2. FILSAFAT OLAHRAGA
• Filsafat olahraga dapat didefenisikan sebagai suatu
bidang kajian yang berusaha untuk memahami hakikat,
mempersolakan suatu isu secara kritis, guna
memperoleh pengetahuan yang paling hakiki dalam
bidang keolaharagaan.
• Filsafat olahraga dalam hal ini dianggap
mempersatukan berbagai kajian ilmu untuk dirumuskan
secara padu dan mengakar menuju ilmu olahraga tiga
dimensi ilmiahnya (ontologi,epistemologi,aksiologi)
yang kokoh dan sejajar dengan ilmu lain.
3. ONTOLOGI
• Ontologi adalah studi filosofis tentang hakikat
ini, eksistensi atau kenyataan seperti itu, serta
menjadi kategori dasar dan hubungan mereka.
• Ontologi berkaitan dengan pertanyaan
mengenai apa yang ada entitas atau dapat
dikatakan ada, dan bagaimana badan tersebut
dapat dikelompokkan, terkait di dalam hirarki,
dan dibagi menurut persamaan dan perbedaan .
4. EPISTEMOLOGI
• Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat
yang mempelajari tentang asal, sifat, metode, dan
batasan pengetahuan manusia. Epistemologi
sendiri dinamakan sebagai teori pengetahuan.
Kata epistemologi berakar dari bahasa
Yunani. Kata ini terdiri dari dua gabungan kata
yaitu episteme yang artinya cara dan logos yang
artinya ilmu. Jika diartikan secara keseluruhan,
epistemologi adalah ilmu tentang bagaimana
seorang ilmuwan membangun ilmunya.
5. AKSIOLOGI
• Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan
tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang
mempelajari hakikat dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya
ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia
kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di
jalan yang baik pula.
7. FILSAFAT OLAHRAGA DARI WAKTU KE
WAKTU:
Yunani Kuno
Masa Kontemporer (abad ke 19 dan seterusnya)
8. Yunani Kuno
• Yunani Kuno adalah tempat kelahiran filsafat kuno dan olahraga
Olimpiade, keduanya saling berkaitan di mana filsafat sangat
berpengaruh dalam penampilan atletis di Yunani kuno. Pada masa
tersebut, kepemimpinan seseorang diukur melalui kemampuan
berolahraganya. Hal ini dapat dilihat pada karya sastra Odisseia oleh
Homeros yang menarasikan perhelatan olahraga oleh masyarakat
Skeria. Olahraga dipandang sebagai suatu hal yang dapat dikaji
secara epistemik melalui proses metodologis yang memperbolehkan
kita melihat kebenaran objektif potensi atletik seseorang dengan
melibatkan orang tersebut dalam suatu pertandingan olahraga.
Kemampuan atletik dinilai sebagai jalan untuk menjawab persoalan
kesenjangan sosial. Olahraga dinilai sebagai pendidikan moral. Plato
bahkan mendorong keterlibatan wanita dalam olahraga untuk
memperkaya moral mereka. Aristoteles menekan kegiatan fisik
sebagai sebuah tanggung jawab etis.
9. MASA KONTEMPORER
• Filsafat olahraga kembali bangkit berkat karya filsuf dari Universitas Yale Paul Weiss yang
berjudul Sport: A Philosophical Inquiry pada tahun 1969. Weiss melihat karya-karya terkait
filsafat olahraga sebagai refleksi elitisme akademis. Dalam pandangannya, olahraga selalu
dipandang sebagai budaya rendah.
• Pada abad ke-19, perspektif filosofis akan olahraga dan aktivitas fisik hanya sedikit
didiskusikan dalam reformasi pendidikan kala itu dengan menguatnya pandangan umum bahwa
kegiatan-kegiatan tersebut meningkatkan kesehatan. Manfaat kesehatan dan pendidikan dari
aktivitas fisik dipandang sebagai komponen kehidupan publik. Banyak pendukung pendidikan
olahraga yang melihat olahraga dari aspek filosofis dengan mengkaji dari segi teleologi,
dualisme pikiran dan tubuh, serta metafisika sebagai model "ke-manusia-an" dan "ke-orang-an".
Filsafat politik turut memengaruhi pandangan umum terkait olahraga sebagai jawaban atas
permasalahan sosial dan politik pada masa itu dan mengembangkan konsep tanggung jawab
masyarakat dan kewarganegaraan yang bertanggung jawab.
• Meski kajian filsafat olahraga cenderung terkesan dilakukan di Barat, Jepang adalah salah satu
negara Timur yang cukup gencar melakukan analisis filsafat olahraga.
• Pada masa kontemporer, filsafat olahraga berkembang dengan mempertanyakan nilai-nilai
sosial olahraga, estetika pertunjukan olahraga, epistemologi strategi dan teknik perseorangan
dan kelompok, etika berolahraga, logika peraturan olahraga, metafisika olahraga sebagai bagian
dari "ke-manusia-an", dan lain sebagainya. Filsafat olahraga terus berkembang seiring dengan
munculnya olahraga-olahraga baru seperti berselancar dan skateboard.