a) Ada hubungan pola makan dengan keajdian diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
b) Ada hubungan jenis pekerjaan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
c) Ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 – Mei 2020
d) Ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
e) Ada hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
f) Ada hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
g) Ada hubungan faktor genetik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
h) Ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
i) Ada hubungan usia dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD Bajawa
Kabupaten Ngada tahun 2015 - Mei 2020
17. 16
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan desain
penelitian cross sectional untuk melihat hubungan Faktor Faktor Risiko dengan
kejadian DM Tipe 2 di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 – Mei 2020. Data
yang diteliti diperoleh dari data sekunder yang diambil dari laporan rekam medik rumah
sakit serta data primer yang didapatkan dari pasien yang mengisi kuesioner.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2020.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Bajawa, Kabupaten Ngada,
Flores, Nusa Tenggara Timur.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini 126 penderita DM tipe 2 dan 126
individu sehat.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini berasal dari populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi serta bersedia untuk ikut berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Peneliti menggunakan sampel yang memenuhi kriteria :
a) Kriteria Inklusi :
1. Penderita DM tipe 2
2. Menandatangai surat informed consent penelitian.
b) Kriteria Eksklusi
1. Pasien rawat inap
3.3.3 Perkiraan Besar Sampel Penelitian
Rumus besar sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini dihitung dengan rumus Slovin, yakni :
n = N/(1+(Ne)2 )
dimana :
18. 17
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = margin of error 5% atau 0,05
n = 691/(1+(691(0,05)2)
n = 691/(1+(691(0,0025))
n = 691/(1+1,7275)
n = 691/2,7275
n = 253,3455, dibulatkan menjadi 253 ~ 252
Maka pada penelitian ini besar minimal sampel yang
dipergunakan adalah 126 pasien pengidap DM tipe 2 yang menjalani
rawat jalan di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada dan 126 pasien non-DM
tipe 2.
3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Subjek penelitian dipilih dengan menggunakan Purposive
Sampling. Populasi yang didapatkan berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi subjek penelitian.
3.4 Variabel Penelitan
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen/bebas pada penelitian ini yakni pola
makan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, jenis pekerjaan, kebiasaan
mengkonsumsi alkohol, tingkat pendidikan, faktor genetik, jenis
kelamin, serta usia.
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen/terikat pada penelitian ini adalah kejadian
DM tipe 2.
3.5 Definisi Operasional
No Variabel Keterangan Kategori Skala
1. Pola Makan Suatu pola
kebiasaan
mengkonsumsi
sesuatu yang
S = Setuju
SS = Sangat
Setuju
Ordinal
19. 18
2. Aktivitas fisik/Pekerjaan
(berat,ringan, sedang)
diperoleh dan
terjadi secara
berulang.
Gerakan tubuh
yang dilakukan
oleh otot tubuh
beserta sistem
penunjangnya
dan
memerlukan
pengeluaran
energi.
TS = Tidak
Setuju
STS = Sangat
Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat
Setuju
TS = Tidak
Setuju
STS = Sangat
Tidak Setuju
Tidak Pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
< 1 jam
1-2 jam
2-3 jam
3-4 jam
> 4 jam
< 1 bulan
1-3 bulan
4-6 bulan
7-9 bulan
> 9 bulan
< 5 menit
5-15 menit
15-30 menit
30-45 menit
> 45 menit
Sangat Berat
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
20. 19
3.
4.
Kebiasaan Merokok
Konsumsi alkohol
Tindakan
menghisap
rokok secara
berulang.
Meminum
minuman
berakohol (tuak)
Berat
Sama
Ringan
Sangat Ringan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ordinal
Ordinal
3.6 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini digunakan alat-alat sebagai berikut :
1. Alat tulis
2. Lembar kuesioner
3.7 Cara Pengumpulan Data
Sebelum melakukan penelitian, dilakukan terlebih dahulu pengambilan data
sekunder yang berkaian dengan jumlah populasi pasien yang menderita DM tipe 2 di
RSUD Bajawa Kabupaten Ngada.
Setelah itu, dilakukan pengambilan data primer dengan cara membagikan
kuesioner kepada pasien yang menderita DM tipe 2. Pertama tama kuesioner yang
dibagikan akan diuji reabilitas dan validitasnya terlebih dahulu mengunakan SPSS
(Statistical Package for the Social Sciences).
3.8 Pengambilan Data
3.8.1 Kuesioner
Kuesioner ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan atau
pendirian secara tertulis dari responden dengan berhadapan muka.
Pengambilan data dilakukan di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada.
3.9 Rencana Pengolahan Data
a. Editing
Data yang didapat dari kuesioner diperiksa kelengkapan pengisian, kejelasan
tulisan serta kesesuaian jawaban responden. Tujuannya untuk menghilangkan
kesalahan yang terjadi selama proses pencatatan di lapangan, dan bersifat koreksi.
21. 20
b. Coding
Merupakan usaha untuk mengklasifikasikan jawaban- jawaban responden. Data
dimodifikasi menjadi kode agar lebih mudah untuk dianalisis.
c. Data Processing
Data dari kuesioner dimasukkan dalam komputer (data entry). Program yang
digunakan adalah SPSS 21.0 for windows. Double data entry dilakukan untuk
meningkatkan akurasi data dengan menggunakan dua orang berbeda untuk
memasukkan data ke dalam komputer sehingga meminimalkan kesalahan dalam
pemasukkan data.
d. Data Cleaning
Data yang masuk ke komputer diperiksa kembali dengan melihat ada atau tidaknya
missing data dan variasi data pada saat entry.
3.10 Pengolahan dan Analisis Data
3.10.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil
penelitian. Umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
dan presentase dari tiap variabel.
3.10.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang diduga
berkorelasi. Analisis bivariat yang dilakukan untuk mengetahui adakah
hubungan faktor faktor risiko dengan kejadian DM tipe 2 di RSUD
Bajawa Kabupaten Ngada tahun 2015 – Mei 2020.
22. 21
DAFTAR PUSTAKA
1. Buraerah, Hakim. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas
Tanrutedong, Sidenreg Rappan. Jurnal Ilmiah Nasional;2010. Dalam Fatimah RN.
Diabetes Melitus Tipe 2 (artikel riview). J Majority. Lampung. 2015. Vol.4 No.5
2. Teixeria L. Regular physical exercise training assists in preventing type 2
diabetes development: focus on its antioxidant and anti-inflammantory properties.
Biomed Central Cardiovascular Diabetology.2011; 10(2);1-15. Dalam Fatimah RN.
Diabetes Melitus Tipe 2 (artikel riview). J Majority. Lampung. 2015. Vol.4 No.5
3. International Diabetes Federation. IDF DIABETES ATLAS Ninth edition.
2019; pg : 4-5. Diunduh dari
https://www.diabetesatlas.org/upload/resources/material/20200302_133351_IDFATL
AS9e-final-web.pdf#page=38&zoom=auto
17 Oktober 2020
4. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Waspada Diabetes, Eat
Well Live Well. Infodatin; 2014. Diunduh dari
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf
17 Oktober 2020
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan - Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Hasil Utama RISKESDAS 2018.2018. Diunduh dari
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-
riskesdas-2018_1274.pdf
17 Oktober 2020
6. Petersmann A, Muller-Wieland D, Muller UA, Landgraf R, Nauck M,
Freckmann G, Heinemann L, Schleicher E. Definition, Classification and Diagnosis of
Diabetes Mellitus. Experimental and Clinical Endocrinology Diabetes. German
Diabetes Association : Clinical Pratice Guidlines. Thieme. 2019;127 (suppl 1): S1-S7.
7. Azis WA, Muriman LY, Burhan SR. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT
PENGETAHUAN DENGAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS. Jurnal Penelitian Perawat Profesional. Vol.2 No.1. 2020
8. American Diabetes Association. Classification and Diagnosis of Diabetes.
Diabetes Care. 2015. Vol 38 (suppl 1).
9. Kurniawaty E, Yanita B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Diabetes Melitus Tipe 2. Majority. 2016; Vol 5 No 2.
23. 22
10. Ilyas Ermita. Hidup Sehat Dengan Diabetes “Latihan Jasmani Bagi Penyandang
Diabaetes Melitus”. Jakarta; 2007. Dalam Nuraini HY, Suroiatna R. Hubungan Pola
Makan, Aktivitas Fisik dan Riwayat Penyakit Keluarga Terhadap Diabets Melitus Tipe
2 (artikel penelitian). Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2016; Vol 5 No 1.
11. Burani J. Gusher and tricklers: practical use of glycemic index.
www.Glycemic.com . Dalam Fitri RI, Wirawanni Y. HUBUNGAN KONSUMSI
KARBOHIDRAT, KONSUMSI TOTAL ENERGI, KONSUMSI SERAT, BEBAN
GLIKEMIK DAN LATIHAN JASMANI DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2. JNH. 2014; Vol 2 No 3.
12. American Diabetes Association. Dietary carbohydrate (amount and type) in
prevention and managemen of diabetes. (Statement). Diabetes Care. 2004;27:2266-
2274 . Dalam Fitri RI, Wirawanni Y. HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT,
KONSUMSI TOTAL ENERGI, KONSUMSI SERAT, BEBAN GLIKEMIK DAN
LATIHAN JASMANI DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2. JNH. 2014; Vol 2 No 3.
13. Azizzah. Hubungan Indeks massa tubuh, tingkat konsumsi energi dan
karbohidrat (skripsi). In Press 2004. Dalam Fitri RI, Wirawanni Y. HUBUNGAN
KONSUMSI KARBOHIDRAT, KONSUMSI TOTAL ENERGI, KONSUMSI
SERAT, BEBAN GLIKEMIK DAN LATIHAN JASMANI DENGAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2. JNH. 2014;
Vol 2 No 3.
14. Isganaitis E, Lustig R.H. Fast food, central nervous system insulin resistance
and obesity. American Heart Association, Inc (Brief Reviewer). 2005;25:2451. Dalam
Fitri RI, Wirawanni Y. HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT, KONSUMSI
TOTAL ENERGI, KONSUMSI SERAT, BEBAN GLIKEMIK DAN LATIHAN
JASMANI DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS TIPE 2. JNH. 2014; Vol 2 No 3.
15. Fitri R.I, Wirawanni Yekti. Hubungan Konsumsi Karbohidrat, Konsumsi Total
Energi, Konsumsi Serat, Beban Glikemik dan Latihan Jasmani dengan Kadar Glukosa
Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 [Skripsi]. Semarang: Universitas
Diponegoro. 2008. Dalam Kusnadi G. FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE
2 PADA PETANI DAN BURUH (artikel penelitian). 2017.
24. 23
16. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI. 2007. Dalam Kusnadi G. FAKTOR RISIKO DIABETES
MELITUS TIPE 2 PADA PETANI DAN BURUH (artikel penelitian). 2017.
17. Soegondo, S., Sukardji, K. Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes Melitus,
Kencing Manis, Sakit Gula. Jakarta: balai Penerbit FKUI. 2008. Dalam Kusnadi G.
FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA PETANI DAN BURUH
(artikel penelitian). 2017.
18. Barnes, D.E.,Program Olahraga Diabetes. Yogyakarta: Citra Aji Parama ; 2011.
Dalam Sari N,Purnama A. Aktivitas Fisik dan Hubungannya dengan Kejadian Diabetes
Melitus. Window of Health : Jurnal Kesehatan. 2019; Vol 2 No 4.
19. Dalam Sari N, Purnama A. Aktivitas Fisik dan Hubungannya dengan Kejadian
Diabetes Melitus. Window of Health : Jurnal Kesehatan. 2019; Vol 2 No 4.
20. Anugrah, Hasbullah S dan Surnianti. Hubungan obesitas, aktivitas fisik dan
kebiasaan merokok dengan penyakit Diabetes Melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan
Rumah Sakit DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. STIKES Nani Hasanudin
Makassar. 2013. Dalam Ario MD. EFFECT OF NICOTINE IN CIGARETTE FOR
TYPE 2 DIABETES MELLITUS (artikel review). J Majority. 2014; Vol 3 No 7.
21. Xie X, Liu Q, Wu J dan Wakui M. Impact of cigarette smoking in type 2
diabetes development. Acta Pharmacol Sin. 2009;30(6):784–7. Dalam Ario MD.
EFFECT OF NICOTINE IN CIGARETTE FOR TYPE 2 DIABETES MELLITUS
(artikel review). J Majority. 2014; Vol 3 No 7.
22. Ario MD. EFFECT OF NICOTINEIN CIGARETTE FORTYPE 2 DIABETES
MELLITUS (artikel review). J Majority. 2014; Vol 3 No 7.
23. Sozio M, Crabb DW. Alcohol and lipid metabolism. AJP -Endocrinol Metab;
295. Epub ahead of print 2008. DOI: 10.1152/ajpendo.00011.2008. Dalam Adhi
IGAM. ANALISIS POLA KONSUMSI ALKOHOL PADA LAKI-LAKI DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGGIS I DAN II
KECAMATAN MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM, BALI. Prima. 2017.
Vol 3 No 2.
24. D’Adamo E, Caprio S. Type 2 Diabetes in Youth: Epidemiology and
Pathophysiology. Diabetes Care.2011;34(Suppl_2):S1 61–5. Dalam Paramita DP,
Lestari AAW. PENGARUH RIWAYAT KELUARGA TERHADAP KADAR
GLUKOSA DARAH PADA DEWASA MUDA KETURUNAN PERTAMA DARI
25. 24
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI DENPASAR SELATAN. Directory
of Open Access Journals : E-Jurnal Medika. 2019; Vol 8 No 1.
25. Kekenusa J. Analisis Hubungan antara Umur dan Riwayat Keluarga Menderita
DM dengan Kejadian Penyakit DM Tipe 2 pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik
Penyakit Dalam BLU RSUP Prof . dr. R.D Kandou Manado. FKM Univ Sam Ratulangi.
2013;0:1–6. Dalam Paramita DP, Lestari AAW. PENGARUH RIWAYAT
KELUARGA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA DEWASA MUDA
KETURUNAN PERTAMA DARI PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI
DENPASAR SELATAN. Directory of Open Access Journals : E-Jurnal Medika. 2019;
Vol 8 No 1.
26. Sun X, Yu W, Hu C. Genetics of Type 2 Diabetes: Insights into the Pathogenesis
and Its Clinical Application. Biomed Res Int. 2014;2014:713-926. Dalam Paramita DP,
Lestari AAW. PENGARUH RIWAYAT KELUARGA TERHADAP KADAR
GLUKOSA DARAH PADA DEWASA MUDA KETURUNAN PERTAMA DARI
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI DENPASAR SELATAN. Directory
of Open Access Journals : E-Jurnal Medika. 2019; Vol 8 No 1.
27. Ernawati, F., Muhardiyatiningsih, Effendi, R. & Herman, S. (2004). Profil
distribusi lemak tubuh dan lemak darah dewasa di pedesaan dan perkotaan. Penelitian
Gizi Makan (PGM), 27, 1 – 9. Dalam Prasetyani D, Sodikin. ANALISIS FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2. Jurnal
Kesehatan Al Irsyad (JKA). 2017; Vol X No 2.
28. Thorand, B., Boumert, J., Kolb, H., Meisinger, Ch., Chambless, L., Koenig, W.
& Herder, Ch. (2007). Sex differences in the predictions of type 2 diabetes by
inflammatory markers. Diabetes Care, 30, 854 – 860. Dalam Prasetyani D, Sodikin.
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIABETES
MELITUS (DM) TIPE 2. Jurnal Kesehatan Al Irsyad (JKA). 2017; Vol X No 2.
29. Sujaya, I. N. (2009) ‘Pola konsumsi makanan tradisional Bali sebagai
faktor risiko diabetes melitus tipe 2 di Tabanan’, 6(1), pp. 75–81. Dalam Komariah,
Rahayu S. HUBUNGAN USIA, JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASA TUBUH
DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE 2 DI KLINIK PRATAMA RAWAT JALAN PROKLAMASI, DEPOK, JAWA
BARAT. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada. 2020.
30. Trisnawati, S.K. and Setyorogo, S. (2013) ‘Faktor risiko kejadian
diabetes melitus tipe II di puskesmas kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun
26. 25
2012’, Jurnal Ilmiah Kesehatan5, 5(1), pp. 6–11. Dalam Komariah, Rahayu S.
HUBUNGAN USIA, JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASA TUBUH DENGAN
KADAR GULA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
KLINIK PRATAMA RAWAT JALAN PROKLAMASI, DEPOK, JAWA BARAT.
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada. 2020.
31. Vann Marry Ann. Perioperative Management of Ambulatory Surgical Patient
with Diabetes Mellitus. 2009. Current Oppinion in Anaesthesiology 22: 718-724.
Dalam Meta RS, Rahardjo S, Mahmud. Penanganan Perioperatif Diabetes Mellitus.
Jurnal Komplikasi Anastesi. 2015; Vol 2 No 2.
32. Roberts, Edgren Altha, Diabetes Melitus. Gale Encyclopedia of Medicine,
Published December 2002. Dalam Meta RS, Rahardjo S, Mahmud. Penanganan
Perioperatif Diabetes Mellitus. Jurnal Komplikasi Anastesi. 2015; Vol 2 No 2.
33. PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia
2011. Semarang: PB PERKENI. Dalam Affisa SN. FAKTOR- FAKTOR RISIKO
DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA LAKI-LAKI DI KELURAHAN DEMANGAN
KOTA MADIUN (skripsi). 2018.
34. Subekti, Imam. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dalam Affisa SN. FAKTOR- FAKTOR
RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA LAKI-LAKI DI KELURAHAN
DEMANGAN KOTA MADIUN (skripsi). 2018.
35. Masharani, U. Diabetes Mellitus and Hypoglicemia. on Current Medical
Diagnosis & Treatment. 15th ed. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2011. p. 1140 –
76. Dalam Widodo FY. PEMANTAUAN PENDERITA DIABETES MELLITUS.
Jurnal Ilmiah Kedokteran. 2014. Vol 3 No 2. P. 59.
36. Powers, A. C. Diabetes Mellitus, on Harrison’s Principles of Internal Medicine.
Vol II, 17th ed. McGrawHill Medical, New York. 2008. p. 2275 – 2304. Dalam Widodo
FY. PEMANTAUAN PENDERITA DIABETES MELLITUS. Jurnal Ilmiah
Kedokteran. 2014. Vol 3 No 2. P. 59.
37. ADA. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 2013.
36, Supp 1 : S67 – 74. Dalam Widodo FY. PEMANTAUAN PENDERITA DIABETES
MELLITUS. Jurnal Ilmiah Kedokteran. 2014. Vol 3 No 2. P. 59.
38. Depkes R.I. 2016. Profil Kesehatan Indonesia . Jakarta. Dalam Mirza M,
Cahyady E, Denafianti M. Gambaran Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe-II Pada
27. 26
Pasien Poliklinik Penyakit Dalam di Rumah Sakit Meraxa Kota Banda Aceh Tahun
2018. Kandidat : Jurnal Riset dan Inovasi Pendidikan. 2020. Vol 2 No 2. P. 44.
39. Hardiman, H.,Sutedjo, I, dan Salim, I. 2013. Tumbuh: Diabetes dan
Komplikasi. Surakarta: Media Komunikasi RS DR.OEN Surakarta. Dalam Mirza M,
Cahyady E, Denafianti M. Gambaran Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe-II Pada
Pasien Poliklinik Penyakit Dalam di Rumah Sakit Meraxa Kota Banda Aceh Tahun
2018. Kandidat : Jurnal Riset dan Inovasi Pendidikan. 2020. Vol 2 No 2. P. 44.
40. Raditya B, Aditya M. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
Hiperkolesterolemia pada Seorang Pria Usia 60 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga. J Medula Unila. 2016. Vol 5 No 2.
41. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di
Indonesia 2019. Perkerni: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. pg 27-30. Diunduh
dari file:///C:/Users/USER/Documents/SKRIPSI/dafpus/Pedoman-Pengelolaan-DM-
Tipe-2-Dewasa-di-Indonesia-eBook-PDF-1.pdf
11 November 2020