Dokumen tersebut membahas berbagai teknik perawatan endodontik konvensional dan bedah, mulai dari pulp capping, pulpotomi, pulpektomi, perawatan saluran akar, hingga apeksifikasi. Tujuannya adalah mengontrol infeksi pulpa dan jaringan sekitarnya serta memulihkan kondisi gigi. Teknik-teknik tersebut masing-masing memiliki indikasi, kontraindikasi, dan prosedur yang berbeda-beda.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan fraktur edentulous mandibula dan fraktur mandibula pada anak, dengan menjelaskan beberapa teknik seperti reduksi tertutup menggunakan splint dan reduksi terbuka menggunakan kawat dan pin.
2. Beberapa tantangan pengobatan fraktur pada mandibula edentulous dijelaskan seperti suplai darah yang rendah dan ketebalan tulang yang
Dokumen tersebut membahas beberapa kondisi anatomi jaringan lunak dan keras yang mempengaruhi estetika gigi, seperti frenulum, inklinasi, dan impaksi gigi. Kelainan frenulum dapat menyebabkan diastema dan gangguan fungsi, sedangkan inklinasi dan impaksi gigi dapat mengganggu penampilan. Berbagai teknik seperti frenectomi, frenotomi, dan bedah diperlukan untuk mengatasi kelainan tersebut.
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Univ.Moestopo
Epulis fibromatosa adalah tumor jaringan lunak yang terjadi pada gusi dan sering disebabkan oleh iritasi kronis. Laporan kasus ini membahas dua kasus epulis fibromatosa yang diobati dengan insisi dan resep antibiotik. Satu kasus terjadi pada remaja laki-laki akibat gigi gangren, sedangkan yang lain terjadi pada dewasa tanpa faktor penyebab jelas. Kedua kasus mengalami penyembuhan baik setelah t
Dokumen tersebut membahas berbagai teknik perawatan endodontik konvensional dan bedah, mulai dari pulp capping, pulpotomi, pulpektomi, perawatan saluran akar, hingga apeksifikasi. Tujuannya adalah mengontrol infeksi pulpa dan jaringan sekitarnya serta memulihkan kondisi gigi. Teknik-teknik tersebut masing-masing memiliki indikasi, kontraindikasi, dan prosedur yang berbeda-beda.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan fraktur edentulous mandibula dan fraktur mandibula pada anak, dengan menjelaskan beberapa teknik seperti reduksi tertutup menggunakan splint dan reduksi terbuka menggunakan kawat dan pin.
2. Beberapa tantangan pengobatan fraktur pada mandibula edentulous dijelaskan seperti suplai darah yang rendah dan ketebalan tulang yang
Dokumen tersebut membahas beberapa kondisi anatomi jaringan lunak dan keras yang mempengaruhi estetika gigi, seperti frenulum, inklinasi, dan impaksi gigi. Kelainan frenulum dapat menyebabkan diastema dan gangguan fungsi, sedangkan inklinasi dan impaksi gigi dapat mengganggu penampilan. Berbagai teknik seperti frenectomi, frenotomi, dan bedah diperlukan untuk mengatasi kelainan tersebut.
Epulis Fibromatosa ,Clinical Case (Oral surgery)Univ.Moestopo
Epulis fibromatosa adalah tumor jaringan lunak yang terjadi pada gusi dan sering disebabkan oleh iritasi kronis. Laporan kasus ini membahas dua kasus epulis fibromatosa yang diobati dengan insisi dan resep antibiotik. Satu kasus terjadi pada remaja laki-laki akibat gigi gangren, sedangkan yang lain terjadi pada dewasa tanpa faktor penyebab jelas. Kedua kasus mengalami penyembuhan baik setelah t
1. Pasien berusia 25 tahun datang untuk pencabutan gigi bungsu akibat sakit dan susah membersihkan sisa makanan. Pemeriksaan menunjukkan gigi bungsu mengalami impaksi dan perlu tindakan odontektomi.
2. Odontektomi adalah teknik pencabutan gigi dengan melakukan pemotongan gigi atau tulang. Gigi bungsu pasien mengalami impaksi yang perlu ditangani dengan odontektomi.
3.
Kista pada rongga mulut dapat berasal dari jaringan epitel atau jaringan lainnya. Terdapat berbagai jenis kista seperti kista periodontal, dentigerous, ranula, dan dermoid yang memiliki ciri-ciri klinis dan histologis masing-masing. Pengobatan yang tepat untuk kista adalah pengangkatan secara kirurgi.
Tumor mandibula adalah tumor jinak yang berasal dari epitelium yang terlibat dalam pembentukan gigi. Tumor ini tumbuh lambat dan dapat menyebabkan deformitas wajah. Pemeriksaan radiologi digunakan untuk diagnosis. Penatalaksanaan utamanya adalah bedah reseksi untuk mencegah rekurensi.
Dokumen tersebut membahas tentang gigi tiruan penuh dan reparasi gigi tiruan. Secara khusus membahas dua kasus yaitu gigi tiruan penuh untuk pasien edentulous total dan gigi tiruan yang longgar yang membutuhkan reparasi. Juga membahas diagnosis, rencana perawatan, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari perawatan gigi tiruan penuh."
1. Pasien mengalami angular cheilitis yang disebabkan oleh Candida albicans akibat gigi tiruan yang aus dan tidak cekat lagi.
2. Perawatan yang dianjurkan adalah membuat gigi tiruan baru setelah inflamasi sembuh, serta melakukan relining menggunakan tissue conditioner sementara menunggu gigi tiruan baru.
3. Nutrisi harus diperbaiki secara berkelanjutan untuk mendukung penyembuhan.
1. Cleft lip and palate adalah kondisi dimana terdapat celah abnormal pada bibir atas dan langit-langit mulut yang terjadi selama perkembangan janin awal.
2. Faktor penyebabnya antara lain genetik, lingkungan seperti obat-obatan, nutrisi, dan paparan radiasi.
3. Penanganannya meliputi operasi bibir, langit-langit mulut, tulang rahang, dan perawatan ortodonti serta terapi wicara untuk mendapatkan
Pasien wanita berusia 30 tahun datang dengan keluhan gusi membesar selama setahun terakhir. Pemeriksaan menemukan pembesaran gingiva di gigi anterior rahang bawah dengan indeks gingiva 2 dan pseudo pocket 6 mm. Pasien juga mengalami crowding gigi anterior rahang bawah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, pasien mengalami keluhan gigi palsu longgar akibat resorpsi jaringan pendukung yang berlanjut selama 8 tahun pemakaian gigi palsu dan penyakit osteoporosis yang dimiliki pasien. Perawatan pendahuluan perlu dilakukan untuk mengobati cheilitis di sudut mulut sebelum pembuatan gigi palsu baru.
Dokumen tersebut membahas tentang karies gigi, yaitu kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam hasil fermentasi bakteri pada karbohidrat. Karies ditandai dengan terbentuknya bercak putih pada permukaan gigi dan dapat berkembang menjadi lubang. Pemeriksaan radiograf diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Penanganannya meliputi pembersihan karies, restorasi, atau ekstraksi jika terjadi infeksi pulpa
Ringkasan:
Presentasi kasus membahas delapan topik utama ilmu penyakit gigi dan mulut, yaitu anodontia, impacted teeth, maloklusi, debris, kalkulus, plaque, dental decay, dan pulpitis. Topik-topik tersebut dijelaskan definisi, etiologi, patogenesis, klasifikasi, manifestasi klinis, penegakan diagnosis, dan terapinya. Presentasi ini disampaikan oleh Tenri Ashari Wanahari untuk memenuhi kompetensi di Klinik Ilmu Penyak
Fotomikrograf menunjukkan hiperplastik epitel skuamosa bertingkat dengan jaringan ikat di
bawahnya yang mengandung ruang kistik kecil berisi lendir dan sel berisi mukus yang
dikelilingi jaringan granulasi, mengindikasikan diagnosis mucocoele oral.
1. Pasien berusia 25 tahun datang untuk pencabutan gigi bungsu akibat sakit dan susah membersihkan sisa makanan. Pemeriksaan menunjukkan gigi bungsu mengalami impaksi dan perlu tindakan odontektomi.
2. Odontektomi adalah teknik pencabutan gigi dengan melakukan pemotongan gigi atau tulang. Gigi bungsu pasien mengalami impaksi yang perlu ditangani dengan odontektomi.
3.
Kista pada rongga mulut dapat berasal dari jaringan epitel atau jaringan lainnya. Terdapat berbagai jenis kista seperti kista periodontal, dentigerous, ranula, dan dermoid yang memiliki ciri-ciri klinis dan histologis masing-masing. Pengobatan yang tepat untuk kista adalah pengangkatan secara kirurgi.
Tumor mandibula adalah tumor jinak yang berasal dari epitelium yang terlibat dalam pembentukan gigi. Tumor ini tumbuh lambat dan dapat menyebabkan deformitas wajah. Pemeriksaan radiologi digunakan untuk diagnosis. Penatalaksanaan utamanya adalah bedah reseksi untuk mencegah rekurensi.
Dokumen tersebut membahas tentang gigi tiruan penuh dan reparasi gigi tiruan. Secara khusus membahas dua kasus yaitu gigi tiruan penuh untuk pasien edentulous total dan gigi tiruan yang longgar yang membutuhkan reparasi. Juga membahas diagnosis, rencana perawatan, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari perawatan gigi tiruan penuh."
1. Pasien mengalami angular cheilitis yang disebabkan oleh Candida albicans akibat gigi tiruan yang aus dan tidak cekat lagi.
2. Perawatan yang dianjurkan adalah membuat gigi tiruan baru setelah inflamasi sembuh, serta melakukan relining menggunakan tissue conditioner sementara menunggu gigi tiruan baru.
3. Nutrisi harus diperbaiki secara berkelanjutan untuk mendukung penyembuhan.
1. Cleft lip and palate adalah kondisi dimana terdapat celah abnormal pada bibir atas dan langit-langit mulut yang terjadi selama perkembangan janin awal.
2. Faktor penyebabnya antara lain genetik, lingkungan seperti obat-obatan, nutrisi, dan paparan radiasi.
3. Penanganannya meliputi operasi bibir, langit-langit mulut, tulang rahang, dan perawatan ortodonti serta terapi wicara untuk mendapatkan
Pasien wanita berusia 30 tahun datang dengan keluhan gusi membesar selama setahun terakhir. Pemeriksaan menemukan pembesaran gingiva di gigi anterior rahang bawah dengan indeks gingiva 2 dan pseudo pocket 6 mm. Pasien juga mengalami crowding gigi anterior rahang bawah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, pasien mengalami keluhan gigi palsu longgar akibat resorpsi jaringan pendukung yang berlanjut selama 8 tahun pemakaian gigi palsu dan penyakit osteoporosis yang dimiliki pasien. Perawatan pendahuluan perlu dilakukan untuk mengobati cheilitis di sudut mulut sebelum pembuatan gigi palsu baru.
Dokumen tersebut membahas tentang karies gigi, yaitu kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam hasil fermentasi bakteri pada karbohidrat. Karies ditandai dengan terbentuknya bercak putih pada permukaan gigi dan dapat berkembang menjadi lubang. Pemeriksaan radiograf diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Penanganannya meliputi pembersihan karies, restorasi, atau ekstraksi jika terjadi infeksi pulpa
Ringkasan:
Presentasi kasus membahas delapan topik utama ilmu penyakit gigi dan mulut, yaitu anodontia, impacted teeth, maloklusi, debris, kalkulus, plaque, dental decay, dan pulpitis. Topik-topik tersebut dijelaskan definisi, etiologi, patogenesis, klasifikasi, manifestasi klinis, penegakan diagnosis, dan terapinya. Presentasi ini disampaikan oleh Tenri Ashari Wanahari untuk memenuhi kompetensi di Klinik Ilmu Penyak
Fotomikrograf menunjukkan hiperplastik epitel skuamosa bertingkat dengan jaringan ikat di
bawahnya yang mengandung ruang kistik kecil berisi lendir dan sel berisi mukus yang
dikelilingi jaringan granulasi, mengindikasikan diagnosis mucocoele oral.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. ABFRACTION LESIONS:
ETIOLOGY, DIAGNOSIS, AND
TREATMENT OPTIONS
Clinical, cosmetic and investigational dentistry, 2016
Nascimento et al
Reviewed by : Wandy Afrizal Putra
2. Introduction
■ Noncarious cervical lesions (NCCLs) berkembang sebagai
akibat normal dan abnormal dari pathological wear dan
menyebabkan abfraksi, abrasi, dan erosi atau degradasi
kimia dari jaringan gigi
■ NCCLs dulu diketahui merupakan akibat dari tekanan oklusal
berlebihann. Tensile stress dari maloklusi dan tekanan
mastikasi merupakan penyebab utama
■ Namun, bukti penelitian terbaru menunjukkan etiologi NCCLs
multifactorial
3.
4. Theory of abfraction
■ Teori abfraksi menyatakan flexure gigi pada area servikal
disebabkan oleh tekanan kompresif oklusal dan tekanan
tensile, yang mengakibatkan mikrofraktur dari
hydroxyapatite crystal pada email dan dentin dengan
tekanan lebih lanjut dan deformasi pada struktur gigi
■ Lesi abfraksi juga dikatakan disebabkan oleh struktur tipis
pada email dan densitas rendah pada struktur Hunter-
Schreger band (HSB) pada area servikal
■ Namun, secara keseluruhan, didapatkan korelasi yang
rendah antara NCCLs dengan faktor oklusal
5. Diagnosis
■ Interaksi antara faktor kimia, biologis, dan perilaku sangat
penting dan membantu menjelaskan mengapa beberapa
individu menunjukkan lebih dari satu jenis mekanisme
cervical wear dibandingkan yang lain
■ Erosi gigi sering dikaitkan dengan diagnosis dari abfraksi,
atau sering digunakan term biokorosi
■ Berbagai manifestasi klinis dari abfraksi tampaknya
tergantung pada jenis dan tingkat keparahan faktor
etiologis yang terlibat
6.
7.
8. ■ Lesi abfraksi pada permukaan bukal dan berbentuk wedge
atau V-shaped dengan sudut internal dan eksternal yang jelas
■ Bentuk lain menunjukkan lesi abfraksi berbentuk C-shaped
dengan lantai bulat atau mixed dengan dinding oklusal
berbentuk datar, servikal dan semisirkular
■ Lesi abfraksi dapat menjadi lebih dalam dan lebar tergantung
keparahan dan faktor penyebab yang berhubungan
9.
10. ■ Keausan dapat ditemukan pada email gigi, dentin primer, dentin
sekunder fisiologis, dan dentin reparatif (sklerotik).
■ Dalam kasus yang jarang terjadi, keausan sangat luas sehingga
memperlihatkan pulpa. Mekanisme pertahanan yang diaktifkan
pada gigi sebagai akibat dari keausan meliputi pembentukan dentin
reaksioner dan reparatif serta obstruksi tubulus dentinal yang
terekspos oleh deposit mineral.
■ Poin penting dalam konteks ini adalah bahwa sel-sel odonblast
mempertahankan kemampuan mereka untuk membentuk dentin
pada gigi vital, dan, jika dihancurkan, sel-sel prekursor mesenkim
dalam pulpa dapat berdiferensiasi menjadi odontoblast like cells
yang baru
11. Treatment options
■ Monitoring lesions
Jika gigi masih vital dan tidak mengganggu fungsi gigi, control perkembangan
abfraksi setiap 6 – 12 bulan sekali, atau tiap control rutin
■ Occlusal Adjusment and Occlusal splint
Merubah inklinasi cusp, mengurangi kontak oklusal berlebih, dan menghilangkan
kontak premature. Oklusal splint untuk mengurangi nocturnal bruxism dan tekanan
nonaksial gigi
■ Issue of hypersensitivity
Dapat menggunakan dentinal desensitizer, fluoride varnish, atau penggunaan bahan
restoratif
12. ■ Restorative treatment
Direkomendasikan dilakukan prosedur restorative jika :
1. Aktif, kavitas lesi karies berhubungan dengan lesi abfraksi
2. Marigin servikal atau lesi secara keseluruhan berlokasi pada
subgingiva dan mengganggu control plak, sehingga meningkaykan
resiko karies dan penyakit periodontal
3. Kehilangan struktur gigi yang meluas
4. Dental hypersensitivity yang persistent (jika opsi noninvasive gagal)
5. Prosthetic abutment
6. Kebutuhan estetik sesuai kemauan pasien
13. ■ Root coverage surgical procedures
Dalam pendekatan kombinasi restoratif - surgical, restorasi
harus ditempatkan sebelum prosedur bedah untuk
visibilitas yang lebih baik dari bidang operasi dan untuk
penyelesaian restorasi sehingga menghasilkan substrat
yang stabil, keras, dan cembung untuk coronally advanced
flap (CAF)
Ulasan sistematis terbaru telah menunjukkan bahwa
kombinasi CAF dengan connective tissue graft (CTG)
memberikan hasil klinis terbaik untuk root coverage ketika
dilakukan dengan tepat
14. Kesimpulan
■ Lesi Abfraksi, seperti NCCLs lainnya, memiliki etiologi multifactorial
■ Kombinasi dari berbedanya faktor etiologis akan berdampak pada
inisiasi dan perkembangan lebih lanjut dari lesi abfraksi yang akan
berdampak pada perbedaan tampakan klinis
■ Indentifikasi dan manajemen potensial faktor etiologi penting untuk
diagnosis dan perencanaan perawatan
■ Belum ditemukan bukti konklusif yang reliable, predictable dan
penanganan yang benar-benar tepat untuk lesi abfraksi
Editor's Notes
NCCLs adalah kondisi klinis yang relatif umum yang dapat mempengaruhi integritas struktural, retensi plak gigi, sensitivitas gigi, vitalitas pulpa, dan estetika.
Secara keseluruhan, ada hubungan yang lemah antara NCCL dan faktor oklusal (gangguan dalam gerakan excursive, kekuatan, kontak prematur, jenis pedoman, dan slide oklusi sentrik ke interkusi maksimum
Terlihat jelas dalam praktik klinis bahwa tidak semua pasien dengan lesi abfraksi menunjukkan keausan oklusal (bruxism atau clenching), dan tidak semua pasien dengan keausan oklusal menunjukkan NCCL.
Tomografi koherensi optik baru-baru ini digunakan untuk menguji hubungan antara insiden klinis keausan oklusal dan demineralisasi serviks dengan dimensi NCCL. Studi ini menunjukkan bahwa demineralisasi dentin mempromosikan pembentukan NCCL dari tahap awal, sedangkan stres oklusal adalah sebuah faktor etiologis yang berkontribusi terhadap perkembangan lesi ini. Peran pembebanan oklusal dalam NCCL tampaknya menjadi bagian dari kejadian multifaktorial yang mungkin tidak selalu mengikuti mekanisme pencabutan klasik yang diusulkan. Dengan demikian, teori abfraksi belum terbukti.
Erosi adalah hilangnya jaringan keras secara progresif yang disebabkan oleh asam dari sumber nonbakteri, intrinsik, atau ekstrinsik
Istilah biokorosi juga telah diusulkan untuk mencakup semua bentuk degradasi kimia, biokimia, dan elektrokimia
Erosi makanan karena konsumsi tinggi makanan dan minuman mengandung asam
Erosi juga disebabkan oleh obat kumur
Gambar menunjukkan adanya lesi abfraksi advance pada P2 atas kanan pasien yang menunjukkan lesi servikal jenis lain, menggambarkan sifat multifaktorial NCCLs
Prevalensi NCCLs banyak pada insisivus dan premolar dibandingkan pada kaninus dan molar. Dan Premolar mandibula lebih parah dibandingkan premolar atas
Gambar menunjukkan NCCLs pada keseluruhan gigi dengan keparahan tingkat lanjut jika dihubungkan dengan umur dan faktor patologis.
Gambar menunjukkan multiple abfraksi, menujukkan berbagai tekanan yang menghasilkan tensile stress
Kasus-kasus lesi abfraksi sesekali yang terdeteksi di bawah margin gingiva, di luar jangkauan sikat gigi atau perangkat lain yang dapat menyebabkan gaya gesekan, juga diyakini memiliki kekuatan pemuatan biomekanis sebagai kontributor utama. Seperti halnya, satu gigi di kuadran dengan lesi abfraksi merupakan indikasi bahwa stres oklusal mungkin merupakan faktor utama
Lihat gambar 3, slide 7, kasus klinis dari penanganan restorative NCCLs, dengan penentuan faktor etiologi yang tidak tepat, sehingga menyebabkan progresif lesi dan kegagalan restorasi